Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN LENGKAP

PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC)

Disusun oleh:

Nama : Abdal Azizul Shafa

NIM : 03320200036

LABORATORIUM SISTEM KENDALI


JURUSAN ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga laporan praktikum PLC ini dapat
tersusun hingga selesai.

Tidak lupa juga untuk mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
ketua lab dan asisten Laboratorium Sistem Kendali yang telah membimbing praktikan
dengan baik hingga selesai. Dengan harapan semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Dengan adanya makalah ini diharapkan
dapat membantu praktikan untuk mengetahui potensi memahami lebih dalam tentang
PLC.

Demikian laporan yang dapat ditulis. Apabila terdapat kesalahan dari penulisan
atau pemaparan materi yang kurang berkenan, diucapkan mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam memperluas
wawasan dan cakrawala untuk berfikir bagi penulis dan juga bagi para pembaca
lainnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Makassar, April 2021

Abdal Azizul Shafa


DAFTAR ISI

Sampul Laporan

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

I.1. Tujuan Percobaan


I.2. Teori Umum
I.3. Waktu dan Tempat Praktikum

BAB II Laporan Percobaan

II.1 PLC Dasar


II.2 Traffic Light
II.3 Lift
II.4 Konveyer

BAB III Penutup

III.1 Kesimpulan

III.2 Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Percobaan


Laporan hasil praktikum ini bertujuan sebagai berikut :
a. Memperdalam pengetahuan praktikan semaksimal mungkin tentang PLC.
b. Meningkatkan keterampilan praktikan mengenai PLC.
c. Praktikan dapat mengenal lebih lanjut tentang PLC dan lainnya.

I.2 Teori Umum


a. PLC dasar
Sebuah PLC (Programmable Logic Controller) adalah sebuah alat yang
digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relay yang ada pada
sistem kontrol konvensional. PLC bekerja dengan cara mengamati masukan
(melalui sensor), kemudian melakukan proses dan melakukan tindakan
sesuai yang dibutuhkan, berupa menghidupkan atau mematikan keluaran.
Program yang digunakan adalah berupa ladder diagram yang kemudian
harus dijalankan oleh PLC.
Dengan kata lain PLC menentukan aksi apa yang harus dilakukan pada
instrument keluaran yang berkaitan dengan status suatu ukuran atau besaran
yang diamati. Proses yang di kontrol ini dapat berupa regulasi variabel
secara kontinyu seperti pada sistem - sistem servo, atau hanya melibatkan
kontrol dua keadaan (on/off) saja, tetapi dilakukan secara berulang-ulang
seperti umum dijumpai pada mesin pengeboran, sistem konveyor dan lain
sebagainya.
PLC secara bahasa berarti pengontrol logika yang dapat diprogram,
tetapi pada kenyataannya, PLC secara fungsional tidak lagi terbatas pada
fungsi-fungsi logika saja. Sebuah PLC dewasa ini juga dapat melakukan
perhitungan-perhitungan aritmatika yang relatif kompleks, fungsi
komunikasi, dokumentasi dan lain sebagainya. PLC banyak digunakan pada
aplikasi-aplikasi industri, misalnya pada proses pengepakan, perakitan
otomatis dan lain-lain

b. Traffic light

Traffic light adalah lampu yang digunakan untuk mengatur kelancaran


lalu lintas di suatu persimpangan jalan dengan cara memberi kesempatan
pengguna jalan dari masing-masing arah untuk berjalan secara bergantian.
Karena fungsinya yang begitu penting maka lampu lalu lintas harus dapat
dikendalikan atau dikontrol semudah dan seefisien mungkin guna
memperlancar arus lalu lintas di suatu persimpangan jalan. Pengaturan lalu
lintas di persimpangan jalan dimaksudkan untuk mengatur pergerakan
kendaraan pada masing-masing kelompok pergerakan kendaraan agar dapat
bergerak secara bergantian sehingga tidak saling mengganggu antar- arus
yang ada. Seperti yang telah dijelaskan traffic light atau lampu rambu lalu
lintas ini berfungsi untuk menandakan kapan kendaraan harus berjalan dan
berhenti secara bergantian dari berbagai arah.

c. Lift
lift merupakan salah satu jenis pesawat pengangkat yang berfungsi
untuk membawa barang maupun penumpang dari suatu tempat yang rendah
ketempat yang lebih tinggi ataupun sebaliknya. Adapun jenis mesin lift
dibagi menjadi dua yaitu mesin lift penumpang dan lift barang. Konstuksi
umum mesin lift/elevator berupa sebuah sangkar yang dinaik turunkan oleh
mesin pengangkat, dimana yang akan direncanakan disini adalah satu
sangkar dengan penyeimbang (Counter Weight) yang mana apabila sangkar
naik maka Penyeimbang harus turun begitu pula untuk sebaliknya. Sangkar
tersebut dijalankan pada rel-rel dengan menggunakan alat penuntun sangkar
yang terpasang tetap, hal ini dimaksudkan agar lift tersebut tidak bergoyang
pada saat berjalan.

Terdapat beberapa jenis jenis lift berdasarkan fungsinya antara lain


adalah :
1) Pasenger Elevator (lift penumpang).
Pasenger elevator (lift) adalah elevator yang berfungsi khusus
untuk mengangkut manusia saja.
2) Dumbwaiter (lift barang)
Dumbwaiter (lift barang) ini berfungsi hanya untuk mengangkat
barang saja.
3) Elevator Service (lift servis), perbedan dari elevator servis dengan
elevator penumpang ini sangat jelas dari system pengangkutannya,
yaitu elevator penumpang hanya khusus untuk manusia saja tapi
elevator servis ini berfungsi untuk mengangkut manusia dan barang.

d. Conveyor

Conveyor merupakan peralatan sederhana yang dapat bergerak dari satu


tempat ke tempat lain sebagai alat angkut suatu barang tertentu untuk kapasitas kecil
sampai besar. Conveyer dijadikan sebagai alat transportasi yang cepat dan efisien.
Conveyor terdapat beberapa macam, seperti roller conveyor, belt conveyor, dan lain
sebagainya.

Dalam sebuah industri kadang kala terdapat bahan-bahan yang berat dan juga
berbahaya bahkan tidak bisa jika dibawa atau diangkut oleh manusia. sehingga
diperlukan alat bantu angkut untuk mengatasi keterbatasan manusia tersebut dalam
dal tenaga untuk menjaga keselamatan dan keamanan para pekerja industri. Untuk itu
mesin kompayer banyak dipilih sebagai alat angkut bahan-bahan industri yang padat.
I.3 Waktu dan Pelaksanaan Praktikum

Praktikum PLC ini dilaksanakan dengan virtual melalui Zoom dengan waktu pelaksanan :
a. PLC dasar pada hari Sabtu, 24 April 2021
b. Lift pada hari Minggu, 25 April 2021
c. Traffic light pada hari Minggu 25 April 2021
d. Konveyor pada hari Minggu 25 April 2021
PERCOBAAN I

PLC DASAR

Disusun Oleh :

Nama : Abdal Azizul Shafa

NIM : 03320200036

LABORATORIUM SISTEM KENDALI

JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
PERCOBAAN I

PLC DASAR

I.1 Tujuan Percobaan


A. Praktikan dapat mengetahui dan memahami instruksi/fungsi dari bahasa
pemprograman PLC ( Ledder Diagram, Function plan, Mnemonic ).
B. Mahasiswa dapat mengetahui komponen dan konsep dasar PLC.
C. Praktikan dapat mengetahui dan mengoprasikan PLC.
I.2 Teori dasar
PLC pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960-an. Alasan utama
perancangan PLC adalah untuk menghilangkan beban ongkos perawatan dan
penggantian sistem kontrol mesin berbasis relay. Bedford Associate (Bedford,
MA) mengajukan usulan yang diberi nama MODICON (kepanjangan Modular
Digital controller) untuk perusahaan-perusahaan mobil di Amerika. Sedangkan
perusahaan lain mengajukan sistem berbasis komputer (PDP-8). MODICON 084
merupakan PLC pertama didunia.

Saat kebutuhan produksi berubah maka demikian pula dengan sistem


kontrol-nya. Hal ini menjadi sangat mahal jika perubahannya terlalu sering.
Karena relay merupakan alat mekanik, maka memiliki umur hidup atau masa
penggunaan yang terbatas yang akhirnya membutuhkan jadwal perawatan yang
ketat. Pelacakan kerusakan atau kesalahan menjadi cukup membosankan jika
banyak relay yang digunakan. Bayangkakn saja sebuah panel kontrol yang
dilengkapi dengan monitor ratusan hingga ribuan relay yang terkandung pada
sistem kontrol tersebut. Bagaimana kompleks-nya melakukan pengkabelan pada
relay-relay tersebut. Dengan demikian, pengontrol baru ini harus memudahkan
para teknisi perawatan dan teknisi lapangan melakukan pemrograman. Umur alat
harus menjadi lebih panjang dan program proses dapat dimodifikasi atau dirubah
dengan lebih mudah, Serta harus mampu bertahan dalam lingkungan industri
yang keras.

Pada pertengahan tahun 1970-an, teknologi PLC yang dominan adalah


sekuenser mesin-kondisi dan CPU berbasis bit-slice. Prosesor AMD 2901 dan
2903 cukup populer digunakan dalam MODICON dan PLC A-B. Mikroprosesor
konvensional kekurangan daya dalam menyelesaikan secara cepat logika PLC
untuk semua PLC, kecuali PLC kecil. Setelah mikroprosesor konvensional
mengalami perbaikan dan pengembangan, PLC yang besar-besar mulai banyak
menggunakan-nya. Bagaimanapun juga, hingga saat ini ada yang masih berbasis
pada AMD 2903. Kemampuan komunikasi pada PLC mulai muncul pada awal-
awal tahun 1973. Sistem yang pertama adalah Modbus-nya MODICON. Dengan
demikian PLC bisa berkomunikasi dengan PLC lain dan bisa ditempatkan lebih
jauh dari lokasi mesin sesungguhnya yang dikontrol. Sayangnya, kurangnya
standarisasi mengakibatkan komunikasi PLC menjadi mimpi buruk untuk
protokol-protokol dan jaringa-jaringan yang tidak kompatibel. Tetapi
bagaimanapun juga, saat itu merupakan tahun yang hebat untuk PLC.

Pada tahun 1980-an dilakukan usaha untuk menstandarisasi komunikasi


dengan protokol otomasi pabrik milik General Motor
(General Motor’s Manufacturing Automation Protocol (MAP)). Juga merupakan
waktu untuk memperkecil ukuran PLC dan pembuatan perangkat lunak
pemrograman melalui pemprograman simbolik dengan komputer PC dari pada
terminal pemprogram atau penggunaan pemrogram genggam ( handled
programmer). Sekarang PLC terkecil seukuran dengan sebuah kontrol relay
tunggal tahun 1990

Seiring perkembangan teknologi solid state, saat ini PLC telah mengalami
perkembangan luar biasa, baik dari ukuran. kepadatan komponen serta dari segi
fungsionalnya. Beberapa peningkatan perangkat keras dan perangkat lunak ini di
antaranya adalah:

1. Ukuran semakin kecil dan kompak.


2. Jumlah input output yang semakin banyak dan padat
3. Waktu eksekusi program yang semakin cepat.

4. Pemrograman relatif semakin mudah. Hal ini terkait dengan perangkat lunak
pemrograman yang semakin user friendly

5. Memiliki kemampuan komunikasi dan sistem dokumentasi yang semakin


baik.

A. Pengertian PLC
Sebuah PLC (Programmable Logic Controller) adalah sebuah alat yang
digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relay yang ada pada
sistem kontrol konvensional. PLC bekerja dengan cara mengamati masukan
(melalui sensor), kemudian melakukan proses dan melakukan tindakan sesuai
yang dibutuhkan, berupa menghidupkan atau mematikan keluaran. Program
yang digunakan adalah berupa ladder diagram yang kemudian harus
dijalankan oleh PLC. Dengan kata lain PLC menentukan aksi apa yang harus
dilakukan pada instrument keluaran yang berkaitan dengan status suatu ukuran
atau besaran yang diamati. Proses yang di kontrol ini dapat berupa regulasi
variabel secara kontinyu seperti pada sistem - sistem servo, atau hanya
melibatkan kontrol dua keadaan (on/off) saja, tetapi dilakukan secara
berulang-ulang seperti umum dijumpai pada mesin pengeboran, sistem
konveyor dan lain sebagainya.
PLC secara bahasa berarti pengontrol logika yang dapat diprogram, tetapi
pada kenyataannya, PLC secara fungsional tidak lagi terbatas pada fungsi-
fungsi logika saja. Sebuah PLC dewasa ini juga dapat melakukan perhitungan-
perhitungan aritmatika yang relatif kompleks, fungsi komunikasi,
dokumentasi dan lain sebagainya. PLC banyak digunakan pada aplikasi-
aplikasi industri, misalnya pada proses pengepakan, perakitan otomatis dan
lainlain. Hampir semua aplikasi kontrol listrik membutuhkan PLC. Adapun
ciri atau karateristik PLC memiliki beberapa aspek sebagai berikut:
1. PLC sebenarnya suatu sistem berbasis mikroprosesor yang memiliki fungsi
- fungsi dan fasilitas utama dari sebuah mikro komputer.
2. PLC diprogram melalui programming unit yang bisa berupa terminal
komputer dengan VDU (Video Display Unit) dan keyboard atau dengan
terminal portabel khusus (mirip kalkulator dengan tampilan LCD). Pada
saat ini PLC dapat di program melalui PC.
3. PLC mengontrol suatu alat berdasarkan status
masukan/keluaran suatu alat dan program.

