Laporan Kimia Komputasi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 28

I.

TUJUAN PERCOBAAN

1. Membandingkan akurasi metode-metode perhitungan terhadap data


eksperimen
2. Menganalisis kurva energi potensial Lennard-Jones
3. Menganalisis profil energi molekul sikloheksana pada berbagai
konformasi
4. Menentukan geometri yang stabil untuk setiap energi minimum dari
konformer 1,3-butadiena

II.

LANDASAN TEORI

Kimia komputasi adalah cabang kimia yang menggunakan hasil kimia teori yang
diterjemahkan ke dalam program komputer untuk menghitung sifat-sifat molekul
dan perubahannya maupun melakukan simulasi terhadap sistem-sistem besar
(makromolekul seperti protein atau sistem banyak molekul seperti gas, cairan,
padatan, dan kristal cair), dan menerapkan program tersebut pada sistem kimia
nyata (Anonim, 2011).
Kimia komputasi dapat dikatakakan juga sebagai ilmu yang menjembatani antara
kimia teori dengan kimia eksperimen karena kimia komputasi ini memiliki
kelebihan tersendiri dibandingkan dengan kimia eksperimen. Kelebihan kimia
komputasi dibandingkan kima eksperimen tentunya adalah untuk menghemat
bahan kimia yang digunakan. Kimia komputasi juga dapat menghasilkan
informasi yang tidak dapat diterangkan secara eksperimen. Salah satu contohnya
adalah penentuan keadaan transisi (keadaan antara) suatu reaksi (Pranowo, 2002)).
Dalam perkembangannya, komputasi kimia dapat memecahkan masalah-masalah
yang tidak bisa diselesaikan dengan eksperimen. Kimia komputasi digunakan
1

untuk menjelaskan beragam sistem kimia dengan kompleksitas yang sangat luas
(Pranowo, 2002).
Metode kimia komputasi dapat dibedakan menjadi 2 bagian besar yaitu mekanika
molekuler dan metode struktur elektronik yang terdiri dari metode semiempiris,
metode ab initio dan metode yang sekarang berkembang pesat yaitu teori
kerapatan fungsional (density functional theory, DFT). Masing-masing metode ini
memiliki kelebihan dan kekurangannya. Berikut merupakan penjelasan dari
masing-masing metode di atas.
a.

Mekanika molekuler
Mekanika molekul merupakan sebuah metode empiris yang digunakan untuk
menyatakan energi potensial dari molekul sebagai fungsi dari variabel
geometri. Elektron tidak dipertimbangkan secara eksplisit dan fungsi energi
potensial bergantung pada posisi dari inti. Fungsi energi potensial ini
merupakan pendekatan tipe Born Oppenheimer yang menyatakan energi
potensial permukaan pada tingkat inti atom. Dalam hal ini gerakan elektron
dihitung sebagai rerata relatif terhadap pengaruh gerakan inti. Sistem
elektronik dimasukkan secara implisit dengan pemilihan parameter yang
didasarkan pada data eksperimen. Pada metode ini molekul digambarkan
sebagai kumpulan atom yang berinteraksi dengan atom yang lain dengan
fungsi analitik sederhana yang didasarkan pada persamaan mekanika klasik.
Parameter yang digunakan dalam perhitungan energi diturunkan dari data
base struktur yang diperoleh secara eksperimen dan atau metode mekanika
kuantum. Persamaan dan parameter yang digunakan untuk mendefinisikan
potensial energi permukaan sebuah molekul dalam mekanika molekular
merujuk pada sekumpulan angka yang dinamakan medan gaya (Force Field)
(Pranowo, 2001)

b. Metode ab initio
Istilah Ab initio adalah bahasa latin untuk dari awal. Nama ini diberikan
kepada perhitungan yang berasal langsung dari prinsip-prinsip teoritis, tanpa
masuknya data eksperimen. Sebagian besar saat ini adalah mengacu ke
perhitungan perkiraan kuantum mekanik. Perkiraan yang dibuat biasanya
perkiraan matematika, seperti menggunakan bentuk fungsional sederhana
untuk fungsi atau mendapatkan solusi perkiraan untuk sebuah persamaan
diferensialTipe yang paling terkenal dari metoda ab initio adalah perhitungan
Hartree-Fock (HF) dengan metoda pendekatan medan pusat (central field
approximation). Ini berarti bahwa tolakan Coulombik antar elektron tidak
secara spesifik dimasukkan dalam perhitungan, tetapi efek total interaksi
korelasinya dimasukkan dalam perhitungan sebagai suatu besaran konstant.
Metoda ini merupakan perhitungan variasional, yang berarti bahwa energi
pendekatan terhitung adalah sama atau lebih tinggi daripada energi eksaknya.
Dengan menggunakan pendekatan medan pusat ini, energi yang diperoleh
dengan perhitungan HF selalu lebih tinggi daripada energi eksak dan
cenderung pada harga limit tertentu yang dinamakan HF limit.
Pendekatan kedua dari perhitungan HF adalah fungsi gelombang harus
digambarkan dengan beberapa bentuk fungsi, yang sebenarnya hanya dapat
dihitung secara pasti untuk beberapa sistem yang mengandung satu elektron.
Fungsi yang digunakan sering sekali merupakan kombinasi x) atau orbital
tipe Gaussianalinear dari orbital tipe Slater exp(- x2), yang sering disingkat
STO atau GTO. Fungsi gelombangaexp(- tersusun atas kombinasi linear dari
orbital atom, atau yang lebih sering terjadi adalah merupakan kombinasi
linear dari himpunan fungsi (basis functions). Dengan pendekatan ini, banyak
perhitungan HF memberikan hasil energi terhitung lebih besar dari HF limit.
Himpunan basis (basis set) yang digunakan sering dinyatakan dengan
singkatan, seperti STO-3G atau 6-31++G*.
Sejumlah tipe perhitungan dimulai dengan perhitungan HF kemudian
dikoreksi dengan memasukkan term tolakan antar elektron, yang diistilahkan
3

