Anda di halaman 1dari 26

B

A
B
KESANTUNAN EJAAN DAN ISTILAH BAHASA INDONESIA
Mahasiswa diharapkan dapat memahami serta menerapkan kesantunan penulisan ejaan
dan istilah setelah mempelajari bagian ini.
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang dalam
kehidupannya

selalu

bermasyarakat.

Dalam

kehidupan

bermasyarakatnya ini dikembangkan norma-norma etika yang


membedakan antara yang benar dan yang salah, dan normanorma estetika yang membedakan antara yang baik dan yang
buruk atau yang indah dan yang tidak indah. Norma-norma etika
dan norma-norma estetika yang demikian itu diterapkannya
selain ke dalam setiap aspek kehidupannya, juga ke dalam setiap
lembaga-lembaga sosial dan perilaku sosial. Salah satu bentuk
perilaku sosial adalah perilaku berbahasa.
Bentuk ungkapan bahasa yang benar dan baik sering
dihubungkan dengan bentuk ungkapan bahasa yang baku atau
standar, yaitu bentuk ungkapan bahasa yang dipakai sebagai
pedoman atau dianggap sebagai bentuk ungkapan bahasa yang
ideal. Bahasa yang benar dan baik senantiasa memperhatikan
kaidah atau norma bahasa. Salah satunya adalah kaidah ejaan
dan kaidah penyusunan istilah.
KESANTUNAN ISTILAH
Istilah ialah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama
atau lambang yang dengan cermat mengungkapkan makna
konsep, proses, keadaan, atau sifat khas dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Pembentukan istilah perlu

50

memperhatikan

persyaratan

dalam

pemanfaatan

kosakata

bahasa Indonesia. Istilah yang dipilih adalah (1) kata atau frasa
yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan
yang tidak menyimpang dari makna, (2) kata atau frasa yang
paling singkat di antara pilihan yang tersedia yang mempunyai
rujukan sama, (3) kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi)
baik., (4) kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik), dan (5)
kata

atau

frasa

yang

bentuknya

menurut

kaidah

bahasa

Indonesia.
Proses Pembentukan Istilah
Pemadanan istilah
Pemadanan istilah bahasa asing ke bahasa Indonesia, dan
jika

perlu

salah

satu

bahasa

serumpun,

dilakukan

lewat

penerjemahan, penyerapan, atau gabungan penerjemahan dan


penyerapan.

Demi

keseragaman,

sumber

rujukan

yang

diutamakan adalah istilah Inggris yang pemakaiannya bersifat


internasional

karena

sudah

dilazimkan

para

ahli

dalam

bidangnya. Penulisan istilah serapan itu dilakukan dengan atau


tanpa penyesuaian ejaannya berdasarkan kaidah fonotaktik,
yakni relasi urutan bunyi yang diizinkan dalam bahasa Indonesia.
1. Penerjemahan
a. Penerjemahan langsung, berdasarkan:
- Kesesuaian

makna,

contoh:

supermarket

(pasar

swalayan)
- Kesesuaian bentuk dan makna, contoh: bounded zone

(kawasan berikat).
b. Penerjemahan dengan perekaan melalui penciptaan istilah

baru, contoh: factoring diterjemahkan menjadi anjak


piutang sebagai padanan istilahnya dan catering menjadi
jasa boga, dan invention menjadi rekacipta.

51

2. Penyerapan
Proses penyerapan istilah asing, dengan mengutamakan
bentuk visualnya, dilakukan dengan empat cara seperti
berikut.
1) Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal
Misalnya: microphone [ma Ikrofon] menjadi mikrofon [m
ikrofon]
2) Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian
lafal
Misalnya: science [say ns] sains [sa ins]
3) Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dengan penyesuaian
lafal
Misalnya: bias [baie s] bias [bias]
4) Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal
a) Penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan
lafal (penyerapan secara utuh) dilakukan jika istilah itu
bertahan ejaan dan lafalnya dalam banyak bahasa
modern. Istilah tersebut dicetak dengan huruf miring.
Misalnya: allegro, moderato, dan divide et impera.
b) Penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal,
yang juga dipakai secara luas dalam kosakata umum.
Istilah

tersebut

(dicetak

tidak

ditulis

dengan

dengan

huruf

huruf

miring
tegak).

