Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH TENTANG ELEVATOR

Disusun Oleh :

Nama Kelompok : 1. Radeana Nopikasandi (181.33.1006)


2. Rifan Iqbal Ramadhan (181.33.8011)
3. Sidik Nugroho (181.33.1053)
4. Rizki Fathoni Sholeh (181.33.1052

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MESIN D3


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan rahmat-
Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktu yang
telah ditentukan. Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan edukasi
tentang Elevator.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah Alat Angkat Angkut Ir. Syawalludin,
S.T., M.M., M.T.
2. Teman - teman, narasumber yang dapat dipercaya, serta semua pihak
yang ikut membantu dalam pencarian data dan informasi, baik secara
langsung maupun tidak langsung, cetak maupun elektronik, yang tidak
dapat kami sebutkan satu per satu. Terima kasih atas semuanya.
Penulis sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah
yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Harapan penulis, semoga makalah
yang sederhana ini, dapat memberi manfaat tersendiri bagi para pembacanya dan
juga mampu memberikan sedikit kemajuan bagi Bangsa dan Negara.

Jakarta, 20 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Sejarah Elevator.............................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................2
2.1 Dasar Teori Elevator......................................................................................2
2.2 Komponen Elevator.......................................................................................8
2.3 Cara Kerja Elevator............................................................................16
2.3.1 Mesin Lift Gearless...........................................................................16
BAB III PEMBAHASAN................................................................................18
3.1 Perencanaan Perhitungan Pada Elevator.....................................................18
3.2 System Zone Banyak (Multi Zone System)................................................24
3.3 Sistem Zone Banyak Dengan Skylobby......................................................27
3.4 Daya Listrik Untuk Lift...............................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................33
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Geared Elevator..............................................................................5


Gambar 2.2 Gearless Elevator...........................................................................6
Gambar 2.3 Mesin Elevator...............................................................................9
Gambar 2.4 Governor Rope Monitor.................................................................9
Gambar 2.5 Pemandu Rel (Slidding Guide)....................................................10
Gambar 2.6 Sensor Kedekatan (Proximity).....................................................11
Gambar 2.7 Saklar Pintu (Door Contact).........................................................12
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Lift Motor Traksi dan Lift Hidrolik....................................................3


Tabel 2.2 Besaran Factor Bobot Imbang..........................................................13
Tabel 3.1 Factor Daya Pada Lift.......................................................................31

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Elevator


Elevator atau yang lebih akrab dikenal oleh masyarakat luas dengan nama
lift. Lift adalah salah satu alat Bantu dalam kehidupan manusia yang berfungsi
untuk mempermudah aktifitas manusia yang rutinitasnya lebih sering berada
didalam gedung- gedung bertingkat. Elevator merupakan alat transportasi yang
pengendaliannya tidak dilakukan oleh manusia secara langsung, sehingga semua
pengguna elevator sepenuhnya tergantung pada kehandalan teknologi dari alat
transportasi vertikal ini.
Keberadaan dari elevator ini merupakan sebagai pengganti fungsi dari
pada tangga dalam mencapai tiap-tiap lantai berikutnya pada suatu gedung
bertingkat, dengan demikian keberadaan elevator tidak dikesampingkan ini
dikarenakan dapat mengefisienkan energi dan waktu sipengguna elevator
tersebut. Sistem keberadaan elevator dan segala kemajuan dan kehandalannya
tidak serta merta mengalami perkembangan-perkembangan secara bertahap,
sejak keberadaannya pertama kali dibangun sistem penggerak elevator pada awal
perkembangannya dimulai dengan cara yang sangat sederhana, yaitu dengan
menggunakan tenaga non mekanik.
Sejarah perkembangan elevator modern sebenarnya baru dimulai sejak
tahun 1830-an, setelah diperkenalkannya pasangan kawat selling ( wire rope )
dengan katrol ( pully ). Awal mulanya penggunaan elevator ini digunakan untuk
pertambangan di eropa dan segera diikuti oleh negara-negara lain termasuk
amerika.
Perkembangan elevator sangat lambat pada awal tahun 1970-an, namun
sejak diperkenalkannya transistor dan alat pendukung elektronik lainnya pada
sistem kontrol elevator pada saat itulah perkembangan kontroller elevator begitu
pesat.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Teori Elevator


Jenis Elevator (lift) dapat dilihat dari segi fungsi dan jenis penggeraknya,
diantaranya ialah :
a. Jenis-Jenis Elevator Dari Segi Fungsi
1. Elevator Penumpang
Elevator penumpang ini merupakan elevator yang sifatnya
berfungsi dan sangat khusus untuk manusia saja, elevator ini sangat
dijaga kehandalannya dan juga sangat dijaga keamanan dan
keselamatan manusianya.
2. Elevator Barang atau Dumb Waiter
Elevator ini sangat khusus fungsinya untuk barang saja,
elevator ini juga tak kalah handalnya dengan elevator penumpang
namun ada sedikit perbedaan dalam sistem keamanannya.
3. Elevator Service
Elevator service ini biasanya dipasang diperhotelan, yaitu
fungsinya untuk pelayan-pelayan hotel untuk mengantarkan barang
ke kamar-kamar penghuni hotel. Namun disini pula elevator ini tak
kalah handalnya dengan elevator penumpang, perbedaan dari
elevator service dengan elevator penumpang ini sangat jelas dari
sistem pengangkutannya, yaitu elevator penumpang hanya khusus
untuk manusia saja tapi elevator service ini juga berfungsi sebagai
pengangkutan manusia dan barang.
4. Elevator Hidraulik
Elevator hidrolik ini sangat lain daripada yang lain, ini dilihat
dari cara kerjanya dan juga fisiknya. Elevator ini biasanya digunakan
oleh pasukan pemadam kebakaran dan kapasitas daya angkutnya pun