dengan efek korelasi (correlation effect). Beberapa contoh dari metoda ini
adalah teori perturbasi Moeler-Plesset (MPn, n menyatakan tingkat koreksi),
Ikatan Valensi Tergeneralisasi (Generalized Valence Bond, GVB), Medan
Keajekan Diri Multi-Konfigurasi (Multi-Configurations Self Consisten Field,
MC-SCF), Interaksi Konfigurasi (Configuration Interaction, CI), dan Coupled
Cluster Theory, CC. Sebagai suatu kelompok, metoda tersebut dikenal dengan
perhitungan terkorelasi atau Post-SCF. Metoda yang dapat mengatasi
terjadinya kesalahan perhitungan HF dalam suatu molekul dinamakan Monte
Carlo Kuantum (Quantum Monte Carlo, QMC). Ada beberapa macam QMC,
misalnya fungsi variasional, diffusi dan Green. Metoda ini bekerja dengan
fungsi gelombang terkorelasi secara ekplisit dan evaluasi integral numerik
menggunakan integrasi Monte Carlo. Perhitungan ini memerlukan waktu
yang panjang, tetapi perlu diingat bahwa metoda ini merupakan metoda yang
paling akurat yang diketahui sekarang.Metoda ab initio alternatif yang
berkembang pesat pada dekade ini adalah teori fungsional kerapatan (Density
Functional Theory, DFT). Dalam DFT, total energi dinyatakan dalam term
kerapatan elektron total, bukan sebagai fungsi gelombang. Dalam jenis
perhitungan ini, terdapat pendekatan hamiltonian dan pendekatan pernyataan
untuk kerapatan elektron total.
Sisi baik dari metoda ab initio adalah metoda ini menghasilkan perhitungan
yang pada umumnya mendekati penyelesaian eksak karena semua jenis
pendekatan yang telah dibuat dapat dianggap cukup kecil secara numerik
relatif terhadap penyelesaian eksaknya. Sisi buruk dari metoda ab initio
adalah mereka merupakan metoda yang mahal. Metoda ini memerlukan
kapasitas yang besar pada waktu operasi CPU komputer, memori dan ruang
penyimpanan (disk). Metoda HF memerlukan waktu berbanding lurus dengan
N pangkat 4, N adalah fungsi basis, sehingga perhitungan akan berlipat 16
kali jika fungsi basis yang digunakan dua kali lebih besar. Dalam prakteknya,
penyelesaian yang akurat sekali hanya akan diperoleh jika molekul
mengandung hanya beberapa puluh elektron. Secara umum, perhitungan ab
4

initio memberikan hasil kualitatif yang sangat baik dan dapat memberikan
kenaikan keakuratan hasil kuantitatif jika molekul yang dikaji semakin kecil.
(Anonim, 2011).
Teori kerapatan fungsional (density functional theory, DFT).
Merupakan salah satu dari beberapa pendekatan populer untuk perhitungan
struktur elektron banyak-partikel secara mekanika kuantum untuk sistem
molekul dan bahan rapat. Teori Fungsi Kerapatan (DFT) adalah teori
mekanika kuantum yang digunakan dalam fisika dan kimia untuk mengamati
keadaan dasar dari sistem banyak partikel. Sasaran utama dari teori fungsi
kerapatan adalah menggantikan fungsi gelombang elektron banyak-partikel
dengan kerapatan elektron sebagai besaran dasarnya
c.

Metode semiempiris
Pendekatan semiempiris biasanya dirumuskan dalam kerangka konseptual
yang sama seperti metode ab initio, tetapi mereka mengabaikan banyak
integral kecil untuk mempercepat perhitungan. Agar mengimbangi kesalahan
yang disebabkan oleh perkiraan, parameter empiris dimasukkan ke dalam
integral yang tersisa dan dikalibrasi terhadap eksperimental dapat diandalkan
atau data referensi teoritis. Strategi ini hanya dapat berhasil jika Model
semiempiris mempertahankan fisika esensial untuk menggambarkan sifatsifat penting. Dengan ketentuan bahwa hal ini terjadi, parameterisasi tersebut
dapat menjelaskan semua efek lainnya dalam pengertian rata-rata, dan itu
kemudian hitungan validasi untuk menetapkan akurasi numerik pendekatan
yang diberikan.
Dalam prakteknya saat ini, metode semiempiris berfungsi sebagai alat
komputasi efisien yang dapat menghasilkan perkiraan kuantitatif cepat untuk
sejumlah sifat. Hal ini mungkin sangat berguna untuk menghubungkan
banyak set data eksperimental dan teoritis, untuk menetapkan tren di kelas