B. Fungsi PLC
PLC ini dirancang untuk menggantikan satu rangkaian relay sequensial
dalam suatu sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini juga dapat
dikendalikan, dan dioperasikan oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan
di bidang pengoperasian komputer secara khusus. PLC ini memiliki bahasa
pemrograman yang mudah dipahami dan dapat dioperasikan bila program
yang telah dibuat dengan menggunakan software yang sesuai dengan jenis
PLC yang digunakan sudah dimasukkan. Alat ini bekerja berdasarkan input-
input yang ada dan tergantung dari keadaan pada suatu waktu tertentu yang
kemudian akan meng-on atau meng-off kan output output. PLC juga dapat
diterapkan untuk pengendalian sistem yang memiliki output banyak, fungsi
dari PLC ini sudah banyak dimanfaatkan oleh perusahaan industri sebagai alat
yang sangat mempermudah pekerjaan. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh
PLC, yaitu sebagai berikut :
1. Sequence Control
a. Pengganti relay control logic.
b. Timers/counters.
c. Pengganti pengendali yang berupa papan rangkaian elektronik.
d. Pengendali mesin dan proses.
2. Kontrol Canggih
a. Operasi aritmatik ( +, -, x, : ).
b. Penanganan informasi.
c. Kontrol analog (suhu, tekanan, dan lain-lain).
d. PID (Proposional Integrator Differensiator).
e. Servo motor control.
3. Kontrol Pengawasan
a. Proses monitor dan alarm.
b. Monitor dan diagnosa kesalahan .
c. Antar muka dengan komputer (RS 232 / RCS 485).
d. Antar muka dengan printer / ASCII.
e. Jaringan kerja otomasi pabrik.
f. Local Area Network.
g. Wide Are Network.
C. Struktur atau komponen dasar PLC
1. Struktur dasar PLC
POWER SUPPLY

I O

N U
C
P T
P
P
U U
U
T
T

POWER SUPPLY

Gambar I.1 Struktur Dasar PLC

2. Komponen dasar PLC


a. Unit CPU (Central Processing Unit)
b. Merupakan bagian dari komponen penyusun PLC yang berfungsi
sebagai otak atau ppusat pengendalian bagi sistem. CPU (Central
Processing Unit) berisi mikroprosesor yang menginterpretasikan sinyal-
sinyal input dan melaksanakan tindakan-tindakan pengontrolan sesuai
dengan program yang telah tersimpan, lalu mengkomunikasikan
keputusan-keputusan yang diambilnya sebagai sinyal kontrol ke output
interface, untuk mengkomunikasikannya menggunakan scan. Scan
umumnya memakan waktu 70 ms, namun selain itu jug tergantung dari
panjang pendeknya program serta tingkat kerumitannya.

c. Unit Memori
Memori didalam PLC digunakan untuk menyimpan data dan
program.Secara fisik, memori ini berupa chip dan untuk pengaman
dipasang baterai back-up pada PLC. Unit memori ini sendiri dapat
dibedakan atas 2 jenis, yaitu:

1) Volatile Memory
Suatu memori yang apabila sumber tegangannya dilepas maka
data yang tersimpan akan hilang. Karena itu memori jenis ini
bukanlah media penyimpanan permanen. Untuk penyimpanan data
dan program dalam jangka waktu yang lebih lama maka memori ini
harus mendapat daya terus-menerus.hal ini biasanya dilakukan
dengan menggunakan baterai.
Ada beberapa jenis memori volatil yaitu RAM (Random
Access Memory), SRAM (Static Random Access Memory) dan DRAM
(Dynamics Random Access Memory).
2) Non-Volatile Memory
Merupakan kebalikan Volatile Memory yaitu suatu memori
yang meski sumber tegangan dilepas data yang tersimpan tidak akan
hilang.Salah satu jenis memori ini adalah ROM (Read Only
Memory). Memori jenis ini hanya dapat dibaca saja dan tidak dapat
di tambah ataupun dirubah. Isi dari ROM berasal dari pabrik
pembuatnya yang berupa sistem operasi dan terdiri dari program-
program pokok yang diperlukan oleh sistem PLC.
Untuk mengubah isi dari Rom maka diperlukan memori jenis
EPROM (Erasable Programmable ROM) yang dapat dihapus
dengan mengekspos chip pada cahaya ultraviolet pekat.

d. Unit Power Supply


Unit power supply atau unit catu daya diperlukan untuk
mengkonversi tegangan masukan AC (220Volt ~ 50Hz) atau DC (24
volt) sumber menjadi tegangan rendah DC 5 Volt yang dibutuhkan oleh
prosesor dan rangkaian-rangkaian dala input/output interface.
Kegagalan dalam pemenuhan tegangan oleh power supply dapat
menyebabkan kegagalan operasi PLC. Untuk itu diperlukan adanya
baterai cadangan dengan tujuan agar pada saat voltage = dropping, data
yang ada pada memori tidak hilang.

e. Unit Programmer
Komponen programmer merupakan alat yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan PLC. Programmer mempunyai beberapa fungsi
yaitu :
1) Run, untuk mengendalikan suatu proses saat program dalam keadaan
aktif.
2) Off, untuk mematikan PLC sehingga program dibuat tidak dapat
dijalankan.
3) Monitor, untuk mengetahui keadaan suatu proses yang terjadi dalam
PLC.
4) Program, menyatakan suatu keadaan dimana programmer/ monitor
digunakan untuk membuat suatu program.
f. Unit Input/Output
Unit Input/output yang menyediakan antarmuka yang
menghubungkan sistem dengan dunia luar, memungkinkan dibuatnya
sambungan-sambungan/koneksi antara perangkatperangkat input,
semisal sensor, dengan perangkat output, semisal motor dan selenoida,
melalui kanal-kanal input/output.
Demikian pula, melalui unit input/output, program-program
dimasukkan dari panel program. Setiap titik input/output memiliki
sebuah alamat unik yang dapat digunakan oleh CPU.
Unit input/output atau sering disingkat dengan unit I/O adalah
komponen PLC yang paling penting. Komponen ini berfungsi untuk
menyediakan antar muka yang menghubungkan sistem dengan dunia
luar. Keadaan tersebut memungkinkan untuk dibuat sambungan-
sambungan antara perangkat-perangkat input, seperti sensor, dengan
perangkat output, seperti motor dan selenoida, melalui panel-panel yang
tersedia.Demikian pula, melalui unit input/output, program- program
dimasukkan dari panel program.Masing-masing point input/output
memiliki sebuah alamat spesifik yang dapat digunakan oleh CPU untuk
mengaksesnya.

Gambar I.1 I/O pada PLC type single box


1) Perangkat Input
Pada PLC, perangkat input biasanya digunakan untuk perangkat-
perangkat digital dan analog, seperti saklar mekanis, potensiometer,
termistor, strain gauge, dan thermocoupler. Beberapa perangkat tambahan
tadi bertindak sebagai sensor, yang nantinya akan menghasilkan output
digital (discrete), yaitu kondisi ON(1)/OFF(2), dan dapat dihubungkan
dengan mudah ke port-port input PLC. Sensor- sensor yang menghasilkan
sinyal-sinyal analog harus terlebih dahulu diubah (diconvert) menjadi
sinyal-sinyal digital sebelum dihubungkan ke port-port PLC.

Contoh beberapa sensor yang umum digunakan yaitu:

• Saklar-saklar mekanik
• Saklar-saklar jarak (proximity switch)
• Sensor-sensor suhu
Straingauge
Gambar I.2 konfigurasi I/O pada PLC secara umum

2) Perangkat output
Port-port pada output sebuah PLC dapat berupa tipe relay atau
tipe isolator-optik dengan transistor atau tipe triac, bergantung pada
perangkat yang dihubungkan kepadanya, yang akan
dikendalikan.Umumnya, sinyal digital dari salah satu kanal output
sebuah PLC digunakan untuk mengendalikan sebuah aktuator yang
pada saatnya mengendalikan suatu proses.
Istilah aktuator sendiri digunakan untuk perangkat yang dapat
mengubah sinyal listrik menjadi gerakan-gerakan mekanis untuk
mengendalikan proses. Berikut ini beberapa contohnya: Kontaktor
• Motor
• Motor Stepper
• Katup-katup kontrol direksional

D. Instruksi - Instruksi Dasar PLC


Semua instruksi (perintah program) yang ada di bawah ini, merupakan
instruksi paling dasar pada PLC. Berikut ini merupakan instruksi-instruksi
dasar pada PLC.
1. LOAD
a. Instruksi LOAD pada PLC mempunyai singkatan kode LD.
Instruksi ini dibutuhkan apabila terdapat sebuah urutan kerja (sequence)
pada suatu sistem kontrol yang hanya membutuhkan satu kondisi logic
saja dan sudah dituntut untuk mengeluarkan satu output.
b. Logikanya seperti contact NO relay.
c. Ladder diagram simbol LOAD dapat ditunjukkan pada gambar
dibawah ini

Gambar I.3 Instruksi Load.

2. LOAD NOT
Instruksi Load not pada PLC mempunyai singkatan kode LD NOT.
Instruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem
kontrol hanya membutuhkan satu kondisi logic saja dan sudah dituntut
untuk mengeluarkan satu output.
a. Logikanya seperti contact NC relay.
b. Ladder diagram simbol Load not ditunjukkan pada Gambar.

Gambar I.4 Instruksi Load not.

3. AND
Instruksi AND dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu
sistem kontrol membutuhkan lebih dari satu kondisi logic yang harus
terpenuhi semuanya untuk mengeluarkan satu output.
a. Logikanya seperti contact NO relay.
b. Menunjukkan situasi dimana terdapat 2 relay yang berada
pada kondisi NO dan terhubung secara seri. Pada kondisi ini output
hanya akan bekerja apabila kedua relay NO tersebut menutup.
c. Ladder diagram simbol And ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar I.5 Instruksi And.

Tabel I.1 kebenaran instruksi and

Input Output

0 0 0

0 1 0

1 0 0

1 1 1

4. AND NOT
a. Instruksi AND NOT ini dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada
suatu sistem kontrol membutuhkan lebih dari satu kondisi logic yang
harus terpenuhi semuanya untuk mengeluarkan satu output.
b. Logikanya seperti contact NC relay.
c. Ladder diagram dengan simbol AND not dapat ditunjukkan pada
gambar dibawah ini
Gambar I.6 Instruksi And not.
Tabel I.2 kebenaran and not

Input Outpu
t
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0

5. OR a Instruksi OR ini dibutuhkan apabila terdapat sebuah urutan kerja


(sequence) pada suatu sistem kontrol yang hanya membutuhkan salah satu
saja dari beberapa kondisi logika untuk mengeluarkan satu output.
b Instruksi ini terdiri atas 2 relay NO yang terhubung secara parallel.
Apabila salah satunya menutup maka output akan bekerja. c
Logikanya seperti contact NO relay.
d Ladder diagram simbol OR ditunjukkan pada Gambar I.7.

Gambar I.7 Instruksi OR.

Tabel I.3 kebenaran instruksi OR

Input Outpu
t
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
6. NOR / OR NOT
Rangkaian instruksinya mirip OR namun pada kondisi awal output sudah
pada kondisi bekerja.

Gambar I.8 instruksi NOR

Tabel I.4 kebenaran instruksi NOR

Input Outpu
t
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0

7. XOR
Merupakan instruksi dimana 2 inputan harus berada pada kondisi yang
berbeda agar output dapat bekerja.

Gambar I.9 instruksi XOR

I.3 Alat dan Bahan Percobaan


A. Komputer
B. 1 PLC OMRON CPM1A.
C. Kabel interface RS232.
D. Modul PLC Dasar
I.4 Prosedur Percobaan
A. Membuat rangkaian percobaan PLC dasar
B. Mengirim program ke PLC
C. Mengaktifkan PLC dalam Monitor Mode
D. Merangkai rangkaian daya jika rangkaian kontrol sudah benar
E. Mengulangi percobaan untuk rangkaian selanjutnya

I.5 Analisa Data Hasil Percobaan


A. Percobaan 1

1. Analisa
Pada gambar diatas, jika push button yang beralamatkan 00.00
dalam keadaan On maka output dari 10.00 akan berhenti bekerja atau
mati.
B. Percobaan 2

1. Analisa
Pada gambar diatas, jika input 000.00 dengan sudah dalam
keadaan bekerja, maka outputnya akan berhenti bekerja dan akan
kembali bekerja atau menyala apabila NC diputuskan yang
beralamatkan 010.00.
C. Percobaan 3

1. Analisa
Pada gambar diatas, jika 00.00 ditekan maka arus akan mengalir ke
output 010.00 melalui input 00.01 dan 00.03 yang Normally Close (NC)
sehingga output tersebut akan bekerja dengan semua kontak-kontaknya.
Sedangkan 10.00 akan mati karena adanya aliran arus, yang perlu
diketahui bahwa symbol output yang digunakan adalah output NC.
Sehingga pada output ini arus akan mati begitu pula sebaliknya.
Meskipun push button 00.00 dilepas arus akan tetap mengalir atau
menyala ke output 01.00. Terjadinya hal tersebut karena pada
percobaan ini menggunakan rangkaian pengunci, pada percobaan ini
fungsi tombol 00.02 sama dengan fungsi tombol input pada 00.00, jadi
percobaan ini dapat mengirimkan pada dua alamat yaitu 00.00 dan
00.002 begitu pula ia dimatikan di dua alamat tersebut.

D. Percobaan 4

1. Analisa
Pada gambar diatas, push button dengan alamat 000.00 berada
dalam keadaan Normally Close (NC) dan output dengan alamat
010.00 sudah dalam keadaan bekerja, sehingga apabila push button kita
tekan maka push button akan berubah keadaan menjadi Normally Open
(NO) dan untuk output akan berhenti bekerja dan akan kembali seperti
semula apabila push button kita lepas.