Misalnya: internet -- internet


5) Penyesuaian ejaan afiks dan bentuk terikat istilah asing
a) Penyesuaian ejaan prefiks dan bentuk terikat
Prefiks asing yang bersumber dari bahasa IndoEropa dapat dipertimbangkan pemakaiannya dalam
peristilahan Indonesia setelah disesuaikan ejaannya.
Prefiks asing itu ialah sebagai berikut.
Prefik

Arti

Perubah

Contoh

52

a-,

s
menyimpang

an
tetap a-,

amoral

ab-,

dari,

ab-, abs-

amoral

abs-

menjauhkan

a-, an-

dari
tidak, bukan,

tetap a-,

anernia ane

tanpa

an-

mia

ad-,

berdekatan

menjadi

acculturatio

ac-ke

dengan,

ad-, ak-

n akulturasi

melekat pada
b) Penyesuaian ejaan sufiks
Sufiks asing dalam bahasa Indonesia diserap
sebagai bagian kata berafiks yang utuh. Kata seperti
standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara
utuh di samping kata standar, implemen, dan objek.
Berikut beberapa kata bersufiks tersebut.
Sufiks
-aat

Perubahan
menjadi -at

Contoh
advocaat
advokat

(Belanda)
-able, -ble

menjadi -bel

variable

(Inggris)
-ac (Inggris)

menjadi -ak

maniac

variabel
maniak

3. Gabungan Penerjemahan dan Penyerapan

Perekaciptaan Istilah
Kegiatan ilmuwan, budayawan, dan seniman yang
bergerak di baris terdepan ilmu, teknologi, dan seni mungkin
mencetuskan konsep yang belum ada selama ini. Istilah baru
untuk

mengungkapkannya

dapat

direkacipta

sesuai

lingkungan dan corak bidang kegiatannya. Dalam beberapa

53

tahun terakhir misalnya, telah direkacipta istilah pondasi


cakar ayam, penyangga sosro bahu, plasma inti rakyat, dan
tebang

pilih

Indonesia,

yang

telah

ditambahkan

dalam

khazanah peristilahan.
Pembakuan dan Kodifikasi Istilah
Istilah yang diseleksi lewat pemantapan, penerjemahan,
penyerapan, dan perekaciptaan dibakukan lewat kodifikasi
yang mengusahakan keteraturan bentuk seturut kaidah dan
adat

pemakaian

bahasa.

Kodifikasi

tercapai

dengan

penyusunan sistem ejaan, buku tata bahasa, dan kamus yang


merekam dan menetapkan bentuk bakunya.
Aspek Tata Bahasa Peristilahan
a. Istilah Bentuk Dasar
Istilah dengan unsur bentuk dasar dipilih di antara
kelas kata utama seperti nomina, verba, adjektiva, dan
numeralia. Contoh:
Nomina

: kaidah, busur, cahaya

Verba

: keluar, uji, tekan

Adjektiva

: kenyal, acak, cemas

Numeralia : gaya empat, (pukulan) satu-dua, (bus) dua


tingkat
b. Istilah Bentuk Berafiks
Istilah bentuk berafiks dijabarkan dari bentuk dasar
dengan penambahan prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks
seturut

kaidah

pembentukan

kata

bahasa

Indonesia,

misalnya, dari bentuk pirsa dijabarkan menjadi pemirsa,


bukan pirsawan; hantar dijabarkan menjadi keterhantaran,
bukan kehantaran. Istilah bentuk berafiks menunjukkan
pertalian teratur antara bentuk dan maknanya.
c. Istilah Bentuk Ulang

54

Istilah bentuk ulang dapat berupa ulangan bentuk


dasar seutuhnya

atau sebagian, dengan atau tanpa

pengimbuhan dan pengubahan bunyi.


