Juknis Pelaksanaan Prasarana Air Minum Sederhana
Juknis Pelaksanaan Prasarana Air Minum Sederhana
KATA PENGANTAR
Pembangunan prasarana dan sarana Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) pada
dekade ini semakin meningkat khususnya dalam era desentralisasi dan otonomi
daerah. Penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan SPAM dalam
semangat reformasi menuntut sikap yang transparan dan akuntabel dalam
setiap tahapan siklus proyek sampai pada pengelolaan. Dengan demikian
dipandang perlu untuk menyepakati standar mutu yang harus dipenuhi untuk
menjamin terpenuhinya sasaran kegiatan.
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Prasarana Air Minum Sederhana ini merupakan
pelengkap Petunjuk Teknis Subbidang Air Bersih pada Lampiran 3.a
Peraturan Menteri PU No. 39/PRT/M/2006 tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Tahun 2007
yang dimaksudkan sebagai penjelasan tata cara perencanaan sampai dengan
pengelolaan SPAM. Petunjuk Teknis ini dapat dijadikan sebagai pedoman
penyusunan program kegiatan oleh semua pihak terkait baik di tingkat pusat,
tingkat propinsi, tingkat kabupaten/kota, maupun tingkat masyarakat. Petunjuk
teknis ini juga dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan pembangunan yang
menjelaskan tata cara penyiapan dan pembangunan prasarana air minum
sehingga prasarana yang dibangun dapat dimanfaatkan secara andal dan
berkelanjutan.
Dalam upaya penyempurnaan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Prasarana Air Minum
Sederhana berikut petunjuk teknis pembangunannya, kami terbuka untuk saran
dan masukan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................
ii
iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1
1
1
1.3
RUANG LINGKUP................................................................................................
2.2
2.3
2.4
3.2
3.3
3.4
10
3.5
11
13
19
20
21
42
42
59
63
67
72
78
83
87
95
96
96
111
122
127
131
131
3.5.2
ii
3.5.3
152
152
166
3.5.4
173
173
183
183
185
186
186
186
187
187
187
189
189
190
191
191
191
192
192
192
193
196
197
197
4.3
197
197
198
4.4
198
198
198
199
201
5.2
KOPERASI .........................................................................................................
202
5.3
205
5.4
KELEMBAGAAN ..................................................................................................
207
5.5
208
5.6
PENETAPAN TARIF.............................................................................................
212
LAMPIRAN .................................................................................................................
213
276
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
22
Gambar 3.4
22
Gambar 3.5
23
Gambar 3.6
24
Gambar 3.7
25
Gambar 3.8
26
Gambar 3.9
27
Gambar 3.10
28
Gambar 3.11
29
Gambar 3.12
Pematokan ......................................................................................
36
Gambar 3.13
Perataan..........................................................................................
36
Gambar 3.14
37
Gambar 3.15
37
Gambar 3.16
37
Gambar 3.17
Pemasangan Pondasi........................................................................
37
Gambar 3.18
37
Gambar 3.19
38
Gambar 3.20
38
Gambar 3.21
38
Gambar 3.22
38
Gambar 3.23
38
Gambar 3.24
39
Gambar 3.25
Pengecoran .....................................................................................
39
Gambar 3.26
Plesteran .........................................................................................
39
Gambar 3.27
39
Gambar 3.28
39
Gambar 3.29
40
Gambar 3.30
Bangunan Penyadap.........................................................................
44
Gambar 3.31
Pompa ............................................................................................
44
Gambar 3.32
46
Gambar 3.33
47
Gambar 3.34
47
Gambar 3.35
48
Gambar 3.36
Denah Saringan Kasar Naik Turun - Saringan Pasir Lambat Tipe I.........
49
Gambar 3.37
50
Gambar 3.38
Denah Saringan Kasar Naik Turun - Saringan Pasir Lambat Tipe I.........
51
Gambar 3.39
52
Gambar 3.40
55
iv
Gambar 3.41
56
Gambar 3.42
56
Gambar 3.43
56
Gambar 3.44
57
Gambar 3.45
57
Gambar 3.46
57
Gambar 3.47
60
Gambar 3.48
60
Gambar 3.49
61
Gambar 3.50
61
Gambar 3.51
68
Gambar 3.52
71
Gambar 3.53
71
Gambar 3.54
72
Gambar 3.55
76
Gambar 3.56
76
Gambar 3.57
77
Gambar 3.58
Reverse Osmosis..............................................................................
82
Gambar 3.59
86
Gambar 3.60
86
Gambar 3.61
87
Gambar 3.62
91
Gambar 3.63
91
Gambar 3.64
91
Gambar 3.65
91
Gambar 3.66
92
Gambar 3.67
92
Gambar 3.68
92
Gambar 3.69
92
Gambar 3.70
93
Gambar 3.71
Lubang Pembakaran.........................................................................
93
Gambar 3.72
93
Gambar 3.73
93
Gambar 3.74
100
Gambar 3.75
100
Gambar 3.76
102
Gambar 3.77
102
Gambar 3.78
102
Gambar 3.79
109
Gambar 3.80
103
Gambar 3.81
103
Gambar 3.82
104
Gambar 3.83
105
Gambar 3.84
106
Gambar 3.85
106
Gambar 3.86
107
v
Gambar 3.87
109
Gambar 3.88
110
Gambar 3.89
111
Gambar 3.90
Peralatan.........................................................................................
113
Gambar 3.91
114
Gambar 3.92
115
Gambar 3.93
115
Gambar 3.94
116
Gambar 3.95
116
Gambar 3.96
117
Gambar 3.97
Landasan Pompa..............................................................................
117
Gambar 3.98
117
Gambar 3.99
119
120
121
124
125
126
127
127
Gambar 3.107 Denah dan Potongan Sumur Pompa Tangan (SPT) Dangkal .................
129
Gambar 3.108 Denah dan Potongan Sumur Pompa Tangan (SPT) Dalam....................
130
135
137
137
138
Gambar 3.114 Lingkarkan besi beton yang akan dibuat tulangan horizontal
pada patok-patok dan beri kelebihan..................................................
138
138
138
139
139
139
139
140
140
123
141
141
141
141
142
142
142
143
143
vi
143
144
144
144
144
145
145
145
145
Gambar 3.142 Pemasangan dinding dan pipa out let buatan lantai PAH......................
146
146
Gambar 3.144 Pemasangan bekisting pada tutup bangunan tutup PAH ......................
146
146
147
147
147
147
147
147
148
148
Gambar 3.154 Meratakan campuran beton dan saluran pembuangan air ....................
148
148
149
151
151
152
154
Gambar 3.161 Sketsa Kondisi Topografi dengan Bak Pelepas Tekan (BPT)..................
157
158
158
Gambar 3.164 Sketsa sumber di atas daerah pelayanan dengan pipa bertekanan tinggi ...
159
Gambar 3.165 Sketsa sumber pada (di bawah) daerah pelayanan dengan booster pump
.........................................................................................................
159
Gambar 3.166 Sketsa sumber pada (di bawah) daerah pelayanan dengan air valve ....
160
163
164
Gambar 3.169 Ilustrasi Perhitungan Sisa Tekan pada Jaringan Perpipaan ...................
165
166
168
175
176
176
177
178
Gambar 3.177 Distribusi air dari mata air melalui 1 unit HU secara gravitasi................
179
vii
Gambar 3.178 Distribusi air dari mata air melalui 2 unit HU secara gravitasi................
179
Gambar 3.179 Distribusi air dari mata air melalui 3 unit HU secara gravitasi................
180
Gambar 3.180 Distribusi air dari mata air melalui 4 unit HU secara gravitasi................
180
Gambar 3.181 Distribusi air dari mata air melalui 4 unit HU secara gravitasi................
181
Gambar 3.182 Distribusi air dari mata air melalui 1 unit HU secara gravitasi................
179
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
15
Tabel 3.2
21
Tabel 3.3
30
Tabel 3.4
31
Tabel 3.5
31
Tabel 3.6
35
Tabel 3.7
41
Tabel 3.8
43
Tabel 3.9
43
45
53
59
62
62
69
69
Tabel 3.17 Debit Air Pemasukan Maksimum dan Minimum untuk Berbagai Ukuran Hidram ...
69
Tabel 3.18 Diameter Pipa Penghantar Sesuai dengan Kapasitas Pompa Hidram...............
69
Tabel 3.19 Ukuran Diameter Pipa Pemasukan dan Pengeluaran Pompa Hidram ..............
70
70
70
72
73
73
74
74
85
89
97
Tabel 3.30 Bahan Konstruksi Bangunan SPAM Komunal Air Tanah Dalam .......................
98
98
108
111
Tabel 3.34 Bahan Konstruksi Bangunan SPAM Komunal Air Tanah Dangkal.....................
111
113
118
122
123
123
128
131
132
134
ix
135
136
136
137
150
Tabel 3.49 Desain Aliran Berdasarkan Jumlah Rumah Tangga yang Dilayani ...................
153
153
154
Tabel 3.52 Pemilihan Diameter Pipa PVC (ISO Class 10; k = 0,55 mm; dia. dalam mm)
155
Tabel 3.53 Pemilihan Diameter Pipa GIP (Class MEDIUM; k = 0,55 mm).........................
155
162
Tabel 3.55 Pemilihan Jenis Pompa Air Baku Sumber Air Permukaan ...............................
167
167
Tabel 3.57 Pemilihan Diameter Pipa Discharge, Reducer dan Header Instalasi
Perpompaan Air Baku Sumber: Air Permukaan ..........................................
169
169
Tabel 3.59 Pemilihan Diameter Pipa Hisap, Reducer dan Header Instalasi
Perpompaan Distribusi Centrifugal Single Suction ......................................
169
Tabel 3.60 Pemilihan Diameter Pipa Discharge, Reducer dan Header Instalasi
Perpompaan Distribusi Centrifugal Double Suction .....................................
170
171
Tabel 3.62 Daya Pompa Intake (kW) untuk Berbagai Kapasitas dan Tekanan Pompa.......
172
Tabel 3.63 Daya Pompa Distribusi (kW) untuk Berbagai Kapasitas dan Tekanan Pompa...
174
181
182
Tabel 4.1
185
Tabel 4.2
185
Tabel 4.3
187
Tabel 4.4
187
Tabel 4.5
189
Tabel 4.6
189
Tabel 4.7
189
Tabel 4.8
190
Tabel 4.9
190
191
191
191
192
192
193
195
196
197
197
x
198
198
198
199
Tabel 5.1
209
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 1.1
Lampiran 1.2
Lampiran 1.3
Lampiran 1.3a
Tampak Atas.................................................................................219
Lampiran 1.3b
Potongan A-A................................................................................219
Lampiran 2
Lampiran 3a
Lampiran 3b
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 5.1
Lampiran 5.2
Lampiran 5.3
Lampiran 5.4
Lampiran 5.5
Lampiran 6
Lampiran 6.1a
Lampiran 6.1b
Lampiran 6.2a
Denah Model Intake Bebas dengan Pintu Air pada Tepi Sungai..........239
Lampiran 6.2b
Lampiran 6.3a
Lampiran 6.3b
Lampiran 6.4a
Lampiran 6.4b
Lampiran 6.4c
Lampiran 6.5a
Lampiran 6.5b
Lampiran 6.6a
Lampiran 6.6b
Lampiran 6.7a
Lampiran 6.7b
Lampiran 7
Lampiran 7.1
Lampiran 7.2
Lampiran 7.3
Lampiran 7.4
Lampiran 7.5
Lampiran 7.6
Lampiran 7.7
Lampiran 7.8
Lampiran 7.9
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Lampiran 24
Lampiran 25
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
Lampiran 29
Lampiran 30
Lampiran 31
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Kewajiban Pemerintah dalam pemenuhan hak-hak dasar manusia, seperti air minum, memotivasi
Pemerintah untuk memfasilitasi pembangunan dan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) khususnya bagi masyarakat perdesaan yang notabene merupakan masyarakat dengan
tingkat pelayanan SPAM terendah. Sesuai dengan data BPS, cakupan pelayanan SPAM di
perdesaan hanya 8%. Selain itu, Pemerintah juga terpacu untuk mencapai target Millennium
Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu menurunkan separuh proporsi penduduk yang
belum terlayani fasilitas air minum.
Khusus untuk sektor air minum sederhana, karakteristik daerah dan ketersediaan sumber daya
alam telah menghasilkan kondisi pelayanan air minum yang berbeda, baik di wilayah perkotaan
maupun di wilayah perdesaan. Dengan mempertimbangkan keberlanjutan prasarana air minum
yang dibangun, yang diarahkan untuk dapat dikelola oleh masyarakat pengguna itu sendiri,
maka prasarana air minum haruslah prasarana yang ditinjau dari pelayanannya bersifat komunal,
dan ditinjau dari fisik prasarananya bersifat mudah dan ekonomis dalam pembangunan,
operasional dan pemeliharaan serta pengelolaannya. Memperhatikan bahwa prioritas lokasilokasi yang akan menjadi lingkup pelaksanaan adalah desa-desa yang belum pernah mendapat
pelayanan air minum secara formal (pelayanan oleh perusahaan daerah air minum setempat)
sehingga pemenuhan kebutuhan air minum dilakukan secara individu rumah tangga atau
swadaya masyarakat, maka perlu diberikan acuan petunjuk bagi para pelaksana program, baik
untuk aparat pemerintah terkait maupun untuk masyarakat sebagai aktor utama pelaksanaan
program, sehingga diperoleh arah, pengertian dan pengetahuan yang sama dalam menciptakan
pembangunan yang berkelanjutan.
Memperhatikan hal tersebut di atas, untuk memenuhi tugas dan fungsinya sebagai fasilitator
pembangunan, Pemerintah wajib menerbitkan petunjuk teknis yang akan menjadi acuan bagi
semua pihak terkait. Untuk sektor air minum sederhana, disusun Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Sederhana untuk jenis-jenis yang telah
disesuaikan dengan lingkup program. Kegiatan ini sebagai bagian dari kegiatan Dana Alokasi
Khusus Non Dana Reboisasi (DAK Non DR) Bidang Air Minum.
1.2
1.2.1
Maksud
Petunjuk teknis ini dimaksudkan untuk memberikan acuan kepada para pelaksana dan pihak
terkait lainnya dalam penyelenggaraan perencanaan prasarana air bersih sederhana.
1.2.2
Tujuan
Petunjuk teknis ini bertujuan untuk menjamin kesesuaian, ketertiban, dan ketepatan dalam
pembangunan prasarana air minum sederhana sehingga prasarana yang dibangun dapat
dimanfaatkan secara andal dan berkelanjutan.
1.3
RUANG LINGKUP
Dalam melakukan pemilihan kegiatan DAK Non DR bidang air minum, terlebih dahulu melakukan
review atau kajian terhadap sistem eksisting atau sistem yang sudah ada. Petunjuk teknis ini
menjelaskan kriteria, perhitungan, data dan tahapan yang diperlukan dalam perencanaan
prasarana air minum sederhana, meliputi pembangunan baru, rehabilitasi, dan optimalisasi.
Pembangunan infrastuktur baru meliputi perencanaan bangunan pengambilan air baku, unit
pengolahan, perpipaan, perpompaan, dan unit pemanfaatan sesuai lingkup program.
Untuk melengkapi petunjuk teknis pelaksanaan pengembangan SPAM sederhana ini, disusun
pula serangkaian petunjuk teknis terkait lainnya terdiri dari:
Petunjuk
Petunjuk
Petunjuk
Petunjuk
Petunjuk
Petunjuk
Petunjuk
Petunjuk
Petunjuk
Petunjuk
Teknis
Teknis
Teknis
Teknis
Teknis
Teknis
Teknis
Teknis
Teknis
Teknis
Penyusunan petunjuk teknis perencanaan dan petunjuk teknis pendukung lainnya mengacu pada
dokumen Standar Nasional Indonesia (SNI), dokumen Norma, Standar, Prosedur dan Manual
(NSPM) prasarana air minum yang telah diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pekerjaan Umum serta referensi terkait lainnya.
1.4
PENGERTIAN
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Sederhana adalah SPAM bukan jaringan perpipaan, dapat
dikerjakan dan pada umumnya mampu dikerjakan oleh masyarakat secara mandiri serta memiliki
teknologi yang relatif sederhana.
BAB II
KETENTUAN UMUM
2.1
Jenis prasarana yang termasuk bidang prasarana air minum sederhana meliputi:
A. Unit Air Baku
B. Unit Produksi
1. Mata Air
a. Penampungan Mata Air
2. Air Permukaan
a. Instalasi Pengolahan Air Sederhana
b. Paket IPA
c. Pompa Hidram
d. Destilator Surya Atap Kaca (DSAK)
e. Reverse Osmosis (RO)
f. Sistem Pengolahan Air Gambut
g. Saringan Rumah Tangga (SARUT)
h. Saringan Pipa Resapan (SPR)
3. Air Tanah
a. Air Tanah Sedang/Dalam
b. Air Tanah Dangkal
c. Sumur Gali
d. Sumur Pompa Tangan
4. Air Hujan
a. Penampung Air Hujan
C. Unit Distribusi
1. Perpipaan
2. Perpompaan
D. Unit Pelayanan
1. Hidran Umum
2. Sambungan Rumah Murah (SRM)
3. Terminal Air (TA)
Pemilihan prasarana tersebut di atas didasarkan pada pertimbangan bahwa teknologi yang
diterapkan sesuai dengan karakteristik dan sumber daya yang ada di daerah perencanaan tanpa
mengurangi kualitas dan kuantitas pelayanan air minum yang direncanakan.
2.2
Dalam mempersiapkan usulan kegiatan, perlu dilihat apakah sudah ada pengembangan SPAM
atau belum. Bila belum ada SPAM, maka dilanjutkan proses pemilihan prasarana untuk
pembangunan baru. Bila ternyata sudah ada SPAM, maka dilakukan pengkajian sistem yang
sudah ada (eksisting).
Kondisi topografi
Proses seleksi kepemilihan prasarana untuk suatu wilayah dilakukan sesuai diagram alir pada
Gambar 2.1.
2.3
KOMPONEN PRASARANA
Gambar 2.1
Review
Sistem
Penyediaan
Air Minum
Kebutuhan
pelayanan air
minum
Mata
air?
Tidak
Ya
Ketersediaan
Sistem
Ya
Kuantitas,
Kualitas,
Kontinuitas
baik?
Ya
Pengembangan
melalui jalur
program secara
normal
Kuantitas
cukup?
Tidak
Rehabilitasi
Prasarana SPAM
Infrastuktur
Rusak
Tidak
Kuantitas
kurang, kualitas
tidak sesuai
standar,
kontinuitas< 24
jam*
Optimalisasi
Prasarana SPAM
Tidak
Survey
geolistrik
Ya
Kualitas
baik?
Ya
Distribusi dengan
HU
Tidak
Ya
Tidak
Pengolahan
air minum
Ya
Gravitasi?
Air tanah
sedang/
dalam?
Kuantitas
cukup?
Tidak
Peta
hidrologi
Ya
Tidak
Sistem
pompa
Kualitas
baik?
Tidak
Sumber air
permukaan?
Ya
Tidak
Pengolahan
air minum
Kuantitas
cukup?
Tidak
Peta geohidrologi
Sumur eksisting
Sumur
observasi
Ya
Ya
Distribusi dengan
HU
Kualitas
baik?
Ya
Tidak
Pengolahan
air minum
Ya
Gravitasi?
Ya
Distribusi dengan
HU
Tidak
Air tanah
dangkal?
Kuantitas
cukup?
Tidak
Penampungan
air hujan
Tidak
Pengolahan
air minum
Ya
Tidak
Sistem
pompa
Kualitas
baik?
Ya
Sumur pompa
tangan
Sumur gali
2.4
Tingkat pemakaian air bersih secara umum ditentukan berdasarkan kebutuhan manusia untuk
kehidupan sehari-hari. Menurut Bank Dunia, kebutuhan manusia akan air dimulai dengan
kebutuhan untuk air minum sampai pada kebutuhan untuk sanitasi. Kebutuhan air minum untuk
setiap tingkatan kebutuhan diilustrasikan pada Gambar 2.2.
Untuk lingkup program ini, kriteria desain perencanaan prasarana air minum ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan minimum untuk minum dan masak serta untuk mandi jika kapasitas
sumber air baku mencukupi, yaitu sebesar 20-30 liter/orang/hari.
10 L
20 L
30 L
40 L
50 L
60 L
70 L
air
air minum
minum
masak
masak
mandi
mandi
cuci pakaian
pakaian
cuci
pembersihan rumah
pembersihan
rumah
kebutuhan rumah
tangga lainnya
lainnya
kebutuhan
rumah tangga
kebutuhan untuk
kebutuhan
untuksanitasi
sanitasi
Gambar 2.2
Piramida Kebutuhan Air Bersih
BAB III
PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM SEDERHANA
3.1
Rehabilitasi prasarana Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dilakukan pada keseluruhan
maupun sebagian sistem, antara lain pada unit pengambilan air baku, unit transmisi, unit
produksi, maupun unit distribusi. Kegiatan rehabilitasi dilaksanakan apabila terdapat kerusakan
atau ketidaksesuaian pada keseluruhan maupun sebagian prasarana SPAM tersebut.
Indikasi pelaksanaan rehabilitasi antara lain:
Air baku tidak mengalir atau kuantitas air baku yang akan diolah pada unit produksi menurun
akibat kerusakan pada unit bangunan pengambilan air baku
Kualitas air yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar akibat kerusakan pada unit
pengolahan
Kebocoran pipa transmisi dan pipa distribusi
Kerusakan pada sistem transmisi dan distribusi
Kerusakan sistem elektrikal dan mekanikal
Optimalisasi prasarana SPAM merupakan upaya peningkatan kuantitas dan kualitas penyediaan
air minum. Indikasi pelaksanaan optimalisasi antara lain bila:
Kuantitas air sudah tidak mencukupi kebutuhan penduduk
Kualitas air belum memenuhi standar kualitas air minum karena tidak sempurnanya proses
fisik dan/atau kimia pada unit produksi
Rehabilitasi dan optimalisasi prasarana SPAM dapat dijelaskan pada gambar 3.1 dan 3.2.
Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi mengikuti standar yang telah ditetapkan, dan
dapat mengikuti standar-standar yang dibahas pada bagian pembangunan baru SPAM
selanjutnya.
Optimalisasi
Kualitas tidak
sesuai standar
Gambar 3.1
Optimalisasi Prasarana SPAM
Intake (sungai)
Unit
Pengambilan
Air Baku
Unit
Transmisi
Kegiatan
Rehabilitasi
Kompartemen pencapaian
(pengaduk cepat & lambat)
Untuk sumber
air permukaan
Kompartemen pengendap
(bak pengendap)
Kompartemen penyaringan
(bak penyaring)
Unit
Produksi
Untuk sumber
air hujan
Pipa distribusi
Peralatan dan perlengkapan pipa distribusi
Unit
Distribusi
3.2
Kebutuhan air minum yang diperlukan untuk suatu daerah pelayanan ditentukan berdasarkan 2
(dua) parameter, yaitu:
Jumlah penduduk
Tingkat konsumsi air
Cari data jumlah penduduk saat ini di daerah pelayanan sebagai tahun awal
perencanaan
Tentukan nilai pertumbuhan penduduk per tahun
Hitung pertambahan jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan, misal 5 tahun,
dengan menggunakan salah satu metode proyeksi, diantaranya metode geometrik
seperti persamaan di bawah berikut ini:
P = Po (1+r)n ---------------------------------------------------------dengan
P =
Po =
r =
n =
(1)
pengertian:
jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan (jiwa)
jumlah penduduk pada awal tahun perencanaan (jiwa)
tingkat pertambahan penduduk per tahun (%)
umur perencanaan (tahun)
(2)
(3)
dengan
Qmd =
q =
P =
f =
pengertian:
kebutuhan air (liter/hari)
konsumsi air per orang per hari (liter/orang/hari)
jumlah jiwa yang akan dilayani sesuai tahun perencanaan (jiwa)
faktor maksimum (1,051,15)
(4)
dengan pengertian:
Qt = kebutuhan air total dengan faktor kehilangan air 20% (liter/hari)
c.
3.3
Bandingkan dengan hasil pengukuran debit sumber air baku apakah dapat mencukupi
kebutuhan ini. Jika tidak mencukupi cari alternatif sumber air baku lain.
PENGUKURAN DEBIT AIR BAKU
Sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air baku meliputi:
A.
B.
C.
D.
Mata air
Air tanah
Air permukaan
Air hujan
Pengukuran debit air baku dilakukan untuk menghitung potensi sumber air yang akan
digunakan. Metoda yang digunakan tergantung dari jenis sumber air sebagai berikut:
Penjelasan mengenai pelaksanaan ketiga metode di atas dapat dilihat pada Lampiran-1.
B. Air permukaan lainnya
1. Sungai / irigasi
Selain pengukuran dengan metode yang disebutkan pada butir 1) di atas, pengukuran
debit air sungai/irigasi juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi
lain yang diperoleh dari penduduk, meliputi debit aliran, pemanfaatan sungai, tinggi
muka air minimum dan tinggi muka air maksimum.
2. Danau
Perhitungan debit air danau dilakukan berdasarkan pengukuran langsung. Cara ini
dilakukan dengan pengamatan atau pencatatan fluktuasi tinggi muka air selama minimal
1 tahun. Besarnya fluktuasi debit dapat diketahui dengan mengalikan perbedaan tinggi
air maksimum dan minimum dengan luas muka air danau.
Pengukuran ini mempunyai tingkat ketelitian yang optimal bila dilakukan dengan periode
pengamatan yang cukup lama. Data di atas dapat diperoleh dari penduduk setempat
tentang fluktuasi yang pernah terjadi (muka air terendah).
3. Embung
Pengukuran debit yang masuk ke dalam embung dapat dilakukan pada saat musim
penghujan, yaitu dengan mengukur luas penampang basah sungai/parit yang bermuara
di embung dan dikalikan dengan kecepatan aliran.
Sedangkan volume tampungan dapat dihitung dengan melihat volume cekungan untuk
setiap ketinggian air. Volume cekungan dapat dibuat pada saat musim kering (embung
tidak terisi air) yaitu dari hasil pemetaan topografi embung dapat dibuat lengkung debit
(hubungan antara tinggi air dan volume).
C. Air tanah
1. Perkiraan potensi air tanah dangkal dapat diperoleh melalui survei terhadap 10 buah
sumur gali yang bisa mewakili kondisi air tanah dangkal di desa tersebut
2. Perkiraan potensi air tanah dalam dapat diperoleh melalui informasi data dari instansi
terkait meliputi kedalaman lapisan air tanah, jenis tanah/batuan, kualitas air, serta
kuantitas.
3.4
Pemeriksaan kualitas air baku dilakukan terhadap kualitas fisik, kimiawi, dan mikrobiologis. Hasil
yang akurat dari kualitas air baku dapat diperoleh melalui pemeriksaan sampel air baku di
laboratorium yang telah ditunjuk sebagai laboratorium rujukan. Standar kualitas air di perairan
umum yang digunakan sebagai sumber air baku sesuai Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun
1990, sedangkan untuk persyaratan kualitas air minum sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 907/MENKES/SK/VII/2002 yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran2.
Untuk pemeriksaan di lapangan, kualitas dapat ditinjau dari parameter-parameter berikut:
Bau
Rasa
Kekeruhan
Warna
Evaluasi secara cepat terhadap parameter-parameter di atas dapat dilihat pada Lampiran3.
10
3.5
Penjelasan mengenai perencanaan solusi teknis pada bagian ini akan disusun berdasarkan
sistematika sebagai berikut:
Unit produksi, meliputi bangunan pengambilan air baku dan unit pengolahan fisik/kimia (jika
diperlukan)
Unit distribusi, meliputi Perpipaan dan Perpompaan
Unit pelayanan, meliputi Hidran Umum (HU), terminal Air (TA) dan Sambungan Rumah
Murah (SRM)
Jenis prasarana air minum sebagai solusi teknis yang dibangun dan dipilih atas dasar
kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat setempat serta disesuaikan
dengan situasi lokasi.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, solusi teknis yang termasuk dalam lingkup program
adalah:
A. Unit Air Baku
3.
4.
5.
6.
Mata Air
Air Permukaan
Air Tanah
Air Hujan
B. Unit Produksi
Unit produksi dikelompokkan berdasarkan sumber air sebagai berikut:
1. Untuk air baku dari mata air berupa Perlindungan Mata Air (PMA)
2. Untuk air baku dari air permukaan berupa:
a. Saringan Pasir Lambat (SPL)
b. Instalasi Pengolahan Air Sangat Sederhana (IPASS)
c. Paket Instalasi Pengolahan Air (IPA)
d. Pompa Hidram
e. Destilator Surya Atap Kaca (DSAK)
f. Reverse Osmosis (RO)
g. Sistem Pengolahan Air Gambut
h. Saringan Rumah Tangga (SARUT)
i. Saringan Pipa Resapan (SPR)
3. Untuk air baku dari air tanah berupa:
a. Sumur Air Tanah Sedang/Dalam
b. Sumur Air Tanah Dangkal
c. Sumur Gali
d. Sumur Pompa Tangan
4. Untuk air baku dari air hujan berupa Penampung Air Hujan (PAH)
C. Unit Distribusi terdiri dari:
1. Perpipaan
2. Perpompaan
D. Unit Pelayanan terdiri dari:
1. Hidran Umum (HU)
2. Sambungan Rumah Murah (SRM)
3. Terminal Air (TA)
E. Modul lain
Apabila ada solusi teknis yang lain/sesuai situasi dan kondisi daerah, maka sebelum
dilaksanakan perlu dilaporkan ke Ditjen Cipta Karya beserta dengan proposal untuk dikaji
serta disetujui lebih lanjut.
11
3.5.1
Berdasarkan sumber air baku untuk air minum, maka air baku dapat dibedakan menjadi:
1.
Mata Air
Sistem penyediaan air minum komunal mata air adalah sistem penyediaan air minum yang
memanfaatkan mata air sebagai sumber air baku untuk air minum dengan cara melindungi
dan menangkap air dari mata air untuk ditampung dan disalurkan kepada masyarakat
pemakai.
2.
Air Tanah
Sistem penyediaan air minum komunal air tanah dalam adalah sistem penyediaan air minum
yang menggunakan air tanah dalam sebagai sumber air baku untuk air minum.
3.
Air Hujan
Adalah air yang berasal dari air angkasa dalam bentuk air hujan.
4.
Air Permukaan
Adalah sistem penyediaan air minum yang memanfaatkan air permukaan sebagai sumber
air baku untuk air minum. Unit air baku dari air permukaan dijelaskan lebih rinci sebagai
berikut karena pada umumnya unit pengambilan air baku dari air permukaan terpisah dari
unit produksi/pengolahannya.
Air Permukaan
Sistem penyediaan air minum komunal air permukaan adalah sistem penyediaan air minum
yang memanfaatkan air permukaan sebagai sumber air baku untuk air minum.
Bangunan pengambilan air baku untuk masing-masing solusi teknis tergantung dari jenis
sumber air baku yang digunakan. Secara umum, persyaratan lokasi penempatan dan
konstruksi bangunan pengambilan air baku adalah sebagai berikut:
1) Bangunan pengambilan harus aman terhadap polusi yang disebabkan pengaruh luar
(pencemaran oleh manusia dan makhluk hidup lain)
2) Penempatan bengunan pengambilan pada lokasi yang memudahkan dalam
pelaksanaan dan aman terhadap daya dukung alam (terhadap longsor dan lain-lain)
3) Konstruksi bangunan pengambilan harus aman terhadap banjir air sungai, terhadap
gaya guling, gaya geser, rembesan, gempa dan gaya angkat air (up-lift)
4) Penempatan bangunan pengambilan diusahakan dapat menggunakan sistem gravitasi
dalam pengoperasiannya
5) Dimensi bangunan pengambilan harus mempertimbangkan kebutuhan harian
maksimum
6) Dimensi inlet dan outlet letaknya harus memperhitungkan fluktuasi ketinggian muka air
7) Pemilihan lokasi bangunan pengambilan harus memperhatikan karakteristik sumber air
baku
8) Konstruksi bangunan pengambilan direncanakan dengan umur efektif (life time)
minimal 25 tahun
9) Bahan/material konstruksi yang digunakan diusahakan manggunakan material lokal
atau disesuaikan dengan kondisi daerah sekitar.
Tipe pengambilan air baku untuk air minum berdasarkan sumber air permukaan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Sungai/Irigasi
Secara garis besar tipe bangunan pengambilan air baku (intake) pada sumber air
permukaan dibagi menjadi 5 (lima) macam, yaitu:
a. Intake bebas
Kelengkapan bangunan pada intake bebas adalah:
Saringan sampah
12
Inlet
Bangunan pengendap
Bangunan sumur atau pemompaan
Pintu sorong
Inlet:
Q = u . b . a . 2 . z ---------------------------------------------
(20)
Q = u . b . a . (g.z) --------------------------------------------
(21)
dengan pengertian:
debit, m3/detik
koefisien pengaliran
lebar bukaan, m
tinggi bukaan, m
Saringan sampah:
hf = c . v2 / 2g ----------------------------------------------------
(22)
(23)
dengan pengertian:
hf
panjang jeruji
(diambil 70)
Saringan sampah
Inlet
Bendung konvensional
Pintu bilas
Penentuan Dimensi Hidrolis sama dengan intake bebas ditambah dengan pintu
bendung, baik konvensional maupun bendung tyroll. Perencanaan bendung
mengacu pada Standar Perencanaan Irigasi KP-02 Bangunan Utama.
c.