molekul yang terkait, dan untuk memindai permasalahan komputasi sebelum


melanjutkan dengan tingkat yang lebih tinggi.
Dibandingkan dengan ab initio atau metode kerapatan fungsional,
perhitungan semiempiris yang lebih cepat, namun kurang akurat, dengan
kesalahan yang kurang sistematis sehingga sulit untuk memperbaiki. Oleh
karena itu, tetap ada kebutuhan untuk meningkatkan metode semiempiris
berkaitan dengan akurasi dan berbagai penerapan, tanpa mengorbankan
efisiensi komputasi mereka. Selain itu, ada kebutuhan untuk mengembangkan
algoritma baru untuk mengeksploitasi arsitektur komputer modern dan untuk
memperluas perhitungan semiempiris pada molekul yang jauh lebih besar.
(Pranowo, 2001).

III.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Adapun berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil pengamatan
sebagai berikut:
1. Akurasi metode-metode perhitungan terhadap data eksperimen
Moleku
l
F2

metode
semiempirik AM1
semiempirik PM3
semiempirik CNDO
HF 6-31G
HF 6-31G(d,p)
DFT B3LYP 631G(d,p)
DFT B3LYP ccpVDZ
DFT B3LYP
LanL2DZ
MP2 6-31G(d,p)
CCSD 6-31G(d,p)
CASSCF 631G(d,p)

Energi ikat (kJ/mol)


eksperi
teoritik
men
-252.2688468 158,8
-248.9114888
-1410.30541
198.545558
136.93834
-176.488709

Panjang ikatan ()

-157.991751

1.40986

-117.036976

1.46039

-158.367827
-121.640667
-2600.794299

1.42060
1.42523
1.34550

teoritik

eksperimen

1.42693
1.35019
1.11905
1.41243
1.34488
1.40334

1,4119

2. Data hasil perhitungan analisis kurva energi potensial Lennard-Jones


Molekul

jarak ()

Cl2

4,0
3,7
3,5
3,0
2,8
2,6
2,4
2,2
2,0
1,9
1,6
1,3
1,0

Energi interaksi
(kJ/mol)
144.9047372
-2416256.03
-2416278.117
-2416363.12
-2416411.551
-2416467.709
-2416527.755
-2416580.923
-2416601.856
-2416585.607
-2416266.67
-2414731.392
-2408549.565

3. Data hasil perhitungan energi molekul sikloheksana pada berbagai


konformasi
No

Sikloheksana

jarak antar atom

jarak antar atom

Kursi

Haksial atas
C12 ke C16 yaitu 2,62922 A

Haksial bawah
C9 ke C7 yaitu 2,62922 A

setengah

C17ke C9 yaitu 3,76819 A

C16 ke C12yaitu 2, 42942 A

C15 ke C17 yaitu 2,32538 A

C14 ke C10 yaitu 2,87307 A

kursi

perahu
terpilin

Perahu

C16 ke C9 yaitu 2,31253 A

C7 ke C12 yaitu 2,7084 A

4. Data hasil perhitungan energi minimum dari konformer 1,3-butadiena


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

sudut dihedral
180o
150o
120o
90o
60o
45o
30o
15o
0o

Energi (kkal/mol)
-13687.75488
-13687.30469
-13686.29688
-13685.79297
-13686.27441
-13686.66504
-13686.9209
-13686.98828
-13686.98145

B. Pembahasan
Percobaan menggunakan beberapa aplikasi pada kimia komputasi ini telah
dilakukan. Percobaan pertama dilakukan perbandingan akurasi metodemetode perhitungan terhadap data eksperimen. Dalam percobaan ini kita
dapat menganalisis data perhitungan untuk membandingkan kekuatan ikatan
antara molekul F2. Selain itu, kita dapat mengetahui metode perhitungan yang
cocok/akurat terhadap data eksperimen menggunakan program GaussView.
Metode yang digunakan adalah Semiempirik AM1, Semiempirik PM3,
Semiempirik CNDO, HF 6-31G, HF 6-31G(d,p), DFT B3LYP 6-31G(d,p),
DFT B3LYP cc-pVDZ, DFT B3LYP LanL2DZ, MP2 6-31G(d,p), CCSD 631G(d,p), CASSCF 6-31G(d,p). Setelah melakukan percobaan pertama
diperoleh hasil berupa energi ikat (bonding energy) pada ikatan F-F dan
9

panjang ikatan F-F yang sebelumnya telah dihitung energi untuk satu atom F.
Besarnya energy ikat yang hampir mendekati nilai energi ikat molekul F2
secara eksperimen (-158,8 kJ/mol) adalah perhitungan dengan menggunakan
metode perhitungan MP2 6-31G(d,p) yang diperoleh energy sebesar
-158.367827 kJ/mol. Artinya bahwa metode MP2 6-31G(d,p) pada percobaan
ini merupakan metode yang paling cocok digunakan untuk menghitung
energy ikat pada molekul F2. Secara teoritis, untuk mendapatkan Energi ikat
menggunakan rumus:

