Anda di halaman 1dari 32

UTILITAS BANGUNAN

ESKALATOR ELEVATOR

Dosen Pengampu
Ir. Muslimsyah, M.Sc

Di Susun Oleh:
Kelompok 4
Cut Devi Intan Sukma 1704104010002
Shalehah 1904104010001
Diva Kanasya Amir 1904104010048
Jumara Alda 1904104010103
Raisha Gebrina Razky 1904104010110
Nur Fadila Sary 1904104010027

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang kami buat ini
adalah makalah tentang Sistem Transportasi Dalam Banguan yaitu eskalator dan elevator.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Utilitas Bangunan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang sistem transportasi dalam bangunan yaitu eskalator Dana elevator bagi
para pembaca dan juga bagi penulis
Saya menucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Muslimsyah, M.sc. Selaku dosen
pada mata kuliah Utilitas Bangunan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun Akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat,
Terima Kasih.

Banda Aceh, Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................i


DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Eskalator............................................................................2
B. Jenis Dan Standar Dimensi..................................................................2
C. Komponen Eskalator...........................................................................3
D. Cara Kerja Eskalator............................................................................4
E. Perawatan Eskalator............................................................................8
F. Kerusakan Eskalator..........................................................................10
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Evalator/Lift......................................................................11
B. Jenis dan Fungsi Evalator/Lift.............................................................11
C. Komponen Evalator/Lift Lift...............................................................12
D. Cara kerja Evalator/Lift.......................................................................15
E. Peralatan Safety Device Pada Evalator/Lift Lift.................................16
F. Standar Waktu Dan Ukuran Elevator/Lift...........................................18
G. Kerusakan Evalator/Lift Evalator........................................................20
H. Keuntungan Dan Kekurangan.............................................................21
I. Program Pemeliharaan Evalator/Lift...................................................22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Eskalator atau tangga berjalan adalah salah satu transportasi vertikal berupa
konveyor untuk mengangkut orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat bergerak
ke atas dan ke bawahmengikuti jalur yang berupa rail atau rantai yang digerakkan oleh
motor. Elevator atau lift merupakan angkutan transportasi vertikan dalam bangunan
bertingkat yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Eskalator dan elevator
umumnya digunakan pada gedung-gedung bertingkat tinggi, biasanya lebih dari dua lantai.
Layanan transportasi vertikal ini penting untuk menjaga kelancaran pergerakan barang
atau orang dalam suatu gedung.
Bangunan yang memiliki konstruksi tinggi sudah pasti memerlukan suatu alat angkut
atau transportasi sistem yang cepat, nyaman, dan aman yang dapat memudahkan
pemindahan barang atau orang dari lantai 1 ke lantai lainnya.
Maka dari itu kebutuhan akan alat transportasi bangunan pada masa sekarang
amatlah pentung. Selain memudahkan dalam pemindahan barang juga akan menghemat
waktu serta biaya dalam prosesnya serta akan memberikan nilai estetika tersendiri dari
penerapannya bagi bangunan tertentu khususnya bangunan komersial seperti mall, pabrik,
hotel, rumah sakit, dan sebagainya.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan eskalator?
2. Berapa ukuran standar untuk eskalator?
3. Apa yang dimaksud dengan elevator?
4. Berapa ukuran standar untuk elevator?
Tujuan
1. Mengetahui pengertian escalator
2. Mengetahui ukuran standar untuk escalator
3. Mengetahui pengertian elevator
4. Mengetahui ukuran standar untuk elevator
BAB II
PEMBAHASAN

DEFINISI ESKALATOR
Kemajuan teknologi sangat mempengaruhi peralatan elektronik khususnya dalam
pengoprasian fasilitas. Salah satu bagian dari alat peraga tersebut yang terdapat sebuah alat
berbasi mikrokontroler yang saat ini banyak sekali di gunakan sebagai peralatan tertentu di
bidang industry ataupun bidang penerbangan, salah satu contohnya adalah escalator.
Menurut Indra Wahyu Almasyah, Fiqqih Faizah dan Rifhian IS (2019). Eskalator
adalah satu alat transportasi vertikal berupa konveyor untuk mengangkut orang yang
terdiri dari beberapa anak tangga terpisah yang dapat bergerak ke atas ke bawah ataupun
bergerak maju mendatar mengikuti jalur yang berupa rail atau rantai yang digerakan oleh
motor.

JENIS – JENIS ESKALATOR DAN DIMENSI STANDAR KEBUTUHAN


ESKALATOR
Pada eskalator terdapat dua jenis eskalator dan masing-masing dimensi kebutuhan
nya yaitu:

1. Eskalator jalur tunggal


Adalah eskalator untuk satu orang berdiri, dengan lebar 60 cm – 81 cm § dengan
kecepatan 0,45 m/det kemampuan daya angkut 170 orang, sedangkan dengan kecepatan
0,60 m/det bisa mencapai 225 orang § untuk bangunan perkantoran dan pusat perbelanjaan
dengan luas lantai 10.000 meter persegi
2. Eskalator jalur ganda
Adalah eskalator untuk untuk dua orang berdiri bersama dalam satu anak tangga, dengan
lebar 100 cm – 120 cm § Daya angkut : untuk kecepatan 0,45 m/det adalah 340 orang,
sedangkan dengan kecepatan 0,60 m/det bisa mencapai 450 orang § untuk bangunan
perkantoran dan pusat perbelanjaan dengan luas lantai 20.000 meter persegi

Pada pembahasan eskalator kelompok 4 mengambil contoh dari eskalator bangunan mall
Suzuya bireun dimana bisa kita lihat pada denah di bawah pada bangunan ini terdapat
eskalator jalur ganda
Gambar.1: Denah Mall Suzuya Bireun

KOMPONEN ESKALATOR

Gambar.2: komponen escalator


Pada eskalator terdapat beberapa komponen yaitu:
1. Drive chain
2. Handrail drive chain
3. Bearing of main shaft
4. Bearing of handrail drive shaft
5. Step chain
6. Axle sleeve of step
7. Truss
8. Balustrade
9. Track
10. Handra tension
11. Device
12. Transmission
13. Drive unit

CARA KERJA ESKALATOR


Pada eskalator terdapat beberapa Cara kerja sehingga eskalator dapat bergerak
sesuai mengikuti arah dan dengan baik mengantar pemakai sampai di landasan awal dan
akhir. Berikut Cara kerja pada eskalator:
1. Landasan (landing)
Pendaratan (landing) adalah jantung escalator yang terdapat pada 2 rantai yang
berputar di sekitar dua pasang roda gigi, dan dibagian atas eskalator ada motor yang
menggerakan gigi transmisi untuk memutar rantai. Eskalator biasanya menggunakan
mesin 100 - hours power untuk memutar porseneli
Jadi mesin dan sistem rantai semuanya dipasang didalam rangka eskalator yang memiliki
struktur logam yang memanjang di antara dua lantai

Gambar.3: Cara kerja pertama

Pada panah merah bisa dilihat bulatan berwarna biru yang dinamakan motor dimana motor
ini berputar bergerak mengikuti arah ketika roda gigi pada panah bewarna hitam
menggerakan gigi transmisi pada panah yang berwarna kuning. Ketiga komponen ini
berfungsi untuk mengerekan eskalator.
2. Landasan Penopang (Truss)
Landasan penopang adalah kotak berongga yang terbuat dari bagian-bagian berisi
dua yang digabungkan dengan menggunakan sambungan bersilang, sepanjang bagian
dasar tepat dibawah ujungnya.
Gambar.4: Cara kerja kedua

Pada truss ini berfungsi menopang setiap langkah di eskalator. Dimana setiap langkah
memiliki 2 set roda yang berputar disepanjang dua track terpisah.