Intake ponton
Kelengkapan bangunan pada intake ponton
(24)
G = V . w-----------------------------------------------------------
(25)
dengan pengertian:
G
W =
w =
Bentuk ponton harus dapat membelah arus atau mengurangi daya dorong
akibat adanya arus sungai
Sepertiga bagian ponton tidak tenggelam
Ponton harus dapat diletakkan pada posisi yang menguntungkan, pada musim
hujan ditempatkan di tepi sungai dan pada musim surut diletakkan di alur yang
masih ada airnya.
d. Intake jembatan
Kelengkapan bangunan pada intake jembatan
Jembatan penambat
Saringan sampah
Ruang pompa
14
Media infiltrasi
Pipa pengumpul
Sumuran
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan infiltrasi galeri terutama pada
saat kondisi kritis, yaitu saat hanya terjadi aliran bawah tanah pada sungai-sungai
yang mempunyai fluktuasi debit yang sangat besar, adalah:
Jenis Tanah
Permeabilitas (m/hari)
< 10-4
10-4 10-1
10-1 10
10-4 103
> 103
Kerikil
Sumber:
Penentuan nilai permeabilitas dapat dilakukan di lapangan dengan cara tes perkolasi
atau dengan cara pumping test di laboratorium.
b. Pembuatan media untuk perletakan pipa kolektor
Pada umumnya sungai-sungai yang mempuyai fluktuasi debit yang sangat besar dan
terjadi aliran bawah tanah akan mempunyai lapisan dasar sungai yang terdiri dari
campuran pasir dan lempung. Untuk mempercepat masuknya air pada pipa kolektor,
maka harus dibuatkan media yang mempunyai permeabilitas yang besar berupa
material kerikil. Tebal media ini disesuaikan dengan kondisi muka air tanah dan
sungai.
15
c.
Pipa kolektor
Pipa kolektor ini berupa pipa yang telah dilubangi pada bagian atasnya yang
berfungsi sebagai jalan masuk air ke sumur kolektor. Jumlah bukaan lubang
disesuaikan dengan kebutuhan pengambilan air serta debit andalan dari sungai
tersebut.
Rumus yang digunakan:
Q = K . A ------------------------------------------------------
(26)
A = n . a ------------------------------------------------------
(27)
dengan pengertian:
Q
permeabilitas
jumlah lubang
luas lubang, m2
d. Sumur kolektor
Dimensi dari sumur kolektor ditentukan oleh jumlah pompa dan fasilitas lainnya
yang akan dipasang pada sumur tersebut.
e. Bak pengendap
Dimensi bak pengendap tergantung dari:
(28)
dengan pengertian:
V
tebal air, m
Untuk tanah lembek atau tanah gambut harus mempergunakan pondasi tiang
atau pondasi cerucuk
Perhitungan dimensi pondasi dipergunakan rumus Terzaghi atau Meyerhof untuk
pondasi tiang tunggal maupun tiang ganda
Untuk tanah keras dapat mempergunakan pondasi tiang tapak dengan
perhitungan dimensi tiang dapat mempergunakan rumus Terzaghi
16
b. Struktur atas
Dalam penentuan dimensi struktur atas (konstruksi beton) dapat dipergunakan
ultimate design atau elastic design. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penentuan dimensi ini adalah ketinggian luapan banjir dan karakteristik sungai.
2. Danau
Persyaratan lokasi penempatan dan konstruksi bangunan pengambilan.
a. Penentuan lokasi bangunan pengambilan didasarkan pertimbangan sebagai berikut:
Lokasi di tepi danau yang masih tergenang pada kondisi elevasi muka air danau
minimum
Lokasi yang berdasarkan data geoteknik mempunyai daya dukung yang optimal
dan mempunyai faktor keamanan cukup tinggi
Lokasi yang aman terhadap pengaruh luar seperti longsoran tanah dari bukit
diatasnya, jalur drainase atau parit dari daratan ke areal tampungan dan lokasi
perumahan yang memungkinkan pencemaran
Penentuan elevasi inlet minimal 0,6 m di bawah muka air danau minimum
Penentuan elavasi puncak bangunan pengambilan minimal 0,5 di atas muka air
danau tertinggi
Intake bebas
Intake ponton
Intake jembatan
3. Waduk
Apabila fungsi waduk termasuk untuk penyediaan air minum, maka sesuai perencanaan
awal sudah disediakan fasilitas untuk penyediaan air baku air minum, sehingga
pemanfaatan air waduk dapat langsung memanfaatkan fasilitas yang ada.
Pertimbangan yang diperlukan untuk menentukan lokasi pengambilan air waduk dan tipe
bangunan pengambilan air waduk adalah sama dengan bangunan pengambilan sumber
air danau
4. Embung
Persyaratan lokasi penempatan dan konstruksi bangunan pengambil
17
Apabila kedalaman air di embung cukup besar, maka penempatan titik pompa
sebaiknya mengacu pada standar spesifikasi pompa, khususnya daya hisap optimum
6 m dari permukaan air embung. Lokasi penempatan bangunan ditentukan
berdasarkan data geoteknik dengan daya dukung yang optimal dan mempunyai
faktor keamanan cukup tinggi.
Intake bebas
Kondisi leveling dasar embung relatif datar dan kedalaman air maksimum
berada ditepi embung
Kondisi tanah di tepi embung cukup stabil
Intake jembatan
Kondisi permukaan dasar bervariasi dan cenderung berbentuk valley, kedalaman
air maksimum merata di tengah embung
Kondisi tanah di tengah embung cukup stabil
Intake ponton
Kondisi leveling dasar bervariasi dan kedalaman air tidak merata
Kondisi air dasar embung stabil
Gambar tipikal berbagai tipe bangunan pengambilan air baku sumber air permukaan
dapat dilihat pada Lampiran6.
Survei hidrolika air permukaan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan
Dalam persiapan survei hidrolika air permukaan perlu dilakukan persiapan sebagai
berikut:
mempersiapan surat-surat yang diperlukan dalam pelaksanaan survei lapangan
a. formulir lapangan yang digunakan untuk menyusun data-data yang dibutuhkan agar
mempermudah pelaksanaan pengumpulan data di lapangan
b. menyiapkan peta hidrogeologi dan data-data sekunder yang diperlukan
c. tata cara survei dan manual mengenai peralatan yang dipergunakan
d. mengecek ketersediaan peralatan dan perlengkapan yang akan dipergunakan
2. Pelaksanaan
Pengkajian survei hidrolika air permukaan dilakukan sebagai berikut:
a. Daerah tangkapan hujan
Lakukan analisa peta hidrologi daerah tangkapanhujan
Tentukan kondisi habitat sekitar daerah aliran sungai
b. Survei hidrolika air sungai
Kumpulkan data-data yang diperlukan seperti data curah hujan 10 tahun terakhir,
debit sungai 10 tahun terakhir yang berurutan
Lakukan pengukuran langsung dilapangan pada musim kemarau dan musim
penghujan minimal 1 periode musim jika data sekunder tidak tersedia
Tentukan debit minimal, maksimum, andalan dan debit penggeontoran
Lakukan pengujian kekeruhan untuk kondisi musim kemarau dan musim
penghujan.
c. Survei hidrolika air waduk
Kumpulkan data-data yag dperlukan dari pengelola waduk
Tentukan debit yang akan dipakai apakah kebutuhan untuk air minum dapat
terpenuhi
18
Analisa debit air danau apakah dapat memenuhi kebutuhan sumber air minum
Rekomendasikan kemungkinan pemakaian air danau sebagai sumber air minum
Analisa dan rekomendasikan apakah debit yang diperlukan dapat dipenuhi dari air
waduk
Rekomendasikan kemungkinan pemakaian air waduk sebagai sumber air minum
3.5.2
UNIT PRODUKSI
Sistem penyediaan air minum yang dapat dikelola oleh masyarakat secara mandiri merupakan
tujuan dari pengembangan SPAM Sederhana. Hal ini dilakukan malalui pembangunan Instalasi
Pengolahan Air Sederhana yang dapat menggunakan sumber air baku dari mata air, air
permukaan, air tanah, ataupun dari air hujan.
IPAS adalah dapat bersumber dari mata air (broncaptering), sumur dalam (deep well) dan air
permukaan dengan IPAS. Pendistribusiannya kepada masyarakat dapat melaui sistem perpipaan
(modul HU) dan atau mobil tangki air (modul TA).
Sistem penyediaan air minum dengan IPAS disebut Sistem Instalasi Pengolahan Air Sederhana
(SiPAS). SiPAS harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Dipilih jika pelayanan berada sekitar 10 Km dari jaringan distribusi PDAM dan atau PDAM
tidak mampu menyediakan air minum dari sistem perpipaan yang ada (kapasitas dan
tekanan tidak tersedia)
2.
Lokasi tersebut memiliki potensi air tanah dalam dan atau sumber air lainnya yang layak
digunakan.
SiPAS-Mata Air (Broncaptering)
SiPAS-Mata Air (Broncaptering) dapat berupa sistem gravitasi dan atau perpompaan,
dilihat dari biaya investasi tidak jauh berbeda dari modul hidran umum (perbedaan
hanya pada kelengkapan bangunan penangkap mata air/broncaptering). Kemungkinan
investasi adalah sekitar Rp 200.000,- per kapita.
SiPAS-Sumur Dalam (Deep Well)
19
Sistem pelayanan dapat dikembangkan sesuai besaran kapasitas air yang dapat
dihasilkan pada saat pengeboran. Kemungkinan investasi adalah sekitar Rp 200.000,per kapita.
SiPAS-Intalasi Penjernihan Air Sederhana (IPAS)
IPAS dipilih jika SiPAS-Mata Air dan SiPAS sumur dalam tidak layak dilaksanakan dan
terdapat sumber air baku dengan tingkat kekeruhan rendah yang dapat diolah secara
sederhana, misal dengan menggunakan sistem Saringan Pasir Lambat (SPL) dan atau
sistem infiltrasion galleries. Mengingat kesulitan dalam pengelolaan/operasional maka
pemilihan sistem SiPAS-IPAS hendaknya dilakukan setelah melalui pertimbangan yang
seksama. Kemungkinan investasi adalah sekitar Rp 200.000,- per kapita.
Tipe-Tipe SiPAS
1.
2.
3.
galleries
b. Pompa dengan perlengkapannya khusus bagi daerah yang tidak dapat dilayani melalui
sistem gravitasi
c. Sistem pelayanan HU dan TA
A.
Mata Air
Tipe I berdasarkan tipe bangunan penangkap mata air, tergantung pada kondisi arah
aliran keluarnya air ke permukaan tanah, terdiri dari:
Tipe IA : Dipilih apabila arah aliran artesis terpusat
Tipe IB : Dipilih apabila arah aliran artesis tersebar
Tipe IC : Dipilih apabila arah aliran artesis vertikal
Tipe ID : Dipilih apabila arah aliran gravitasi kontak
Tipe
Tipe
Tipe
Tipe
20
Jarak
1.
2.
10 30 m
3.
3 10 m
4.
Penilaian
Diperlukan pompa
Sumber: Tata Cara Evaluasi Hasil Survei Mata Air untuk Perencanaan Air Bersih Perdesaan (AB-D/RE/TC/003/98), Departemen
Pekerjaan Umum
21
Bangunan
pengambilanMata
air baku
Penangkap
Air
3Hidran
HU (Kap.
Umum3 m)
PVC
1-3km
km
PipaPipa
PVC
2"21-3
Gambar 3.3
Perlindungan Mata Air Sistem Gravitasi
Bak penampung
Pompa
Pompa
Reservoar
Gambar 3.4
Perlindungan Mata Air Sistem Pemompaan
22
Hidran Umum
3 HU (Kap. 3 m)
Sumber: Spesifikasi Teknis Perlindungan Mata Air (PMA) (AB-D/LW/ST/006/98), Departemen Pekerjaan Umum
Gambar 3.5
Bangunan Penangkap Mata Air Tipe I A
23
Sumber: Spesifikasi Teknis Perlindungan Mata Air (PMA) (AB-D/LW/ST/006/98), Departemen Pekerjaan Umum
Gambar 3.6
Bangunan Penangkap Mata Air Tipe I B
24
Sumber: Spesifikasi Teknis Perlindungan Mata Air (PMA) (AB-D/LW/ST/006/98), Departemen Pekerjaan Umum
Gambar 3.7
Bangunan Penangkap Mata Air Tipe I C
25
Gambar 3.8
Bangunan Penangkap Mata Air Tipe I D
26
Kolom 12 x 12
Manhole 50 x 50
15
Pipa vent
GI 3"
200
15
20
15
Pipa penguras & dop GI 3"
Pipa peluap GI 3"
B
100
15
100
15
100
DENAH
Plat beton 1PC:2PS:3KR
100
15
15
Ring balk
15
15
200
Ring balk
30
Plester 1PC:2PS
Pasir padat
Pipa peluap
GI 3"
Plester 1PC:2PS
130
Tanah urug
1PC:2PS:3KR
Pasir padat
Kran 3/4"
Tanah urug
Beton tumbuk
Pipa inlet
GI 3"
60
Pas batu kali
1PC:4PS
10
1PC:4PS
Batu kosong
Pasir padat
25
25
25
100
Batu kosong
10
Pasir padat
25
15
60
60
60
60
100
20
POTONGAN A-A
POTONGAN B-B
Sumber: Spesifikasi Teknis Perlindungan Mata Air (PMA) (AB-D/LW/ST/006/98), Departemen Pekerjaan Umum
Gambar 3.9
Bak Penampung Tipe 1 (volume 2 m3)
27
Kolom 12 x 12
Manhole 50 x 50
15
Pipa vent
GI 3"
250
15
20
15
Pipa penguras & dop GI 3"
B
15
100
15
200
100
DENAH
Plat beton 1PC:2PS:3KR
200
15
15
Ring balk
Pas bata 1PC:2PS
15
15
250
Ring balk
Plester 1PC:2PS
30
Plester 1PC:2PS
100
1PC:2PS:3KR
Pipa peluap
GI 3"
Pasir padat
Pasir padat
Tanah urug
Tanah urug
Pipa inlet
Beton tumbuk
GI 3"
60
Pas batu kali
1PC:4PS
Pasir padat
100
1PC:4PS
10
Batu kosong
Batu kosong
10
60
60
Pasir padat
25
60
25
25
25
100
15
60
20
POTONGAN A-A
POTONGAN B-B
Sumber: Spesifikasi Teknis Perlindungan Mata Air (PMA) (AB-D/LW/ST/006/98), Departemen Pekerjaan Umum
Gambar 3.10
Bak Penampung Tipe 2 (volume 5 m3)
28
29
d. Perhitungan dimensi
Perhitungan dimensi pada SPAM Komunal Perlindungan Mata Air meliputi perhitungan
dimensi bangunan dan dimensi hidrolis. Secara empiris, dimensi bak penampung air untuk
berbagai debit mata air dan berbagai jumlah pelayanan dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Dimensi Bak Penampung SPAM Komunal Mata Air (m3)
Pelayanan
(KK)
Debit
0,010 L/det
Debit
0,015 L/det
Debit
0,020 L/det
Debit
0,025 L/det
Debit
0,030 L/det
Debit
0,040 L/det
5 KK
0,22
0,40
0,90
1,30
2,70
2,60
10 KK
0,50
0,50
0,9
1,7
20 KK
6,2
1. Bak Penampung
Perhitungan bangunan PMA dilakukan untuk menghitung volume bak penampung
yang ditentukan berdasarkan:
Dengan asumsi-asumsi di atas, volume bak penangkap mata air dapat ditentukan
dengan menggunakan Tabel 3.3.
30
Debit
< 0,5 L/det
Debit
0,5 - 0,6 L/det
Debit
0.7 - 0,8 L/det
Debit
> 0,8 L/det
200 - 300
5 m3
2 m3
2 m3
2 m3
300 - 400
10 m3
5 m3
2 m3
2 m3
400 - 500
10 m3
10 m3
5 m3
2 m3
Sumber: Spesifikasi Teknis Perlindungan Mata Air (PMA) (AB-D/LW/ST/006/98), Departemen Pekerjaan Umum
10
= 1,214 . 10
L . Q1,85
C1,85 . D4,87
----------------
(5)
dengan pengertian:
H
debit (L/det)
diameter pipa
koefisien kekasaran
Koefisien kekasaran pipa tergantung dari jenis pipa dan kondisinya. Koefisien
kekasaran pipa dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4 Koefisien Kekasaran Pipa
No.
Koefisien Kekasaran
1.
AC
130
2.
120
3.
PVC
130
4.
DICL, MSCL
130
Sumber:
Qspring
Qout =
31
(6)
= 1,71 . B . h3/2
---------------------------------------
(7)
dengan pengertian:
Q=
B=
h=
1,71
konstanta
= 2/3 . Cd . 2g . H3/2
-----------------------------
(8)
(9)
dengan pengertian:
Q=
Cd
Francis: Cd = 0,623
Rehback: Cd = 0,605 + 0,08 H/Z + 0,001/H
L=
g=
H=
n=
Z=
A . R2/3 . S1/2
-----------------------------------
n
dengan pengertian:
Q=
A=
R=
S=
kemiringan (slope)
n=
koefisien Mannings
32
(10)
(11)
dengan pengertian:
Q=
Cd
b=
g=
h=
H=
= 1/4 . . d2 . Cd . (2gh)
-----------------------------
(12)
dengan pengertian:
Q=
d=
Cd
g=
h=
33
34
1. Bahan
Bahan yang diperlukan disediakan sesuai hasil perencanaan dan perhitungan serta
memenuhi spesifikasi teknis. Bahan-bahan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Semen portland, harus mempunyai kehalusan dan sifat ikat yang baik yang sesuai
dengan SNI 15-2530-1991 dan SNI 15-2531-1991
b. Pasir beton, harus bersih, berbutir tajam dan keras, sesuai dengan SNI 03-68272002
c. Kerikil, harus bersih dan keras
d. Besi beton, harus bersih dan tidak berkarat, sesuai dengan SNI 03-6861-2002
e. Air, harus bersih dan bebas dari minyak, sesuai dengan SNI 03-6817-2002 tentang
Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan dalam beton
f. Batu bata
g. Pipa dan perlengkapannya
Bahan konstruksi yang digunakan untuk pembuatan bangunan perlindungan mata air
sesuai Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Bahan Konstruksi Bangunan Penangkap Mata Air
No.
Elemen
1.
2.
Dinding
3.
Penutup
2. Peralatan
Peralatan yang diperlukan meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Kunci pipa
Gergaji
Palu
Pembersih
Peralatan untuk pembuatan adukan pasangan
Waterpass
Meteran
Ayakan pasir
Benang
Ember
Tang
Cangkul dan Sekop
3. Kriteria Desain
Perencanaan bangunan PMA, meliputi bangunan penangkap mata air dan bak
penampung, harus memenuhi kriteria desain sebagai berikut:
a. Permukaan air dalam bangunan penangkap tidak boleh lebih tinggi dari
permukaan air asal (permukaan mata air sebelum ada bangunan) pada musim
kemarau agar mata air tidak hilang
b. Pipa peluap (over flow) pada bangunan penangkap dipasang pada tinggi muka air
asal
c. Bangunan penangkap bagian luar harus kedap terhadap air dan tahan longsor
d. Tinggi dinding bangunan penangkap minimum 20 cm dari muka air asal
e. Bagian bawah bangunan penangkap merupakan pondasi dengan kedalaman
minimum 60 cm dari dasar mata air
35
b. Pemasangan pondasi
i. Buat patok dari bambu atau kayu sesuai ukuran badan pondasi dan dipasang
pada jarak 30 cm ujung.
ii. Hubungkan patok yang satu dengan yang lain dengan benang/tali hingga
mempunyai ketinggian yang sama, seperti pada Gambar 3.14.
Gambar 3.14
Pematokan lokasi badan pondasi
iii. Gali tanah untuk pondasi hingga kedalaman 60 cm pada lereng tebing dan 30
cm pada sisi lain dari bak PMA seperti tampak pada Gambar 3.15
iv. Pasang lantai pasir padat setebal 10 cm seperti pada Gambar 3.16.
Gambar 3.15
Penggalian Pondasi
Gambar 3.16
Pemberian pasir pada lantai pondasi
v. Pasang pondasi pasangan batu kali yang terbuat dari bahan batu kali dengan
campuran 1 semen : 4 pasir hingga ketinggian yang telah ditetapkan Gambar
3.17
vi. Isi lubang bekas galian pondasi dengan tanah urug, seperti pada Gambar
3.18
Gambar 3.18
Pengurugan lubang bekas galian pondasi
Gambar 3.17
Pemasangan pondasi
c. Pemasangan dinding
37
ii. Pasang pipa peluap sekitar 20- 30 cm dari permukaan dinding atas dan pipa
keluar yang menembus dinding pada bagian dasar lantai setinggi 20 -30 cm,
seperti pada Gambar 3.20.
Gambar 3.19
Pemasangan dinding & pipa keluar
d. Pemasangan tutup dan lubang pemeriksa
i. Pasang bekisting untuk pembuatan tutup bangunan PMA Gambar 3.11
ii. Pasang cetakan (terbuat dari bahan triplek) di atas bekisting, seperti pada
Gambar 3.11
iii. Susun pembesian ukuran 8 mm 15 mm yang telah dirakit, sesuai ukuran
tutup bangunan PMA yang akan dicor di atas cetakan seperti Gambar 3.12
Gambar 3.20
Pemasangan bekisting dan
cetakan
Gambar 3.21
Susunan pembesian
iv. Pasang pipa udara pada bagian yang telah ditentukan sebelum dicor, seperti
pada Gambar 3.21.
v. Ganjal batu setebal 23 cm diseluruh bidang di bawah pembesian
vi. Buat sekat ukuran 60 cm X 60 cm dari kayu tipis pada bagian tutup bak
kontrol, seperti pada Gambar 3.22.
vii. Lakukan pengecoran dengan memasukkan adukan dengan perbandingan 1
semen : 2 pasir : 3 kerikil sedemikian sehingga seluruh bidang terisi dan
pembesian tertutup rata, seperti pada Gambar 3.23
Gambar 3.22
Pembesian pada tutup dan
pemasangan pipa udara
Gambar 3.23
Pengecoran tutup
38
viii. Buat cetakan untuk tutup lubang pemeriksa (man hole) Gambar 3.24
ix. Pasang pembesian untuk tutup lubang pemeriksa dan lengkapi dengan
pegangan yang terbuat dari besi inchi, seperti pada Gambar 3.25
Gambar 3.24
Cetakan dan pembesian pada lubang pemeriksa
x. Cor tutup beton dengan ketebalan kurang lebih 10 cm, biarkan hasil
pengecoran 3 sampai 4 hari (sampai kering), seperti pada Gambar 3.25
xi. Plester tutup bak dengan adukan perbandingan 1 pasir : 2 semen, seperti
pada Gambar 3.26
Gambar 3.25
Pengecoran
Gambar 3.26
Plesteran
e. Pemasangan turap
Pemasangan turap pada dinding dan saluran air di atas bangunan PMA dilakukan
sebagai berikut:
i. Buat turap dari batu kali di bagian dinding sepanjang bangunan PMA dengan
perbandingan adukan 1 semen : 2 pasir, seperti pada Gambar 3.27
ii. Buat badan saluran yang terbuat dari batu kali dengan perbandingan adukan
1 semen : 4 pasir, Gambar 3.28.
iii. Plester badan saluran dengan perbandingan adukan 1 semen : 2 pasir,
seperti pada Gambar 3.28.
Gambar 3.27
Pemasangan Turap
Gambar 3.28
Pembuatan Saluran
39
f. Penyambungan Pipa
i. Sambungkan pipa peluap dengan pipa keluar
ii. Sambungkan pipa keluar sampai ke bak penampung, seperti pada Gambar
3.29
Gambar 3.29
Penyambungan Pipa
h. Operasi dan Pemeliharaan
1. Operasi
Persiapan Pengoperasian
a. Buka katup keluar sesuai dengan kebutuhan air hingga bak penampung terisi
b. Bula katup penguras agar kotoran yang terdapat didalam bak penangkap air dan
bak penampung dapat dibersihkan
c. Tutup katup penguras agar bak penampung terisi penuh
Pelaksanaan Pengoperasian
a. Lakukan pengecekan pada setiap bagian bak penampung terhadap kebocoran,
jika tidak ada maka bak dapat dioperasikan
b. Buka katup untuk daerah pelayanan
c. Gunakan pompa untuk daerah layanan yang elevasinya lebih tinggi dari PMA
2. Pemeliharaan
Pemeliharaan pada mata air agar terus beroperasi adalah sebagai berikut:
a. Perawatan rutin
i. bersihkan lantai pengambilan agar tidak berlumut, tidak licin dan tidak ada
genangan air
ii. bersihkan saluran buangan dan periksa bila ada kerusakan/retak
iii. amati perubahan kualitas air yang terjadi terutama pada musim hujan
b. Kebiasaan yang harus ditumbuhkan di masyarakat
i.
ii.
iii.
iv.
menjaga lingkungan mata air agar debit mata air tetap dan tidak kering
menjaga lingkungan mata air agar tidak terganggu dan tidak tercemar
saluran drainase dan pembuang disekitar PMA selalu kering dan basah
masyarakat perlu diberi penjelasan pentingnya memelihara lingkungan mata
air yang merupakan daerah tangkapan air.
40
PEMELIHARAAN
HARIAN/MINGGUAN BULANAN
v
KETERANGAN
TAHUNAN
-
Bersihkan
dari
kotoran, sampah, daun
periksa
keretakan,
kebocoran
Pengecatan,
perbaikan,
penggantian
komponen yang rusak
3. Perbaikan PMA
Kerusakan dan keretakan pada bangunan sistem PMA dapat diperbaiki sebagai
berikut:
a. Tambal bangunan yang terbuat dari pasangan batu atau ferrocement dengan
menggunakan adukan semen atau ferrocement
b. Ganti peralatan dan perlengkapan yang terbuat dari logam, PVC, dengan yang
baru
4. Pelaporan
a. Catat kerusakan yang ada pada masing-masing bagian
b. Catat perbaikan yang telah dilaksanakan
c. Catat tinggi rendah permukaan air sungai, danau pada bangunan penangkap air
setiap bulan dan gambarkan kedalaman grafik
d. Simpan catatan pada pengelola PMA untuk pedoman perbaikan dan pemeliharaan
sesuai keperluan
i. Distribusi dan Pelayanan
Distribusi dan pelayanan air minum dari bangunan PMA kepada masyarakat dapat
dilaksanakan melalui sistem pengaliran gravitasi atau perpompaan sesuai dengan kondisi
daerah setempat dengan pelayanan dapat melalui Hidran Umum (HU), Sambungan Rumah
Murah (SRM) atau Terminal Air (TA). Penjelasan lebih jelas dapat dilihat pada Bab 3.5.2 dan
Bab 3.5.3.
41
B.
Air Permukaan
Prasarana dan sarana yang membentuk SPAM Komunal Air Permukaan terdiri dari:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS) adalah bangunan pengolahan air yang mampu
mengolah air baku menjadi air bersih untuk pelayanan secara komunal.
Bak pengendap adalah penadah air baku yang didalamnya terjadi proses pengendapan
Saringan Kasar Naik Turun (SKNT) adalah wadah yang diisi dengan batu kerikil yang
berfungsi sebagai penyaring dengan arah aliran naik turun
Saringan Pasir Lambat (SPL) adalah wadah yang diisi pasir berfungsi menyaring dan atau
menurunkan kekeruhan
Hidran Umum (HU) adalah wadah penampung air bersih untuk masyarakat secara komunal
Air permukaan adalah sumber air baku yang berasal dari sungai, saluran irigasi, danau,
waduk, kolam, rawa, embung.
b. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis SPAM Komunal meliputi spesifikasi alat dan bahan yang diperlukan dalam
membangun prasarana dan sarana SPAM Komunal Air Permukaan.
1. Persyaratan Umum
Dalam pembuatan IPAS harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2. Persyaratan Teknis
Persyaratan:
42
1.
Bangunan IPAS
a.
b.
c.
d.
Komponen
1
2
3
Intake
Sumur pengumpul
Pompa
Tangki penampung
Dudukan kayu
SPL
Bahan
Satuan
Volume
M3
Buah
Unit
Batang
Buah
M2
M3
M3
M3
1,75
5
2
2
1
3
0,25
0,4
0,25
Buah
M3
M3
Zak
Batang
Batang
Buah
M3
buah
1500
1,2
5
25
8
3
1
2,5
1
Jenis Bahan
Semen
Pasir Urug
Batu Kali
Pipa GIP dia. 3
Pipa GIP
Bend 90 GIP dia. 3
Tee GIP 3
Kran dia.
Socket GIP dia.
Tangki Fiber Kapasitas 4
m3
Satuan
Zak
M3
M3
Batang
Batang
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
43
Volume
10
0,8
2,5
Tergantung jarak
1
2
3
3
2
2.
Bangunan Penyadap
Bangunan penyadap berupa bangunan peresapan yang terbuat dari batu kali/batu
karang setinggi 1 meter atau untuk sungai yang dangkal setinggi 40 cm dari permukaan tanah.
Bangunan penyadap berbentuk trapesium dengan lebar bagian bawah 40 cm dan
lebar bagian atas 70 cm sepanjang kurang lebih 1,5 meter. Untuk mencegah tanah
urugan masuk ke celah-celah batu resapan maka harus dilapisi dengan terpal plastik
baru diurug dengan tanah dan dipadatkan.
Terpal plastik
Terpal plastik
Ke pompa
75
100
70
Batu kali
peresapan
100
Variabel
Bagian berlubang
100
40
Dengan adanya bangunan penyadap ini ranting-ranting dan daun-daun tidak ikut
terbawa.
3.
Sumur Pengumpul
Bangunan sumur pengumpul bisa terbuat dari buis beton atau pasangan batu bata
yang diplester. Bentuk sumur pengumpul bisa bulat juga bisa segi empat dengan
diameter/lebar sumur 1 1,20 meter dan kedalaman minimal 1 meter lebih rendah
dari dasar kolam penampung. Agar air masuk, maka sisi-sisi sumur pengumpul yang
berhadapan dengan bangunan penyadap diberi lubang.
4.
Pompa
Unit pompa ini untuk menaikan air dari sumur pengumpul ke unit selanjutnya (tangki
penampung, SKNT, SPL). Pompa yang digunakan 2 unit dimana 1 unit sebagai
cadangan. Untuk kapasitas 0,25 l/dt pompa yang digunakan membutuhkan daya
listrik antara 100 - 125 watt.
Pompa
5.
Tangki Penampung
Tangki penampung dapat terbuat dari serat kaca (fiberglass) atau plastik yang sudah
jadi dengan kapasitas 2 - 4 m3.
Tangki penampung ini terdiri dari:
Pipa masuk yang berlubang-lubang untuk aerasi
Pipa penguras diameter 2 inchi
Kawat kasa yang berfungsi untuk aliran udara
Pipa keluar yang dialirkan ke unit selanjutnya (SKNT, SPL)
c. Perhitungan Dimensi:
1.
Kecepatan penyaringan
SPL mempunyai kecepatan penyaringan minimal 0,1 m/jam dan maksimal 0,4 m/jam.
2.
(13)
dengan pengertian:
Q
V
A
3.
=
=
=
4.
Kedalaman bak
Kedalaman bak saringan adalah jumlah dari tinggi bebas, tinggi air di atas media pasir,
tebal pasir penyaring, tebal kerikil penahan dan underdrain, seperti pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Kedalaman Saringan Pasir Lambat (SPL)
No.
Kedalaman (D)
Ukuran (m)
1.
Tinggi bebas
0,25 0,40
2.
1,00 1,50
3.
0,60 1,00
4.
0,40 0,60
5.
Underdrain
0,30 0,50
Jumlah
1,55 4,00
Sumber: Tata Cara Perencanaan Instalasi Saringan Pasir Lambat (SNI 03-3981-1995),
Departemen Pekerjaaan Umum
Instalasi SPL dapat dilihat pada Gambar 3.57, Gambar 3.58 dan Gambar 3.59.
45
Sumber: Tata Cara Perencanaan Instalasi Saringan Pasir Lambat (SNI 03-3981-1995)
46
Gambar 3.33
Potongan A Bak Saringan Pasir Lambat
Keterangan:
Inlet
penguras
pelimpah
kran outlet
kran outlet
pintu pengatur untuk pengisian dari
bagian bawah
pintu untuk memriksa debit pada alat
ukur efluen
pipa filtrat ke reservoar
alat ukur debit filtrat
underdrain
pipa bypass
Gambar 3.34
Potongan B Bak Saringan Pasir Lambat
47
Gambar 3.36 Denah Saringan Kasar Naik Turun Saringan Pasir Lambat Tipe I
49
Gambar 3.38 Denah Saringan Kasar Naik Turun Saringan Pasir Lambat Tipe II
51
52
5.
Media penyaring
Kriteria bahan media penyaring sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
6.
Media penahan
Kriteria bahan media penahan sebagai berikut:
a) Jenis kerikil
b) Berbentuk bulat
c) Media penahan tersusun dengan lapisan teratas butiran kecil dan berurutan ke
butiran kasar pada lapisan paling bawah; gradasi butir media kerikil dapat dilihat
pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Gradasi Butir Media Kerikil SPL
Gradasi butir media
kerikil rata-rata (mm)
Ketebalan (cm)
34
7 10
Ke 1
10 20
9 10
Ke 2
20 30
12 15
Ke 3
60
12 15
Ke 4 (dasar)
40 60
Sumber: Tata Cara Perencanaan Instalasi Saringan Pasir Lambat (SNI 03-3981-1995),
Departemen Pekerjaan Umum
7.
Air baku
Air baku sebagai bahan baku yang masuk ke bak SPL ditentukan sebagai berikut:
a) Kekeruhan kurang atau sama dengan 50 mg/L SiO2
b) Oksigen terlarut lebih dari atau sama dengan 6 mg/L
c) Total koliform kurang dari atau sama dengan 1000 per 100 ml
Dalam hal tingkat kekeruhan lebih dari 50 mg/L SiO2, oksigen terlarut kurang dari 6
mg/L dan total koliform lebih dari 1000 per 100 mL, maka SPL harus dilengkapi dengan
unit pengolahan pendahuluan.
