Anda di halaman 1dari 32

TUGAS PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT

PERANCANGAN EKSKALATOR TROLLEY BARANG DI


DEPARTEMENT STORE

Disusun Oleh :
Nama
NPM
Jurusan
Kelas
Dosen

: Hengki Frisa Sukresno


: 3331091170
: Teknik Mesin
: B (Regular)
: ASWATA, Drs, Ir, SE, MM, IPM.

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Eskalator adalah salah satu transportasi vertikal berupa konveyor untuk mengangkut
orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti
jalur yang berupa rail atau rantai yang digerakkan oleh motor.
Karena digerakkan oleh motor listrik, tangga berjalan ini dirancang untuk
mengangkut orang dari bawah ke atas atau sebaliknya. Untuk jarak yang pendek eskalator
digunakan di seluruh dunia untuk mengangkut pejalan kaki yang mana menggunakan
elevator tidak praktis. Pemakaiannya terutama di daerah pusat perbelanjaan, bandara, sistem
transit, pusat konvensi, hotel dan fasilitas umum lainnya.
Manfaat dari eskalator cukup banyak seperti mempunyai kapasitas memindahkan
sejumlah orang dalam jumlah besar dan dapat juga dipergunakan untuk mengangkut trolly.
Pada pembahasan tugas pesawat alat angkut ini adalah membahas mengenai pengangkutan
trolly pada eskalator dikarenakan pengangkutan trolley ini merupakan hal yang perlu
diperhatikan. Pengangkutan trolly pada eskalator ini sering mengalami kendala pada sistem
pengangkutanya menimbulkan susahnya trolly ditempatkan di ekskalator dan bisa terjatuhnya
trolly atau belanjaan yang bisa menimbulkan kecelakaan. Oleh karena itu diharapkan ada
sebuah ekskalator yang bisa mengangkut trolly yang aman agar tidak terjatuh.
1.2. Alasan Pemilihan Judul
Eskalator khusus trolley belanja merupakan eskalator yang hanya untuk trolley
belanja. Eskalator Khusus trolley di gedung-gedung departement store di Indonesia masih
belum memiliki. Umumnya Eskalator di departement store di Indonesia tidak bisa digunakan
untuk mengangkut trolly belanja karena dari faktor kemiringan dan model anak Tangga
eskalator, eskalator akan menimbulkan susahnya trolly ditempatkan di ekskalator dan bisa
terjatuhnya trolly atau belanjaan yang bisa menimbulkan kecelakaan. Hal ini agar efisien
maka ekskalator harus membantu untuk pengguna ekskalator didepartement store bisa
menaik-turunkan trolley belanja untuk belanja.

Karena adanya kendala-kendala seperti diatas, maka disisi lain

diharapkan ada

sebuah ekskalator yang bisa mengangkut trolly yang aman agar tidak terjatuh.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di susun beberapa alasan dari
pemilihan judul Perencanaan Rancang Ekskalator untuk Trolley belanja di
Departement Store. Maka ada beberapa hal yang menjadi alasan, yaitu :
1. Agar lebih efektif dan efisien
2. Lebih cepat Membawa barang belanjaan
3. Mengutamakan faktor keselamatan
1.2. Rumusan Permasalahan
Spesifikasi Alat :
a) Daya Motor eskalator + 100 Hp
b) Penerus daya pada eskalator ini adalah pulley
c) Kapasitas Maksimum 25 30 kg
d) Eskalator hanya digunakan untuk trolley belanja.
e) Kecepatan Escalator bervariasi dari sekitar + 90 meter per menit untuk 180 kaki per
menit (27-55 meter per menit).
f) Eskalator bergerak 145 kaki (44 m) per menit.
g) Sudut kemiringan eskalator 30o
h) Ukuran lebar eskalator trolley mengikuti ukuran lebar trolley (standard trolley
Ukuran dimensi : P x L x T : 83cm x 50cm x 95cm)

Gamabar 1.1 Perencanaan pengangkutan trolly pada eskalator

1.3. Lingkup pembahasan


Dengan melihat latar belakang di atas, Ekskalator merupakan alat tidak dilakukan
oleh manusia secara langsung, sehingga pengguna ekskalator tergantung pada teknologi
handal dari transportasi vertikal ini. Ekskalator ini memiliki komponen-komponen penting
agar eskalator tersebut dapat bergerak. Untuk merancang sebuah eskalator trolley perlu
dilakukan beberapa perencanaan, antara lain:
o Menentukan ruang lingkup konveyer eskalator untuk trolley.