Gambar.5: Cara kerja kedua

Pada gambar diatas pada panah hitam menunjukan track pertama dan pada panah
kedua menunjukan track kedua. Jadi Landasan penopang terdapat di track pertama yang
terhubung ke rantai yang berputar dan ditarik oleh roda penggerak yang berada di dibagian
atas eskalator. Sedangkan roda kelompok lain hanya meluncur disepanjang track
dibelakang set roda pertama. Selain itu juga track pada eskalator ini di beri jarak yang
bertujuan agar track berada dalam posisi horizontal sehingga sistem ini yang dapat
mengatur setiap langkah menjadi rata, dikarenakan ada serangkaian alur di dalam setiap
langkah sehingga selama proses berputar nya eskalator langkah pada pijakan anak tangga
tetao terhubung dan tetap horizontal.
Ada juga disebut lantai dasar penopang yang merupakan struktur mekanis yang
memisahkan antara dua ruang antara pendaratan bawah dan atas dan setiap ujung-ujung
nya tersandar pada penompang beton atau baja yang tergantung pada bangunan nya dan
pada mall suzuya bireun ini menggunakan beton sebagai penopang eskalator tersebut.
3. Lintasan
Lintasan merupakan Cara kerja eskalator yang terakhir dimana pada sistem lintasan
ini di bangun dalam landasan penopang untuk mengantarkan rantai anak tangga yang
menarik anak tangga melalui lup tidak berujung. Pada lintasan ini memiliki 2 lintasan yaitu:
1. Lintasan roda anak tangga
Adalah bagian muka anak tangga

Gambar.6: lintasan roda anak tangga

2. Lintasan roda trailer


Adalah roda pada bagian bawah bagian muka anak tangga

Gambar.7: lintasan roda trailer

Perbedaan dari posisi lintasan ini menyebabkan anak-anak tangga muncul dari
bawah komplain. Komplain ini terletak dibagian floor plan dan anak tangga, komplain ini
sedikit miring kebawah mengikuti rantai motor, agar gerigi nya tetap berada di antara cela
- cela anak tangga. Selain itu tepi pada muka gerigi komplain berada di bawah permukaan
klip dua rantai yang diputar menyeret satu set langkah dalam siklus konstanta. Untuk
membantu tangga muncul dan hilang kembali kedalam landasan penopang.
Selain itu komplain juga berfungsi untuk dapat membawa sejumlah orang dengan
kecepatan stabil untuk bergerak jarak pendek dan rantai nya bergerak dengan serangkaian
langkah anak tangga. Ada juga yang dinamakan lintasan overhait berfungsi untuk
memastikan bahwa roda trailer tetap berada di tempatnya saat rantai anak tangga diputar
kembali. Komponen inti eskalator terdapat didua rantai yang berputar disekitar dua pasang
roda gigi. Dibagan atas eskalator gigi mengerak motor untuk memutar rantai cincin.
Eskalator biasanya menggunakan mesin 100 tenaga kuda untk memutar gigi baik mesin
dan sistem rantai dipasang dalam bingkai eskalator.
Ketika rantai bergerak langkah – langkah nya disimpan ketingkat dibagian atas dan
bawah eskalator sehingga langkah – langkah nya saling melipat. Inilah yang mempermudah
eskalator naik dan turun secara baik.
Selain itu juga terdapat beberapa komponen eskalator yang berperan dalam cara
kerja nya eskalator yaitu:
1. Landasan atau biasa disebut floorplan adalah landasan rata dengan lantai awal dan
akhir, pada floorplan diberi engsel Yang berfungsi agar bisa dibuka dan ditutup kembali
hal ini bertujuan jika terjadinya kerusakan maka eskalator dapat diperbaiki melalui
floorplan ini.

Gambar.8: landasan
2. Motor
Cara kerja motor selain untuk memutar cincin rantai utama motor di eskalator, motor
juga dapat menggerakan pegangan meski pegangan nya hanya konfier karet yang
bersikulasi di sekitar serangkaian rongga. Dan konfier di konfigurasikan dengan tepat.
Sehingga bergerak pada kecepatan yang Sama dan dapat memungkinkan orang2 merasa
tetap tenang meski di digerakan. Pada kecepatan yang sama dan dapat memungkinkan
orang2 merasa tetap tenang meski di digerakan.
PERAWATAN ESKALATOR
Dalam perawatan escalator berarti kita melakukan suatu penghematan karena
memperpanjang umur dari peralatan tersebut, jika:
- Dilakukan oleh ahlinya
- Menggunakan peralatan (tools) yang cocok
- Memakai suku cadang yang tepat dan asli (correct genuine parts)
- Dilaksanakan secara sistematis
Berdasarkan pengalaman, maka biaya perawatan escalator adalah:
1. Kurang lebih 3 % dari harga barang pertahun untuk sistem menyeluruh / terpadu (full
maintenance)
2. Kurang lebih 2 % dari harga barang pertahun untuk sekadar oiling and greasing (OG-
Maintenance
Umur rata – rata escalator yang wajar, jika dirawat secara teratur, sistematis periodik,
dapat mencapai labih dari 40 tahun. Setelah berumur 30 sampai 40 tahun terserah kepada
pemiliknya atau pengelola gedung.
Escalator yang tidak dirawat Akan rusak dalam waktu kurang lebih 5 – 6 tahun. Bila
dirawat sekedarnya Akan rusak pada umur 8 – 10 tahun. Sebagai contoh perbandingan
biaya perawatan escalator setelah 40 tahun, dengan perawatan Aama dengan 40 x 3 % =
120 % dari harga – harga awal. Sdangkan tanpa perawatan Akan mengalami 4 atau 5 kali
ganti baru atau 3 kali lipat lebih mahal.