E. Percobaan 5
Analisa
Pada gambar diatas, apabila push button Normally Open (NO)
dengan alamat 00.00 kita tekan maka arus akan mengalir ke push button
Normally Close (NC) yang beralamatkan 00.01, karena sudah dalam
keadaan tertutup maka arus akan diteruskan ke output dengan alamat
10.00 sehingga output tersebut akan bekerja dan akan mengunci push
button yang memiliki alamat sama dengan output sehingga yang
awalnya dalam keadaan Normally Open (NO) menjadi Normally Close
(NC). Lalu, push button dengan alamat 10.00 akan diteruskan ke timer
yang sedang berjalan dan sesuai dengan waktu yang telah diatur,
apabila timer telah selesai memproses register yang akan di eksekusi
maka kontak bantu timer dengan alamat TIM00 akan terhubung dan
arus akan mengalir dari push button dengan alamat
10.00 lalu ke kontak bantu timer dengan alamat TIM00 sehingga output
dengan alamat 10.01 akan bekerja.
I.6 Kesimpulan
berdasarkan percobaan PLC dasar, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Agar ouput berjalan tetap walapun push button dilepas maka diperlukan
rangkaian pengunci
2. Diperlukan reset untuk pemakaian function Timer.
3. Diperlukan reset untuk pemakaian function Counter.
PERCOBAAN II

TRAFFIC LIGHT

Disusun Oleh :

Nama : Abdal Azizul Shafa

NIM : 03320200036

LABORATORIUM SISTEM KENDALI

JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
PERCOBAAN II TRAFFIC LIGHT

II.1 Tujuan Percobaan


a. Mahasiswa dapat memahami intruksi-intruksi dasar dalam menjalankan traffic light
b. Mahasiswa dapat memahami komponen-komponen penyusun traffic light
c. Mahasiswa dapat mengoprasikan traffic light

II.2 Teori Dasar


A. Pengertian Traffic Light
Traffic light adalah lampu yang digunakan untuk mengatur kelancaran
lalu lintas di suatu persimpangan jalan dengan cara memberi kesempatan
pengguna jalan dari masing-masing arah untuk berjalan secara bergantian.
Karena fungsinya yang begitu penting maka lampu lalu lintas harus dapat
dikendalikan atau dikontrol semudah dan seefisien mungkin guna
memperlancar arus lalu lintas di suatu persimpangan jalan. Pengaturan lalu
lintas di persimpangan jalan dimaksudkan untuk mengatur pergerakan
kendaraan pada masing-masing kelompok pergerakan kendaraan agar
dapat bergerak secara bergantian sehingga tidak saling mengganggu antar-
arus yang ada.
Lampu lalu lintas dibahas dalam peraturan Undang-Undang Republik
Indinesia, menurut UU no. 22/2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan
Jalan: alat pemberi isyarat lalu lintas atau APILL merupakan lampu yang
mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di persimpangan jalan,
tempat penyeberangan pejalan kaki (zebra cross), dan tempat arus lalu
lintas lainnya. Seperti yang telah dijelaskan traffic light atau lampu rambu
lalu lintas ini berfungsi untuk menandakan kapan kendaraan harus berjalan
dan berhenti secara bergantian dari berbagai arah.

B. Sejarah Traffic Light


Disetiap perempatan atau pertigaan jalan raya, kita pasti bisa
menemukan lampu lalu lintas yang berfungsi mengatur kendaraan yang
sedang melintas. Aturan berlalu lintas sudah berlaku sejak dulu bahkan
sebelum ditemukannya kendaraan bermotor. Saat itu, lalu lintas kereta
berkuda dan pejalan kaki di atur oleh polisi lalu lintas dengan
menggunakan bendera putih dan peluit sebagai alatnya.
Penemu lampu lalu lintas adalah Lester Farnsworth Wire. Awal
penemuan ini diawali ketika suatu hari ia melihat tabrakan antara mobil
dan kereta kuda. Kemudian ia berpikir bagaimana cara menemukan suatu
pengatur lalu lintas yang lebih aman dan efektif.
Sebenarnya ketika itu telah ada sistem perngaturan lalu lintas dengan
sinyal stop dan go. Sinyal lampu ini pernah digunakan di London pada
tahun 1863. Namun, pada penggunaannya sinyal lampu ini tiba-tiba
meledak, sehingga tidak dipergunakan lagi.
Garet Morgan yang merupakan seorang teknisi ahli juga merasa sinyal
stop dan go memiliki kelemahan, yaitu tidak adanya interval waktu bagi
pengguna jalan sehingga masih banyak terjadi kecelakaan. Sehingga ia
menciptakan sebuah rambu lalu lintas dimana penemuan Morgan ini
memiliki kontribusi yang cukup besar bagi pengaturan lalu lintas, ia
menciptakan lampu lalu lintas berbentuk huruf T.
Lampu ini terdiri dari tiga lampu, yaitu sinyal stop (ditandai dengan
lampu merah), go (lampu hijau), posisi stop (lampu kuning). Lampu
kuning inilah yang memberikan interval waktu untuk mulai berjalan atau
mulai berhenti. Lampu kuning juga memberi kesempatan untuk berhenti
dan berjalan secara perlahan.
Lampu lalu lintas atau Traffic Light yang pertama terpasang di
London pada tahun 1868. Awal mula penggunanya dikhususkan bagi lalu
lintas kuda dan gerobak. traffic light pada saat itu mungkin lebih tepat
disebut lampu lentera. Pada saat itu traffic light masih menggunakan dua
warna, yaitu merah
“berhenti” dan hijau“hati-hati”, untuk pengaturannya masih dilakukan
secara manual atau diattur langsung oleh manusia dan menggunakan
tenaga gas.

Gambar II.1 traffic light pertama


Tragisnya, traffic light yang pada saat itu masih dikenela lampu
lentera yang baru saja terpasang tersebut ternyata telah memakan korban.
Lampu lentera ini meledak hingga seorang polisi yang sedang beerjaga
didekatnya harus dilarikan ke rumah sakit untuk dioperasi. Padahal belu
lama lampu lentera tersebut beroperasi dan sejak saat itu lampu lentera
tersebut sudah tidak dipasang kembali.
Kemudian seseorang berkebangsaan Amerika Serikat bernama Garrett
Augustus Morgan berusaha membuat lampu lalu lintas agar dapat
digunakan secara efektif dan juga lebih aman. Penemuannya ini bermula
ketika ia melihat suatu tabrakan yang terjadi antara mobil dan kereta kuda.
Peristiwa itu terjadi karena pada waktu itu sistem pengaturan lalu lintasnya
menggunakan sinyal stop and go. Morgan berfikir bahwa sinyal
stop and go memiliki kelemahan besar, yakni tidak adanya jeda waktu bagi
pengguna jalan sehingga masih banyak terjadi kecelakaan. kemudian ia
menciptakan lampu lalu lintas berbentuk seperti huruf T. Lampu ini terdiri dari
tiga lampu dengan warna yang berbedabeda, yaitu sinyal stop (ditandai dengan
lampu merah), go (lampu hijau), posisi stop (lampu kuning). Lampu kuning
inilah yang memberikan jeda waktu untuk mulai berjalan atau mulai berhenti.
Lampu kuning juga memberi kesempatan untuk berhenti dan berjalan secara
perlahan.
Pada awal 1912 di Salt Lake City, seorang polisi bernama Lester
Wire menemukan lampu lalu lintas pertama di dunia yang dijalankan
dengan tenaga listrik. Dua tahun kemudian, hal yang sama dilakukan oleh
American Traffic Signal Company, di Cleveland, Ohio. Lampu lalu lintas
ini terdiri dari dua warna, merah dan hijau, dan sebuah bel listrik yang
berfungsi untuk memberi peringatan jika adanya perubahan nyala lampu.
Gambar II.2 traffic light benbentu “T” pertama
Pada tahun 1920, seorang petugas polisi bernama William Potts, di
Detroit, Michigan menyempurnakan pembuatan lalu lintas dengan tiga
warna yang kemudian dikenal sebagai dasar ditemukannya lampu lalu
lintas modern yang ada pada saat ini. Lampu lalu lintas pertama yang
dioperasikan secara otomatis diperkenalkan pada Maret 1922 di Houston,
Texas. Di Inggris, lampu lalu lintas pertama dioperasikan di
Wolverhampton pada tahun 1927.
Warna yang paling umum digunakan untuk lampu lalu lintas adalah
merah, kuning, dan hijau. Merah menandakan berhenti, kuning
menandakan hati-hati, dan hijau menandakan boleh memulai berjalan
dengan hati-hati. Biasanya, lampu warna merah mengandung beberapa
corak berwarna jingga, dan lampu hijau mengandung beberapa warna biru.
Ini dimaksudkan agar orang-orang yang buta warna merah dan hijau dapat
mengerti sinyal lampu yang sedang menyal.

C. Perkembangan Traffic Light


Pada setiap masanya traffic light ini memiliki beberapa sejarah
perkembangan, yaitu : 1. Pada tanggal 10 Desember 1868
Pada masa ini lampu lalu lintas (traffic light) atau yanga pada
masa itu disebut lampu lentera pertama kali dipasang tepatnya
dibagian luar gedung parlemen di Inggris oleh sarjana lalu lintas J.P
knight. Bentuk dari lampu lalu lintas ini mnyerupai penunjuk waktu
(jam) dengan bentuk yang menyerupai semapur dan hanya memiliki
dua buah warna lampu yaitu merah dan hijau.
2. Pada Tanggal 2 Janiari 1989
Pada tanggal ini terjadi suatu tragedi yang bersangkutan dengan
lampu lentera dimana lampu lentera yang baru-baru dipasang itu tiba-
tiba meledak, sehingga memakan korban yaitu seorang polisi yang
berada disekitar sita dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk
dioperasi.
3. Pada awal tahun 1912
Diawal tahun ini seorang polisi yang berasal dari Salt Lake City,
Amerika Serikat (AS) berhasil menemukan traffic light pertama yang
dimana untuk menjalankannya telah menggunakan tenaga listrik.
4. Pada 5 Agustus 1914
Seorang tiknisi yang berasal dari perushaan American Traffic
Signal Company yang bernama James Hoge, ia telah berhasil
memasang sistem lampu lalu lintas didua sudut jalan di Ohio. Lampu
lalu lintas ini terdiri dari dua warna yaitu merah dan hijau, serta
terdapat pula sebuah bel yang dimana bel ini berfungsi sebagai tanda
peringatan bahwa akan terjadi perubahan warna pada lampu lalu
lintas. Lampu lalu lintas rancangan James Hoge ini dapat dikontrol
oleh polisi dan pemadam kebakaran.
5. Pada awal tahun 1917
Pada tahun ini lampu lalu lintas yang saling berinteraksi antara
lampu lalu lintas yang satu dengan yang lainnya berhasil dijalankan.
Interkoneksi antara lampu ini dijalankan pada persimpangan enam
yang dikendalikan secara bersamaan dengan tombol manual.
6. Pada awal tahun 1920
Seorang polisi yang bernama Wilian Potts yang berasal dari
Detroiy, Michigan berhasil membuat lampu lalu lintas dengan
menggunakan tiga warna.
7. Pada tahun 1923
Pada tahun ini sang penemu traffic light yaitu Garret Morgan
mematenkan penemuan lampu lalu lintas yang telah berhasil ia
rancang.
8. Pada tahun 1922
Tepatnya pada bulan maret tahun 1922 di Texas lampu lalu lintas
yang dioperasikan secara otomatis berhasil didirikan untuk pertama
kalinya.
9. Pada tahun 1927
Pada tahun ini tapatnya di Inggris lampu lalu lintas ini pertama
kali dioperasikan di setiap persimpangan jalan yang berada di setip
sudut kota di Inggris.

D. Penemu-Penemu Traffic Light


1. Garrett Augustus Morgan (1877-1963)
Kita pasti sudah tahu lampu lalu lintas yang terdiri dari tiga
warna, merah, kuning, dan hijau. Lampu tersebut sangat berguna
dalam mengatur lalu lintas di perempatan atau persimpangan jalan.
Akan tetapi, mungkin banyak dari kita tidak mengetahui siapa
orang di balik penemuan lampu lalu lintas tersebut. Dia adalah Garrett
Augustus Morgan, seorang Amerika berkulit hitam yang sangat peduli
dengan keselamatan orang lain dan gemar melakukan eksperimen
untuk membuat hidup lebih baik.
Morgan lahir tanggal 4 Maret 1877 di Kentucky, AS, dari orang
tua yang dulunya budak. Ia menghabiskan masa kecil dengan
bersekolah sekaligus bekerja bersama saudarasaudaranya di pertanian
milik keluarga. Pada usia yang masih remaja ia pindah ke Cincinnati,
Ohio, untuk mencari pekerjaan. Di sana ia bekerja sebagai tukang dari
seorang tuan tanah yang kaya.
Seperti kebanyakan keturunan Afrika-Amerika, pendidikan
formal yang dijalani Morgan hanya sampai tingkat SD. Namun, berkat
rasa ingin tahunya yang sangat besar, ia kemudian menyewa jasa tutor
untuk melanjutkan pendidikannya semasa di Cincinnati.
Tahun 1895 Morgan pindah ke Cleveland, masih di Ohio. Ia
bekerja sebagai tukang reparasi mesin jahit untuk pengusaha pakaian.
Morgan sangat senang bereksperimen dengan alat dan bahan untuk
menemukan cara yang lebih baik. Kesenangannya tersebut membuat
dia semakin terampil dalam pekerjaannya. Keahliannya dalam
memperbaiki peralatan segera tersebar dan membuatnya mendapat
banyak tawaran kerja di pabrik-pabrik di wilayah Cleveland.

Morgan memulai usaha sendiri dengan membuka bengkel


reparasi dan toko peralatan jahit pada tahun 1907. Dua tahun
berikutnya ia mengembangkan usahanya dengan membangun
perusahaan yang memiliki 32 pegawai. Perusahaan barunya bergerak
di bidang pembuatan pakaian yang semua bahannya dibuat dengan
alat-alat buatannya sendiri. Tahun 1920 dia juga sempat merambah di
bidang usaha surat kabar dengan dibuatnya Cleveland Call. Dia
kemudian dikenal luas sebagai pengusaha kaya yang terhormat.
Morgan yang keturunan budak itu akhirnya mampu membeli rumah
dan mobil sendiri. Dia merupakan orang Afrika- Amerika pertama
yang memiliki mobil. Pengalamannya mengendarai mobil inilah yang
membuatnya menjadi penemu rambu lalu lintas.
2. Philip Howard Colomb (pada tahun 1867)
Praktek pengiriman sinyal berupa kode-kode tertentu, pertama
kali dilakukan oleh Philip Howard Colomb, pada tahun 1867. Kode
asli yang diciptakan Colomb, digunakan oleh Angkatan Laut selama
tujuh tahun dan tidak identik dengan kode Morse. Tetapi ahirnya
penggunaan kode Morse diadopsi dengan penambahan beberapa
sinyal khusus. Kemudian muncul generasi kedua untuk pengiriman
sinyal di Angkatan Laut Britania Raya, yaitu lampu berkedip. Jenis
lampu berkedip ini muncul setelah sinyal-sinyal bendera terkenal.
Angkatan Laut di negara-negara maju, dan pasukan [NATO] juga
menggunakan lampu sinyal ketika komunikasi berbasis radio sedang
tidak bisa dipakai, atau sedang tidak ada aliran listrik. Selain itu,
mengingat hampir semua (angkatan bersenjata) dewasa ini sudah
dilengkapi dengan peralatan penglihatan malam, sinyal di malam hari
biasanya dilakukan dengan lampu yang beroperasi di (spectrum) (infra
merah). Ini membuat mereka cenderung lebih tidak terdeteksi.