Rumus diatas didapat dengan cara melihat reaksi pembentukan molekul F2


dari dua atom F yaitu:
F(g) + F(g)

F2(g)

Berdasarkan persamaan reaksi diatas, jika ditinjau dari persamaan


termodinamika, untuk mencari H adalah: Hreaksi = Hproduk - Hreaktan.
Dari persamaan termodinamika ini diperoleh analogi yang sama untuk
mencari Eikat pada molekul F2 dengan cara:
= Eproduk - Ereaktan
= EF-F - (EF + EF)
=

EF-F - 2EF

Artinya energy ikat molekul F2 merupakan selisih energy molekul F2 dengan


dua kali energy atom F pembentuknya. Untuk membentuk ikatan F-F,
masing-masing atom F saling melepas energi yang disebut pula dengan
energy stabilisasi ikatan. Oleh sebab itu, energy ikat molekul F2 lebih rendah
daripada dua kali energy atom F pembentuknya.
Setelah mendapatkan energi ikat molekul F2 kemudian langkah selanjutnya
yaitu menghitung panjang ikatan () dari molekul F2.setelah dilakukan
perhitungan menggunakan program Gauss View diperoleh hasil bahwa
10

panjang ikatan yang besarnya mendekati hasil perhitungan secara eksperimen


(1,4119 ) adalah pada perhitungan yang menggunakan metode metode MP2
6-31G(d,p) yaitu sebesar 1.42060 . Hal ini menunjukkan bahwa metode
MP2 6-31G(d,p) lebih cocok digunakan dalam perhitungan panjang ikatan
molekul F2 dengan bantuan software GaussianView ini. Jadi pada percobaan
ini, metode yang paling akurat untuk perhitungan energy ikat dan panjang
ikatan molekul F2 adalah metode MP2 6-31G(d,p).
Pada dasarnya seluruh metode perhitungan ini memiliki kecepatan waktu
dalam melakukan perhitungannya, jika diurutkan metode yang paling cepat
dalam melakukan perhitungan semiempirik setelah itu metode Hartree-Fock
(HF). Metode semiempirik sama seperti metode ab initio yang menggunakan
penyelesaian persamaan Schrodinger dalam perhitungannya tetapi semi atau
tidak seluruhnya yang artinya juga menggunakan data empiric atau data
eksperimen untuk perhitungannya sehingga bias lebih cepat daripada ab initio
yang hanya menggunakan penyelesaian persamaan Schrodinger.
Adapun metode Hartree-Fock merupakan salah satu jenis dari metode ab
initio dimana metode HF ini tidak mempertimbangkan adanya korelasi
electron. Pendekatan pertama metode HF yaitu menyatakan bahwa fungsi
gelombang merupakan kombinasi atau produk dari fungsi gelombang tiap
electron tanpa mempertimbangkan prinsip larangan Pauli dan pendekatan
keduanya adalah mengenai potensial yaitu bahwa electron tidak berinteraksi
secara eksplisit dengan yang lain tapi tiap electron berinteraksi dengan local
medium potensial yang diberikan oleh yang lain. Selain itu, potensial tolakmenolak direpresentasikan local medim potensial yang dialami oleh electron
satu karena electron dua.
Sedangkan metode yang cukup lama dalam melakukan perhitungannya ialah
metode DFT. Perhitungan ini memerlukan waktu yang panjang, tetapi perlu
diingat bahwa metoda ini merupakan metoda yang paling akurat yang
11

diketahui sekarang karena menggunakan pendekatan populer untuk


perhitungan struktur elektron banyak-partikel secara mekanika kuantum
untuk sistem molekul dan bahan rapat. Dalam DFT, total energi dinyatakan
dalam term kerapatan elektron total, bukan sebagai fungsi gelombang. Dalam
jenis perhitungan ini, terdapat pendekatan hamiltonian dan pendekatan
pernyataan untuk kerapatan elektron total. Metoda ini memerlukan kapasitas
yang besar pada waktu operasi CPU komputer, memori dan ruang
penyimpanan (disk). Sasaran utama dari teori fungsi kerapatan adalah
menggantikan fungsi gelombang elektron banyak-partikel dengan kerapatan
elektron sebagai besaran dasarnya.
Pada metode DFT, elektron tidak diperlakukan sebagai partikel-partikel
individual, melainkan diperlakukan secara holistic atau menyeluruh, dengan
menganggap seluruh elektron itu sebagai satu entitas. Semua elektron dalam
sistem diperlakukan sebagai suatu kerapatan yang bersifat kontinu tapi tidak
homogen. Dari awal formulasinya, DFT sudah memperhitungkan korelasi
elektron.
Moller-Plesset Pertubation Theory MPn (MP2, MP3, MP4)
Nama ini berasal dari teori pertubasi yang digunakan dalam metode ini yaitu
elektron dipertubasi atau dipindah ke excited state lalu dibiarkan turun
kembali ke ground state. Metode ini melibatkan beberapa step antara lain :
1. Menghitung fungsi gelombang HF dalam ground state.
2. Memindahkan elektron ke excited state.
3. Menghitung fungsi gelombang di excited state.
4. Mencampur antara ground state dan excited state bersamaan.
Ada beberapa level pertubasi yang digunakan, ditandai dengan notasi n
(2,3,4). Metode ini bisa dipakai untuk molekul dengan jumlah atom kurang
dari 20 dan hanya untuk single point struktur final untuk mendapatkan energi
12

