Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TUGAS UTILITAS BANGUNAN

PROYEK LIFT APARTEMEN ONE EAST

Dosen Pengampu :
Ir. Akhmad Yusur Zuhdy, PG. PLG
Disusun oleh:
1. Dhika Kurnia R.A

(3114041058)

2. M. Atiqur Rahman

(3114041069)

3. Dhicky Yoga P.

(3114041074)

PROGRAM DIV TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2016

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan. ............................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan............................................................................................................................................. 4
BAB II................................................................................................................................................... 5
2.1 Lokasi Survey ................................................................................................................................. 5
BAB III Tinjauan Pustaka ..................................................................................................................... 6
3.1 Pengertian Lift ............................................................................................................................... 6
3.2 Jenis dan Fungsi Lift ....................................................................................................................... 6
3.3 Komponent Lift............................................................................................................................... 7
3.4 Peralatan Safety Device pada Lift ................................................................................................... 9
BAB IV Pembahasan .......................................................................................................................... 11
4.1 Cara Pemasangan .......................................................................................................................... 11
4.2 Perawatan dan Pemeliharaan ........................................................................................................ 14
4.3 Spesifikasi Lift di Lapangan ......................................................................................................... 22
4.4 Gambar Pengerjaan dan Bagian Lift di Proyek Apartemen One East .......................................... 23
BAB V Kesimpulan ............................................................................................................................ 26
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................................... 26
5.2 Saran ............................................................................................................................................. 26

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa Allah SWT, karena atas kasih dan kemurahan-Nya,
sehingga tugas Utilitas Bangunan ini dapat terselesaikan. Tugas Utilitas Bangunan ini merupakan suatu
bagian dari pendalaman disiplin ilmu Teknik Sipil. Sebagai wujud syukur, penyusun mengucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan baik pada waktu perkuliahan, maupun
pada waktu asistensi yang semuanya itu memberi manfaat yang cukup besar dalam penyelesaian tugas besar
ini. Akhir kata, kesempurnaan itu hanya milik Pencipta. Karena itu, penyusun sangat menyadari tugas besar
ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan sebagai
masukan yang berguna dalam penyusunan tugas besar selanjutnya. Semoga tugas besar ini dapat
memberikan manfaat dan pengetahuan bagi yang membaca dan mempelajarinya.

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang.
Lift umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi, biasanya lebih dari tiga atau empat lantai.
Gedung-gedung yang lebih rendah biasanya hanya mempunyai tangga atau eskalator. Lift merupakan
prasarana yang sangat penting dalam bangunan tinggi untuk memfasilitasi mobilisasi penghuni gedung.
Dalam pemasangan lift ahli struktur dari teknik sipil harus mengerti dan paham dalam mendesain
dan merancang strukutur untuk penunjang lift. Sehingga kami sebgai mahasiswa dari teknik sipil
mencoba untuk langsung terjun ke lapangan dan melakukan survey secara langsung sehingga memiliki
gambaran pelaksanaan pemasangan lift, maka laporan survey ini kami buat untuk mengetahui
pelaksanaan pemasangan lift pada gedung
1.2. Tujuan
a) mengetahui secara langsung pemasangan lift di lapangan
b) mengetahui komponen lift
c) mengetahui jenis lift

BAB II
LOKASI SURVEY

Alamat : Jalan Raya Kertajaya Indah No. 79 Surabaya

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pengertian Lift


Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang atau
barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi, biasanya lebih dari tiga atau
empat lantai. Gedung-gedung yang lebih rendah biasanya hanya mempunyai tangga atau
eskalator. Lift-lift pada zaman modern mempunyai tombol-tombol yang dapat dipilih
penumpangnya sesuai lantai tujuan mereka, Terdapat tiga jenis mesin, yaitu Hidraulic, Traction
atau katrol tetap, dan Hoist atau katrol ganda, Jenis hoist dapat dibagi lagi menjadi dua bagian,
yaitu hoist dorong dan hoist tarik.

3.2. Jenis dan Fungsi Lift


Jenis-jenis lift beserta fungsinya yaitu sebagai berikut
3.2.1. Pasenger Elevator/ Lift Penumpang
Passenger Elevator adalah elevator yang berfungsi khusus untuk mengangkut
manusia saja, elevator ini sangat dijaga kehandalan sistem keamanannya. Hal ini karena
menyangkut keselamatan manusia penumpang lift tersebut.

3.2.2. Dumbwaiter / Lift Barang


Elevator ini fungsinya hanya untuk mengangkat barang saja, elevator ini juga tak
kalah handalnya dengan elevator penumpang namun ada sedikit perbedaan dalam hal system
keamanannya.

3.2.3. Elevator Service / Lift Servis


Elevator service ini biasanya dipasang diperhotelan,fungsinya untuk mengantarkan
barang ke kamar-kamar penghuni hotel. Elevator ini juga tak kalah handalnya dengan
6

elevator penumpang, perbedaan dari elevator service dengan elevator penumpang ini sangat
jelas dari sistem pengangkutannya.