2.
53
a)
b)
c)
d)
Saluran tertutup
Dilengkapi dengan katup pengatur debit efluen
Dilengkapi dengan alat ukur debit, direncanakan dengan standar yang berlaku
Dilengkapi dengn pipa yang dapat mengalirkan filtrat dari outlet filter yang satu ke
outlet filter yang lain. Pipa ini dihubungkan juga dengan pompa pada penampung
air bersih (reservoir)
e) Dilengkapi dengan bak penampung filtrat, dengan ketentuan bahwa permukaan air
pada penampung filtrat minimal 5 cm dan maksimal 10 cm di atas permukaan
media penyaring
3.
4.
Pelimpah
Perencanaan pelimpah ditentukan sebagai berikut:
a) Berbentuk saluran terbuka atau tertutup
b) Dipasang pada zona inlet filter
c) Permukaan ambang pelimpah tepat pada permukaan air maksimum filter yang
bersangkutan
d) Air dari pelimpah dapat dialirkan ke dalam tangki khusus, untuk kemudian
dipompakan kembali ke dalam bak pembagi atau dibuang ke badan air penerima
5.
Penguras
Perencanaan penguras ditentukan sebagai berikut:
a) Tampungan air direncanakan sebagai berikut:
Dipasang tepat di bawah terjunan inlet dan di tengah kedua sisi memanjang
filter
Ambang tampungan kurang lebih 30 cm di bawah permukaan pasir penyaring
maksimum
Penampang atas tampungan diberi tutup
Dihubungkan dengan pipa penguras dan dilengkapi dengan katup/kran
b) Air kurasan dapat dialirkan ke dalam tangki khusus atau dibuang ke badan air
penerima
e. Pencucian Pasir Penyaring
Pencucian pasir penyaring direncanakan sebagai berikut:
1.
Pemilihan tipe pencuci (hidrolik atau manual) tergantung pada kapasitas pasir total
yang akan dicuci
2.
Pencucian cara hidrolik direncanakan sebagai berikut: (lihat Gambar 3.56 dan Gambar
3.57)
Luas penampang atas alat pencuci sebesar 1 m2 dapat mencuci pasir sekitar 8 m3/jam
Tersedia bak/tangki untuk mencampurkan pasir dengan air pencuci
Tersedia pompa dan ejektor untuk mengalirkan campuran air dan ke atas tangki
pencuci
Kecepatan pembawa air-pasir dari pompa lebih dari atau sama dengan 1,5 m/det
54
Pada dinding bagian tangki pencuci dipasang pintu untuk mengeluarkan pasir yang
sudah tercuci bersih
Tersedia bak penampung pasir yang sudah dicuci
3.
Pencucian cara manual direncanakan sebagai berikut: (lihat Gambar 3.64 dan Gambar
3.65)
Hanya untuk debit filter kurang dari atau sama dengan 3 L/det
Kapasitas pencuci harus dibuat sama dengan kapasitas pasir per filter yang akan
dicuci
Kedalaman bak pasir efektif maksimal 40 cm
Tersedia pompa untuk penyemprotan air pencuci
Bak dilengkapi dengan pintu air
4.
Keterangan:
1. kran sistem outlet
2. kran untuk pengatur pengisian bak dari
bagian bawah
3. kran sistem outlet
4. alat ukur
5. pintu pemeriksa debit air
6. kran dan pipa filtrat ke reservoar
Keterangan:
1. indikator debit filtrat
2. venturi meter
3. kran pengatur debit filtrat
4. kran pengatur pengisian bak darii
bagian bawah
5. kran pengatur filtrat ke reservoar
6. pipa penyalur filtrat ke reservoar
Gambar 3.40
Alternatif Sistem Outlet Saringan Pasir Lambat
55
UNDERDRAIN
TIPE SALURAN
UNDERDRAIN
TIPE
MANIFOL DAN LATERAL
Gambar 3.43
Alat Pencuci Pasir Manual SPL - Tampak Atas
56
PERPIPAAN
Gambar 3.45
Potongan A Bak Prasedimentasi
Gambar 3.46
Potongan B Bak Prasedimentasi
57
f. Pengolahan Pendahuluan
1.
Penurunan kekeruhan
Penurunan kekeruhan air baku dapat dilakukan dengan pemasangan bak
prasedimentasi, direncanakan dengan ketentuan yang berlaku (lihat Gambar 3.69,
Gambar 3.70 dan Gambar 3.71).
2.
3.
Penurunan algae
Konsentrasi algae air baku dapat diturunkan antara lain dengan pemasangan atap di
atas bak saringan supaya air tidak terkena sinar matahari.
4.
2. Perawatan berkala
Perawatan berkala dilakukan tiap 3 bulan, enam bulan atau tiap tahun, serta harus
dilakukan tepat waktu dan tidak boleh terlambat. Perawatan berkala terdiri dari:
a.
b.
58
b. Kriteria Desain
1.
2.
3.
4.
Bak pengendap
Waktu detensi: 30 60 detik
Dinding dibuat dari pasangan bata kedap air
Keping pengendap
Dibuat dari bahan kayu/bambu
Dibuat bersudut 450 s/d 600
Saringan pasir lambat
Dinding dibuat dari pasangan bata kedap air
Luas permukaan berdasarkan kecepatan aliran: 1,00 3,00 meter/jam
Pasir beton/sungai: tebal minimal 60 cm
Ijuk: tebal 5 cm
Kerikil: ukuran 1 cm, tebal minimal 10 cm
Media tersebut telah dicuci sebelum dipasang
Bak penampung
Untuk kapasitas 1 m3/hari dapat dipakai buis beton ukuran f=50 cm atau pasangan
bata kedap air dengan waktu tinggal 4 jam
Pendekatan perhitungan kapasitas IPASS dan jumlah jiwa yang dapat dilayani dapat dilihat
pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Perkiraan Pelayanan IPASS
No.
Kapasitas
(L/det)
Jumlah Pelayanan
(Jiwa)
1.
2.
3.
4.
5.
0.01
0.1
1
10
100
15
100
1.000
10.000
100.000
Sumber: Direktori Standar Nasional Indonesia Teknologi Tepat Guna Bidang Permukiman dan
Prasarana Wilayah, Balitbang Dep. Pekerjaan Umum, Edisi Maret 2004
Gambaran struktur instalasi IPASS dapat dilihat pada Gambar 3.63 sampai Gambar 3.71.
f. Distribusi dan Pelayanan
Distribusi dan pelayanan air minum dari bangunan IPASS kepada masyarakat dapat
dilaksanakan melalui sistem pengaliran gravitasi atau perpompaan sesuai dengan kondisi
daerah setempat dengan pelayanan dapat melalui Hidran Umum (HU), Sambungan Rumah
Murah (SRM) atau Terminal Air (TA). Penjelasan lebih jelas dapat dilihat pada Bab 3.5.2 dan
Bab 3.5.3.
59
Sumber: Teknologi Tepat Guna Bidang Sumber Daya Air, Direktori SNI Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah
Edisi Maret 2004, Departemen Pekerjaan Umum
Gambar 3.47
Tata Letak IPASS
Sumber: Teknologi Tepat Guna Bidang Sumber Daya Air, Direktori SNI Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah
Edisi Maret 2004, Departemen Pekerjaan Umum
Gambar 3.48
Potongan A-A IPASS
60
Sumber: Teknologi Tepat Guna Bidang Sumber Daya Air, Direktori SNI Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah
Edisi Maret 2004, Departemen Pekerjaan Umum
Gambar 3.49
Detail Bak Pengendap IPASS
Sumber: Teknologi Tepat Guna Bidang Sumber Daya Air, Direktori SNI Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah
Edisi Maret 2004, Departemen Pekerjaan Umum
Gambar 3.50
Unit Saringan Pasir Lambat IPASS
61
2.
3.
4.
Kompartemen pencampur
Kompartemen pengendap
Kompartemen penyaringan, dengan jumlah kompartemen ditentukan berdasarkan:
i) Pencucian sendiri, disesuaikan dengan kecepatan pencuci
ii) Pencucian sesuai periode: 12 x Q0,5 dengan Q adalah kapasitas
pengolahan dalam meter3/detik
Pengaduk cepat
Pengaduk lambat
Bak pengendap
Bak penyaring
Kriteria perencanaan untuk unit IPA dapat dilihat pada Tabel 3.33.
62
Subyek/Unit
Pengaduk cepat
1) Tipe
2)
3)
4)
2.
Tipe
2) Bentuk bak
3) Nilai G/det
Bak pengendap
1) Nilai G/det
2) Pembebanan permukaan (cm/det)
3) Alur pengendapan:
(1) Kemiringan terhadap horisontal (o)
(2) Jarak antar pelat (mm)
4) Waktu tinggal, td (jam)
5) Bilangan Reynold (Re)
6) Bilangan Froude (Fr)
7) Kedalaman (m)
8) Pelimpah
(1) Tipe
(2) Beban pelimpah (m3/jam/m)
9) Pengurasan lumpur
10) Periode antara dua pengurasan (jam)
4.
1) Hidrolis
2) Mekanis
13
> 750
2,5 4,0
Pengaduk lambat
1)
3.
Kriteria
Saringan
1) Tipe
2) Kecepatan penyaringan (m/jam)
(1) Operasional normal (m/jam)
(2) Selama pencucian (m/jam)
3) Pencucian:
(1) sistem pencucian
(2) kecepatan (m/jam)
(3) lama pencucian (menit)
(4) periode antara dua pencucian (jam)
(5) ekspansi (%)
4) Media pasir:
(1) tebal (mm)
(2) ES (mm)
(3) UC
(4) berat jenis (kg/m3)
(5) porositas (p)
(6) kadar SiO2
5) Media antrasit:
(1) tebal (mm)
(2) ES (mm)
(3) UC
(4) berat jenis (kg/m3)
(5) porositas (p)
6) Lapisan penyangga dari atas:
(1) kedalaman (mm)
UB (mm)
(2) Kedalaman
Keterangan
Hidrolis
Mekanis
Segi empat
Segi enam
Silinder
20
20
1) Aliran horisontal
2) Aliran vertikal
Pembebanan tinggi
0,01 0,04
45 60
25 50
12
< 500
> 10 5
2,5 3,0
Pelimpah yang dapat diatur
7,2 10,8
Hidrostatik
12 24
Saringan Pasir Cepat (SPC)
Gravitasi
Bertekanan
6 11
9 16,5
Tanpa/dengan blower dan
atau surfacewash
36 50
10 15
18 24
30 50
300 600
0,30 0,7
1,2 1,4
2,65
0,4
> 90%
400 500
1,2 1,8
1,5
1,65
0,5
80
2,38 4,76
80
63
No.
Subyek/Unit
UB (mm)
(3) Kedalaman
UB (mm)
(4) Kedalaman
UB (mm)
7) Saluran pembuangan
Tipe
5.
6.
7.
Kriteria
Keterangan
4,76 9,52
80
9,52 16,76
80
16,76 25,40
1) manifold
2) nozzle
Tipe ambang tajam
15 30
Gravitasi dan mekanis
Sumber: Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Penjernihan Air (SNI 19-6774-2002)
5.
Koagulan
Koagulan harus memenuhi ketentuan berikut:
i)
ii)
iii)
iv)
v)
Netralisan
Netralisan harus memenuhi ketentuan berikut:
i)
ii)
iii)
iv)
Bak netralisan
Bak dapat menampung larutan selama 8-24 jam
Diperlukan 2 buah bak, yaitu:
64
v)
Bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan tahan terhadap bahan alkalin.
Desinfektan
Desinfektan harus memenuhi ketentuan berikut:
i)
ii)
Dosis khlor ditentukan berdasarkan DPC (Daya Pengikat Chlor), yaitu jumlah
khlor yang dikonsumsi air besarnya tergantung dari kualitas air bersih yang
diproduksi serta ditentukan dari sisa khlor di instalasi, 0,3-0,5 mg/L
iii)
Pembubuhan desinfektan:
Gas khlor disuntikkan langsung ke pipa air bersih, pembubuhan gas
menggunakan peralatan tertentu yang memenuhi ketentuan yang berlaku
Kaporit atau sodium hipoklorit dibubuhkan ke pipa air bersih secara gravitasi
atau mekanis
Ozonisasi menggunakan peralatan ozonator
iv)
Bak kaporit
Bak dapat menampung larutan selama 8-24 jam
Diperlukan 2 buah bak, yaitu:
1 bak pengaduk manual atau mekanis
1 bak pembubuh
v)
6.
Bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan tahan terhadap kaporit.
7.
Ventilasi
Tangga
Pelimpah air
Lubang pemeriksaan dan perbaikan
Alat ukur ketinggian air
Pipa penguras
Perencanaan pompa
Kapasitas pompa air baku
Kriteria kapasitas dan cadangan pompa air baku dan distribusi harus memenuhi
ketentuan berikut:
i. Kapasitas pompa air baku 10-20% lebih besar dari kapasitas rencana unit
paket IPA
ii. Pompa cadangan minimal 1 (satu) buah
iii. Masing-masing pompa cadangan mempunyai jenis, tipe, dan kapasitas yang
sama
Jenis dan tipe pompa air baku
Pompa air baku harus memenuhi ketentuan berikut:
i. Jenis sentrifugal dan submersibel
65
Alternatif Pemilihan
Sumber: Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Penjernihan Air (SNI 19-6774-2002)
9.
10. Panel
Diesel generator, pompa air baku, pompa pembubuh, pengaduk cepat dan lambat
harus dilengkapi panel yang sesuai kebutuhan.
11. Struktur bangunan
Jenis bangunan
Jenis bangunan yang diperlukan adalah:
i. Bangunan IPA
ii. Bangunan penampung air minum
iii. Bangunan penunjang, terdiri dari:
1. Ruang pembubuh
2. Ruang jaga
3. Ruang pompa
4. Ruang genset
5. Ruang kantor
6. Ruang laboratorium
7. Ruang gudang
8. Ruang penyimpanan bahan kimia
66
67
Keterangan:
h1 : beda tinggi antara letak sumber air dengan rencana letak pompa
h2 : beda tinggi antara letak pompa dengan daerah pelayanan
L1 : jarak datar antara sumber air ke letak pompa
L2 : jarak datar antara letak pompa sampai daerah pelayanan
Sumber:
Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidram dalam Penyediaan Air Bersih, Puslitbang Permukiman, 2001
Gambar 3.7
Profil Beda Tinggi Sistem Pompa Hidram
b. Kriteria Desain
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
68
Q2 = h1 x Q1 x r ...........................................................................
h2
Atau:
(15)
Keterangan:
2.
Q2
Q1
h1
h2
3.
(16)
Debit pompa
mm
Inci
dari
32
1
7
38
1
12
51
2
27
76
3
68
101
4
132
127
5
180
(Qs) (L/menit)
ke x)
16
25
55
137
270
410
Diameter dalam
Catatan:
4.
x) Debit pompa yang terbanyak, merupakan debit pompa dimana hidram mencapai efisiensi maksimum, Kapasitas
hidram tidak dapat lebih besar lagi
Sumber: Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidram dalam Penyediaan Air Bersih, Puslitbang Permukiman, 2001
Debit Air Pemasukan Maksimum dan Minimum untuk Berbagai Ukuran Hidram
(inchi)
(mm)
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
4,00
25
37
51
63,5
76
102
7,6
17,1
30,3
56,8
94,6
151,4
Badan Pompa
37,9
56,8
94,6
151,4
265
378,5
Sumber: Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidram dalam Penyediaan Air Bersih, Puslitbang Permukiman, 2001
5.
Debit air pengeluaran ditentukan oleh debit sumber air sesuai Tabel 3.18 berikut:
Tabel 3.18
No.
Diameter pipa
pengeluaran
(inchi)
L/hari
1
2
3
4
5
6
7
0,50
0,75
1,00
1,25
1,50
2,00
3,00
3.000
9.000
14.000
23.000
55.000
90.000
13.500
125
375
583
958
2.292
3.750
5.625
2,08
6,25
9,72
15,92
38,19
62,50
93,75
L/det
0,03
0,10
0,16
0,26
0,64
1,04
1,56
Sumber: Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidram dalam Penyediaan Air Bersih, Puslitbang Permukiman, 2001
69
6.
Pipa pemasukan
Pipa pemasukan merupakan pertimbangan untuk letak bak pengumpul dan pompa
agar diperoleh tinggi jatuh vertikal dan aliran air yang maksimal
Pipa pemasukan harus menggunakan pipa Galvanized Iron (GI)
Sudut kemiringan pipa pemasukan antara (10 22,5)o diperoleh dari tinggi jatuh
vertikal dan panjang pipa pemasukan
Untuk menentukan ukuran diameter dan panjang pipa pemasukan dapat
menggunakan Tabel 3.19 dan Tabel 3.20
Agar pipa pemasukan tidak pecah akibat tinggi tekanan, perlu dipasang pelepas
tekan dengan pipa vertikal terbuka, diameter pipa lebih kecil dan setinggi bak
pengumpul seperti pada Gambar 3.21.
7.
Pipa pengeluaran
Ukuran pipa pengeluaran/penghantar diambil setengah dari pipa pemasukan
Pipa pengeluaran dapat menggunakan pipa PVC
Penentuan ukuran dan panjang pipa pengeluaran dapat dilihat pada Tabel 3.19 dan
Tabel 3.21
Tabel 3.19 Ukuran Diameter Pipa Pemasukan dan Pengeluaran Pompa Hidram
Tipe
1
2
3
4
5
1,50
2.00
3.00
4,00
6,00
0,75
1,00
1,50
2,00
3,00
Sumber: Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidram dalam Penyediaan Air Bersih, Puslitbang Permukiman,
2001
1
2
3
<4,80
4,81 7,60
7,61 15,00
6 kali
4 kali
3 kali
Sumber: Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidram dalam Penyediaan Air Bersih, Puslitbang Permukiman,
2001
1 kali
2 kali
20 kali
Sumber: Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidram dalam Penyediaan Air Bersih, Puslitbang Permukiman,
2001
70
Sumber:
Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidram dalam Penyediaan Air Bersih, Puslitbang Permukiman, 2001
Gambar 3.52
Cara Penggunaan Pipa Vertikal Terbuka pada Pompa Hidram
71
Air baku yang dapat diolah oleh DSAK adalah air laut yang mempunyai kadar garam
(30.000 36.000) ppm
2.
Kapasitas DSAK dengan luas 1,5 m2 memiliki besaran debit 0,8 L/jam (sinar matahari
penuh)
3.
c. Komponen DSAK
1.
2.
3.
4.
5.
d. Desain DSAK
1.
72
Unit
Kriteria
Bahan
1.
Absorpsivitas: 69 71 %
Temperatur: 63 86 8 C
2.
Emisivitas: 9 %
Sumber: Tata Cara Perencanaan Destilator Surya Atap Kaca, Puslitbang Permukiman, Dep. Pekerjaan Umum, 2004
2.
Kriteria perencanaan untuk unit kaca penutup dapat dilihat pada Tabel 3.23.
Tabel 3.23 Kriteria Perencanaan Kaca Penutup (Kondensor) DSAK
No.
Unit
Kriteria
Bahan
1.
Kolektor radiasi
Emisivitas: 94 %
Temperatur: 30 - 72 C
2.
Media kondensasi
Emisivitas: 94 %
Temperatur: 72oC
(dibawah temperatur
media pengumpul kalor)
Sumber: Tata Cara Perencanaan Destilator Surya Atap Kaca, Puslitbang Permukiman, Dep. Pekerjaan Umum, 2004
3.
Bentuk U
Bahan aluminium plat
Panjang saluran 1,40 meter
Lebar saluran 5,00 cm
Tinggi saluran 7,50 cm
Kriteria perencanaan untuk unit saluran kondensat dapat dilihat pada Tabel 3.24.
Tabel 3.24 Kriteria Perencanaan Saluran Kondensat DSAK
No.
Unit
Kriteria
Bahan
1.
Material:
tahan korosi
ringan
tahan panas
mudah dibentuk
2.
Material :
tahan korosi
ringan
tahan panas
mudah dibentuk
73
3.
Kemiringan saluran
Untuk saluran:
induk
lateral kondensat
4.
Volume saluran
Dapat menampung
produksi kondensat 300
600 mL / m2 / jam.
Untuk saluran:
induk
lateral kondensat
Sumber: Tata Cara Perencanaan Destilator Surya Atap Kaca, Puslitbang Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum, 2004
4.
Kriteria perencanaan untuk unit kotak kayu dapat dilihat pada Tabel 3.25.
Tabel 3.25 Kriteria Perencanaan Kotak Destilator DSAK
No.
Unit
Kriteria
Bahan
1.
Kotak kayu
Material:
cukup kuat
tidak berubah bentuk bila
kena panas
tidak mudah lapuk
2.
Material:
tahan korosi
ringan
tahan panas
mudah dibentuk
Sumber: Tata Cara Perencanaan Destilator Surya Atap Kaca, Puslitbang Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum, 2004
5.
Sistem Isolasi
Kriteria perencanaan untuk unit sistem isolasi dapat dilihat pada Tabel 3.26.
Tabel 3.26 Kriteria Perencanaan Sistem Isolasi DSAK
No.
1.
Unit
Sistem isolasi
Kriteria
Material:
cukup kuat
dapat menahan panas
tidak menyerap uap air
murah harganya
emisivitas rendah:
15%
Keterangan
Digunakan bahan
Streofoam
tebal 2.00 cm
Sumber: Tata Cara Perencanaan Destilator Surya Atap Kaca, Puslitbang Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum, 2004
74
6.
7.
e. Perhitungan
1.
...........................................
(17)
dengan pengertian:
Qr
=
Kalor yang diserap media (Btu-jam)
A
=
Luas media (ft2)
=
Konstanta Steffan Bostman
0.1417 x 10-8 Btu/ft2 = jam R4
Tmedia
=
Temperatur media R (Ranki)
Tluar =
Temperatur luar R (Ranki)
F
=
Konfigurasi dua bidang infenitesimal yang berhadapan, dengan:
= b/c
= a/c
b
=
Lebar destilator (ft)
c
=
Tinggi destilator (ft)
a
=
Panjang destilator (ft)
Jika: b
=
Panjang destilator
=
1.50 m
=
4.92 ft
a
=
Lebar destilator
=
1.00 m
=
3.28 ft
c
=
Tinggi destilator =
0.60 m
= b/c =
4.92/2
2
= 2.46
...........................................................................
dengan pengertian:
Qr
=
kalor yang diserap (Btu/jam)
Qu
=
kalor penguapan (470,4 Btu/jam )
m
=
produksi kondesat (lbm)
Qr
m = ------- lbm
...........................................................................
Qu
Qr
m = 0,45359237 ------- (liter)
Qu
3.
75
(18)
(19)
Sumber: Petunjuk Teknis Destilator Surya Atap Kaca, Puslitbang Permukiman Dep. Pekerjaan Umum, 2004
Gambar 3.55
Aplikasi Destilator Surya Atap Kaca
76
Sumber: Petunjuk Teknis Destilator Surya Atap Kaca, Puslitbang Permukiman Dep. Pekerjaan Umum, 2004
Gambar 3.57
Komponen Destilator Surya Atap Kaca
77
Pengolahan Instalasi Pengolahan Air Minum dengan Sistem Reverse Osmosis harus
memenuhi:
a. Spesifikasi teknis
b. Mengikuti petunjuk pelaksanaan konstruksi dan
c. Mengikuti petunjuk operasi dan pemeliharaan.
2.
Pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Minum dengan Sistem Reverse Osmosis dilakukan
oleh Koperasi, perorangan yang telah memperoleh pelatihan .
3.
4.
Unit Filter dengan bahan Polyglass tank yang tahan tekanan dan tahan karat
Pompa-pompa dari bahan Steinless Steel
Transparant housing Filter
Tangki Air baku juga dari bahan anti karat
78
Penyediaan dan pemasangan unit-unit Filter dengan bahan Polyglass tank yang tahan
tekanan dan tahan karat. Booster pump dengan tipe CRN 8-60, bahan steinless steel,
sesuaikan dengan tekanan/pressure max 6 bar, 3 HP (2,2 kw)/380 415 volt 3 phase.
Penyediaan dan pemasangan 2 (dua) unit Big flow transparant housing filter, type NW-50
(8 x 23), kapasitas 15.000 s/d 40.000 liter/jam, inlet/outlet 2 inchi, pressure loss 0,1 bar,
max temperature 50C, max pressure 10 bar.
Penyediaan dan pemasangan 3 (tiga) unit Steinless steel housing filter dan atau bahan
Polyglass yang kuat tekanan dan anti karat 316 /304, tebal 4 mm, diameter 16 inchi,
tinggi 140 cm, max pressure 10 bar.
Penyediaan dan pemasangan 1 satu unit final raw water tank, kapasitas 5200 liter,
inner/outlet 1,25 inchi, sto valve PVC ballvalve.
Penyediaan dan pemasangan 1 (satu) unit pressure tank, material steinless steel tebal 5
mm, diameter 60 cm, tinggi total 160 cm, inlet/outlet 1,5 inchi, max pressure 10 bar,
assecories pressure gauge, drainaise valve dan secure valve.
Penyediaan dan pemasangan 1 (satu) unit Distribution pump, brand grundfos, type CRN
1-5, kapasitas 2,5 m3/jam, material steinless steel, inlet/outlet 1 inchi, power 0,5
HP/380-415 volt phase.
Penyediaan dan pemasangan 1 (satu) unit Small Distribution Pump, type PS-130 BIT,
material plastik dan brass, kapasitas 30 liter/menit.
Penyediaan dan pemasangan 1 (satu) unit Stinless Steel Frame.
2.
3.
Penyediaan dan pemasangan 1 (satu) unit Automatic antiscalant injectior sistem terdiri
dari dosing pump type DM 1-6, kapasitas maks. 6 liter per jam, max pressure 10 bar,
kapasitas 1,0 ml per stroke dengan max 100 stroke / menit, diaphragm diameter 38 mm,
conection suction DN 4, conection discharge DN6, weight 2,7 kg. power 30 watt/220 volt
dan tangki bahan kimia antiscalant kapasitas 100 liter.
Penyediaan dan pemasangan 1 (satu) unit reverse Osmosis (sea water membrane type)
dengan spesifikasi type SW-6000, kapasitas produksi 6000 GDP (gallon per day),
recovery 20 35% max TDS input 40.000 ppm. Membrane thin film composite 4 (empat)
unit SW 30-4040 housing 5 (lima) unit 40E100, high pressure pump type cat pump SS
plunger, power 20-30 HP 380/415 volt 3 phase.
Penyediaan 1 (satu) unit pH balance injection system dilengkapi digital pH monitor,
dosing pump brand Hanna, type DM 1-6, max kapasitas 6 liter/jam, max pressure 10 bar,
1,0ml/stroke max stroke 100 stroke/menit, diaphphragm diameter 38 mm, connection
suction DN4, connection discharge DN6, weight 2,7 kg, power 30 watt/220 volt, Chemical
tank kapasitas 250 liter.
Pembangunan rumah pelindung IPA RO, terdiri dari pekerjaan (detail gambar dan detail
bahan terlampir):
1.
2.
3.
4.
Penyediaan bahan pendukung Operasional IPA RO (untuk selama masa 6 bulan) terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
Penyediaan
Penyediaan
Penyediaan
Penyediaan
Penyediaan
79
Antiscalant, Isi 0,5 l (liter) NASCO 710 kedalam tangki kimia yang ditambahkan air bersih
sampai volume 50 liter dan diaduk sampai merata.
Adifit 1 berisi 0,5 kg (kilogram) NASCO BW 738-S kedalam tangki kimia, ditambahkan air
bersih sampai volume 50 liter dan diaduk sampai merata.
Anti Biofouling yang dimasukkan 2,5 5 liter NASCO 208 ke dalam tangki kimia,
ditambahkan air bersih sampai volumenya 50 liter, dan diaduk sampai merata.
Larutan kalium permanganat berisi 0,5 kg (kilogram) kalium permanganat ke dalam
tangki kimia, ditambahkan air bersih sampai volumenya 50 liter, diaduk sampai tercampur
rata.
Larutan desinfektan (bila perlu) berisikan 250 gr kaporit ke dalam tangki larutan
desinfektan, ditambahkan 25 liter air dan diaduk sampai merata.
Secara umum gambaran tentang urutan-urutan proses pengolahan dalam sistem ini dapat
dilihat pada gambar 3.53. Air baku sangat menentukan bagi tekanan operasi membran, umur
membran, kualitas air yang dihasilkan dan jumlah air olahan yang akan dihasilkan.
Unit ini adalah untuk memproduksi air minum, sehingga sedapat mungkin kualitas air baku
yang dipakai memenuhi syarat air baku air minum, kecuali untuk TDS dan Khlorida. Jangan
gunakan unit RO ini untuk air baku yang tergolong air limbah. Air baku yang sudah dipastikan
memenuhi standard air baku untuk sistem IPA RO ini dipompa dengan tekanan dorong
minimum 5 sampai 6 bar, dan masuk ke dalam tangki reaktor atau tangki pencampur.
Langkah awal operasi pengolahan pendahuluan adalah:
1.
2.
3.
4.
Setelah itu, pompa dosing kalium permanganat atau khlorin/kaporit (bila ada) akan bekerja
secara otomatis begitu pompa air baku bekerja. Pompa dosing untuk NASCO 710, NASCO
738-S dan NASCO 208 akan beroperasi bersama (juga secara otomatis) begitu pompa
tekanan tinggi untuk sistem RO mulai bekerja.
Cuci Balik saringan pasir dengan cara mengatur multifunction valve pada posisi backwash
(Bkw) jangan lupa untuk membuka valve/kran pembuangan pada setiap operasi pencucian
balik pada setiap tabung penyaringan dan menutup inlet valve untuk tabung penyaring
berikutnya.
Pada setiap Backwash udara akan keluar dari tabung, tunggu hingga air yang keluar dari
valve ini benar-benar air dan tidak tercampur udara. Cek air backwash, bila butiran media
penyaring ada yang keluar, tutup kembali inlet valve perlahan-lahan hingga hanya air yang
keluar.
Tunggu pada posisi ini hingga air yang keluar jernih, lalu bilas hingga bersih dan kembalikan
multifunction valve pada posisi service lakukan backwash terhadap saringan besi mangan dan
karbon aktif dengan mengulangi langkah 6 hingga 9.
Langkah awal Operasi Unit RO, urutan langkahnya yang harus ditempuh pada permulaan
pengoperasian sistem RO dapat diungkapkan sebagai berikut:
1.
2.
3.
80
4.
5.
6.
7.
8.
Jika terdapat kebocoran, matikan pompa dengan memutar MAN-OFF-AUTO swith ke OFF.
Tutup kran air baku yang masuk ke sistem RO. Perbaiki kebocoran.
Jika terdapat bahan pengawet diadalam elemen RO, bilas sistem pada 50 psi selama 30
menit. Lanjutkan pengaturan kran pengendali hingga tekanan operasi sekitar 296 psi.
Jumlah debit air hasil olahan dan aliran buangannya bandingkan besaran-besaran angka
ini dengan yang terdapat pada tabel 6. Debit air baku yang masuk ke sistem RO harus
0,6 m/jam. dan tekanan operasi sekitar 296 psi. Pada saat ini ada kemungkinan debit
air baku melebihi 0,6 m/jam. Jaga jangan sampai lebih dari 1,0 m/jam (maksimum).
Perlahan-lahan kurangi debit air baku dengan menutup kran keluaran (throttling valve)
setelah pompa sentrifugal hingga debit air baku sebesar 0,6 m/jam tercapai.
Setelah debit tersebut tercapai, tekanan akan berubah dan memerlukan perubahan.
Ulangi langkah 2 s/d 7 hingga tekanan operasi sekitar 296 psi dan tekanan pada aliran
air buangan sekitar 291 psi.
Setelah beroperasi satu jam, ukur dan catat pada lembar jurnal operasi RO seluruh data
operasi yang terdapat pada alat ukur yang ada. Ulangi prosedur langkah awal setelah 2
jam. perhatikan semua parameter seperti langkah awal pertama.
81
2
4
Unit RO
10
Lengkapi dengan
masing-masing 2
Catrige
14
11
13
12
Gambar 3.58 Reverse Osmosis
Keterangan Gambar
1. Sumber air baku, bisa berupa sumur, dan atau jenis intake lainnya.
2. Tangki penampung air Baku 1 (satu) 5000 liter dari bahan tahan karat Stainless
Steel
3. Pompa Dari bahan Stainless Steel
4. Filter dengan media Antrasit dan atau pasir
5. Filter dengan media softener
6. Filter Carbon Aktif
7. Big Flow catridge filter 5 mikron 2 set
8. Antiscalant automatic injection sistem
9. Pressure tank 500 liter
10. Unit sea water RO kapasitas 6000 GPD, Power 25/30 HP, maksimum tekanan 1000 psi
11. PH balance dan sistem kontrol otomatis
12. Tangki penampung air olahan.
13. Pompa Distribusi yang dilengkapi 2 set , sedimen carbon catrige filter 1 mokron
Dan untuk desinfeksi pakai sistem uv.
14. Pompa Distribusi yang dilengkapi 2 set , sedimen carbon catrige filter 1 mokron
Dan untuk desinfeksi pakai sistem uv.
B.7 Sistem Pengolahan Air Gambut
a. Ketentuan Umum
Ketentuanketentuan teknis dalam pembuatan Sistem Pengolahan Air Gambut terdiri dari:
1.
2.
Kunci pipa
Gergaji
Alat Ukur
Palu
3.
Persiapan masyarakat
Persiapan masyarakat dilakukan dengan melaksanakan penyuluhan
pembuatan, operasi dan pemeliharaan Sistem Pengolahan air gambut.