2
sangat terbatas, elevator hidrolik ini sekarang tidak hanya dipakai
oleh pemadam kebakaran saja. Sekarang elevator hidrolik sering
dipakai oleh perusahaan telekomunikasi, bengkel-bengkel kendaraan
bermotor, dan lain-lain.

b. Jenis Elevator Dari Segi Jenis Penggeraknya


Dari masa ke masa jenis penggerak pesawat lift telah berkembang
dan perkembangan seiring dengan perkembangan teknologi yang
mendampinginya atau dipergunakannya. Namun demikian pada
umumnya jenis penggerak lift dapat digolongkan menjadi dua
kelompok yaitu :
1. Lift dengan sistem pengerak hidrolis (hydrolic elevator).
2. Lift dengan sistem penggerak dengan motor listrik (traction type
elevator).

Meskipun kedua sistem tersebut juga mengalami perkembangan


masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan pemasangan
dilapangan yang dihadapinya. Akan tetapi ada perbedaan pokok dari
kedua jenis lift tersebut yang perlu diperhatikan yaitu :

Tabel 2.1 Lift Motor Traksi dan Lift Hidrolik


No Hal yang perlu Lift Motor Traksi Lift Hidrolik
diperhatikan

1. Jarak Pelayanan tidak terbatas Terbatas 20 meter


2. Frekuensi Lebih dari 80 start /stop perjam. Terbatas 80 start
Pemakaian Pada umumnya 180 start/stop per- /stop perjam
jam.

3. Kecepatan Tidak terbatas (1000m/menit) Terbatas (maksimal


90 m/menit)

c. Jenis Lift Dengan Motor Traksi


Konsep dasar dari lift yang mempergunakan motor traksi dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Jenis Tarikan Langsung (Drum Type)
Cara operasi lift jenis ini seperti pesawat angkat yang dipakai
pada crane- crane pada proyek kontruksi bangunan, dengan
menggulung tali baja pada tabung gulung. Pemakaian jenis lift ini
pada lift penumpang tidak terlalu populer seperti pada lift traksi jenis
motor pully, hal ini disebabkan adanya beberapa keterbatasan dalam
pemakain. Oleh karena itu lift jenis ini hanya dipergunakan untuk
lift-lift dengan kapasitas kecil seperti pada lift perumahan
(residential elevator) dan (lift pelayan) dumb waiter.
Adapun kelemahan tersebut, antara lain :
a. Kecepatan yang dapat dicapai secara teknis terbatas ( +/- 15
m/menit)
b. Kapasitas angkut terbatas (maksimal 200 kg).
c. Penggunaan tenaga listrik lebih boros ( tanpa bobot imbang ).

Oleh karena biasanya lift jenis ini mempunyai kecepatan yang


rendah ( kurang dari 30 m/menit ) maka jenis motor traksi yang
dipakai kebanyakan jenis motor AC (single speed).
2. Jenis Tarikan Gesek (Traction Drive)
Lift jenis ini dapat digolongkan menjadi 2 (dua) penggolongan,
yaitu :
1. Dilihat dari segi mesin penggerak langsung atau tidak langsung,
dibagi menjadi 2 (dua ) yaitu :
a. Geared Elevator

Gambar 2.1 Geared Elevator


b. Gearless Elevator

Gambar 2.2 Gearless Elevator

c. Dilihat dari jenis motor traksi yang dipergunakan dapat menjadi


dua jenis, yaitu :
 1 Lift traksi motor AC
 2 Lift traksi motor DC

Geared elevator dengan penggerak motor AC geared


biasanya dipergunakan pada lift berkecepatan rendah dan
sedang. Sebaliknya Gearless elevator dengan penggerak motor
DC ( AC VVVF ) dipergunakan pada lift kecepatan tinggi.

Kemampuan dari semua jenis tersebut diatas masing-


masing mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing
dalam penggunaannya. Namun demikian dengan
berkembangnya sistem control yang lebih modern (VVVF =
Variabel Voltage Variabel Frequensi yang dilengkapi IPM =
Integrated Power Modele, dll). Maka timbul kecendrungan
yang kuat untuk menggeser atau mengurangi penggunaan
penggerak motor DC pada lift-lift keluaran terakhir dengan
kemampuan yang lebih baik dan lebih hemat biaya operasi.
Spesifik lift traksi system pengendali motor dan gear
motor pada motor traksi antara lain :
a. Geared machine dengan motor AC single speed : 15-30
m/menit.
b. Geared machine dengan motor AC double speed : 30-45
m/menit.
c. Geared machine dengan motor AC VVVF : 45-210
m/menit.
d. Gearless machine dengan motor DC atau AC VVVF :
>150 m/menit.