Sistem Perawatan
Ada dua Cara berlangganan pemeliharaan escalator yang pada umumnya dilaksanakan
oleh agen pemegang merk dagang, yaitu
 Full or Comprehensive Maintenance (OM)
Sistem perawatan terpadu meliputi:
1. Pemeriksaan berkala (periodic check up)
2. Pelumasan (lubrication)
3. Penyetelan kembali (re-adjustment)
4. Penggantian part (replacement)
5. Reparasi, kecuali jika ada kerusakan tidak wajar (repair)
6. Test tahunan (annual test)
7. Pelayanan macet (call back service)
 Oil and Grease (OG)
Sistem perawatan terpadu meliputi:
1. Pemeriksaan berkala
2. Pelumasan
3. Penyetelan sekedarnya (minor adjustment)
Sedangkan point no 4 – 7 atas dasar laporan/ pesanan terpisah, dan persetujuan
tersendiri antara pelaksana dan pemilik atau pengelola gedung.
Keuntungan dan kerugian antara dua sistem Atas dasar pengalaman maka sistem
OM (full Maintenance) mempunyai banyak keuntungan dan secara total pada akhirnya
lebih menguntungkan dibandingkan sistem OG.
Daftar perbandingan:
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan eskalator antara lain:
 Pit harus dijaga  kebersihannya dan  bebas dari
sampah,  debu,  dan  cecaran minyak.
 Step  dan  roller, molor,
serta  peralatannya  harus  dirawat  dan  dilumasi secara  teratur  dengan jenis  pelumas
yang  sesuai  dengan jenis dan mereknya.
 Ban  pegangan  yang  memperlihatkan tanda-tanda  retak,  atau putus,
harus segera  diganti  dengan yang baru.
 Landasan dan  combplate  yang  rusak,  patah,  atau  retak  harus segera
diganti  yang baru
 Tombol-tombol  yang terdapat  pada
landasan  harus  berfungsi  dengan  baik, misalnya  emergency stop  tidak  boleh  macet
Pemeliharaan komponen gedung sangatlah diperlukan untuk menjaga fungsinya alat
tersebut, terutama pada komponen yang sering digunakan untuk memudahkan aktivitas
manusia seperti eskalator.
BAB III
PEMBAHASAN

PENGERTIAN ELEVATOR/LIFT
Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang
atau barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi; biasanya lebih
dari tiga atau empat lantai. Gedung-gedung yang lebih rendah biasanya hanya
mempunyai tangga atau eskalator. Lift-lift pada zaman modern mempunyai tombol-tombol
yang dapat dipilih penumpangnya sesuai lantai tujuan mereka, Terdapat tiga jenis mesin,
yaitu Hidraulic,Traction atau katrol tetap, dan Hoist atau katrol ganda, Jenis hoist dapat
dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu hoist dorong dan hoist tarik.
JENIS-JENIS LIFT DAN FUNGSINYA
1. Pasenger Elevator/ Lift Penumpang, Passenger Elevator adalah elevator yang
berfungsi khusus untuk mengangkut manusia saja, elevator ini sangat dijaga kehandalan
sistem keamanannya. Hal ini karena menyangkut keselamatan manusia penumpang lift
tersebut.
2. Dumbwaiter / Lift Barang, Elevator ini fungsinya hanya untuk mengangkat barang
saja, elevator ini juga tak kalah handalnya dengan elevator penumpang namun ada
sedikit perbedaan dalam hal system keamanannya.
JENIS LIFT BERDASARKAN SUMBER DAYA
1. Lift Listrik
Yaitu lift yang mempergunakan sumber daya listrik.
2. Lift Hidrolik
Yaitu lift yang mempergunakan sumber daya penggerak dari air atau minyak, gas atau
fluida lainnya.
KOMPONEN LIFT
Pada dasarnya komponen pada elevator dibagi menjadi empat bagian utama yaitu:
1. Komponen di ruang mesin (Machine Room)
2. Komponen di ruang luncur ( Hoistway)
3. Komponen di Kereta/ Car Lift
4. Komponen di luar ruang luncur pada tiap-tiap lantai.
FUNGSI KOMPONEN LIFT
1. Komponen di ruang Mesin (Machine Room)
Ruang mesin adalah ruang terpenting, dimana ruang tersebut terjadinya semua proses
pengoperasian elevator berlangsung secara keseluruhan
a) Control System atau Control Panel (Lemari Konttrol), Berfungsi untuk mengatur
dan mengendalikan kerja dari pada lift tersebut. Permintaan baik dari luar maupun dari
dalam kereta dicatat dan diolah, kemudian memberikan intruksi-intruksi agar lift
bergerak, dan berhenti sesuai dengan permintaan.
b) Geared Machine atau Mesin Penggerak, Di dalam raung mesin terdapat satu mesin
penggerak jenis geared. Pada mesin ini, perputaran dari motor penggerak
ditransformasikan oleh roda gigi sehingga dari putaran motor tinggi dapat berubah ke
putaran rendah. Kecepatan maximum dari kereta lift dengan sistem geared adalah
150mpm.
Pada mesin penggerak ini terdapat brake (rem) dimana rem ini Akan berkeerja jika
motor penggerak tidak dialiri listrik.
c) Primary Velocity Tranducer/ Encoder, Terdapat satu alat dengan mesin lift pada
mesin penggerak gunanya untuk mendeteksi putaran motor atau kecepatan dari lift.
d) Governor Adalah alat pengaman, dimana jika kecepatan lift melebihi batas-batas yang
telah ditentukan, maka governor ini Akan bekerja dan kereta Akan berhenti baik oleh
elektrik maupun maupun mekanik.
e) komponen yang merupakan Optional yaitu ARD (Automatic Rescue Drive),
Yang berfungsi apabila sumber listrik dari PLN mendadak mati dan lift akan berhenti
disembarang tempat setelah lebih dari 15 detik maka ARD akan bekerja untuk
menjalankan lift ke lantai terdekat. Setelah lift sampai pada lantai otomatis lift Akan
