com/motivasi/15-orang-yang-bikin-kamu-bangga-jadi-orangindonesia/
Pinka Wima | Jan 29, 20152,013 shares
Indonesia merupakan negeri yang kaya. Tidak hanya kekayaan alam dan
kebudayaannya yang mempesona, prestasi anak muda Indonesia juga patut diakui
keberadaannya. Bahkan, dunia telah mengakui hasil karya mereka.
Namun ironisnya, kita sebagai orang Indonesia yang satu negara tidak mengetahui
bahwa yang kita nikmati adalah hasil karya anak negeri sendiri. Tahukah kamu kalau
desainer cover album Maroon 5 adalah mahasiswa asal Indonesia? Pernah
dengarkah kamu jika orang di balik lucunya karakter Minions juga lahir di
Indonesia?
Di artikel ini Hipwee sudah himpun 18 anak negeri dengan karya luar biasa yang
terbukti sudah diterima dunia. Tak hanya bermaksud pamer pencapaian,
tapiHipwee harap dengan menengok keberhasilan kamu juga bisa mendapatkan
motivasi untuk berlari mengejar mimpi.
Mahasiswa ISI Jogja jurusan Desain Komunikasi Visual ini memenangkan lomba
desain cover album yang diadakan oleh band ternama asal California, Maroon 5.
1
Desain karyanya berupa gambar wajah harimau putih dengan guratan berbentuk V
pada bagian hidung. Hasil karyanya mampu memenangkan lomba desain yang
diikuti oleh banyak orang dan berhak menjadi cover album Ke 5 dari Maroon 5.
Bayu yang saat ini masih menekuni dunia kuliah memang sering mengikuti lomba
desain. Sebelum memenangkan kontes kali ini, dia sudah pernah juga memenangkan
kontes artwork yang diadakan oleh musisi legendaris Billie Joel. Nah, bisa dilihat
kan sekarang, apapun profesimu kamu tetap bisa berkarya, bahkan hingga diakui
oleh dunia.
Hayo, siapa yang nggak kenal Minions? Karakter kuning menggemaskan yang
filmnya booming di tahun 2010 dan 2013 silam ini. Bahkan karena kesuksesan
filmnya, hingga saat ini kita masih bisa menemukan figur karakter ini dimanapun ;
boneka, gantungan kunci, tas, dan masih banyak lagi. Yang mungkin kalian belum
tahu adalah fakta bahwa arsitek di balik kelahiran Minions merupakan seorang pria
berdarah Indonesia, Pierre Coffin.
Dia merupakan putra dari penulis ternama Indonesia, N.H Dini. Karena
kesuksesannya ini dia akan bekerja sama dengan selebriti Hollywood papan atas di
proyek film yang selanjutnya. Apakah kalian tahu bahwa karakter Minions
menggunakan campuran berbagai bahasa termasuk Indonesia? Coba deh tonton
filmnya lagi dan cari tahu di adegan mana karakter Minions ini mengucapkan kata
Terima kasih.
Cowok kelahiran Jakarta tahun 1984 ini dulunya sempat mengenyam pendidikan di
Untar dengan jurusan Desain Komunikasi Visual selama 1 tahun. Pendidikannya ini
tidak dilanjutkan karena dia lebih memilih bekerja sebagai digital artist. Kemudian
3
dia mengambil diploma di Kanada di bidang Film dan Special Effects. Namun, ilmu
dan ketrampilannya dipelajari sendiri karena dia sudah tekun mendalaminya sejak
duduk di bangku SMA.
Banyak karyanya yang telah memenangkan berbagai penghargaan. Bahkan,
kemampuannya yang mumpuni menjadikannya satu-satunya orang Indonesia yang
bisa bergabung dengan proyek film besar, Transformer 3D. Dia sangat bersyukur
karena berkat ketekunannya, sekarang dia mampu bekerja di tempat yang
diimpikannya. Apakah kamu juga mau mengikuti jejak keberhasilannya?
Komikus yang berasal dari Indonesia, Chistiawan Lie atau lebih sering dikenal
dengan nama Chris Lie ini merupakan komikus kelas dunia. Siapa sangka pemuda
lulusan ITB ini adalah salah satu ilustrator komik yang berhasil membuahkan
komik-komik terkenal seperti GI Joe dan Transformers.
Selain itu, Chris Lie juga telah menciptakan komik hasil karyanya sendiri, yang
berjudul Return of The Labyrinth dan diterbitkan oleh Tokyopop. Komik itu adalah
komik beraliran manga Jepang yang diproduksi di Amerika. Pada edisi awal terbit,
Return of the Labyrinth sudah menduduki posisi keempat komik terlaris di
Amerika, bersaing dengan komik Naruto.
Tidak hanya pria yang bisa sukses sebagai animator. Wanita asal Indonesia bernama
Griselda Sastrawinata ini juga merupakan animator film The Sherk. Griselda juga
terlibat dalam penciptaan beberapa tokoh karakter di film animasi ini. Karena
ketekunan dan kedisiplinannya dalam mencipta karya membuatnya masih bekerja di
studio film bergengsi Dreamworks hingga sekarang ini.
Satu lagi animator wanita Indonesia yang berprestasi di kancah Internasional, Rini
Sugianto. Salah satu film karyanya adalah Hobbit 2: The Desolation of Smaug.
Selain Hobbit 2, Rini juga pernah tergabung dalam tim animator film The
Advantures of Tintin, The Avengers, Iron Man 3, Hunger Games: Catching
Fire, Hobbit 1, dan the Dawn of the Planet of the Apes. Tidak menyangka kan
kalau ternyata ada anak negeri di balik film-film Internasional yang selama ini kita
gemari?
7. Wira Winata membuktikan bahwa hobi yang diyakini dan ditekuni bisa
membawanya bekerjasama dengan Disney
Pria yang memiliki hobi menggambar kartun ini sekarang sudah sukses menggeluti
bisnis animasi. Bahkan, perusahaan rumahan yang didirikannya sekarang sudah
memiliki klien besar seperti : Buena Vista Games, Disney TV, Microsoft, dan masih
banyak lagi. Tidak tanggung-tanggung perusahaan kecilnya sekarang ini juga terlibat
dalam sebuah proyek film bersama Cartoon Network dan Gotham Group. Ini semua
terjadi karena dia tetap kekeh menekuni hobi menggambarnya dan menyukai dunia
kartun walaupun banyak orang yang memandang dengan sebelah mata.
Putri dari musisi Ikang Fawzi dan artis ternama Marissa Haque ini sebenarnya ingin
berkuliah di jurusan Seni Murni ITB. Namun karena tidak disetujui oleh orang
tuanya, maka dia beralih ke Multimedia University di Malaysia. Kegigihannya serta
bakat yang dimiliki mampu membuatnya bekerja di Las Copaque Production.
Perusahaan tersebut juga menjadi rumah produksi dari kartun Upin Ipin yang sering
kita tonton sore hari.
Namun, keberhasilannya di sana tidak membuatnya lupa pada negeri sendiri.
Marsha Chikita justru kembali ke Indonesia dan ingin membuka perusahaan animasi
sendiri. Semoga nantinya dunia perfilman Indonesia makin maju dengan adanya
bakat-bakat muda yang bertalenta ya.
http://www.voaindonesia.com/content/animator-indonesia-kembali-berkarya-dihollywood/1621823.html
Kamis, 12 Maret 2015 Waktu: 08:56
Rini Sugianto, animator asal Indonesia untuk film-film Hollywood (foto: dok).