Pada umumnya lift jenis traksi meletakkan motor traksi


dan panel control diatas rung luncur (hoistway), namun
demikian dalam beberapa kasus tertentu penempatan motor
traksi dan panel control ada yang diletakkan samping bawah
atau disamping atas ruang luncur. Untuk mengatasi masalah
dimana ketinggian bangunan yang terbatas, saat ini telah ada
lift motor traksi yang tidak memerlukan ruang mesin (machine
roomless) yang disebut Spacell yang telah diproduksi oleh
Toshiba Elevator dan Kone Elevator.
2.2 Komponen Elevator
Apabila kita ingin mengetahui sistem kerja elevator, maka kita harus
mengetahui komnponen utama dalam elevator tersebut. Untuk mempermudah
kita mengetahui cara kerja elevator secara keseluruhan, disini penulis akan
menggolongkan tata letak komponen-komponen elevator dalam dua bagian
ruangan, yaitu ruang mesin ( Machine Room ) dan ruang luncur ( Hoistway ).

1. Ruang mesin ( Machine Room )


Ruang mesin adalah ruang terpenting, dimana ruang tersebut
terjadinya semua proses pengoperasian elevator berlangsung secara
keseluruhan. Didalam ruang mesin terdapat beberapa alat penggerak
elevator, yaitu :
a. Motor penggerak
Motor penggerak elevator ini memiliki asupan daya tegangan
bolak-balik (Ac) dari PLN yang sangat berperan dalam pelaksanaan
kerja elevator, motor penggerak ini mempunyai kemampuan putar
antara 50 putaran per menit sampai dengan 210 putaran per menit.
Dengan kapasitas tegangan motor 7.5 KW dan menggunakan arus
maksimal 25 Ampere.
Motor penggerak ini dilengkapi dengan rem magnet ( magnetic
brake ) yang berfungsi menahan motor ketika kereta elevator telah
sampai pada lantai yang dituju, pergerakan cepat atau lambatnya
elevator diatur oleh PLC (Programable Logic Control).
Motor penggerak dalam menarik dan menurunkan elevator
menggunakan tali baja ( rope ) yang melingkar pada puli mesin
( sheave ), lebih jelas mengenai pembahasan motor listrik yang
dipakai oleh elevator akan di jelaskan pada bab IV. Dibawah ini
adalah gambar motor listrik yang digunakan pada elevator.
Gambar 2.3 Mesin Elevator

b. Governor
Governor adalah komponen penggerak utama dalam elevator,
didalam governor ini terdapat saklar yang berfungsi untuk
menonaktifkan semua rangkaian sehingga otomatisasi elevator mati
dan tidak berfungsi. Selain saklar juga terdapat pengait rem, pengait
rem ini berfungsi untuk menghentikan kawat selling dan kawat
selling ini menarik rem yang ada di kereta elevator.

Gambar 2.4 Governor Rope Monitor


c. Panel
Panel ini adalah tempat control elevator secara otomatis, panel
ini terdapat inverter motor dan program logic control yang berfungsi
untuk mengatur geraknya elevator.
d. Ruang Luncur
Ruang luncur ini adalah tempat dimana elevator beroperasi
berbentuk lorong vertikal, disinilah elevator menjangkau tiap-tiap
lantainya.didalam ruang luncur ini terdapat beberapa komponen
utama yang tak kalah pentingnya dibandingkan dalam ruang mesin.

e. Kereta
Kereta elevator beroperasi pada ruang luncur dan menapak
pada rail di kedua sisinya, pada sisi kanan dan kiri terdapat pemandu
rail ( sliding guide ) yang berfungsi memandu atau menapaki rail.

Gambar 2.5 Pemandu rel ( Slidding Guide )

Selain pemandu rail ( sliding guide ) juga terdapat karet


peredam ( silencer rubber ) yang berfungsi untuk mengurangi
kejutan ketika elevator berhenti maupun mulai start, selain itu pula
terdapat pendeteksi beban ( switch overload ) yang terdapat dibawah
kereta elevator. Pada pintu kereta elevator juga terdapat sensor gerak
( safety ray ) dan sensor sentuh ( safety shoe ) yang terpasang pada
pintu kereta dan berfungsi supaya untuk penumpang elevator tidak
terjepit pintu elevator, didalam kereta elevator juga terdapat tombol-
tombol pemesanan lantai ( floor button ) yang akan dituju oleh
pengguna elevator.
Kereta elevator memiliki pintu otomatis yang digerakkan
oleh motor stepper yang bekerja berdasarkan sinyal digital yang
asalnya dari sensor kedekatan ( proximity ) yang berfungsi
menentukan level atau tidaknya lantai, setelah lantai dinyatakan
level atau rata maka motor stepper akan membuka pintu secara
otomatis.

Gambar 2.6 Sensor Kedekatan ( Proximity )

Selain yang disebutkan diatas, ada beberapa komponen


pendukung kerja elevator antara lain seperti dibawah ini :
1. Saklar pintu ( door contact )
Saklar pintu ( door contact ) ini termasuk dalam
komponen pengaman elevator.
2. Kunci pintu ( door lock )
Berfungsi untuk mengunci pintu agar pintu tidak dapat
dibuka dari luar
3. Saklar batas atas ( final up ) dan bawah ( final down )
Saklar batas atas dan bawah berfungsi untuk
mengamankan kereta elevator terhadap kemungkinan
terjadinya kelebihan kecepatan.