4.
Persiapan Lokasi
a. Lokasi harus bersih dari semak-semak dan tumbuhan lainnya
b. usahakan sedekat mungkin dengan sumber air.
b. Pelaksanaan Konstruksi
Cara Pembuatan Bangunan Pengolahan Air Gambut:
1.
mengenai
cara-cara
3.
4.
5.
Operasi
a. Persiapan Pengoperasian
Persiapan pengoperasian Instalasi Pengolahan Air Gambut meliputi:
Periksa apakah drum pengendap maupun drum penyaringan tidak ada kebocoran
Periksa apakah kran-kran sudah dalam keadaan tertutup.
Siapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk proses awal yaitu kapur sebagai bahan
penetralisasi, alum sulfat/tanah lempung sebagai bahan koagulan dan juga karbon aktif
untuk menyerap bau dan warna.
b. Pelaksanaan Pengoperasian
Pelaksanaan pengoperasian Pengolahan Air Gambut sebagai berikut:
Air gambut masukkan kedalam drum sebanyak 200 liter semua kran pastikan dalam
keadaan tertutup .
Siapkan tanah lempung sekitar kg atau 40 sendok makan, kemudian larutkan dalam air
2 liter dalam ember.
Tuang larutan kedalam bak pengendap dengan menyaring.
Kemudian lakukan pengadukan dengan batang pengauk selama 5 s/d 10 menit.
Boleh menambahkan air kapur untuk menetralkan.
biarkan 45 s/d 60 menit agar flok-flok yang ada mengendap pada dasar drum, kran dari bak
pengemdap duka dan alirkan air ke drum penyaring.
Perlu diperhatikan media penyaringan harus betul-betul terendam air, baik ketika beroperasi
maupun dalam keadaan tidak beroperasi.
84
2.
Pemeliharaan
a. Pemeliharaan harian atau mingguan
Pemeliharaan sumur pompa tangan yang dilakukan setiap hari atau minggu sebagai
berikut:
Setiap hari dibersihkan terutama setelah selesai dipakai, buang endapan dari kran
pembuang, lalu drum bersihkan dengan air sampai bersih.
Periksa kalau air yang keluar keruh, atau secara rutin setiap minggu bersihkan drum
penyaringan dengan menuangkan air pelan-pelan ke dalm drum penyaringan sampai air
yang keluar kembali bersih.
Periksa kran-kran apa ada yang rusak atau tidak berfungsi, kalau peru segera diganti.
Periksa drum dari kerusakan dan atau bocor segera tambal.
Cat bagian bagian drum yang perlu di cat .
Periksa kayu-kayu penyangga apakah ada yang rusak dan apabila ada segera diperbaiki.
Bisa dilakukan pembongkaran media filtrasi, bersihkan dan kemudian disusun kembali
seperti awal.
KETERANGAN
85
86
Tanah Lempung/PAC
Boll
b. Ketentuan Teknis
1.
Peralatan
Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pembuatan SARUT adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
Kunci pipa sebanyak 1 buah digunakan untuk memasang socket draft dan kran
Gergaji kayu untuk memotong kayu (pembuatan penyangga)
Alat ukur digunakan untuk mengukur benda-benda atau bahan
Gergaji besi digunakan untuk memotong pipa-pipa
Palu digunakan untuk memaku (pembuatan penyangga)
Peralatan pembersih untuk membersihkan tempat sekitar SARUT.
Bahan-Bahan
Bahan yang diperlukan untuk pembuatan SARUT meliputi :
87
dan
a. Dua buah drum berdiameter 60 centimeter dan tinggi 90 cm (kapasitas sekitar 200 liter).
Drum pertama digunakan sebagai bak penampung air baku dan bak pembubuh koagulan dan
drum kedua sebagai bak penyaring
b. 100 liter pasir halus yang bersih bergradasi 1 sampai 2 mm
c. 25 liter kerikil halus yang bersih bergradasi 4 - 6 mm
d. 15 liter kerikil kasar yang bersih bergradasi 10 mm
e. 15 liter arang batok kelapa sebagai karbon aktip sebanyak
f. Pipa PVC diameter atau 20 mm sepanjang 2 meter
Perlengkapan pipa yang sesuai dengan spesifikasi SARUT kapasitas 200 liter
3.
88
TABEL 3.28
JENIS, UKURAN, JUMLAH BAHAN UNTUK SARUT
No.
Jenis Pekerjaan
Pasir halus
Tipe II
Tipe III
Tipe IV
2 buah
2 buah
2 buah
2 buah
t : 30 cm
t : 25 cm
t : 30 cm
t : 30
v : 84 liter
v : 70 liter
v : 84 liter
v : 84 liter
v = 14 liter
v = 14 liter
v = 14 liter
v = 14 liter
4
5
28 liter
28 liter
28 liter
28 liter
14 liter
2 meter
2 meter
2 meter
2 meter
2 meter
2 meter
2 meter
2 meter
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
4 buah
4 buah
4 buah
4 buah
3 buah
3 buah
3 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
2 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
2 buah
2 buah
2 buah
No.
Jenis Pekerjaan
Volume dan
jumlah bahan
1 buah
1 buah
1 buah
Tipe I
Tipe II
Tipe III
Tipe IV
3 buah
3 buah
3 buah
3 buah
7 buah
7 buah
7 buah
7 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
Pompa Karet
Penyangga
-
120 cm
120 cm
120 cm
120 cm
20 cm
20 cm
20 cm
20 cm
Lantai atas
60 x 120 cm
60 x 120 cm
60 x 120 cm
60 x 120 cm
Lantai bawah
60 x 120 cm
60 x 120 cm
60 x 120 cm
60 x 120 cm
20 m
20 m
20 m
20 m
15 m
15 m
15 m
15 m
Paku
70 buah
70 buah
70 buah
70 buah
c. Cara Pengerjaan
1.
Persiapan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus diperhatikan persiapan-persiapan
sebagai berikut :
a. Pilih lokasi lahan yang dekat dengan sumber air baku
b. Tentukan tipe SARUT yang akan dipilih sesuai dengan karakteristik air baku,
sebagai contoh adalah SARUT Arang Kelapa (Tipe II)
c. Tempatkan bahan-bahan dan peralatan yang akan digunakan disekitar lahan
tempat SARUT
d. Bahan-bahan untuk media penyaring harus telah dicuci dan dalam keadaan bersih
2.
Gambar 3.62
Drum kapasitas 200 liter
Gambar 3.64
Merakit perpipaan dan socket
Gambar 3.65 Perakitan Pipa Dan Soket
91
3.
PAC
Ring karet
Ring karet
Boll valve
Boll valve
Bend 90
PVC 3/4"
Kran 1/2"
Kerikil kasar 5 cm
Kerikil jagung 10 cm
Pasir 40 cm
Gambar 3.66
Drum kapasitas 200 liter
a. Siapkan drum atau tabung berdiameter 60 centimeter berkapasitas 200 liter dan
tidak bocor
b. Buat tiga buah lubang di sisi drum yang terletak segaris dengan diameter " atau
20 mm. Lubang pertama terletak pada dasar drum akan digunakan untuk pipa
keluar air bersih dan penguras bak, lubang kedua terletak sekitar 40 cm dari dasar
drum digunakan sebagai pipa pembuang, dan lubang ketiga terletak sekitar 80 cm
dari dasar drum berfungsi sebagai pipa peluap seperti gambar 3.60
c. Rakit pipa penangkap air bersih yang akan diletakkan di dasar bak penyaring yang
akan dihubungkan dengan pipa keluar air bersih pada bagian dasar bak penyaring.
Rakit pipa pembuang dan pipa peluap beserta kelengkapan pipa (belokan dan
valve) sesuai dengan spesifikasi SARUT kapasitas 200 liter, kemudian pasang pada
bak penyaring seperti gambar 3.61.
d. Tempatkan drum bak penyaring di atas wadah yang terletak di atas tanah di
sebelah bak penampung. Perbedaan tinggi antara bak penampung dengan bak
penyaring sekitar 1 m, seperti gambar 3.61.
92
f.
4.
Air baku siap dimasukkan kedalam bak penampung yang akan dialirkan ke bak
penyaring untuk disaring, seperti pada gambar 3.63.
a. Bersihkan tempurung kelapa dari kotoran yang masih melekat pada sisi permukaan
tempurung
b. Cuci dengan air bersih, kemudian hancurkan menjadi ukuran sesuai yang
diperlukan
c. Rendam dalam air bersih selama 11 sampai 24 jam, angkat dan keringkan, seperti
pada gambar 3.63
d. Buat lubung pembakaran dengan kedalam 30 mm, seperti pada gambar 3.64
e. Bakar tempurung kelapa dalam lubang pembakaran sampai tidak terdapat asap
lagi, seperti pada gambar 3.65
f. Tutup dengan karung goni basah tempurung kelapa hasil pembakaran, seperti
gambar 3.66
g. Biarkan sampai dingin kembali untuk menjadi karbon aktip seperti pada gambar
3.67, karbon aktip siap untuk digunakan
d. Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan
1.
Pengoperasian
a. Persiapan Pengoperasian
1) Cek instalasi SARUT dari kebocoran
2) Bersihkan dan cuci seluruh bahan dan peralatan sampai benar-benar bersih
3) Cat drum bagian luar dan dalam
93
b. Pelaksanaan Pengoperasian
1) Untuk air baku dengan kekeruhan rendah (Tipe 1)
2.
Pemeliharaan
a. Pemeliharaan harian atau mingguan
1) Hindarkan saringan dari kontak langsung dari sinar matahari
2) Jaga kebersihan dan keamanan sekitar bangunan saringan rumah tangga
3) Lakukan terhadap Tipe 1, 2, 4 sebagai berikut:
Kuras dengan membuka kran III secara periodik setiap 2 minggu
Kupas bagian permukaan pasir setebal 5 cm dan cuci hasil kupasan
sampai bersih, kemudian masukan hasil cucian ke dalam bak semula
Kuras saringan jika terjadi penyumbatan filter
4) Lakukan terhadap Tipe 3
Kuras drum I dengan membuka kran 3 secara periodik setiap 5 kali
pengolahan
b. Pemeliharaan Bulanan
1) Terhadap Sarut Tipe 1 dan 4
Pencucian setiap 4 bulan atau tergantung terjadinya penyumbatan filter
2) Terhadap Tipe 2
Angkat atau ganti batok arang kelapa (karbon aktif) setiap 2 bulan
Lakukan pencucian setiap 4 bulan atau tergantung terjadinya
penyumbatan filter
3) Lakukan terhadap Tipe 3
Lakukan pencucian setiap 4 bulan atau tergantung terjadinya
penyumbatan filter
c.
Pemeliharaan Tahunan
1)
2)
3)
4)
94
Perlengkapan
Sistem
1. Media penyaring (tipe 1,2
dan 4)
Drum (tipe 3)
Pemeliharaan
Harian/Mingguan
Bulanan
v
3.
Keterangan
Tahunan
-
pengupasan
pengurasan
- pengurasan drum
v
Pencucian
filter,
penggantian carbon aktif
- Pengecatan dan pencucian
drum,
penggantian/perbaikan pipa
dan
penyangga,
pembersihan lokasi
e. Perbaikan SARUT
1.
perbaiki kebocoran pada drum, kran, retakan pada kayu penyangga baik pada drum
I maupun II
2.
f. Pelaporan SARUT
1.
2.
3.
4.
laporkan catatan ini kepada penanggung jawab untuk perbaikan SARUT selanjutnya
Lokasi harus dekat dengan sumber air permukaan dan daerah permukiman
2.
Lokasi tidak terendam air sewaktu permukaan air di sumber mencapai tinggi
maksimum
3.
Lokasi bangunan harus bersih dari semak belukar atau tumbuhan liar
4.
b. Teknis
1.
2.
Penempatan pipa lateral minimum 0,5 m dari dasar sumber air permukaan atau
sampai ditemukannya muka air tanah
3.
4.
Material yang diperlukan adalah: pipa PVC, kasa nyamuk plastik, plastik tebal atau
terpal, cincin beton, kerikil pasir
5.
Peralatan yang diperlukan adalah: pita ukur, cangkul, skop, ember atau pengki, alat
pelubang pipa, pahat, palu.
c. Cara Pengerjaan
1.
95
pasir,
C.
2.
Gali tanah pada bagian dalam cincin sehingga cincin turun sampai permukaan
bagian atas rata dengan muka tanah
3.
Letakkan cincin beton kedua diatas cincin beton pertama dan penggalian
dilanjutkan, demikian seterusnya hingga kedalaman yang direncanakan dan atau
sampai berada pada kedalaman 2 m dibawah lapisan air tanah
4.
Buat galian memanjang diluar cincin beton, sehingga cincin beton sesuai dengan
panjang pipa lateral, dengan kedalaman 0,5 m dari lapisan air tanah
5.
Pasang pipa lateral yang telah diberi pelindung pada sumur pengumpul
6.
7.
8.
9.
Air Tanah
Bahan pipa baja atau bahan lain seperti PVC, fiberglass dan GIP atau sejenis
dengan spesifikasi mampu untuk menahan tekanan dari dinding atau batuan
ii.
iii.
2. Pipa buta
Bahan untuk pipa buta adalah pipa baja atau bahan lain seperti PVC, fiberglass dan GIP
atau yang sejenis dengan spesifikasi mampu untuk menahan tekanan dari dinding
tanah atau batuan
3. Pipa saringan
i.
Tipe saringan atau screen adalah Wire Wound Continuous Slot on Rod Base
yaitu berbentuk kawat yang melingkar pada penyangga (rod base) dengan jarak
kawat yang sama
ii.
iii.
Pipa saringan dapat dibuat dari jenis PVC, fiberglass dan GIP yang dibuat oleh
pabrik sesuai dengan persyaratan yang ditentukan
96
1.
Sumur Air Tanah Dalam (SATD) adalah sarana penyediaan air bersih berupa sumur
dalam yang dibuat dengan membor tanah pada kedalaman tertentu sehingga
diperoleh air sesuai dengan yang diinginkan;
2.
Sumur Dalam adalah lubang sumur dengan kedalaman muka air minimal 7 meter dari
permukaan tanah. Kedalaman dasar pada umumnya lebih dari 30 meter;
3.
Lubang sumur adalah lubang yang dibuat sampai kedalaman tertentu, menggunakan
bor yang digerakkan oleh tenaga manusia atau tenaga mesin;
4.
Pompa tangan adalah alat untuk menaikkan air dari dalam tanah kepermukaan tanah
dan digerakkan tenaga manusia;
5.
Pompa Tangan Dalam adalah pompa tangan yang struktur silinder rod-nya terpisah
dengan badan pompa (Dibawah muka air tanah minimum);
6.
Soket adalah asesoris untuk menyambung pipa PVC atau pipa besi dengan diameter
pipa relatif kecil.
7.
Lantai sumur, berfungsi untuk menahan dan mencegah pencemaran air buangan ke
dalam sumur dan sebagai tempat kerja;
8.
Saluran buangan, berfungsi untuk mengalirkan air buangan ke sarana pengolahan air
buangan atau ke badan penerima (sungai) dan mencegah terjadinya genangan tempat
biakan bibit penyakit.
c. Perhitungan Dimensi
Permukaan statis air tanah dalam berkisar pada kedalaman antara 80 m sampai dengan 200
m. Permukaan air akan lebih rendah apabila air mengalir keluar melalui lubang atau pada
saat pemompaan. Penurunan tinggi permukaan air ini disebut penurunan permukaan atau
draw down. Parameter sederhana yang menggambarkan besarnya kapasitas air adalah
debit spesifik (spesific yield):
Kecepatan aliran (liter/detik)
Debit spesifik =
(liter/detik/meter)
Penurunan permukaan draw down (m)
d. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis SPAM Komunal meliputi spesifikasi alat dan bahan yang diperlukan dalam
membangun prasarana dan sarana SPAM Komunal Air Tanah Dalam.
SPAM Komunal Air Tanah Dalam harus memenuhi persyaratan umum sebagai berikut:
Sesuai dengan ketentuan mengenai Spesifikasi Sumur Pompa Tangan;
Peralatan dan perlengkapan harus memenuhi persyaratan yang berlaku;
Jarak minimum 10 meter dari sumber pengeboran dengan bidang tangki
septik,
cubluk, lubang galian untuk sampah;
Tenaga pelaksana minimum dua orang dan berpengalaman.
1. Bahan
Bahan yang diperlukan disediakan sesuai hasil perencanaan dan perhitungan serta
memenuhi spesifikasi teknis. Bahan-bahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.29:
Tabel 3.29 Bahan Konstruksi Sumur Pompa Tangan
No.
Jenis
Satuan
Volume
1.
Batang
2.
Batang
3.
Meter
97
No.
Jenis
Satuan
Volume
4.
Soket PVC 30 mm
Buah
5.
Buah
400
6.
0,2
7.
M3
0,3
8.
M3
0,02
9.
Zak
10.
Unit
Sumber: Petunjuk Praktis Pembangunan Prasarana dan Sarana Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan, Dep.
Kimpraswil, 2003
Bahan konstruksi yang digunakan untuk pembuatan SPAM Komunal Air Tanah Dalam
sesuai Tabel 3.30.
Tabel 3.30 Bahan Konstruksi Bangunan SPAM Komunal Air Tanah Dalam
No.
Bangunan
Elemen
Spesifikasi
Kemiringan lantai
1.
2.
Lantai
Lantai
Sumur dan
Saluran
Pembuang
1% - 3%
pasangan bata dengan campuran 1 semen : 2 pasir atau
beton tumbuk dengan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil
Kemiringan saluran
pembuangan
Saluran pembuang
Diameter lubang sumur
Lubang
Sumuran
Minimal 2%
Pasangan bata dengan campuran 1 semen : 3 pasir
Disesuaikan dengan diameter pipa selubung
Tegak lurus
Maksimal 30 meter
Sumber: Petunjuk Praktis Pembangunan Prasarana dan Sarana Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan, Dep.
Kimpraswil, 2003
2. Peralatan
Pengeboran dilakukan dengan alat bor Jetting. Secara lengkap peralatan yang
diperlukan dapat dilihat pada Tabel 3.31:
Tabel 3.31 Peralatan Konstruksi Sumur Pompa Tangan
No.
Nama
Jumlah
Satuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tripod
Kerekan
Swivel Head
Lierhand
Kabel Rit @ 15 meter
Pompa 4 6 PK
Slang Hisap
Slang Hantar
Pipa Bor Dial @ 3
meter
Mata Bor Jetting
Klem Pemutar dia. 1
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
1
1
1
1
1
1
1
1
12
Buah
Buah
1
1
10.
11.
98
No.
Nama
12.
13.
14.
Pemutar dia. 1
Kunci Trimo
Rantai
Jumlah
Satuan
Batang
Buah
Buah
5
1
1
Sumber: Petunjuk Praktis Pembangunan Prasarana dan Sarana Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan,
Dep. Kimpraswil, 2003
e. Kriteria Desain
1. Secara umum kebutuhan air di daerah perencanaan cukup besar
2. Potensi air tanah dalam di daerah perencanaan cukup besar dan dapat mencukupi
kebutuhan air bersih di daerah perencanaan yang ditunjukkan pada peta geohidrologi
daerah setempat, sedangkan kapasitas air tanah dangkal tidak memenuhi
Ada hasil survey geolistrik yang menunjukkan debit air tanah dalam yang potensial
f. Cara Pengerjaan
1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan harus dilakukan sebagai berikut:
a. Siapkan peralatan sesuai dengan tabel 3.10;
b. Siapkan bahan sesuai dengan tabel 3.9;
c. Tentukan titik pemboran, yaitu jarak minimum 10 meter dari sumber pengeboran
dengan bidang tangki septik, cubluk, lubang galian untuk sampah;
d. Bersihkan lahan lokasi sumur pompa dan ratakan dengan ukuran panjang 2 meter
dan lebar 2 meter;
e. Tentukan jenis mata bor yang akan digunakan berdasarkan data formasi tanah.
2. Pembuatan Lubang Sumur Bor dengan Alat Bor Jetting
a.
b.
c.
d.
99
100
j.
Tutup pipa selubung, kemudian gali tanah di sekeliling pipa selubung dengan
ukuran:
Panjang
: 75 cm
Lebar
: 75 cm
Dalam
: 40 cm
101
ii.
iv. Agar anak-anak tidak bisa memasukkan batu ke dalam sumur, tutup tabung
penyangga pompa dengan cara berikut ini:
Pasangkan tangki air dengan baut dan mur pada tabung penyangga pompa.
Pasang kepala pompa pada tangki air dengan baut dan mur.
Balut kepala pompa dengan kain.
Isi kembali lubang dengan adukan beton yang sama dengan langkah b)
sampai lubang tertimbuni rata dengan muka tanah. Periksa juga dengan
water pas bahwa flens dari tabung penyangga pompa dalam keadaan
mendatar.
Disaat adukan beton masih basah, buat lantai sumur dan saluran
pembuangan. Biarkan lantai sumur dan salurang pembuangan sampai
kering (kurang lebih 7 hari)
Langkah a) sampai f) di atas seperti Gambar 3.72-3.74
76
cm
76
cm
40 cm
Kepala pompa
Water pas
Flens
Tangki air
Tabung penyangga
pompa
Kain
Tabung penyangga
pompa
Gambar
3.785.24
Pembuatan
Lantai
Gambar
Pembuatan
lantaiSumur
dan Pemasangan
Tabung tabung
sumur dan pemasangan
Gambar
3.79
Pemasangan
Tabung
Gambar
5.26.
Pemasangan
TabungPenyangga
Penyangga
102
Kontra m ur
Silinder
Tangkiair
Gambar 3.81 Pemasangan selinder rod, pipa, pipa hisap dan tangki
103
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
Sebelum disambungkan dengan rod dan pipa hisap, periksa silinder apakah
berfungsi dengan baik atau tidak.
Dengan menggunakan sok dan kontra mur, sambungkan rod pertama dengan
silinder.
Sambungkan pula pipa hisap pertama dengan silinder.
Masukkan silinder dengan rod dan pipa hisap klem.
Sambungkan pula rod (selalu gunakan sok dan kontra mur) dan pipa hisap
berikutnya dengan rod dan pipa hisap pertama, dan seterusnya sampai silinder
tepat berada di bawah muka air tanah minimum. Kemudian potong pipa hisap
sesuai dengan panjang ulir yang cocok untuk penyambungan dengan tangki air
(kira-kira 4 cm lebih tinggi dari ujung atas tabung penyangga pompa).
Pasang dan sambungkan tangki air dengan pipa hisap paling atas. Kemudian
pasang pipa perangkat pada tangki air.
Tahan pipa pengangkat dengan alat pengangkat pipa, kemudian lepas dan
pindahkan klem dari pipa hisap dan tabung penyangga pompa. Selanjutnya,
dengan baerlahan-lahan turunkan tangki air sehingga lubang-lubang baut
dari tabung penyangga pompa dan pancuran mengarah ke arah saluran
sambungan.
Kain
Alat penahan
Tangki air
i.
Tekan rod ke bawah sedalam mungkin kemudian tandai rod dengan gergaji
besi setinggi ujung atas dari tangki air.
ii. Angkat rod setinggi mungkin kemudian pasang alat penahan rod. Untuk
mencagah jatuhnya potongan rod yang dipotong ke dalam sumur, tutup bagian
atas tangki air dengan kain. Selanjutnya potong rod pada bagian yang sudah
ditandai dan kikir bagian bekas terpotong itu.
iii. Buat ulir rod dengan sney rod paling kurang sepanjang 5 cm. Periksa dengan
kontra mur apakah ulir sudah baik (kontra mur harus dapat diputar pada ulir
tersebut dari awal sampai ujung ulir dengan hanya menggunakan tangan).
Kemudian pasang kontra mur pada rod.
iv. Turunkan kepala pompa ke atas tangki air. Dalam hal ini rod masuk ke dalam
lubang yang ada pada kepala pompa. Kemudian pasang kontra mur pada rod.
104
Sneyrod
3
Gambar 3.83 Pemasangan kepala pompa dan tangki pompa
105
7
8
Gambar 3.84 Pemasangan kepala pompa dan tangki
Kepala pompa
Tangki air
106
10
45
20
15 7,5
40
15
PipaselubungPVC
75
10
dalam=4"
200
15
Tanahisian
L=30-40m
Sokturunandalam4"x14"
7,5
10cm
15
Kerikil
15
7,5
200
170cm
SaringanPVC
DENAH
70cm
Dop
POTONGANA-A
Gambar 3.86 Denah dan Potongan
Konstruksi Pompa Tangan Dalam
4. Operasi
Cek SPT dan perlengkapannya dari kerusakan dan kebocoran.
Pelaksanaan Pengoperasian
a
b
c
d
e
5. Pemeliharaan
a
107
PEMELIHARAAN
HARIAN/
BULANAN
MINGGUAN
v
v
v
KETERANGAN
TAHUNAN
-
v
v
6. Perbaikan SPTD
a
b
c
7. Pelaporan SPTD
a
b
c
108
Gambar 3.87
Sistem Sumur Air Tanah Sedang/Dalam
109
Gambar 3.88
Konstruksi Sumur Air Tanah
Sedang/Dalam
110
Q = k.Sr.W
Dimana:
Q
k
Sr
W
=
=
=
=
debit air
koefisien permeabilitas
jari-jari sumur
tinggi penurunan air setelah dipompa
d. Spesifikasi teknis
Spesifikasi teknis SPAM Komunal meliputi spesifikasi alat dan bahan yang diperlukan dalam
membangun prasarana dan sarana SPAM Komunal Air Tanah Dangkal. SPT harus
memenuhi persyaratan umum sebagai berikut :
111
1.
Bahan
Bahan yang diperlukan disediakan sesuai hasil perencanaan dan perhitungan serta
memenuhi spesifikasi teknis. Bahan-bahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.33:
Jenis
Satuan
Volume
Batang
Batang
meter
Soket PVC 30 mm
Buah
Buah
400
M3
0,2
0,3
M3
0,02
Zak
10
Unit
Sumber: Petunjuk Praktis Pembangunan Prasarana dan Sarana Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan, Dep.
Kimpraswil, 2003
Bahan konstruksi yang digunakan untuk pembuatan SPAM Komunal Air Tanah
Dangkal sesuai Tabel 3.34.
Tabel 3.34 Bahan Konstruksi Bangunan
SPAM Komunal Air Tanah Dangkal
No.
Bangunan
Elemen
Spesifikasi
Kemiringan lantai
1.
Lantai
Sumur dan
Saluran
Pembuang
Lantai
1% - 3%
pasangan bata dengan campuran 1 semen : 3 pasir atau
beton tumbuk dengan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil
Kemiringan saluran
pembuangan
Minimal 2%
Saluran pembuang
Lubang
Sumuran
Tegak lurus
Maksimal 15 meter
Sumber: Petunjuk Praktis Pembangunan Prasarana dan Sarana Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan, Dep. Kimpraswil, 2003
2.
Peralatan
Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan sesuai dengan tabel 3.14 dan
gambar 3.45.
112
Nama
Jumlah
Satuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kunci rantai
Kunci trimo
Kunci inggris
Gergaji besi
Sney pipa 1
Cangkul
Linggis
Ember
Kikir
Penyangga
Mata bor rojok
diameter 4 inchi
Pipa rojok
diameter 1 inchi
@3m
Klem pemutar
diameter inchi
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
Buah
Buah
Batang
12.
13.
113
e. Cara pengerjaan
1. Pekerjaan Persiapan
i. Siapkan peralatan sesuai dengan tabel 3.14;
ii. Siapkan bahan sesuai dengan gambar 3.46;
iii. Tentukan titik pemboran, yaitu jarak minimum 10 meter dari sumber
pengeboran dengan bidang tangki septik, cubluk, lubang galian untuk sampah;
iv. Bersihkan lahan lokasi sumur pompa dan ratakan dengan ukuran panjang 2
meter dan lebar 2 meter;
v. Tentukan jenis mata bor yang akan digunakan berdasarkan data formasi tanah.
114
3) Tanpa menunggu kering masukkan dop pada ujung polos bagian bawah
saringan;
4) Biarkan minimal 5 menit sehingga sambungan kuat;
5) Gunakan kunci trimo untuk menahan rangkaian pipa hisap;
6) Masukkan dop pada ujung polos bagian bawah saringan;
7) Biarkan minimal 5 menit sehingga sambungan kuat;
8) Gunakan kunci trimo untuk menahan rangkaian pipa hisap.
Langkah 1)8) seperti terlihat pada gambar 3.85
Bersihkan dan amplas ujung soket serta bagian ujung hisap pipa PVC;
Oleskan lem PVC secara merata pada bagian pipa yang dibersihkan;
Masukkan pipa hisap dengan soket;
Bersihkan dan lapisi ujung berulir dengan solatip;
Bersihkan dan lapisi ujung berulir bagian dalam dari tumpuan pompa;
Masukkan rangkaian pipa hisap PVC dengan tumpuan pompa;
Letakkan paking di atas tumpuan pompa;
Pastikan lubang baut badan pompa tepat pada lubang-lubang baut tumpuan
pompa;
9) Pasang mur dan baut pada lobang yang ada;
10) Pastikan bahwa badan pompa dan tumpuan pompa terpasang dengan baik.
Langkah 1 10 seperti terlihat pada gambar 3.87.
iv. Pengisian Kerikil Pasir dengan Adukan Semen
1)
2)
3)
4)
115
116
2. Pemeliharaan
i. Pemeliharaan Harian Atau Mingguan
a)
b)
c)
d)
e)
f)
117
Perlengkapan Sistem
1. Saluran, lantai, tangkai
pengungkit, kepala T, ruang
penampung, pen, karet
packing
Keterangan
Harian/Mingguan
Bulanan
Tahunan
Sumber: Petunjuk Praktis Pembangunan Prasarana dan Sarana Sistem Penyediaan Air
Bersih Perdesaan, Dep. Kimpraswil, 2003
118
119
121
bila keadaan tanah tidak menunjukkan gejala mudah retak atau runtuh
bila keadaan tanah menunjukkan gejala mudah retak atau runtuh
Komponen
Fungsi
1.
Melindungi
pencemaran
2.
3.
Lantai sumur
4.
Saluran pembuang
5.
dasar sumur
keselamatan
pemakai
dan
mencegah
Sumber: Revisi SNI 03-2916-1992, Puslitbang Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum, 2004
c. Kriteria Desain
1. Bentuk sumur gali sesuai dengan penampang lubangnya yaitu bulat atau persegi.
2. Konstruksi dinding sumur gali:
Tipe IA: Dinding atas dibuat dari pasangan bata/batako/batu belah yang
diplester bagian luar dan dalam setinggi 80 cm dari permukaan lantai. Dinding
bawah dari bahan yang sama sedalam minimal 300 cm dari permukaan lantai
(lihat Gambar 3.128)
Tipe IB: Dinding atas dibuat dari pasangan bata/batako/batu belah yang
diplester bagian luar dan dalam setinggi 80 cm dari permukaan lantai. Dinding
bawah dari bahan beton sedalam minimal 300 cm dari permukaan lantai (lihat
Gambar 3.129)
Tipe II: Dinding atas dibuat dari pasangan bata/batako/batu belah yang
diplester bagian luar dan dalam setinggi 80 cm dari permukaan lantai. Dinding
bawah sampai kedalaman sumur dari bahan beton, sedalam minimal 300 cm dari
permukaan bahan beton harus kedap air dan sisanya berlubang (lihat Gambar
3.130).
122
Tipe
Ukuran penampang
minimal (cm)
Atas
Bawah
Atas
Bawah
1.
IA
Diameter 80
Sisi 80
80
> 300
bata
bata
2.
IB
Diameter 80
Sisi 80
80
> 300
bata
10 cm
3.
II
Diameter 80
Sisi 80
80
Tergantung
kedalaman muka air
tanah terendah
bata
10 cm
Keterangan: Muka air tanah terendah adalah kondisi muka air tanah yang paling rendah pada suatu lokasi pada saat tertentu
Sumber: Revisi SNI 03-2916-1992, Puslitbang Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum, 2004
4. Lantai sumur gali harus kedap air dan permukaannya tidak licin
5. Ukuran lantai, baik untuk tipe I maupun tipe II, adalah minimum 100 cm dari dinding
sumur atas bagian luar dengan kemiringan lantai (1-5)% ke arah saluran
pembuangan
6. Saluran pembuangan dibuat kedap air dan licin dengan kemiringan 2% ke arah
sarana pengolahan air buangan atau badan penerima
7. Kekuatan sumur harus memperhatikan kekuatan tanah. Tipe konstruksi yang dapat
digunakan untuk sumur gali dapat dilihat pada Tabel 3.39.
Tabel 3.39 Konstruksi Dinding Sumur Gali
Dinding
Komponen bangunan
Bahan bangunan
Pasangan bata/batako/
batu belah diplester,
adukan 1 PC: 2PS, tebal
plesteran 1 cm
Pipa beton kedap air
80 cm
Tipe I A
Tipe I B
atas
bawah
atas
bawah
Tipe II
atas
Dasar
sumur
Lantai
Saluran
pembuangan
bawah
Beton tumbuk
1PC : 3PS : 5KRL
Sumber: Revisi SNI 03-2916-1992, Puslitbang Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum, 2004
123
15
15
260
15
A
Tiang
Pasangan bata
15 20
260
Cincin beton
Ke saluran
15
120
15
80
Lantai sumur
kemiringan 2%
Saluran
pasangan beton
15
5
15
5
75
75
20
Tanah asli
POTONGAN A-A
124
min 320
15
80
15
120
15
80
Lantai sumur
kemiringan 2%
Saluran
pasangan beton
15
5
15
5
75
75
20
min 320
15
Tanah asli
POTONGAN A-A
15
15
260
15
A
Tiang
Pasangan bata
15 20
260
Cincin beton
Ke saluran
Gambar 3.103
Sumur Gali Tipe IB
125
Gambar 3.104
Sumur Gali Tipe II
126
127
Ilustrasi denah dan potongan SPT Dangkal dan SPT Dalam dapat dilihat pada Gambar 3.133
dan Gambar 3.134.