1. Bentuk Ulang Utuh

Istilah ini mengacu pada kemiripan. Contoh: ubur-ubur,


paru-paru, bola-bola, orang-orang.
2) Bentuk Ulang Suku Awal (dwipurwa)
Istilah tersebut dibentuk melalui pengulangan konsonan
awal. Contoh: laki----lelaki, rata-----rerata, tangga---tetangga.
3) Bentuk Ulang Berafiks
Istilah bentuk ulang dengan afiksasi. Contoh: pohon---pepohonan.
4) Bentuk Ulang Salin Suara
Istilah tersebut dibentuk melalui perubahan bunyi.
Contoh:

balik----bolak-balik,

warna-------warna-warni,

teka------teka-teki. Dari segi makna, perulangan tersebut


mengandung makna bermacam-macam.
d. Istilah bentuk majemuk
1) Gabungan bentuk bebas
a. Gabungan bentuk dasar
Misalnya: garis lintang, tampak depan, rawat jalan.
b. Gabungan bentuk dasar dengan bentuk berafiks
Misalnya: tertangkap tangan, proses berdaur, sistem
pencernaan.
c. Gabungan bentuk berafiks dengan bentuk berafiks
Misalnya: perawatan kesehatan, kesehatan
lingkungan.
2) Majemuk Bentuk Bebas dengan Bentuk Terikat

Ada sejumlah bentuk terikat yang berasal dari bahasa


Jawa Kuno dan Melayu. Misalnya:
purba----- purbawisesa absolute power

55

su------- susila goodmorals


Sementara itu, bentuk terikat dari bahasa asing barat,
dengan

beberapa

perkecualian,

langsung

diserap

bersama-sama dengan kata lain yang mengikutinya.


Contoh gabungan bentuk asing barat dengan kata
Melayu-Indonesia

adalah

inframerah,

subbagian,

mulitijutawan.
3) Majemuk bentuk terikat
Gabungan yang unsur-unsurnya
terikat,

dilakukan

dengan

merupakan bentuk

merangkai

unsur-unsur

tersebut. Penulisan setiap unsur tidak dipisahkan dan


tidak diberi tanda hubung. Contoh: dasawarsa decade.
e. Istilah bentuk analogi
Istilah bentuk analogi bertolak dari pola bentuk
istilah yang sudah ada. Berdasarkan pola bentuk pegulat,
tata bahasa, juru tulis, pramugari dan beranalogi pada
istilah tersebut dibentuk berbagai istilah lain. Misalnya:
pegolf (golfer) dan peselancar (surfer).
Aspek Semantik Peristilahan
Pemberian makna baru
Istilah baru dapat dibentuk lewat penyempitan dan
perluasan makna kata yang lazim dan yang tidak lazim.
Artinya,

kata

itu

dikurangi

atau

ditambah

jangkauan

maknanya sehingga penerapannya menjadi lebih sempit atau


lebih luas.
a) Penyempitan makna
Kendala yang bermakna penghalang, perintang
dipersempit

maknanya

menjadi

pembatas

keleluasan

gerak, yang tidak perlu menghalangi atau merintangi,


untuk dijadikan istilah baru bidang fisika sebagai padanan
istilah

inggris

constraint.