3. Euclid Avenue (pada tahun 1914)


Euclid Avenue di Cleveland, Ohio, pada tahun 1914 diakui
secara umum sebagai yang pertama. Sampai tahun 1950-an, banyak
lampu lalu lintas, terutama perkotaan yang sibuk, dipasang horizontal
bukan vertical. Rancangan vertical yang sekarang, dengan lampu
merah dipaling atas dimaksudkan untuk memudahkan penderita buta
warna. Merah dalam lampu lalu lintas memiliki sedikit warna oranye
sedangkan hijau memiliki sedikit warna biru supaya lebih mudah lagi
dibedakan oleh penderita buta warna
E. Fungsi Traffic Light

Secara garis besar, lampu lalu lintas dipergunakan untuk mengatur


arus lalulintas, mencegah kemacetan di simpang, memberi kesempatan
kepada kendaraan lain/pejalan kaki dan meminimalisasi konflik kendaraan.
Dalam tujuannya meminimalisasi konflik, maka setelah waktu kuning,
diberikan waktu lain yang disebut waktu all red (waktu merah semua), atau
waktu ketika dua lengan sama-sama mendapat nyala merah.
Berlalu lintas adalah kegiatan harian yang tidak bisa dihindari.
Pergi dari satu tempat ke tempat lain adalah menu wajib manusia normal
dalam keseharian berkehidupan. Pergi berangkat dari rumah pada pagi hari
untuk bekerja kemudian pulang pada sore hari merupakan hakekat dari
transportasi dalam kehidupan nyata. Transportasi yang paling banyak
adalah dengan menggunakan jalan raya sebagai prasarananya.
Di jalan raya seluruh moda transportasi darat bercampur, dari
mulai mobil pribadi, sepeda motor, bus, truk, sepeda hingga becak.
Percampuran berbagai moda dengan berbagai karakteristik yang berbeda
inilah yang menyebabkan adanya aturan lalu lintas (traffic rules), seperti
aturan arah arus lalu lintas, rambu, marka, hingga parkir. Aturan menjadi
agak lebih rumit ketika satu ruas jalan bertemu dengan ruas jalan lain, yang
disebut persimpangan.

Menarik untuk dicermati adalah keberadaan lampu merah


(selanjutnya disebut lampu lalu lintas) di persimpangan yang telah menjadi
bagian hidup kita sehari-hari, meskipun sering tidak kita sadari, yang
sering terdengar adalah gerutu apabila nyala merah terlalu lama, atau nyala
hijau yang terlalu singkat.
Persoalan lampu lalu lintas adalah santapan sehari-hari, namun kita
seringkali tidak menyadari hakekat, fungsi dan tujuan dari lampu lalu lintas
itu sendiri, sehingga menjadikannya sebagai sesuatu yang “rahasia”, “tidak
jelas”, “membingungkan”, hingga muncul istilah simpang “jebakan”.
Di Indonesia, pengaturan lampu lalu lintas ini tertuang dan
dilindungi oleh Undang-Undang Lalu lintas dan Angkutan Jalan Nomor 14
Tahun 1992, seperti pada Pasal 8, Pasal 23, serta Pasal 61. Umumnya
pengaturan pergantian nyala hijau pada suatu lengan dalam suatu simpang
(atau urutan arus lalu lintas yang mendapat nyala hijau, biasanya disebut
fase) biasanya searah jarum jam. Misalnya dalam simpang empat urutan
hijau adalah Utara – Timur – Selatan – Barat (disebut 4 fase). Namun
aturan ini sangat tidak baku, tergantung dari hasil analisis ahli lalu lintas
berdasarkan volume dan komposisi lalu lintas serta geometri simpang.
Namun secara garis besar, lampu lalu lintas dipergunakan untuk
mengatur arus lalu lintas, mencegah kemacetan di simpang, memberi
kesempatan kepada kendaraan lain/pejalan kaki dan meminimalisasi
konflik kendaraan. Dalam tujuannya meminimalisasi konflik, maka setelah
waktu kuning, diberikan waktu lain yang disebut waktu all red (waktu
merah semua), atau waktu ketika dua lengan sama-sama mendapat nyala
merah. Contoh konkretnya adalah ketika lengan Utara mendapat nyala
kuning kemudian merah, lengan Timur tidak segera langsung mendapat
hijau. Ada waktu antara, yakni all red, yang besarnya biasanya 2 detik. Hal
ini bertujuan untuk membersihkan simpang dari kendaraan, sehingga tidak
terjadi konflik arus yang berpotensi pada terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Lampu kuning dimaksudkan agar kendaraan bersiap-siap untuk
berhenti, bukan bersiap-siap untuk terus melaju. Besarnya waktu kuning
biasanya 3 detik untuk simpang-simpang yang berukuran kecil dan sedang,
dengan lebar jalan rata-rata 6 – 14 meter (MKJI 1997).
Karena simpang-simpang di Samarinda umumnya berukuran kecil
dan sedang, maka tidak heran apabila nyala lampu kuningnya memang
‘hanya’ 3 detik. Lampu kuning yang menyala lebih lama justru akan
memicu tindakan melanggar lampu lalu lintas dan akan memperpanjang
waktu seluruh siklus, sehingga antrian kendaraan pada lengan yang lain
akan bertambah panjang atau terjadi kemacetan di sisi jalan yang lain.
Lampu kuning yang terlalu singkat juga berimbas pada terjadinya konflik
yang memicu terjadinya kecelakaan. Waktu hijau dapat dihitung dan
sebaiknya di atas 10 detik, yang dimaksudkan untuk menghindari
pelanggaran lampu merah dan kesulitan pejalan kaki yang menyeberang.
Secara khusus, seluruh pengaturan nyala lampu lalu lintas
seharusnya merupakan hasil analisis yang komprehensif dari ahli lalu lintas
(traffic engineer) dan harus selalu diperbaharui (updated) sesuai dengan
kondisi lalu lintas eksisting. Ini akan mengurangi kemacetan serta
menguntungkan pengguna jalan. Lampu lalu lintas yang rusak harus segera
diperbaiki untuk mencegah kecelakaan dan agar pengguna jalan tidak
merasa dirugikan apabila ketika tiba-tiba lampu berfungsi kembali setelah
lama tidak berfungsi.
Salah satu contoh optimalisasi lampu lalu lintas yang telah
dilakukan di Samarinda dengan memajukan garis henti dimaksudkan agar
jarak perlintasan simpang menjadi lebih pendek, sehingga waktu siklus
menjadi pendek.
Ada beberapa tips yang dapat dilakukan dalam menghadapi
simpang dengan lampu lalu lintas, yakni:

a. Pertama
Jalankan kendaraan pada lajur yang tepat. Artinya untuk
berbelok ke kanan, maka harus digunakan lajur kanan, yang biasanya
ditunjukkan dengan tanda marka berupa garis putih bertanda panah ke
kanan. Begitu pula apabila bermaksud lurus atau belok kiri. Banyak
pengguna jalan, khususnya pengendara sepeda motor yang ingin lurus
namun mengambil lajur kanan. Hal ini sangat membahayakan
keselamatan. Yang juga menjadi perhatian adalah banyaknya
pengendara yang melanggar garis marka pada simpang.

b. Kedua
Pelankan kendaraan apabila lampu lalu lintas telah berwarna
kuning. Anda dapat terus melaju apabila roda kendaraan telah
menyentuh garis henti (stop line) pada saat lampu menyala kuning,
dengan perhitungan bahwa waktu kuning ditambah waktu all red adalah
3 + 2 = 5 detik dan syarat kepastian untuk dapat melintasi simpang
dengan aman.
c. Ketiga
Hentikan kendaraan di belakang garis henti dan di dalam garis
marka, karena pada posisi ini anda telah memberikan ruang kepada
pejalan kaki yang menyeberang.

d. Keempat
Apabila melintasi simpang yang belum dikenal, cukup melihat
nyala lampu pada lajur yang dipilih. Pada simpang yang tidak terdapat
keterangan apapun, maka aturan ‘belok kiri jalan terus’ atau LTOR (Left
Turn On Red) diberlakukan. Artinya apabila dalam kotak lampu merah
terdapat tanda panah merah untuk belok kiri, maka Anda dilarang belok
kiri pada saat nyala merah. Begitu pula apabila tedapat keterangan
‘Belok Kiri Ikuti Lampu’, maka untuk berbelok kiri, Anda harus
melihat nyala lampu, apabila merah maka memang harus berhenti.

e. Kelima
Tips untuk Petugas lalu lintas, yakni lakukan tindakan persuasif
untuk memberikan kesadaran tertib berlalu lintas. Sebab sejauh ini
masyarakat masih menilai keberadaan polisi sebagai sosok penindak
dari pada pencegah pelanggaran hukum. Pengertian tentang makna,
hakekat, fungsi dan tujuan dari eksistensi lampu lalu lintas patut
diberikan kepada masyarakat sedini mungkin.

Contoh konkretnya adalah ketika lengan Utara mendapat nyala


kuning kemudian merah, lengan Timur tidak segera langsung mendapat
hijau. Ada waktu antara, yakni all red, yang besarnya biasanya 2 detik.
Hal ini bertujuan untuk membersihkan simpang dari kendaraan,
sehingga tidak terjadi konflik arus yang berpotensi pada terjadinya
kecelakaan lalulintas. Lampu kuning dimaksudkan agar kendaraan
bersiap-siap untuk berhenti, bukan bersiap-siap untuk terus melaju.
Besarnya waktu kuning biasanya 3 detik untuk simpang-simpang yang
berukuran kecil dan sedang, dengan lebar jalan rata-rata 6 – 14 meter
(MKJI 1997).
Secara khusus, seluruh pengaturan nyala lampu lalulintas
seharusnya merupakan hasil analisis yang komprehensif dari ahli lalu
lintas (traffic engineer) dan harus selalu diperbaharui (updated) sesuai
dengan kondisi lalulintas eksisting. Ini akan mengurangi kemacetan
serta menguntungkan pengguna jalan. Lampu lalulintas yang rusak
harus segera diperbaiki untuk mencegah kecelakaan dan agar pengguna
jalan tidak merasa dirugikan apabila ketika tiba-tiba lampu berfungsi
kembali setelah lama tidak berfungsi.
Salah satu contoh optimalisasi lampu lalulintas yang telah
dilakukan di Samarinda dengan memajukan garis henti dimaksudkan
agar jarak perlintasan simpang menjadi lebih pendek, sehingga waktu
siklus menjadi pendek.
F. Tujuan Adanya Traffic Light
Adapun tujuan dipasangnya lampu lalu lintas atau traffic lihgt ini,
diantaranya :
1. Menghindari hambatan karena adanya perbedaan arus jalan bagi
pergerakan kendaraan.
2. Memfasilitasi persimpangan antara jalan utama untuk kendaraan dan
pejalan kaki sehingga kelancaran arus lalu lintas dapat terjamin.
3. Mengurangi tingkat kecelakaan yang diakibatkan oleh tabrakan.
G. Rangkain Penyusun traffic light
Traffic light ini memiliki beberapa komponen didalamnya, adapun
komponen penyusun rangkaian traffic light system yang terdiri dari :
1. Box controller
Box controller yaitu usat pengontrolan jalannya traffic light
system. Biasanya terdiri atas beberapa rangkaian pengontrol yang
memiliki fungsinya masing-masing.

Gambar II.3 box controller


2. Traffic light countdown timer
Suatu perangkat timer yang berfungsi Traffic Light Countdown
Timer. untuk membantu pengguna jalan mengetahui berapa lama lagi
suatu lampu merah atau lampu hijau akan menyala.

Gambar II.4 Traffic light countdown timer

3. Pedestrian Signal
Pedestrian signal adalah lampu yang mengatur penyeberangan
pejalan kaki di zebra cross (kapan boleh menyeberang, kapan tidak).
Gambar II.5 pedestrian signal
4. Sistem Pengontrolan Traffic Signa Elektromekanik PLC
Mikrokontroller
Kelebihan: Rangkaian Lebih Awet Relatif Murah kontroller
mudah diganti- ganti. Kekurangan: Relatif mahal,
Relatif mahal Cenderung lebih mudahPembuatan rusak(dibanding
sistem elektro- rangkaian lebih ribet mekanik dan PLC).
5. Kapasitor
Pada dasarnya adalah 2 buah lempeng logam yang dipisahkan
oleh sebuah bahan isolator Untuk menyimpan arus/tegangan listrik
Terbuat dari dielektrik: keramik, gelas, udara vakum, Isulator, mika,
elektrolit, udara, Cover terbuat dari aluminium.
6. Plat besi
Pada dasranya plat besi ini berungsi untuk menghubungkan
rangkaian kontrol dengan rangkaian utama / output. Dan plat besi ini
juga tebuat dari lilitan-lilitan tembag.

