Anda di halaman 1dari 48

PROSES

DEGLUTASI DAN
KELAINANNYA

I. PENDAHULUAN
Berdasarkan definisinya, deglutasi
berarti menelan, merupakan keseluruhan
proses pemindahan makanan dari mulut
melalui esofagus ke dalam lambung.1
Secara klinis terjadinya gangguan pada
deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi
kegagalan memindahkan bolus makanan
dari rongga mulut sampai ke lambung.
Disfagia berasal dari bahasa Yunani; Dys
yang berarti kesulitan atau gangguan, dan
phagia berarti makan.4

I. PENDAHULUAN
Berdasarkan epidemiologi,
disfagia dapat terjadi pada semua
kelompok usia, dimana gangguan
dalam menelan merupakan keluhan
yang umum didapat pada orang
berusia lanjut, dan insiden disfagia
lebih tinggi pada orang berusia
lanjut dan stroke.

I. PENDAHULUAN
Sekitar

51-73% pasien stroke


menderita disfagia sehingga
stroke dikatakan sebagai
penyebab utama disfagia
neurologis, dan beresiko untuk
terjadi pneumonia.
Sekitar 34% dari seluruh
kematian terkait stroke adalah
pneumonia dan merupakan
penyebab kematian ketiga

I. PENDAHULUAN
Disfagia merupakan gejala dari
berbagai penyebab yang berbeda.
Secara garis besar bedasarkan
penyebabnya, disfagia dibedakan
atas
Menurut para pakar (Mettew, Scott
Brown dan Boeis) disfagia dibagi
berdasarkan letak kelainannya yaitu
di rongga mulut, orofaring, esofagus

I. PENDAHULUAN
Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan


dibuatnya referat ini adalah
untuk
menambah
wawasan
agar
lebih
memahami
mekanisme fisiologis deglutasi
beserta gangguannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Anatomi
Dalam cavum oris terdapat lidah

yang terdiri dari : pangkal (akar)


lidah, badan lidah, ujung lidah.
Antara akar dan pangkal
terdapat valekula
Faring adalah suatu ruang kanal
yang meluas dari atas (basis
cranii)-cervicalis VI dan kartilago
krikoid, dibagi 2 oleh palatum
molle : nasofaring dan orofaring-

II. TINJAUAN PUSTAKA


Anatomi Esofagus
Organ silindris berongga (hipofaringkardia lambung) dengan panjangnya sekitar
25 cm dan diameter 2 cm. Pada kedua
ujung esofagus terdapat otot sfingter, pada
keadaan normalnya berkontraksi dan baru
terbuka bila ada makanan yang lewat.
Dinding esofagus terdiri dari 4 lapisan,
yaitu : lapisan mukosa (epitel gepeng
berlapis); lapisan submukosa (mukus);
lapisan otot terdiri dari 2 serat yaitu lapisan
sirkular dan longitudinal.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Anatomi Esofagus

Persarafan esofagus terdiri dari


serabut
simpatis
dan
serabut
parasimpatis; rangkaian serabut
saraf intramural intrinsik (Pleksus
Auerbach atau Mienterikus). Ujung
saraf ini dianggap berperan sebagai
mekanoreseptor,
termoreseptor,
dan kemoreseptor dalam esofagus. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


Anatomi Esofagus
Perdarahan esofagus :
a.) Bagian atas : cabang-cabang a. tiroidea
inferior dan suklavia.
b.) Bagian tengah : cabang-cabang segmental
aorta dan arteria bronkiales.
c.) Sedangkan bagian bawah : arteria gastrika
sinistra dan frenika inferior.
Vena esofagus daerah leher mengalirkan
darah ke vena azigos dan hemiazigos, dan
esofagus bagian bawah dialirkan ke vena
gastrika sinistra. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