Penjelasan mengenai komponen pengaman elevator akan


dibahas pada bahasan keamanan pada elevator.
f. Saklar Pintu
Saklar pintu atau sering disebut dengan door contact adalah
salah satu komponen yang termasuk penting dalam pengamanan
elevator, cara kerja dari saklar pintu ( door contact ) ini adalah saklar
dihubungkan kabel saklar pintu ( door contact ) tiap-tiap lantai
secara seri.
Apabila salah satu pintu dibuka secara sengaja maka elevator
tidak akan bekerja, ini dikarenakan untuk keselamatan pengguna
elevator atau bagian perawatan elevator.

Gambar 2.7 Saklar Pintu ( Door Contact )

g. Bobot Imbang ( Counter Weight )


Bobot imbang atau counterweight biasanya terpasang
dibelakang atau disamping kereta elevator, bobot dari bobot imbang
ini harus sesuai dengan ketentuan yang ada. Faktor- faktor yang
menentukan berapa berat dari bobot imbang ini diantaranya harus
memperhitungkan berat kereta, kapasitas penuh pada kereta dan
faktor keseimbangan.
Besar faktor keseimbangan biasanya sebagai berikut :
Tabel 2.2 Besaran Factor Bobot Imbang

Kapasitas Elevator Faktor Keseimbangan

>> 1200 kg 40 % s/d 42,5 %

600 kg s/d 1150 kg 45 %

300 kg s/d 580 kg 50 % s/d 55 %

Sebagai contoh, elevator dengan kapasitas Q = 1200 kg dengan


berat kereta kosong 2400 kg dan faktor bobot imbang sebesar 42,5 %
maka perlu diimbangi dengan bandul ( filler weight ) ?

Penyelesaian :
2400 + 42,5 % x 1200 = 29310 Kg

Mengenal Secara umum peralatan pengaman safety device


pada lift
1. Cirduit Braker, berfungsi :
Memutuskan sumber (aliran) listrik dari panel induk (sub
panel) ke panel control lift.Menjaga peralatan elektronik dari
lift jika terjadi arus lebih (over current).
2. Governoor, berfungsi :
Memutuskan power/aliran listrik ke control panel lift jika
governor mendeteksi terjadinya over speed (kecepatan lebih)
pada traffict lift (putaran roda pulley governoornya).Menjepit
sling governor (catching).Secara mekanik bandul governor
akan menjepit sling governor (rope governor) dan dengan
terjepitnya sling ini,maka sling ini akan menarik safety wedge
pada unit safety gear/safety wedge yang terletak di bawah car
lift dan akan mencengkaram rail untuk melakukan pengereman
secara paksa terhadap lift.
3. Final Limit Switch (upper/bagian atas), berfungsi :
Merupakan double proteksi untuk menghentikan operasi
lift jika limit switch (upper) gagal beroperasi.
4. Limit Switch (upper/bagian atas),berfungsi :
Berfungsi menjaga lift beroperasi melewati batas travel
lantai tertingginya.
5. Emergency Exit (manhole), berfungsi :
Penumpang dapat di tolong/evakuasi dari dalam sangkar
melalui manhole ini pada saat emergency.Manhole ini hanya
dapat di buka dari sisi luar bagian atas.jika pintu ini terbuka lift
otomatis akan berhenti.
6. Emergency Light (lampu emergency), berfungsi :
Lampu emergency akan menyala secara otomatis jika
terjadi pemadaman sumber listrik.Lampu ini dapat bertahan
rata-rata sampai dengan 15 menit.
7. Safety Gear/Safety Wedge, berfungsi :
Melakukan pengereman (menjepit) terhadap rail jika
governor mendeteksi terjadinya over speed.
8. Limit Switch (Lower/bagian bawah), berfungsi :
Menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai
terendahnya.
9. Final limit switch (lower/bagian bawah), berfungsi :
Merupakan double proteksi untuk menghentikan operasi
lift jika limit swich gagal beroperasi.
10. Lubang kunci pintu luar,berfungsi :
Terletak di sisi sebelah atas dari pintu luar lift yang
memungkinkan untuk di buka jika ingin melakukan
pertolongan darurat pada penumpang jika terjadi emergency.
11. Door Lock Switch, berfungsi :
Mencegah pintu terbuka pada saat lift sedang
beroperasi (running). Pintu hanya dapat di buka setelah
sangkar berhenti.
12. Interphone, berfungsi :
Penumpang dapat berkomunikasi dengan petugas
teknisi (building maintenance) di ruang mesin,ruang control
atau ruang security jika terjadi pemdaman listrik atau hal
emergency.
13. Safety Shoe, berfungsi :
Mendeteksi gangguan pada saat pintu akan menutup
dan membuka kembali jika mendeteksi sesuatu. Photocell
dapat di gunakan secara bersamaan safety shoe ini.
14. Weighing Device (pendeteksi beban),berfungsi :
Memberikan / mengaktifkan buzzer alarm pada saat
weighing device ini mendeteksi beban sangkar yang berlebih.
jika weighing device ini aktif pintu lift akan tetap terbuka
sampai dengan sangkar di kurang bebannya.
15. Apron, berfungsi :
Mencegah penumpang terjatuh ke dalam hoistway
(ruang luncur lift) pada saat penumpang mencoba keluar
ketika lift berhenti tidak level.
16. Buffer, berfungsi :
Jika sangkar atau counterweight (beban penyeimbang)
bergerak kearah paling bawah, buffer akan mengurangi
terjadinya shock (guncangan).
2.3 Cara Kerja Elevator
Kontruksinya berupa sangkar atau kereta yang dinaik turunkan oleh mesin
traksi, dengan mengunakan tali baja tarik, melalui ruang luncur (hoistway)
didalam bangunan yang dibuat khusus untuk lift. Agar kereta lift tidak
bergoyang digunakan rel pemandu setinggi ruang luncur (hoistway) yang diikat
dengan tembok ruang luncur lift. Untuk mengimbangi berat kereta dan bebannya
digunakan bandul pengimbang (counterweight), beratnya sama dengan berat
kereta ditambah dengan setengah berat beban maksimum yang diizinkan. Hal ini
untuk memperingan kerja mesin traksi, karena pada saat kereta dipenuhi dengan
beban maksimum, mesin traksi hanya berupaya mengangkat atau menaikkan
setengah dari beban maksimumnya. Sebaliknya pada saat kereta kosong, mesin
traksi hanya perlu mengangkat atau menaikan setengah dari beban maksimum
yang berlebih pada counterweight.
Pada sistem geared atau gearless (yang masing-masing digunakan pada
instalasi gedung dengan ketinggian menengah dan tinggi), kereta lift
tergantung di ruang luncur oleh beberapa steel hoist ropes, biasanya dua puli
katrol, dan sebuah bobot pengimbang (counterweight). Bobot kereta dan
counterweight menghasilkan traksi yang memadai antara puli katrol dan hoist
ropes sehingga puli katrol dapat menggegam hoist ropes dan bergerak serta
menahan kereta tanpa selip berlebihan.