Dhania Iman
15.03.2013
Tahun kemarin lumayan sibuk. Jadi setelah Tintin saya ikutan ngerjain film
Avengers, setelah itu film Hobbit, November kemarin. Sekarang yang baru akan
keluar yang baru selesai juga itu Iron Man: 3, kata Rini. Menurut jadwal, film Iron
Man: 3 akan tayang di Amerika mulai bulan Mei mendatang.
Iron Man: 3 itu yang ngerjain bukan hanya WETA aja, jadi company-company lain
juga ikutan ngerjain tambah perempuan kelahiran tahun 1980 ini.
Ikut menggarap film-film Hollywood yang terkenal dan paling dinanti bagi Rini adalah
hal yang sangat menyenangkan. Senang yah. WETA kebetulan dapathigh profile
project. Jadi kita banyak kesempatan untuk ngerjain film-film yang lumayan terkenal
dan ditunggu-tunggu sama orang. Yang paling serunya mungkin kita bisa
tahu ending filmnya sebelum filmnya hit theater. Jadi bisa tahu storynya dulu. Kita
bisa lihat behind the scenenya dan pembuatannya. Kayak film Hobbit itu kan
termasuk salah satu film yang ditunggu-tunggu orang banget yah, setelah Lord of
the Rings sepuluh tahun lalu. Red Carpetnya kebetulan di Wellington, kita semua
satu company ikutan nonton dan satu kota Wellington ini waktu itu benarbenar support banget sama filmnya. Rasanya senang aja kita jadi part of it ujar Rini.
Suasana di kota Wellington yang merupakan ibu kota dari Selandia Baru itu sendiri
juga cukup ramai menjelang penayangan film perdana the Hobbit. Mereka benarbenar bersihin kotanya dan meraka taruh sculpture (patung) yang ukuran besar
banget di key point di Wellington. Jadi misalnya mereka bikin
sculpture Gollum yang huge banget dan taruh di airport buat orang-orang lihat pas
mereka landing. Terus ada huge Gandalf di teater Embassy (teater tempat
penayangan perdana film Hobbit). Dan mereka mulai pasang sebulan sebelum
premierenya tambah Rini.
Selain sibuk menggarap animasi film, Rini juga sibuk dengan berbagai kegiatan di
Indonesia, yang berhubungan dengan profesinya. Dari tahun kemarin saya sudah
10
Robert Downey Jr. yang berperan sebagai Tony Stark atau 'Iron Man,' juga akan
tampil dalam 'The Avengers.'
Untuk ke depannya, Rini akan terus menghasilkan karya yang tentunya bisa
dinikmati oleh orang-orang di Indonesia. Kata Rini, saya belum bisa bilang. Tapi di
akhir tahun kita masih ngerjain Hobbit 2. Sekarang inbetween Iron Man: 3 dan
Hobbit 2 saya ngerjain salah satu project yang lain tapi its a secret right now.
https://www.facebook.com/mizandotcom/posts/675243119183325
Rini Sugianto, animator wanita asal Indonesia ini pernah terlibat dlm pembuatan film
animasi bergengsi seperti The Adventure of Tintin, The Hobbit 2 & juga Iron Man 3.
Walaupun sempat mengalami kesulitan mencari pekerjaan, namun rintangan tu
bukanlah menjadi batu penghalang bagi Rini utk terus berkarya. Terbukti, berkat
kecintaan & dedikasinya yg tinggi terhadap animasi, kesempatan itu pun datang
padanya. Seperti apa pengalamannya? http://bit.ly/1beaZIo
Mizan.com Berawal dari Sulit Cari Kerja, Animator Asal Indonesia Ini Berhasil di
Level Dunia
11
HTTPS://INDONESIAPROUD.WORDPRESS.COM/2011/12/14/RINI-SUGIANTO-ANIMATOR-UTAMA-FILM-THE-ADVENTURES-OFTINTIN/
Berawal dari kecintaannya pada karakter fiksi seorang detektif remaja berjambul
bernama Tintin, animator muda asal Indonesia bernama Rini Triyani
Sugianto (31) sukses menembus kancah perfilman Hollywood. Rini yang saat ini
bekerja sebagai animator di perusahaan WETA digital di Selandia Baru, ikut
menggarap film The Adventures of Tintin.
Sebelumnya, wanita lulusan S2 dari Academy of Arts di San Francisco, California ini
rela meninggalkan pekerjaan dan kehidupannya di Amerika dan pindah ke Selandia
Baru, setelah mendapat tawaran untuk menggarap film yang disutradarai oleh
Stephen Spielberg ini.
WETA waktu itu lagi hiring untuk Tintin sama Rise of the Apes. Lalu setelah itu
saya ditelepon. Katanya, Mau pindah ke Selandia Baru atau nggak? Saya grew up
dengan Tintin, sewaktu masih kecil baca Tintin terus. Akhirnya saya nggak bisa
nolak dan pindah ke sini tahun kemarin, tutur Rini.
Film The Adventures of Tintin adalah film layar lebar Hollywood pertama di mana
Rini ikut menjadi salah satu animatornya. Ini merupakan prestasi yang luar biasa,
tentunya juga membuat hati Rini senang.
Waktu itu senang ya, pas diwawancara (untuk pekerjaan ini), lucunya karena
saya di LA punya anjing dan Tintin ada karakter anjingnya, Snowy. (Mereka)
agak-agak tertarik juga mungkin karena saya punya anjing jadi mungkin lebih
tahu gerakannya anjing karena tiap hari melihat gerakannya. Senangnya dapat
kesempatan untuk kerja di film sebesar Tintin. Apalagi dengan sutradaranya
semacam Stephen Spielberg. Baru pertama kali ini kerja dengan sutradara
terkenal, ujarnya.
12
Walaupun begitu, Rini mengaku belum pernah bertemu langsung dengan Stephen
Spielberg.Seminggu sekali, ada director review lewat video conference. Jadi
melihatnya hanya dari video aja, tambah Rini.
Dalam film The Adventures of Tintin, Rini bertindak sebagai animator dengan
andil paling besar. Kebetulan di film ini, saya mengerjain paling banyak
adegannya, total ada 70 shot di film Tintin, ujar Rini.
Selain Rini, ternyata ada orang Indonesia lain yang terlibat di film Tintin. Saya
memang salah satu animatornya. Tapi setahu saya ada beberapa orang Indonesia
yang juga terlibat, kata Rini.
Ada sekitar 800 orang yang bekerja di perusahaan ini dan rupanya ada 3 orang
Indonesia lainnya yang juga bergabung dengan perusahaan ini.
Dua orang Indonesia lainnya yang terlibat di Tintin adalah Sindharmawan
Bachtiar dan Eddy Purnomo. Kita beda departemen sih. Lalu ada satu lagi
Amanda Pamela, tapi saya nggak tahu dia ikutan di Tintin atau tidak, ujarnya.
Menurut dia, Sindharmawan dan Eddy Purnomo sudah lebih dulu bekerja di Weta.
Sedangkan Rini sendiri baru bergabung di perusahaan tersebut pada 2011 ini.