mati. Lift Akan normal kembali setelah listrik PLN hidup kembali.
f) Bobot imbang atau counterweight, biasanya terpasang dibelakang atau disamping
kereta elevator, bobot dari bobot imbang ini harus sesuai dengan ketentuan yang ada.
Faktor-faktor yang menentukan berapa berat dari bobot imbang ini diantaranya harus
memperhitungkan berat kereta, kapasitas penuh pada kereta dan faktor
keseimbangan. Besar faktor keseimbangan biasanya sebagai berikut :
Kapasitas Elevator Faktor Keseimbangan
>> 1200 kg 40 % s/d 42, 5 %
600 kg s/d 1150 kg 45 %
300 kg s/d 580 kg 50 % s/d 55 %
Contoh soal:
Sebagai contoh, elevator dengan kapasitas Q = 1200 kg dengan berat kereta kosong 2400
kg dan faktor bobot imbang sebesar 42,5 % maka perlu diimbangi dengan bandul ( filler
weight ) ?
Penyelesaian:
2400 + 42, 5 % x 1200 = 2910 Kg
2. Komponen di ruang luncur (Hoistway) 
Ruang luncur adalah lorong atau lintasan dimana kereta tersebut bergerak naik dan
turun. Lubang ini harus merupakan lubang tertutup dan tidak ada hubungan langsung ke
ruang di luarnya kecuali untuk lubang dua buah lift berdampingan.
a) Guide Rail atau Rel Pemandu, Profil baja khusus pemandu jalanya kereta (car) dan
bobot pengimbang (Counterweight). Ukuran rel untuk kereta/ car biasanya lebih besar
dari pada rel bandul pengimbang/ counterweight. Guide rail ini terpasang tegak lurus
dari dasar pit sampai di bawah slap ruang mesin.
b) Limit Switch/ Saklar Batas Lintas, Ada dua jenis saklar batas lintas yaitu untuk
membalik arah (direction switch) dan final switch. Biasanya komponen ini terpasang di
rel kereta, dipasang dibagian bawah dan dibagian atas rel. Yang berfungsi untuk
menjaga agar kereta tidak menabrak pit atau lantai kamar mesin.
c) Vane Plate/ Pelat Bendera, Dipasang di rel kereta yang berfungsi untuk mengatur
pemberhentian kereta pada lantai yang dikehendaki dan mengatur pembukaan pintu
pendaratan (landing door).
d) Landing Door/ Pintu Pendaratan, Terdiri dari beberapa bagian, antara lain door
hanger, door sill, dan door panel. Berfungsi untuk menutup ruang luncur dari luar. Pada
hall door ini dipasang alat pengaman secara seri sehingga apabila salah satu pintu
terbuka maka lift tidak Akan bisa dijalankan.
e) Buffer, Terletak di dua tempat yaitu: satu set untuk kereta dan satu set untuk beban
pengimbang/ counterweight. Berfungsi untuk meredam tenaga kinetik kereta dan bobot
pengimbang pada saat jatuh.
f) Governor Tensioner, Merupakan pully berbandul sebagai penegang rope governor
yang terletak di pit.
3. Komponen di Car/ Kereta
a) Car/ Kereta adalah kotak dimana penumpang naik dan dibawa naik turun. Kereta ini
dihubungkan langsung dengan bobot pengimbang (Counterweight) dengan tali baja
lewat pully penggerak di ruang mesin,
b) Car Door/ Pintu Kereta, Terdiri dari beberapa bagian, antara lain: door hanger, door
sill, door panel dan door mekanisme yang mengatur buka tutup pintu. Berfungsi untuk
menutup kereta dari luar. Pada pintu kereta (car door) ini dipasang alat pengaman secara
seri dengan pintu pendaratan/ landing door sehingga apabila pintu terbuka maka lift
tidak dapat dijalankan.
c) COP (Car Operating Panel), Ada satu atau lebih COP. Biasanya terletak pada sisi
depan kereta (front return panel). Pada panel tersebut terdapat tombol-tombol lantai dan
tombol pengatur buka tutup pintu.
d) Interphone, Biasanya terletak pada COP (pada lokasi yang mudah dicapai) yang
berfungsi untuk mengadakan komunikasi (dalam keadaan tertentu) antara kereta, kamar
mesin (Machine Room) dan ruang kontrol gedung.
e) Alarm Buzzer, Yang berfungsi untuk memberi tanda bila lift berbeban penuh atau
tanda-tanda lain.
f) Switcing Box, Biasanya menjadi satu dengan COP. Yang terletak dibagian bawah COP
secara tertutup (yang dapat dibuka hanya dengan kunci khusus) didalamnya terdapat
tombol-tombol pengatur.
g) Floor Indicator, Nomor penunjuk lantai dan arah jalannya kereta. Biasanya terletak
disisi atas pintu kereta (transom) atau pada COP.
h) Lampu Darurat atau Emergency Light, Biasanya terletak diatas atap kereta,
fungsinya untuk menerangi kereta dalam keadaan darurat  (listrik mati) dengan sumber
battery.
i) Saklar Pintu Darurat (Emergency Exit Switch), Terletak pada pintu darurat diatas
kereta, fungsinya untuk memastikan agar kereta tidak berjalan apabila pintu darurat
dibuka untuk proses penyelamatan.
j) Safety Link, Mekanisme penggerak alat pengaman (safety device) diatas kereta yang
dihubungkan dengan governor di kamar mesin. Berfungsi untuk menahan kereta over
speed ke bawah (dalam keadaan darurat).
4.      Komponen di luar ruang luncur atau di Hall
a) Tombol Lantai, Tombol pemanggil kereta di lantai/ hall.
b) Saklar Parkir, Biasanya terletak di lobby utama didekat tombol lantai (hall button)
berfungsi untuk mematikan dan menjalankan lift.
c) Saklar kebakaran/ Fireman Switch, Biasanya terletak di lobby utama disisi atas hall
button, berfungsi untuk mengaktifkan fungsi fireman control/ fireman operation.
d) Hall indicator atau Penunjuk Lantai, Biasanya terletak di transom atau hall button
pada masing-masing lift. Berfungsi untuk mengetahui posisi masing-masing kereta.