2.3.1 Mesin Lift Gearless


Mesin untuk menggerakkan elevator terletak di ruang mesin yang
biasanya tepat di atas ruang luncur kereta. Untuk memasok listrik ke kereta
dan menerima sinyal listrik dari kereta ini, dipergunakan sebuah kabel listrik
multiwire untuk menghubungkan ruang mesin dengan kereta. Ujung kabel
yang terikat pada kereta turut bergerak dengan kereta sehingga disebut
sebagai kabel bergerak (traveling cable) Jalur Lift (Hoistway) dan ruang
mesin di atasnya. Mesin geared memiliki motor dengan kecepatan lebih
tinggi dan drive sheave dihubungkan dengan poros motor melalui gigi-gigi
di kotak gigi, yang dapat mengurangi kecepatan rotasi poros motor menjadi
kecepatan drive-sheave rendah. Mesin gearless memiliki motor kecepatan
rendah dan puli katrol penggerak dihubungkan langsung ke poros
motor.Sistem pergerakan Lift dengan Gearless
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perencanaan Perhitungan Pada Elevator


Mekanisasi bangunan, terutama bangunan tinggi menjadi hal yang
menonjol dengan timbulnya kebutuhan akan gedung-gedung tinggi di seluruh
dunia.
Bangunan-bangunan tinggi dalam arsitektur tidaklah menjadi hasil karya
para arsitek dan insinyur struktur saja, tetapi menjadi panduan karya berbagai
keahlian antara lain juga insinyur mesin, elektro dan fisika teknik, panduan
antara karya seni dan teknologi.
Dalam perancangan bangunan-bangunan tinggi terjadi pemikiran timbal
balik antara pertimbangan-pertimbangan fungsi, struktur, dan estetika,
persyaratan-persyaratan mekanikal maupun elektrikal.
Salah satu masalah yang menjadi pemikiran pertama pada perencanaan
bangunan bertingkat banyak ialah masalah transportasi vertical umumnya dan
transportasi manusia khususnya.
Alat untuk transportasi vertical dalam bangunan bertingkat adalah lift atau
elevator. Alat transportasi vertical dalam bangunan bertingkat tersebut akan
memakan volume gedung yang akan menetukan efisiensi gedung.
Pemilihan kapasitas-kapasitas lift akan menetukan jumlah lift yang
mempengaruhi pula kualitas pelayanan gedung, terutama proyek-proyek
komersil.
Instalasi lift yang ideal ialah yang menghasilkan waktu menunggu disetiap
lantai yang minimal, percepatan yang komfortabel, angkutan vertical yang cepat,
pemuatan dan penurunan yang cepat di setiap lantai.
Kriteria kualitas pelayanan elevator adalah :
1. Waktu menunggu (interval, waiting time).
Kesabaran orang untuk menunggu lift tergantung kota dan
Negara dimana gedung itu ada. Orang-orang di kota besar lazimnya
kurang sabar dibanding dengan orang-orang di kota kecil.
Untuk proyek-proyek komersil perkantoran diperhitungkan
waktu menunggu sekitar 30 detik.

Waktu menunggu = Waktu perjalanan bolak-balik dibagi jumlah lift.