Tantangan & Kebanggaan
Menggarap film yang memiliki tokoh terkenal seperti Tintin memiliki tantangan
tersendiri. Yang paling besar, adalah karena komiknya itu udah terkenal. Jadi
orang-orang sudah familiar sama karakternya. Kita nggak bisa sembarangan
mengubah ceritanya atau mengubah terlalu jauh dari aslinya, tambahnya.
Penggarapan film ini juga memakan waktu yang tidak sebentar. Animasinya
sendiri, full production-nya mungkin sekitar setahun setengah. Tapi proyeknya
sendiri sudah mulai sekitar empat tahun lalu. Tapi, untuk beberapa tahun
pertama, mereka hanya mengerjakan ceritanya. Fokusnya adalah untuk
mengerjakan storyboard sampai solid, kata Rini.
13
14
Share this:
HTTPS://INDONESIAPROUD.WORDPRESS.COM/2013/12/17/RINI-SUGIANTO-SANG-ANIMATOR-THE-HOBBIT-THE-DESOLATIONOF-SMAUG/
Rini Sugianto kembali menorehkan pena emasnya di Hollywood lewat hasil karya
animasinya dalam film The Hobbit: The Desolation of Smaug, yang merupakan
bagian kedua dari film trilogi, the Hobbit, garapan sutradara Peter Jackson.
15
Film The Hobbit ke-2 yang dirilis tanggal 13 Desember di Indonesia ini kembali
menceritakan petualangan Bilbo Baggins dalam melawan naga bernama Smaug yang
telah menguasai harta para kurcaci.
Setelah Hobbit yang tahun kemarin, waktu itu saya ikut kerja di dua film, Iron
Man 3 dan the Hunger Games: Catching Fire yang sekarang sedang main. Setelah
selesai dari Hunger Games, baru mulai terlibat di proses animasi Hobbit 2, ujar
perempuan yang dalam 3,5 tahun terakhir bekerja sebagai animator di perusahaan
milik sutradara Peter Jackson, WETA Digital, di Selandia Baru.
Sekitar 1,200 karyawan dikerahkan oleh WETA Digital untuk menggarap film the
Hobbit yang ke-2 yang dikerjakan di Selandia Baru. Animatornya sendiri berkisar
sekitar 100 orang.
Tantangan Hobbit 2
Rini yang juga ikut mengerjakan animasi untuk film-film Hollywood seperti the
Adventures of Tintin, the Avengers, Iron Man 3, Planet of the Apes, dan the
Hobbit ini mengatakan bahwa tantangan dalam menggarap film Hobbit yang ke-2
jauh lebih berat jika dibandingkan dengan film yang pertama.
Mungkin sudah ada Hobbit pertama sebagai pembandingan. Kita jadi merasa
harus selalu lebih bagus. Jadi pressurenya juga lebih banyak, dan ceritanya
sendiri lebih besar dibandingkan dengan yang pertama, cerita animator Indonesia
lulusan S2 jurusan animasi dari Academy of Art di San Francisco ini.
Rini menghabiskan waktu sekitar enam bulan untuk menyelesaikan proses animasi
film Hobbit yang ke-2 ini. Saya kebanyakan ikut mengerjakan di bagian dragon
(Smaug). Itu sudah mulai di bagian terakhir, kata perempuan yang hobi mendaki
gunung ini. Tapi mungkin jangan dikasih tahu dulu, nanti yang belum nonton
malah jadi spoiler, sambungnya.
Kesempatan untuk ikut menggarap animasi film The Hobbit yang ke-1 dan 2 ini bisa
dikatakan sebagai suatu kebetulan yang unik bagi Rini. Pasalnya, Rini memang suka
16
dengan cerita fantasi The Hobbit dan The Lord of the Rings, yang merupakan
kelanjutannya.
Setelah saya nonton film Lord of the Rings, saya mencoba baca bukunya. Namun,
ceritanya terlalu berat dan bukunya tebal. Akhirnya, karena tidak bisa baca buku
Lord of the Rings, saya mulai baca buku Hobbit, karena Hobbit itu untuk anak
kecil bukunya, kenang Rini.
Jadi saya familiar dengan cerita di bukunya dan untuk kerja di filmnya sendiri
ada adegan-adegan yang saya merasa oh, saya pernah baca tentang ini, saya
tahu ceritanya Its really cool! kata tambahnya.
Walaupun penggarapannya telah selesai, Rini mengaku dia belum sempat menonton
hasil akhirnya. Biasanya seusai penggarapan, dia dan karyawan WETA lainnya lebih
memilih untuk beristirahat setelah bekerja keras menyelesaikan sebuah film. Rini
mengatakan dirinya bisa bekerja hingga 90 jam dalam seminggu untuk menggarap
film ini. Sekarang masih pada take a break, canda Rini.
Merupakan kebanggaan tersendiri tentunya ketika namanya muncul di credit
title film yang digarapnya. Usaha, kerja keras, dan jam kerja yang panjang seperti
terlupakan. Biasanya teman-teman atau misalnya di Internet yang melihat
duluan sebelum saya, kata Rini sambil tertawa.
Meskipun film Hobbit yang ke-2 ini baru selesai, WETA saat ini telah memulai
penggarapan film Hobbit yang ke-3. Ada kemungkinan saya tidak ambil bagian di
Hobbit yang ke-3, ujar Rini.
Sumber: voaindonesia.com (17/12/2013)
HTTPS://INDONESIAPROUD.WORDPRESS.COM/2014/09/18/RINI-SUGIANTO-ANIMATOR-YANG-MENGHIDUPKAN-KARAKTERTEENAGE-MUTANT-NINJA-TURTLES-DI-LAYAR-LEBAR/
17
Dulu memang kita pernah kontak sebelum saya pindah ke Selandia Baru, kata
Rini. Tetapi pada saat itu saya memutuskan untuk pindah ke Selandia Baru.
Kebetulan kita saling menjaga hubungan, lanjut perempuan lulusan S2 jurusan
animasi dari Academy of Art di San Francisco ini.
Begitu mereka tahu Rini telah kembali ke AS, mereka pun langsung menghubungi
dan menawarkan Rini untuk bergabung. Tawaran tersebut langsung diterima,
walaupun akhirnya Rini harus pindah ke San Francisco. Waktu itu proses
penggarapan animasi filmnya berlangsung selama 3,5 bulan.
Film animasi memang seperti itu industrinya. Mau tidak mau kita mengikuti
proyeknya di mana, jelas Rini yang saat ini masih berstatus sebagai
kontraktor. Kalau misalnya kita sudah settle di satu perusahaan tidak usah
pindah-pindah lagi, lanjutnya.
Tugas Rini sebagai animator adalah menghidupkan karakter-karakter utama di film
dengan jenis photo-realistic ini, sehingga terlihat seperti karakter yang nyata.
18
Untuk (film Teenage Mutant Ninja Turtles) kebetulan saya mengerjakan hampir
semuanya,ujar perempuan kelahiran tahun 1980 ini. Kebanyakan untuk
Donatello, Michaelangelo, Leonardo, atau Raphael, tambahnya.
Ada sedikit perbedaan dari film Teenage Mutant Ninja Turtles kali ini jika
dibandingkan dengan film-film yang sebelumnya.