Tenaga

yang

bermakna

56

kekuatan

untuk

menggerakkan

sesuatu

dipersempit

maknanya untuk dijadikan sebagai padanan istilah energi


dan daya menjadi padanan istilah power.
b) Perluasan Makna
Garam

yang

bermakna

garam

dapur

(NaCl)

diperluas maknanya sehingga mencakup semua jenis


senyawa bidang kimia. Canggih yang bermakna banyak
cakap, bawel, cerewet diperluas maknanya di bidang
teknik menjadi kehilangan kesederhanaan asli (seperti
sangat rumit, ruwet, atau terkembang). Pesawat yang
bermakna alat, perkakas, mesin diperluas maknanya di
bidang teknik menjadi kapal terbang.
Istilah sinonim
Dua istilah atau lebih yang maknanya sama atau mirip,
tetapi berlainan bentuk, disebut sinonim. Di antara istilah
sinonim salah satunya perlu ditentukan menjadi istilah baku
atau yang diutamakan. Selain itu, istilah sinonim dapat
dipakai di samping istilah baku yang diutamakan. Misalnya:
Istilah yang
Diutamakan
Absorb
Acceleration
Diameter

Istilah

Sinonim

Serap
Percepata

absorb
akselera

n
garis

si
diamete

tengah

Istilah homonim
Istilah homonim berupa dua istilah, atau lebih, yang
sama ejaan dan lafalnya, tetapi maknanya berbeda karena
asalnya berlainan. Istilah homonim dapat dibedakan menjadi
homograf dan homofon.

57

1) Homograf , ialah istilah yang sama ejaannya, tetapi


berbeda lafal. Misalnya:

pedologi paedo ilmu tentang

hidup dan perkembangan anak


pedologi pedenon ilmu tentang tanah
2) Homofon, ialah istilah yang sama lafalnya, tetapi berbeda
ejaan. Misalnya: bank dengan bang, massa dengan masa.
Istilah hiponim
Istilah hiponim ialah bentuk yang maknanya terangkum
dalam hiperonim, atau superordinatnya, yang mempunyai
makna yang lebih luas. Kata mawar, melati, cempaka,
misalnya, masing-masing disebut hiponim terhadap kata
bunga yang menjadi hipernim atau superordinatnya. Dalam
terjemahan, hipernim atau superordinat pada umumnya tidak
disalin dengan salah satu hiponimnya, kecuali jika dalam
bahasa Indonesia tidak terdapat istilah superordinatnya. Kata
poultry, misalnya, diterjemahkan dengan unggas, dan tidak
dengan ayam atau bebek. Jika tidak ada pasangan istilahnya
hipernimnya dalam bahasa Indonesia, konteks situasi atau
ikatan kalimat suatu superordinat asing akan menentukan
hiponim Indonesia mana yang harus dipilih.

Pelatihan 1
Carilah padanan kata dari istilah asing baru di bawah ini!
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

affection
airport
all round
announcer
assembling
baby sitter
back hand
blank
brainstormi
ng

10.
blend
er
11.
cash
12.
cateri
ng
13.
coffe
e house
14.
const
ant
15.
costu
mer

16.
deale
r
17.
depar
tment
18.
edit
19.
editin
g
20.
elega
nt
21.
expose

58

22.
fast
food
23.
fiber
glass
24.
flavo
ur
25.
half
time
26.
full
time
27.
playb
ack
28.
suppl
y
29.
suppl
ier
30.
previ
ew
31.
premi
x
32.
rando
m
33.
rank
34.
ranki
ng
KESANTUNAN EJAAN

35.
repla
y
36.
sche
dule
37.
snack
38.
sophi
sticated
39.
super
market
40.
spare
part
41.
super
power
42.
super
visor
43.
stainl
ess steel
44.
take
off
45.
tissu
e
46.
up to
date
47.
valid

48.
polic
y
49.
imag
e
50.
impa
ct
51.
input
52.
level
53.
mast
erpiece
54.
micro
wave
55.
monit
or
56.
out of
date
57.
outpu
t
58.
overa
cting
59.
overl
apping
60.
platfo
rm

Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi


ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata,
huruf, dan tanda baca.
Perkembangan ejaan di Indonesia diawali dengan ejaan
van Ophuijsen. Ejaan van Ophuijsen ditetapkan sebagai ejaan
bahasa melayu pada 1901. Ciri khas yang menonjol adalah
penggunaan huruf j untuk menuliskan kata-kata

jang dan

sajang, penggunaan huruf oe untuk menuliskan kata goeroe dan


kamoe, serta digunakannya tanda diakritik dan trema pada kata
mamoer dan doa.
Setelah mengalami perkembangan kedudukan Ejaan van
Ophuijsen tergantikan oleh Ejaan Soewandi. Ejaan Soewandi atau
Republik ditetapkan pada 19 Maret 1947 menggantikan ejaan

59

van ophuijsen. Ciri yang menonjol adalah penggunaan huruf u


untuk menggantikan huruf oe, penggunaan bunyi sentak k
menggatikan tanda diakritik , dan penulisan kata depan di dan
awalan di yang sama , yakni dirangkaikan dengan kata yang
mengikutinya.
Ejaan

Bahasa

Indonesia

yang

Disempurnakan

adalah

peraturan bahasa Indonesia yang diberlakukan sejak 1972 pada


saat Kongres Bahasa Indonesia sampai saat ini.
Ejaan yang Disempurnakan
Untuk

lebih

memahami

kesantunaan

ejaan,

penulis

kutipkan aturan berbahasa yang terangkum dalam Pedoman


Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang disempurnakan

yang

dikeluarkan ulang pada 2005 oleh Pusat Bahasa Departemen


Pendidikan Nasional melalui penerbit Balai pustaka. Isinya
meliputi:
1) Pemakaian huruf
Pemakaian huruf meliputi huruf abjad, huruf vokal, huruf
konsonan, huruf diftong, gabungan hururf konsonan,dan
pemenggalan kata
2) Pemakaian huruf kapital dan miring
a. Huruf Kapital atau Huruf Besar
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat, sebagai huruf pertama
petikan langsung, dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
untuk Tuhan, huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan dan keagamaan yang diikuti nama orang, unsur
nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau
yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi atau nama tempat, dll.
b. Huruf Miring

60

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk


menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam tulisan, menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. menuliskan
kata ilmiah atau ungkapan asing yang telah disesuaikan
ejaanya.
3) Penulisan kata
Dalam penulisan kata harus memperhatikan bagaimana
kita menulis kata dasar, kata turunan, bentuk ulang,
gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata si dan sang,
partikel, singkatan dan akronim, angka dan lambang bilangan.
Untuk etika cara penulisannya lebih lengkapnya bisa dilihat di
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang disempurnakan

Pelatihan 2
Perbaikilah penulisan kata atau gabungan kata yang tidak baku
di bawah ini!
Dayabeli
Ibukota
jurutulis
kajiulang
mejatulis

matahati
matakuliah
mata pelajaran
peranserta
ramahtamah

sepak bola
sumberdaya
tanda tangan
tatabahasa
ujicoba

61

bagaimana
barangkali
acap kali
belasungkawa
nonislam
pan afrika
pro-irak
mahaesa
mahapemurah
kerjasama
ultraviolet
inter kontinental
non formal

pasca sarjana
adi kuasa
antar daerah
anti klimaks
audio visual
bio teknologi
de moralisasi
ekstra kurikuler
infra merah
adakalanya
maha karya
mancanegara

mikro bus
monoteisme
bumiputera
darmabakti
daripada
darmawisata
dukacita
halalbihalal
hulubalang
intra sekolah
in konvensional
beasiswa
Duta besar

Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap
unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun
dari bahsa asing seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Balanda atau
Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam
bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan

besar.

Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke


dalam bahasa Indonesia, seperti:

reshuffle, shuttle cock,

Iexploitation de Ihomme par, Ihomme. Unsur-unsur ini dipakai


dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih
mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan
dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Dalam

hal

seperlunya

ini

diusahakan

sehingga

agar

bentuk

ejaannya

Indonesianya

hanya
masih

diubah
dapat

dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai


berikut.
aa (Belanda) menjadi a

62

octaaf

oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e


aerobe

aerob

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e


haemoglobin

hemoglobin

ai tetap ai
trailer

trailer

au tetap au
audiogram

audiogram

c di muka a, u ,o dan konsonan menjadi k


constraction

konstuksi

c di muka e, i, oe dan y menjadi s


central

sentral

cc di muka o, u dan konsonan menjadi k


accomodation

akomodasi

cc di muka e dan i menjasi ks


accent

aksen

cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k


saccharin

sakarin

ch yang lafalnya s atau sy menjadi s


Machine

mesin

ch yang lafalnya c menjadi c


Check

cek

c (Sansekerta) menjadi s
Cabda

sabda

e tetap e
effect

efek

ea tetap ea
idealist

idealis

ee (Belanda )menjadi e
statosfeer

statosfer

ei tetap ei

63

einsteinimum

einsteinium

eo tetap eo
stereo

stereo

eu tetap eu
neutron

neutron

f tetap f
fanatic

fanatik

gh menjadi g
sorghum

sorgum

i pada awal suku kata dimuka vokal tetap i


ion

ion

ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i


polities

politik

ie tetap ie jika lafalnya bukan i


Variety

varietas

kh (Arab) tetap kh
khusus

khusus

ng tetap ng
contingent

kontingen

oe (oi Yunani) menjadi e


oestrogen

estrogen

oo (Inggris) menjadi u
cartoon

kartun

oo (vokal ganda) tetap oo


coordination

koordinasi

ou menjadi u jika lafalnya u


coupon

kupon

ph menjadi f
phase

fase

ps tetap ps
pseudo

pseudo

pt tetap pt

64

pterosaur

pterosaur

q menjadi k :
frequency

frekuensi

rh menjadi r
rhythm

ritme

sc dimuka a,o,u, dan konsonan menjadi sk


scandium

skandium

sc dimuka e,i, dan y menjadi s


scenography

senografi

sch dimuka vokal menjadi sk


schema

skema

t dimuka i menjadi s jika lafalnya s


ratio

rasio

th menjadi t
theocracy

teokrasi

u tetap u
unit

unit

ua tetap ua
aquarium

akuarium

ue tetap ue
duet

duet

ui tetap ui
equinox

ekuinoks

uo tetap uo
fluorescein

fluoresein

uu menjadi u
prematuur

prematur

v tetap v
vitamin

vitamin

x pada awal kata tetap x


xenon

xenon

x pada posisi lain menjadi ks

65

executive

ekskutif

xc dimuka e dan i menjadi ks


exception

eksepsi

xc dimuka a,o,u, dan konsonan menjadi ksk


excavation

ekskavasi

y tetap y jika lafalnya y


yen

yen

y menjadi i jika lafalnya i


dynamo

dinamo

z tetap z
zenith

zenith

Catatan :
1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu
lagi diubah. Misalnya : kabar, sirsak, iklan, perlu, bengkel, dan hadir.
2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima
sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung
kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas.
Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja seperti
dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
Pemakaian Tanda Baca
1) Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam
suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya :
a. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan :

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau

huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka

66

atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam


deretan angka atau huruf.
2) Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara
yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului
oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Misalnya :Saya
ingin datang, tetapi hari hujan.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya. Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak akan
datang.
c. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat
dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk
kalimatnya. Misalnya: Saya tidak akan datang kalau hari
hujan.
d. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung
bagian lain dalam kalimat. Misalnya:

Kata Ibu, Saya

gembira sekali.
e. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: B.
Ratulangi, S.E.
f. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan
yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya: Guru saya, Pak
Ahmad, pandai sekali.
g. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa,
kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
h. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam

67

kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda


tanya atau tanda seru. Misalnya:

Di

mana

Saudara

tinggal? tanya Karim. Berdiri lurus-lurus! perintahnya.


3) Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
4) Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: Kita
sekarang, memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja,
dan lemari.
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu
merupakan

pelengkap

yang

mengakhiri

pernyataan.

Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.


b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian. Misalnya:
Ketua

: Ahmad Wijaya

Sekretaris : S. Handayani.
Bendahara : B. Hartawan
c. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan
halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii)
di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv)
nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya: Tempo, I (1971), 34: 7
5) Tanda Hubung ( - )
a. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satusatu dan bagian-bagian tanggal. Misalnya:

p-a-n-i-t-i-a

8-4-1973

68

b. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan


kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) kedengan angka, (iii) angka dengan an, (iv) singkatan
berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama
jabatan rangkap. Misalnya: se-Indonesia, se-Jawa Barat,
hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X,
Menteri-Sekretaris Negara.
c. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-smash,
pen-tackle-an.
6) Tanda Pisah (-)
a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu saya

yakin akan tercapai

diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.


b. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya: Rangkaian temuan inievolusi, teori kenisbian,
dan kini juga pembelahan atomtelah mengubah konsepsi
kita tentang alam semesta.
c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal
dengan arti sampai ke atau sampai dengan. Misalnya:
1910 1945
Catatan: Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan
dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan
sesudahnya.
7) Tanda Elipsis ()
a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu ya, marilah kita bergerak.

69

b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat


atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan akan diteliti lebih lanjut.
Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah
kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah
untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk
menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai
akhir kalimat.
Misalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan
hati-hati....
8) Tanda Tanya (?)
Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk
menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: Ia
dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
9) Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang
kuat. Misalnya:
10)

Alangkah seramnya peristiwa itu!

Tanda Kurung (())

a. Tanda

kurung

mengapit

tambahan

keterangan

atau

penjelasan. Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai


menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya: Sejak
Trenggano yang berjudul ubud (nama tempat yang
terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. keterangan itu

70

(lihat tabel 10) menunjukan arus perkembangan baru


dalam pasaran dalam negeri.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya
di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya :
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci
satu urutan keterangan.
Misalnya :
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b)
tenaga kerja, dan (c) modal.
11. Tanda Kurung Siku ([])
a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok
kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau
bagian

kalimat

menyatakan

yang

bahwa

ditulis

orang

kesalahan

atau

lain.

Tanda

itu

kekurangan

itu

memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya: Sang


Sapurba men [d] engar bunyi gemerisik.

b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat

penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya :


Persamaan kedua proses ini [perbedaannya dibicarakan
di

dalam

Bab

II

(lihat

halaman

35-38)]

perlu

dibentangkan disini.
12. Tanda Petik

()

a. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab


buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya:

71

Bacalah Bola Lampu dalam buku Dari Suatu Masa,


dari Suatu Tempat.
b. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal
atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya :
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara coba dan
ralat saja.
c. Tanda

petik

penutup

mengikuti

tanda

baca

yang

mengahkiri petikan langsung. Misalnya:


Kata Tono,Saya juga minta satu.
d. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat
ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit
kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus
pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya :
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan Si
Hitam. Bang Komar sering disebut pahalawan; ia
sendiri tidak tahu sebabnya.
12. Tanda Petik Tunggal ()
a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun
di dalam petikan lain. Misalnya :
Tanya Basri,Kau dengar bunyi kring-kring tadi?.
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan,
atau

penjelasan

kata

atau

ungkapan

asing.

Misalnya :
Feed-back balikan

13. Tanda Garis Miring ( / )


Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan
kata tiap

Misalnya:

72

Dikirimkan lewat darat darat/laut -lewat darat atau lewat


laut
Harganya Rp 25,00/lembar

-harganya p 25,00 tiap

lembar.
14. Tanda Penyingkat atau Apostrof( )
Tanda penyingkat menunjukan penghilang bagian kata
atau bagian angka tahun. Misalnya :
Alikan kusurati

(kan =akan)

Pelatihan 3
Bagilah kelas ke dalam empat kelompok. Setiap kelompok akan
membakukan penulisan kata dalam kolom di bawah ini! Kerjakan
dengan cepat dan tepat karena waktu yang disediakan terbatas,
3 menit!
Sudah bakukah penulisan kata berikut? Jika belum, bakukan!
KELOMPOK I