H. Warna Lampu Traffic Light


Traffic Light adalah alternatif cara tertib berkendara pengguna jalan
dengan menampilkan lampu warna standar merah, kuning, dan hijau.
Teknis sebagai sinyal kontrol lalu lintas ini sukses membantu polisi dalam
menertibkan pengendara di jalan raya. Sebenarnya skema warna ini berasal
sejan tahun 10330-an.
Gambar II.6 Lampu Traffic Light
Saat itu perusahaan kereta api mengembangkan sarana berlampu
untuk membiarkan Masinis kereta tahu kapan harus berhenti atau pergi,
dengan warna menyala yang berbeda yang mewakili tindakan yang
berbeda. Mereka memilih merah sebagai warna untuk berhenti, itu adalah
pemikiran dengan alasan merah telah selama berabad-abad digunakan
untuk menunjukkan bahaya atau sebagai pesan buruk yang tidak diketahui.
Untuk warna lain, mereka memilih putih sebagai warna untuk pergi
dan hijau sebagai warna untuk berhati-hati. Namun pilihan cahaya putih
untuk isyarat ‘pergi’ ternyata menyebabkan banyak masalah. Misalnya,
sebuah insiden tabrakan kereta pada tahun 1914 yang disebabkan karena
masinis salah melihat warna merah sebagai warna putih. Perusahaan kereta
api ini kemudian mengganti warna putih dengan hijau sebagai tanda melaju
dan kuning sebagai tanda hati-hati.
Hijau adalah warna meyakinkan dalam kebanyakan budaya
berhubungan dengan warna alam dan pertumbuhan, harmoni, kesegaran,
dan kesuburan.

Hijau memiliki korespondensi emosional yang kuat dengan ide


keselamatan, dan intuitif dipilih untuk memandu pejalan kaki bertanggung
jawab melalui persimpangan. Sedangkan pemilihan warna kuning
disebabkan karena warna itu yang dianggap paling berbeda dengan dua
warna lainnya.
Skema warna lampu lalu lintas ini kemudian diterapkan di London
pada tahun 1865. Hal ini didasarkan pada kekhawatiran banyaknya kuda
dan pejalan kaki yang menyebrang jalan dan cukup riskan untuk tertabrak.
Akhirnya seorang manajer kereta api bernama John Peake Knight
mengusulkan kepolisian Inggris untuk menerapkan sistem yang sama pada
lalu lintas secara umum.
Meskipun awalnya sempat terjadi kecelakaan berupa kebocoran gas
yang memasok lampu lalu lintas dan menyebabkan polisi terluka parah,
sistem ini akhirnya tetap diterapkan dan pengaturan menggunakan kode
semapur diberhentikan.
Di Detroit, AS, polisi bernama William L. Potts juga menerapkan hal
yang sama tahun 1920. Bedanya, jika di London masih menerapkan sistem
dua warna, yaitu merah dan hijau, di Detroit polisi telah menerapkan
sistem 3 warna, yaitu merah, kuning dan hijau. Alhasil, Detroit menjadi
kota pertama di dunia yang menggunakan warna merah, kuning dan hijau
untuk mengontrol lalu lintas sebagaimana yang kita ketahui sekarang.
Saat ini, lampu sinyal telah ditingkatkan dengan menggunakan lampu
LED yang lebih jelas terlihat dan lebih tahan dibandingkan lampu bohlam
dengan layar berwarna yang akan luntur warnanya. Lampu isyarat
berwarna merah juga ditambahkan sedikit warna oranye dan hijau
ditambah sedikit warna biru untuk membantu pengemudi yang buta warna.
Lampu Lalu Lintas adalah alternatif cara tertib berkendara pengguna jalan
dengan menampilkan lampu warna standar merah, kuning, dan hijau.
Teknis sebagai sinyal kontrol lalu lintas ini sukses membantu polisi dalam
menertibkan pengendara di jalan raya.

1. Lampu Warna Merah


Warna yang paling umum digunakan untuk lampu lalu lintas
adalah merah, kuning, dan hijau. Merah menandakan berhenti atau
sebuah tanda bahaya, kuning menandakan hati-hati, dan hijau
menandakan boleh memulai berjalan dengan hati-hati. Biasanya,
lampu warna merah mengandung beberapa corak berwarna jingga,
dan lampu hijau mengandung beberapa warna biru.
Ini dimaksudkan agar orang-orang yang buta warna merah dan
hijau dapat mengerti sinyal lampu yang menyala. Di Amerika Serikat,
lampu lalu lintas memiliki pinggiran berwarna putih yang dapat
menyala dalam kegelapan. Ini bertujuan agar orang yang mengidap
buta warna dapat membedakan mana lampu kendaraan dan yang mana
lampu lalu lintas dengan posisinya yang vertikal.

Gambar II.7 Lampu Merah


Warna merah artinya larangan atau stop atau bahaya. Kenapa
demikian? Warna merah identik dengan warna darah. Sejak jaman
dahulu manusia sering berperang, untuk memperebutkan sesuatu dan
lain hal. berperang berarti saling membunuh dan menumpahkan darah,
banyak para korban perang yang terluka bahkan ada juga yang tewas
pasti tubuhnya mengeluarkan darah. Seperti kita ketahui bahwa semua
manusia memiliki darah yang berwarna merah dan kalau manusia
terluka pasti mengeluarkan darah dan terasa sakit.

Dengan adanya perkembangan jaman Perang ada satu kelompok


manusia yang anti dengan peperangan, disepakati dan dibuatlah aturan
untuk tidak saling berperang, melukai dan saling membunuh sesama
manusia. Dengan tahapan aturan tersebut, yaitu awas bisa melukai,
awas bahaya, dilarang melukai atau bahaya. Sehingga sampai
sekarang warna merah dijadikan simbol untuk hal yang
membahayakan atau larangan.
2. Lampu Warna Kuning
Warna Kuning artinya hati-hati, waspada atau pelanpelan. Warna
kuning identik dengan warna api, api memiliki sifat antara dua pilihan
yaitu api kecil yang bisa di kendalikan, dan api besar yang sulit
dikendalikan dan bisa membahayakan. Aturan warna kuning memiliki
resiko bisa aman dan bisa juga berbahaya.
Jaman dulu di dalam peperangan manusia selalu menggunakan
api, baik untuk senjata, sinyal komunikasi, simbol dan penerangan.
Dalam berperang mereka akan menggunakan api untuk segala
sesuatunya, mengamati pergerakan musuhnya dengan melihat api
yang digunakan, Sehingga sampai sekarang warna kuning telah
disepakati sebagai simbol untuk hati-hati, waspada atau siap-siap.
Warna kuning bisa juga diidentikkan warna daun yang sudah tua yang
sebentar lagi daun tersebut akan gugur. Jadi, warna kuning diartikan
sebagai warna transisi atau peralihan.

Gambar II.7 Lampu Kuning

3. Lampu Warna Hijau


Warna Hijau artinya aman, bebas atau boleh berjalan. Warna
hijau identik dengan warna daun pada tumbuhtumbuhan. Hampir
semua daun tumbuh-tumbuhan memiliki warna hijau. Lantas kenapa
warna hijau diidentikan dengan bebas dan aman .
Banyak tumbu-tumbuhan di dunia ini berbeda jenisnya, sifatnya,
ragamnya, corak dan bentuknya, golongannya serta macam-macam
yang lainnya. Tetapi hampir semua daunnya memiliki warna hijau,
semua bebas untuk berwarna hijau, dan tak satu pun ada yang
melarangnya. Jadi warna hijau memiliki arti suatu kebebasan. Warna
hijau juga memiliki sifat sensitif terhadap penglihatan kita , memiliki
warna yang menyegarkan mata terutama untuk terapi warna. Dan
akhirnya warna hijau disepakati sebagai simbol untuk kebebasan dan
aman atau boleh dan diperbolehkan.
Gambar II.8 Lampu Hijau
I. Petunjuk Teknisi Traffic Light
1. Perencanaan penyelenggaraan alat pemberi isyarat lalu lintas jalan
meliputi :
a. Inventarisasi tingkat pertumbuhan alat pemberi isyarat lalu lintas;
b. Survai untuk menentukan kebutuhan alat pemberi isyarat lalu
lintastermasuk penentuan lokasi penempatan/pemasangannya.
c. Perkiraan kebutuhan untuk 5 tahun.4.Penyusunan program
dan pengadaan alat pemberi isyarat lalu lintas
2. Penetapan jumlah kebutuhan alat pemberi isyarat lalu lintas
a. Penyusunan dan penyiapan spesifikasi teknis alat pemberi isyarat
lalu lintas.
b. Pengajuan dan persetujuan pimpinan unit kerjaterhadap
spesifikasiteknis alat pemberi isyarat lalu lintas.
c. Pengajuan dan persetujuan pimpinan unit kerja terhadap
spesifikasiteknis alat pemberi isyarat lalu lintas.
d. Pengadaan harus memenuhi ketentuan yang berlaku baik
dari segiadminitrasi maupun aspek teknis.
3. Spesifikasi Teknis
a. Kondisi Kerja
b. Spesifikasi Teknis
• Menggunakan sistem modul sehingga mempermudah dalam
perawatan, perbaikan dan pengembangan dengan
menggunakan konektor yang memenuhi kualitas standar
yang ada.
• Mempunyai kemampuan untuk mengatur lalu lintas minimal
dengan dasar 8 kelompok sinyal untuk kendaraan dan 8
kelompok sinyal untuk pejalan kaki yang dapat
dikembangkan sampai 32 kelompok sinyal atau lebih.
4. Mempunyai kemampuan untuk :
a. 4 (empat) program penyalaan yang dapat dikembangkan sampai
16(enambelas) program penyalaan bahkan bisa lebih dari itu.
b. Pemindahan program dan kedip secara otomatis baik dengan
elektronik penuh, switch secara mekanik atau secara manual.
c. Maksimum dari siklus penyalaan skala besar dalam 3
(tiga) digital decimal.
d. Mempunyai kemampuan program tunggal/single program tetap
dan atau multi program serta flashing.
e. Harus dilengkapi alat pemula kerja program penyalaan pengatur
lampu lalu lintas dimana lampu kuning harus menyala kedip
lebih dahulu, disusul kemudian dengan menyala tanpa kedip
kuning, masing-masing dengan waktu yang dapat diprogram.
f. Penyalaan program waktu, setiap aspek lampu warna dapat
deprogram waktunya dan dilengkapi dengan peralatan pengendali
manual yang dapat dikendalikan olah petugas untuk
perpanjangan dan memperpendek lampu hijau serta kediph.
Mempunyai lampu indikator yang bekerja bila keadaan fault.
serta Mempunyai fasilitas untuk pendeteksian “conflict green”
dan
“conflictsignal” dalam keadaan fault fasilitas ini bekerja secara
otomatis untuk menyalakan lampu kedip atau flashing.
g. Mempunyai fasilitas untuk pengaman arus lebih yang
menggunakan mini circuit breaker dan pengaman terhadap arus
bocor menggunakan earth leakage circuit breaker serta
dilengkapi pengaman dari gangguan petir. Bekerja pada tegangan
minimal 220 volt. Dapat dibebani lampu pijar maupun halogen
minimal 600 VA persignal atau lampu jenis LED. Dapat
dikoordinasikan dengan alat sistem APILL Terkoordinasi
(ATCS) seperti detektor dan display info simpang.

5. Spesifikasi teknis alat untuk pejalan kaki sama halnya dengan


spesifikasi teknis alat pemberi isyarat lalu lintas kendaraantetapi
dengan jumlah kelompok sinyal khusus untuk pejalan kaki. Dapat
dilengkapi dengan peralatan kendali manual yang dapat dikendalika
noleh setiap penyeberang jalan dengan mudah, untuk meminta nyala
lampu hijau.

J. Perancangan Pengontrolan Traffic light otomatis

1. Rancangan Perangkat Keras


Sistem tarffic light otomatis dirancang untuk simpang empat,
namun untuk kondisi yang lain (simpang tiga atau lima) juga bisa
diterapkan hanya dengan mengubah sedikit konfigurasi letak sensor-
sensor. Untuk setiap jalur, dipasang sensor antrian 1, sensor antrian 2,
sensor antrian 3, serta lampu merah yang sudah tersedia sebelumnya.
Kemudian ditengahtengah persimpangan dipasang sebuah sensor
macet. Perancangan sistem kontrol pada traffic light otomatis
memanfaatkan mikrokontroler AT89C51 sebagai otak pengatur sistem
kontrol tersebut. Sensor antrian 1, sensor antrian 2, sensor antrian 3,
dan sensor macet pada setiap jalur memberikan masukan (input) ke
mikrokontroler. Output dari sistem mikrokontroller merupakan lampu
merah ke semua jalur.

Gambar II.9 skema perancangan traffic light

2. Rancangan perangkat lunak


Traffic light otomatis ini akan mengatur berapa lama setiap jalur
boleh dilalui kendaraan (lampu hijau) berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
a. Waktu, akan dibedakan antara siang, malam, pagi, sore ataupun
tengah malam.
b. Kepadatan kendaraan, jika suatu waktu volume kendaraan yang
mengatri disalah satu jalur lebih banyak dari jalur yang lain, maka
jalur tersebut mendapat lampu hijau lebih lama dari yang lain.
c. Kondisi khusus, seperti macet, atau ada rombongan kendaraan
(pejabat, pemadam kebakaran dan lain-lain). Disini ada perlakuan
khusus, sehingga meminimalisasi jumlah petugas kepolisian
bertugas Perancangan perangkat lunak meliputi:
1. Perancangan sistem normal.
Jika kondisi dimana beban arus lalu lintas dari semua sisi (ke
empat jalur) berimbang, maka sistem akan memberi kesempatan
yang sama pada semua jalur.
2. Perancangan kemacetan tingkat satu.
Jika sensor 1 dari salah satu jalur aktif selama 5 detik
berterusan, maka kondisi ini diasumsikan sebagai kemacetan
tingkat satu. Jalur yang sensor 1 nya aktif, akan mendapatkan
lampu hijau 5 detik lebih lama dari sistem normal.
3. Perancangan kemacetan tingkat dua.
Jika kondisi kemacetan tingkat satu bertahan dan sensor 2 dari
jalur tersebut aktif selama 5 detik berterusan, maka kondisi ini
diasumsikan sebagai kemacetan tingkat dua. Jalur yang sensor 1
dan sensor 2 nya aktif, akan mendapatkan lampu hijau 10 detik
lebih lama dari sistem normal.
4. Perencanaan kemacetan tingkat tiga.
Jika kondisi kemacetan tingkat dua bertahan dan sensor 3 dari
jalur tersebut aktif selama 5 detik berterusan, maka kondisi ini
diasumsikan sebagai kemacetan tingkat tiga. Jalur yang sensor 1,
sensor 2 dan sensor 3 nya aktif, akan mendapatkan lampu hijau 15
detik lebih lama dari sistem normal
5. Perencanaan kemacetan total.
Apabilatelahterjadikemacetantotal yang
membuatjalanmenjadipadat kendaraan makasensor macet 1 dan
sensor macet 2, keduanya aktif selama 12 detik berterusan, maka
kondisi ini disebut macet total. Jika ini terjadi maka lampu merah
akan menyala disemua jalur sampai sensor semua jalur akan
mendapatkan lampu merah secara bersamaan.