Desain turtlenya sendiri memang beda dengan desain Teenage Mutant Ninja
Turtles yang sebelumnya, jelas animator yang juga pernah ikut menggarap animasi
dan efek visual untuk film-film Hollywood seperti the Adventures of Tintin, the
Avengers, the Hobbit: An Unexpected Journey, Iron Man 3, dan the Hunger
Games: Catching Fire.
Teenage Mutant Ninja Turtles muncul untuk pertama kalinya pada akhir tahun
1980-an. Sejak itu, karakter-karakternya mulai melejit melalui berbagai film dan
komik. Karena sudah lama tidak mengikuti cerita mengenai empat kura-kura ninja
ini, Rini pun kembali membaca cerita-ceritanya sebagai persiapan untuk menggarap
animasi filmnya.
Mesti baca-baca lagi, ujar Rini sambil tertawa. Soalnya sudah lama tidak
mengikuti ninja turtle. Dulu masih kecil waktu film kartunnya (ada) di televisi.
Jadi sekarang membaca-baca lagi dan juga menyesuaikan dengan adaptasi di film
yang baru ini, tambahnya.
Senang tentunya bisa menggarap film besar yang ikut diproduseri sutradara
kenamaan Michael Bay. Ditambah lagi, film Teenage Mutant Ninja Turtles ini
19
memang sudah sangat dinanti oleh para fans dan diharapkan bisa menaikkan
pendapatan dari film-film Hollywood yang menurun di musim panas tahun ini.
Namun, hal ini justru menjadi tantangan bagi tim animasi, termasuk Rini sendiri.
Ini agak mirip dengan film-film besar seperti Hobbit, karena fan basenya sudah
banyak. Apalagi untuk film Ninja Turtle sudah banyak film-film sebelumnya. Jadi
penggemarnya sudah ada gambaran sendiri. Seperti apa karakter dan
personalitinya. Mereka punya persepsi masing-masing, papar Rini. Kita agak
kerepotan untuk membuat everyone happy. Dan karena ini salah satu film yang
ditunggu-tunggu, jadi pressure-nya lebih besar, tambah perempuan yang hobi
mendaki gunung ini.
Beban yang dirasakan berubah menjadi rasa lega, ketika melihat namanya
terpampang di bagian akhir filmnya. Selalu senang ya. Kerja keras untuk
menyelesaikan filmnya, bisa di liat di teater dan nama di credit title nya membuat
saya merasa being part of the team, kata Rini.
Rencananya sebentar lagi Rini akan kembali menggarap animasi untuk film
berikutnya. Ada beberapa proyek. Film superhero, tapi masih belum bisa
bilang, kata Rini.
Sumber: voaindonesia.com (18/09/14)
HTTPS://INDONESIAPROUD.WORDPRESS.COM/2011/12/15/GRISELDA-SASTRAWINATA-ANIMATOR-FILM-SHREK-ASALINDONESIA/
20
Shrek merupakan salah satu karakter populer di dunia perfilman animasi. Siapa
sangka, salah satu pencipta karakter di film Shrek itu adalah orang Indonesia,
yaitu Griselda Sastrawinata.
Griselda adalah perempuan asal Indonesia yang bekerja sebagai animator di studio
film ternama Dreamworks di California, Amerika Serikat, yang menghasilkan filmfilm animasi terkenal seperti Shrek, Madagascar, Kungfu Panda & Bee Movie.
Ia bekerja sebagai visual development artist, di Artistic Department. Griselda adalah
1 dari 5 perempuan yang bekerja sebagai artist di Dreamworks.
Proyek yang dikerjakan Griselda adalah film Shrek Forever After dan ia terlibat
menciptakan sebuah karakter atau tokoh baru dalam serial yang pertama kali
diluncurkan tahun 2001 tersebut. Ia sudah 3 tahun bekerja di sana. Tantangan
utamanya bekerja di Dreamworks adalah dikejar tenggat waktu (dealine).
Hobi Menggambar
Berawal dari hobi menggambar, gadis yang lahir pada tahun 1982 ini memutuskan
pindah ke AS saat kelas dua dari SMA Pelita Harapan Jakarta. Setelah menamatkan
SMA-nya di Negeri Paman Sam, ia melanjutkan studi ke Art Center College of Design
(ACCD) di Pasadena, California AS dan masuk di jurusan ilustrasi. Dari sana ia
mendapatkan bachelor fine art.
Selain bekerja di Dreamwork, Griselda mengajar ilmu komunikasi visual di kampus
almamaternya tersebut. Meski masih enjoy di Dreamwork, ia mengaku tidak
menutup kemungkinan suatu saat nanti berkarya di Indonesia.
Sumber: VOA indonesia dan berbagai sumber
21
HTTPS://INDONESIAPROUD.WORDPRESS.COM/2013/06/14/ACHMAD-ROFIQ-MANTAN-SANTRI-YANG-SUKSES-DI-BISNISANIMASI/
Achmad Rofiq, ketika lulus dari Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas
Negeri Malang, merasa cemas. Pasalnya, sebagai lulusan jurusan desain yang
mendalami dunia animasi, ia tidak ingin terdampar di dunia kerja sekadar sebagai
ilustrator atau desainer grafis. Ia ingin tetap di jalurnya sebagai animator.
22
HTTPS://INDONESIAPROUD.WORDPRESS.COM/2012/06/02/RONNY-GANI-SANG-ANIMATOR-THE-AVENGERS/
Hawkeye dengan panahnya, Black Widow, dan Thor dengan palu supernya yang
terlibat dalam pertempuran sengit dengan makhluk luar angkasa yang ingin
menghancurkan dan menguasai bumi. Semuanya terlihat begitu hidup dan nyata
dalam film The Avengers.
Film besutan sutradara Josh Whedon ini merajai box office dunia sejak dua pekan
kemunculannya di bioskop. Adalah tugas para animator membuat gambar tokoh
komik Marvel tersebut menjadi hidup dan salah satunya adalah Ronny Gani (29),
animator asal Indonesia yang ikut bergabung dalam karya garapan perusahaan
animasi Industrial Light and Magic.
Selama kurang dari 6 bulan, Ronny dan rekan-rekannya berkutat di depan layar
komputer. Adegan demi adegan dibuat dan dipoles berulang-ulang hingga
mendekati sempurna. Tidur jam 3 pagi itu hal biasa untuk pekerjaan seperti
ini, katanya.
Perjuangan Ronny dan kawan-kawannya membuahkan hasil. The Avengers meraup
untung hingga 1 miliar dolar. Tentu bukan pencapaian biasa bagi lulusan Arsitektur
Universitas Indonesia angkatan 2001 ini. Terlebih, ia adalah satu-satunya animator
asal Indonesia yang bekerja di perusahaan yang telah membuat Star Wars, Back to
The Future, Jurassic Park,Eragon, Avatar, dan banyak lagi.
Padahal, bisa dibilang, Ronny nyemplung di dunia animasi tanpa niat panjang.
Dulunya, ia sebatas menyenangi film-film kartun. Kuliah pun dia mengambil
Jurusan Arsitektur yang juga sempat ditentang oleh orang tuanya. Namun, di tahun
terakhir kuliah, ia berpikir telah salah masuk jurusan.
Meski demikian, ia tidak menyesal dan menganggap waktu kuliahnya sebagai hal
yang sia-sia. Ia bahkan merasa beruntung bisa menyadari potensinya ketimbang
harus terus melakukan hal yang tidak ia suka. Saya enggak bisa kick ass di arsitek
dan saya harus menemukan cara lain dari situ, katanya.