CARA KERJA ELEVATOR/LIFT


1. Mesin Lift “Gearless”
Mesin untuk menggerakkan elevator terletak di ruang mesin yang biasanya tepat di
atas ruang luncur kereta. Untuk memasok listrik ke kereta dan menerima sinyal listrik dari
kereta ini, dipergunakan sebuah kabel listrik multi-wire untuk menghubungkan ruang mesin
dengan kereta. Ujung kabel yang terikat pada kereta turut bergerak dengan kereta sehingga
disebut sebagai “kabel bergerak (traveling cable)”.
2. Jalur Lift (Hoistway) dan ruang mesin di atasnya
Mesin geared memiliki motor dengan kecepatan lebih tinggi dan drive sheave
dihubungkan dengan poros motor melalui gigi-gigi di kotak gigi, yang dapat mengurangi
kecepatan rotasi poros motor menjadi kecepatan drive-sheave rendah. Mesin gearless
memiliki motor kecepatan rendah dan puli katrol penggerak dihubungkan langsung ke
poros motor.
3. Sistem pergerakan Elevator/Lift dengan Gearless
Pada sistem hidrolik (terutama digunakan pada instalasi di gedung rendah, dengan
kecepatan kereta menengah), kereta dihubungkan ke bagian atas dari piston panjang yang
bergerak naik dan turun di dalam sebuah silinder. Kereta bergerak naik saat oli dipompa ke
dalam silinder dari tangki oli, sehingga mendorong piston naik. Kereta turun saat oli
kembali ke tangki oli.Aksi pengangkatan dapat bersifat langsung (piston terhubungkan ke
kereta) atau roped (piston terikat ke kereta melalui rope). Pada kedua cara tersebut,
pekerjaan pengangkatan yang dilakukan oleh pompa motor (energi kinetik) untuk
mengangkat kereta ke elevasi yang lebih tinggi sehingga membuat kereta mampu
melakukan pekerjaan (energi potensial). Transfer energi ini terjadi setiap kali kereta
diangkat. Ketika kereta diturunkan, energi potensial digunakan habis dan siklus energi
menjadi lengkap sudah. Gerakan naik dan turun kereta elevator dikendalikan oleh katup
hidrolik.
4. Prototype of Double Front Side Elevator
Lift atau Elevator merupakan alat transportasi secara vertical dan mempunyai
prinsip dasar mekatronika yang memiliki bagian mekanik, elektronik dan sistem kontrol.
Elevator sendiri sudah mengalami berbagai perubahan bentuk serta jenisnya, khususnya
elevator double front side (lift/elevator dengan pintu di dua muka). Suatu alat tercipta
karena adanya kebutuhan, begitu juga dengan double front side elevator. Banyak
perusahaan membutuhkan lift/elevator dengan pintu di kedua sisinya, seperti hotel atau
rumah sakit atau bangunan lainnya yang menuntut penggunaan elevator double front side
ini.
Besarnya penggunaan Lift/elevator jenis ini dikarenakan banyaknya desain
bangunan yang mana menuntut efisiensi tanpa mengesampingkan fungsi dari bagunan di
mana elevator itu sendiri berada atau tujuan dari penggunaan eelevator itu sendiri. Seperti
halnya penggunaan lift/elevator jenis ini di rumah sakit, yang semata demi kenyamanan
pengunjung atau pasien agar dimudahkan aksesnya untuk menuju fasilitas yang
diinginkannya atau dokter yang ingin dirujuk, atau pada suatu hotel yang mana desain
bangunan dibuat sesuai dengan tata letak ruang yang sesuai dengan fungsinya dan saling
berbeda tiap lantainya.
PERALATAN PENGAMAN SAFETY DEVICE PADA LIFT
1. Cirduit braker
Memutuskan sumber (aliran) listrik dari panel induk (sub panel) ke panel control lift.
Menjaga peralatan elektronik dari lift jika terjadi arus lebih (over current).
2. Governoor, berfungsi :
Memutuskan power/aliran listrik ke control panel lift jika governor mendeteksi terjadinya
over speed (kecepatan lebih) pada traffict lift (putaran roda pulley governoornya).
 Menjepit sling governor (catching). Secara mekanik bandul governor akan menjepit sling
governor (rope governor) dan dengan terjepitnya sling ini,maka sling ini akan menarik
safety wedge pada unit safety gear/safety wedge yang terletak di bawah car lift dan akan
mencengkaram rail untuk melakukan pengereman secara paksa terhadap lift.
3. Final limit switch (upper/bagian atas)
Merupakan double proteksi untuk menghentikan operasi lift jika limit switch (upper) gagal
beroperasi.
4. Limit switch (upper/bagian atas)
Berfungsi menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai tertingginya.
5. Emergency exit (manhole)
Penumpang dapat di tolong/evakuasasi dari dalam sangkar melalui manhole ini pada saat
emergency.Manhole ini hanya dapat di buka dari sisi luar bagian atas.jika pintu ini terbuka
lift otomatis Akan berhenti.
6. Emergency light (lampu emergency)
Lampu emergency Akan menyala secara otomatis jika terjadi pemdaman sumber
listrik.Lampu ini dapat bertahan rata-rata sampai dengan 15 menit.
7. Safety gear/safety wedge
Berfungsi melakukan pengereman (menjepit) terhadap rail jika governor mendeteksi
terjadinya over speed.
8. Limit switch (Lower/bagian bawah) 
a) Berfungsi menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai terendahnya.
9. Final limit switch (lower/bagian bawah)
a) Berfungsi merupakan double proteksi untuk menghentikan opersi lift jika limit swich
gagal beroperasi.
10. Lubang kunci pintu luar, 
a) Terletak di sisi sebelah atas dari pintu luar lift yang memungkinkan untuk di buka jika
ingin melakukan pertolongan darurat pada penumpang jika terjadi emergency.
11. Door lock switch
a) Berfungsi mencegah pintu terbuka pada saat lift sedang beroperasi (running).Pintu
hanya dapat di buka setelah sangkar berhenti.
12. Interphone
a) Penumpang dapat berkomunikasi dengan petugas teknisi (building maintenance) di
ruang mesin ruang control atau ruang security jika terjadi pemdaman listrik atau hal
emergency.
13. Safety shoe, 
a) Berfungsi mendeteksi gangguan pada saat pintu Akan menutup dan membuka kembali
jika mendeteksi sesuatu.Photocell dapat di gunakan secara bersamaan safety shoe ini.
14. Weighing Device (pendeteksi beban)
a) Berfungsi memberikan / mengaktifkan buzzer alarm pada saat weighing device ini
mendeteksi beban sangkar yang berlebih.jika weighing device ini aktif pintu lift akan
tetap
STANDAR WAKTU DAN UKURAN ELEVTOR/LIFT
• Lift dengan kapasitas 6 orang, berat 450 kg, memiliki ukuran 1,7 m x 1,8 m
• Lift dengan kapasitas 8 orang, berat 630 kg, memiliki ukuran 2 m x 1,7 m
• Lift dengan kapasitas 10 orang, berat 800 kg, memiliki ukuran 2 m x 2,15 m
• Lift dengan kapasitas 13 orang, berat 1000 kg, memiliki ukuran 2,2 m x 2,2 m
• Lift dengan kapasitas 16 orang, berat 1250 kg, memiliki ukuran 2,5 m x 2,4 m
• Lift dengan kapasitas 18 orang, berat 1350 kg, memiliki ukuran 2,6 m x 2,2 m
• Lift dengan kapasitas 21 orang, berat 1600 kg memiliki ukuran 2,5 m x 2,5 m
Penentuan jumlah populasi orang dalam gedung berdasar pada peruntukan gedung yang
bersangkutan yaitu seperti yang dijelaskan pada tabel dibawah ini:
Average Arrival Interval (AAI dalam detik)
Waktu tunggu rata – rata yang diperlukan dalam satuan detik.
Standard AAI yang berlaku secara umum, adalah sebagai berikut:

No Jenis Gedung Per luas bersih (nett area)


1 Perkantoran 10 m²/orang, untuk lt. 1 ~ 20
12 m²/orang, untuk lt. 21 ~ 30
14 m²/orang, untuk lt. 31 ~ 40
2 Hotel  
unit kamar 2 orang
function rooms 10 m²/orang
3 Rumah Sakit 3 ~ 4 bed / kamar
kamar pasien 3 orang / ruang
ruang praktek 10 m²/orang
ruang tunggu
4 Apartment 2 orang
1 bed room (1 br) 3 orang
2 bed room (2 br) 4 orang
3 bed room (3 br) 6 orang
penthouse (ph)

gedung kantor mewah 25 ~ 35 detik


gedung kantor komersial 25 ~ 35 detik
gedung kantor instansi 30 ~ 40 detik
hotel berbintang 40 ~ 60 detik
hotel resort 60 ~ 90 detik
rumah sakit 40 ~ 60 detik
apartement kelas mewah 50 ~ 70 detik
apartment kelas menengah 60 ~ 80 detik
apartment kelas biasa 80 ~ 120 detik
gedung sekolah / kuliah 40 ~ 90 detik

Penggunaan lift pada bangunan bertingkat dibagi menjadi:


 Bangunan rendah sampai 6 lantai, Mengunakan kereta kapasitas 300 kg ~ 1.000 kg
dengan kecepatan 60 mpm atau 75 mpm.
 Bangunan menengah rendah 6 ~ 20 lantai, Mengunakan kereta kapasitas 1.000 kg ~
1.150 kg dengan kecepatan 90 mpm atau 105 mpm.
 Bangunan menengah tinggi 20 ~ 30 lantai, Mengunakan kereta kapasitas 1.150 kg ~
1.350 kg dengan kecepatan 120 mpm atau 150 mpm.
 Bangunan tinggi diatas 20 lantai, Mengunakan kereta kapasitas 1.350 kg ~ 1.600 kg
dengan kecepatan 150 mpm ~ 300 mpm.
KERUSAKAN PADA ELEVATOR
Kerusakan yang sering terjadi pada elevator (lift) adalah:
1. Kelebihan beban
Semua lift memiliki batas berat maksimum yang dapat diangkut. Pada bebrapa lift yang
memiliki teknologi safety cukup baik, ketika melewati batas ini maka lift akan memberikan
sinyal berupa suara dan pintu tidak akan mau menutup. Dengan begini, lift akan aman dari
masalah kelebihan beban. Namun sayangnya, tidak semua lift memiliki teknologi ini,
karena tidak ada sinyal suara yang menandakan kapasitas berlebih, maka orang akan tetap
memaksa masuk tanpa peduli apakah lift sebenarnya sudah mencapai batasannya atau
belum.
2. Kerusakan mesin
Setiap mesin tentulah memiliki usia pakai. Untuk itulah pentingnya diperlukan pengecekan
secara berkala untuk memastikan bahwa semua komponen mesin dapat bekerja normal
tanpa adanya masalah. Tidak hanya mesin yang bekerja untuk lift naik dan turun saja yang
diperiksa, tetapi juga fasilitas “call” pada lift yang berfungsi menghubungi operator ketika
suatu saat tanpa sengaja lift mengalami masalah.
3. Masalah pada komponen pendukung
Selain mesin, lift juga masih memiliki komponen pendukung lain yang sangat berhubungan
dengan keselamatan, salah satunya yaitu tali. Tali ini bukanlah sebuah tali biasa yang tidak
memiliki fungsi, karena tali inilah yang menjadi penahan dan tumpuan lift. Jika terdapat
masalah pada tali ini , maka lift secara otomatis tidak memiliki penahan dan berisiko untuk
jatuh.