Kondisi ini bertahan sampai kedua sensor macet tersebut tidak


aktif selama minimal 4 detik.
6. Perencanaan sistem saat kondisi sepi
Jika kondisi dimana lalu lintas kendaraan yang melewati
lampu merah tersebut sangat sedikit, maka lampu kuning dari
semua jalur akan berkedip-kedip (hidup 0,5 detik, padam 0,5
detik). Kondisi ini adalah asumsi dari keadaan pada saat malam
hari, misalkan dari jam 10 malam sampai jam 7 pagi dimana
praktis sangat sedikit kendaraan yang lewat.
Gambar II.9 blok diagran pengaturan traffic light

K. Programable logic controller (PLC)

Traffic light adalah lampu yang digunakan untuk mengatur


kelancaran lalu lintas di suatu persimpangan jalan dengan cara memberi
kesempatan pengguna jalan dari masing-masing arah untuk berjalan secara
bergantian. Karena fungsinya yang begitu penting maka lampu lalu lintas
harus dapat dikendalikan atau dikontrol semudah dan seefisien mungkin
guna memperlancar arus lalu lintas di suatu persimpangan jalan. Seiring
dengan perkembangan zaman yang juga disertai dengan perkembangan
teknologi, jumlah kendaraan yang ada terus bertambah banyak sehingga
lalu lintas di jalan juga semakin bertambah padat, akan tetapi hal tesebut
tidak diikuti dengan perkembanagn infrastruktur yang ada. Perkembangan
tersebut membawa dampak terhadap sistem lalu lintas yang ada yaitu
dalam sistem pengaturan waktu penyalaan traffic light. Sebagian besar
pengendalian pewaktuan sistem traffic light yang ada pada saat ini masih
menggunakan pewaktu yang sudah terpasang pada sistemnya dan tidak
memiliki fitur pengaturan pewaktuan penyalaan.
Hal itu menyebabkan operator tidak dapat mengubah-ubah waktu
nyala lampu lalu lintas pada tiap-tiap arah setiap saat, untuk menyesuaikan
kondisi jalan dan kepadatan kendaraan yang ada pada tiap ruas jalan. Hal
itu adalah sebagian kekurangan dari pengendalian traffic light pada saat ini.
Contoh pengendalian lampu dengan Program Logic Control (PLC),
pengaturan traffic light dengan PLC memiliki kekurangan dalam
pengaturan pewaktuanya karena sulit diatur secara real time. Kekurangan
tersebut timbul karena untuk pemrogramannya harus terhubung dengan
komputer. Dalam perkembangan yang lebih lajut dibuatlah sistem taffic
light yang dikendalikan dengan Radio Frekuensi (RF), akan tetapi
komunikasi dengan radio kurang aman baik adanya gangguan dari sinyal
noise maupun gangguan dari unsur manusia yang jail. Hal tersebut coba
diperbaiki dengan pembuatan sistem taffic light yang berbasis Personal
Computer (PC). Pengendalian dengan PC memiliki kelebihan pada memori
yang besar dan memiliki sistem pewaktuan yang mudah diatur, disamping
itu pula untuk pengawasanya pun akan lebih mudah. Namun sistem
pengendalian taffic light yang berbasis PC memiliki kendala dalam hal
pemasangannya, hal ini terkait dengan sistem transfer data serial yang
terbatas jaraknya. Disamping itu juga pengendalian mengunakan PC
memiliki kelemahan dalam sistem pengkabelanya yang lebih rumit dan
pembiayaan yang cenderung lebih mahal. Berdasarkan penelitian yang
telah ada penyusun mencoba untuk mengembangkan penelitian
sebelumnya yaitu pengendalian blok traffic light yang dilengkapi dengan
pengaturan jam sibuk (rush hour) yang berbeda-beda dan pewaktuannya
dapat diatur dengan tombol sehingga dapat dipilih dan disesuikan dengan
tingkat kepadatan yang ada.

Pengkondisian kapan jam sibuk yaitu ketika memasuki jamjam


dimana jumlah kendaraan yang menuju ke arah tertentu akan lebih banyak,
sebagai contoh pada saat jam akan memasuki waktu kerja dan masuk
sekolah maka jumlah kendaraan yang menuju kearah kota akan meningkat
dan menjadi padat, sebaliknya jalan yang keluar pusat keramaian
cenderung akan lebih sepi. Pengkondisian jam sibuk tersebut diharapkan
dapat membantu mengurangi waktu tunggu ketika berada di perempatan
saat menunggu traffic light. Sekarang ini yang banyak digunakan adalah
sistem traffic light berbasis mikrokontroler yang dapat digunakan sebagai
sarana pemproses logika dan perintah untuk mengatur penyalaan lampu
traffic. Sistem traffic light berbasis mikrokontroler juga sering dijadikan
pilihan karena pembiayaanya yang relative lebih murah.

L. Jenis-Jenis PLC

Pada masa kini PLC dibagi menjadi beberapa tipe yang dibedakan
berdasarkan ukuran dan kemampuannya. Dan PLC dapat dibagi menjadi
jenis- jenis berikut :
1. Tipe compact
Ciri – ciri PLC jenis ini ialah :
➢ Seluruh komponen (power supply, CPU, modul input – output,
modul komunikasi) menjadi satu
➢ Umumnya berukuran kecil (compact)
➢ Mempunyai jumlah input/output relatif sedikit dan tidak dapat
diexpand
➢ Tidak dapat ditambah modul – modul khusus
Berikut ini contoh PLC compact dari Allen Bradley.

Gambar I.18. PLC Compact


2. Tipe modular
Ciri – ciri PLC jenis ini ialah :
✓ Komponen – komponennya terpisah ke dalam modul – modul
✓ Berukuran besar
✓ Memungkinkan untuk ekspansi jumlah input /output (sehingga
jumlah lebih banyak)
✓ Memungkinkan penambahan modul – modul khusus Berikut ini
contoh PLC modular dari Omron.

Gambar I.19. PLC Modular

M. Keuntungan Menggunakan PLC


Programmable Logic Controller (PLC) adalah suatu peralatan
elektronika yang bekerja secara digital memiliki memori yang dapat
diprogram, menyimpan perintah-perintah untuk melakukan fungsi- fungsi
khusus seperti logic, sequencing, timing, counting, dan arithmatic untuk
mengontrol berbagai jenis motor atau proses melalui modul input output
analog atau digital. Di dalam PLC berisi rangkaian elektronika yang dapat
difungsikan seperti kontak relay baik Normally Open (NO) maupun
Normali Close (NC) pada PLC dapat digunakan berkalikali untuk semua
instruksi dasar selain instruksi output. Jadi bias dikatakan bahwa dalam
suatu program PLC tidak diizinkan menggunakan output dengan nomor
kontak yang sama. PLC memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:
1. Lebih mudah pengawatannya karena kita hanya perlu melakukan
pengawatan input dan output ke dalam PLC, sedangkan rangkaian
kontrolnya diprogram melalui komputer.

2. Relay kontrol tidak berbentuk nyata karena diatur di dalam program


PLC itu sendiri, dan kontak bantu masing-masing relay maya tersebut
bias sangat banyak, tidak seperti relay kontrol nyata pada sistem

kontrol konvesional yang terbatas. 3. Lebih handal dalam proses kerja


aupun perawatan.
4. Lebih mudah dalam trouble shooting, karena PLC memiliki fasilitas
Self diagostic.
5. Jika sistem mengalami perubahan alur kontrol maka pengubahannya
hanya dilakukan pada program yang terdapat pada komputer dalam
waktu yang relatif singkat sesuai namanya, pengontrol logika yang
dapat diprogram.

N. Prinsip Kerja PLC


Data berupa sinyal dari peralatan input luar diterima oleh sebuah
PLC dari sistem yang dikontrol. Peralatan input luar misalmya: saklar,
sensor, tombol, dan lain lain. Data sinyal masukan yang masih berupa
sinyal analog akan diubah oleh modul input A/D (analog to digital input
module) menjadi sinyal digital. Selanjutnya oleh unit sentral atau Central
Processing Unit (CPU) yang ada di dalam PLC sinyal digital dan disimpan
di dalam ingatan (memory). Keputusan diambil CPU dan perintah yang
diperoleh diberikan melalui output D/A (digital to analog output module)
sinyal digital itu bila perlu diubah kembali menjadi menggerakkan
peralatan output luar (external output device) dari sistem yang dikontrol
seperti antara lain berupa kontaktor, relay, selenoid, value, heater, alarm
dimana nantinya dapat untuk mengoperasikan secara otomatis sistem
proses kerja yang dikontrol tersebut. PLC memiliki karakteristik:
a. Kokoh dan dirancang untuk tahan terhadap getaran, suhu,
kelembaban, dan kebisingan.
b. Antarmuka untuk input dan output telah tersedia secara built-in
didalamnya. Mudah diprogram dan menggunakan bahasa
pemrograman yang mudah dipahami, yang sebagian besar berkaitan
dengan operasi-operasi logika dan penyambungan.
II.1 Alat dan Bahan
A. Komputer
B. PLC OMRON CPM1A
C. Kabel Interface D. Modul Traffic Light
E. Kabel Penghubung
II.2 Prosedur Percobaan
A. Membuat rangkaian percobaan PLC dasar
B. Mengirim program ke PLC.
C. Mengaktifkan PLC dalam Monitor Mode.
D. Merangkai rangkaian daya apabila rangkaian kontrol sudah benar.
E. Mengulangi percobaan untuk rangkaian berikutnya.
II.3 Analisa Data Hasil Percobaan
A. Percobaan 1
1. Analisa
Pada gambar di atas, jika push button star di tekan pada alamat
00.00 maka arus akan mengalir ke coil. Sedangkan semua kontak

output dari alamat 02.00 akan bekerja. Karena terjadinya hal tersebut
maka lampu hijau akan menyala bersamaan dengan itu timer dari alamat
00.01 berjalan dan apabila sampai set value sampai 50 maka timer 01
akan mematikan lampu hijau dan setelah lampu hijau mati, lampu kuning
akan menyala bersamaan dengan timer 01 dan 02 juga berjalan mencapai
set value.timer 02 akan bekerja untuk mematikan lampu kuning dan
menghidupkan lampu merah. Saat lampu kuning mati dan lampu mrah
menyala timer 01 ,02 dan 03 bersamaan berjalan menghitung set
valuenya sehingga waktu bekerjanya berbeda. Dengan demikian timer 03
akan bekerja setelah set valuenya mencapai 100 detik dan secara
bersamaan lampu merah akan mati begitupun dengan timer yang lain
sejenak akan mati. Lalu lampu hijau akan bekerja begitu seterusnya
berputar sampai push button off di tekan.

II.4 Kesimpulan dari percobaan PLC trafict light, kami dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
pada percobaan menggunakan tiga timer yaitu 01,02,dan 03, timer 01 dan
timer 02 adalah untuk mengatur jalannya lampu dan timer 03 untuk mengatur
reset.
PERCOBAAN III

LIFT

Disusun Oleh :

Nama: Abdal Azizul Shafa

NIM: 03320200036

LABORATORIUM SISTEM KENDALI

JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
PERCOBAAN III
LIFT
IV.1 TujuanPercoban
a. Praktikan dapat mengetahui dan memahami instruksi/fungsi dari bahasa
pemprograman PLC ( Ledder Diagram, Function plan, Mnemonic ).
b. Praktikan dapat mengetahui komponen dan konsep dasar lift.

c. Praktikan dapat membuat ledder diagram lift.