Tak lama setelah lulus, ia bertemu dengan temannya yang bekerja sebagai animator
3D (tiga dimensi). Ia pun kepincut dengan profesi itu. Dan ternyata setelah saya
jalani, saya bisa,katanya. Latar belakang pendidikan arsitektur pun cukup
membantunya.
Ronny pun langsung bekerja keras. Ia mempelajari teknik menggambar di komputer,
yang memang belum pernah dijalani penyuka panjat dinding ini. Semua cara
dijalaninya, dari membaca buku, mengikuti pelatihan dan seminar, hingga bertanya
kepada teman.
Padahal dulunya, penyuka gaya gambar realis ini bahkan mengaku sempat gaptek
(gagap teknologi). Awal kuliah kan ada ilmu dasar komputer, tapi saya enggak
tahu bagaimana menyalakannya, katanya sembari tertawa lepas.
26
Ronny mulai memasuki dunia animasi dengan bekerja di sebuah studio di Batam.
Selama enam bulan di sana, Ronny ingin mendapatkan tantangan lebih. Ia pun
melirik negeri singa. Pada 2007, ia menyeberang ke Singapura. Begitu menapakkan
kaki di sana, Ronny langsung bekerja keras. Di sana sampai menangis darah,
kompetisi juga sangat ketat, ujar pria berjanggut ini.
Ia sempat bekerja di studio lokal. Namun tak lama kemudian, ia berhasil bergabung
dengan salah satu anak perusahaan Lucasfilm yang juga induk dari Industrial Light
and Magic, yaitu Lucasfilm Animation. Studio lokal menjadi batu loncatan saya,
tujuan saya memang ingin ke Lucasfilm, ujar Ronny.
Tiga tahun kemudian, ia ditransfer ke Industrial Light and Magic. Perlahan, ia
merangkak naik. Dari yang awalnya mengerjakan serial TV, kini Ronny dipercaya
mengerjakan film layar lebar. Itu loncatan lumayan gede dan saya juga selalu
menantang diri saya dengan terus bekerja keras, ucapnya. November tahun lalu,
dia pun mulai terlibat dalam penggarapan The Avengers.
Ronny memang telah sukses. Kini, pria yang selalu mengusahakan pulang ke Jakarta
tiga kali setahun ini memiliki mimpi untuk mendirikan sekolah animasi. Juga
pengin mengajak animator Indonesia lainnya untuk membuat karya bareng yang
bisa dipertontonkan ke masyarakat internasional, ujarnya.
Sumber: koran.tempo.co
HTTPS://INDONESIAPROUD.WORDPRESS.COM/2013/07/24/RONNY-GANI-SANG-ANIMATOR-DI-BALIK-LAYAR-PACIFIC-RIM/
27
Anda sudah menonton film Pacific Rim yang masih diputar di bioskop-bioskop di
Tanah Air saat ini? Tahukah anda bahwa ternyata film itu ada sentuhan seorang
animator Indonesia.
Dialah Ronny Gani, seorang animator muda yang bekerja di Industrial Light &
Magic, di Singapura, anak perusahaan Lucas Film Group, yang menggarap film
tersebut.
Kalau di Pacific Rim saya mengerjakan animasinya. Jadi saya menggerakgerakkan karakter-karakter yang ada di film itu, ujar Ronny.
Ia mengatakan, sebagai animator, ia punya peran memainkan visual effects sehingga
gerakan karakter dalan animasi menjadi lebih hidup dan masuk akal.
Ini bukanlah debut pertamanya menggarap animasi-animasi di film Hollywood.
Ronny sebelumnya juga terlibat dalam penggarapan film The Avengers yang dirilis
tahun 2012.
Kebetulan sekali waktu saya pertama kali mulai bekerja di Industrial Light &
Magic, proyek yang sedang dikerjakan adalah The Avengers. Jadi otomatis saya
ikut terlibat dalam proyek itu. Secara garis besar grup Industrial Light & Magic itu
mengerjakan bagian akhir film di bagian aliennya sudah mulai menginvasi, kata
Ronny.
Pekerjaan sebagai animator sebenarnya bukan cita-citanya saat kecil. Bahkan sampai
usai kuliah ia mungkin belum membayangkan profesinya sekarang karena Ronny
adalah lulusan S1 Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia.
28
Selama kuliah saya merasa kurang sreg dengan bidang yang saya pelajari dan
akhirnya coba-coba cari saya punya passion apa selain bidang arsitektur
ini, ujarnya.
Kecintaan Ronny terhadap seni ternyata cukup kuat untuk membuatnya
mempelajari bidang tersebut lebih dalam lagi secara otodidak.
Saya pelajari 3D software yang saat itu saya pakai untuk mengerjakan tugastugas kuliah. Akhirnya saya tahu kalau penggunaan 3D software itu ternyata bisa
diaplikasikan ke industri film, dalam hal ini animasi dan visual effects, jelas
Ronny.
Tanpa memiliki pendidikan formal dan pengalaman, Ronny kemudian membuat
portfolio dan mencari pekerjaan di bidang yang diinginkannya, yaitu animasi.
Saya mendapat pekerjaan pertama saya di Batam. Saat itu saya tinggal di
Jakarta dan saya harus relokasi ke Batam, dan kerja di sana satu tahun, ujarnya.
Di Batam pekerjaan pertamanya sebagai animator adalah mengerjakan proyek
film Sing to the Dawn, sebuah proyek kolaborasi antara studio animasi di Batam
dengan perusahaan Singapura. Filmnya sendiri rilis di Singapura dan di Indonesia
dengan judul Merah Mimpi.
Setelah mendapat pengalaman kerja di Batam, akhirnya Ronny memutuskan untuk
mencari pekerjaan di Singapura sebagai batu loncatan. Proses pencarian kerjanya
pun juga sangat mudah dan semuanya dilakukan melalui online di Internet, sampai
akhirnya diterima dan diberi izin kerja.
Awalnya ia bekerja di perusahaan lokal Singapura, Sparky Animation. Sparky
Animation adalah sebuah perusahaan animasi yang mengerjakan proyek-proyek
skala kecil, seperti serial TV dan film DVD.
Setelah enam bulan bekerja di sana, Ronny kemudian mendapatkan pekerjaan di
Lucas Film Animation di Singapura selama kurang lebih empat tahun. Di Lucas
Film, ia terlibat dalam pembuatan serial TV Star Wars: The Clone Wars untuk
musim tayang ke-2, 3, dan 4.
Setelah berkarir di bidang animasi selama beberapa tahun, Ronny mengaku
pekerjaannya sebagai animator ini bukanlah pekerjaan impian, namun bisa
dikatakan sebagai suatu proses dalam karirnya.
Saya aja kuliahnya arsitektur. Yah, lebih seperti proses saja kali ya, sampai saya
akhirnya ada disini. Dan saya mensyukuri. Harus mensyukuri saya bisa ada di
sini. Tapi ini bukan sesuatu yang memang dari kecil saya impikan, seperti cita-cita
saya mau jadi pilot atau apa lalu saya menyebut animator, tidak. Tapi memang
dari kecil saya suka film animasi dan hal-hal yang sifatnya seni, jelasnya.