G
a
o m
Perhitungan motor pengerak : memilih jenis motor, menghitung daya, tegangan, arus

bmengitung kecepatan dan waktu eskalator trolley.


o
o
o
o
o
o

Memilih dan menentukan jumlah Pulley atau belt untuk menggerakan eskalator.

aMenentukan komponen yang dirasa perlu untuk digunakan.


rMampukah mesin ini efisien.

Desain untuk membuat konstruksi eskalator trolley

1Menganalisa sistem mekanisme kerja.

Permasalahan yang dapat dijadikan acuan adalah untuk memepermudah dan menjaga

keseimbangan trolley.

3
Gambar
mekanisme eskalator
S
k
e
t
p
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n
s
i
s
t
e
m
e
s

Gambar 1.2 Gambar Mesin Eskalator

1.4. Batasan Masalah


Dalam penye1esaian masalah perncanaan perancangan eskalator Trolley belanja terdapat
beberapa pembatasan masalah sebagai berikut:
o Kapasitas Maksimum 25 30 kg (hanyak untuk trolley)
o Eskalator hanya digunakan untuk trolley belanja (eskalator di desain hanya untuk troley
dengan pencekam roda belakang pada celah penahan eskalator)
o Tidak membahas material eskalator
o Perhitungan mengenai sifat-sifat konversi energi dan geskan dinding tidak dibahas.
o penggunaan mur dan baut diasumsikan aman sehingga tidak dilakukan perhitungan.

1.6. Diagram Alir


Langkah langkah sistematika perancangan mesin design
eskalator trolley belanja.

untuk mempermudah dan memahami

proses konstruksi, seperti yang diuraikan dalam diagram alir


sebagai berikut :

Mulai

Tinjauan
Pustaka

Pengamatan
Lapangan
Konsep
Perencanaan Desain
Mesin
Perhitungan Mesin

Pengecekan Kembali Hasil


Perhitungan
(Jika Sesuai)

Pembuatan dan
Perakitan
Penyusunan
Laporan
Gambar 1. 4. Diagram
SelesaAlir Penelitian
i

BAB II
PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ESKALATOR

2.1 Desain Sistem

Sistem ini direncanakan bertujuan untuk memisahkan eskalator trolley dengan


eskalator orang agar tidak terganggu saat menggunakan eskalator dan eskalator ini saat
bergerak trolley seimbang tidak miring.

Gambar 2.1 Sistem kerja eskalator trolley


Pada eskalaotor trolley ini, untuk menaikan atau menurukan trolley perlu dibantu
orang untuk mengepaskan ke penahan eskalator atau mencekamkan roda belakang troley ke
eskaltor trolley agar bisa trolley berjalan di eskalator.

2.2 Teori Bidang Miring


Gerak pada bidang miring dengan permukaan licin, terdapat tiga kondisi yang
berbeda. Sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah. Pada gambar 2.1, benda meluncur
pada bidang miring yang licin (gaya gesekan = 0) tanpa ada gaya tarik. Jadi benda bergerak
akibat adanya komponen gaya berat yang sejajar bidang miring (w sin ).