IV.2 Teori dasar


a) Penjelasan Lift (Elevator)

Elevator merupakan alat untuk menaikkan dan menurunkan muatan di


antara tingkat-tingkat pada sebuah bangunan bertingkat banyak atau lebih
dari satu tingkat. Di Indonesia alat ini lebih dikenal dengan menggunakan
bahasa Inggris yaitu Lift. Elevator komersial pertama dibuat pada tahun
Elevator ini hanya dapat melayani dua tingkat.
Adapun definisi dari elevator atau sering disebut dengan lift merupakan
salah satu jenis pesawat pengangkat yang berfungsi untuk membawa barang
maupun penumpang dari suatu tempat yang rendah ketempat yang lebih
tinggi ataupun sebaliknya. Konstuksi umum mesin lift/elevator berupa
sebuah sangkar yang dinaik turunkan oleh mesin pengangkat, dimana yang
akan direncanakan disini adalah satu sangkar dengan penyeimbang (Counter
Weight) yang mana apabila sangkar naik maka Penyeimbang harus turun
begitu pula untuk sebaliknya. Sangkar tersebut dijalankan pada rel-rel
dengan menggunakan alat penuntun sangkar yang terpasang tetap, hal ini
dimaksudkan agar lift tersebut tidak bergoyang pada saat berjalan.
Elevator service ini biasanya dipasang diperhotelan atau diperkantoran,
fungsinya untuk mengantarkan barang ke kamarkamar penghuni hotel.
Elevator ini hampir sama dengan elevator penumpang, perbedaan dari
elevator service dengan elevator penumpang ini sangat jelas dari sistem
pengangkutannya. elevator penumpang hanya khusus untuk manusia saja
tapi elevator servis ini berfungsi untuk mengangkut manusia dan barang.
Elevator khusus barang biasanya digunakan untuk membawa koper, piring,
sampah, dan barang lainnya. Umumnya jenis ini mampu membawa beban
sampai kilogram Komponen- komponen Elevator Disini penulis akan
menjelaskan secara singkat fungsi dari masing-masing komponen-komponen
pada elevator.
Elevator atau yang lebih akrab dikenal oleh masyarakan luas dengan
nama lift. Lift adalah salah satu alat bantu dalam kehidupan manusia yang
berfungsi untuk mempermudah aktifitas manusia yang rutinitasnya lebih
sering dalam gedung-gedung bertingkat. Elevator merupakan alat
transportasi yang pengendaliannya tidak dilakukan oleh manusia secara
langsung, sehingga semua pengguna elevator sepenuhnya tergantung pada
kehandakan teknologi dari alat transportasi vertikal. manusia secara
langsung, sehingga semua pengguna elevator sepenuhnya tergantung pada
kehandakan teknologi dari alat transportasi vertikal.
Keberadaan dari elevator ini merupakan pengganti fungsi dari tangga
dalam mencapai tiap-tiap lantai berikutnya pada suatu gedung bertingkat,
dengan demikian keberadaan elevator tidak bisa dikesampingkan
dikarenakan dapat menghemat waktu.
Pada awalnya sistem penggerak elevator dimulai dengan cara yang
sangat sederhama, yaitu dengan menggunakan tenaga non mekanik. Yaitu
tenaga manusia atau binatang sebagai penggerak elevator atau lift. Sejarah
perkembangan elevator modern baru dimulai sejak tahun 1830-an, setelah
diperkenalkannya pasangan kawat seling (wire rope) dengan control (pully).
Awal mulanya penggunaan elevator ini digunakan untuk perkembangan di
Eropa dan segera diikuti oleh negara-negara lain termasuk Amerika.
Perkembangan elevator sangat lambat sampai pada awal tahun 1970-
an, namun sejak diperkenalkannya transistor dan alat pendukung eletronik
lainnya pada system control elevator pada saa itulah perkembangan elevator
begitu pesat seperti sekarang.

b) Sejarah Perkembangan Lift (Elevator)


Lift penumpang pertama dipasang pada tahun 1857.
Lokasinya ada di gedung Haughwout department store di New York
Amerika Serikat. Setelah tiga tahun penggunaan lalu ditutup karena
pelanggan menolak untuk menggunakannya. Didukung oleh mesin uap di
ruang bawah tanah dari gedung berlantai lima, lift itu hanya melaju 12 meter
per menit. Pada saat itu, lift lebih merupakan daya tarik wisata daripada alat
transportasi. Kota-kota dunia belum memiliki gedung tinggi dan lantai
bawah tanah adalah yang paling diinginkan karena tidak mengharuskan naik
banyak tangga. Dulu semakin tinggi lantainya, semakin rendah harga
sewanya. Tetapi keberadaan lift mengubah itu semua dan mengantar pada
era gedung pencakar langit yang mengubah lanskap arsitektur kota modern.

Gambar III.1 Lift pada awal mula

Sejarah perkembangan lift di tahun 1850-an, lift bukanlah barang baru,


perangkat pengangkat mekanis sudah ada sejak awal 1800-an. Tetapi transisi
dari pengangkutan barang terjadi pada akhir 1850-an, jelas Lee Gray,
seorang profesor sejarah arsitektur di UNC Charlotte.

Di awal-awal, pengangkut barang itu tidak memiliki mesin dan ada di


ruang terbuka yang tentunya sangat berbahaya. Lalu muncullah fokus
keselamatan oleh industrialis Elisha Otis yang memasang lift penumpang
pertama di New York. Ia mengadakan demonstrasi publik di pameran dunia
1854 di New York di mana sudah diangkat tinggi kemudian memotong
kabelnya dengan kapak. Semua aman, katanya ketika alat pengamannya
menghentikan lift yang jatuh. Itu adalah sistem yang cerdas, karena jika tali
putus, ratchet atau roda bergerigi sebagai pengunci akan terbuka dan
menghentikan juga menangkap lift itu.
Acara ini sering digembar-gemborkan sebagai titik balik dalam sejarah
lift. Relevansinya adalah Perusahaan elevator Otis menjadi produsen lift
terbesar sampai saat ini. Paten pertama untuk lift diajukan pada 1859 oleh
Otis Tufts yang memulai pemasangan lift pada tahun yang sama di dalam
Fifth Avenue hotel New York. Ada bangku di dalamnya, di mana orang
dapat duduk. Lalu di sisi lain, lift Elisha Otis tidak memiliki apa-apa selain
platform dan dipatenkan pada tahun 1861.
Namun yang terpenting adalah rem keselamatannya dan menjadi
standar kemudian hari dalam sejarah perkembangan lift. Lift pertama tidak
laku karena harganya mahal. Tetapi beberapa di antaranya sukses sebagai
barang mewah di hotel-hotel di New York, London dan Paris. lift-lift itu
dirancang dengan indah dengan kursi berlapis kain dan cermin di
dindingnya. Kadang- kadang ada sebuah lampu gantung kecil di tengahnya
dan sering disebut omnibus, meminjam kata-kata dari sistem transportasi
lain.
Semua lift masa itu didukung oleh mesin uap dan masih lambat.
Operator lift akan menutup pintu dan kemudian lift akan naik dengan sangat
lambat. Lift di masa itu bukan tentang kecepatan. Itu tentang teknologi baru
yang luar biasa dan pengalaman mewah yang memungkinkan para tamu
menghindar tangga menuju kamarnya. Lalu kecepatan menjadi pendorong
evolusi lift, seiring dengan peralihan hotel menjadi contoh gedung
perkantoran yang dimulai pada tahun 1870-an.
Equitable Life Building setinggi 39 meter di pusat kota manhattan, selesai
pada tahun 1870 adalah gedung perkantoran pertama yang memiliki lift dari
tahapan desain. Lift dibangun oleh Perusahaan elevator otis. Sistemnya
didasarkan pada hidrolik karena bisa berjalan lebih cepat dan mudah dirawat
Home Insurance Building dianggap sebagai gedung pencakar langit pertama
karena kerangka baja dibuka di Chicago pada tahun 1885. Gedung ini
memiliki empat lift untuk bagi 10 lantai dengan poros lift menjadi inti dari
desain arsitekturnya.
Saat ini, lift tercepat di dunia dipasang di Menara Shanghai, gedung
tertinggi kedua di dunia. Lift itu dapat melaju dengan kecepatan 20 meter per
detik (atau 46 mil per jam) dan berjalan terus menerus melalui 578 meter
dari total 631 meter tinggi gedungnya. Bangunan yang lebih tinggi membuat
rekayasa lift lebih rumit. Masalah pertama adalah sebagian besar bangunan
perlu dijadikan untuk poros dan ada juga batasan tinggi yang bisa dicapai
lift. Bangunan tertinggi di dunia, Burj Khalifa di Dubai, hanya memiliki 57
elevator (lebih sedikit dari Empire State Building sebanyak 16 yang
memiliki tinggi hanya setengahnya).

Perancang lift untuk gedung pencakar langit tertinggi berikutnya di


dunia, Menara Kerajaan di Jeddah, Arab Saudi, Kone menginginkan poros
pemecah rekor dengan ketinggian penuh menara itu. Diproyeksikan satu
kilometer, jenis kabelnya adalah yang terbaru, terbuat dari serat karbon.

Hal itu dikarenakan baja konvensional akan terlalu berat dan bisa macet
Lift adalah salah satu bentuk transportasi yang paling aman dan lebih aman
daripada eskalator dan bahkan tangga. Bahkan banyak lift dengan fitur unik
yang menjadi destinasi untuk wisatawan. Namun lift masih dapat
menyebabkan kecelakaan fatal juga mengerikan. Biro statistik tenaga kerja
AS dan komisi keamanan produk konsumen memperkirakan bahwa lift
melukai 17.000 orang dan membunuh 27 orang per tahun di AS dengan
setengah dari kematian itu terkait pekerja yang melakukan instalasi atau
perbaikan.

c) Jenis-jenis Lift dan fungsinya

Terdapat beberapa jenis jenis lift berdasarkan fungsinya antara lain


adalah :
1. Pasenger Elevator (lift penumpang).

Pasenger elevator (lift) adalah elevator yang berfungsi khusus


untuk mengangkut manusia saja, elevator ini sangat dijaga
kehandalannya. Hal ini karena menyangkut keselamatan manusia
penumpang lift tersebut. Lift penumpang sangat banyak digunakan pada
gedung gedung yang tinggi.

2. Dumbwaiter (lift barang)

Dumbwaiter (lift barang) ini berfungsi hanya untuk mengangkat


barang saja, elevator ini juga tak kalah handalnya dengan elevator
penumpang namun ada sedikit perbedaan dalam hal sistem
keamananya.

3. Elevator Service (lift servis),

Elevator service (lift servise)ini biasanya dipadang di perhotelan,


fungsinya untuk mengantarkan barang ke kamarkamar penghuni hotel.
Elevator ini juga tak kalah handalnya dengan elevator penumpang,
perbedan dari elevator servis dengan elevator penumpang ini sangat
jelas dari system pengangkutannya, yaitu elevator penumpang hanya
khusus untuk manusia saja tapi elevator servis ini berfungsi untuk
mengangkut manusia dan barang.

Jenis Lift berdasarkan sumber daya yang digunakan pada lift tersebut
adalah :
1. Lift listrik, yaitu lift yang menggunakan sumber daya listrik sebagai
sumbernya. Lift listrik banyak digunakan pada lift barang, lift service
dan lift penumpang.
2. Lift Hidrolik, yaitu lift yang mempergunakan sumber daya penggerak
dari air atau minyak, gas, fluida dan lainnya. Pada umunya lift hidrolik
banyak digunakan oleh pemadam kebakaran dalam melakukan
pekerjaan.
Jenis- jenis lift berdasarkan penggerak lift-nya. Pada umumnya jenis
penggerak lift dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu :
1. Lift dengan sistem pengerak hidrolis (hydrolic elevator).

2. Lift dengan sistem penggerak dengan motor listrik (traction type elevator).

Perbedaan pokok dari kedua jenis lift tersebut yaitu


Tabel III.1 perbedaan lift penggerak hidrolis dengan motor listrik
No Perbandinga Traction Machine Hydrolic
n

1. Pelayanan tidak terbatas terbatas 20 meter

2. Pemakaian Lebih dari 80 start Terbatas 80 start


/stop perjam. /stop perjam

3. Kecepatan Tidak terbatas Terbatas (maks 90


(1000m/menit) m/menit)

Lift yang mempergunakan tarction motor dapat dibedakan menjadi 2


(dua) yaitu :
1. Drum Type Elevator

Cara operasi lift jenis ini menggulung tali baja pada tabung gulung.
Pemakaian jenis lift ini pada lift penumpang tidak terlalu populer seperti
pada lift traksi jenis motor pully, hal ini disebabkan adanya beberapa
keterbatasan dalam pemakaian. Oleh karena itu lift jenis ini hanya
dipergunakan untuk lift-lift dengan kapasitas kecil seperti pada lift
perumahan (home elevator) dan (lift pelayan) dumbwaiter. Adapun
kelemahan tersebut, antara lain
a. Kecepatan yang dapat dicapai terbatas ( +/- 15 m/menit)

b. Kapasitas angkut terbatas (maksimal 200 kg).

c. Penggunaan tenaga listrik lebih boros (tanpa bobot imbang)

2. Traction Type Elevator

Lift jenis ini dapat digolongkan menjadi 2 (dua )


penggolongan, yaiutu: a. Geared Elevator
b. Gearless Elevator

Dilihat dari jenis motor traksi yang dipergunakan dapat menjadi dua 2
jenis, yaitu :
a) Lift traksi motor AC

b) Lift traksi motor DC

c) Komponen pada lift

Gambar III.2 Lift pada awal mula


Pada dasarnya komponen pada elevator dibagi menjadi empat bagian
utama yaitu:

4. Komponen di ruang mesin (machine room)

Ruang mesin adalah ruang terpenting, dimana ruang tersebut


terjadinya semua proses pengoperasian elevator berlangsung secara
keseluruhan. Terdapat beberapa bagian pada ruang mesin di lift untuk
dapat menjalankan lift secara sempurna antara lain :
a. Control System atau Control Panel (lemari control).

Lemari kontrol adalah sebuah komponen yang berada didalam


ruang mesin yang berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan
kerja dari pada lift tersebut. Permintaan baik dari luar maupun dari
dalam kereta dicatat dan diolah, kemudian memberikan instruksi-
instruksi agar lift bergerak, dan berhenti sesuai dengan permintaan.
b. Geared Machine (mesin penggerak).

Geared machine adalah komponen yang terdapat didalam


ruang mesin terdapat satu mesin penggerak jenis geared. Pada
mesin ini, perputaran dari motor penggerak dikonfirmasikan oleh
roda gigi sehingga dari putaran motor tinggi ini terdapat berubah
keputaran rendah. Kecepatan maksimum dari kereta lift dengan
brake (rem) dimana rem ini akan bekerja jika motor penggerak
tidak di aliri listrik. Saat ini motor penggerak pada elevator
menggunakan motor listrik tegangan bolak-balik (AC). Ada
beberapa jenis motor penggerak yang digunakan untuk elevator:
Motor Geared
Type motor geared menggunakan motor AC yang
dilengkapi dengan worm gear atau gear reducer yang
berfungsi untuk menurunkan putaran motor ke speed elevator
yang diinginkan. Karena pada motor AC ini mempunyai
putaran yang tinggi antara 900 RPM sampai dengan 1460
RPM atau lebih.

Gambar III.3 type geared

MotorGearles

Type motor gearless tidak menggunakan worm gear atau


gear reducer karena putaran motor sama dengan speed
elevator itu sendiri.