Tipe SPT Dalam terdiri dari 3 (tiga) sistem, yaitu:
Sistem I
Digunakan bila permukaan air statis 7,5 m sampai 9 m di bawah permukaan tanah
Fluktuasi penurunan muka air tanah tidak melampaui 12 m
Sistem II
Digunakan bila permukaan air statis 9 m sampai 12 m di bawah permukaan tanah
Fluktuasi penurunan muka air tanah tidak melampaui 18 m
Sistem III
Digunakan bila permukaan air statis lebih besar dari 18 m dari permukaan tanah
Bisa digunakan satu atau lebih silinder tangan tergantung dari kedalamannya
c. Ukuran Sumur dan Pompa
Ukuran sumur dan pompa untuk SPT dapat dilihat pada Tabel 3.40
Tabel 3.40
No.
1.
2.
Tipe Sumur
Tipe I
Tipe II
Ukuran Penampang/
Diameter Pipa
Kedalaman
9m
Pompa
1 buah
12 m
2,5 m
21 m
1 buah
28 m
2,5 m
Sumber: Spesifikasi Teknis Sumur Pompa Tangan (SPT) (AB-D/LW/ST/001/98), Departemen Pekerjaan Umum
128
Beton 1PC:2PS:3KR
Lantai sumur
kemiringan 2%
15 15
40
40
85
20
15
5 15
50
Pas. bata
15 15
85
210
POTONGAN A-A
15 15
180
15 15
DENAH
Gambar 3.107
Denah dan Potongan Sumur Pompa Tangan (SPT) Dangkal
129
10
45
20
15
7,5
40
dalam = 4"
Tanah isian
L = 30 - 40 m
Kerikil
Saringan PVC
170 cm
70 cm
Dop
POTONGAN A-A
15
10
200
15
7,5
15
15
7,5
200
DENAH
Gambar 3.108
Denah dan Potongan Sumur Pompa Tangan (SPT) Dalam
130
Komponen
Fungsi
1.
Sumur (dangkal/dalam)
2.
Badan pompa
3.
Penyangga
4.
Lantai sumur
5.
Saluran pembuangan
Sumber: Spesifikasi Teknis Sumur Pompa Tangan (SPT) (AB-D/LW/ST/001/98), Departemen Pekerjaan Umum
131
a. Definisi
Penampung Air Hujan (PAH) adalah tangki untuk menampung dan menyimpan air hujan yang
akan dipergunakan sebagai sumber air bersih selama musim kemarau.
b. Komponen Prasarana dan Sarana
Prasarana dan sarana yang membentuk SPAM Komunal Air Hujan terdiri dari:
1. Atap dan talang, berfungsi untuk menangkap air hujan dan menyalurkan ke dalam
tangki PAH. Atap yang dimaksud adalah atap seng atau genting.
2. Media penyaring, berfungsi untuk menyaring air hujan yang mungkin terkontaminasi
karena melalui atap dan talang. Media penyaring dapat berupa kerikil/pecahan bata.
3. Tangki PAH, berfungsi sebagai reservoir untuk menampung air hujan dengan aman
yang dikumpulkan sewaktu musim hujan atau dapat juga digunakan untuk menampung
air bersih yang didistribusi melalui mobil tangki. Air ini akan dimanfaatkan hanya
sebagai air minum. Dengan adanya PAH ini diharapkan kebutuhan air minum keluarga
akan terjamin 1 tahun.
Komponen PAH dapat dilihat pada Tabel 3.42 berikut:
Tabel 3.42 Komponen Penampung Air Hujan (PAH)
No
Komponen
Fungsi
Keterangan
1.
2.
Talang air
3.
Saringan
4.
Lubang pemeriksa
Harus ditutup
5.
Bak penampung
6.
Pipa peluap
7.
8.
Kran penguras
Sumber:
Tata Cara Rancangan Penampung Air Hujan untuk Penyediaan Air Minum (AB-K/RE-RT/TC/038/98),
Departemen Pekerjaan Umum
c. Kriteria Desain
1.
2.
3.
4.
5.
d. Perhitungan Dimensi
Perhitungan Kapasitas Bak Penampung
Kapasitas bak penampung ditentukan berdasarkan:
1. Tinggi curah hujan minimal 1.300 mm per tahun
2. Luas bidang penangkap air
132
Q = 15 L / o / h x 100
= 1500 L / h
= 1.5 m3 / h
Perhitungan dimensi bak penampung:
Vbak = 1.5 m3 / h
x 91 hari
= 136.5 m 2
Asumsi luas permukaan bak = 9 m x 5 m = 45 m2
Maka, kedalaman bak:
D=
Vbak 136.5 m3
=
= 3.03 m
A
45 m 2
Dengan asumsi-asumsi di atas, volume bak penangkap mata air dapat ditentukan
dengan menggunakan Tabel 3.43
e. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis SPAM Komunal Air Hujan meliputi spesifikasi alat dan bahan yang diperlukan
dalam membangun prasarana SPAM Komunal Air Hujan, yang dikenal dengan Penampung Air
Hujan (PAH). PAH terdiri dari dua jenis, yaitu PAH cetakan fiber dan PAH Pasangan Batu Bata.
Pembuatan Penampung Air Hujan (PAH) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Persyaratan umum operasi dan pemeliharaan penyediaan air bersih harus memenuhi:
1.
2.
3.
4.
133
Peralatan
Peralatan yang diperlukan:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Kunci Pas
Kunci Ring
Martil
Tangga
Kunci Pipa
Tang
Bahan
Bahan yang digunakan pembuatan PAH harus memenuhi ketentuan pada Tabel 3.43
berikut:
Tabel 3.43 Bahan Konstruksi PAH Cetakan Fiber
No
Jenis Bahan
Volume
10 zak
KETERANGAN
Mempunyai kehalusan dan sipat ikat yang baik, sesuai dengan
SNI 15-2049-1990 tentang Mutu dan cara uji semen Portland
Mempunyai gradasi baik dan bebas dari kandungan organik
sesuai dengan SNI 03-1750-1990 tentang Mutu dan Cara Uji
Agregat Beton
Bergradasi sesuai dengan kebutuhan, bersih dan bebas dari
kandungan organik sesuai dengan SNI 03-1750-1990 tentang
mutu dan cara uji agregat beton
Diameter 6 mm
Semen
Pasir
1 m3
Kerikil
1 m3
Besi Beton
Kawat Beton
Batu Bata
Seng
2 lb
Keran Air
1 bh
Diameter 13 mm
Pipa GI
2 bh
Diameter 25 mm panjang 2 m
10
Dop GI
1 bh
Diameter 25 mm
11
Kran Inlet
1 bh
Diameter ""
12
Kran Penguras
1 bh
Diameter "
16 btg
1 kg
50 bh
Peralatan
Peralatan yang diperlukan:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Kunci Pas
Kunci Ring
Martil
Tangga
Kunci Pipa
Tang
Bahan
Bahan yang digunakan pembuatan PAH harus memenuhi ketentuan pada Tabel 3.44
berikut:
134
No.
1
Semen
Volume
Keterangan
25
Zak
Pasir
Kerikil
Besi Beton
16
btg
Diameter 6 mm
Besi Beton
btg
Diameter 8 mm
Kawat
Beton
kg
Batu Bata
1800
bh
Seng
lb
Keran Air
bh
Diameter 13 mm
10
Pipa GI
btg
Dia 25 mm panjang 3 m
Talang air
Dimensi talang rambu yang digunakan disesuaikan dengan dimensi talang pabrikan
yang ada di pasaran.
Saringan
Komponen dan ukuran saringan dapat dilihat pada Tabel 3.45 berikut:
135
Saringan Pasir
1.
2.
300 400
0,30 1,2
1,2 1,4
0,4
200 350
10 40
DIMENSI SARINGAN
2.1 Panjang ......................................................
2.2 Lebar ..........................................................
2.3 Dalam.........................................................
Sumber:
Ukuran
mm
mm
mm
mm
mm
500 mm
500 mm
750 mm
Tata Cara Rancangan Penampung Air Hujan untuk Penyediaan Air Minum (AB-K/RE-RT/TC/038/98),
Departemen Pekerjaan Umum
Perlengkapan lainnya
Ukuran perlengkapan PAH lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.46 berikut:
Tabel 3.46 Perlengkapan PAH
No.
Perlengkapan
Dimensi
1.
Ventilasi
44 mm 63 mm
2.
Pipa peluap
min. 90 mm
3.
Lubang pemeriksa
min. 60 x 60 cm2
Sumber:
Tata Cara Rancangan Penampung Air Hujan untuk Penyediaan Air Minum (AB-K/RE-RT/TC/038/98),
Departemen Pekerjaan Umum
o
o
b. Kapur
Pembubuhan kapur dilakukan sebagai berikut:
Kapur dibubuhkan dalam bentuk kapur padam
Pembubuhan kapur sebanyak 25 - 100 mg/liter
o
o
j. Cara Pengerjaan
136
Cetakan dibagi menjadi tiga bagian yang dapat disetel, dipasang atau dibuka
dengan cara mengencangkan baut-baut lihat Gambar 3.72.
Panjang
Jumlah
Keterangan
6.00 M
9 batang
5,50 M
6 batang
5.30 M
6 batang
5,00 M
4 batang
Tulangan lantai
0.95 M
4 batang
Tulangan tutup
0.85 M
3 batang
Tulangan tutup
0,50 M
1 Batang
Tulangan tutup
1,90 M
2 batang
Tulangan tutup
1.60 M
2 batang
Tulangan tutup
10
1,75 M
4 batang
Tulangan tutup
11
1,45 M
3 batang
Tulangan tutup
12
0,95 M
3 batang
Tulangan tutup
13
0.60 M
2 batang
Tulangan tutup
14
0.60 M
2 batang
Tulangan tutup
15
0,55 M
2 batang
Tulangan tutup
16
0,30 M
2 batang
Tulangan tutup
Buat lingkaran pada tanah dengan diameter 1,86 m seperti pada Gambar
3.103.
Pasang patok-kayu tepat pada garis lingkaran tersebut setiap 20 cm seperti
Gambar 3.104
137
c.
Buat lingkaran besi (besi nomor 1 pada tabel 3) mengikuti patok kayu
(sesuai gambar 3)dan ikat dengan kawat beton, seperti Gambar 3.104.
138
Besi No. 4
Besi No. 3
Besi No. 2
Besi No. 2
Besi No. 2
Besi No. 3
Besi No. 4
Besi No. 4
Besi No. 3
Besi No. 2
Besi No. 2
Besi No. 2
Besi No. 3
Besi No. 4
1 8200 mm
1 8400 mm
1 8100 mm
1 8200 mm
1 7900 mm
c.
1 8100 mm
b.
Rakit tulangan nomor 2, 3, 4 pada tabel 3 seperti PAH, ikat dengan kawat
beton dengan kuat seperti gambar 3.112.
Buat campuran beton dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil
sebanyak 0,20 m3 campuran harus rata dan tidak encer, seperti pada
Gambar 3.113.
Tuangkan campuran beton untuk lantai dasar PAH diatas rakitan tulangan
baja beton sampai batas tulangan dasar dinding, ratakan adukan dengan
menggunakan roskan, seperti dalam Gambar 3.114.
1 8400 mm
a.
1 7900 mm
139
d.
Biarkan beton sampai kering dan mengeras kurang lebih 4 jam sebelum
melanjutkan ke pembuatan dinding PAH dengan hasil pengecoran seperti
pada Gambar 3.115.
Batas Pengecoran
Tulangan Dinding Horizontal
Lantai
Tulangan Lantai
Dinding Vertikal
Lantai Kerja
Pasir
Padat
c.
d.
e.
f.
g.
140
T u la n g a n T e g a k
B e to n D o c k in g
C e ta k a n D a la m A ta s
C e ta k a n d a la m B a w a h
C e ta k a n L u a r B a w a h
T u la n g D in d in g
H o riz o n ta l P e rta m a
L a n ta i
L a n ta i K e rja
P a s ir P a d a t
0.2 mm
B a ta s P e n g e c o ra n
0.2 mm 0.2 mm
B atas Pengecoran
Tulangan D inding H orizontal K edua
i.
j.
k.
Pasang cetakan bagian luar atas, dan lakukan pengecoran seperti bagian
bawah sampai bagian dinding seluruhnya terisi penuh seperti pada Gambar
3.120
Biarkan campuran kurang lebih 6 jam hingga beton mengeras sampai
cetakan dapat dibuka.
Buat lubang-lubang pada dinding PAH untuk memasang pipa outlet,
penguras dan peluap dengan bantuan paku atau paku atau pahat dan palu,
seperti pada Gambar 3.121
Tutup celah-celah bekas pemasangan pipa-pipa pada butir 10 dengan
mortar semen, campuran 1 semen : 2 pasir, seperti pada Gambar 3.122
Besi No 6
Besi No 12
Besi No 3
Besi No 12
Besi No 8
Besi No 11
Besi No 10
Besi No 9
Besi No 10
Besi No 10
Besi No 11
Besi No 16
Besi No 6
Besi No 13
Besi No 7
Besi No 13
Besi No 14
Besi No 16
Besi No 16
Besi No 14
Besi No 13
Besi No 9
Besi No 10
Besi No 11
Besi No 12
Besi No 6
7. Pekerjaan Penyelesaian
Penyelesaian pekerjaan dapat dilakukan sebagai berikut :
Gambar 3.130
Pematokan lokasi badan pondasi
a.
b.
c.
d.
Plester dinding bagian dalam PAH dengan acian dan pertebal sambungan
antara lantai dan dinding PAH dengan adukan 1 semen : 2 pasir halus untuk
menghindari bocoran
Buat lubang untuk meletakkan tempat pengambilan air dari pasangan bata
Pasang talang, kran, pipa outlet, tutup pipa
Operasikan PAH sesuai dengan kebutuhan, seperti pada Gambar 3.125
Tentukan lokasi PAH pada tanah yang relatip datar dan dekat dengan
bangunan tadah air hujan (Atap Rumah).
Bersihkan lahan dari kotoran dan akar pohon
Tandai dengan patok sesuai ukuran pada gambar (Panjang = 2 m, Lebar =
2 dan tinggi = 1.3) meter, seperti pada Gambar 3.126
Hubungkan patok yang satu dengan yang lain dengan benang/tali hingga
mempunyai ketinggian yang sama, seperti pada Gambar 3.127
Gali tanah untuk pondasi hingga kedalaman 60 cm pada lereng tebing dan
30 cm pada sisi lain dari bak PMA, Gambar 3.128
Pasang lantai pasir padat setebal 10 cm. Gambar 3.129
Pasang batu kosong, Gambar 3.130
143
Gambar 3.133
Pemberian pasir pada lantai pondasi
d.
e.
f.
Pasang pondasi pasangan batu kali yang terbuat dari bahan batu kali
dengan campuran semen : 3 pasir hingga ketinggian yang telah ditetapkan
Gambar 3.130 dan 3.131
Isi lubang bekas galian pondasi dengan tanah urug, seperti pada
Rakit pembesian untuk slop beton sepanjang pondasi dengan ukuran 15 cm
x 15 cm seperti pada Gambar 3.132
g.
h.
144
Buka cetakan kayu pada slop beton dan tiang beton bila betonan sudah
kering ( + 2 hari).
Pasang dinding bak dengan kontruksi batu bata hingga mencapai ketinggian
bak, seperti pada Gambar 3.136 dan 3.137
145
d.
e.
146
h.
i.
j.
k.
Kupas (gali) tanah dasar 1/3 lingkaran sepanjang 1,20 m dari sisi (pinggir)
pondasi dengan kedalaman 20 cm, seperti pada gambar 3.148.
Lapisi dengan pasir padat setebal 5 cm, seperti pada gambar 3.149
Pasang batu kali atau batu bata dengan adukan 1 semen : 4 pasir, seperti
pada gambar 3.149.
Gambar 3.152
Pelapisan dengan pasir setebal 5 cm dasar Turap
d.
e.
f.
148
Pengoperasian
Persiapan Pengoperasian
1.
2.
3.
Buang air yang ada di talang pada saat hujan pertama setelah musim kemarau
Tampung air hujan yang ada di talang kedalam reservoir setelah disaring
terlebih dahulu
Pelaksanaan Pengoperasian
Pelaksanaan Pengoperasian
1.
2.
3.
Ambil air dari reservoir menggunakan kran yang dipasang pada reservoir
Tutup reservoir agar tidak terkontaminasi
Buang air buangan melalui ddrainase yang ada di lantai dasar
Pemeliharaan
Pemeliharaan harian atau mingguan
1.
2.
3.
4.
Bersihkan talang dari kotoran yang ada seperti daun, tanah, tahi burung agar
talang tidak tersumbat
Bersihkan lantai dasar reservoir dari tanah dan kotoran
Bersihkan saluran drainase dari daun-daun dan kotoran agar saluran tidak
tersumbat.
Jaga agar PAH selalu terisi air dengan tinggi minimum 10 cm, untuk mencegah
retaknya PAH karena panas sinar matahari.
149
Pemeliharaan Tahunan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Siram PAH yang baru selesai dibangun minimum selama 7 hari, sementara PAH
belum diisi air
Bersihkan PAH setiap awal musim hujan
Buang air di dalam PAH yang berasal dari hujan pertama, lakukan ini selama
sepuluh menit pertama
Cat bak dengan warna biru
Tebang pohon-pohon yang tumbuh sekitar bak
Buat kelengkapan cara pemeliharaan dan pasang di dekat PAH, sesuai tabel
3.48 berikut:
Perlengkapan Sistem
Harian/Mingguan
1. Talang, lantai dasar,
saluran drainase
2. Reservoir, lantai dasar,
sambungan talang
Bulanan
Keterangan
Tahunan
3. Reservoir
Sumber: Petunjuk Praktis Pembangunan Prasarana dan Sarana Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan, Dep.
Kimpraswil, 2003
Pelaporan PAH
1.
2.
3.
4.
5.
Catat kerusakan yang terjadi pada reservoir, talang, kran dan lantai dasar
Catat perbaikan yang telah dilaksanakan
Catat kapan mulai dan berakhirnya musim hujan
Catat kapan air di reservoir habis untuk pemakaian air normal
Simpan catatan ini oleh kepala keluarga untuk pedoman perbaikan dan
pemeliharaan PAH sesuai keperluan.
Perbaikan
1.
2.
Perbaiki dinding PAH jika terjadi kebocoran atau keretakan, dengan cara:
ferrocement
Ganti talang dan kran dengan yang baru jika terjadi kebocoran atau kerusakan
150
atap bangunan
drum saringan
drum saringan
A
pompa tangan
saluran drainase
saluran drainase
pompa tangan
9m
pompa tangan
pompa tangan
drum saringan
3m
5m
drum saringan
atap bangunan
Gambar
3.157
DENAH
Denah Bangunan PAH
pompa tangan
pompa tangan
saringan
saluran drainase
2m
dilapis geomebran
3m
POTONGAN A-A
Gambar 3.158
Potongan A-A Bangunan PAH
151
saluran drainase
drum
kerikil jagung 10 cm
ijuk 5 cm
kerikil halus 10 cm
DETAIL SARINGAN
Gambar 3.159
Detail Unit Saringan Bangunan PAH
3.5.3
UNIT DISTRIBUSI
A. Perpipaan
Jaringan perpipaan yang dimaksud dalam bagian ini adalah perpipaan transmisi, yaitu jaringan perpipaan
yang berfungsi membawa air bersih dari unit produksi ke titik awal jaringan distribusi, serta perpipaan
distribusi yang menghubungkan perpipaan transmisi dengan unit pemanfaatan berupa hidran umum (HU).
1. Kriteria Desain
Perencanaan jalur pipa harus memenuhi ketentuan teknis sebagai berikut:
2. Perhitungan
Pipa transmisi direncanakan untuk dapat memenuhi keperluan pengaliran sampai dengan 10 tahun
mendatang. Untuk pendekatan perencanaan, kapasitas sistem direncanakan seperti pada Tabel 3.49
berikut:
152
Tabel 3.49 Desain Aliran Berdasarkan Jumlah Rumah Tangga yang Dilayani
Kapasitas Sistem
(L/det)
Desain Aliran
(L/det)
2,5
150 - 300
2,5
5,0
> 300
5,0
Sumber: Pedoman Teknis Proyek Air Bersih Perdesaan dengan Sistem Perpipaan dan Sumur Artesis (PAB-PPSA), Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 1985
a. Sistem Gravitasi
Ada 3 (tiga) sistem gravitasi yang dapat dibedakan seperti pada Gambar 3.131, sedangkan definisi
untuk masing-masing sistem gravitasi tersebut dijelaskan pada Tabel 3.49 dengan penentuan
kemiringan hidrolis menggunakan Tabel 3.50.
Tabel 3.50 Definisi Sistem Gravitasi Jaringan Perpipaan
Keadaan lapangan 1
Beda tinggi lebih kecil dari 5 m
dan dapat dipandang sebagai
daerah datar
H1
L = 1.380 m
S = 2 m (beda tinggi)
Pilih I dari kolom [2] (S = 05 m) dan
(L=1.000 5.000 m), diperoleh I = 0,007
H2
Keadaan lapangan 2
Beda tinggi lebih dari 5 m dan
menurun dari arah sumber
>5m
H1
L = 1.380 m
S = 7 m (beda tinggi)
Pilih I dari kolom [3] (S = 510 m) dan
(L=1.000 1.500 m), diperoleh I = 0,010
H2
Keadaan lapangan 3
Beda tinggi lebih dari 5 m dan
menanjak dari arah sumber
H2
L = 1.380 m
S = 20 m (beda tinggi)
Pilih I dari kolom [7] (S > 5 m) dan
(L=1.000 5.000 m), diperoleh I = 0,010
>5m
H1
153
1.
H1
H4 = H 2 + 20
Titik terendah
H2
H3
Distribusi
Transmisi
2.
H4= H2+ 20
H1
H2
Titik terendah
H3
Transmisi
Distribusi
3.
H1
H4 = H2 + 20
H3
Lokasi point
H2
Distribusi
Transmisi
Gambar 3.153
Kondisi Umum Perpipaan Sistem Gravitasi
154
Keadaan lapangan 1
(daerah datar)
Keadaan lapangan 2
(daerah tidak datar dan
menurun)
Keadaan lapangan 3
(daerah tidak datar dan
menanjak)
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
< 1000
1000 5000
1500 2000
2000 2500
2500 3000
3000 3500
3500 4000
4000 4500
4500 5000
0.010
0.007
0.005
0.004
0.003
0.003
0.002
0.002
0.002
0.015
0.010
0.008
0.006
0.005
0.004
0.004
0.003
0.003
0.020
0.013
0.010
0.008
0.007
0.006
0.005
0.004
0.004
0.025
0.017
0.013
0.010
0.008
0.007
0.006
0.006
0.005
0.030
0.020
0.015
0.012
0.010
0.009
0.008
0.007
0.006
0.010
0.007
0.005
0.004
0.003
0.003
0.002
0.002
0.002
Sumber: Pedoman Teknis Proyek Air Bersih Perdesaan dengan Sistem Perpipaan dan Sumur Artesis (PAB-PPSA), Direktorat Jenderal
Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 1985
i. Tentukan perbedaan tinggi antara sumber air dan titik terendah pada sistem
Jika perbedaan tinggi ini lebih kecil dari 100 meter, tidak diperlukan bak pelepas tekan
(BPT)
Jika perbedaan tinggi ini lebih besar dari 100 meter, diperlukan BPT, dipasang pada daerah
yang sesuai, pada ketinggian 100 meter di atas titik terendah
H1 H4
(29)
dengan pengertian:
I = Gradien hidrolis
H1 = Elevasi sumber air, m
H4 = Elevasi titik akhir pipa transmisi ditambah 20 m
L = Panjang jalur pipa transmisi utama
(b) Jika terdapat titik tertinggi di antara sumber dan titik tertinggi
I
H1 Htitik tertinggi
(30)
Ltitik tertinggi
dengan pengertian:
I = Gradien hidrolis
H1 = Elevasi sumber air, m
Htitik tertinggi = Elevasi tertinggi di jaringan distribusi
Ltitik tertinggi = Jarak antara sumber ke titik tertinggi di jaringan distribusi
(c) Ambil I yang terendah diantara keduanya, pilihlah pipa dari Tabel 3.50 atau Tabel 3.51
tergantung dari jenis bahan. Gunakan I yang lebih kecil.
(d) Jika tidak ada diameter yang bisa dipilih dalam tabel, karena harga I lebih kecil dari 0,001
gunakan sistem pemompaan.
155
Tabel 3.52
Pemilihan Diameter Pipa PVC (ISO Class 10; k = 0.55 mm; dia. dalam mm)
DEBIT (L/det)
I
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
0.008
0.009
0.010
0.012
0.014
0.016
0.018
0.020
0.025
0.030
0.035
0.040
0.045
0.050
0.055
0.060
: 16
20
25
32
40
50
63
75
90
110
125
160
50
0.010
0.016
0.020
0.023
0.026
0.029
0.032
0.035
0.037
0.039
0.043
0.047
0.051
0.055
0.058
0.066
0.072
0.079
0.085
0.091
0.096
0.101
0.106
0.021
0.031
0.039
0.046
0.053
0.059
0.064
0.069
0.074
0.078
0.086
0.094
0.101
0.108
0.115
0.130
0.143
0.156
0.168
0.179
0.189
0.199
0.209
0.039
0.058
0.074
0.087
0.097
0.109
0.119
0.128
0.137
0.145
0.160
0.175
0.188
0.200
0.212
0.240
0.265
0.288
0.310
0.330
0.349
0.367
0.385
0.076
0.114
0.143
0.168
0.190
0.211
0.230
0.247
0.264
0.280
0.309
0.336
0.362
0.386
0.408
0.461
0.508
0.552
0.593
0.632
0.669
0.703
0.737
0.143
0.212
0.266
0.313
0.354
0.391
0.426
0.458
0.489
0.518
0.572
0.622
0.669
0.713
0.755
0.851
0.938
1.019
1.092
1.165
1.232
1.295
1.356
0.262
0.388
0.486
0.570
0.644
0.712
0.775
0.833
0.888
0.941
1.038
1.128
1.213
1.292
1.367
1.540
1.697
1.842
1.977
2.104
2.225
2.339
2.449
0.522
0.768
0.961
1.125
1.271
1.404
1.526
1.641
1.748
1.851
2.041
2.217
2.382
2.536
2.683
3.020
3.326
3.608
3.871
4.119
4.353
4.576
4.789
0.833
1.224
1.530
1.790
2.021
2.231
2.425
2.606
2.776
2.938
3.239
3.517
3.776
4.020
4.251
4.784
5.267
5.711
6.126
6.516
6.885
7.236
7.572
1.361
1.995
2.490
2.912
3.286
3.625
3.939
4.231
4.506
4.767
5.254
5.703
6.121
6.515
6.888
7.747
8.526
9.243
9.911
10.540
11.134
2.345
3.430
4.276
4.995
5.633
6.212
6.746
7.244
7.713
8.158
8.986
9.750
10.462
11.131
3.300
4.821
6.005
7.021
7.094
8.714
9.460
10.157
10.813
11.434
6.376
9.291
11.558
11.580
Tabel 3.53 Pemilihan Diameter Pipa GIP (Class MEDIUM; k = 0.55 mm)
DEBIT (L/det)
I
3/4
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
0.008
0.009
0.010
0.012
0.014
0.016
0.018
0.020
0.025
0.030
0.035
0.040
0.045
0.050
0.055
0.060
0.013
0.019
0.023
0.027
0.031
0.034
0.037
0.040
0.042
0.044
0.049
0.053
0.057
0.060
0.064
0.071
0.078
0.085
0.091
0.097
0.102
0.107
0.112
0.031
0.045
0.056
0.066
0.074
0.081
0.081
0.094
0.100
0.106
0.117
0.126
0.135
0.144
0.152
0.170
0.187
0.202
0.216
0.230
0.242
0.254
0.266
0.061
0.088
0.109
0.127
0.142
0.157
0.170
0.182
0.193
0.204
0.224
0.243
0.260
0.276
0.292
0.327
0.359
0.388
0.415
0.441
0.465
0.488
0.510
0.121
0.174
0.216
0.251
0.282
0.310
0.335
0.359
0.382
0.403
0.442
0.479
0.513
0.544
0.574
0.644
0.706
0.764
0.817
0.868
0.915
0.961
1.004
0.184
0.265
0.328
0.381
0.427
0.469
0.508
0.544
0.578
0.610
0.670
0.725
0.776
0.824
0.870
0.974
1.069
1.156
1.237
1.313
1.358
1.453
1.518
0.346
0.497
0.614
0.712
0.799
0.878
0.950
1.017
1.081
1.140
1.252
1.354
1.449
1.539
1.623
1.818
1.994
2.156
2.306
2.448
2.582
2.709
2.831
0.705
1.011
1.247
1.446
1.622
1.781
1.927
2.062
2.190
2.311
2.536
2.742
2.935
3.115
3.286
3.679
4.035
4.362
4.666
4.952
5.222
5.479
5.725
1.085
1.555
1.916
2.221
2.490
2.733
2.957
3.165
3.361
3.546
3.890
4.207
4.501
4.778
5.040
5.642
6.186
6.687
7.153
7.591
8.005
8.398
8.775
2.175
3.112
3.833
4.440
4.976
5.460
5.905
6.320
6.710
7.078
7.763
8.394
8.980
9.531
10.052
11.251
6.151
8.781
10.802
12.506
12.934
Catatan: = diameter nominal dalam (dalam mm); I = gradien hidrolis (dalam m/m)
Sumber: Pedoman Teknis Proyek Air Bersih Perdesaan dengan Sistem Perpipaan dan Sumur Artesis (PAB-PPSA), Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Departemen Pekerjaan Umum, 1985
156
B re a k P re s s u re T a n k /B a k P e le p a s T e k a n ( B P T )
H1
H4 = H2+ 20
H bp
H2
L1
H3
L2
T ra n s m is i
D is trib u s i
Gambar 3.161
Sketsa Kondisi Topografi dengan Bak Pelepas Tekan (BPT)
(a) Hitung:
I1
I2
H1 (Hbp + 10)
(31)
Ltitik tertinggi
Hbp H4
(32)
L2
(b) Jika terdapat titik tertinggi di antara sumber air dan BPT atau antara BPT dengan daerah
pelayanan, hitung:
H1 Htitik tertinggi
(33)
I =
Ltitik tertinggi
atau,
I
(34)
Ltitik tertinggi
Gunakan I yang terendah dari keduanya. Tentukan diameter pipa dari Tabel 3.50 dan Tabel
3.51 tergantung dari jenis bahan pipa.
b. Sistem Pemompaan
i. Tentukan diameter pipa transmisi utama antara sumber air dan unit produksi serta antara unit
produksi dan daerah pelayanan, atau antara sumber dan daerah pelayanan
ii. Periksa apakah diperlukan booster pump atau tidak
iii. Hitung tekanan total (total head TH)
Jika daerah distribusi rata dan menurun:
TH = H2 H1 + 20 + I . L ....................................................
(35)
157
(36)
TH
H3
H2
H1
L
Transmisi
Distribusi
Gambar 3.162
Sketsa Kondisi Topografi dengan Pemompaan
B a k P e le p a s T e k a n ( B P T )
< 100 m
Gambar 3.163
Sketsa sumber di atas daerah pelayanan
dengan BPT
158
100 m
> 100 m
< 100 m
P ip a T e k a n a n T in g g i
Gambar 3.164
Sketsa sumber di atas daerah pelayanan
dengan pipa bertekanan tinggi
(37)
(5) Jika TH lebih besar dari 80 m, diperlukan satu atau lebih booster pump
G a r i s T e k a n a n H id r o lis
< 80 m
D is t r i b u s i
> 80 m
< 80 m
B o o s te r P u m p
H
S t a s iu n P o m p a
Gambar 3.165
Sketsa sumber pada (di bawah) daerah pelayanan
dengan booster pump
159
Reservoir kecil
Air Valve
Distribusi
Stasiun Pompa
Pompa
Gravitasi
Gambar 3.166
Sketsa sumber pada (di bawah) daerah pelayanan
dengan air valve
(8) Jika BPT atau booster pump berada di jalur distribusi, maka sistem perlu dibagi menjadi dua
bagian, yaitu satu sub sistem rendah dan sub sistem tinggi. Kedua sub sistem tersebut
hanya berhubungan dengan BPT atau booster pump.
3. Lokasi BPT dan booster pump
a. Bak Pelepas Tekan (BPT)
i. Tempatkan BPT setepat mungkin sehingga dapat mengurangi tekanan dalam jaringan distribusi,
tetapi tidak kurang dari tekanan yang diperlukan.
ii. BPT ditempatkan pada lokasi sedemikian sehingga tekanan pipa tidak lebih besar dari 100 m
pada setiap node.
iii. Tempatkan BPT sebelum tempat yang curam sehingga dapat menjamin operasi hidrolis yang
baik (smooth).
b. Booster Pump
Penempatan booster pump harus sedemikian rupa sehingga tinggi tekanan pada node paling rendah
atau sama dengan 10 m.
4. Perhitungan hidrolis
Jika pada sistem terdapat BPT (Gambar 3.150), booster pump (Gambar 3.151), reservoir kecil (Gambar
3.152), maka perhitungan hidrolis dilakukan terpisah.