final, meski kadang optimasi juga digunakan, misalnya dalam metode


G3MP2, hybrid G2 dan G3. Oia, tidak ada jaminan semakin tinggi level
pertubasi yang digunakan akan menghasilkan hasil yang lebih akurat. MP2
memberikan hasil yang bagus untuk struktur dalam kesetimbangan tetapi
kurang bagus jika digunakan untuk memodelkan proses pemutusan ikatan.

Gambar. Energi disosiasi N2 dari metode MP2,MP3, dan MP4.

Basis Set
Basis set adalah kumpulan fungsi matematika yang dikombinasi pada
kombinasi linear fungsi gugus-gugus orbit atom penyusun molekul dengan
menyertakan koefisien didalamnya pada komputasi kimia. Perhitungan kimia
kuantum umunya dilakukan dalam satu set basis perhitungan yang terdiri atas
fungsi gelombang yang ada disusun secara linier. Proses perhitungan,
kumpulan orbital atomik akan disusun mengikuti kaidah Slater, yang
kemudian disebut orbital Slater. Secara garis besar, orbital Slater berbentuk
lengkungan eksponensial turun yang umumnya didekati dengan linier
kombinasi dari fungsi gaussian. Terdapat ratusan basis set yang ada namun
terdapat dua tipe fungsi basis yang umum digunakan dalam perhitungan
struktur elektronik yaitu: orbital tipe Slater (STO) dan orbital tipe Gaussian
(GTO).

13

Adapun jenis himpunan basis seperti yang tergambar dalam gambar berikut
ini:

(r) =
e-.r

Slater-type 1s orbital

(r) =

Gaussian-type 1s orbital

Gambar. Perbandingan antara orbital 1s tipe Slater dan tipe Gaussian.


Orbital tipe Slater berbentuk:

,n,l (r,,) = NYi,m (,)rn-1exp(-r)


N adalah konstanta normalisasi dan (dibaca:zetta) komponen orbital, Yi,m
adalah fungsi harmonic sferis, l, dan m adalah bilangan kuantum momentum
anguler.

Gambar. Perbandingan STO dan ekspansi GTO sampai dengan 4 suku


STO (Orbital Tipe Slater)
Orbital tipe Slatter merupakan fungsi eksponensial pangkat r (er). Fungsi
gelombangnya lebih mirip dengan orbital H2 dan H-like. Orbital tipe slatter

14

memiliki kemungkinan terbesar untuk menemukan nilai eigen yang eksak


atau mendekati nilai eigen eksak. Akan tetapi orbital tipe slatter juga memiliki
kelemahan yaitu fungsi gelombangnya sulit diselesaikan secara matematis.
GTO (Orbital Tipe Gaussian)
Orbital tipe Gaussian merupakan fungsi eksponensial pangkat r2. Orbital tipe
Gaussian ini memang tidak mirip dengan fungsi gelombang eksak tetapi
orbital tipe Gaussian dapat divariasikan sampai beberapa kali. Sehingga di
akhir nanti diperoleh fungsi gelombang yang mirip dengan fungsi gelombang
eksak.

Adapun kelebihan dan kelemahan dari STO dan GTO adalah sebagai berikut:
STO (Orbital tipe slatter)
GTO (Orbital tipe Gaussian)
Keunggulan:
Keunggulan:
Orbital ini merupakan fungsi
Orbital ini merupakan fungsi
eks(-r).
eks(-r2).
Orbital ini dibuat dengan cara
Menggunakan prinsip variasi
hampir sama seperti fitting baju
sehingga fungsinya dapat
(mencocokkan).
divariasi sedemikian sehingga
mendekati bentuk orbital eksak
Dikenal lebih mirip dengan
hidrogen.
orbital eksak hidrogen
Fungsinya dapat diselesaikan
dibandingan GTO.
secara matematis.
Dapat merepresentasikan hampir
Keunggulan-keunggulan ini
mirip dengan orbital atom
Hidrogen.
dapat menutup kelemahannya.
Kelemahan:
Kelemahan
Walaupun mempunyai
Fungsinya tidak mirip dengan
kemiripan dengan orbital atom
hidrogen, namun dalam STO ini
fungsi eksak atom hydrogen
susah menyelesaikan persamaan
sehingga hanya
STO secara matematik.
dapat.memvariasi fungsinya
melalui pendektan metode
Kekurangan-kekurangan dari
fungsi slater tipe orbital (STO).
STO ini lebih dominan sehingga
orang lain membuat metode lain.