Fisiologi Esofagus
Sfingter

atas esofagus (otot krikofaringeal) dan


otot pada sepertiga atas esofagus bekerja
secara volunter. Perubahan serat otot dari otot
skeletal ke otot halus terjadi pada pertengahan
esofagus. Pada sepertiga distal esofagus,
ototnya terdiri dari otot halus dan bekerja
secara involunter.
Bagian distal esofagus memiliki sfingter untuk
mencegah refluks dari isi gaster, terdiri dari otot
sirkuler dan terletak pada 2-3 cm distal
esofagus.3 Sekitar 0,5 detik setelah seseorang
menelan, sfingter proksimal esofagus
berelaksasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Fisiologi Esofagus

Gelombang peristaltik primer, kecepatan


1-5 cm/s, dengan tekanan intraluminal
berkisar antara 40-100 mmHg. Dalam 2
detik setelah menelan, sfingter distal
esofagus berelaksasi sampai gelombang
peristaltik sampai ke ujung distal sfingter
tersebut. Selanjutnya sfingter distal
esofagus berkontraksi lagi. 3
Ada 2 gangguan menelan yaitu : disfagia
(disfungsi transport makanan); refluks
(disfungsi sfingter distal esofagus). 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


Mekanisme menelan
Menelan

merupakan proses all-

or-none
Meliputi 3 tahapan :
a. Fase oral (buccal)
b. Fase faringeal
c. Fase esofageal

Mekanisme menelan :
A. Fase Oral (Buccal)
Merupakan

proses pembentukan bolus makanan


oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi
dan saliva untuk menggiling dan membentuk bolus
dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk
ditelan.
Perpindahan bolus dari mulut melalui faring masuk
ke esofagus dan berlangsung Berlangsung selama
sekitar 1 detik, dan terjadi secara volunter dandiatur
oleh pusat menelan pada medulla oblongata.4
Melibatkan :
- m. levator veli palatini
- m. palatoglossus
- m. palatofaring

Mekanisme menelan :
B. Fase Faringeal
Merupkan

fase perpindahan bolus dari


faring ke esofagus dan berlangsung
secara refleks ( involunter) pada akhir
fase oral dan terjadi secara involunter. 5
Oleh kontraksi m.stilofaring,
m.salfingofaring, m.tirohioid, dan
m.palatofaring akan menggerakkan
faring dan laring keatas. Selanjutnya
bolus makanan akan meluncur ke arah
esofagus.

Mekanisme menelan :
C. Fase Esofageal
Merupakan tahap perpindahan bolus
makanan dari esofagus ke lambung.
Diawali dengan rangsangan bolus yang
menyebabkan relaksasi m. krikofaring
introitus esofagus terbuka bolus
makanan masuk ke dalam esofagus
sfingter akan berkontraksi lebih kuat lagi
pusat menelan pada medula memulai
gelombang peristaltik primer.

Mekanisme menelan :
C. Fase Esofageal
Peristaltik

primer adalah kontraksi berbentuk cincin


otot polos sirkuler yang bergerak secara progresif ke
depan dengan gerakan mengosongkan dan
berlangsung secara aktif tanpa mengandalkan gaya
gravitasi.4 Proses ini berlangsung sekitar 5-9 detik
untuk mencapai ujung bawah esofagus. Diatur oleh
pusat menelan, melalui persarafan vagus.4
Bolus dalam esofagus itu besar atau lengket tidak
dapat didorong peristaltik primer peregangan
dinding esofagus memicu reseptor tekanan di
dalam dinding esofagus gelombang peristaltik
sekunder (tidak melibatkan pusat menelan).
Bolus yang tertahan memicu sekresi air liur >>
bolus terdorong ke bawah

Transportasi normal bolus


makanan yang ditelan lewat
lintasan gerakan menelan
tergantung pada:

Bolus makanan yang ditelan


Diameter lumen lintasan untuk
gerakan menelan
Kontraksi peristaltik
Inhibisi deglutisi, termasuk
relaksasi normal sfingter esofagus
bagian atas dan bawah pada saat
menelan