Penting:
Jika jumlah lift total dihitung atas dasar daya angkut pada
beban puncak saat-saat sibuk, maka untuk proyek-proyek
perkantoran yang beberapa lantainya disewa oleh satu penyewa,
jumlah lift totalnya harus di tambah dengan 20-40 %, sebab sebagian
lift di dalam zone yang disewa satu penyewa tersebut dipakai untuk
lalu lintas antar lantai, sehingga waktu menunggu di lantai dasar
dapat memanjang menjadi 90 detik atau lebih.

Waktu menunggu juga sangat variable tergantung jenis gedung.

Contoh-contoh sebagai berikut :


a. Perkantoran 25 – 45 detik
b. Flat 50 – 120 detik
c. Hotel 40 – 70 detik
d. Asrama 60 – 80 detik

Waktu menunggu minimum adalah sama dengan waktu


pengosongan lift ialah kapasitas lift x 1,5 detik per pengunjung.
2. Daya angkut (handing capacity).
Daya angkut lift tergantung dari kapasitas dan frekuensi
pemuatanya.Standard daya angkut lift diukur untuk jangka waktu 5
menit jam-jam sibuk (rush-hour) Daya angkut 1 lift dalam 5 menit
adalah :

[M = ]=M=

Dimana :
M= kapasitas lift (orang) dan daya angkut 75 kg/orang.
W= waktu menunggu (waiting time/interval) dalam detik = T/N

Jika 1 zone dilayani 1 lift, maka waktu menunggu= waktu

perjalanan bolak-balik lift, jadi: M =

3. Waktu perjalanan bolak-balik lift (round trip time).


Waktu ini hanya dapat dihitung secara pendekatan sebab
perjalanan lift antar lantai pasti tidak akan mencapai kecepatan yang
menjadi kemampuan lift itu sendiri dan pada perjalanan lift non stop,
kecepatan kemampuanya baru tercapai setelah lift bergerak beberapa
lantai dulu, misalnya lift dengan kemampuan bergerak 6m/detik baru
dapat mencapai kecepatan tersebut setelah bergerak 10 lantai.
Dalam praktek, perhitungan elevator dilakukan oleh supplier
lift yang menghitung kebutuhan lift berdasarkan data-data dari
pabrik pembuatnya.
Secara pendekatan, yaitu perjalanan bolak balik lift terdiri dari:
a. Penumpang memasuki lift lantai dasar yang memerlukan
waktu 1,5 detik per orang dan untuk lift dengan kapasitas m
orang perlu waktu (1,5 detik).

20
b. Pintu lift menutup kembali (2 detik).
c. Pintu lift membuka di setiap lantai tingkat (n-1) (2detik).
d. Penumpang meninggalkan lift di setiap lantai dalam 1 zone
sebanyak (n-1) lantai : (n-1) x m/n-1 x 1.5 detik (1,5 detik).
e. Pintu lift menutup kembali di setiap lantai tingkat (n-2) (2
detik).

Beban puncak diperhitungkan berdasarkan presentasi empiris


terhadap jumlah penghuni gedung, yang diperhitungkan harus
terangkat oleh lift-lift dalam 5 menit pertama jam-jam padat (rush-
hour).
Untuk Indonesia persentasi tersebut adalah:
a. Perkantoran 4% x jumlah penghuni gedung.
b. Flat 3% x jumlah penghunigedung.
c. Hotel 5% x jumlah penghuni
gedung. Data-data untuk penaksiran jumlah penghuni
gedung:
2
a. Perkantoran 4 m / orang.
2
b. Flat 3 m / orang.
2
c. Hotel 4 m / orang.

4. Efisiensi Bangunan (Building Efficiensi)


Efisiensi lantai adalah presentasi luas lantai yang dapat dihuni
atau disewakan terhadap luas lantai kotor
Untuk proyek perkantoran adalah :
10 lantai 85%

20 lantai : 1 - 10 lantai 80%


11 - 20 lantai 85%
30 lantai : 1 – 10 lantai 75%
11 – 20 lantai 75%
21 – 30 lantai 85%

40 lantai : 1 – 10 lantai 75%


11 – 20 lantai 80%
21 – 30 lantai 85%
31 – 40 lantai 90%
Data-data ini hanyalah untuk keperluan perhitungan lift saja

Effisiensi bangunan sangat tergantung luas lantai yang dipakai


oleh inti gedung dimana tabung lift ada di dalamnya.besarnya rongga
yang dipakai oleh tabung lift tergantung tinggi gedung.
Secara empiris luas inti gedung adalah sekitar 5-10 x luas
tabung lift. Proyek perkantoran memerlukan luas inti yang besar
daripada proyek flat.

5. Perhitungan Jumlah Lift Jumlah Lift Dalam 1 Zone


Jika beban lift dalam suatu gedung diperhitungkan sebesar P%

2
x jumlah penghuni gedung atas dasar a” m per orang luas lantai
netto, maka beban puncak lift :

Dimana :
P = Persentasi Empiris Beban Puncak Lift (%)
A = Luas Lantai Kotor Per Tingkat (%)
N = Jumlah Lantai
2
K = Luas Inti Gedung (m )
2
a” = Luas Lantai Netto Per Orang (m )
sedangkan : k = 5 x N x m x 0,3 = 1,5 mN

maka =

daya angkut 1 lift dalam 5 menit M = =

Daya angkut lift dalam 5 menit MN

= Persamaan L=MN = =

Dimana :
N = Jumlah Lift Dalam 1 Zone
a = Luas Lantai Kotor Pertingkat.
P = Persentasi Jumlah Penghuni Gedung yang Diperhitungkan
Sebagai Beban Puncak Lift.
T = Waktu Perjalanan Bolak-Balik Lift.
M = Kapasitas Lift
a” = Luas Lantai Netto Per Orang.
N = Jumlah Lantai Dalam Satu Zone.