15

Dalam basis set ini kita juga mengenal STO-3G. Yang dimaksud dengan ini
adalah fungsi slatter yang digantikan dengan 3 fungsi Gaussian. Sebagai
contoh adalah menghitung jumlah orbital dalam molekul H2O dengan basis
set STO-3G, cara menyelesaikannya adalah sebagai berikut:
Membuat konfigurasi seluruh atom dalam molekul H2O
H= 1s1

O = 1s2

Ada 2 orbital dalam 2 atom H


2s2

2p4
Ada 5 orbital dalam 1 atom O
Px Py pz

Mengihutung seluruh orital yang ada dalam molekul H2O tersebut (Dalam
cotoh, ada 7 orbital). Orbital ini merupakan fungus gaussian
Kemudain karena STO-3G, maka 7 orbital tadi menggantikan nilai G pada
STO-3G, sehingga 3 x 7 orbital dan menghasilkan 21 orbital dengan basis
set STO-3G.

Kemudian, dalam melakukan praktikum ini kita juga mengenal istilah


21G. Yang dimaksud 3-21G ialah:

Fungsi Gausian (core orbital)


yang dimiliki oleh 1s saja

3-

Split Valence Basis Sets

3-21G
Orbital valensi (orbital yang bisa ditarik
untuk berikatan). Dan mempunyai nilai 2
GTO dan 1 GTO

Sebagai contoh adalah mencari fungsi gelombang pada atom karbon (6C)
dengan split valence basis set ialah 3-21G. Penyelesaiannya adalah sebagai
berikut:
Membuat konfigurasi atom carbon.
16
Px Py pz

C = 1s2 2s2

2p2

Kemudian menentukan mana yang orbital valensi dan core orbital


C = 1s2

3 GTO

2s2
2 GTO 1 GTO

2px1

2py1

2 GTO 1 GTO 2 GTO 1 GTO

2pz0
2 GTO 1 GTO

Kemudian setelah dapat menganalisis mana yang menjadi orbital valensi


dan core orbital maka akan didapat fungsi gelombang dari atom C yaitu:

Pada kasus lain semisal atom Hidrogen yang mempunyai konfigurasi elektron
1s1 saja. Apakah tidak ada orbital valensi sebagai orbital yang dapat ditarik,
sedangkan faktanya di alam ada molekul H2. Pertanyaan ini akan dijawab.
Konfigurasi elektron memang hanya 1s1 saja, namun orbital 1s ini bertindak
sebagai orbital valensi dan core orbital dalam atom hidrogen itu tidak ada.
Oleh sebab itu konfigurasi 1s pada atom hidrogen ini yang dapat ditarik oleh
atom lain untuk membentuk suatu ikatan. Oleh karena itu, fungsi gelombang
yang ada dalam atom hidrogen ialah:

Fungsi Difusi dan Polarisasi


Pada dasarnya, fungsi difusi ini bertujuan untuk mengakomodir jika distribusi
elektron tidak merata akibat pembentukan anion atau keadaan tereksitasi.
Umumnya, fungsi difusi ini dapat dilambangkan dengan (+) dan (++).
Sedangkan untuk fungsi polarisasi, fungsi polarisasi ini menambahkan
momentum angular di luar apa saja yang diperlukan ground state untuk
mendeskripsikan masing-masing atom. Sebagai contoh basis set dengan
fungsi polarisasi menambahkan orbital d dan f untuk logam-logam transisi
dan beberapa juga menambahkan orbital p untuk atom Hidrogen. Sebagai
17

contoh: 6-31G+(d), basis set 6-31G(d) yang ditambahkan fungsi difusi. 631G++(d) berarti pada hidrogen juga ditambahkan satu fungsi difusi.

6-31G+(d)
Fungsi Polarisasi
Fungsi Difusi
Fungsi Split Valence

Fungsi Gaussian

Pada percobaan kedua, telah dilakukan percobaan untuk menganalisis kurva


energi potensial Lennard-Jones dengan bantuan software GaussianView. Pada
percobaan ini akan didapat bahwa pengaruh jarak interaksi antara dua atom
klor (Cl2) terhadap perubahan energi potensial.
Dari hasil perhitungan yang didapatkan, maka dapat dibuat kurva energi
potensial Lenard-Jones.
Kurva energi potensial
Lenard-Jones ini
merupakan suatu
kurva/grafik yang
menyatakan hubungan
antara Energi potensial
yang ditimbulkan oleh
interaksi pada 2 partikel
pada jarak tertentu dan
ini berlaku untuk semua
interaksi. Dari grafik ini
terlihat bahwa hubungan antara energi potensial dengan jarak ialah ketika dua
atom Cl berdekatan sangat dekat maka energy total akan sangat besar. Hal ini
18

disebabkan oleh terjadinya interaksi yang lebih dominan yaitu interaksi tolak
menolak (interaksi tolak menolak elektron dengan electron dan inti dengan
inti). Hal ini dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut:

Interaksi ini kecil

=-

(Tarik menarik)

Interaksi ini
sangat besar
(tolak-menolak)

Oleh sebab itu, energy potensial sangat besar.