Perhitungan hidrolis dilakukan dengan menggunakan formulir seperti dapat dilihat pada Tabel 3.53,
sesuai prosedur berikut:
a. Kolom 1
Tentukan nomor node awal dan nomor node akhir sesuai Gambar 3.50. Masukkan nomor node
dimulai dari sumber air, BPT, booster pump, atau reservoir.
b. Kolom 2
Tentukan kapasitas aliran pipa sesuai Gambar 3.151.
c.
Kolom 3
Buat seleksi awal dari diameter pipa sesuai dengan tabel berikut dan catat hasil seleksi pada kolom
3.
Catatan: diameter pipa yang tertera pada tabel merupakan pendekatan. Kesesuaian diameter luar
untuk pipa PVC dapat dilihat pada Tabel 3.53.
160
Diameter (mm)
0,025
0,075
0,15
0,5
0,8
2,5
13
20
25
40
50
75
d. Kolom 4
Menunjukkan panjang pipa sesuai Gambar 3.139.
e. Kolom 5
Menunjukkan kehilangan tekanan (head loss) per meter panjang pipa (I) yang diperoleh dari Tabel
3.53. Dalam menggunakan tabel, selalu pakai kapasitas aliran yang lebih besar atau sama dengan
kapasitas aliran yang sebenarnya.
f.
Kolom 6
Menunjukkan kehilangan tekanan per bagian pipa yang dihitung dengan mengalikan L (kolom 4)
dengan I (kolom 5).
g. Kolom 7
Menunjukkan pertambahan kehilangan tekanan dalam aliran node dimana pertambahan ini dihitung
dari kolom 6. Dimulai dari titik pelayanan sampai akhir dari percabangan.
h. Kolom 8
Menunjukkan tinggi titik node akhir setiap bagian pipa diambil dari peta kota.
i.
Kolom 9
Perhitungan tinggi tekan pada titik node akhir setiap bagian pipa yang dihitung sebagai berikut:
Dengan awal bagian pipa, tinggi tekan dimulai sama dengan ketinggian muka sumber air (bila
gravitasi) atau BPT, tinggi tekanan pompa distribusi (bila perpompaan) sebagainya. Dalam contoh
ini berupa aliran gravitasi. Untuk node akhir dari bagian pipa dihitung dengan cara mengurangkan
tinggi tekan (head) node awal bagian pipa tersebut dengan kehilangan tekanan sepanjang pipa itu
(kolom 6).
161
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Debit
Diameter
(mm)
Panjang
(m)
Gradien
hidrolis
(m/m)
Kehilangan
tekanan
(m)
Kehilangan
tekanan
kumulatif
(m)
Elevasi
(m)
Pipa
(m)
Sisa tekan
(m)
Catatan
Tabel 3.54
PERHITUNGAN HIDROLIS
(3)
DESAIN PIPA
Bagian
pipa
(2)
SISTEM:
(1)
Gambar 3.167
Gambar 3.168
Arah Aliran dan Diameter Pipa
M u k a A ir
H1
M a ta A ir
H1
H2
K e h ila n g a n A ir
H3
1
H2
H3
Muka Air
H1
H2
Kehilangan Air
H3
H2
H3
TH
H1
2
1
Pompa
Gambar 3.169
Ilustrasi Perhitungan Sisa Tekan pada Jaringan Perpipaan
j.
Kolom 10
Hitung sisa tekan (residual head) dengan mengurangkan kolom 9 oleh kolom 8. Setelah lengkap
perhitungan pada putaran pertama, ikuti prosedur berikut:
i. Sistem gravitasi
Jika satu atau lebih pada kolom 10 mempunyai nilai kurang dari 10 m, perbesar diameter
dengan satu atau lebih bagian pipa, ulangi perhitungan pada lembar baru, dimulai dari
kolom 5.
Bila semua node mempunyai tinggi tekanan (head) lebih besar dari 10 m, perkecil salah
satu diameter atau lebih. Ulangi prosedur perhitungan pada lembar baru, dimulai dari kolom
5, sampai diperoleh sisa tekan terendah mendekati 10 m (tetapi tidak lebih kecil dari 10 m).
Pilih node yang mempunyai sisa tekan terkecil (nilai dari kolom 10)
Kurangi atau tambahkan TH sehingga sisa tekan pada node itu sama dengan 10 m
Hitung kembali nilai kolom 10 keseluruhan sesuai dengan TH yang sesuai langkah
sebelumnya
Periksa sisa tekan pada node terakhir, dan perkecil diameter dari satu atau lebih bagian pipa
sehingga sisa tekan sedapat mungkin mendekati 10 m tetapi tidak lebih kecil.
Pemeriksaan terakhir dianjurkan dengan menyiapkan gambar profil dan hidrolis sepanjang
jalur transmisi dan poros utama dari jaringan distribusi (lihat sketsa di bawah ini).
Periksa apakah sisa tekan sama dengan atau lebih 10 m pada setiap node. Jika gradien
hidrolis memperlihatkan perubahan yang tiba-tiba, ganti diameter pipa dan ulangi
perhitungan hidrolis sampai mendapatkan gradien yang lebih halus (smooth).
165
NODE
Tinggi Muka Tanah
(m)
9.12
Tekanan
(m)
10.6
Panjang Pipa
(m)
8.06
16.8
423
7.15
6.96
22.7
305
18.4
403
Gambar 3.170
Ilustrasi Profil dan Garis Hidrolis Jaringan Perpipaan
5. Diameter akhir
Setelah semua perhitungan selesai, untuk pipa transmisi sesuaikan diameter pipa seperti pada tabel
berikut. Hal ini supaya pipa transmisi dapat mencukupi kapasitas untuk keperluan 10 tahun mendatang.
Kapasitas
5.0
2.5
6. Spesifikasi Teknis
Dalam rangka menjamin kualitas pelaksanaan pembangunan prasarana air bersih supaya diperoleh
tepat mutu dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, maka pengadaan pipa mengikuti ketentuan
sebagai berikut:
B.
Untuk pipa PVC, sesuai standar SNI 03-6419-2000/SII-0344-1982, klas pipa S-12,5 dengan tekanan
kerja minimal 8 bar
Untuk pipa HDPE, sesuai standar SNI 06-4829-1998-A/ISO 4427.96, klas pipa SDR-17 (S-8) dengan
tekanan kerja minimal 8 bar
Untuk pipa galvanis (GIP), menggunakan klas medium dengan tekanan kerja minimal 8 bar
Perpompaan
1. Kriteria Perencanaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kecepatan aliran air dalam pipa hisap kurang atau sama dengan 1 m/detik
Kecepatan aliran air dalam pipa tekan kurang atau sama dengan 2 m/detik
Kecepatan aliran air dalam pipa header kurang atau sama dengan 3 m/detik
Kehilangan tekanan pada pipa kurang dari 5 m/km
Memiliki sarana pengaman untuk mengghindari kerusakan
Memiliki alat pengatur kapasitas aliran air
Memiliki sarana untuk perawatan dan perbaikan
Jumlah pompa sesuai dengan kapasitas instalasi dan memperhatikan faktor kontinuitas operasi
Jenis sudu pompa sesuai dengan kualitas air
Tipe pompa sesuai dengan penggunaannya
Diameter pipa hisap dan tekan sesuai dengan pompa yang dibutuhkan
Mampu beroperasi pada kapasitas dan tekanan (head) yang ada untuk jangka waktu yang
direncanakan
6. Tersedia di pasaran
7. Mudah operasi dan perawatannya
166
Pemilihan jenis pompa didasarkan pada kualitas air yang ditangani oleh pompa tersebut. Jenis pompa
untuk kualitas air tertentu dapat dilihat pada Tabel 3.55 dan Tabel 3.56.
Tabel 3.55 Pemilihan Jenis Pompa Air Baku Sumber Air Permukaan
Tipe Pompa
Air
Permukaan
Non-clogging submersible
karena fluktuasi muka air
tinggi
Vortex
Abrasif
Viskositas tinggi
Shrouded channel
Serat panjang
Serat panjang
Viskositas tinggi
Sampah
Viskositas tinggi
Open impeller
Axial
Air Tanah
Dalam
Material Padat
(Terbawa)
Bentuk Impeler
Sentrifugal impeller
Aliran campur
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
Tabel 3.56
Instalasi
Fluida
Distribusi/Booster
Air Bersih
Jenis Pompa
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
3. Prosedur Perhitungan
Perencanaan jenis dan kapasitas pompa yang dibutuhkan dilakukan sesuai prosedur seperti pada
Gambar 3.154 berikut.
167
Data
masukan
Jenis/tipe pompa
Perancangan
instalasi
Perhitungan
tekanan (head)
Tidak
1. Kualitas air
2. Sumber air
3. Kapasitas
Pembubuh
1. Kapasitas
1. Sistem pembubuh
2. Kapasitas
Meliputi:
1. Tekanan statis
3. Tekanan yang diperlukan
2. Tekanan kerugian
4. Tekanan pompa
Pengecekan
daerah kerja
pompa
Ada
Perhitungan daya
Spesifikasi
pompa
Daya fluida
Daya penggerak
Keluaran:
Jumlah (operasi, cadangan)
Jenis
Putaran
Daya
Penggerak
Selesai
Gamber 3.171
Prosedur perencanaan pemilihan jenis dan kapasitas pompa
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98) , Departemen Pekerjaan Umum
4. Perancangan Instalasi
Pada tahap ini dilakukan perancangan instalasi yang meliputi:
Penentuan jumlah pompa
Penentuan diameter pipa
Penentuan komponen perpipaan
Penentuan dilakukan dengan menggunakan tabel-tabel yang telah tersedia seperti pada Tabel 3.57,
Tabel 3.58, Tabel 3.59 dan Tabel 3.60.
168
Tabel 3.57 Pemilihan Diameter Pipa Discharge, Reducer dan Header Instalasi Perpompaan Air
Baku Sumber: Air Permukaan
No.
Kapasitas
Unit Produksi
Kapasitas Pompa
per Unit
Discharge
Diameter
Diameter
Diameter
L/det
L/det
inchi
mm
mm
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
0
5
10
50
80
150
200
300
500
800
1000
5
10
50
80
150
200
300
500
800
1000
1200
0
2,5
5
25
40
75
100
150
250
400
5000
2,5
5
25
40
75
100
150
250
400
500
800
Difuser
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
50
55
80
100
150
200
200
250
300
350
500
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Header
55
100
150
180
200
250
250
300
350
400
700
65
150
200
250
300
400
500
500
500
500
1000
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
Tabel 3.58 Pemilihan Diameter Pipa Discharge dan Header Instalasi Perpompaan Sumur
Dalam Deep Well Submersible Pump
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kapasitas
Unit Produksi
Discharge
Diameter
Diameter
Diameter
L/det
in
mm
mm
0
5
7,5
10
15
25
40
5
7,5
10
15
25
40
75
Reducer
2
2,5
3
4
5
5
8
80
80
80
80
100
150
x
x
x
x
x
x
Header
50
80
150
150
150
200
250
80
150
150
150
200
250
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kebutuhan pompa air baku adalah:
Difuser pada prinsipnya sama dengan reducer (yang berbeda hanya pada arah aliran)
Diameter pada pipa discharge sesuai dengan aplikasi pompa
Diameter difuser dirancang atas dasar kecepatan air kurang dari 3 m/det
Diameter header dirancang atas dasar kecepatan air dalam pipa kurang dari 2,5 m/det
Tabel 3.59 Pemilihan Diameter Pipa Discharge, Reducer dan Header Instalasi Perpompaan Distribusi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Kapasitas
Unit Produksi
Jumlah
Pompa
Kapasitas
Pompa
Pipa
Hisap
Diameter
Reducer
Diameter
Suction
Diameter
Discharge
Diameter
Difuser
Diameter
Header
L/det
Unit
L/det
mm
mm
mm
mm
mm
mm
50
65
80
100
125
150
200
200
250
250
250
250
250
32
50
65
80
100
125
150
200
250
250
300
300
300
0
8
14
20
48
80
90
120
200
300
400
500
750
8
14
20
48
80
90
120
200
300
400
500
750
1000
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
0
4
7
10
23
30
45
60
100
180
200
166.7
187.5
4
7
10
23
30
45
60
100
180
200
250
250
250
100
150
200
250
300
400
400
500
500
600
600
700
900
100
150
200
250
300
400
400
500
500
600
600
700
900
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
50
65
80
100
125
150
200
200
250
250
250
250
250
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
169
32
50
65
80
100
125
150
200
250
250
300
300
300
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
65
80
100
150
150
200
200
250
300
400
500
600
700
100
150
200
250
300
300
400
400
500
500
600
900
1000
Tabel 3.60 Pemilihan Diameter Pipa Discharge, Reducer dan Header Instalasi Perpompaan
Distribusi Centrifugal Double Suction
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kapasitas
Unit Produksi
Jumlah
Pompa
Kapasitas
Pompa
Pipa
Hisap
Diameter
Reducer
Diameter
Suction
Diameter
Discharge
Diameter
Difuser
Diameter
Header
Lt/det
Unit
Lt/det
mm
mm
mm
mm
mm
mm
300
350
400
450
500
250
250
300
350
400
350
450
650
900
1100
450
650
900
1100
2000
2
2
2
2
2
17.5
4
7
10
23
4
7
10
23
30
500
600
700
800
900
500
800
700
800
900
x
x
x
x
x
300
350
400
450
500
250
250
300
350
400
x
x
x
x
x
500
600
7000
800
900
600
700
800
900
1000
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kebutuhan pompa sentrifugal adalah:
(38)
dengan pengertian:
HI =
hlp =
hlt =
(39)
dengan pengertian:
HL
f
L
D
V
g
=
=
=
=
=
=
(40)
k
V
g
=
=
=
faktor kerugian
kecepatan aliran (m/detik)
percepatan gravitasi (m/detik2)
Kehilangan tekanan pada perlengkapan pipa untuk kapasitas tertentu dapat dilihat pada Tabel 3.60.
Tabel 3.61 Kehilangan Tekanan pada Pipa, Valve dan Bend
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Aliran
dlm pipa
(L/det)
Diameter
pipa
(mm)
1
2.5
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
60
70
80
90
100
125
150
200
250
300
400
500
600
700
800
900
1000
1200
1500
2000
65
80
100
150
150
200
200
200
250
250
250
250
300
300
300
400
400
400
400
500
500
500
600
600
700
700
800
800
800
900
1000
1000
Kehil.
tekanan
pada pipa
per km
(mka/km)
1.9
4.0
5.0
2.5
5.5
2.2
3.5
5.1
2.2
2.9
3.5
4.5
2.5
3.5
4.5
1.3
1.7
2.6
3.7
2.2
3.4
4.8
3.4
5.4
3.5
4.8
3.2
4.1
5.0
4.0
3.7
6.6
Kehilangan tekanan
pada katup (valve)
Gate
mka
0.001
0.003
0.003
0.002
0.004
0.002
0.003
0.004
0.002
0.003
0.003
0.004
0.002
0.003
0.004
0.002
0.002
0.003
0.004
0.002
0.003
0.004
0.003
0.005
0.004
0.005
0.004
0.005
0.006
0.005
0.006
0.010
Check
mka
0.001
0.003
0.004
0.003
0.007
0.004
0.006
0.009
0.005
0.007
0.009
0.011
0.007
0.010
0.013
0.005
0.006
0.010
0.015
0.011
0.017
0.024
0.020
0.032
0.025
0.034
0.026
0.033
0.041
0.036
0.037
0.066
45
mka
90
mka
0.0007
0.0020
0.0032
0.0025
0.0057
0.0032
0.0050
0.0072
0.0040
0.0052
0.0066
0.0062
0.0057
0.0077
0.0101
0.0046
0.0050
0.0078
0.0111
0.0052
0.0126
0.0164
0.0158
0.0247
0.0192
0.0261
0.0200
0.0253
0.0132
0.0261
0.0266
0.0511
0.0016
0.0041
0.0066
0.0052
0.0116
0.0066
0.0104
0.0149
0.0063
0.0109
0.0136
0.0170
0.0116
0.0161
0.0210
0.0064
0.0104
0.0152
0.0233
0.0170
0.0266
0.0362
0.0326
0.0512
0.0396
0.0542
0.0415
0.0525
0.0643
0.0683
0.0696
0.1062
0.0059
0.0160
0.0262
0.0267
0.0467
0.0262
0.0410
0.0591
0.0329
0.0430
0.0544
0.0672
0.0457
0.0635
0.0630
0.0332
0.0410
0.0641
0.0923
0.0572
0.1060
0.1512
0.1296
0.2025
0.1574
0.2143
0.1641
0.2076
0.2563
0.2304
0.2362
0.4200
Kehil.
tekanan pd
pipa-T (m)
Kehil.
tekanan pd
reducer (m)
0.004
0.010
0.017
0.013
0.030
0.017
0.026
0.037
0.021
0.027
0.034
0.042
0.030
0.040
0.052
0.021
0.026
0.041
0.056
0.042
0.066
0.096
0.062
0.126
0.100
0.135
0.104
0.131
0.162
0.145
0.149
0.266
0.006
0.015
0.025
0.020
0.044
0.025
0.039
0.056
0.031
0.041
0.052
0.064
0.044
0.060
0.079
0.032
0.039
0.061
0.056
0.064
0.100
0.143
0.123
0.192
0.149
0.203
0.156
0.197
0.243
0.219
0.224
0.395
Catatan:
Kehilangan tekanan pada pipa adalah kehilangan tekanan per satuan panjang
(41)
dengan pengertian:
Hreq =
HS =
HI =
Q1 =
Q2 =
Perhitungan tekanan yang diperlukan sebaiknya menggunakan grafik yang dibuat berdasarkan
persamaan di atas.
(5) Tekanan Pompa
Tekanan pompa yang disediakan harus lebih besar daripada tekanan yang diperlukan.
171
(42)
dengan pengertian:
P
g
Q
H
n
SF
=
=
=
=
=
=
=
Daya pompa (dalam kWatt) untuk berbagai kapasitas dan tekanan pompa dapat dilihat pada Tabel 3.61
dan Tabel 3.62. Contoh perhitungan daya pompa dapat dilihat pada Lampiran8.
Tabel 3.62 Daya Pompa Intake (kW) untuk Berbagai Kapasitas dan Tekanan Pompa
Kapasitas
L/det)
Efisiensi
1
2.5
5
10
15
20
15
20
25
30
35
40
45
50
60
70
80
90
100
125
150
200
250
300
400
500
600
700
800
900
1000
0.3
0.35
0.35
0.4
0.4
0.4
0.4
0.45
0.45
0.45
0.45
0.45
0.55
0.55
0.55
0.55
0.55
0.72
0.72
0.72
0.72
0.72
0.72
0.72
0.78
0.78
0.78
0.82
0.82
0.82
0.82
10
15
20
25
0.4
0.9
1.8
3.2
4.8
6.4
4.8
5.7
7.1
8.5
9.9
11.3
10.4
11.6
13.9
16.2
18.5
15.9
17.7
22.1
26.5
35.4
44.2
53.1
65.3
81.7
98.0
108.8
124.3
139.8
155.4
0.6
1.4
2.7
4.8
7.2
9.6
7.2
8.5
10.6
12.7
14.9
17.0
15.6
17.4
20.8
24.3
27.8
23.9
26.5
33.2
39.8
53.1
66.4
79.6
98.0
122.5
147.0
163.1
186.4
209.7
233.0
0.8
1.8
3.6
6.4
9.6
12.7
9.6
11.3
14.2
17.0
19.8
22.6
20.8
23.2
27.8
32.4
37.1
31.9
35.4
44.2
53.1
70.8
88.5
106.2
130.7
163.3
196.0
217.5
248.6
279.7
310.7
1.1
2.3
4.6
8.0
11.9
15.9
11.9
14.2
17.7
21.2
24.8
28.3
26.1
29.0
34.7
40.5
46.3
39.8
44.2
55.3
66.4
88.5
110.6
132.7
163.3
204.2
245.0
271.9
310.7
349.6
388.4
Tekanan (m)
30
1.3
2.7
5.5
9.6
14.3
19.1
14.3
17.0
21.2
25.5
29.7
34.0
31.3
34.7
41.7
48.6
55.6
47.8
53.1
66.4
79.6
106.2
132.7
159.3
196.0
245.0
294.0
326.3
372.9
419.5
466.1
35
40
45
50
1.5
3.2
6.4
11.1
16.7
22.3
16.7
19.8
24.8
29.7
34.7
39.6
36.5
40.5
48.6
56.8
64.9
55.7
61.9
77.4
92.9
123.9
154.8
185.8
228.7
285.8
343.0
380.6
435.0
489.4
543.8
1.7
3.6
7.3
12.7
19.1
25.5
19.1
22.6
28.3
34.0
39.6
45.3
41.7
46.3
55.6
64.9
74.1
63.7
70.8
88.5
106.2
141.6
176.9
212.3
261.3
326.7
392.0
435.0
497.2
559.3
621.5
1.9
4.1
8.2
14.3
21.5
28.7
21.5
25.5
31.9
38.2
44.6
51.0
46.9
52.1
62.5
73.0
83.4
71.7
79.6
99.5
119.4
159.3
199.1
238.9
294.0
367.5
441.0
489.4
559.3
629.2
699.1
2.1
4.6
9.1
15.9
23.9
31.9
23.9
28.3
35.4
42.5
49.5
56.6
52.1
57.9
69.5
81.1
92.7
79.6
88.5
110.6
132.7
176.9
221.2
265.4
326.7
408.3
490.0
543.8
621.5
699.1
776.8
Catatan:
Besaran standar yang digunakan: konstanta gravitasi = 9,8 m/detik2 dan massa jenis air = 1000 kg/m
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
172
Tabel 3.63
Kapasitas
Efisiensi
L/det
1
2.5
5
7.5
10
12.5
15
17.5
20
25
30
35
40
45
50
62.5
75
100
125
150
200
250
300
0.3
0.49
0.65
0.7
0.73
0.75
0.75
0.8
0.8
0.81
0.82
0.8
0.82
0.82
0.82
0.82
0.83
0.84
0.84
0.84
0.88
0.7
0.71
Daya Pompa Distribusi (kW) untuk Berbagai Kapasitas dan Tekanan Pompa
10
15
0.4
0.7
1
1.4
1.7
2.1
2.5
2.8
3.2
3
4.7
5.6
6.2
7
7.6
9.7
11.5
15.2
19
22.8
29.1
45.5
53.6
0.6
1
1.5
2
2.6
3.2
3.8
4.2
4.8
5
7
8.4
9.3
10.6
11.7
14.6
17.3
20.6
20.4
34.1
43.7
66.3
60.7
20
25
30
35
40
Tekanan (m)
45
50
55
0.8
1.1
1.3
1.5
1.7
1.9
2.1
2.3
1.3
1.6
2
2.3
2.8
2.9
3.3
3.6
2
2.5
2.9
3.4
3.9
4.4
4.9
5.4
20.7
3.4
4.1
4.8
5.5
6.1
6.8
7.5
3.5
4.4
5.2
6.1
7
7.9
8.7
9.6
4.2
5.3
6.4
7.4
8.5
9.6
10.6 11.7
5.1
6.4
7.6
8.9
10.2 11.5 12.7
14
5.6
7
8.4
9.8
11.1 12.5 13.9 15.3
6.4
8
9.6
11.1 12.7 14.3 15.9 17.5
7.9
9.5
11.6 13.8 15.7 17.7 19.7 21.6
9.3
11.7
14
16.3 18.6
21
23.3 25.6
11.1
13
16.7 19.6 22.3 25.1
27
30.7
12.4 15.5 18.6 21.6
24
28
31.1 34.2
14
17.5
21
24.5
26
31.5
35
38.5
15.5 19.4 23.3 27.2 31.1
35
36
42.7
19.4 24.3 29.1
34
38.6 43.7 40.6 53.4
23
30.5 34.5 40.3
46
51.8 57.6 63.3
30
37.9 45.5 53.1 60.7 66.3 75.6 83.4
37.9 47.4 56.9 66.4 70.8 85.3 94.8 104.3
45.5 56.9 68.3 79.6
91
102.4 113.8 125.1
58.2 72.8 87.4 101.9 116.5 131 145.6 160.2
91
113.8 136.5 159.3 182 204.8 227.5 250.3
107.7 134.6 161.5 188.4 215.3 242.2 269.2 296.1
60
65
70
2.5
3.9
5.9
8.2
10.5
12.7
15.3
16.7
19.1
23.6
28
33.4
37.3
41.9
46.6
58.3
69.1
91
113.8
136.5
174.7
273.1
323
2.8
4.2
6.4
8.9
11.3
13.8
16.6
18.1
20.7
25.6
30.3
36.2
40.4
45.4
50.5
63.1
74.8
98.6
123.2
147.9
189.3
295.8
349.9
3
4.6
6.9
9.6
12.2
14.9
17.8
19.5
22.3
27.5
32.6
39
43.5
48.9
54.4
68
80.6
106.2
132.7
159.3
203.8
318.5
376.8
75
80
3.2
3.4
4.9
5.2
7.4
7.8
10.2 10.9
13.1
14
15.9
17
19.1 20.4
20.9 22.3
23.9 25.5
29.5 31.5
35
37.3
41.8 44.6
46.6 49.7
52.4 55.9
58.3 62.1
72.8 77.7
86.3 92.1
113.8 121.3
142.2 151.7
170.6 182
218.4 233
341.3 364
403.7 430.6
85
2.1
5.5
4.9
6.8
8.7
10.6
12.7
13.9
15.9
19.7
23.3
27.9
31.1
35
38.8
48.6
57.6
75.6
94.6
113.6
145.6
227.5
269.2
Catatan:
Besaran standar yang digunakan: konstanta gravitasi = 9,8 m/detik2 dan massa jenis air = 1000 kg/m
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
3.5.4
A.
UNIT PELAYANAN
1. Definisi
HU adalah cara pelayanan air bersih yang transportasi airnya dilakukan dengan sistem perpipaan,
sedangkan pendistribusian kepada masyarakat melalui tangki HU, air minumnya dapat berasal dari PDAM
atau tapping dari sumber air lainnya (misalnya SiPAS-mata air, SiPAS-sumur dalam, SiPAS-instlasi
penjernihan air sederhana, dll).
Dipilih jika daerah pelayanan berada sekitar 3 Km dari jaringan distribusi PDAM dan atau sumber air minum
lainnya selama tersedia kapasitas dan tekanan. Kemungkinan biaya investasi sekitar Rp 150.000,- per
kapita.
Dalam lingkup program ini, pemanfaatan air minum oleh masyarakat disalurkan melalui pelayanan Hidran
Umum (HU).
2. Komponen Hidran Umum
Komponen modul hidran umum terdiri dari:
a. jaringan perpipaan (PVC, PE, GIP dll)
b. tangki hidran umum kapasitas 3 m, 2 m, 1 m (sesuai kebutuhan)
c. bila perlu dapat dibangun booster pump
d. perlengkapan lainnya (bila diperlukan sesuai dengan situasi/kondisi) antara lain berupa gerobak
dorong, jerigen air 20 lt dan 10 lt.
3. Kriteria Desain
a. Diasumsikan 1 (satu) Hidran Umum (HU) ukuran volume 3 m3 melayani + 300 jiwa atau 60 KK
(asumsi I KK = 5 jiwa)
b. Untuk HU dengan ukuran volume 2 m3 atau 1 m3, jumlah tangki yang dibutuhkan disesuaikan
dengan pelayanan yang direncanakan
173
c. Jumlah HU yang diperlukan di suatu daerah pelayanan ditentukan berdasarkan parameterparameter berikut:
d. jumlah jiwa yang akan dilayani
e. kapasitas produksi air bersih
4. Ketentuan Teknis
a. Tangki hidran umum dapat terbuat dari bahan fiberglass, polyethylene (PE), pasangan batu bata,
kayu ulin (kedap air), plastik, atau bahan lainnya sesuai dengan kondisi setempat.
b. Ketinggian hidran umum terhadap permukaan tanah minimum 60 cm
c. Tebal dinding tangki umum dan bahan fiberglass untuk volume 3 m3 adalah 5 mm dan untuk
volume 2 m3 adalah 4 mm
d. Dimensi hidran umum, serta kelengkapan aksesori seperti terlihat pada Tabel 3.64 berikut:
Tabel 3.64 Dimensi Tangki Hidran Umum dari Fiberglass
No.
Volume
Ukuran
3
3 m (mm)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Lebar atas
Lebar bawah
Tinggi
Lubang pemeriksa dan penutup
pipa inlet
pipa outlet
pipa ventilasi
1.900
2.100
1.100
600
25
19
17
2 m3 (mm)
1.800
1.700
1.100
600
25
19
19
Fitting dan asesories harus terbuat dari bahan yang memiliki karakteristik dan kekuatan yang
sama atau lebih baik dari bahan pipa yang digunakan.
2. Tangki Hidran Umum
terbuat dari bahan fiber glass (FG), atau bahan polytylene (PE) atau pasangan batu bata atau
kayu ulin (kedap air), dll
tebal plat minimal 5 mm
1 paket modul HU terdiri dari 3 tangki penampungan air kapasitas @ 3 m dan terhadap
digunakannya tangki ukuran 2 m atau 1 m maka jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Perlengkapan lainnya (optional), antara lain:
gerobak dorong air terbuat dari rangka besi siku (1 tHU terdapat 2 buah gerobak dorong)
roda gerobak dilengkapi dengan ban hidup dan dapat memuat 4 buah jerigen @ 20 lt
jerigen air kapasitas 20 lt dan 10 lt (1 tHU terdapat 8 buah jerigen 20 lt dan 8 buah jerigen 10
lt)
b. Pelaksanaan Konstruksi
1. Pemasangan pipa dan tangki hidran umum dilakukan bersama masyrakat dibawah pengawasan
tenaga ahli/pendamping teknis/PDAM dan atau dilaksanakan oleh bahan usaha yang mempunyai
sertifikasi bidang perpipaan air dan limbah
2. Pekerjaan yang dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat seperti: penggalian/urugan tanah,
pembuatan konstruksi tangki penampung air, perlintasan pipa, pemasangan pipa, pembuatan
broncaptering, dll. Harus dilaksanakan dibawah pengawsan tenaga ahli/pendamping teknis/PDAM
3. Pondasi tangki hidran umum (tHU) dibuat sesuai persyaratan konstruksi pasangan batu atau dapat
disesuaikan dengan kondisi setempat selama memenuhi persyaartan kekuatan.
Sumber: Tata Cata Pemasangan Hidran Umum (AB-D/LW/TC/015/98), Departemen Pekerjaan Umum
175
Gambar 3.173
Denah Hidran Umum
176
177
178
Gambar 3.177 Distribusi air dari mata air melalui 1 unit HU secara gravitasi
Gambar 3.178 Distribusi air dari mata air melalui 2 unit HU secara gravitasi
179
Gambar 3.179 Distribusi air dari mata air melalui 3 unit HU secara gravitasi
Gambar 3.180 Distribusi air dari mata air melalui 4 unit HU secara gravitasi
180
Gambar 3.181 Distribusi air dari mata air melalui 4 unit HU secara gravitasi
181
Sistem ini dapat dipergunakan untuk SPAM sederhana yang memiliki potensi pengaliran secara gravitasi, misalnya dengan sumber dari mata air,
SiPAS, sumur bor
TIPE
JUMLAH
MODUL
KK
JUMLAH
Kapasitas
Waktu
JUMLAH
Diameter
PDDK
Unit
Produksi
Antrian
HU
Pipa
Air
Transmisi
( Jiwa )
( lt/dt )
(Menit)
( Unit )
( mm )
Head Min
(m) untuk
Pjg Pipa
Beda
Elevasi
Antar HU 0
meter
L=
L=
2000 1000
m
m
SPAMD
5
25
0.10
15
50
SPAMD
10
10
50
0.20
15
50
SPAMD
20
20
100
0.40
15
75
SPAMD
30
SPAMD
40
SPAMD
50
30
40
50
150
200
250
0.60
0.80
1.00
15
15
15
75
75
75
Sumber : Perhitungan
182
Head Min
(m) untuk
Pjg Pipa
Beda
Elevasi
Antar HU
10 meter
L=
L=
2000 1000
m
m
17
28
30
32
15
26
28
34
Head Min
(m) untuk
Pjg Pipa
Beda
Elevasi
Antar HU
20 meter
L=
L=
2000 1000
m
m
27
52
57
62
Keterangan
25
50
2 HU pada
elevasi
yang di
asumsikan,
1 HU pada
elevasi 0
55
2 HU pada
elevasi
yang di
asumsikan,
2 HU pada
elevasi 0
60
2 HU pada
elevasi
yang di
asumsikan,
3 HU pada
elevasi 0
B.
1. Definisi
SRM adalah cara pelayanan air minum dari sistem perpipaan melalui sambungan langsung ke rumah yang
airnya berasal dari sistem jaringan PDAM. Pelaksanaan dan pendanaannya dilakukan melalui kerjasama
antara DAK dengan Pemda/PDAM. Dipilih jika daerah pelayanan berada sekitar 3 Km dari jaringan distribusi
PDAM selama masih tersedia kapasitas dan tekanan.
2. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis sambungan rumah murah adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
C.
Dalam rangka menjamin kualitas pelaksanaan program pengembangan SPAM Sederhana agar tepat
mutu dan dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan, maka pengadaan pipa dan assesories
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
i. untuk pipa PVC sesuai standar SNI 06-0084-1987-A/SII-0344-1982, klas pipa S-12,5 dengan tekan
kerja minimal 8 bar
ii. untuk pipa PE sesuai standar SNI 06-4829-1998/ISO 4427.96 klas pipa SDR-17 (S-8) dengan
tekanan kerja minimal 8 bar
iii. untuk pipa galvanis (GIP) menggunakan klas medium dengan tekanan kerja nominal sebesar 10
bar
Penyambungan pipa PVC dengan menggunakan sistem cincin karet (rubber ring) khusus untuk
diameter 2 inchi (63 mm) dan lebih ekcil dapat menggunakan sistem sambungan lem PVC (solvent
cement), untuk pipa PE menggunakan fiting PE (compression fitting) atau pengelasan (butt fusion
welding)
Perubahan rah (traser) jalur pipa vertikal dan horisontal harus dilakukan dengan menggunakan
assesories belokan yang sesuai (untuk belokan 90 harus menggunakan long bend dan atau dengan
menggunakan bend ukuran 2 x 45 dengan panjang pipa diantaranya disesuaikan kondisi belokan
jalan)
Belokan arah aliran pipa, penyambungan pada perkecilan/perbesaran diameter pipa dll tidak boleh
dilakukan dengan cara pemanasan dan tidak dibenarkan ditanam di dalam dinding beton.