6. Korelasi Jumlah Lantai Dalam 1 Zone


Kapasitas lift dan jumlah lift Daya angkut lift dalam 5 menit:

M= =
Beban puncak lift : L=P %

=
Dimana n a’ adalah luas lantai netto
dalam 1 zone. Persamaan : M = L,

= Maka:

] &[ ]

[ ]

3.2 System Zone Banyak (Multi Zone System)


Untuk meningkatkan efisiensi bangunan, orang berusaha memperkecil
volume gedung yang dipergunakan untuk sirkulasi vertical, terutama dalam
bangunan tinggi (lebih dari 20 lantai)
Juga untuk memperpendek waktu perjalanan bolak-balik lift yang
memperpendek waktu menunggu lift terutama di lantai dasar. Untuk tujuan
orang melakukan zoning lift artinya pembagian kerja kelompok lift, misalnya 4
lift melayani lantai 1-15, 4 lift melayani lantai 16- 30, jadi tidak berhenti di
lantai 1-15.
Karena ada kelompok 4 lift yang tidak berhenti di lantai 1-15 maka dalam
tabung- tabungnya tidak diadakan lubang pintu ke luar; ini merupakan
penghematan biaya sirkulasi vertical.
Dalam hal zoning lift maka perhitung jumlah lift diadakan untuk setiap
zone, yang mempunyai waktu perjalanan bolak-balik lift masing-masing.

Contoh perhitungan :
2
Suatu gedung 30 lantai dengan dengan luas rata-rata a = 1200 m , tinggi
lantai sampai dengan lantai h = 3.60 meter dibagi dibagi dalam 2 zone; zone
bawah 15 lantai, dan atas 15 lantai.
Gedung tersebut direncanakan untuk dilayani oleh lift-lift berkecepatan
rata-rata 4m/detik dan kapasitas m = 20 orang/lift.
Perhitungan zone – 2
Waktu perjalanan bolak-balik lift antara lantai (1-15 non-stop) dengan
kecepatan rata-rata S2 = 5 m/detik

Untuk :
h = 3,60 m N1 = 15
N2 = 15
S1 = 3 m/detik
S2 = 5 m/detik
M = 20 orang/lift
Maka :
T2 = 160,32 detik

Beban puncak lift untuk zone – 2 :

Daya angkut lift dalam 5 menit untuk zone – 2 :

Persamaan L2 = M2
Maka :

[ N2 = ]

Untuk :
2
a = 1200 m
n2 = 15
T2 = 160.32 detik
P =4%
2
a” = 4 m /orang

Maka:
N2 = 4lift @ 20 orang
w2 = 40.08 detik
> w min = 30 detik
< w max = 45 detik

Perhitungan Zone – 1

Beban puncak lift untuk zone – 1 L1 =


N2 = 4
Daya angkut lift dalam zone – 1

sebanyak N1 buah selama 5 menit: M1 =

Sedangkan T1 =

Persamaan: L1 =M1

: = [ N1 = ]
Untuk :
2
a = 1200 m
n1 = 15
m = 20
h = 3.60 m
2
s1 = 3 m/detik a” = 4 m /detik P = 4%
T1 = 153.6 detik

Maka :
N1 = 4 lift @ 20 orang
w1 = 38.4 detik > w min = 30 detik< w max = 45 detik

Jadi: Zone – 1 dan Zone – 2 masing-masing dilayanii 4 lift @20 orang


dengan kecepatan rata-rata 3 m/detik dan 5 m/detik

3.3 Sistem Zone Banyak Dengan Skylobby


Untuk bangunan yang sangat tinggi dengan jumlah puluhan lantai
mendekati 100 lantai atau lebih perlu diadakan penghematan volume inti
dengan mengadakan zoning pelayanan elevator ditambah lobby-lobby antara
(skylobby) yang dapat dicapai dari lantai dasar dengan lift-lift ekspres yang
langsung menuju skylobby-skylobby tersebut.
Skylobby berfungsi untuk:
1. Lantai perpindahan untuk menuju lift-lift lokal dalam zone di
atasnya.
2. Tempat berkumpul sementara (mengungsi) pada waktu keadaan
darurat (kebakaran, gempa bumi) sambil menunggu pertolongan.
3. Karena lift-lift lokal yang melayani zone-zone, maka diperlukan
ruang mesin lift langsung diatasnya.
Kebutuhan ruang mesin lift disatukan pula dengan kebutuhan ruang
mesin AC, ruang mesin-mesin pompa air, reservoir antara untuk persediaan air
bersih dan lain-lain.
Ruang mesin tersebut berupa beton tulang yang padat dan kokoh yang
berfungsi pula sebagai penghadang menjalarnya kebakaran ke atas. Sedangkan
skylobby-skylobby tersebut terletak di atas ruang-ruang mesin yang kokoh
tersebut.
Adanya ruang-ruang mesin antara tersebut juga sangat menghemat
energi listrik untuk pemompaan air bersih, penghawaan mekanis dan AC dan
penghematan rongga- rongga untuk tabung-tabung instalasi listrik, AC maupun
pemipaan.
Secara struktural, ruang mesin yang kokoh tersebut, pasti dapat menambah
ketahanan gedung terhadap gaya-gaya horizontal akibat gempa ataupun angin.