3.3. Komponen Lift


3.3.1. Komponen di ruang Mesin (Machine Room)
Ruang mesin adalah ruang terpenting, dimana ruang tersebut terjadinya semua
proses pengoperasian elevator berlangsung secara keseluruhan
a) Control System atau Control Panel (Lemari Konttrol), Berfungsi untuk mengatur dan
mengendalikan kerja dari pada lift tersebut. Permintaan baik dari luar maupun dari dalam
kereta dicatat dan diolah, kemudian memberikan intruksi-intruksi agar lift bergerak, dan
berhenti sesuai dengan permintaan.
b) Geared Machine atau Mesin Penggerak, Di dalam raung mesin terdapat satu mesin
penggerak jenis geared. Pada mesin ini, perputaran dari motor penggerak
ditransformasikan oleh roda gigi sehingga dari putaran motor tinggi dapat berubah ke
putaran rendah. Kecepatan maximum dari kereta lift dengan sistem geared adalah
150mpm.
c) Primary Velocity Tranducer/ Encoder, Terdapat satu alat dengan mesin lift pada mesin
penggerak gunanya untuk mendeteksi putaran motor atau kecepatan dari lift.
d) Governor adalah alat pengaman, dimana jika kecepatan lift melebihi batas-batas yang
telah ditentukan, maka governor ini akan bekerja dan kereta akan berhenti baik oleh
elektrik maupun maupun mekanik.
e) ARD (Automatic Rescue Drive), yang berfungsi apabila sumber listrik dari PLN mendadak
mati dan lift akan berhenti disembarang tempat setelah lebih dari 15 detik maka ARD
akan bekerja untuk menjalankan lift ke lantai terdekat. Setelah lift sampai pada lantai
otomatis lift akan mati. Lift akan normal kembali setelah listrik PLN hidup kembali.
f) Bobot imbang atau counterweight, biasanya terpasang dibelakang atau disamping
kereta elevator, bobot dari bobot imbang ini harus sesuai dengan ketentuan yang ada.
Faktor-faktor yang menentukan berapa berat dari bobot imbang ini diantaranya harus
memperhitungkan berat kereta, kapasitas penuh pada kereta dan faktor keseimbangan.

3.3.2. Komponen di ruang luncur (Hoistway)


Ruang luncur adalah lorong atau lintasan dimana kereta tersebut bergerak naik dan
turun. Lubang ini harus merupakan lubang tertutup dan tidak ada hubungan langsung ke
ruang di luarnya kecuali untuk lubang dua buah lift berdampingan.
a. Guide Rail atau Rel Pemandu, Profil baja khusus pemandu jalanya kereta (car) dan bobot
pengimbang (Counterweight). Ukuran rel untuk kereta/ car biasanya lebih besar dari
7

b.

c.

d.

e.

f.

pada rel bandul pengimbang/ counterweight. Guide rail ini terpasang tegak lurus dari
dasar pit sampai di bawah slap ruang mesin.
Limit Switch/ Saklar Batas Lintas, Ada dua jenis saklar batas lintas yaitu untuk membalik
arah (direction switch) dan final switch. Biasanya komponen ini terpasang di rel kereta,
dipasang dibagian bawah dan dibagian atas rel. Yang berfungsi untuk menjaga agar
kereta tidak menabrak pit atau lantai kamar mesin.
Vane Plate/ Pelat Bendera, Dipasang di rel kereta yang berfungsi untuk mengatur
pemberhentian kereta pada lantai yang dikehendaki dan mengatur pembukaan pintu
pendaratan (landing door).
Landing Door/ Pintu Pendaratan, Terdiri dari beberapa bagian, antara lain door hanger,
door sill, dan door panel. Berfungsi untuk menutup ruang luncur dari luar. Pada hall door
ini dipasang alat pengaman secara seri sehingga apabila salah satu pintu terbuka maka
lift tidak akan bisa dijalankan.
Buffer, Terletak di dua tempat yaitu: satu set untuk kereta dan satu set untuk beban
pengimbang/ counterweight. Berfungsi untuk meredam tenaga kinetik kereta dan bobot
pengimbang pada saat jatuh.
Governor Tensioner, Merupakan pully berbandul sebagai penegang rope governor yang
terletak di pit.

3.3.3. Komponen di Car/ Kereta


a. Car/ Kereta adalah kotak dimana penumpang naik dan dibawa naik turun. Kereta ini
dihubungkan langsung dengan bobot pengimbang (Counterweight) dengan tali baja
lewat pully penggerak di ruang mesin,
b. Car Door/ Pintu Kereta, Terdiri dari beberapa bagian, antara lain: door hanger, door sill,
door panel dan door mekanisme yang mengatur buka tutup pintu. Berfungsi untuk
menutup kereta dari luar. Pada pintu kereta (car door) ini dipasang alat pengaman secara
seri dengan pintu pendaratan/ landing door sehingga apabila pintu terbuka maka lift
tidak dapat dijalankan.
c. COP (Car Operating Panel), Ada satu atau lebih COP. Biasanya terletak pada sisi depan
kereta (front return panel). Pada panel tersebut terdapat tombol-tombol lantai dan
tombol pengatur buka tutup pintu.
d. Interphone, Biasanya terletak pada COP (pada lokasi yang mudah dicapai) yang
berfungsi untuk mengadakan komunikasi (dalam keadaan tertentu) antara kereta, kamar
mesin (Machine Room) dan ruang kontrol gedung.
e. Alarm Buzzer, Yang berfungsi untuk memberi tanda bila lift berbeban penuh atau tandatanda lain.
f. Switcing Box, Biasanya menjadi satu dengan COP. Yang terletak dibagian bawah COP
secara tertutup (yang dapat dibuka hanya dengan kunci khusus) didalamnya terdapat
tombol-tombol pengatur.
g. Floor Indicator, Nomor penunjuk lantai dan arah jalannya kereta. Biasanya terletak
disisi atas pintu kereta (transom) atau pada COP.
h. Lampu Darurat atau Emergency Light, Biasanya terletak diatas atap kereta, fungsinya
untuk menerangi kereta dalam keadaan darurat (listrik mati) dengan sumber battery.
i. Saklar Pintu Darurat (Emergency Exit Switch), Terletak pada pintu darurat diatas
kereta, fungsinya untuk memastikan agar kereta tidak berjalan apabila pintu darurat
dibuka untuk proses penyelamatan.

j.