29
HTTPS://INDONESIAPROUD.WORDPRESS.COM/2012/02/04/MARSHA-ADITYA-ANIMATOR-ANAK-NEGERI-YANG-BERKIPRAH-DIMALAYSIA/
Anda tentunya pernah melihat film animasi Upin Ipin buatan Malaysia. Meski
asalnya dari negara tetangga, tetapi ternyata di balik pembuatan film itu ada tenaga
muda dari Indonesia.
Tak hanya di Upin Ipin ada rasa Indonesia, di film animasi Malaysia lain pun bisa
ditemui tenaga-tenaga andal dari Indonesia.
Mereka adalah Marsha Chikita Fawzi dan Aditya Prabaswara. Mungkin tidak
banyak orang yang tahu kedua orang ini karena sehari-hari mereka memang hidup
dan tinggal di Malaysia, meski keduanya berasal dari Jakarta, Indonesia.
30
Namun, bila mendengar kata-kata Upin Ipin, tentu semua orang tahu. Ya, mereka
adalah salah satu dari tim Las Copac, studio yang memproduksi film Upin Ipin
tersebut.
Marsha mengawali dunia animasi sejak di bangku kuliah. Marsha menimba ilmu di
Multi Media University di Selangor Malaysia sejak lima tahun lalu. Kebetulan
seniornya bekerja di Las Copac dan menawarinya untuk magang sekaligus bekerja
paruh waktu (part time) di sana.
Atas kinerjanya yang memuaskan, Marsha pun dipanggil oleh Las Copac dan
ditawari untuk bekerja di sana. Namun, untuk masuk ke studio tersebut juga tidak
gampang karena harus melalui tes dan sudah memiliki keterampilan di bidang
animasi.
Marsha yang sudah mengetahui seluk beluk animasi dan sejak awal sudah magang di
sana, bisa dengan mudah menjadi bagian di studio tersebut.
Awalnya, Marsha bekerja serabutan di studio itu. Maklum untuk bisa menjadi
profesional, pekerja di sana harus bisa mengerjakan semua bagian. Tapi kini Marsha
sudah mendapat posisi yang pasti, yaitu di bagian komposter. Bagian tersebut
khusus menangani efek visual termasuk pewarnaan pada animasi agar terlihat
sempurna dan enak dilihat.
Suatu saat saya akan membuat film animasi sendiri dan Indonesia banget, kata
Marsha yang ditemui saat Workshop Hellofest di Jakarta, Jumat (3/2/2012).
Bekerja di Las Copac membuat putri dari Ikang Fawzy dan Marissa Haque ini juga
bisa belajar dengan seniornya di sana. Paling tidak, Marsha mendapat pelajaran
bagaimana membuat animasi yang baik, bekerja secara tim, dan membuat animasi
yang mengajarkan moral kepada anak-anak.
Baginya, film animasi Upin Ipin adalah salah satu film animasi untuk anak-anak
yang memberi pelajaran sopan santun. Sebagai seorang remaja, Marsha juga
berkeinginan memberikan sesuatu yang dibuatnya bisa bermanfaat bagi semua yang
menontonnya.
Saat ini banyak film yang tidak cocok untuk ditonton anak-anak. Orang tua harus
berperan aktif memilah film yang bagus untuknya, kata gadis manis yang dulu
bercita-cita menjadi pelukis ini.
Tidak jauh berbeda dengan Marsha, Aditya Prabaswara juga sudah menyenangi
dunia animasi sejak kecil. Dia satu almamater dengan Marsha di Multi Media
University Malaysia.
Namun Aditya tidak satu perusahaan dengan Marsha di Las Copac. Cowok yang
masih menjalani semester akhir di MMU ini bekerja paruh waktu di Animonsta,
salah satu pecahan dari Las Copac.
31
Saat ini dia dipercaya sebagai Modeller di Animonsta. Tugasnya adalah mengubah
gambar atau sketsa animasi menjadi gambar berkualitas 3 dimensi. Film yang
dibuatnya adalah Bo Boi Boy, film animasi yang masih setipe dengan Upin Ipin, tapi
lebih terkesan sebagai animasi pahlawan (hero). Film ini juga bakal tayang di salah
satu televisi swasta di Indonesia.
Peran Serta Pemerintah
Marsha dan Aditya punya keinginan yang sama, yaitu membuat studio sendiri,
membuat film animasi sendiri, dan bisa dijual atau dinikmati di negeri sendiri,
syukur kalau bisa dinikmati di negara lain. Tapi jawaban mereka seragam terkait
kendala yang dihadapi.
Di sini (Indonesia) kurang ada dukungan dari pemerintah. Kebanyakan animator
bergerak sendiri, kata Aditya.
Padahal di Malaysia, mereka difasilitasi baik berupa dukungan dana hingga kantor.
Promosi film animasi juga didukung oleh berbagai pihak, terutama agar film animasi
tersebut bisa dinikmati di negara lain.
Sebenarnya, film animasi lokal masih bisa berpotensi besar dan bisa diterima di
negara lain. Aditya menyarankan agar animator bisa melakukan survei terlebih
dahulu untuk mengetahui keinginan pasar. Selain itu, karakter tokoh pun akan lebih
baik disesuaikan dengan konten lokal.
Saya kagum dengan film Si Doel Anak Sekolahan dan Unyil. Film itu benar-benar
membawa pesan moral bagi penontonnya. Suatu saat saya juga akan membuat
film animasi yang seperti itu, katanya.
Tidak hanya itu, animator lokal juga harus berpromosi terhadap film animasi
buatannya. Maksudnya, film tersebut agar bisa diketahui oleh orang lain, lembaga
lain bahkan institusi lain.
Memang karakter penonton Indonesia itu unik, lebih suka produk dari negeri
lain, katanya.
Tapi secara perlahan masyarakat Indonesia diharapkan bisa menghargai karya dari
anak bangsa sendiri, terutama dari hasil karya anak muda bangsa Indonesia.
Sumber: kompas.com
HTTPS://INDONESIAPROUD.WORDPRESS.COM/2012/11/27/FILM-ANIMASI-KABAYAN-LIPLAP-DIMINATI-DI-BELANDA-AMERIKA/
32
33
Redia mengatakan animasi Indonesia tak kalah dibandingkan produk animasi asing.
Kini, dengan dibantu promosi yang semakin gencar oleh pemerintah, ia yakin dalam
waktu lima tahun mendatang animasi Indonesia bisa unjuk gigi.
Yang penting televisi mau membantu menampung karya kita. Sama halnya
Sponge Bob yang nggak mungkin bisa dikenal kalau tidak ada yang
menayangkannya, ujar dia.
Menurutnya, jika televisi semakin banyak menampilkan animasi Indonesia, dengan
sendirinya anak-anak Indonesia akan mencintai produk dalam negeri. Ribuan
animator yang ada di Indonesia, kata Redian, sudah mampu membuat karya yang
membuat anak-anak betah di depan televisi berjam-jam.