MEKANISME PROTEKSI
Makanan

dicegah untuk masuk kembali ke


mulut selama menelan dengan posisi lidah
menekan palatum durum
Makanan dicegah untuk masuk ke hidung
melalui uvula yang terangkat dan tersangkut
di bagian belakang tenggorokan sehingga
saluran hidung tertutup dari faring
Makanan dicegah untuk masuk ke trakea
melalui :
a. Elevasi laring
b. Epiglotis tertekan ke belakang oleh bolus
c. Penutupan oleh glotis

II.TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan Proses Menelan

Secara klinis gangguan deglutasi


disebut disfagia, berasal dari bahasa
Yunani, dys yang berarti kesulitan atau
gangguan, phagia berarti makan.6
Disfagia kegagalan memindahkan
bolus makanan dari rongga mulut
sampai ke lambung karena gangguan
pada rangkaian proses menelan yang
kompleks.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Gangguan Proses Menelan

Berdasarkan definisi menurut

para pakar (Mettew, Scott Brown


dan Boeis) disfagia dibagi
berdasarkan letak kelainannya
yaitu di rongga mulut, orofaring,
esofagus.

II.TINJAUAN PUSTAKA
Etiologi disfagia
o
o
o
o
o
o
o
o

Kelainan kongenital
(K)
Inflamasi/radang (R)
Trauma (T)
Benda asing (B)
Neoplasma (N)
Psikis (P)
Kelainan endokrin
(E)
Kelainan kardio
vaskuler (KV)

o
o
o
o
o

Kelainan neurologi/saraf
(S)
Akalasia
Striktur esofagus
Penyakit degeneratif (D)
Iatrogenik seperti akibat
operasi, kemoterapi dan
radiasi (I)
Gastroesophageal reflux
disease (GERD)

Disfagia
No

Penyakit

1
2

Atresia
Fistula

3
4

trakeoesofagus
Stenosis/web
Divertikulum

5
6
7
8

zenker
Korpal
Disfagia lusoria
Akalasia
Spasme difus

9
10
11
12
13
14

esophagus
Striktur
Esofagitis
Karsinoma/tumor
Globus histerikus
Serebral palsy
GERD

Neurogeni
Mekanik
O
F
E
v/s

k
F

Psikogenik
O
F
E

v/s

v/s

V
v

Etiologi

K
V
v/t

V
V
V

v/a

B
K
u/k

v/s

V
v/s

v
v

T/R
R
N
P
S
P

II.TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi disfagia

Berdasarkan proses penyebabnya


:
a. Disfagia mekanis
b. Disfagia motorik
c. Disfagia psikogenik
Berdasarkan letak organ
anatomi :
a. Disfagia fase orofaringeal

II.TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosis disfagia
A. ANAMNESIS

Jenis makanan
. Onset
. Lokasi sumbatan
. Associated Symptom
.

- Batasan keluhan disfagia


- Lama dan progresifitas keluhan
disfagia.
- Saat timbulnya keluhan disfagia
dalam proses menelan
- Keluhan penyerta
- Penyakit penyerta
- Obat-obat yang mengganggu
proses menelan
- Riwayat operasi kepala dan leher
sebelumnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Diagnosis disfagia

B. PEMERIKSAAN FISIK
Meraba leher secermat mungkin
Memeriksaan rongga mulut
Lumpuhnya otot-otot lidah atau
arcus faring oleh karena
gangguan di pusat menelan atau
n.V, n. VII, n.IX, n. X, n. XII juga
perlu diperhatikan.