Safety Link, Mekanisme penggerak alat pengaman (safety device) diatas kereta yang
dihubungkan dengan governor di kamar mesin. Berfungsi untuk menahan kereta over
speed ke bawah (dalam keadaan darurat).

3.3.4. Komponen di luar ruang luncur atau di Hall


a. Tombol Lantai, Tombol pemanggil kereta di lantai/ hall.
b. Saklar Parkir, Biasanya terletak di lobby utama didekat tombol lantai (hall button)
berfungsi untuk mematikan dan menjalankan lift.
c. Saklar kebakaran/ Fireman Switch, Biasanya terletak di lobby utama disisi atas hall
button, berfungsi untuk mengaktifkan fungsi fireman control/ fireman operation.
d. Hall indicator atau Penunjuk Lantai, Biasanya terletak di transom atau hall button pada
masing-masing lift. Berfungsi untuk mengetahui posisi masing-masing kereta.

3.4. Peralatan Safety Device pada Lift


a. Cirduit braker,berfungsi :
Memutuskan sumber (aliran) listrik dari panel induk (sub panel) ke panel control lift.
Menjaga peralatan elektronik dari lift jika terjadi arus lebih (over current).
b. Governoor, berfungsi :
Memutuskan power/aliran listrik ke control panel lift jika governor mendeteksi terjadinya
over speed (kecepatan lebih) pada traffict lift (putaran roda pulley governoornya).
Menjepit sling governor (catching). Secara mekanik bandul governor akan menjepit sling
governor (rope governor) dan dengan terjepitnya sling ini,maka sling ini akan menarik
safety wedge pada unit safety gear/safety wedge yang terletak di bawah car lift dan akan
mencengkaram rail untuk melakukan pengereman secara paksa terhadap lift.
c. Final limit switch (upper/bagian atas), Merupakan double proteksi untuk menghentikan operasi
lift jika limit switch (upper) gagal beroperasi.
d. Limit switch (upper/bagian atas), Berfungsi menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai
tertingginya.
e. Emergency exit (manhole), Penumpang dapat di tolong/evakuasasi dari dalam sangkar melalui
manhole ini pada saat emergency.Manhole ini hanya dapat di buka dari sisi luar bagian atas.jika
pintu ini terbuka lift otomatis akan berhenti.
f. Emergency light (lampu emergency), Lampu emergency akan menyala secara otomatis jika
terjadi pemdaman sumber listrik.Lampu ini dapat bertahan rata-rata sampai dengan 15 menit.
g. Safety gear/safety wedge, berfungsi melakukan pengereman (menjepit) terhadap rail jika
governor mendeteksi terjadinya over speed.
h. Limit switch (Lower/bagian bawah), berfungsi menjaga lift beroperasi melewati batas travel
lantai terendahnya.
i. Final limit switch (lower/bagian bawah), berfungsi merupakan double proteksi untuk
menghentikan opersi lift jika limit swich gagal beroperasi.
j. Lubang kunci pintu luar, terletak di sisi sebelah atas dari pintu luar lift yang memungkinkan
untuk di buka jika ingin melakukan pertolongan darurat pada penumpang jika terjadi
emergency.
k. Door lock switch, berfungsi mencegah pintu terbuka pada saat lift sedang beroperasi
(running).Pintu hanya dapat di buka setelah sangkar berhenti.

l.

Interphone, Penumpang dapat berkomunikasi dengan petugas teknisi (building maintenance)


di ruang mesin,ruang control atau ruang security jika terjadi pemdaman listrik atau hal
emergency.
m. Safety shoe, berfungsimendeteksi gangguan pada saat pintu akan menutup dan membuka
kembali jika mendeteksi sesuatu.Photocell dapat di gunakan secara bersamaan safety shoe ini.
n. Weighing Device (pendeteksi beban), berfungsi memberikan / mengaktifkan buzzer alarm pada
saat weighing device ini mendeteksi beban sangkar yang berlebih.jika weighing device ini aktif
pintu lift akan tetap

10

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Cara Pemasangan
4.1.1. RUANG LUNCUR :Yang perlu disiapkan pertama sudah pasti ruang luncur, bagaimana
mungkin lift dipasang tanpa ruang luncur. Ruang luncur dapat dibuat dari tembok dan balok cor
ataupun bisa juga dibuat dari freestanding atau konstruksi baja. Ukuran ruang luncur berbedabeda, ini bergantung berdasarkan kapasitas lift. Sebagai contoh misal akan dipasang lift passenger
standar dengan kapasitas 8 orang. maka ukuran ruang luncur 1900 x 1650 mm. Lebih lengkapnya
bisa dilihat tabel dibawah ini.