Gambar 2.1. Gerak pada bidang miring dengan permukaan licin 1


Benda bergerak akibat adanya komponen gaya berat yang sejajar permukaan bidang
miring.
Berdasarkan hukum II Newton, percepatan gerak benda adalah :
F = m.a
w sin = m.a
a=

w sin
m

a=

m . g . sin
m

Komponen gaya yang bekerja pada sumbu y (vertikal) adalah :


F = m.a

a=0

F = m.a

a=0

F = 0

F = 0

N w cos = 0

N w cos = 0

N m.g cos = 0

N = w cos
N = m.g cos

2.3 Teori Perhitungan Berat

Untuk mengkalkulasikan berat digunakan data data yang telah ditentukan


sebelumnya, dapat dimulai untuk mengkalkulasikan total jarak yang telah ditempuh tangga
dan jumlah step yang dibutuhkan (1)
a. Total jarak yang ditempuh (S)
C D D

S I s 2
2 2
2

Rumus diatas diambil berdasarkan jarak tempuh rantai, dimana :


I = Panjang lintasan 10 m
C = Panjang lintasan bagian bawah 8 m
D = panjang lintasan bagian atas 6 m
Ds = keliling diameter sproket 0.1 m
8 6 0.1

S 10
2 34.10m
2 2
2

b. Jumlah step yang dibutuhkan

Gambar 2.2. Jarak Pergeseran Step

Berdasarkan gambar diatas :


Maka jumlah step yang dibutuhkan adalah :

Stp =

S
L

Dimana :
Stp

= Jumlah step

= Total jarak yang ditempuh 10 m

= Panjang diagonal step 8 m

Stp =

10
1.25
8

c. Berat total step


Untuk masing masing step diasumsikan mempunyai berat Wst
Maka berat total step adalah :

Wtotal S tp Wst
Dimana :
Wtotal

= Berat total step (N)

Stp

= Jumlah step 1.25

Wst

= Berat masing-masing step 300 N

Wtotal 1.25 300 375 N

d. Berat Penumpang (Wp)


Untuk satu kali lintasan, jumlah step, Maka berat total penumpang Wp
-

Wp = Wp1 + Wp2
Dimana :
Wp2 = Berat setiap step isi trolley (35 kg)
Wp1 = Sisa dari kapasitas troley saat kosong (20kg)
Wp = 20 + 35 = 55 kg

e. Berat rantai (Wc)


Untuk pemilihan rantai diambil kekuatan tarik yang besar dan jarak yang tidak
terlalu panjang, untuk jaminan kekuatan sambungan.
Untuk berat total rantai (Wc)adalah :
Wc = Jarak tempuh rantai (m) x Berat rantai (kg/m)

f. Berat sproket (Wsp total)


Didalam mekanisme escalator ini dibedakan macam sproket menurut fungsinya :
1.

Sproket (Sp1) yang berada pada reducer dan berfungsi sebagai penggerak.

2.

Sproket (Sp2) adalah sproket yang digerakkan sproket (Sp1)

3.

Sproket (Sp3) dan (Sp4) sebagai penggerak rantai dan step, begitu pula dengan

sproket yang digerakkan oleh Sp3 dan Sp4 yaitu Sp5 dan Sp6

Semua keterangan mengenai sproket diatas dapat dilihat mekanismenya pada


gambar 2.3.

Frame

SP 5

SP 4

motor

SP 6

SP 3
SP 2
SP 1

Gambar 2.3 mekanisme sistem penggerak


Pada sproket sproket diatas, Sp1 tidak perlu dihitung beratnya karena tidak
ditumpu oleh frame maupun menambah beban bagi motor (sangat kecil sehingga dapat
diabaikan)
Selanjutnya dalam perhitungan berat sproket diameter yang dipakai adalah
diameter kepala. Diameter sproket dapat dilihat pembahasannya pada perhitungan
mekanisme penggerak .

Rumus berat sproket (massa) Wsp2 =

D 2 t BJ
4

Wsp2 =

3.14
0.1m 2 10 50 N 39.25
4

a.

Berat sproket Sp2 = Wsp2

b.