Akan tetapi pada jarak tertentu, yaitu jarak 1,6 energi menurun drastis
dibawah nol. Hal disebabkan oleh adanya interaksi yang lebih dominan yaitu
interaksi tarik menarik antara inti dengan electron. Sehingga ditinjau dari
persamaan diatas, bila interaksi tarik menarik lebih besar dari interaksi tolak
menolak maka potensial yang dihasilkan akan bernilai negatif sehingga
energy potensial akan bernilai negative pula.
Sedangkan ketika dua atom Cl saling berjauhan satu sama lain maka terjadi
kenaikan energy kembali sampai mendekati nol. Hal ini disebabkan oleh
adanya interaksi tarik menarik dan interaksi tolek menolakyang saling
mendominasi . Seiring bertambahnya jarak maka interaksi tarik menarik ini
akan sama dengan interaksi tolak menolak sehingga energy mendekati nol.
Selain itu, perhitungan ini trejadi kasus yaitu pada jarak yang dekat (kurang
dari jarak 1,6 ), ikatan antara Cl dengan Cl terbentuk ikatan rangkap 3.

19

Jarak 1,0

Jarak 1,3

Hal ini menunjukkan bahwa jika kondisi memungkinkan (kondisi stabil), Cl


dengan Cl dapat membentuk ikatan rangkap 3 (Cl = Cl). Namun Fakta yang
ditemukan di alam ialah ikatan tunggal (Cl-Cl). Jadi dapat diketahui bahwa
jarak 1,6 merupakan jarak ikatan tunggal (Cl-Cl) yang paling stabil. Oleh
sebab itu, ikatan tunggal pada Cl2 lebih stabil dibandingkan dengan ikatan
rangkap 3-nya. Berbeda pada kasus lain seperti N2, N2 lebih stabil pada
kondisi rangkap 3.
Pada percobaan ketiga, telah dilakukan percobaan untuk menganalisis profil
energi molekul sikloheksana pada berbagai konformasi menggunakan
program hyperchem. Dalam praktikum ini ditemukan fakta bahwa molekul
sikloheksana memiliki lebih dari 2 konformasi. Setelah dilakukannya
praktikum dengan menggunakan software hyperchem ini didapatkan 4
konformasi sikloheksana yaitu konformasi kursi, setengah kursi, perahu
terpilin dan perahu. Keempat konformasi ini akan dianalisis jarak antar atom
Haksial atas dan jarak antar atom Haksial bawah kemudian energi (kkal/mol).
Didapatkan hasil bahwa energi dari konformasi sikloheksana secara urutan
dari yang paling stabil ke yang tidak stabil ialah -21559.8125 kkal/mol
(konformasi kursi), -21556.63086 kkal/mol (konformasi perahu terpilin),
-21556.2832 kkal/mol (konformasi perahu), -21553.3125 kkal/mol
(konformasi setengah kursi).

20

Dari data energi yang didapatkan dari berbagai konformasi dari sikloheksana
ini, dapat dibuat plot grafik energi molekul versus konformasi dengan
menggunakan Microsoft excel sebagai berikut:

Dari keempat konformasi tersebut bentuk kursi dinyatakan sebagai


konformasi yang paling stabil dan bentuk perahu/biduk dinyatakan sebagai
konformasi yang kurang stabil. Dalam konformasi kursi, ada dua jenis posisi
atom hidrogen yang berbeda, yaitu aksial dan ekuatorial. Hidrogen aksial
terletak di bawah dan di atas bidang yang dibentuk oleh cincin atom
karbon, sedangkan hidrogen equatorial terletak sepanjang bidang (pada satu
bidang) dengan atom-atom karbon. Hal ini dapat dilihat lebih baik dalam
proyeksi Newman:

Gambar. Proyeksi Newman dari konformasi kursi dan perahu sikloheksana.


Bila tiga atom karbon yang berselang satu karbon yang lain dilekukkan ke
arah berlawanan (yang semula pada posisi atas dijadikan posisi bawah), maka
21

atom hidrogen aksial pada cincin itu akan dirubah menjadi hidrogen
ekuaorial. Namun, dalam konformasi perahu, ikatan 1-2 ini bayangan dengan
ikatan 3-4, 1-6 dan ikatan yang bayangan dengan ikatan 5-4. Ini berarti bahwa
konformasi perahu kurang stabil daripada konformasi kursi dan sebagian
besar molekul sikloheksana ada dalam konformasi kursi. Namun, hambatan
energi kecil cukup untuk molekul sikloheksana melewati konformasi perahu
dalam proses yang disebut membalik cincin. Hal ini tergambar sebagai
berikut:

Gambar. Cincin flipping/tolakan dari sikloheksana.


Berdasarkan uraian mengenai sudut ikatan dan lekukan bidang pada
sikloalkana, dapat dikatakan bahwa kestabilan struktur sikloalkana dapat
dilihat dari adanya tegangan sudut ikatan dan adanya interaksi dua atom atau
gugus atom yang tidak terikat satu sama lain secara langsung tetapi dapat
berinteraksi satu sama lain (dengan interaksi sterik dan dipol-dipol).
Pada percobaan keempat, telah dilakukan percobaan yaitu penentuan
geometri yang stabil untuk setiap energi minimum dari konformer 1,3butadiena dengan melihat profil energi dari konformasi trans ke cis. Pada
praktikum kali ini, akan dilihat bagaimana energi yang dihasilkan ketika
sudut dihedral divariasi yang dari awalnya 180o menjadi 00. Hasil nilai energi
total yang didapatkan adalah yang tertuang dalam hasil pengamatan diatas.
Berikut ini adalah gambar 1,3-butadiena pada berbagai sudut dihedral:
No

sudut

Gambar

dihedral

22

180

150

120

90

23

60

45

30

15

24

Setelah dilakukan perhitungan pada aplikasi Hyperchem dengan cara


Geometry Optimization menggunakan metode Semi-empirical AM1 dengan
batas konvergensi hingga 0,001 kkal/mol dengan 10000 maximum cycles,
diperoleh hasilberupa grafik energy vs sudut dihedral.