Gambar 1
4.1.2. GAMBAR PEMASANGAN : Setelah ada ruang luncur, maka dapat dibuat sebuah
gambar kerja atau pemasangan. Gambar tersebut tidak selalu sama persis dengan tabel dan
gambar kerja seperti yang ada pada gambar 1. Ukuran bisa berubah tetapi selisihnya tidak terlalu
besar. Itu disebabkan oleh bangunan ruang luncur di suatu lokasi yang tidak sempurna liningnya
(kelurusan) ataupun kontur bangunan yang tidak sama antar lantai. Biasanya gambar dikeluarkan
dilihat dari lingkar ruang luncur yang terkecil. Di bagian ini pihak pensurvei lokasilah yang harus
jeli mengamati atau mengukur ruang luncur. Jika tidak maka akibatnya akan fatal, karena lift
akan mengalami kendala saat pemasangan, bahkan bisa jadi tidak bisa terpasang karena ukuran
tidak sesuai atau terdapat selisih yang tidak sedikit dengan lokasi.

11

Gambar 2
4.1.3. TEMPLATE : Template di sini adalah suatu bentuk yang dibuat untuk acuan menentukan
beberapa titik tali lining (lot). Template dibuat berdasarkan gambar kerja. Biasanya terdapat 7
titik lot, kadang para teknisi mekanik cukup hanya membuat 6 titik lot. Pembuatan lot ini nanti
untuk pedoman letak pemasangan komponen lift yang ada di ruang luncur yaitu, dua rel sangkar,
dua rel counterweight dan pintu luar. Pembuatan template ini tidak ada standar khusus, ini
tergantung metode jarak peletakan lot terhadap gambar kerja yang dipakai oleh masing-masing
para teknisi mekanik. Paling sering terdapat dua metode penentuan titik lot. Walaupun berbeda
cara namun tujuan akhirnya adalah sesuai dengan gambar kerja. Template dapat dibuat dari kayu
atau besi siku. Template dibuat dua buah, satu diletakan di atas ruang luncur (yang telah
ditentukan titik-titik lot) dan satu di bawah ruang luncur atau pit ground (hanya untuk
pengikat/penahan tali lot). Peletakan template ini disesuaikan dengan gambar kerja dan lebih
baiknya lagi dikombinasikan dengan pengamatan lokasi ruang luncur. Agar nantinya tidak ada
benturan atau lokasi yang bergeser antar komponen satu dengan komponen lain atau komponen
dengan tembok ruang luncur.
4.1.4. PENARIKAN TALI LINING : langkah selanjutnya penarikan tali lining. Setelah
template terpasang, kita tinggal menarik tali lining (biasanya dari tali stainless) dari titik-titik lot
di template atas sampai ke bawah pit ground. Di ujung bawah, tali diikat dengan pemberat supaya
tali benar-benar lurus vertikal. Setelah ke tujuh titik ditarik tali dan diikat pemberat, tunggu
beberapa saat sampai tali tidak goyang yang berarti tali sudah pada keaadaan lurus vertikal. Pada
keadaan ini tali-tali tersebut dikunci/diikat pada template bawah agar kelurusan tali terjaga.
Pada urutan langkah berikutnya para teknisi lift juga berbeda urutan pemasangannya, sesuai
pengalaman mereka masing-masing.
4.1.5. REL KABIN DAN REL COUNTERWEIGHT: Pemasangan rel kabin dan rel
counterweight berdasarkan lot. Biasanya berjarak 2 cm dari tali, ini dimaksud agar saat rel
dipasang tidak menyentuh/mengganggu tali lot. Untuk itu lot harus direncanakan pergeseranya
saat pemasangan template. Satu rel mempunyai panjang 5 meter dengan besarnya bermacam
12