Keadaan

umum pasien.
Gerakan dan kekuatan otot mulut dan otot
lidah.
Pemeriksaan orofaring, pergerakan palatum
mole, sensibilitas orofaring dgn sentuhan spatel
lidah, cari refleks muntah, refleks menelan, dan
evaluasi suara (keterlibatan laring)
Pemeriksaan faring-laring : gerakan pangkal
lidah, gerakan arkus faring, uvula, epiglotis, pita
suara, plika ventrikularis dan sinus piriformis.
Pemeriksaan neurologi fungsi motorik dan
sensorik saraf kranial.
Periksa posisi dan kelenturan leher/tulang
servikal, evaluasi massa leher, pembesaran
KGB leher dan trauma.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Diagnosis disfagia
Penunjang

Kegunaan

Barium Swallow

Menilai

anatomi

(Esofagogram)

faring/esofagus,

dan

deteksi

fungsi

otot

sumbatan

o/k

tumor, striktur, web, akalasia, divertikulum


Fluoroskopi

Melihat

kelenturan

dinding

esofagus,

gangguan peristaltik, penekanan esofagus


dari luar, isi lumen esofagus
MRI

Deteksi

tumor,

kalainan

vaskuler/stroke,

degeneratif proses diotak


Laringoskopi direk

Menilai keadaan dan pergerakan otot laring

Esofagoskopi

Menilai lumen esofagus, biopsi

Endoskopi ultrasound

Menilai lesi submukosa

CT Scan

Kelainan anatomi di kepala, leher dan dada

II. TINJAUAN PUSTAKA


Diagnosis disfagia
Penunjang

Kegunaan

Modified barium swallow

Menilai keadaan kedua sfingter esofagus,


menganalisa transfer dysphagia

Fleksible fiber optic

Menilai pergerakan faring dan laring

faringoskop
Video floroscopy

Menilai pergerakan faring dan laring

recording
Scintigraphy

Menilai

gangguan

pengosongan

orofaring,

lambung

esofagus,

dan

(Gastroesophageal refluks disease)


EMG

Menilai defisiensi fungsi saraf kranial

Manometri

Menilai gangguan motilitas peristaltik

pHmetri 24 jam

Pemeriksaan fefluks esofagitis

GERD

II. TINJAUAN PUSTAKA


GERD

Merupakan peristiwa masuknya


isi lambung ke dalam esofagus
yang terjadi secara intermiten
pada setiap orang, terutama
setelah makan.3

II. TINJAUAN PUSTAKA


GERD

Refluks tanpa menimbulkan gejala dan


perubahan histologik mukosa esofagus,
disebut refluks gastroesofagus fisiologik.3
Refluks terjadi berulang-ulang, sehingga
timbul gejala dan komplikasi, disebut
refluks gastroesofagus patologik (meliputi
refluks esofagitis dan refluks simtomatis) 3.
Pada refluks esofagitis terjadi perubahan
histologik, sedangkan refluks simtomatis
menimbulkan gejala tanpa perubahan
histologik dinding esofagus 3.

II. TINJAUAN PUSTAKA


ETIOLOGI GERD
GERD

disebabkan oleh multifaktor, yang


menurunkan tekanan sfingter esofagus
bawah sehingga terjadi refluks
gastroesofagus, misalnya coklat, obatobatan (misalnya aspirin), alkohol, rokok,
kehamilan.

Faktor

anatomi seperti tindakan bedah,


obesitas, pengosongan lambung yang
terlambat dapat menyebabkan hipotensi
sfingter esofagus bawah sehingga
menimbulkan refluks gastroesofagus. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


PATOFISIOLOGI GERD

II. TINJAUAN PUSTAKA


GEJALA GERD
Gejala yang timbul kadang-kadang sukar
dibedakan dengan kelainan fungsional lain dari
traktus gastrointestinal, antara lain :
- Rasa panas di dada (heart burn),
terutama post prandial heart burn
- Nyeri dada substernal
- Sendawa
- Mual
- Muntah
- Cegukan
- Odinofagia
- Suara serak, dll.