Untuk diameter kepala dari sproket penggerak step


Sp3 = Sp3 = Sp3 = Sp3
Sehingga berat total sproket sebesar :
Wsp total = Wsp2 + Wsp
Untuk kesalahan perhitungan serta gesekan gesekan yang menimbulkan kerugian
maka :

W = (Wtotal x 5 % )+ W total

2.4 Mekanisme Sistem Penggerak

Gambar 2.4 Gerak pada bidang miring dengan permukaan


Benda bergerak akibat adanya komponen gaya berat yang sejajar permukaan bidang
miring.
Berdasarkan hukum II Newton, percepatan gerak benda adalah :
F = m.a
w sin = m.a,
80 x 10 sin 30o = 80 . a
a=

m . g . sin
m

a=

80 x 10sin 30
80

= 5 m/s2

Komponen gaya yang bekerja pada sumbu y (vertikal) adalah :


F = m.a

a=0

F = 0
N w cos = 0
N m.g cos = 0

F = m.a

a=0

F = 0
N w cos = 0
N = w cos
N = m.g cos
N = 80.10 cos 30o
N = 800 (1/2

a.

3 ) = 400 3 N

Gaya dan Pemilihan Motor

Pada pemilihan rantai sudah kita ketahui ukuran dan kekuatannya, serta tipenya
adalah OCM HC.

Fr

30

Gambar 2.5 Gaya Rantai


Karena rantai penggerak step terbagi menjadi dua, sehingga gaya masing masing
rantai adalah :

W
2

300 N
150 N
2

Dimana :
F

= Gaya masing-masing rantai (N)

= Berat beban (N)


Fr = F sin 600

Untuk pemilihan motor :

W v

P=

P=

150 90m / menit


15882.35watt
0.85

Dimana :
P = Daya motor (W)
W = gaya yang diterima (N)
v = kecepatan jalan (30m/menit)

= efisiensi motor = 0.85


Dengan :
W = berat total x kerugian-kerugian (15 %) + berat total
Sebagai contoh Spesifikasi motor yang ada di pasaran adalah :
Didapat motor BONFIGLIOLI RIDUTTORI (Italy):
Dipilih :

motor = 900 rpm


tipe : AS 35/p dan AS 35/F
Dimana :
AS = riduttore/gearbox
35 = diameter poros reducer
p = foot mounting (pengikat kaki)
F = flange mounting (pengikat flens)
Daya motor = 5.1 HP = 3.8 kW
Ratio Reducer (i) = 12.62
Momen output (M) = 480 Nm
Putaran output (nr) = 71 rpm

b.

Pengereman
Fungsi utama rem adalah menghentikan poros, mengatur putaran poros dan juga

mencegah putaran yang tidak dikehendaki. Efek pengeremen secara mekanis

diperoleh

dengan gesekan dan secara listrik dengan serbuk magnet, arus pusar, fasa yang dibalik, arus
searah yang dibalik atau penukaran kutub.
Rem gesekan dapat diklasifikasikan :
1. Rem blok (tunggal atau ganda )
2. Rem drum
3. Rem cakram
4. Rem pita
Pada perhitungan ini yang akan digunakan adalah rem blok ganda. Pada escalator ini
akan dipasang dua unit rem blok ganda, satu unit dibaian atas dan 1 unit dibagian bawah,
sehingga pengereman dapat berjalan dengan baik.

Gambar 2.6 Letak Rem


Torsi pengereman :

T=

T=

P 9.74 10 5
n
15882.35 9.74 10 5
3,093,882.35 Nm
5000

Dimana :
T

= Torsi (Nm)

= Daya yang hendak di rem (Watt)

= Putaran poros (rpm)

Atau
T=xQxD
T = 0.5 x 200N x 0.2
T = 20 Nm
Dimana :
T

= Torsi (Nm)

= Koefisien gesek

= Reaksi rem (N)

= Diameter pengereman (m)

Sehingga didapat reaksi rem Q :

T
D.
Q=
b
Q
h

Gambar 2.7 blok Rem


Maka :
H = D sin (/2)
A = sudut kontak biasanya antara 500 s/d 700, diambil = 600

Tekanan kontak p (N/mm2) dari permukaan rem blok rem adalah :

p=

Q
bh

Dalam reaksi rem Q (N), diperlukan pula ukuran ukuran pendukung lainnya
termasuk gaya berat F (pemberat).
Dimana :

Q=Fx

a a ' c e e'

a'
c'
e'

Sedangkan mekanismenya adalah sebagai berikut :