macam disesuaikan dengan kapasitas angkut. Yaitu K8, K13, K24. Untuk counterweight di sebut
rel omega. Rel diikat oleh braket, dan braket dibaut di tembok/balok/konstruksi. Braket ini
biasanya dipasang setiap 2,5 meter. Jarak inipun tidak harus, semakin pendek jaraknya juga akan
semakin bagus, karena rel kabin akan semakin kuat. Pemasangan rel biasanya dibantu dengan
steiger. Di sini tidak kami jelaskan bagaimana pemasangan rel kabin secara detail.
Rel kabin dipasang di kanan dan dikiri kabin. Sedangkan rel coenterweight juga ada dua. Ada tipe
yang di pasang di belakang kabin ada juga di samping kanan atau kiri kabin, tergantung gambar
kerja. Pemasangan rel dimulai dari bawah sampai ke atas.
4.1.6. SILL PINTU LUAR, HANGER PINTU LUAR, DAUN PINTU LUAR : Langkah
selanjutnya pemasangan unit pintu luar yaitu sill pintu luar bersamaan itu juga dipasang hanger
pintu luar dan daun pintu luar. Pemasangan itu semua juga berdasarkan lot yang sudah dibuat.
Pemasangan unit pintu luar biasanya juga dimulai dari lantai terbawah sampai lantai teratas.
4.1.7. MESIN : Langkah selanjutnya pengangkatan mesin ke ruang mesin. Lokasi ruang luncur
pada umumnya terdapat di dalam tengah gedung, sehingga sering pengangkatan dilakukan
melalui lubang ruang luncur. Pengangkatan mesin ditarik dengan chainblock atau hoist listrik
yang digantung disebuah hook yang sudah dibuat di atap ruang mesin yang lurus dengan ruang
luncur. Mesin ini sementara diletakan dulu di ruang mesin, belum langsung disetting
penempatannya.
4.1.8. KABIN : Kabin terdapat beberapa komponen. Pertama dipasang dahulu bottom chanal
dengan dua guide shoe kabin bawah. Kemudian upright kanan kiri dan dua safety block, untuk
safety block ada dua tipe yaitu tipe bawah dan tipe atas. Kemudian ditutup/dikunci dengan top
chanal dan dua guide shoe kabin atas.
Setelah itu dipasang frame kabin, kemudian dinding kabin depan termasuk COP(Car Operation
Panel) (yaitu panel tempat tombol-tombol lantai tujuan dan tombol pelengkap lain serta display
lantai), dinding samping kanan kiri dan belakang. Setelah itu dipasang atap kabin. Setelah itu
dipasang unit door motor, terdiri dari hanger termasuk motor penggerak pintu dan inverter pintu.
Kemudian dipasang daun pintu kabin dan sill pintu kabin.
4.1.9. COUNTERWEIGHT : Langkah selanjutnya pemasangan unit counterweight terdiri dari
frame counterweight dan empat guide shoe. Untuk balok pemberat biasanya dimasukkan ke
dalam frame belakangan setelah counterweight terhubung rope (tali baja) dengan mesin dan
kabin.
4.1.10. Langkah selanjutnya yaitu setting unit mesin yang terdiri dari gelagar UWF, frame
gearbox, motor gearbox/gearless, dan pulley deflection. Setting penempatan unit mesin ini juga
berdasarkan gambar kerja.
4.1.11. ROPE (tali baja): Selanjutnya pemasangan rope, sebelum memasang rope ada langkahlangkah yang dikerjakan terlebih dahulu yaitu tali lot dan steiger dibongkar agar tidak
mengganggu. Kemudian karena posisi unit kabin berada di bawah, maka counterweight harus
diposisikan di atas ruang luncur dengan cara ditarik dengan chainblock. Nah setelah itu baru bisa
dipasang rope yang menghubungkan (kabin - pulley deflection - main pulley gearbox/gearless
counterweight). Panjangnya telah diukur berdasarkan beberapa aspek yaitu panjang ruang luncur,
overheight, counterweight, panjang pitground, buffer kabin, dan buffer counterweight. Setiap unit
lift mempunyai jumlah alur dan besar diameter rope yang berbeda tergantung kapasitas angkut.
13

Minimal jumlah alur adalah tiga alur, dan minimal diameter adalah 8 mm. Setelah terpasang
chainblock penahan counterweight bisa dilepas.
4.1.12. SPEED GOVERNOR : Selanjutnya dipasang speedgovernor, ini fungsinya untuk
membatasi kecepatan berlebih waktu lift berjalan. Terhubung dengan safety block kabin melalui
satu alur rope governor, di ujung bawah rope governor terdapat tension atau pemberat agar rope
tidak kendor. Bekerja secara mekanikal, jika lift melebihi kecepatan yang ditentukan, speed
governor akan mengunci dan berhenti berputar, karena terhubung dengan safety block kabin
melalui rope, kabin juga akan berhenti karena safety block bekerja seperti rem yang
mencengkeram rel kabin.
Jika berandai andai extrim misalkan semua rope utama putus, lift tidak akan jatuh ke bawah
karena terdapat suatu alat yang bernama speed governor, yang akan membuat kabin berhenti.
4.2. Perawatan dan Pemeliharaan
4.2.1 Hakekat Pemeliharaan Gedung
Maintenance atau pemeliharaan pada Gedung dimaksudkan sebagai gabungan dari tindakan teknis dan
administrative, yang dimaksudkan untuk mempertahankan,dan memulihkan fungsi bangunan sebagaimana
yang telah di rencanakan sebelumnya. Keberhasilan suatu bangunan dinilai dari kemampuan bangunan
untuk ada pada kondisi yang diharapkan, yang dipengaruhi oleh beberapa persyaratan,antara lain :
1.

Persyaratan fungsional
Yang dimaksud persyaratan fungsional adalah persyaratan yang terkait dengan fungsi bangunan.
Setiap bangunan memiliki fungsional umum dan khusus yang perlu dipenuhi. Persyaratan umum
contohnya adalah bangunan mampu melindungi pemakainya dari lingkungan luar. Sedangkan
persyarat khusus sangat tergantung pada jenis dan fungsi bangunan tersebut.

2.

Persyaratan Performance
Masing masing bangunan memiliki persyaratan performance bangunan yang sangat spesifik.
Performance bangunan mencakup banyak aspek, mulai dari performance fisik luar bangunan,
sampai pada elemen elemen Mekanikal dan elektrikal ( ME ).
Tindakan pemeliharaan bangunan sangat ditentukan oleh tuntutan performance yang terkait dengan
fungsi bangunan. Namun seringkali terjadi perbedaan standart performance bangunan menurut
USER dan menurut OWNER, terutama pada bangunan sewa.

3.

Persyaratan Menurut Undang undang


Persyaratan menurut undang undang merupakan persyaratan yang tidak bisa diabaikan, karena
menyangkut regulasi dan legalitas.Persyaratan ini diantarnya : Persyaratan terhadap pengelolaan
gedung tinggi / Hight risk ,

4.

Persyaratan Menurut User


Persyaratan menurut user biasanya berkaitan dengan kenyamanan. Kenyamanan user merupakan
ukuran keberhasilan suatu bangunan. Biasanya bangunan yang memiliki persyaratan user adalah
bangunan bangunan sewa dan bangunan bangunan umum.
Idealnya, pada tahap desain,perencana telah memiliki kriteria kriteria untuk menghasilkan suatu
performansi tertentu sehingga aktifitas pemeliharaan yang dilakukan selama masa operasi gedung
akan lebih efektif. Namun seringkali kriteria kriteria semacam itu tidak dibuat sehingga
menimbulkan kesulitan dalam menentukan program pemeliharaan sampai tahap pelaksanaannya.