Perhitungan Jumlah Lift


2
Suatu gedung dengan luas lantai rata-rata 2190 m dan jumlah lantai 63
dibagi dalam 5 zone dengan 5 skylobby.

Perhitungan Lift Lokal


Luas lantai rata-rata a = 2190 m2
Jumlah lantai n = 10 (tidak termasuk
skylobby)
Waktu menunggu luas lantai netto w = 30 detik
Luas lantai netto per orang a’ = 1814 m2
Persentasi penghuni untuk beban puncak lift P = 4% Tinggi Lantai s/d
Lantai h = 3.60 m
Kapasitas Lift m = a’nPT/300a’’
= 18 orang/lift
Kecepatan rata-rata lift s = 2m/detik
Waktu perjalanan bolak-balik lif t:

T=
T = 126.4 detik

Jumlah lift lokal:

N= = 5 lift @ 18 orang

w= = 25.28 detik < w min = 1.5 m = 27 detik

Dicoba dengan lift lokal kapasitas 20 orang/lift maka :


T = 132.4 detik
N = 4 lift @ 20 orang
w = 33 detik > w min = 30 detik

Jadi setiap zone dilayani lift lokal sebanyak 4 buah dengan kapasitas 20
orang/lift dan kecepatan rata-rata 2 m/detik.

Perhitungan Lift Ekspress


Untuk mencapai skylobby diatas zone-1
n = 14
s = 2m/detik
h = 3.60 m
w minimum = 24 detik
w maksimum = 45 detik
kapasitas lift = 20 orang/lift

Waktu perjalanan bolak-balik lift :


 Pintu lift membuka dilantai dasar = 2 detik
 Penumpang masuk lift @ 1.5 detik/orang = 20 x 1.5 = 30 detik
 Pintu lift menutup kembali dilantai dasar = 2 detik
 Pintu lift membuka dan menutup di skylobby = 4 detik
 Penumpang keluar lift di skylobby @ 1.5 detik/orang = 30 detik
( )
2 14−1 3.60
 Perjalanan bolak balik lift
2 = 46.8 detik

T = 114.8 detik

Beban puncak lift ekspres di atas zone – 1 = Beban puncak lift local

Jumlah lift : N =

Waktu menunggu w = 28.7 detik

Jadi skylobby di atas zone – 1 dilayani 4 lift @ 20 orang

Untuk mencapai skylobby di atas zone – 2


n = 26
s = 3.5 m/detik
h = 3.60 m
m = 20 orang/lift
w min = 24.3detik
w max = 45 detik

 waktu perjalanan bolak balik T :


- Pintu lift membuka dan menutup di lantai dasar = 4detik
- Pintu lift membuka dan menutup di skylobby = 4detik
- Penumpang masuk di lantai dasar = 20 x 1.5 detik
• = 30detik
- Penumpang keluar di skylobby = 20 x 1.5 detik = 30detik

- Perjalanan bolak balik lift = T = 119.43 detik

3.4 Daya Listrik Untuk Lift


Daya listrik yang diperlukan untuk satu kelompok lift sangat tergantung
kapasitas, kecepatan dan jumlah lift.

Suatu lift dengan kapasitas m dan kecepatan s m/detik memerlukan daya

: [E= HP] = 0,75 mskw.

Sedangkan factor kebutuhan daya untuk suatu kelompok lift adalah :

Tabel 3.1 Factor Daya Pada Lift

Jumlah 2 3 4 5 6 7 10 15 20 25
lift
Factor 0.85 0.77 0.72 0.67 0.63 0.59 0.52 0.44 0.40 0.35
daya

Contoh :
Lift dengan kapasitas 3500 lb = 1587.6 kg dan kecepatan 3 m/detik

memerlukan daya listrik HP = 48 HP

Untuk 5 lift = 0.67 x 5 x 48 HP = 160 HP Catatan :


1 orang diperhitungkan 75 kg

Penggunaan daya listrik oleh lift (10 jam/hari):

Kwh = 0.20 x 160 HP x x 10 jam


= 240 kwh

Beban Panas Ruang Mesin Lift


Beban panas ruang mesin lift maksimum diperhitungkan 1/3 x jumlahHP
dimana satu HP = 2500 Btu ( 1 Btu = 0.25 kalori )
0
Temperature ruang mesin lift harus dipertahankan antara 60-90 F.

Suatu lift dengan kapasitas 2000 lb dan kecepatan 2.5 m/detik memerlukan
daya listrik :

HP = 23 HP

( 1 pound = 0.4536 kg : 1 HP = 75 m/detik

: 1 HP = 0.746 KVA )

Beban panas = 1/3 x 23 x 2500 Btu = 19.167 Btu


DAFTAR PUSTAKA

https://docplayer.info/70578492-Makalah-elevator-lift-disusun-oleh-jhon-fetra-
sitepu-miftahudin-teknik-mesin-fakultas-teknologi-industri.html

Anda mungkin juga menyukai