Beberapa kejadian lift yang tidak bekerja tentunya membuat panik bagi penggunanya.
Ketika lift tidak bekerja, maka pengguna atau pihak gedung harus segera menghubungi
bagian teknisinya. Berikut ini adalah penyebab yang mengakibatkan lift tidak bekerja antara
lain:
a) Sumber tenaga pada lift tersebut mati, contohnya aliran listrik atau diesel yang mati
b) Terjadi bencana alam
c) Terjadi kerusakan pada sistem lift tersebut.
KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN MENGGUNAKAN ELEVATOR (LIFT)
Dengan memanfaatkan lift, maka pengguna akan mendapatkan keuntungan seperti:
a. Menghemat waktu dan tenaga untuk naik atau turun dari beberapa lantai. Bahkan hanya
membutuhkan waktu dalam hitungan detik maupun menit saja.
b. Tidak perlu kerepotan untuk memindahkan barang pada suatu gedung, hanya
membutuhkan beberapa detik saj menggunak elevator
Kekurangan menggunakan elevator (lift) yaitu:
a. Biaya pembuatan yang cukup mahal
b. Jika listrik padam maka lift tidak dapat digunakan sehingga menghambat kegiatan
c. Jika tidak hati-hati bisa menelan korban, seperti: terjepit lift.
PROGRAM PEMELIHARAAN ELEVATOR
1. Secara praktis pemeliharaan dikerjakan oleh ahlinya yaitu produsen atau
Agennya. Walaupun begitu pihak pengelola bangunan harus mendapat
Jaminan bahwa pesawat lif berfungsi baik sebagaimana mestinya. Jaminan
Lift itu dapat berupa sebagai berikut:
 Tiap-tiap kemacetan harus sudah selesai diperbaiki dalam satu jam, atau dua jam
dengan alasan yang wajar.
 Jumlah kemacetan dalam setahun tiap-tiap satuan pesawat, rata-rata tidak lebih dari 3
kali.
 Jumlah jam lift berhenti (tidak jalan) karena dilakukan perawatan dan perbaikan ialah
maksimal 5% dari jumlah jam tugasnya setahun. Lihat box ilustrasi.
 Setahun sekali diadakan audit atas pekerjaan fisik dan administrasi oleh pihak ketiga
(ahli bidang lift, kesehatan dan keselamatan kerja) untuk menilai mutu dan hasil
pelaksanaan pemeliharaan.
2. Sangsi atas jaminan harus jelas tersebut dalam kontrak (Surat perjanjian). Biaya inspeksi
atau audit dipikul bersama agar auditur jujur tidak memihak siapapun.
Catatan: Suatu Ilustrasi: Jumlah jam operasi lift dalam suatu bangunan Kantor kira-kira
3000 jam. Jumlah aktu lift diizinkan istirahat untuk dirawat ialah 5% atau 150 jam, terdiri
atas 100 jam pemeriksaan berkala dan 50 jam cadangan untuk reparasi dan penyetelan
ulang (readjustment). Jika dalam satu tahun dilakukan 32 kali pemeriksaan (rata-rata 3 kali
per bulan), maka tiap-tiap kunjungan memakan waktu 3, 2 jam diluar jam perjalanan. Lihat
contoh daftar periksa pada lampiran.
3. Kontrak perawatan harus lengkap mencakup semua aspek, termasuk jadwal pemeriksaan.
Table dibawah ini adalah contoh jadwal untuk satu tahun pemeliharaan lift. Jadwal ini
merupakan lampiran dri kontrak pemeliharaan, dan mengikat untuk dilaksanakan.
Catatan: Ada satu bulan dalam satu tahun dikosongkan, untuk mengulang pekerjaan yang
dirasa tertunda, dan atau reparasi yang direncanakan dalam rangka pemeliharaan
pencegahan (preventive maintenance).
4. Jadwal Pemeliharaan
Catatan: Jadwal alternative dapat dibuat untuk tiap-tiap gedung agar menyesuaikan diri
dengan keadaan dan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Dasar penjadwalan tetap berlaku,
yaitu jumlah jam pemeriksaan untuk tiap-tiap komponen. Komponen yang lebih sering
mengalami pemeriksaan ialah pintu lantai, terutama pintu di lobby karena tugas kerjanya
lebih berat. Dianjurkan tiap-tiap bulan diperiksa, yaitu door contack, interlock, door hanger
roller, excentric roller, air cord, door closer (weight), stopper, guides, dan cam roller.
Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance)
Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance = PM) dirancang dengan maksud
menghindari (dan juga menunda) kerusakan dari peralatan atau komponen yang vital, yang
lambat atau cepat pasti terjadi. Ada dua (2) aspek yang dapat kita kemukakan dalam
pelaksanaan Pemeliharaan pencegahan
1. Pemeriksaan (Inspection)
Pemeriksaan oleh teknisi yang kompeten atas bagian-bagian peralatan kritis. Pemeriksaan
seringkali memberi petunjuk adanya keharusan mengganti suku cadang (atau cukup
reparasi), jauh-jauh hari sebelum terjadi kerusakan, dan biasanya sesuai dengan jadwal yang
dirancang oleh pabrikan. Waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan harus serendah
mungkin sehingga tidak mengganggu pelayanan (operasi) lift.
2. Pemeliharaan berkala.
Yaitu kebersihan, pelumasan, penyetelan kembali peralatan yang senantiasa berfungsi.
Jadwal yang dianjurkan oleh pabrikan harus diikuti, disamping juga pengalaman sendiri
selama bertahun-tahun. Preventive Maintenance tidak beda dengan Planned Maintenance.
Karakteristik dari Pemeliharaan pencegahan.
1. Check list buat khusus untuk individual unit (planning).
2. Dedikasi dan mekanik, teknisi dan adjuster saat memeriksa peralatan.
3. Kecakapan dan keterampilan (skill and competent) teknisi dengan pengetahuan up to
date, melalui field education (pelatihan lapangan).
4. Quality control oleh supervisor untuk memperoleh quality assurance.
5. Tiap-tiap trouble (call back) harus dianalisa sebab-musabahnya dengan dasar teori, dan
disimpulkan oleh suatu Tim (bukan perorangan). Kemungkinan diperlukan perbaikan
rencana.
6. Suku cadang dibawah standard (mutu rendah) harus dicari substitusinya dan diuji lebih
dulu (improvement of quality design).
7. Jumlah jam pemeriksaan dan pemeliharaan berkala tidak harus sama seragam untuk
semua unit lift, melainkan harus seimbang menurut work-load, umpama 12 kali setahun
untuk lift VIP dan 15 kali setahun untuk lift penumpang pegawai (umum).
8. Kontraktor sebaiknya agen tunggal pabrikan atau pabrikan sendiri, karena dia
mempunyai pengalaman yang luas dan paham sifat-sifat lift tertentu.
9. Jadwal reparasi dapat dilaksanakan pada waktu-waktu yang ditentukan oleh manajemen,
setelah keputusan atas laporan evaluasi. Reparasi dilaksanakan tanpa tergesa-gesa sehingga
diharapkan hasil mutu yang baik.
Catatan: Check list: Tiap-tiap suku ada umurnya, dan saat kapan mulai diperiksa, ditest atau
di re-adjust (stel ulang) dan terakhir kapan diganti baru (replacement). Tiap-tiap lift
mempunyai „jam terbang‟yang berbeda, sehingga ramalan umur suku/komponen berbeda.
Performance Guranted Maintenance (PGM)
1. Performance (unjuk atau tampil kerja) mempunyai unsure-unsur sebagai
Berikut:
a. Kenyamanan (Ride comfort).
b. Keamanan dan keandalan (Safety and Reliability).
c. Tanggap atas permintaan (System response).
d. Hasil guna kerjasama beberapa unit (Handling – Ef iciency of group
Operation). Taraf bising dan getaran (Noise and Vibriation level).
2. Dalam PGM, kontraktor berkewajiban senantiasa menjaga performance Sama seperti
awal semula lift diserah terimakan pertama kali untuk dipakai, yaitu dalam kondisi top
performance. Kondisi sesungguhnya yang terjadi pada waktu-waktu tertentu, harus
dibandingkan dengan performance yang diharapkan oleh management (sebagai acceptable
performance). Perbedaan yang mungkin timbul harus diusahakan sekecil mungkin
(minimized), dan perbedaan ini dipakai sebagai ukuran untuk memberikan insentive atau
mengenakan penalty kepada kontraktor.
3. Perjanjian PGM harus jelas yang termasuk dan tidak termasuk dalam tanggung jawab
kontraktor, jika lift macet dan atau terjadi call back. Lihat daftar klasifikasi call back.
Jumlah call back service sebaiknya rata-rata 3 kali per unit per tahun. Jika dalam suatu
bangunan ada 10 unit tercakup dalam satu kontrak, maka jumlah CB tersebut dapat
ditoleransi sampai 30 kali per tahun. Jumlah selang waktu lift diam tidak kerja (shut down
hours) diperkenankan berjumlah 75 jam per unit per tahun. Jumlah selang waktu temasuk
reparasi, call back service, routine service dan inspection, tetapi tidak termasuk kerusakan,
karena hal-hal diluar kuasa kontraktor. Melebihi batasan-batasan wajar tersebut, kontraktor
dikenakan penalty.
4. Untuk menanggulangi kewajiban-kewajiban yang berat tersebut diataskontraktor harus
mempunyai strategy yaitu
a. Technology back up dari pabrikan: standard mutu yang tinggi dari tiaptiap
komponen/suku/part
b. Persediaan spare part (suku cadang) secara “ilmiah cukup”, dan berdasar pengalaman.
c. Dukungan dari specialist sub-contractor dan vendor.
d. Sarana bengkel perbaikan (reparasi)
e. Fasilitas “lending part”, yaitu persediaan komponen untuk sementara dipinjamkan, jika
ada komponen rusak dan perlu diperbaiki.
f. Informasi improvement atas part atau komponen dari pabrikan. (Lihat box).
5. Semua dukungan tesebut diatas pasti memerlukan biaya yang besar. Part 3 umpamanya,
suncontraktor perlu diikat dengan perjanjian dengan “up front” payment agar kita
memperoleh pelayanan khusus yang cepat dari vendor. Dan semua dukungan tersebut
bertujuan agar tercapai target maximum 75 jam “shut down hours” pertahun per lift.
Sedangkan call back, harus ditekan dengan cara preventive maintenance
6. PGM adalah perluasan dari Full Maintenance, sehingga Preventive Maintenance
termasuk dalam lingkup kerja
7. Kontraktor harus menjaga catatan atas kejadian call back, dan lamanya lift tidak
beroperasi dengan betul-betul perhitungan, agar pada akhir tahun dapat dipertanggung
jawabkan kepada management. Sebaliknya, management pun harus tanggap dan waspada
atas kejadian incidence, tegangan sumber tenaga atau perbuatan tangan jahil, dan
sebagainya. Hubungan dua arah komunikasi antara management dan teknisi dari kontraktor
harus terbuka dan jujur. 8. Management sebaiknya memanggil consultant (pihak ketiga)
untuk membuat quality audits atas pekerjaan kontraktor selama satu tahun. Biaya PGM
memang mahal yaitu 2.5 sampai 3 kali lipat biaya FM. Tetapi ada beberapa keuntungan
yang dapat dinikmati. Tenants (penyewa) merasa puas, sewa kantor melebihi target
dibanding gedung tetangganya, dan management dapat lepas tanggung jawab kalau ada
kecelakaan, premi asuransi lebih rendah, dan yang terpenting umur instalasi lift dapat
mencapai lebih rendah, dan yang terpenting umur instalasi lift dapat mencapai lebih dari 40
tahun atau seumur bangunannya dengan melaksanakan major refurbishment 5 tahun sekali.