Fitting dan asesories harus terbuat dari bahan yang memiliki karakteristik dan kekuatan yang sama
atau lebih baik dari bahan pipa yang digunakan.
Terminal Air (TA)
1. Definisi
TA adalah cara pelayanan air minum yang transportasi airnya dilakukan dengan mobil tangki air sedangkan
pendistribusian kepadamasyarakat melalui tangki terminal air (tTA), air minumnya dapat berasal dari PDAM
atau dari sumber air lainnya (SiPAS-mata air, SiPAS-sumur dalam, SiPAS-IPAS).
a.
b.
Dipilih jika daerah pelayanan berada 3 10 Km dari jaringan distribusi PDAM dan atau terdapat sumber
air minum lainnya yang layak digunakan
1 modul terminal air dengan biaya Rp 250.000.000,- mampu melayani sekitar 1000 jiwa, dengan
demikian biaya investasi Rp 250.000,- per kapita.
3. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis Terminal Air (TA) adalah sebagai berikut:
a. Bahan
1.
Mobil Tangki
i. kapasitas minimal 3 m dengan perlengkapan standar (pompa, slang dll)
ii. tenaga mesin mobil minimal 135 Ps
183
3.
b. Pelaksanaan konstruksi
1.
Terhadap pekerjaan yang sifatnya mudah dilaksanakan bersama masyarakat dibawah pengawasan
tenaga ahli/pendamping teknis/PDAM dan atau dilaksanakan oleh badan usaha yang mempunyai
sertifikasi bidang perpipaan air dan limbah
2.
Pekerjaan yang dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat, seperti: penggalian/urugan tanah,
pembuatan konstruksi tangki penampung air, perlintasan pipa, pemasngan pipa, pembuatan
bronkaptering, dll. Harus dilaksanakan dibawah pengawasan tenaga ahli/pendamping teknis/PDAM
3.
Pondasi tag Terminal Air (tTA) dibuat sesuai persyaratan konstruksi pasangan batu atau dapat
disesuaikan dengan kondisi setempat selama meemnuhi persyaratan kekuatan
4.
Pengadaan mobil tangki dilaksanakan oleh badan usaha yang mempunyai sertifikasi pengadaan sub
bidang kendaraan bermotor dan tangki air.
184
BAB IV
KEBUTUHAN BAHAN PERMODUL
4.1
Jenis Bahan
Satuan
Volume
Semen
Zak
15
Pasir Urug
M3
0,60
Pasir Pasang
2,50
Pasir beton
M3
1,5
Kerikil
M3
0.5
Batu Kali
Batang
12
Besi Beton 6 mm
Batang
Paku
Kg
10
Kawat Beton
Kg
11
Kayu Bekisting
0,2
12
Batang
13
Buah
Jenis Bahan
Satuan
Volume
Semen
Zak
20
Pasir Urug
M3
1,2
Pasir Pasang
Pasir beton
M3
2,2
0,8
Kerikil
Batu Kali
2,2
Batu Bata
Buah
800
Batang
18
Besi Beton 6 mm
Batang
14
10
Paku
Kg
11
Kawat Beton
Kg
10
12
Kayu Bekisting
M3
0,5
13
Batang
14
Pipa GIP
Batang
15
Buah
4
185
No
Jenis Bahan
Satuan
Volume
16
Tee GIP 3
Buah
17
Kran dia.
Buah
18
Buah
19
Buah
4.2
UNIT PRODUKSI
Jenis Bahan
Volume
Satuan
Tipe II A
Tipe II B
Tipe II C
Semen
Zak
15
30
40
Pasir Urug
M3
0,64
1,17
1,42
Pasir Pasang
M3
2,85
3,6
4,20
Pasir beton
M3
1,5
Kerikil
M3
0.5
0,8
1,2
Batu Kali
M3
2,2
3,00
3,40
Batu Bata
Buah
600
900
1050
Batang
15
25
35
Besi Beton 6 mm
Batang
11
16
22
10
Paku
Kg
10
11
Kawat Beton
Kg
10
15
20
12
Kayu Bekisting
M3
0,3
0,6
0,8
13
Batang
14
Pipa GIP
Batang
15
Buah
16
Tee GIP 3
Buah
17
Kran dia.
Buah
18
Buah
19
Buah
186
Komponen
Satuan
Bahan
1
2
3
Intake
Sumur pengumpul
Pompa
Dudukan kayu
Tangki
SKNT
(Saringan
Kasar Naik Turun)
SPL
Batu
Volume
Batang
Unit
Buah
Unit
Batang
1,75
5
2
2
2
M3
M3
M3
M3
1,2
1,6
0,9
2,2
Unit
M3
Batang
5
10
2
Buah
M3
M3
Zak
Batang
Batang
Buah
M3
buah
1750
1,8
6
30
10
5
1
3,6
1
B. Paket IPA
Tabel 4.5 Kriteria Perencanaan Unit Paket IPA
No
1.
Subyek/Unit
Pengaduk cepat
1) Tipe
Kriteria
1) Hidrolis
2) Mekanis
2.
13
> 750
2,5 4,0
187
Keterangan
Modul kecil < 40
L/det
direkomendasikan
hidrolis
No
Subyek/Unit
1) Tipe
2) Bentuk bak
3) Nilai G/det
3.
Bak pengendap
1) Nilai G/det
2) Pembebanan permukaan (cm/det)
3) Alur pengendapan:
(1) Kemiringan terhadap horisontal
(o )
(2) Jarak antar pelat (mm)
4) Waktu tinggal, td (jam)
5) Bilangan Reynold (Re)
6) Bilangan Froude (Fr)
7) Kedalaman (m)
8) Pelimpah
(1) Tipe
4.
Kriteria
Keterangan
1) Hidrolis
2) Mekanis
1) Segi empat
2) Segi enam
3) Silinder
80 20
40 20
1) Aliran horisontal
2) Aliran vertikal
Pembebanan tinggi
0,01 0,04
45 60
25 50
12
< 500
> 10 5
2,5 3,0
Pelimpah yang dapat
diatur
7,2 10,8
Hidrostatik
12 24
Saringan Pasir Cepat
(SPC)
Gravitasi
Bertekanan
6 11
9 16,5
Tanpa/dengan blower
dan atau surfacewash
36 50
10 15
18 24
30 50
300 600
0,30 0,7
1,2 1,4
2,65
0,4
> 90%
400 500
1,2 1,8
1,5
188
Untuk pencucian
sesuai periode
No
Subyek/Unit
Kriteria
Keterangan
1,65
0,5
80
2,38 4,76
80
4,76 9,52
(2) Kedalaman
Tabel 4.6
No
.
Subyek/Unit
Kriteria
(3) Kedalaman
UB (mm)
(4) Kedalaman
UB (mm)
7) Saluran pembuangan
Tipe
5.
6.
7.
Keterangan
80
9,52 16,76
80
16,76 25,40
1) manifold
2) nozzle
Tipe ambang tajam
15 30
Gravitasi dan mekanis
Sumber: Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Penjernihan Air (SNI 19-6774-2002)
C. Pompa Hidram
No
1
Bahan
Spesifikasi
189
No
3
Bahan
Saluran kondensat (kanal)
Sistem isolasi
E.
Reverse Osmosis
Spesifikasi
Bentuk U
Bahan aluminium plat
Panjang saluran 1,40 meter
Lebar saluran 5,00 cm
Tinggi saluran 7,50 cm
Bentuk segi empat panjang
Panjang 1,50 meter
Lebar 1,00 meter
Tinggi 0,60 meter
Bahan papan kayu tebal 3,00 cm; atau
Multiplek ketebalan 1,80 cm
Kotak destilator bagian dalam dilapisi
aluminium foil
Bahan dari styrofoam
Panjang 1,50 cm
Lebar 1,00 cm
Ketebalan 2,00 cm
No
Bahan
Unit filter
- booster pump
3
4
pressure tank
Distribution pump
Spesifikasi
Volume
polyglass tank
tipe CRN 8-60, steinless steel, tekanan max 6 bar, 3 HP
(2,2 kw)/380 415 volt 3 phase
Tipe NW-50 (8 x 23), kapasitas 15.000 s/d 40.000
liter/jam, inlet/outlet 2 inchi, pressure loss 0,1 bar, max
temperature 50C, max pressure 10 bar
kuat tekanan dan anti karat 316 /304, tebal 4 mm,
diameter 16 inchi, tinggi 140 cm, max pressure 10 bar
1 unit
1 unit
190
2 unit
3 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
No
1
Bahan
Drum 200 liter
Satuan
Volume
buah
0,5
Papan 20/2
buah
0,5
buah
buah
buah
Tee dia. 1
Tube
Lem
Batang
Pipa dia. 1
Batang
10
Pipa dia. 6
Batang
11
Semen
Zak
12
Pasir pasang
13
Paku 5 cm
Kg
14
Pasir kwarsa
Kg
0.15
0.15
15
Kerikil
No
1
2
3
4
5
6
7
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bahan
Pipa PVC
Kasa nyamuk
termal
cincin beton
kerikil
Pasir
Spesifikasi
0,5 meter
Bahan plastik
Plastik tebal
2 meter
gradasi 4-6 mm, secukupnya
gradasi 1-2 mm, secukupnya
191
Jenis
Satuan
Volume
Batang
Batang
Meter
Soket PVC 30 mm
Buah
Buah
400
M3
0,2
M3
0,3
M3
0,02
Zak
10
Unit
Jenis
Satuan
Volume
Batang
Batang
meter
Soket PVC 30 mm
Buah
Buah
400
M3
0,2
M3
0,3
M3
0,02
Zak
10
Unit
192
C. Sumur Gali
Tabel 4.15 Sumur Gali (SGL) Batu Bata
Peralatan Penggalian
Jenis Alat
Cangkul
Sekop
Kuas
Sendok Semen
Roll Meter
Bambu
Katrol
Tali Plastik
Lilin/Lampu Templok
Ember/Keranjang
Jumlah
2 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
3 batang
1 buah
Min 10 m
1 buah
3 buah
1 buah
Kuas 2 3
1 buah
Ember
Cetakan Cincin Beton
2 buah
1 set
Cetakan Saluran
1 set
Kunci Pas 10 mm
1 buah
Komponen
Volume
1.
Dinding Sumur/Cincin
7 buah
2.
Tiang Sumur
2 buah
3.
Lantai Sumur
6.76 m2
4.
Saluran Pembuangan
2.6 m
5.
1 set
6.
Cetakan Saluran
1 set
7.
Kunci Pas 10 mm
1 buah
193
Bahan
Volume
bata merah
85 buah
semen portlan
3 zak
pasir
0,4 m3
Jenis Bahan
Volume
1.
Semen
2 zak
2.
Pasir
0,7 m3
3.
Kerikil
1 m3
1 zak
Pasir
0,06 m3
kerikil
0.1 m3
6 batang
oli bekas
secukupnya
0,98 zak
Pasir
0,07 m3
Kerikil
0,14 m3
oli bekas
secukupnya
194
Jumlah
Cangkul
Sekop
Kuas
Sendok Semen
Roll Meter
Bambu
Katrol
Tali Plastik
2 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
3 batang
1 buah
Min 10 m
Lilin/Lampu Templok
1 buah
Ember/Keranjang
3 buah
Jumlah
Sendok Semen
1 buah
Cangkul
1 buah
Kuas 2 3
1 buah
Ember
Cetakan Cincin Beton
2 buah
1 set
Cetakan Saluran
1 set
Kunci Pas 10 mm
1 buah
2 buah
6.76 m2
2.6 m
1 set
Cetakan Saluran
Kunci Pas 10 mm
1 set
1 buah
Volume
Semen
2 zak
Pasir
0,7 m3
Kerikil
1 m3
195
Bahan
Volume
bata merah
85 buah
semen portland
3 zak
pasir
0,4 m3
Volume
semen
1 zak
Pasir
0,06 m3
kerikil
0.1 m3
6 batang
oli bekas
secukupnya
.
Bahan Baku Pembuatan Saluran Beton
Jenis Bahan
Volume
Semen
Pasir
0,98 zak
0,07 m3
Kerikil
0,14 m3
oli bekas
secukupnya
1.
2.
Tipe Sumur
Tipe I
Tipe II
Ukuran
Penampang/
Diameter Pipa
Kedalaman
Pompa
9m
1 buah
12 m
2,5 m
21 m
1 buah
28 m
2,5 m
Sumber: Spesifikasi Teknis Sumur Pompa Tangan (SPT) (AB-D/LW/ST/001/98), Departemen Pekerjaan Umum
196
Uraian
Pembuatan PAH Cetakan Fiber
Semen (50 kg)
Pasir
Kerikil
Besi Beton (diameter 6 mm)
Kawat Beton
Batu Bata
Seng
Keran Air (diameter 13 mm)
Pipa GI (diameter 25 mm, panjang 2 m)
Dop GI (diameter 25 mm)
Kran Inlet (diameter 1/2")
Kran penguras (diameter 1/2")
Satuan
Volume
zak
M
M
btg
kg
bh
lb
bh
bh
bh
bh
bh
10
1
1
16
1
50
2
1
2
1
1
1
Uraian
Pembuatan PAH Pasangan Bata
Semen (50 kg)
Pasir
Kerikil
Besi Beton (diameter 6 mm)
Besi beton (diameter 8 mm)
Kawat Beton
Batu Bata
Seng
Keran Air (diameter 13 mm)
Pipa GI (diameter 25 mm, panjang 3 m)
Satuan
Volume
zak
M
M
btg
btg
kg
bh
lb
bh
bh
25
7
3
16
8
2
1800
3
4
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
197
4.3.2 PERPOMPAAN
Tabel 4.20 Kebutuhan bahan untuk perpompaan
No
Bahan
1
2
Spesifikasi
non-clogging submersible
submersible deep well pump
deep well turbine pump
centrifugal single suction
centrifugal double suction
Volume
10
0,8
2,5
Tergantung jarak
1
2
3
3
2
198
4.4.3
199
200
BAB V
PENGELOLAAN PRASARANA AIR MINUM TERBANGUN
Dalam upaya menjamin pemanfaatan prasarana air minum yang berkelanjutan, pengelolaan prasarana
terbangun sebaiknya dilakukan oleh masyarakat pengguna itu sendiri. Untuk dapat menciptakan mekanisme
pengelolaan yang bertumpu pada masyarakat, khususnya sektor air minum, pengelolaan prasarana air
minum terbangun dilaksanakan oleh Organisasi Masyarakat Setempat Air Minum (OMS-AM), koperasi dan
Kelompok Pengguna dan Pemanfaat (KP2) Air Minum sebagaimana diuraikan pada bagian berikut.
5.1 ORGANISASI MASYARAKAT SETEMPAT - AIR MINUM (OMS-AM)
Organisasi Masyarakat Setempat Air Minum (OMS-AM) adalah lembaga legislatif dari suatu wilayah
pelayanan air minum, merupakan nama generik dari lembaga di tingkat masyarakat, yang merupakan
forum demokrasi dan wadah proses pengambilan keputusan tertinggi yang mencerminkan aspirasi
masyarakat pengguna air minum.
OMS-AM akan bekerjasama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Prasarana Air Minum di
tingkat kelurahan/desa, mulai dari tahap pengecekan ketepatan pemilihan lokasi dan solusi teknis,
perencanaan teknis, tahap pembangunan, sampai dengan tahap serah terima pengelolaan sementara
aset dari Bupati/Walikota kepada OMS-AM dan tahap pengelolaan selanjutnya.
1. Keanggotaan dan susunan pengurus OMS-AM
Dalam pemilihan anggota dan susunan pengurus OMS-AM, hal-hal yang harus diperhatikan antara
lain:
i.
Jumlah anggota OMS-AM tidak lebih dari 15 orang dan selalu berjumlah ganjil
ii.
Ketua
Wakil Ketua (bila diperlukan)
Sekretaris
iv. Anggota OMS-AM diangkat/diberhentikan oleh rapat umum pengguna layanan air minum
v. Masa tugas anggota OMS-AM adalah 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali sebanyakbanyaknya untuk 1 (satu) periode selanjutnya
vi. Susunan pengurus dan anggota OMS-AM dari masyarakat dan instansi pemerintah disahkan
oleh aparat pemerintah setempat (Kepala Desa/Lurah/Camat) tanpa mengubah hal-hal yang
disepakati hasil penetapan rembug warga.
2. Mekanisme pemilihan anggota OMS-AM
Keanggotaan dan pengurus OMS-AM dipilih dan disusun melalui mekanisme sebagai berikut:
A. Penyiapan masyarakat
i.
Dengan fasilitasi dari fasilitator, Satuan Kerja Kabupaten/Kota bersama Kepala Desa/Lurah
dan masyarakat di lokasi pelaksanaan prasarana air minum sederahana mengadakan
rembug warga untuk membentuk OMS-AM.
ii.
Selain masyarakat calon pengguna air minum, rembug warga juga dihadiri oleh:
B. Pembentukan OMS-AM
i.
Pemilihan anggota OMS-AM dilakukan oleh masyarakat calon pengguna air minum secara
demokratis, bebas dan rahasia.
ii. Setiap anggota masyarakat yang hadir pada rembug warga memberikan 1 (satu) suara
untuk 1 (satu) nama yang akan dipilih menjadi anggota OMS-AM. Nama yang dipilih harus
berasal dari anggota masyarakat yang hadir pada rembug warga tersebut.
iii. Penghitungan suara dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh seluruh anggota
masyarakat yang hadir rembug warga.
iv. Peringkat satu hasil perhitungan suara ditetapkan menjadi Ketua OMS-AM.
v. Pengurus lainnya (wakil ketua, sekretaris) dipilih dari nama-nama anggota yang muncul dari
hasil penghitungan suara.
vi. Selanjutnya, OMS-AM segera menyiapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
serta merumuskan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk penyelenggaraan
penyediaan air minum.
3. Tugas OMS-AM
Tugas OMS-AM meliputi antara lain:
Melakukan pertanggungjawaban kepada rapat umum para anggota masyarakat pengguna air
minum atas penyelenggaraan penyediaan air minum paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun,
meliputi pertanggungjawaban teknis operasional, keuangan dan pengelolaan.
Melakukan konsultasi dengan masyarakat, baik melalui rapat anggota maupun secara langsung
kepada masyarakat, untuk menampung tanggapan dan masukan dari masyarakat.
Menyusun laporan kegiatan operasional secara berkala.
4. Wewenang OMS-AM
Wewenang OMS-AM meliputi antara lain:
Menyusun dan menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)
berdasarkan norma, budaya, dan kearifan lokal
Menetapkan kebijakan pengembangan air minum
Mensahkan besarnya iuran air minum
Menetapkan komponen biaya operasi OMS-AM apabila dibentuk
Menerima sumbangan dana atau aset lainnya serta mengumumkannya kepada semua anggota
pengguna air minum
Menetapkan mekanisme pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dilakukan melalui
musyawarah mufakat. Bila tidak tercapai kesepakatan dengan musyawarah mufakat,
pengambilan keputusan dilakukan dengan pengambilan suara terbanyak
Tugas dan wewenang OMS-AM ini dapat dikembangkan sesuai dengan kesepakatan masyarakat
pengguna air minum.
5.2 KOPERASI
Perkoperasian diatur oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1995. Koperasi yaitu badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan. Koperasi terdiri dari dua jenis, Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder. Koperasi Primer
adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang. Koperasi Sekunder adalah
Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi.
Fungsi dan peran Koperasi adalah:
202
a. membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
b. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat;
c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional
dengan Koperasi sebagai sokogurunya;
d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Ketentuan mengenai keanggotaan koperasi dijelaskan sebagai berikut:
1. Keanggotaan dan susunan pengurus Koperasi
Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut:
a. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
b. pengelolaan dilakukan secara demokratis;
c. pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota;
d. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
e. kemandirian.
Dalam pemilihan anggota dan susunan pengurus Koperasi, hal-hal yang harus diperhatikan antara
lain:
i.
Koperasi Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (duapuluh) orang atau anggota yang
akan mendapat air minumnya. Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga)
Koperasi.
ii.
Pembentukan Koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar, yang
memuat sekurang-kurangnya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
iii. Yang dapat menjadi anggota Koperasi ialah setiap warga negara Indonesia yang mampu
melakukan tindakan hukum atau Koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan
dalam Anggaran Dasar.
iv. Koperasi dapat memiliki anggota luar biasa yang persyaratan, hak, dan kewajiban
keanggotaannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
v. Perangkat organisasi Koperasi terdiri dari:
a. Rapat Anggota
Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi dan dihadiri oleh
anggota yang pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Dasar. Rapat Anggota menetapkan:
Anggaran Dasar;
kebijaksanaan umum dibidang organisasi manajemen, dan usaha Koperasi;
pemilihan, pengangkatan, pemberhentian Pengurus dan Pengawas;
rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi, serta pengesahan
laporan keuangan;
pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam pelaksanaan tugasnya;
pembagian sisa hasil usaha;
penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran Koperasi.
203
Pengurus berwenang:
204
Setelah tahun buku Koperasi ditutup, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum diselenggarakan
rapat anggota tahunan, Pengurus menyusun laporan tahunan yang memuat sekurangkurangnya:
perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru lampau dan
perhitungan hasil usaha dari tahun yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen
tersebut;
keadaan dan usaha Koperasi serta hasil usaha yang dapat dicapai.
Laporan tahunan ditanda-tangani oleh semua anggota Pengurus. Apabila salah seorang
anggota Pengurus tidak menandatangani laporan tahunan tersebut, anggota yang
bersangkutan menjelaskan alasannya secara tertulis. Persetujuan terhadap laporan
tahunan, termasuk pengesahan perhitungan tahunan, merupakan penerimaan
pertanggungjawaban Pengurus oleh Rapat Anggota.
c.
Pengawas.
Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota dan bertanggung
jawab kepada Rapat Anggota. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai
anggota Pengawas ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
Pengawas bertugas:
dan
pengelolaan
Pengawas berwenang:
Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga. Koperasi dapat
meminta jasa audit kepada akuntan publik.
2. Kewajiban anggota Koperasi
Setiap anggota Koperasi mempunyai kewajiban:
a. mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan yang telah disepakati
dalam Rapat Anggota;
b. berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh Koperasi;
c. mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas kekeluargaan.
3. Hak anggota Koperasi
Setiap anggota Koperasi mempunyai hak:
a.
b.
c.
d.
205
Pada tahap operasional dan pemanfaatan, KP2 Air Minum bertanggung jawab atas operasional
pemanfaatan, pengelolaan dan keberlanjutan prasarana air minum terbangun dengan menjalankan
fungsi manajemen, fungsi teknis, dan fungsi administrasi sebagaimana uraian berikut:
KP2 Air Minum membuat laporan pertanggungjawaban kepada OMS-AM atau Koperasi paling sedikit 2
(dua) kali dalam setahun, termasuk Laporan Tahunan.
B. Keanggotaan dan susunan pengurus KP2 Air Minum
Dalam pemilihan anggota dan susunan pengurus KP2 Air Minum hal-hal yang harus diperhatikan
antara lain:
i.
Keanggotaan dan kepengurusan KP2 Air Minum diangkat dan diberhentikan oleh OMS-AM atau
Koperasi. Anggota KP2 Air Minum dapat bekerja paruh waktu (part-time) tergantung volume
pekerjaannya sesuai pertimbangan OMS-AM atau Koperasi.
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Penanggungjawab pelaksanaan (aspek teknis)
Penanggungjawab pengelolaan (aspek administrasi, keuangan dan personalia)
i. OMS-AM atau Koperasi mengadakan rembug warga untuk memilih anggota KP2 Air Minum
ii. Anggota KP2 Air Minum dapat ditunjuk dari anggota masyarakat pengguna air minum atau
orang yang mempunyai keahlian yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan penyediaan air
minum (profesional).
iii. Masa kerja KP2 Air Minum selama 3 (tiga) tahun. Anggota KP2 Air Minum dapat dipilih kembali
untuk periode kepengurusan selanjutnya.
i.
ii. Berdasarkan tahapan pembangunan penyediaan air minum, KP2 Air Minum bertugas dalam 4
(empat) tahapan yaitu:
Tahap persiapan
Tahap perencanaan
Mempresentasikan konsep rencana teknis sistem penyediaan air minum kepada rapat
anggota
206
Menyusun rencana teknis dan perhitungan kebutuhan biaya ke dalam bentuk proposal
kegiatan
Merencanakan pengembangan prasarana dan sarana air minum
Tahap pembangunan
Melaksanakan kegiatan konstruksi fisik, baik melalui pihak ketiga, atau dikerjakan
secara gotong royong dengan masyarakat
Melaksanakan pemeriksaan secara berkala dan merawat seluruh sistem yang ada
Memonitor tingkat persediaan bahan yang diperlukan untuk operasi dan pemeliharaan
sehubungan dengan kelancaran pelayanan
KP2 Air Minum menghitung besarnya iuran air minum yang harus dibayar oleh para
pengguna air minum untuk kemudian mengusulkannya kepada OMS-AM untuk
dimusyawarahkan dengan masyarakat pengguna melalui rembug warga. Besarnya
harga air minum per m3 atau per jerigen 20 lt atau 10 lt ditentukan dengan
memperhatikan keperluan untuk mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan, antara
lain:
Harga air minum ke PDAM sesuai tarif sosial yang berlaku (jika sumber air minum
dari PDAM);
Insentif kepada petugas pengelola prasarana sesuai kesepakatan;
Insentif kepada pemilik tanah (bila diperlukan);
Biaya operasi dan pemeliharaan prasarana;
iii. Melaksanakan pertanggungjawaban kepada OMS-AM atau Koperasi paling sedikit 2 (dua) kali
dalam setahun
Tugas dan wewenang KP2 Air Minum ini dapat dikembangkan sesuai dengan kesepakatan
masyarakat pengguna air minum.
5.4 Kelembagaan
Dalam upaya menjamin pemanfaatan prasarana dan sarana air minum yang berkelanjutan, perlu
diciptakan mekanisme pengelolaan yang berbasis masyarakat, yaitu pengelolaan yang dilaksanakan oleh
masyarakat pengguna itu sendiri. Prinsip-prinsip dasar dan mekanisme pengelolaan prasarana dan
sarana air minum yang bertumpu masyarakat diuraikan pada bagian berikut.
1. Prinsip-prinsip Dasar Pengelolaan Berbasis Masyarakat
Pengelolaan prasarana dan sarana air minum berbasis masyarakat didasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
i.
ii. Penyelenggaraan kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh semua unsur
masyarakat (transparent). Pengelolaan sistem pelaporan yang baik dan benar serta
penyampaiannya tepat waktu merupakan salah satu penilaian keberhasilan penyelenggaraan
prasarana dan sarana air minum komunal.
i.
ii.
iii.
iv.
Aspek hukum;
Aspek kebijaksanaan Pemerintah;
Aspek teknis;
Aspek sosial.
3. Aspek hukum
Dasar hukum pembentukan lembaga pengelola yaitu:
i.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 14 tahun 1987 tentang penyerahan sebagai
urusan pemerintahan di bidang Pekerjaan Umum kepada daerah;
ii. Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 tahun
1987 tentang prosedur pengusulan pengadaan proyek air minum, pengelolaan sementara dan
penyerahan pengelola.
Penyelenggaraan SPAM komunal yang berbasis masyarakat juga mengacu kepada Kebijakan
Nasional Pembanguna Prasarana dan Sarana Air minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis
Pengelolaan Masyarakat Tahun 2003 yang disepakati oleh Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, dan
Bappenas, serta mengacu pada PP 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM.
4. Aspek kebijaksanaan Pemerintah
Pengelolaan sarana air minum termasuk di perdesan pada prinsipnya dilaksankan oleh Pemerintah
Daerah Tingkat II atau badan-badan bentuknya yaitu PDAM dan bila belum ada oleh BPAM.
Adanya hambatan pendanaan, ketersediaan personil dan keterbatasan kemampuan pihak PDAM
atau BPAM, maka harus diupayakan meningkatkan dan menggairahkan partisipasi masyarakat untuk
berswadaya melalui wadah LKMD atau badan pengelola air minum yang bekerja secara swadaya
sebagai hasil bentukan masyarakat sendiri.
5. Aspek teknis
Aspek teknis mencakup:
a. Solusi teknis yang diterapkan
b. Bentuk pelayanan, berupa hidran umum atau sambungan rumah
Tingkat teknologi sistem air minum akan menentukan tingkat kemudahan dalam pengelolaan dan
harga dari teknologi tersebut. Pengelolaan oleh wadah LKMD atau swadaya, akan dilakukan
pembinaan secara teknis oleh PDAM atau BPAM, karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki
oleh sebagian masyarakat.
6. Aspek sosial, ekonomi, budaya
Aspek sosial ekonomi menyangkut tingkat kemampuan ekonomi masyarakat untuk dapat membiayai
kegiatan pengelolaan. Sedangkan aspek sosial budaya menyangkut kemauan/ keinginan/
kesepakatan masyarakat setempat untuk melaksanakan pengelolaan.
208
Aspek ekonomi terutama terkait dengan pendanaan penyelenggaraan SPAM komunal yang harus
disepakati bersama oleh masyarakat pengguna, meliputi biaya perencanaan, biaya pembangunan,
dan biaya operasi dan pemeliharaan. Hal yang juga harus disepakati oleh masyarakat pengguna
adalah besaran iuran yang harus ditanggung bersama agar pemanfaatan prasarana dan sarana air
minum dapat berkelanjutan.
Aspek budaya terutama terutama terkait dengan rasa memiliki masyarakat terhadap keberlanjutan
pemanfaatan prasarana dan sarana air minum. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan masyarakat
pengguna secara aktif mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan pembangunan, sampai dengan
pengelolaan. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain:
Sarana air minum yang sudah dan akan terbangun akan dipelihara dengan baik karena rasa turut
memiliki dari pihak masyarakat;
a. Menimbulkan kesadaran berorganisasi dan bermasyarakat;
b. Memberikan wawasan dan cakrawala baru pada masyarakat;
c. Menanamkan nilai-nilai hidup sehat pada tiap keluarga.
5.5 Ketentuan Umum Pemilihan Organisasi Pengelola
Kelembagaan pengelolaan meliputi:
a. Struktur organisasi lembaga pengelolaan
b. Koordinasi dengan lembaga lain yang terkait
Pemilihan personil pengelola prasarana air minum dilakukan oleh seluruh anggota pengguna air minum
secara demokratis dan bebas melalui rembug warga. Mekanisme pemilihan, tugas dan wewenang
personil pengelola prasarana air minum diuraikan pada bagian berikut.
1. Komposisi personil pengelola prasarana dan sarana air minum
Untuk setiap klasifikasi jumlah rumah tangga pengguna, pengelolaan prasarana air minum
terbangun menerapkan prinsip pengelolaan sebagaimana disebutkan di atas. Namun demikian,
jumlah personil yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan setiap aspek akan tergantung dari
klasifikasi yang ada. Secara proporsional, komposisi personil pengelola berdasarkan klasifikasi
jumlah rumah tangga pengguna dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 5.1 Komposisi Personil Pengelola Prasarana dan Sarana Air Minum
Berdasarkan Klasifikasi Jumlah Rumah Tangga Pengguna Prasarana Air Minum
Tipe
Lembaga
Pengelola
Jumlah Kepala
Keluarga (KK)
Penanggung
Jawab Umum
(orang)
Pengelola Teknis
(orang)
Pengelola
Administrasi
(orang)
Jumlah
5 KK
1*
10 KK
20 KK
209
LEMBAGA PENGELOLA
LEMBAGA PENGELOLA
LEMBAGA PENGELOLA
Penanggungjawab
Umum
Penanggungjawab
Umum
Penanggungjawab
Umum
Pengelola
Teknis
Pengelola Teknis
dan Administrasi
Pengelola
Administrasi
Pengelola
Teknis
Pengelola
Administrasi
ANGGOTA
MASYARAKAT
PENGGUNA
ANGGOTA
MASYARAKAT
PENGGUNA
ANGGOTA
MASYARAKAT
PENGGUNA
Keterangan:
Pertanggungjawaban
Masukan/Pengaduan
210
Uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota pengurus antara lain sebagai
berikut:
a) Penanggungjawab Umum
b) Pengelola Teknis
c) Pengelola Administrasi
Ketua RT
Tokoh masyarakat
Wakil dari instansi teknis terkait di daerah (seperti PDAM, Dinas Bidang Air
Minum Cipta Karya, Dinas Sumber Daya Air, Dinas Kesehatan, dan lain-lain)
iii. Pelaksanaan kegiatan rembug warga ini diharapkan menghasilkan kesepakatankesepakatan berkaitan dengan pembentukan lembaga pengelola, diantaranya:
211
iii. Penghitungan suara dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh seluruh anggota
masyarakat yang hadir rembug warga.
iv. Peringkat satu hasil perhitungan suara ditetapkan menjadi Penanggungjawab
Umum.
v. Pengurus lainnya (pengelola teknis/administrasi) dipilih dari nama-nama anggota
yang muncul dari hasil penghitungan suara.
vi. Selanjutnya, lembaga pengelola segera menyiapkan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta merumuskan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan untuk penyelenggaraan SPAM komunal.