Energy aktivasi

H reaksi

Grafik. energi minimum dari konformer 1,3-butadiena


Dari berbagai gambar konformasi 1,3-butadiena dari berbagai sudut, ada
factor yang mempengaruhi ikatan dalam 1,3-butadiena ini, yaitu jenis ikatan
tunggal pada 1,3-butadiena ini adalah ikatan terkonjugasi. Ikatan terkonjugasi
merupakan ikatan yang berada diantara 2 ikatan rangkap. Ikatan konjugasi
bukan murni merupakan ikatan tunggal sehingga masih punya sifat ikatan phi
selain ikatan sigma. Adapun ikatan rangkap disebelahnya juga bukan murni

25

ikatan rangkap jadi masih punya sifat ikatan sigma atau tunggal. Karena
adanya sifat semi tunggal dan semi rangkap ini maka ikatan terkonjugasi ini
mengakibatkan adanya profil perubahan energy yang cukup unik. Posisi
puncak energy tertinggi ada pada sudut dihedral 90o. hal ini terjadi karena
pada sudut 90o konformasinya bukan cis dan bukan trans yaitu konformasi
peralihan atau intermediet sehingga tidak stabil/eksis di alam. Oleh sebab itu,
energinya paling tinggi.

stabil adalah trans, dan yang kurang stabil adalah cis.


Konformer yang lebih
Ikatan Terkonjugasi

Karena pada isomer trans letak ikatan rangkapnya berseberangan sehingga


ruangnya tidak terlalu sempit dan tidak berdesakan (crowed). Sedangkan
isomer cis letaknya pada sisi yang sama atau sejajar dan menyebabkan efek
desakan yang cukup besar dibandingkan dengan trans sehingga kurang stabil.
IV.

KESIMPULAN

Dari praktikum yang dilakukan dengan menggunakan software


GaussianView dan HyperChem, maka dapat diambil kesimpulan yaitu:
1. Metode yang paling cepat dalam melakukan perhitungan yaitu metode
semiempirik AM1, PM3, CNDO karena pada metode semiempirik ini
mengabaikan banyak integral kecil dan hanya menghitung pada elektron
valensinya saja. Metode dengan perhitungan waktu yang cukup sedang
adalah metode Hartree-Fock (HF) dan metode yang cukup lama dalam
melakukan perhitungannya ialah metode DFT.
2. Kurva energi potensial Lenard-Johns menunjukkan adanya hubungan
antara energi potensial dengan jarak interaksi antar atom. Pada jarak
yang kecil, interaksi yang lebih dominan adalah interaksi tolak menolak
26

(electron-electron dan inti-inti) daripada interaksi tari menarik intielektron sehingga potensial bernilai positif (energy besar). Pada jarak
yang besar, interaksi tolak menolak dan tarik menarik hamper sama
sehingga potensial akan mendekati nol seiring bertambahnya jarak.
Tetapi, pada jarak tertentu, energy potensial bernilai negative karena
interaksi tarik menarik yang lebih dominan sehingga mudah membentuk
ikatan, jarak ini merupakan jarak yang stabil.
3. konformasi bentuk kursi dinyatakan sebagai konformasi yang paling
stabil dan bentuk perahu/ biduk dinyatakan sebagai konformasi yang
kurang stabil.
4. Profil hubungan antara energi interaksi terhadap sudut dihedral pada 1,3butadiena dipengaruhi oleh ikatan terkonjugasi. Adapun konformer yang
lebih stabil pada molekul 1,3-butadiena adalah trans dan yang kurang
stabil adalah cis.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Kimia Komputasi. Diakses di


(http://denslydani.wordpress.com/2011/12/15 /kimia-komputasi/) pada
tanggal 12April 2015 pukul 19.00 WIB.
Anonim. 2011. Metana. Diakses di (http://yonopurnama57.blogspot.com/2011/
09/metana.html) pada tanggal 12 April 2015 pukul 19.00 WIB.
Anonim. 2011. Pengertian Komputasi. Diakses di
(http://intanmauliiwari.blogspot.com/ 2011/11/pengertian-komputasi.html)
pada tanggal 12 April 2015 pukul 19.00 WIB.
Fessenden, Ralph J. 2006. Kimia Organik Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Pranowo, H. D. 2002. Kimia Komputasi: Pusat Kimia Komputasi IndonesiaAustria Kimia. Yogyakarta:FMIPA UGM.
Raymond Chang. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 1 Edisi 3. :
Jakarta: Erlangga.

27

28

Anda mungkin juga menyukai