Sumber: republika.co.id, reyhangremory.blogspot.com
34
HTTPS://INDONESIAPROUD.WORDPRESS.COM/2011/12/13/PADA-SUATU-KETIKA-ANIMASI-DISTRICT-9-TRANSFORMER-ALAINDONESIA-KARYA-ANAK-BANGSA/
Pada Suatu Ketika: Animasi District 9 & Transformer ala Indonesia Karya
Anak Bangsa
DESEMBER 13, 2011
Meski nama Indonesia di dunia animasi internasional kurang terdengar, namun hal
tersebut tidak serta merta menjadikan Indonesia tidak memiliki komunitas kreatif
seperti tim Lakon Animasi. Melalui video perdana yang bertajuk Pada Suatu
Ketika, studio kreatif asal kota Solo ini membuktikan bahwa komunitas animasi
berbakat itu ada dan dapat bersaing membuat karya yang membanggakan.
Mungkin banyak yang pernah berpikir apa jadinya kalau si robot-robot alien
transformers beraksi di indonesia? Lewat film pendek ini, studio Lakon animasi
membuktikan kalau mereka bisa mewujudkannya dengan sebuah animasi pendek,
dengan apiknya mereka meletakan elemen dari film District 9 dan Transformers di
lingkungan kehidupan di Indonesia, dengan kualitas animasi yang tidak main-main,
hasilnya rendernya tidak kalah dengan animasi negeri jiran.
35
HTTPS://INDONESIAPROUD.WORDPRESS.COM/2010/11/26/PT-KINEMA-SYSTRANS-MULTIMEDIA-FILM-ANIMASIPRODUKSINYA-GO-INTERNATIONAL/
Jika kita membicarakan film animasi, tentunya ingatan kita akan menggiring pada
karya maestro dunia, seperti Walt Disney dengan tokoh Mickey Mouse dan Donald
Duck-nya, Warner Bross yang sukses melambungkan Tom and Jerry-nya, ataupun
Hana-Barbera dengan Scooby Doo-nya.
36
Namun, siapa sangka dari sebuah resor di salah satu sudut Pulau Batam, Provinsi
Kepulauan Riau, telah lahir puluhan film animasi yang kualitasnya tak kalah dari
film produksi dari negeri Paman Sam sekalipun.
Sebuah resor yang bernama Turi Beach di kawasan Nongsa ternyata dihuni bukan
hanya oleh para pelancong yang ingin menikmati indahnya pantai berpasir putih,
namun juga oleh ratusan kaum muda yang kreatif di bidang animasi.
Ratusan kaum muda kreatif itu bekerja di bawah payung PT Kinema Systrans
Multimedia. Mereka telah menghasilkan berbagai karya animasi yang dipesan oleh
berbagai perusahaan sinema bertaraf internasional.
Animator muda itu berasal dari berbagai kota di Indonesia, kata Daniel Harjanto,
bos PT. Systrans Multi Media, di Batam, 25 November 2010.
Salah satu karya film animasi yang telah menginternasional adalah film Sing to the
Dawn yang diproduksi PT Kinema Systrans Multimedia dengan bendera Infinite
Frameworks (IFW).
Film tersebut selesai diproduksi tahun 2009 atas kerja sama dengan pemerintah
Singapura.Kerja sama itu ditandatangani tahun 2005 dan baru selesai diproduksi
pada empat tahun kemudian, katanya. Pengerjaan film itu sepenuhnya dilakukan
di Batam oleh sekitar 150 animator asal Indonesia dan hanya melibatkan lima
animator asing.
Distribusi film Sing to the Dawn yang memakan biaya sekitar 2,5 juta dolar Amerika
Serikat itu mencakup ke berbagai negara, seperti Singapura, Korea, dan Rusia,
katanya.
Film itu merupakan adapatasi dari novel karya Minfung Ho berjudul Sing to The
Dawn. Novel tersebut bercerita tentang kakak beradik yang berusaha melindungi
tempat tinggal mereka dari kontraktor penipu.
37
Saat ini studio animasi PT. Systrans Multi Media tengah menggarap film animasi
yang diadopsi dari novel khas Jepang karya Yoshihiro Tatsumi berjudul A Drifting
Life, katanya. Film itu bercerita tentang kehidupan sosial di Jepang dan
dikonsumsi untuk kalangan dewasa, ujar Daniel.
38
Dia juga memiliki keinginan pada suatu saat studio animasi yang dipimpinnya
mampu menghasilkan film yang berbau budaya Indonesia. Namun, dia juga
mengatakan dukungan pemerintah terhadap pembuatan film animasi berkarakter
asli Indonesia, juga diperlukan. Dukungan pemerintah juga kami
harapkan, katanya.
Adanya dukungan pemerintah, kata dia, akan memunculkan studio-studio animasi
di kota lain sehingga dapat menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen film
animasi terkemuka di kancah perfilman internasional.
Kelak, bukan sebuah hal yang tidak mungkin tokoh animasi asli Indonesia
bersanding dengan tokoh-tokoh film animasi kondang internasional, katanya.
Sumber: Kompas
https://indonesiaproud.wordpress.com/2011/06/14/stmik-amikom-yogyakartabuat-film-animasi-3d-ala-hollywood-the-chronicles-of-java/
39
40
41
Film animasi garapan studio milik STMIK Amikom, MSV Pictures berjudul Battle
of Surabaya berhasil meraih penghargaan di ajang International Movie Trailer
Festival (IMTF) 2013 untuk kategori Peoples Choice Award pada 30 Desember
2013.
Trailer film tersebut berhasil menyisihkan ratusan trailer film dari 20 negara, seperti
Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Prancis, dan Australia. Festival IMTF merupakan
proyek IndieFilmConnect, LLC. yang diikuti 246 trailer film dari berbagai negara.
Battle of Surabaya dipilih 6.580 penggemar anime. Film tersebut unggul 1.869
suara dari saingan terdekatnya The Two Pamelas yang diproduksi AS.
Film Battle of Surabaya merupakan film adaptasi yang berlatar belakang
pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang bercerita tentang perjalanan
seorang anak yang berprofesi sebagai penyemir sepatu bernama Musa.
42
Dalam perjalanannya, Musa menjadi kurir surat penghubung antara pejuang dan
militan. Battle of Surabaya menceritakan perjalanan ego Musa yang menjadi
seorang pahlawan dalam pertempuran pada awal Indonesia merdeka.
Menurut Eksekutif Produser Battle of Surabaya, M. Suyanto, film ini ingin
mengangkat cerita bahwa semua orang bisa menjadi pahlawan dengan caranya
sendiri. Oleh karenanya, tokoh dalam film bukan pahlawan super, tapi orang biasa
yang mengalami proses menjadi pahlawan yang bisa ditiru dalam kehidupan nyata.
Cerita film yang disutradarai Aryanto Yuniawan ini memakai plot yang diadaptasi
dari film-film Hollywood dan pembuatannya memakan waktu 2 tahun dengan
melibatkan 70 animator. Film tersebut ditarget bisa tayang sekitar Agustus tahun ini.
Sumber: republika.co.id (2/1/2014), internationalmovietrailerfestival.com (30/12/2
013)
https://indonesiaproud.wordpress.com/2013/02/08/komik-garuda-riders-tembuspasar-itunes-jepang-dan-dibuat-film-animasinya/
Komik Garuda Riders Tembus Pasar iTunes Jepang dan Dibuat Film Animasinya
FEBRUARI 8, 2013
Sekitar pertengahan November 2012 lalu, Mechanimotion Entertainment bekerja
sama dengan Elven Games dan Moon Eclipse merilis sebuah komik interaktif
Garuda Riders volume pertama, The Runaway di Google Play Store.