Pemeliharaan terencana
Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terorginisir untuk
mengantisipasi kerusakan peralatan di waktu yang Akan datang, pengendalian dan
pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya
Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)
Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) adalah inspeksi periodik untuk
mendeteksi kondisi yang mungkin menyebabkan produksi terhenti atau berkurangnya
fungsi peralatan dikombinasikan dengan pemeliharaan untuk menghilangkan,
mengendalikan, kondisi tersebut dan mengembalikan mesin ke kondisi semula atau dengan
kata lain deteksi dan penanganan dini kondisi abnormal mesin sebelum kondisi tersebut
menyebabkan cacat atau kerugian.
Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)
Pemeliharaan secara korektif (corrective maintenance) adalah pemeliharaan yang dilakukan
secara berulang atau pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian
(termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang
bisa diterima. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Pemeliharaan ini meliputi reparasi minor,
terutama untuk rencana jangka pendek, yang mungkin timbul diantara pemeriksaan, juga
overhaul terencana.
Pemeliharaan tak terencana (unplanned maintenance)
Pemeliharaan tak terencana adalah pemeliharaan darurat, yang didefenisikan sebagai
pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah akibat yang
serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan, atau untuk
keselamatan kerja. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Pada umumnya sistem pemeliharaan
merupakan metode tak terencana, dimana peralatan yang digunakan dibiarkan atau tanpa
disengaja rusak hingga akhirnya, peralatan tersebut Akan digunakan kembali maka
diperlukannya perbaikan atau pemeliharaan.
Metode pemeliharaaan yang diterapkan untuk elevator di suzuya Bireun adalah
pemeliharaan preventiv. Dimana pemeliharaan dilakukan dengan melakukan pengecekan
dan perbaikan kerusakan atas komponen-komponen elevator secara berkala baik harian,
mingguan maupun tahunan. Untuk melakukan pemeliharaan preventif, diperlukan tenaga
kerja yang terdidik, terlatih dan profesional dalam bidang pemeliharaan elevator.
Karena keterbatasan sumberdaya manusia yang menguasai teknis pemeliharaan elevator,
Biro Umum menunjuk pihak penyedia jasa untuk melaksanakannya. Pemilihan penyedia
jasa pemeliharaan elevator dilakukan dengan tender yang dilaksanakan pada awal tahun
anggaran. Biaya yang tersedia untuk jasa pemeliharaan pada setiap tahun berkisar antara
Rp500.000.000 – Rp600.000.000 pertahun.
• Pemeliharaan harian dilakukan pada setiap pagi di hari kerja sebelum pegawai tiba di
Kantor. Lingkup pengecekan harian meliputi pemeriksaan terhadap operasional
komponen-komponen elevator (mobilitas car lift, pintu lift, pengaman lift, indikator
push button, dll)
• Pemeliharaan mingguan dilakukan pada setiap akhir pekan saat pegawai libur, waktu
ini dipilih agar pengecekan tidak mengganggu aktivitas pegawai. Pengecekan mingguan
meliputi pemeriksaan pada ruang mesin (panel control, mesin), ruang luncur lift, hall
area, car station, pit area dan peralatan pendukung lift
• Pemeliharaan tahunan dilakukan satu kali dalam setahun. Pengecekan tahunan
meliputi pemeriksaan menyeluruh terhadap elevator. Pemeriksaan tahunan dilakukan
dalam waktu kurang lebih selama 45 hari untuk seluruh elevator. Pada saat pemeriksaan
tahunan elevator yang sedang dilakukan pengecekan tidak dioperasikan rata-rata 5 hari
untuk setiap elevator.
Pemeliharaan harian
• Operator/teknisi menjalankan elevator dengan menghidupkan panel daya lift
• Operator/teknisi melakukan pemeriksaan terhadap arus dan tegangan pada panel
• Operator/teknisi melakukan pemeriksaan tehadap box panel pada car lift, kemudian
melakukan setting tombol untuk menjalankan lift
• Operator/teknisi melakukan pengecekan mobilitas lift dengan menjalankan lift
menuju level/lantai tertentu
• Operator/teknisi melaporkan kondisi lift pada Biro Umum

Pemeliharaan mingguan
• Operator/teknisi melakukan pemeriksaan pada ruang mesin yang meliputi
temperature, power supply, kebersihan dan penerangan ruang
• Operator/teknisi melakukan pemeriksaan pada panel control (tegangan,
gangguan/error)
• Operator/teknisi melakukan pemeriksaan mesin lift
• Operator/teknisi melakukan pemeriksaan ruang luncur lift
• Operator/teknisi melakukan pemeriksaan pada hall area
• Operator/teknisi melakukan pemeriksaan car station
• Operator/teknisi melakukan pemeriksaan pit area
• Operator/teknisi melakukan pemeriksaan peralatan pendukung
• Operator/teknisi membuat laporan hasil pemeriksaan dan diserahkan pada Biro
Umum
• Biro Umum menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan
Pemeliharaan tahunan
• Operator/teknisi
• melakukan general checkup pada seluruh bagian-bagian elevator
• Operator/teknisi
• membuat laporan hasil pemeriksaan dan mengusulkan penggantian bagian penunjang
elevator yang akan dilakukan penggantian meliputi tali cord baja elevator, sensor
keselamatan elevator, mechanical elektrikal, dan diserahkan pada Biro Umum
• Biro Umum
• menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan dengan melakukan penggantian pada
peralatan penunjang yang harus diganti secara tahunan

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Setelah dipelajari bisa dilihat pada Cara kerja eskalator adalah menggunakan motor, rantai
dan roda gigi untuk memutar setiap langkah anak tangga. Dan agar setiap anak tangga yang
muncul berbentuk horizontal dikarenakan menggunakan sistem landasan penopang atau
truss dengan truss ini menjadikan setiap langkah anak tangga menjadi horizontal atau datar
saat kembali dan munculnya anak tangga ke permukaan dan pada lintasan membantu
tangga muncul dan hilang kembali kedalam landasan penopang secara baik.
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, I. W., Faizah, F., & Rifdhian, I. S. (2019, November). PROTOTIP


PENGATURAN KECEPATAN ESKALATOR BERBASIS METODE PROPORTIONAL
INTEGRAL DERIVATIVE. In Prosiding SNITP (Seminar Nasional Inovasi Teknologi
Penerbangan) (Vol. 3, No. 1).

https://youtu.be/K0EncVhyTIK

http://www.liftindonesia.co.id/artikel/pengenalan-lift
https://ukuranstandarlift.wordpress.com/page/2/
https://www.google.com/amp/s/fdokumen.com/amp/document/perawatan-dan-perbaikan-
lift.html
https://id.scribd.com/document/335045436/Pemeliharaan-Lift
https://www.pengadaan.web.id/2020/09/cara-kerja-lift-elevator.html?m=1
https://www.situstekniksipil.com/2019/02/pemeliharaan-eskalator-dan-travelator.html
http://www.sei-elevator.co.id/indo/index.php?page=maintenance2

Anda mungkin juga menyukai