14

Kegiatan pemeliharaan bangunan meliputi berbagai aspek yang bisa dikategorikan dalam 4
kegiatan, yaitu :

Pemeliharaan rutin harian

Rectification ( perbaikan bangunan yang baru saja selesai )

Replacement ( penggantian bagian yang berharga dari suatu bangunan )

Retrofitting ( melengkapi bangunan sesuai kemajuan teknologi )


Secara sederhana, Pemeliharaan bangunan dapat diklarifikasikan menjadi 2 macam yaitu : Pemeliharaan
rutin dan Pemeliharaan remedial / perbaikan.
4.2.2. Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilaksanakan dengan interval waktu tertentu untuk
mempertahankan gedung pada kondisi yang diinginkan / sesuai. Contohnya pengecatan dinding luar
gedung 2 tahunan, pengecatan interior 3 tahunan, pembersihan dinding luar, dll. Namun jenis pekerjaan
pemeliharaan rutin juga bias berupa perbaikan atau penggantian komponen yang rusak. Kerusakan
kerusakan tersebut bias diakibatkan oleh proses secara alami ( contoh : Kerapuhan, kusam ) atau proses
pemakaian ( contohnya : goresan,pecah dll ).
Pada pemeliharaan rutin sangat penting untuk menentukan siklus pemeliharaan. Siklus pemeliharaan
bias ditentukan berdasarkan data fisik gedung dan equipment yang cukup dalam bentuk dokumentasi,
manual pemeliharaan ataupun catatan pengalaman dalam pekerjaan pemeliharaan sebelumnya.
Dalam suatu rencana program pemeliharaan, jika siklus kegiatannya sudah ditentukan, maka jenis
pekerjaan dan anggaran dapat segera dibuat.
Kendala kendala yang sering terjadi dalam pemeliharaan rutin adalah :
Pemilik / Owner
Seringkali para pemilik gedung tidak melaksanakan program pemeliharaan yang sudah
dibuat,bahkan cenderung memperpanjang interval pemeliharan dengan tujuan mengurangi beban biaya
pemeliharaan agar keuntungan yang di dapat lebih besar. Padahal dengan tertundanya jadwal
pemeliharaan rutin akan mengakibatkan bertumpuknya kualitas kerusakan ( Multipier effect ) yang
akhirnya akan membutuhkan biaya perbaikan yang jauh lebih besar.
Kurangnya data dan pengetahuan
Seringkali pemeliharaan rutin tidak dapat dilakukan akibat kurangnya data baik manual,sejarah
pemeliharaan ataupun dokumentasi. Disamping itu juga kekurangan pengetahuan dari personil
pengelola gedung baik tingkat manajerial maupun pelaksana mengakibatkan program pemeliharaan
dan pelaksanaanya kurang optimal.
4.2.3. Pemeliharaan Remedial
Pemeliharaan remedial adalah pemeliharaan perbaikan yang dapat diakibatkan oleh :
Kegagalan teknis / manajemen
Kegagalan teknis / manajemen bisa terjadi pada tahap kontruksi maupun pada tahap pengoperasian
bangunan. Pada tahap kontruksi contohnya adalah kecerobohan dalam pemasangan suatu komponen
bangunan. Pada tahap pengoperasian bangunan, kesalahan dalam merencanakan jadwal pemeliharaan
bias terjadi dan ini dapat berakibat pada kerusakan alat atau bahan bahan bangunan.
Kegagalan kontruksi dan desain
Dalam hal ini faktor desain dan kontruksi berhubungan erat. Contoh dari segi desain adalah
kesalahan dalam pemilihan bahan bangunan, sehingga usia pemakaiannya pendek dan tidak bertahan
lama. Sedangkan dari segi kontruksi kesalahan dalam pelaksanaan finishing dapat menyebabkan usia
pemakaiannyapun tidak bertahan lama.
15

Kegagalan dalam pemeliharaan


Faktor lain yang menyebabkan kegiatan pemeliharaan perbaikan selama periode pemakaian
bangunan adalah akibat kegagalan pemeliharaan yang disebabkan oleh :
a. Program pemeliharaan rutin yang dibuat tidak memadai
b. Program perbaikan yang tidak efektif
c. Inspeksi inspeksi yang tidak dilaksanakan dengan baik
d. Data - data pendukung pemeliharaan yang tidak mencukupi
Secara lebih luas, ditinjau dari direncanakan atau tidak, kegiatan pemeliharaan rutin dapat
diklasifikasikan menjadi :
1.
2.

Pemeliharaan terencana / planned.


Pemeliharaan tidak terencana / unplanned
Dibawah ini adalah diagram yang menunjukan klasifikasi kegiatan pemeliharaan.
Difinisi :

Planned Maintenance : Pemeliharaan yang diorganisasikan dan dilaksanakan dengan


perencanaan, control dan penggunaan laporan laporan untuk suatu rencana yang ditentukan
sebelumnya.

Unplanned Maintenance : Pemeliharaan yang dilaksanakan untuk rencana yang yang


tidak ditentukan sebelumnya.