KELOMPOK
II

KELOMPOK
III

KELOMPOK IV

1. adpertensi
2. adpokat
3. erobik
4. aseptor
5. akte
6. aktifitas
7. aktifis
8. akountan
9. alenia
10.al-quran
11.ambulan
12.analisa
13.anggouta
14.antri
15.asesori
16.apotik
17.arkhais
18.arkheologi
19.ashar
20.azas
21.atlit
22.atmosfir
23.adzan
24.quesioner

1. esei,esa
y
2. fardlu
3. pebruari
4. pisik
5. frustasi
6. foto
kopi
7. gladi
resik
8. kendan
g
9. jenerik
10.goncan
g
11.hadist
12.hakekat
13.hektar
14.hirarki
15.hipotes
a
16.homogi
n
17.ijasah

1. otobiogra
fi
2. begasi
3. bhakti
4. balan
5. bathin
6. barokah
7. beaya
8. bioskup
9. bonsai
10.bongkok
11.bis
12.cidera
13.mengicipi
14.difinisi
15.disain
16.diagnosa
17.disel
18.deferensi
asi
19.dirijen
20.donatur
21.ekosistim
22.eksport

1. jadual
2. jenasah
3. jendral
4. yudo
5. jumat
6. sekedar
7. kaedah
8. karir
9. kharisma
10.katalok
11.kaula
12.kalayak
13.katulistiw
a
14.kayal
15.kuatir
16.kasanah,
khasanah
17.khutbah
18.komplek
19.kondite
20.konggres
21.konsekwe
nsi

73

25.quota
26.legalisir
27.maaf
28.loka karya
29.madya
30.maghrib
31.makluk
32.mesjid
33.maximum
34.malaekat
35.managem
ent
36.manager
37.mantera
38.materai
39.metoda
40.milyar
41.mubaligh
42.mubadir
43.musium
44.mutakir
45.wassalam

18.himbau
19.indra
20.influens
a
21.insyaf
22.isteri
23.ijin
24.prasety
a
25.propinsi
26.projek
27.psikotes
28.putera
29.ramadlo
n
30.ransel
31.rante
32.raport
33.rosul
34.revolosi
35.rizki
36.risih
37.resiko
38.syahih
39.seksam
a
40.syaraf
41.sastera
42.sentaus
a
43.sintesa
44.sistimati
s
45.ujud

23.ekstrim
24.nakoda
25.nasehat
26.nara
pidana
27.nomer
28.non fiksi
29.nopembe
r
30.obyek
31.on
32.operasion
il
33.terorgani
sir
34.ortodok
35.faham
36.paradok
37.paragrap
38.patner
39.pasip
40.passport
41.prosen
42.fihak
43.fikir
44.perangko
45.permak

22.kriminil
23.kwalifikasi
24.sub unit
25.subyek
26.seteril
27.sutra
28.standard
29.sahadat
30.sahdu
31.sarat
32.sukur
33.tahta
34.tatabahas
a
35.tauladan
36.tentram
37.trampil
38.trap
39.taufan
40.transport
41.rubah
42.onta
43.udzur
44.varitas
45.jaman

DAFTAR PUSTAKA
Mustakim.1992. Membina Kemampuan Berbahasa. Panduan Ke
Arah Kemahiran Berbahasa. Jogjakarta: Gramedia.
Mustakim. 1996. Tanya Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum.
Jakarta: Gramedia.
Sugono, Dendy (ed.). 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesi: Jilid I.
Jakarta: Pusat Bahasa DEPDIKNAS.

74

Sugono, Dendy (ed.). 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesi: Jilid II.
Jakarta: Pusat Bahasa DEPDIKNAS
Suryam, Ukun. 1998. Dasar-Dasar Bahasa Indonesia
Baku.Bandung: Alumni.
.

75

Anda mungkin juga menyukai