Tuas A ditumpu oleh piston b dari silinder otomatis. Jika udara tekan di B dibuang ke
atmosfir , A akan jatuh karena pemberat F. Dengan demikian B akan tertarik ke bawah dan
memutar tuas C ( disebut engkol bel). Gerakan ini akan menarik D dan E ke kanan, dan
mendorong E kekiri.
Disini dianggap gaya Q yang dikenakan dari drum pada E adalah sama dengan gaya
Q pada E.

c. Teori Perhitungan Sproket dan Poros

Gambar 2.8. Rantai ganda


1. Momen puntir rencana (reducer ) :
Pd
nR
Tr = 9.74 x 105 x
Dimana :
Tr

= Momen puntir rencana (Nm)

Pd

= Daya rencana (W)

nR

= Putaran reducer (rpm)

2. Bahan poros dipilih SNCM 25 b = 120 (N/mm2)


Pemilihan bantalan, tabel baja poros
Sf1 = (faktor keamanan untuk bahan S-c dan baja paduan )
Sf2 = (faktor kekasaran permukaan, harga antara 1.3 3.0)
3. Tegangan ijin a :

a =

b
S f1 S f 2

- Faktor tumbukan Kt, diasumsikan terjadi kejutan atau tumbukan besar, maka
diambil antara1,5 3.0)
- Faktor pembebanan lentur Cb antara 1.2 2.3, diambil 1.5.

4. Poros reducer (dc) :

Kt

Dc =

5,1

K L C b T1

1/ 3

5. Poros sprocket :

Ds =

5,1

K L C b T1

1/ 3

6. Diameter sprocket :
-

Diameter lingkaran jarak bagi :


p
sin( 180 / z )
D=

Diameter lingkaran kepala :


Dk = (0.6 + cos(180/z)-1) . p

Diameter lingkaran kaki :


Df = p . ( cos(180/z)-1) 0.76

Dimana : p = pitch (jarak pusat rol rantai )

d. Teori Perhitungan Poros


Pada perhitungan disini akan dijelaskan perhitungan poros yang meliputi :
1. Poros reducer
2. Poros penggerak atas
3. poros penggerak bawah

Poros Reducer

Pada perhitungan sebelumnya didapat besarnya poros reducer sementara adalah 38


mm. pada perhitungan ini ditinjau berdasarkan pengaruh momen torsi dan momen
bendingnya sehingga didapat hasil yang dijamin kekuatannya.

Gambar 2.9. Poros reducer


Tegangan geser ijin SNCM 25 b = 120 N/mm2

fs

120
sf 1 sf 2
N/mm2

Dimana :
sf1 = faktor pengaruh massa dan baja paduan dipilih 6.0
sf2 = factor penggaruh kekasaran permukaan, harga antara 1.2 s/d1.5.

a. Torsi :
T

P 4500
2 n

15882.35 4500
561044013750 Nm
2 3.14 5000

b. Gaya tangensial dari roda gigi :


F

2 T
D

2 561044013750
0.2

= 280522006875 N

c. Momen bending dari pusat roda gigi :

M F

0.2
280552200687.5
2

M 280522006875

d. Twisting momen :

Te T 2 M 2
atau :

Te =

fs d 3
16

e. Tegangan geser :

b
sf
fs =

e. Teori perhitungan Poros Penggerak Bagian Atas

Gambar 2.10. Poros Penggerak bagian atas


a. Tegangan tarik ijin :

b
K t Cb
ft =

Kt = factor kejutan/tumbukan yang besar antara 1,5 s/d 3,0


Cb = factor akibat beban lentur, antara 1,2 s/d 2,3

b. Berat roda gigi masing masing

WB = W C
Km = factor bending akibat kejutan dan fatique dengan kejutan sedang, antara
1.5 s/d 2.0 diambil 2
Kt = factor torsi akibat kejutan dan fatique dengan kejutan sedang antara 1.5 s/d
2.0, diambil 2.

c. Torsi :

P 4500
2 nb
TB =
-

Gaya tangensial FB
FB

TB
DB

Beban total pada titik B :