Preventive Maintenance : Pemeliharaan yang dilaksanakan pada interval yang ditentukan


sebelumnya atau yang sesuai untuk kriteria yang ditentukan dan ditujukan untuk mengurangi
kemungkinan kegagalan atau degradasi performansi suatu bangunan.

Corrective Maintenance : Pemeliharaan yang dilakukan setelah suatu kegagalan terjadi


dan ditujukan untuk memperbaiki suatu item untuk suatu keadaan yang item tersebut dapat
melakukan fungsinyayang diperlukan.

Emergency Maintenance : Pemeliharaan yang diperlukan dengan segera untuk


menghindari akibat akibat yang serius.

Condition Based Maintenance : Preventive maintenance yang di mulai dari suatu hasil
pengetahuan kondisi suatu hal dari pemantauan rutin.

Scheduled Maintenance : Preventive maintenance yang dilaksanakan untuk suatu interval


waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
Pada dasarnya,tindakan pemeliharaan dilakukan berdasarkan atas laporan hasil pemeriksaan /
survey terhadap kondisi bangunan. Untuk itu pemeriksaan yang dilakukan harus teliti dan
menyeluruh,sehingga dapat ditentukan bentuk tindakan pemeliharaan yang tepat terhadap
kegagalan tertentu.

Tindakan pemeliharan secara mendadak dan tidak direncanakan,biasa dilakukan atas dasar
komplainan dari pihak tenant. Komplain ini akan disampaikan kepada organisasi pemeliharaan gedung
untuk di tindak lanjuti. Setelah complain di tindak lanjuti,maka pelaksana perbaikan perlu membuat
laporan kepada manager,sehingga aktifitas pemeliharaan bisa dipantau dengan baik.
Berikut skema yang menggambarkan bagaimana complain ditanggapi :
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
MAINTENANCE PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN MEKANIKAL DAN ELECTRIKAL
NO
URAIAN PEKERJAAN
SCHEDULE
1
Perawatan Genset
Setiap 6 bulan sekali
16

a.
b.
c.

Penggantian olie
Penggantian filter olie
Penggantian filter solar

d.
e.
f.
g.

Running genset
Pembersihan
Pengisian air accu
Pengisian solar

Perawatan STP ( Sewage Treatmant Plan )


a.
Pembersihan
b. Penggantian olie pompa
c.
Pemberian Grece ( gemuk )
d. Penggantian Bearing Motor dan pompa
e.
Pemberian Chemical
- HCL
- Soda api
- Kaporite
- Asam sulfat
f.
Penggantian V Belt
Perawatan Pompa Pompa
a.
Pembersihan
b. Pemberian Grece ( gemuk )
c.
Penggantian bearing motor dan pompa
Perawatan Lift
a.
Preventif
- Pembersihan kabin
- Pembersihan Atas sangkar
- Pembersihan Rel pintu
b. Service
- Pengechekan level pintu
- Pengecheckan olie dan panel utama
Perawatan Gondola
a.
Preventive
b. Service
Perawatan AC ( Air Conditioning )
a.
Service meliputi
- Pembersihan body unit indoor outdoor
- Pembersihan Filter indoor
- Pembersihan Evaporator dan condensor
- Pengecekan drainase
Perawatan Water Treatmant

Setiap 1 tahun sekali


Setiap 1 tahun sekali
2
kali
dalam
seminggu
Setiap 1 bulan sekali
Seminggu sekali
1 tahun sekali

Setiap 1 bulan sekali


Setiap 3 bulan sekali
Setiap 1 bulan sekali
Setiap 6 bulan sekali
Setiap 1 bulan sekali

Setiap 3 bulan sekali


Setiap 1 bulan sekali
Setiap 1 bulan sekali
Setiap 3 bulan sekali
Setiap 1 bulan sekali

Setiap 3 bulan sekali

Setiap 1 bulan sekali


Setiap 3 bulan sekali
Setiap 3 bulan sekali

Setiap 1 bulan sekali


17

a.
b.
c.
-

10

11

12

13

Pembersihan
Bak penampung
Bak chemikal
Filter
Penggantian media filter
Pemberian chemikal
PAC
NAOH
SPO ( Kaporit )

d. Beckwhose
Perawatan Panel Listrik
a.
Pembersihan
b. Check Conection
- Ampere
- Tegangan
c.
Infrared
Perawatan Instalasi Listrik
a.
Pengecheckan Conection
b. Pembersihan Cover lampu
Perawatan Instalasi Pipa
a.
Pembersihan
b. Pengecatan
c.
Pemberian soda api untuk instalasi air kotor
d. Pembuangan air di instalasi pipa hidrant
Perawatan PABX
a.
Pembersihan
b. Pengecheckan conection
Perawatan MATV
a.
Pembersihan
b. Check signal
- Parabola 10 fit
- Boster
- Spliter
- Outlet MATV
Perawatan Panel alarm
a.
Pembersihan
b. Pengecheckan conection
- Bel
- Head detector
- Smoke detector

Setiap 1 tahun sekali

Setiap
sekali

minggu

Setiap 1 bulan sekali


Setiap hari

Setiap 1 tahun sekali

Setiap hari
Setiap 3 bulan sekali
Setiap 3 bulan sekali
Setiap 1 tahun sekali
Setiap 6 bulan sekali
Setiap 3 bulan sekali
Setiap 1 bulan sekali
Setiap hari
Setiap 1 bulan sekali
Setiap hari