Setelah dua bulan berlalu, komik interaktif yang dikembangkan berdasarkan dunia
The Adventures of Wanara ini berhasil menembus pasar Jepang dan bisa diunduh
oleh para pengguna iPhone di iTunes negara tersebut. Selain itu, juga dikembangkan
menjadi film animasinya.
Untuk bisa menembus pasar Jepang, tiga studio yang sama-sama berasal dari
Surabaya menggandeng Deluizon yang merupakan salah satu software
developer yang berbasis di Tokyo, Jepang.
Tugas dari Deluizon ini bukan sekedar mentranslasikan komik ini dari bahasa
Indonesia ke bahasa Jepang, tetapi juga melakukan pengaturan ulang tata letak
komik untuk menyesuaikan dengan cara membaca komik atau manga di Jepang.
Setelah proses translasi dan tata letak ini selesai, masih dibutuhkan waktu satu bulan
untuk melewati quality control dari pihak iTunes Store Jepang.
Komik ini mengajak pembaca mengikuti petualangan seru Naradja di Bumi
Varadwipa, yakni era 1000 tahun setelah kisah Ramayana, papar A.R Wirawan,
pendiri Mechanimotion Entertainment dalam pernyataan resminya.
43
Karena Garuda Riders adalah komik interaktif, maka pembaca bisa berinteraksi
dengan halaman-halaman komik tersebut sembari membaca kisah yang ada di
dalamnya.
Banyak mini game yang disediakan dalam komik ini, seperti mini game QTE (Quick
Time Event) saat kamu harus menghindari keris Uloseni dengan menyapukan jari di
layar smartphone atau tablet ke kiri dan ke kanan atau mencari hint-hint
tersembunyi untuk melanjutkan membaca halaman selanjutnya, seperti harus
menyentuh kalung yang bercahaya.
Selain itu, komik ini juga sangat kental dengan budaya Bali mulai dari concept art
hingga musiknya, karena berdasarkan riset yang telah dilakukan, masyarakat Jepang
kabarnya sangat menyukai Bali.
Dibuat Animasinya
Setelah berhasil menembus pasar Jepang dengan cara mengunduh di gadget iPhone
dan iTunes. Komik Garuda Riders juga akan dikembangkan menjadi sebuah film
animasi.
Situs resmi Garuda Riders, Rabu (6/2), menyebutkan bahwa komik ini semakin
kental aroma Jepang menyusul disuguhkannya salah satu karakter Vocaloid,
Hatsune Miku, yakni sebuah produk perangkat lunak yang menghasilkan suara
nyanyian wanita.
Karakter ini akan menyanyikan salah satu soundtrack film animasi berjudul sama
dengan komiknya, yang akan dirilis April mendatang.
Karakter ini akan menyanyikan lagu Venus di Ujung Jari. Lirik dan lagu ini sendiri
diciptakan oleh Mohax 2000 dan diaransemen ulang menggunakan orkestra serta
gamelan Bali oleh Jodi Handoyo.
Lagu ini dipilih karena susuai dengan visualisasi kisah asmara antara Naradja,
sang tokoh utama, dengan Laksmi, ungkap A.R. Wirawan. Lagu ini bisa
didengarkan di internet.
44
Selain menggunakan Hatsune Miku untuk kesuksesan film animasi ini, tim Garuda
Riders juga menggandeng grup band Lunatic Tokyo yang sering menyanyikan lagu
Japan Rock seperti Luna Sea.
Kia, vokalis Lunatic Tokyo akan menyanyikan lagu Kepak Sayap Impian yang akan
menghiasi opening film animasi yang dibuat berkat hasil kerja sama Mechanimotion
Entertainment dan Elven Games dan Moon Eclipse ini.
Lagu bertempo cepat ini rencananya akan dinyanyikan dalam tiga bahasa sekaligus,
yaitu Bahasa Indonesia, Inggris dan juga Jepang.
Sumber: duniaku.net, cekricek.co.id
https://indonesiaproud.wordpress.com/2013/06/26/timeline-studio-bali-adasentuhan-tangannya-di-doraemon-sinchan-one-piece/
Agung Oka yang juga salah satu pendiri Timeline Studio mengaku kalau beberapa
studio Animasi di Jepang memang cenderung melimpahkan pengerjaan latar
belakang animasinya kepada Timeline Studio. Meskipun pernah ditawari untuk
mengerjakan karakter animasi, namun Timeline lebih tertarik bergabung dalam
produksi latar belakang animasi saja.
Oka menambahkan studio animasi di Jepang itu memang sengaja melemparkan
beberapa proyek animasinya ke negara-negara seperti Korea, Indonesia, dan
46
Singapura. Ini lantaran biaya untuk membayar animator di luar Jepang terbilang
lebih murah, jelasnya.
Lebih dari 30 judul film animasi Jepang yang elemen latar belakangnya dikerjakan
oleh Timeline Studio. Selain Sinchan dan Doraemon, ada serial animasi lainnya yang
banyak digandrungi anak-anak, seperti One Piece, Prince of Tennis, Fairy Tale, BDaman, dan lain-lain.
Tak hanya menerima proyek film animasi dari luar negeri, di dalam negeri pun
Timeline sering mendapat tawaran. Misalnya mengerjakan film animasi pendek,
iklan-iklan animasi dari produk makanan ringan, video klip musik hingga
pengerjaan visual efek sebuah film lokal. Bahkan Timeline juga pernah diajak kerja
sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia untuk
mengerjakan seri-seri dari animasi Cerita Rakyat Nusantara.
Awalnya
Timeline Studio berdiri pada tahun 1990. Awalnya, studio ini memang sengaja untuk
menangani segala tawaran proyek animasi dari Negeri Sakura. Lambat laun, studio
ini tak hanya dilirik oleh industri animasi Jepang, melainkan industri kreatif dalam
negeri hingga negara barat seperti Australia.
Namun, Agung Sanjaya salah satu pengagas berdirinya Timeline, masih pesimis
dengan perkembangan industri animasi dalam negeri. Ini lantaran kurangnya
sumber daya manusia yang bisa siap pakai untuk diterjunkan langsung ke industri
animasi.
Padahal, menurutnya, secara umum, industri animasi itu ada di
Indonesia. Sayangnya belum banyak generasi muda yang benar-benar berani
dan serius terjun ke dunia industri, kata Oka.
Serupa dengan Oka, W. Joniartha Siada animator sekaligus pengajar di New Media
mengatakan masih sedikit animator Bali yang fokus menggarap film-film animasi
sebagai peluang usaha.
Mereka lebih suka memproduksi animasi dalam bentuk visualisasi untuk
kebutuhan sektor industrial. Misalkan visualisasi untuk keperluan properti,
tutorial, hingga iklan, jelas pria yang memiliki usaha animasi Digital Studio.
Agung Sanjaya mengungkapkan keprihatinannya terhadap pendidikan animasi yang
diberikan di SMK maupun lembaga edukasi multimedia di Bali. Pria yang kini
tengah merintis sebuah sekolah animasi ini menilai banyak lulusan tersebut belum
memiliki kemampuan yang diharapkan industri animasi sesungguhnya.
Kemampuan dalam pengaplikasian sebuah ide, teknik pergerakan animasi, editing,
hingga teknikdrawing pun ditengarai masih lemah. Banyak lulusan tersebut juga
47
48