WB + FB
Torsi TC = TB
- Gaya tangnsial Fc
FC

TC
DC

Beban total pada titik C adalah :


Wc + Fc
Torsi :
P 4500
2 nb
TD =
- Gaya tangensial FD
FD

TD
DD

Beban total pada titik C adalah :


Wc + Fc

f. Teori Perhitungan Bearing


a. Perhitungan berat roda gigi :

W=

2
2 Dsp1 t BJ
4

b. Berat total terhadap poros adalah :


F+W

Gambar 2.11 Poros pada bearing

1. Pertama adalah mencari perbandingan antara panjang dan diameter lubang


I
1,6
d
I = 1.6 x D
2. Kemudian kita dapat mengetahui tekanan bearing
RA
I d
P=
Sedangkan maksimum tekanan bearing 7 s.d 1 N/cm2
p < pijin
3. Kekentalam mutlak dari lapisan oil
Z = 25 centipoise
Modulus bearing pada titik maksimum dari gesekan :

3K

Z n
p

1 zn

K
3 p

4. koefisien gesek
33
1010

Z n

d
k
c

Dimana K = factor koreksi = 0,002


5. Panas yang timbul
Hg

WV
J
d n
100

(m/min)

J = energi panas = 427 N.m/kcal


V

3.14 0.1 5000


15.85
100

Hg

0.5.300.15.85
5.57
427

g. Pulley
Cakra pulley dikonstruksikan ada yang bersatu dengan porosnya (fixed) dan ada yang
bebas (moveble) dan ada pula yang dikompensasikan. Diameter dari cakra pulley tidak
kurang dari 10 diameter tali, jadi :
D > 10d
Dimana : D = diameter pulley (mm)

d = diameter tali(mm)
Roda puli tali yang berukuran kecil biasanya dicor menjadi satu bagian tanpa tulang penguat,
sedangkan untuk roda puli besar diberi tulang penguat dan lubang atau dengan jari-jari silang.

Tabel 2.2. Dimensi roda puli


Diamete
r
Tali (d)
4.8
6.2
8.7
11
13
15
19.5
24
28
34.5
39

r1

r2

r3

r4

22
22
28
40
40
40
55
65
80
90
110

15
15
20
30
30
30
40
50
60
70
85

5
5
6
7
7
7
10
10
12
15
18

0.5
0.5
1
1
1
1
1.5
1.5
2
2
2.9

12.5
12.5
15
25
25
25
30
37
45
55
65

8
8
8
10
10
10
15
18
20
22
22

4
4
5
8.5
8.5
8.5
12
14
17
20
25

2.5
2.5
3
4
4
4
5
5
6
7
9

2
2
2.5
3
3
3
5
5
7
8
10

8
8
9
12
12
12
17
20
25
28
40

6
6
6
8
8
8
10
15
15
20
30

h. Motor AC
Motor AC adalah motor yang menggunakan arus listrik yang membalikkan arahnya
secara teratur pada rentang waktu tertentu. Motor listrik AC memiliki dua buah bagian dasar
listrik : stator dan rotor .
Stator merupakan komponen listrik statis. Rotor merupakan komponen listrik berputar
untuk memutar as motor. Dalam pemilihan motor diperlukan adanya perhitungan kebutuhan
daya motor. Untuk menghitung besarnya kebutuhan daya motor sebagai penggerak utama
dalam proses pemindahan barang adalah sebagai berikut :
P = 2. . n. T
Dimana : P = Daya Motor (kw)

n = Putaran (rpm)
T = Torsi (Nm)

a. Daya Motor (P)


Dari perhitungan diatas, sehingga dapat dihitung kebutuhan daya motor sebagai berikut :
P = 2..n.T
Dimana : P = Daya Motor (kw)
n = Putaran (rpm)
T = Torsi (Nm)
Daya yang dibutuhkan untuk motor pada eskalator adalah :
P = 2..n.T
= 2 x x 900 x