5.6 Penetapan Tarif
Lembaga pengelola mengadakan rembug warga untuk menentukan besarnya harga air
minum per m3 atau per jerigen 20 liter dan 10 liter yang harus dibayar oleh masyarakat
untuk keperluan antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
Besarnya harga air minum tersebut harus lebih murah dari harga air yang harus dibayar oleh
masyarakat sebelum dilaksanakannya pengembangan sistem penyediaan air minum tersebut.
Perhitungan Harga Pokok Air (HP) dihitung dengan menggunakan rumus:
Jumlah Seluruh Biaya (Rp)
HP = -------------------------------------------------------------------------------------Jumlah air yang didistribusikan sesuai dengan catatan pada meter induk (m3)
Waktu berlakunya harga pokok air yang telah disesuaikan adalah bergantung pada rencana.
212
LAMPIRAN
213
LAMPIRAN1
METODE PENGUKURAN DEBIT AIR BAKU
Perhitungan debit
Debit dihitung dengan persamaan:
Q = 0,0186 . bh3/2
dengan:
Q dalam liter/detik
b dalam cm
h dalam cm
214
baca disini
Catatan:
gelembung udara
a:c - 4:1
Sekat Cipoletti :
b: dalam cm
h: dalam cm
215
pada gambar)
Perhitungan debit
Debit dihitung dengan persamaan:
Q = 0,0134 . h5/2
dengan:
Q: dalam liter/detik
h: dalam cm
216
13
12
11
10
9
8
h dalam cm
7
CONTOH:
h=8.5cmjadi:
Q2.85l/detik
6
5
4
3
2
1
0.5
Qdalaml/detik
bacadisini
gelembungudara
h
90
Catatan:
Ketika memasang sekat:
Pilih daerah aliran yang tenang
Letakan sekat mendatar (h tiap sisi sama)
Cegah jangan ada kebocoran
Air harus mengalir bebas dari sekat (lihat
217
pada gambar)
Perhitungan debit
Hitung luas penampang basah di setiap titik penampang dengan persamaan:
A
dengan:
A
=
b1; b2
=
h1;h2;h3 =
=
=
=
218
T1
Tc
Tb
T3
Gambar L1-3a
Tampak Atas
h1
h3
h2
Gambar L1-3b
Potongan AA
219
Parameter
Kadar Maksimum
Satuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
FISIKA
Bau
Jumlah zat padat terlarut (TDS)
Kekeruhan
Rasa
Warna
Suhu
Daya hantar listrik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
KIMIA Anorganik
Air raksa
Aluminium
Arsen
Barium
Besi
Fluorida
Kadmium
Kesadahan CaCO3
Klorida
Kromium, valensi 6
Mangan
Natrium
Nitrat sebagai N
Nitrit sebagai N
Perak
pH
Selenium
Seng
Sianida
Sulfat
Sulfida sebagai H2S
Tembaga
Timbal
Oksigen terlarut (DO)
Nikel
SAR (Sodium Absorption Ratio)
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
KIMIA Organik
Aldrin dan dieldrin
Benzona
Benzo (a) Pyrene
Chlordane (total isomer)
Chlordane
2,4 D
DDT
Detergen
1,2-dichloroethane
1,1-dichloroethane
Heptachlor dan heptachlor epoxide
Hexachlorobenzene
Lindane
Metoxychlor
Pentachlorophenol
Pestisida total
2,4,6-trichlorophenol
Zat organik (KMnO4)
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Skala NTU
Skala TCU
o
C
Umhos/cm
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Gol. A
Gol. B
Gol. C
Gol. D
1000
5
1000
1000
1000
15
Suhu udara
2250
0.001
0.2
0.005
1
0.3
0.5
0.005
500
250
0.005
0.1
200
10
1.0
0.05
6.5 8.5
0.01
5
0.1
400
0.05
1.0
0.05
-
0.001
0.05
1
5
1.5
0.01
0.002
0.005
1.5
0.01
0.01
600
0.05
0.5
0.003
0.05
0.0007
0.01
0.00001
0.0003
0.03
0.10
0.03
0.5
0.01
0.0003
0.003
0.00001
0.004
0.03
0.01
0.1
0.01
10
0.017
10
1
59
0.01
5
0.1
400
0.1
1
0.01
>6
1
2
60
0.06
69
0.05
0.02
0.02
0.002
0.02
0.3
>3
59
0.05
2
0.1
1
0.5
1.5 2.5
0.003
0.042
0.002
0.018
0.056
0.035
Mikrobiologis.
220
No.
Parameter
Kadar Maksimum
Satuan
Gol. A
Gol. B
Gol. C
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0.001
0.002
0.05
Nihil
0.1
Nihil
0.5
0.005
0.21
0.004
0.001
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Endrin
Phenol
Karbon klorofom ekstrak
Minyak dan lemak
Organofosfat dan carbanat
PCD
Senyawa aktif biru metilen
Toxaphene
BHC
1.
2.
Mikrobioligis
Koliform tinja
Total koliform
Jml/100 ml
Jml/100 ml
0
3
2000
10000
1.
2.
Radioaktivitas
Gross alpha activity
Gross beta activity
Bq/L
Bq/L
0.1
1.0
0.1
1.0
Keterangan:
Gol. A : air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu
Gol. B : air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu pengolahan
Gol. C : air untuk perikanan dan peternakan
Gol. D : air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA
mg
= mili gram
mL
= mili liter
L
= liter
Bq
= Baquerel
NTU = Nephtelometrik Turbidity Unit
TCU
= True Color Unit
221
Gol. D
1
0.1
0.2
0.21
0.1
1.0
0.1
1.0
BAKTERIOLOGIS
Parameter
Satuan
Keterangan
a. Air Minum
E. Coli atau fecal coli
Jumlah per
100 ml sampel
Jumlah per
100 ml sampel
Jumlah per
100 ml sampel
Jumlah per
100 ml sampel
Jumlah per
100 ml sampel
2.
KIMIA
A.
Antimony
Air raksa
Arsenik
Barium
Boron
Cadmium
Kromium
Tembaga
Sianida
Fluoride
Timah
Molybdenum
Nikel
Nitrat (sebagai NO3-)
Nitrit (sebagai NO2-)
Selenium
B.
Satuan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0.005
0.001
0.01
0.7
0.3
0.003
0.05
2
0.07
1.5
0.01
0.07
0.02
50
3
0.01
Keterangan
Ammonia
Aluminium
Klorida
Copper
Kesadahan
Hidrogen Sulfida
Besi
Mangan
pH
Sodium
Sulfat
Total padatan terlarut
Seng
Satuan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
1.5
0.2
250
1
500
0.05
0.3
0.1
6,5 8,5
200
250
1000
3
Keterangan
C. Bahan-bahan Organik
222
C.
Satuan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
2
20
30
2000
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
5
30
50
70
40
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
10
700
500
0.7
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
300
1000
300
20
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
80
8
0.5
0.4
0.6
200
2
Keterangan
Chlorinated alkanes
Carbon tetrachloride
Dichloromethane
1,2-dichloromethane
1,1,1-trichloromethane
Chlorinated ethenes
Vinyl chloride
1,1-dihloroethene
1,2-dichloroethene
Trichloroethene
Tetrachloroethene
Aromatic hydrocarbons
Benzene
Toluene
Xylenes
Benzoat (a) pyrene
Chlorinated benzenes
Monochlorobenzene
1,2-dichlorobenzene
1,4-dichlorobenzene
Trichlorobenzene (total)
Lain-lain
di(2-(ethylhexil)adipate
di(2-(ethylhexil)phtalate
Acrylamide
Epichlorohydrin
Hexachlorobutadine
Edetic acid (EDTA)
Tributylin oxide
C.
Toluene
Xylene
Ethylbenzene
Styrene
Monochlorobenzene
1,2-dichlorobenzene
1,4-dichlorobenzene
Trichlorobenzene (total)
Satuan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
24 270
20 1800
2 200
4 2600
10 120
1 10
0.3 30
5 50
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
600 1000
0.1 10
0.3 40
2 300
Keterangan
C. Pestisida
223
C.
Pestisida
Parameter
Alachlor
Aldicarb
Aldrin/dieldrin
Atrazine
Bentazone
Carbofuran
Chlordane
Chlorotoluron
DDT
1,2-dibromo-3-chloropropane
2,4-D
1,2-dichloropropane
1,3-dichloropropane
Heptachlor dan Heptachlor epoxide
Hexachlorobenzene
Isoproturon
Lindane
MCPA
Methoxychlor
Metolachlor
Molinate
Pendimethalin
Pentachlorophenol
Permethrin
Propanil
Pyridate
Simazine
Trifuralin
Satuan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
20
10
0.03
2
30
5
0.2
30
2
1
30
20
20
0.03
1
9
2
2
20
10
6
20
9
20
20
100
2
20
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
90
100
9
10
9
3
5
25
200
mg/L
mg/L
200
900
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
100
100
60
200
mg/L
mg/L
50
100
mg/L
10
mg/L
mg/L
mg/L
90
100
1
mg/L
70
Keterangan
Trihalomethanes
Bromoform
Dibromochloromethane
Bromochloromethane
Chloroform
Chloral hydrate
(Trichloroacetal-dehyde)
Halogenated acetonitriles
Dichloroacetonitrile
Dibromoacetonitrile
Trichloroacetonitrile
Cyanogen chloride
(sebagai CN)
3. RADIOAKTIVITAS
224
RADIOAKTIVITAS
Parameter
4.
Satuan
Bq/L
Bq/L
0.1
1
Satuan
TCU
o
C
NTU
15
Suhu udara + 3oC
5
Keterangan
FISIK
Parameter
Warna
Rasa dan bau
Temperatur
Kekeruhan
225
Keterangan
LAMPIRAN3
L-3.a EVALUASI KUALITAS AIR
No
1
Parameter
Bau
Masalah Kualitas
Bau tanah
Bau sulfur
Bau lain
Rasa asin/payau
Bau besi
Rasa
Rasa besi
Kekeruhan
Warna
Alternatif Pengolahan
aktif
Saringan karbon aktif
Kesimpulan
Dapat dipakai jika percobaan
pengolahan berhasil
Bisa dipakai dengan pengolahan
Dapat dipakai jika percobaan
pengolahan berhasil
Dapat dipakai jika percobaan
pengolahan berhasil
Tergantung kadar Cl dan
pendapat masyarakat
Bisa dipakai dengan pengolahan
Mungkin bisa dipakai dengan
pengolahan
Tidak dapat dipakai
Bisa dipakai bila dengan
pengolahan
Bisa dipakai bila dengan
pengolahan, dengan biaya relatif
besar
Dapat dipakai jika percobaan
pengolahan berhasil
Dapat dipakai jika percobaan
pengolahan berhasil
putih
Pembubuhan PAC
Radius Pelayanan
Jumlah Penduduk
5 KK
< 100 m
25 - 30 jiwa
10 KK
< 100 m
50 - 60 jiwa
20 KK
< 100 m
226
LAMPIRAN4
CONTOH PERHITUNGAN PERENCANAAN SARINGAN PASIR LAMBAT (SPL)
(1)
Misalkan:
Q = 5 L/det
=
V = 0,2 m/jam =
5 x 10-3 m3/det
0,2/3600 m/det
maka,
A =
5 x 10-3 m3/det
0,2/3600 m/det
= 90 m2
2) Ukuran panjang (P) dan lebar (L) dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:
A=PxL
------------------------------------------------------------------------------
(2)
P : L = (1 s/d 2) : 1
Ditentukan:
P:L=2:1
P = 2L
A = 2 L2
A
L=
2
Misalkan:
90 m2
L=
P
A = 90 m2, maka:
= 6,7 m
2
=
2L =
2 x 6,7 m
13,4 m
Contoh perhitungan untuk debit = 1 5 L/det dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Contoh Hasil Perhitungan Luas Penampang Atas Bak Saringan Pasir
Lambat untuk Debit: 1, 2, 3, 4 & 5 L/det
DEBIT
L/det
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
KECEPATAN
PENYARINGAN
m/jam
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,
0,
0,
0,
0,
LUAS PENAMPANG
ATAS BAK (A)
m2
4
4
4
4
4
9 36
18 72
27 108
36 144
45 180
227
dengan
Tinggi bebas
Kedalaman air di atas media pasir
Tebal pasir penyaring
Tebal kerikil penahan
Underdrain
=
=
=
=
=
0,30
1,00
0,75
0,40
0,30
m
m
m
m
m
2,75 m
Ukuran efektif (Effective Size ES) dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
ES = P10
UC =
--------------------------------------------------------------------
P10
(3)
(4)
P60
dengan pengertian:
ES = ukuran efektif butiran (effective size)
UC = koefisien keseragaman butiran (uniformity coefficient)
Besaran untuk P10 dan P60 dapat diambil berdasarkan gambar grafik dari hasil analisis ayakan.
Sebagai contoh dapat dibaca pada grafik (lihat Gambar A). dari gambar tersebut dapat diketahui:
P10 = ES = 0,27 mm (antara 0,2 0,4)
P60 = 0,62 mm
UC = 0,62 : 0,27 = 2,3 (antara 2 3)
Jadi gradasi pasir (ES dan UC) memenuhi syarat untuk media penyaring pasir lambat.
ii.
Kadar SiO2, kelarutan pasir dalam air dan HCl serta berat jenis pasir ditetapkan melalui analisis
kualitas pasir.
Contoh hasil analisis kualitas pasir sebagai berikut:
Kadar SiO2 = 92% > 90%
Kelarutan pasir dalam air selama 24 jam = 0,58% < 3%
Kelarutan pasir dalam HCl selama 4 jam = 2,71% < 3,5%
Berat jenis pasir = 2,60 gr/cc (antara 2,55 2,65)
Jadi kualitas pasir memenuhi syarat untuk media penyaring pasir lambat.
4) Gradasi media kerikil
Gradasi media kerikil diambil/ditetapkan dengan lapisan paling atas dengan butiran dan berurutan ke
lapisan bawah dengan butiran besar. Contoh gradasi media kerikil yang sudah ditetapkan dapat
diperiksa pada tabel berikut:
228
GRADASI
KERIKIL
TEBAL LAPISAN
LAPISAN
4 mm
10 mm
Ke 1 (teratas)
15 mm
10 mm
Ke 2
20 mm
12 mm
Ke 3
60 mm
13 mm
Ke 4 (terbawah)
229
LAMPIRAN5
JENIS DAN DETAIL SUMUR POMPA TANGAN (SPT)
Gambar 5-1
SPT Dangkal dengan Pompa Tangan
230
Gambar 5-2
SPT Dangkal dengan PVC
231
Gambar 5-3
SPT Dalam Sistem I
232
Gambar 5-4
SPT Dalam Sistem II
233
Gambar 5-5
SPT Dalam Sistem III
234
LAMPIRAN6
TIPIKAL BANGUNAN PENGAMBILAN AIR BAKU: SUMBER AIR PERMUKAAN
1. Model Intake Bebas dengan Pintu Air dan Saluran Penghubung Terbuka
(dibangun pada sungai dengan bantaran cukup lebar)
235
Gambar L62a
Denah
236
237
Gambar L64c
Potongan 2-2
238
Gambar L65a
Denah
239
Gambar L66a
Gambar L66b
Denah
Potongan 1-1
240
Gambar L67a
Gambar L67b
241
Denah
Potongan 1-1
LAMPIRAN7
KURVA DAERAH KERJA UNTUK BERBAGAI MACAM POMPA
Gambar L71
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
Gambar L72
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
242
Gambar L73
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
Gambar L74
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
243
Gambar L75
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
Gambar L76
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
244
Gambar L77
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
Gambar L78
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
245
Gambar L79
Sumber: Tata Cara Rancang Teknik Perpompaan (AB-D/RE/TC/022/98), Departemen Pekerjaan Umum
246
LAMPIRAN8
CONTOH PERHITUNGAN KEBUTUHAN DAYA POMPA
KASUS:
Rencana sistem penyediaan air bersih perdesaan:
Sistem perpipaan
Pengaliran distribusi menggunakan pompa
1) Data operasi:
Tahap pertama
Tahap kedua
:
:
10 L/det
10 L/det
: 9m
: 10 m pada 20 L/det
PERENCANAAN:
1) Tipe pompa sentrifugal
2) Perancangan instalasi (lihat Tabel 3.37 Instalasi Perpompaan Distribusi Sentrifugal Single Suction):
Jumlah pompa
: 3 buah instal
2 operasi paralel
1 cadangan
Diameter pipa hisap
: 150 mm
Diameter reducer
: 150 mm x 65 mm
Diameter suction
: 65 mm
Diameter pipa discharge : 50 mm
Diameter reducer
: 50 mm x 80 mm
Diameter pipa header
: 150 mm
3) Setelah diperoleh jumlah pompa dan ukuran pipa, maka dapat dibuat instalasi perpipaan bangunan
distribusi dan dituangkan dalam gambar.
4) Perhitungan tekanan yang diperlukan menggunakan persamaan berikut:
Hreq = Hs + HI (Q1/Q2)2
dengan pengertian:
Hreq = tekanan yang diperlukan (m)
= tekanan statis, perbedaan tinggi muka air (m)
HS
= tekanan kerugian sistem perpipaan pada akhir tahun rencana (Q2)
HI
= kapasitas pada akhir tahun rencana
Q1
= kapasitas aliran
Q2
dengan data sebagai berikut:
Tekanan statis (Hs) : 9 m
Tekanan kerugian sistem perpipaan pada akhir tahun rencana (HI)
Q2 : 20 L/det
: 10 m
247
Tekanan Statis
Maksimum
(m)
Kapasitas
Kehilangan
Tekanan
(m)
1.
0.00
9.00
2.
10
2.50
11.50
3.
20
10.00
19.00
4.
30
22.50
31.50
5.
40
22.50
31.50
6.
50
62.50
71.50
:
:
:
:
:
sentrifugal
single suction
1450 rpm
200 mm
150 mm
= . g . Q . H / n . SF
=
3,7 kW
7) Spesifikasi pompa
Jumlah pompa
Tekanan yang
Diperlukan Maksimum
(m)
Kapasitas
Tekanan
Putaran
Daya
Tegangan
Jenis pompa
:
:
:
:
:
:
:
:
:
3 unit
2 operasi paralel
1 cadangan
10 L/det
21 m
1450 rpm
3,7 kW
220 V / 380 V, 50 Hz, 3 phasa
sentrifugal
248
200
200
200
1400
Variabel
400
Vent
200
1000
200
500
Sal. pem buang
P as. batu kali
Lem pung
Lem pung
300
100
1800
100
Lem pung
200
Tanah keras
O utlet
Lem pung
V e nt
O ver flow
1000
PO TO NG AN D -D
M an ho le 50 0 x 5 00m m
P e ng uras
P ip a ou tlet
K e po m pa boster
Saluran pembuang
S a l. P e m buang
O ver flow
Bambu tiap 1 m
Vent
Tanah urug
Saluran pembuang
Lempung
Tanah asli
POTONGAN E-E
249
S IT U A S I M A T A A IR / B R O N K A P TE R IN G
P ipa overflow
P ipa outlet
P ipa penguras
S aluran pem buang
IV
IV
V ent
I
P ipa saringan
A sphalt pasir
S aluran terbuka
P ipa saringan
III
II
300
15
15
12 0
600
300
P a s ir u r u g
S a lu r a n p e m b u a n g
L e m b a r a n p la s t ik
600
L a p is a n a s p a l p a s ir 3 m m
Variabel
Bam bu tiap 1 m
T a n a h le m p u n g
T a n a h u ru g
P a s . b a tu k a li
P ip a b a m b u t ia p 1 m
P la t b e t o n
T a n a h a s li
K e r ik il 1 5 0 - 2 5 0 m m
500
15
15
12 0
Plat beton
T a n a h a s li
P ip a s a r i n g a n
T a n a h k e ra s
1000
T a n a h le m p u n g
POTONGAN I - I
250
PO TO N G AN II - II
Variabel
P a s . b a tu k a li
T a n a h u ru g
251
252
.
.
253
Kolom 12 x 12
Manhole 50 x 50
15
Pipa vent
GI 3"
200
15
20
15
Pipa penguras & dop GI 3"
Pipa peluap G I 3"
B
100
15
100
15
100
DENAH
Plat beton 1PC:2PS:3KR
100
15
15
Ring balk
15
15
200
Ring balk
30
Plester 1PC:2PS
Pasir padat
Pipa peluap
G I 3"
Plester 1PC:2PS
130
Tanah urug
Pasir padat
Kran 3/4"
Tanah urug
Beton tumbuk
Pipa inlet
GI 3"
60
Pas batu kali
1PC:4PS
10
1PC:4PS
Batu kosong
Pasir padat
25
25
25
100
Batu kosong
10
Pasir padat
25
60
60
60
100
15
60
20
POTONGAN A-A
POTONGAN B-B
254
Kolom 12 x 12
Manhole 50 x 50
15
Pipa vent
GI 3"
250
15
20
15
Pipa penguras & dop GI 3"
B
15
100
15
200
100
DENAH
Plat beton 1PC:2PS:3KR
200
15
15
Ring balk
Pas bata 1PC:2PS
15
15
250
Ring balk
Plester 1PC:2PS
30
Plester 1PC:2PS
100
1PC:2PS:3KR
Pipa peluap
GI 3"
Pasir padat
Pasir padat
Tanah urug
Tanah urug
Pipa inlet
Beton tumbuk
GI 3"
60
Pas batu kali
1PC:4PS
Batu kosong
Pasir padat
100
1PC:4PS
10
Batu kosong
10
60
60
Pasir padat
25
60
25
25
25
100
15
60
20
POTONGAN A-A
POTONGAN B-B
255
15
260
15
80
15
120
15
A
Tiang
Pasangan bata
Cincin beton
Saluran
pasangan beton
15
5
15
75
75
20
15 20
A
Tanah asli
Ke saluran
POTONGAN A-A
256
min 320
260
15
5
80
Lantai sumur
kemiringan 2%
15
260
15
80
15
120
15
A
Tiang
Pasangan bata
Cincin beton
Saluran
pasangan beton
15
5
15
75
75
20
15 20
A
Tanah asli
Ke saluran
POTONGAN A-A
257
min 320
260
15
5
80
Lantai sumur
kemiringan 2%
Beton1PC:2PS:3KR
Lantai sumur
kemiringan2%
15 15
40
40
85
85
POTONGANA-A
258
15 15
20
15
5 15
50
Pas. bata
210
15 15
180
DENAH
259
15 15
10
45
20
15
7,5
40
dalam = 4"
Tanah isian
L = 30 - 40 m
15
1
Kerikil
170 cm
10
200
15
Saringan PVC
7,5
70 cm
15
Dop
15
7,5
200
POTONGAN A-A
DENAH
260
VENT 5
30
120
60
Saluran Drainase
30
100
200
100
261
30
VENT 5
lantai Kerja
Pasir Urug
Saluran Drainase
Beton Tumbuk
Lantai Kerja
Pasir Urug
20
262
K a t u p P e m b a c a A lir a n 3 / 4
M e t e r A ir 3 / 4
K a tu p 3 /4
15
15
50
263
SARUT PEMBUBUHAN
PAC
60
60
PAC
Socket drat dalam
90
90
Ring karet
Socket drat dalam
Papan 3/20
Boll valve
35
8/12
8/12
8/12
40
80
Bend 90
PVC 3/4"
25
10
Kran 1/2"
5
50
20
20
100
Sa
lu
150
POTONGAN B-B
POTONGAN A-A
r an
pe
m
bu
a
ng
Kerikil kasar 5 cm
Kerikil jagung 10 cm
Pasir 40 cm
Dinding sarut
Pasir
40
Ring karet
Boll valve
B
DENAH
Pipa penguras
10
Kerikil jagung
Kerikil kasar
DETAIL SARINGAN
264
DETAIL 3
PEMASANGAN PIPA
PADA WADAH
Lampiran-25
PAC
Ring karet
Ring karet
Boll valve
Boll valve
B
Bend 90
PVC 3/4"
Kran 1/2"
Kerikil kasar 5 cm
Kerikil jagung 10 cm
Pasir 40 cm
265
C
8/12
8
12
4
8
6
8/12
8/12
Papan3/30
Papan3/30
C
A
A
DETAILSAMBUNGAN1
DETAILSAMBUNGAN2
266
Lampiran-27
SARUT PENURUN Fe
Dinding sarut
Ring karet
Boll valve
2
1
A
B
40 Media pasir halus
CARA OPERASI
FILTRASI
PENCUCIAN
1. Buka valve 3 sambil menggerakan air yang berada diatas
permukaan
pasir (valve 4 dalam keadaan tertutup)
kotoran keluar melalui drain (d)
2. Secara periodik 2 bulan lakukan pengurasan air balik
dengan cara :
- buka valve 3 (valve 4 dalam keadaan tertutup)
- wadah air bersih A dalam keadaan penuh (valve 1 tertutup)
- buka valve 1, aliran air balik akan mencetak flok keluar melalui
drain (d)
267
SARUT PENURUN Fe
Pipa 3/4"
Pompa tangan
sumur pantek
Media pasir 40 cm
A
2
B
Media kerikil jagung 5 cm
Drain
20
20
30
TAMPAK MUKA
20
20
75
20
B
Media pasir halus 40 cm
Media kerikil jagung 5 cm
Media kerikil kasar 5 cm
Pompa tangan
POTONGAN B-B
Dinding sarut
Ring karet
Pipa penguras
Boll valve
DETAIL A
PEMASANGAN PIPA
PADA WADAH
DENAH
268
Lampiran-29
TYPE II
SARUT ARANG KELAPA
A
Wadah Penampung
Air Baku
B
A
Kran 1/2"
Dinding sarut
Ring karet
1
Socket drat luar
Socket drat dalam
269
DETAIL A
PEMASANGAN PIPA
PADA WADAH
Boll valve
TYPE II
SARUT ARANG KELAPA
60
Variabel
60
Kran 1/2"
90
Kran 1/2"
TAMPAK MUKA
60
10
30
35
POTONGAN A-A
Dinding sarut
Ring karet
Saluran pembuang
Socket drat luar
Socket drat dalam
Pembuangan
DENAH
270
DETAIL A
PEMASANGAN PIPA
PADA WADAH
Boll valve
LAMPIRAN 31
271
PEMANTAUAN PUSAT
FORM AB - T1
Propinsi
Kabupaten/Kota
Triwulan ke
Status Progres Per
No.
Provinsi
semester awal
semester akhir
Lainnya
Jumlah
AB-P1 AB-P3 Lamp. AB-P2 AB-P3 Lamp. DUD SPAM Peta SPAM Kab/kota Laporan Semester awal
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
3
4
0
#DIV/0!
0
#DIV/0!
0
#DIV/0!
0
#DIV/0!
0
#DIV/0!
0
#DIV/0!
0
#DIV/0!
0
#DIV/0!
0
#DIV/0!
0
#DIV/0!
Diisi oleh tim teknis sesuai waktu pelaporan dan dilaporkan ke koordinator tim pusat setiap semester
Form-form Laporan dari Kab/Kota dilampirkan
Keterangan:
Kolom 1
Kolom 2
Kolom 3-15
Kolom 16
Kolom 17
Kolom 24
DUD
SPAM
Peta SPAM
Semester akhir
15
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
PEMANTAUAN PROV
FORM AB - P1
Propinsi
Kabupaten/Kota
No.
Nama Paket/
Kegiatan
Kesesuaian RD
Kesesuaian
dengan juknis
kegiatan
penggunaan DAK dengan RD
(sesuai/ tidak)
(sesuai/ tidak)
Bobot 35%
4
Bobot 35%
5
Alasan kesesuaian/
ketidaksesuaian
Gambar
Spesifikasi
RAB
Bobot 10% Bobot 10% Bobot 10%
7
8
9
Diisi lengkap oleh provinsi dan disampaikan pusat pada laporan triwulan awal
Keterangan:
Kolom 1
Kolom 2
Kolom 3
Kolom 4
Kolom 5
Kolom 6
Kolom 7-9
Kolom 10
273
Nilai Tingkat
Kesesuaian
100%
10
PEMANTAUAN PROV
FORM AB - P2
Propinsi
Kabupaten/Kota
No.
Jenis Prasarana
SPAM
Nilai Tingkat
Kualitas Akhir
Kesesuaian
Pekerjaan
(%)
Bobot 40%
7
Diisi dengan lengkap oleh provinsi dan disampaikan ke pusat pada triwulan akhir
Catatan:
Pencapaian tujuan, sasaran, dan manfaat akan diperhitungkan sesuai dengan investasi berdasarkan masing-masing wilayah sebagai dasar
evaluasi penilaian kinerja penggunaan DAK
274
100%
8
RANGKUMANLAPORANTRIWULANANKABUPATEN/KOTAKEPROVINSI
DAKBIDANGINFRASTRUKTURTAHUN2007, PRASARANADANSARANAAIRBERSIHPERDESAAN/ PERKOTAAN
PEMANTAUANPROV
FORMAB- P3
Triwulan ke
Status Tanggal
Propinsi
Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota
Keterangan:
Kolom1
Kolom2
Kolom3-15
Kolom16
Kolom17-20
DUD
SPAM
Peta SPAM
triwulan 1
triwulan 2
triwulan 3
triwulan 4
PELAPORANDATAPELAKSANAANKEGIATAN
DAKBIDANGINFRASTRUKTURTAHUN2007, PRASARANADANSARANAAIRBERSIHPERDESAAN/ PERKOTAAN
LAPORANKAB/KOTA
FORMAB- K1
Propinsi
Kabupaten/Kota
No.
1
Kecamatan
2
Desa/ Kelurahan
3
NamaPaket/
Kegiatan
4
Volume
Jumlah Satuan
5
DAK
7
Biaya(Rp. Xjuta)
Pendamping/
APBD
8
Total
9
Tgl./No
Tgl. Selesai/
Tgl. SPMK
Keterangan
Kontrak
SerahTerima
10
11
12
13
PELAPORANKEMAJUANFISIKDANKEUANGANPELAKSANAANKEGIATAN
DAKBIDANGINFRASTRUKTURTAHUN2007, PRASARANADANSARANAAIRBERSIHPERDESAAN/ PERKOTAAN
LAPORANKAB/KOTA
FORMAB- K2
Propinsi
Kabupaten/Kota
Triwulanke
StatusProgresPer
FISIK
Nama
No. Paket/
Kegiatan
Lokasi Desa/
Kelurahan
dan
Kecamatan
3
MataAir
Jml
(unit)
4
Kap.
(L/s)
5
Sumur Dalam
Jml
(unit)
6
Kap.
(L/s)
7
IPAS
Jml
(unit)
8
Kap.
(L/s)
9
KEUANGAN
Hidran
Nilai
Progres
Umum/
Penyerapan
Progres Pagu
Keterangan
Kontrak
Keuangan
Tangki Air
(Rp.)
Fisik(%) Dana(Rp.)
(Rp.)
(%)
Jml
Jml
(unit)
(unit)
11
12
13
14
15
16
17
18
Jaringan
SRM
Perpipaan
Panjang
(m)
10
PELAPORANPERMASALAHANDANUPAYAPENYELESAIANMASALAH
DAKBIDANGINFRASTRUKTURTAHUN2007, PRASARANADANSARANAAIRBERSIHPERDESAAN/ PERKOTAAN
LAPORANKAB/KOTA
FORMAB- K3
Propinsi
Kabupaten/Kota
Triwulanke
Status Progres Per
Diisi dengan lengkap oleh kab/kota dan disampaikan ke provinsi setiap triwulan
278
Status Perkembangan
Penyelesaian
7
LAPORAN KAB/KOTA
FORM AB - K4
Propinsi
Kabupaten/Kota
Kecamatan
Desa/lokasi
Foto sebelum pelaksanaan kegiatan (0%)
Kecamatan
Desa/lokasi
Foto sebelum pelaksanaan kegiatan (0%)
Diisi dengan lengkap oleh kab/kota dan disampaikan ke provinsi pada triwulan akhir
279
LAPORANKAB/KOTA
FORMAB- K5
Propinsi
Kabupaten/Kota
No.
Kecamatan
Desa/ Kelurahan
NamaPaket/ Unit
Kegiatan
Peningkatan
Kapasitas(L/s)
5
TujuandanSasaran
PenerimaManfaat
Peningkatan
Lembaga
Operasional
Pelayanan Pengelola(Ada/ PrasaranaSPAM Kegiatan(Jiwa)
SR/HU(unit)
Tidak)
(Beroperasi/ Tidak)
6
7
8
9
Keterangan
10
DAFTAR REFERENSI
SNI 03-3981-1995
SNI 19-6774-2002
AB-D/LW/TC/015/98
AB-D/RE/TC/020/98
AB-D/RE/TC/022/98
AB-K/RE-RT/TC/012/98
AB-K/RE-RT/TC/027/98
AB-K/RE-RT/TC/038/98
Tata Cara Rancangan Penampung Air Hujan untuk Penyediaan Air Minum
AB-K/RE-RT/TC/050/98
AB-K/RE-RT/TC/051/98
AB-D/LW/ST/001/98
AB-D/LW/ST/006/98
AB-D/LW/ST/002/98
AB-D/LW/ST/006/98
AB-D/LW/TC/004/98
AB-D/LW/TC/006/98
AB-K/LW/ST/001/98
Pedoman Teknis Proyek Air Bersih Perdesaan dengan Sistem Perpipaan dan Sumur Artesis (PAB-PPSA), Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departeman
Pekerjaan Umum, 1985
Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidram dalam Penyediaan Air Bersih, Puslitbang Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum, 2001
Direktori Standar Nasional Indonesia Teknologi Tepat Guna dan Jasa Pelayanan Teknologi Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian
dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum, Edisi Maret 2004
Tata Cara Perencanaan Destilator Surya Atap Kaca, Puslitbang Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum, 2004
281