Setiap 1 bulan sekali


Setiap hari

18

14

15

16

17

- Splinkler
Perawatan Lampu Taman
a.
Pembersihan
- Cover lampu
- Panel control
b. Pengecheckan conection

Setiap 1 bulan sekali

Setiap hari

Perawatan Groundtank dan rooftank


a.
Pembersihan Roof tank
b. Pembersihan Groundtank
Perawatan bak Control
a.
Pembersihan

Setiap 6 bulan sekali


Setiap 1 tahun sekali

Perawatan Ac chiller / Central


a.
Service rutin
- Evaforator
- Filter udara
- Blower indoor
- Colling tower
- Strainer
- Motor indoor dan outdoor
- Body unit
b. Schelling
- Pipa instalasi
- Condenser

Setiap 3 bulan sekali

Setiap 1 bulan sekali

Setiap 1 tahun sekali

Setiap teknisi yang melakukan tugas checklist harian harus paham terhadap standarisasi
pengcheckan.apa saja standarisaisi pengecheckan itu antara lain :
NO
1

PEKERJAAN
Genset

KETERANGAN STANDART KERUSAKAN


a.
Check olie
- Encer
- Hitam
b.
Air accu
- Level air accu harus selalu berada di level atas
c.
Running seminggu 2 kali
- Temperatur
- Voltase accu
- tegangan
d.
Check air radiator
- Air berkurang
19

Panel Listrik

- kotor
e. Kebersihan
f.
Check solar
- Tank solar yang berada di unit harus selalu terisi

Trafo

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Ampere
Tegangan 380 V / 400 V
Bunyi
Check fisik
Rembesan olie
Temperatur trafo 50
Olie
Bunyi
Conection elastimol

Tubecle

a.
b.

Fuse
Conection

Hydrant dan splinkler a.


b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Bocor
Rembes
Valve macet
Karat
Valve dalam kondisi on
Check tekanan
Nozzel
Selang

Saluran air kotor

a.
b.

Bocor
Mampet

Listrik

a.
b.
c.
d.
-

Pompa

a.

MCB
Panas
Bunyi
Tegangan
Voltase 220 V / 240 V
Ampere
Check kabel
Conection
Fisik kabel
Pompa berfungsi dengan baik dan berjalan dengan otomatis
20

b.
c.
d.
e.
a.
AC ( air conditioning b.
)
c.
d.
e.
f.
g.
a.

9
10

a.
b.

Instalasi pipa tidak ada yang bocor


Valve dalam keadaan On
Pastikan groundtank cukup air
Panel pompa
Tegangan
Fisik kabel
Ampere
Bunyi
Panas
Freon ( tekanan freon )
Filter udara
Filter dryer
Fan belt
Temperatur/ suhu kedinginan
Drainaser
ampere
Body kropos

Panel Panel
Ac chillier / central

a.
Check tekanan refrigent
b.
Check ampere dan voltase
- Compresor
- Motor indoor dan outdoor
c.
Check bearing motor fan indoor dan outdoor
d.
Check fanbelt indoor
e.
Check wearing diagram

Catatan :
Standarisasi ini hanya sebagai bentuk dasar dalam checklist
Setiap petugas harus bisa menganalisa data pengecheckan sendiri
Di dalam Pemeliharaan dan perawatan gedung memiliki SOP yang berbeda-beda sesuai dengan
kapasitas ataupun kemampuan dalam membuat standart operasional prosedur. Jadi SOP ini tidak selalu
mengikat karena disesuaikan dengan kebutuhan ataupun setiap masing masing perusahaan yang
menanganinya.

21

4.3. Spesifikasi Lift di Lapangan (Proyek Apartemen One East)


Jumlah lift: 36 buah
Lama pengerjaan tiap lift: 2 bulan
Kapasitas lift: 1600 Kg
Berat counterweight: 1.5 kali dari beban sangkar
Kabel penarik: Sling Baja
Sumber energi cadangan: ERD
Governor: Mengerem otomatis saat kecepatan lift melebihi 4.5m/s
Daya yang dibutuhkan: 25.8 Kw
Perawatan: 2 bulan sekali
Per counterweight: Sistem Hidrolis
Per sangkar: Sistem Hidrolis

22

4.4 Gambar Pengerjaan dan Bagian Lift di Proyek Apartemen One East

Gambar Counterweight

Gambar Governor

Gambar Rel Lift

Gambar Ruang Luncur

23

Gambar Ruang Mesin

Gambar Saklar Pintu

Gambar Penyangga

Gambar Control Panel


Gambar Saklar Pintu

24

Gambar Kabel Penggantung


Gambar Saklar Pintu

25

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Secara umum pemasangan lift di mana pun sama yakni memerlukan waktu setidaknya dua bulan
pengerjaan setiap liftnya. Komponen dari lift juga sama pada setiap proyek pemasangannya yang
membedakan hanya kapasitas dan kecepatan lift tersebut. Jenis lift pada dasarnya terbagi dua yakni lift
penumpang dan lift barang.
5.2 Saran
Untuk melakukan survey memerlukan izin khusus yang prosesnya dari mulai pengajuan izin ke
ITS hingga disetujuinya izin oleh pihak kontraktor tidak sebentar. Ada yang memerlukan waktu minimal
dua hari atau lebih sehingga surat survey harus dimulai jauh-jauh hari. Maka dari itu jangan sampai surat
terlalu lama dibiarkan dan tidak segera dikirim ke pihak kontraktor.

26

Anda mungkin juga menyukai