II. TINJAUAN PUSTAKA


DIAGNOSIS GERD
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis
pemeriksaan fisik
pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan Radiologi
Roentgen esofagus dengan kontras Barium (esofagogram)
atau fluoroskopi dan pemeriksaan serial traktus
gastrointestinal bertujuan untuk menyingkirkan penyakit
penyakit seperti striktur esofagus, akalasia, dll.
b. Pemeriksaan Manometri
c. Pemeriksaan Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi dapat menilai kelainan mukosa
esofagus dan melakukan biopsi esofagus untuk mendeteksi
adanya esofagus Barret atau suatu keganasan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


DIAGNOSIS GERD
d. Tes Provokatif
Tes perfusi asam dari Bernstein merupakan tes sederhana
dan akurat untuk menilai kepekaan mukosa esofagus
terhadap asam.

e. Pengukuran pH dan tekanan esofagus


Pengukuran ini menggunakan alat yang dapat mencatat pH
intra-esofagus post prandial selama 24 jam dan tekanan
manometrik esofagus. Bila pH < 4 dianggap ada PRGE.

f. Tes Skintigrafi gastroesofagus.


Bertujuan untuk menilai pengosongan esofagus dengan
menggunakan radioisotop dan bersifat non invasif.

III. KESIMPULAN
Deglutasi adalah mekanisme yang kompleks,
merupakan keseluruhan proses memindahkan makanan
dari mulut ke lambung melalui esofagus.
Dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu : tahap oral yang
bekerja secara volunter; tahap faringeal berlangsung
secara involunter dimana makanan masuk ke dalam
esofagus, dan terakhir adalah tahap esofageal yang juga
terjadi secara involunter dan merupakan tahapan dimana
makanan berada dalam esofagus dan menuju ke lambung.
Gangguan proses ini disebut disfagia (kesulitan menelan)
dan refluks. Keadaan ini dapat disebabkan oleh banyak hal
baik berupa kelainan kongenital, inflamasi, benda asing,
psikis, kelainan neurologi, penyakit degeneratif,
keganasan. Oleh karena itu untuk mencaritahu penyebab
yang mendasarinya perlu dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
akurat.

IV. SARAN
Menelan merupakan suatu proses
yang kompleks sehingga perlu pemahaman
tentang fisiologi proses menelan agar dapat
mengerti setiap gangguan yang terjadi
pada proses menelan.
Setiap gangguan yang terjadi pada
proses menelan memerlukan pemeriksaan
yang komprehensif mulai dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan
penunjang agar dapat menegakkan
diagnosis tersebut.

IV. PENUTUP
Demikianlah referat ini kami buat
supaya kita dapat memahami
anatomi, fisiolofi, gangguan pada
proses menelan. Kami mohon
maaf apabila masih terdapat
berbagai kekurangan pada
referat ini. Atas perhatiannya
kami ucapkan ter

IV. DAFTAR PUSTAKA


1. Kamus Saku Kedokteran Dorland.EGC. edisi 25 : 295.1998
2. Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

EGC. Edisi 6. 2006: 404-406


3. Robert E. Sedlack, MD, MHPE, dkk. Mayo Clinic Internal Medicine
Review. Mayo Clinic. Edisi 8. 2008:257-258
4. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. EGC. Edisi
2. 2001: 548-550
5. Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. FK UI. Edisi 6. 2007: 276-281
6. D.Soetikno Sp.Rad, dr Rista. Pencitraan Disfagia. FK UNPAD.
Bandung. 2007
7. Difficulty swelling. Available
at://www,mayoclinic.com/health/difficulty-swallowing
8. Fauci dkk. Harrisons Principles of Internal Medicinie. McGraw-Hill
companies. 7th edition. 2008.
9. Roosadi Sp.THT-KL, Msi.Med, dr Kristiawan A. Dysphagia.US:
Wikimedia Foundation Inc, 2007. http://thtkl.wordpress.com
10.Nam, JP. Dysphagia. Available at http://www.emedicine.com. 2006

Anda mungkin juga menyukai