561044013750 Nm

= 3.17 x 1015 Watt


= 3.17 x 1013 KW

i. Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua
mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran sekaligus sebagai penopang dari
benda yang berputar. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
Poros untuk mesin, biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin dan difinis,
baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari ingot yang di kill
(baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan di cor; kadar karbon terjamin). Meskipun
demikian, bahan ini kelurusannya agak kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena
tegangan yang kurang seimbang misalnya diberi alur pasak. Tetapi penarikan dingin
membuat permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya bertambah besar. Harga-harga
yang terdapat di dalam tabel 1.1 diperoleh dari batang percobaan dengan diameter 25 mm,
dalam hal ini harus di ingat. Bahwa untuk poros yang diameternya jauh lebih besar dari 25
mm, harga-harga tersebut akan lebih rendah daripada yang terdapat pada label karena adanya
pengaruh massa.

Tabel 2.2. Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin
untuk poros
Standar dan
Macam

S30C
S35C
S40C
S45C
S50C
S55C
S35C-D
S45C-D

Perlakuan
Panas
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
-

Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
48
52
55
58
62
66
53
60

S55C-D

72

Lambang

Baja karbon
konstruksi mesin
(JIS G 4501)

Batang Baja
yang difinis
dingin

Keterangan

Ditarik
dingin, di
gerinda
dibubut, atau
gabungan dari
hal-hal
tersebut

2.5 Varian
Ada beberapa varian cara yang dapat digunakan untuk menggerus obat diantaranya :
1. Pemindahan trolley barang dengan cara dikaitkan pada kedua ujung trolley
2. Pemindahan trolley barang dengan cara dengan membuat coakan pada permukaan
eskalator
Table varian alat penggerus obat sebagai berikut:
Prinsip
No

Solusi

Dari bawah ke

Dari atas ke

atas

bawah

Fungsi
A

Arah Pergerakan

Input Troli

Manual

Otomatis

Media penggerak

Motor AC

Motor DC

Dari table diatas, kombinasi prinsip solusi yang didapat adalah :


Kombinasi Prinsip V1= 1A, 1B, 1C

Kombinasi Prinsip V2= 2A, 2B, 2C


Kombinasi Prinsip V3 = 1A, 2A, 2B
Kombinasi Prinsip V4 = 1A, 2B, 1C
Kombinasi Prinsip V5 = 2A, 1B, 1C
Kombinasi Prinsip V6 = 2A, 2B, 2C
Adapun varian yang di pilih :
Varian 2 = 2A, 2B, 2C
Varian 5 = 2A, 1B, 1C
Varian 6 = 2A, 2B, 2C
Dalam alat penggerus obat dipilih varian cara yakni penggerusan obat dengan cara
pengerollan. Cara pengerollan dengan arah rotasi serta input obat dengan otomatis ini
memiliki kelebihan dengan cara menumbuk, dikarenakan penggerusan obat dengan cara
pengerollan lebih efisien baik dari segi waktu maupun biaya produksi serta operasi.
Dengan faktor-faktor tersebut, maka alat pemindah barang portable pada kamar mesin
dengan penggerak motor, dipilih varian :
Varian 2 = 2A, 2B, 2C
2.6 Spesifikasi
Spesifikasi Alat Penggerus obat dengan metode rolling ball
D/W
D

Daftar Persyaratan
1. Geometri
2. Kapasitas Maksimum 80 kg
3. Eskalator hanya digunakan untuk trolley belanja.
4. Kapasitas
Kapasitas angkut pada eskalator trolley barang adalah 80 kg

5. Energi
Energi input sekecil mungkin
Efisiensi penggunaan energi sebesar mungkin

6. Energi
Diusahakan tidak ada energi terbuang

7. Ergonomi
Aman
Mudah dioprasikan

8. Perakitan
Pemasangan alat mudah dan sederhana

9. Perawatan
Pelumasan elemen yang berputar
Penggantian komponen mudah
Elemen berumur panjang

10. Biaya
Biaya operasi dan produksi ekonomis

Keterangan :
D = Demand (daftar peryaratan yang harus dipenuhi)
W = Wishes (daftar peryaratan yang diharapkan dapat dipenuhi)

Anda mungkin juga menyukai