Awalnya motor gearless diperuntukan untuk elevator


dengan kecepatan tinggi diatas 150 meter per menit. Akan
tetapi pada saat ini motor gearless bukan saja untuk elvator
dengan kecepatan tinggi melainkan untuk kecepatan rendah
dan sedang juga menggunakan motor gearless karena
pertimbangan space untuk ruang mesin.
Gambar III.4 type motor gearless

Motor Roomless

Dengan teknologi yang berkembang saat ini beberapa


produsen lift mengembangkan teknologi syncronous
permanent magnet yang memungkinkan mesin elevator dibuat
lebih kecil sehingga mesin bisa dipasang di dalam hoistway.
Salah satu produsen Lift yang mengembangkan mesin
roomless adalah KONE dengan KONE MRL Monospace.

Gambar III.5 type motor roomless

c. Prinachy Velocity Tranducer atau Encoder

Prinachy velocity tranducer atau encoder adalaj komponen


yang berada dalam mesin lift yang berfungsi untuk mengatur dan
mendeteksi putaran motor atau kecepatan dari lift.
d. Govenor

Governor adalah alat pengaman, dimana jika kecepatan lift


melebihi batas-batas yang telah di tentukan, maka governor ini
akan bekerja dan kereta akan berhenti baik oleh eletrik maupun
mekanik.

e. ARD (Automatic Rescue Drive)

ARD berfungsi apabila sumber listrik dari PLN mendadak


mati dan lift akan berhenti di sembarang tempat setelah dari 15
detik maka ARD akan bekerja untuk menjaankan lift ke lantai
terdekat. Setelah lift sampai pada lantai otomatis, lift akan mati.
Lift akan normal krmbali setelah lift PLN hidup kembali.

f. Bobot imbang (Counterweight).

Komponen bobot imbang ini biasanya terpasang dibelakang


atau disamping kereta elevator, bobot imbang ini harus sesuai
dengan ketentuan yang ada. Faktor yang menentukan berapa berat
dari bobot imbang ini diantaranya harus memperhitugkan berat
kapasitas yang dapaat ditampung.

5. Komponen di ruang luncur (hoistway)

Ruang luncur adalah sebuh lorong atau lintasan dimana kereta


tersebut bergerak naik dan turunatau dengan kata lain bergerak secara
vertikal. Lubang ini harus merupakan lubang tertutup dan tidak ada
hubungan langsung ke ruang yang berada di luarnya kecuali untuk
lubang dua buah lift berdampingan. Terdapat beberapa komponen
diruang ini antara lain :
a. Guide Rail (rel pemandu).

Guide Rail atau profil baja khusus pemandu jalannya kereta


(car) dan bobot pengimbang. Ukuran rel untuk kereta biasanya
lebih besar dari pada rel bandung pengimbang. Guide rail ini
terpasang tegak lurus dari dasar pit sampai di bawah slap ruang
mesin.

b. Limit Switch (saklar batas lintas).

Komponen limit switch Biasanya komponen ini terpasang


direl kereta, dipasang di bagian bawah dan dibaian atas rel yang
berfungsi untuk menjaga agar kereta tidak menabrak pit atau lantai
kamar mesin, ada dua jenis saklar batas lintas yaitu :
• untuk membalik arah (direction switch)

• final switch.

c. Vane Plate (pelat bendera)

Komponen ini biasa terdapat direl kereta yang berfungsi untuk


mengatur pemberhentian kereta pada lantai yang dikehendaki dan
mengatur pembukaan pintu pendaratan (Landing door).

d. Landing Door (pintu pendaratan),

Landing door atau pinti pendaratan biasanya terdiri dari beberapa


bagian, antara lain door hanger, door still, dan door panel. Berfungsi untuk
menutup ruang luncur dari luar. Pada hall door ini dipasang alat pengaman
secara seri sehingga apabila salah satu pintu terbuka maka lift tidak akan
bisa di jalankan.

e. Buffer.

Buffer terletak di dua tempat yaitu satu set untuk kereta dan
satu set untuk beban pengimbang. Berfungsi untuk meradam
tenaga kinetik kereta dan bobot pengimbang pada saat jatuh.

f. Governor Tensioner.

Governor Tensioner merupakan pully berbandul sebagai


pegangan rope governor yang terletak di pit

6. Komponen di kereta (car lift)

Kereta lift adalah komponen yang berbentuk kotak dimana ruang


tersebut digunakan sebagai tempat atau wadah yang banyak digunakan
seperti yntuk mengangkut orang, barang dan pelayanan lainnya. Berikut
beberapa komponen yang menyusun kereta lift, yaitu:
a. Car (kereta)

Car (kereta) adalah kotak dimana penumpang naik dan


dibawa naik turun. Kereta ini dihubungkan langsung dengan bobot
pengimbang dengan tali baja pully penggerak di ruang mesin.

b. Car Door (pintu kereta).


Car door (pintu kereta) terdiri dari beberapa bagian,
antaralain door hanger, door still, door panel dan door mekanisme
yang mengatur buka tutup pintu kareta ini dipasang alat pengaman
secara seri dengan pintu pendaratan (landing door) sehingga
apabila pintu terbuka maka lift tidak dapat dijalankan.

c. COP (car operating panel).

Ada satu atau lebih COP yang biasanya terletak pada sisi
depam kereta atau front return panel. Pada panel tersebut dan
terdapat tombol-tombol lantai dan tombol pengatur buka tutup
pintu.

d. Interphone

Interphone biasanya terletak pada COP (pada lokasi yang


mudah di capai) yang berfumgsi untuk menggandakan komunikasi
dalam keadaan tertentu antar kereta, kamar mesin dan ruang kontrol
gedung.

e. Switcing Box.

Switcing box biasanya menjadi satu dengan COP yang terletak


dibagian bawah COP secara tertutup yang dapat dibuka hanya
dengan kunci khusus didalamnya terdapat tombol-tombol pengatur
yang digunakan untuk mengatur lift jika terjadi gangguan.

f. Floor indication

Floor indikator merupakan nomor penunjuk lantai dan arah


jalannya kereta, biasanya terletak di sisi atas pintu kereta atau pada
COP.

g. Emergenchy light.
Emergancy light ini biasanya terletak diatap kereta, fungsinya
untuk menerangi kereta apabila kereta sedang dalam keadaan
darurat

h. Saklar Pintu Darurat

Saklar pintu darurat ini pada umunya terletak pada pintu


darurat (emergancy light) yang terletak di atas kereta.

i. Safety link.
Komponen safty link ini meupakan sebuah mekanisme
penggerak alat pengaman diatas kereta yang dihubungkan dengan
governor yang terletak dikamar mesin.

7. Komponen diluar ruang luncur pada tiap tiap lantai

Bagian diluar ruang luncur yaitu sebuah ruangan yang terdapat


diluar bagian llift, terdapat beberapa bagian yang ada dibagian luar
ruang luncur antara lain adalah :
a. Tombol lantai, berfungsi untuk pemanggil kereta

b. Saklar parkir, biasanya terletak di lobby utama di dekat tombol


lantai. Berfungsi untuk mematikan dan menjalankan lift.

c. Saklar kebakaran, biasanya terletak pada lobby utama di sisi atas


hall button, berfungsi untuk mengaktifkan fungsi fireman control.
d. Hall indication (penunjuk lantai), biasanya terletak pada transom
atau hall buton pada masing masing lift. Berfungsi untuk
mengetahui posisi masing masing kerata.

d) Kontruksi umum pada elevator

Konstruksi Umum Elevator (lift) sebagian besar peralatan elevator Tipe


penthous machine room ditempatkan di bagian atas sangkar elevator.
Elevator mampunyai konstruksi berupa sangkar yang dapat dinaik- turunkan
dengan sudut 90 0, tanpa mengalami hambatan dengan menggunakan tali
baja.
Agar sangkar tidak mengalami guncangan ketika beroperasi maka pada
tiap sisinya dipasang rel-rel yang berfungsi sebagai jalur lintasan sangkar itu
sendiri. Adapun panjang rel yang digunakan sesuai dengan tinggi lantai
bangunan yang digunakan untuk elevator tersebut. Untuk mengurangi beban
pada mesin pengangkat, maka bobot pada sangkar diimbangi dengan beban
tambahan/penyeimbang.
Bobot pengimbang ini bekerja naik turun sama seperti sangkar tetapi
berlawanan arah. Jika sangkar naik, maka beban pengimbang akan turun dan
sebaliknya jika sangkar turun maka beban pengimbang akan naik.

Baik sangkar dan beban pengimbang diikatkan dengan menggunakan tali


baja yang sama, hanya letak penempatan ujungnya saja yang berbeda.
Adapun berat dari beban pengimbang ini adalah lebih berat dari sangkar
dengan berat maksimum yang diizinkan. Mesin elevator dan motor
penggerak, diletakkan di ruangan paling atas (diatas lantai akhir sangkar
beroperasi).
Posisi mesin dan motor penggerak diatur sedemikian rupa agar disaat
beroperasi tidak mengalami hambatan dan posisi tali baja tetap tegak lurus.
Agar lebih kuat dan lebih aman maka hubungan antara kaki-kaki masin dan
motor penggerak diikatkan dengan baut-baut pengikat dengan lantai ruangan
mesin ini yang juga dilapisi dengan plat baja.
Rangka sangkar barang dibuat dari kanal dan besi siku, sedangkan
dinding lantai dari kayu atau plat besi anti gelincir. Sangkar tersebut cukup
kokoh untuk menahan deformasi akibat beban kejut yang mungkin timbul
ketika sedang bermuatan. Jalan keluar dapat terbuka dan tertutup atau diberi
pintu geser. Lorong elevator adalah ruangan tempat sangkar elevator
bergerak. Rangka lorong baik untuk elevator penumpang maupun elevator
barang dapat di desain beragam bentuk demikian juga bahan yang
digunakan.
Peralatan penggantung adalah tali kawat pintalan atau silang. Pada
ruang mesin dan motor penggerak ini diletakkan kotak kontrol panel dan
tenaga cadangan berupa baterai basah. Kotak kontrol panel berfungsi
mengatur pengoperasian atau cara kerja dari elevator, dimana alat ini
menggunakan sistem digital.

e) Gaya-gaya yang bekerja pada elevator

Adapun gaya gaya yang bekerja pada elevator atau lift, diantaranya
adalah :
1. Gaya kolinier (colinear forces)
Gaya kolinier adalahgaya-gaya yang segaris kerjanya terletak pada
satu garis lurus.
2. Gaya ruang (three dimensional system of forces)
Gaya ruang (three dimensional system of forces) adalah gaya- gaya
yang bekerja didalam ruang.
3. Gaya konkuren (concurrent forces)
Gaya konkuren (concurrent forces) adalah gaya-gaya yang garis
kerjanya melalui sebuah titik.
4. Gaya nonkonkuren (non-concurrent forces)
Gaya nonkonkuren (non-concurrent forces) memiliki garis kerja
yang berbanding terbalik dengan gaya konkuren(concurrent forces)
yaitu garis kerjanya tidak melalui sebuah titik terhadap mekanisme
Elevator Barang.

Adapun mekanisme dari pada elevator barang yang akan di rancang di sini
adalah sebaagai berikut : Mesin hoist yang terletak di atas bekerja dan
menarik kereta/box yang berjalan pada rail. Kereta/box dapat berhenti pada
lantai lantai yang diinginkan melalui system elektrikal yang telah dirancang
engan menekan push button yang terdapat pada tiap lantai untuk lantai
tujuan maka elevator akan bergerak menuju lantai yang diinginkan. Mesin
hoist ditempatkan diatas lorong (Lubang shaft) berjalannya elevator,
tentunya dengan struktur dudukan yang kuat untuk menghindari terjadinya
goyangan pada saat pengangkatan box dilakukan. Dengan terangkatnya
kereta (box) maka bobot pengimbang juga mulai bekerja. Untuk perangkat
pengaman dipasang pengaman mekanik yang terletak pada atas box berupa
as yang akan menahan/menghentikan kereta pada rail apabila terjadi putus
sling. Juga dipasang limit switch pada rail. Motor penggerak ini dilengkapi
dengan rem magnet ( magnetic brake ) yang berfungsi menahan motor
ketika kereta elevator telah sampai pada lantai yang dituju.

Motor penggerak dalam menarik dan menurunkan elevator


menggunakan tali baja (rope) yang melingkar pada puli mesin (sheave).
Pulley Sistem puli dalam konstruksi mesin lift terdiri atas sistem tunggal dan
majemuk. Tali Baja Tali baja berfungsi untuk meneruskan gerakan dari
putaran puli ke gerakan naik turun sangkar pertama dan sangkar kedua.
Jumlah dan diameter tali baja ditentukan dari besarnya beban yang akan
diangkat. Hasil pengujian tali baja Dimana Hubungan Antara Stress dan
Strain dapat diketahui dalam rumus : = σ ε. menunjukkan kekuatan pada tali
baja yaitu kekuatan maksimum pada tali baja pada tegangan mN/mm 2 dan
kemudian pada regangan selanjutnya tali baja mengalami plastisitas, dan jika
ditarik seterusnya tali baja putus pada tegangan mN/mm Sangkar / Kereta
Sangkar adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengangkut penumpang
maupun barang.

Sangkar elevator beroperasi pada ruang luncur dan menapak pada rail
di kedua sisinya, pada sisi kanan dan kiri terdapat pemandu rail ( sliding
guide ) yang berfungsi memandu atau menapaki rail. Bobot Pengimbang.

Penyeimbang (Counter Weight) dimaksudkan untuk mengimbangi dari


berat sangkar sehingga mesin tidak menahan beban yang tinggi. Pada
umumnya berat penyeimbang sama dengan berat maksimum sangkar
ditambah 40% - 50%. 6. Drum Elevator. Drum elevator berfungsi sebagai
tempat gulungan tali baja ketika kereta bok naik keatas. Drum elevator ini
bergerak berdasarkan motor yang bekerja.
III.1 Alat dan Bahan Percobaan
a) Komputer
b) Kabel Interface
c) PLC (Omron CPMA1a)
d) Modul lift
e) Kabel penghubung

III.2 Prosedur Percobaan


a) Mengaktifkan PKLC OMRON CPMA1a.
b) Membuat ladder diagram pada PLC OMRON CPMA1a.
c) Download data ke memori PLC OMRON CPMA1a.
d) Merangkai rangkaian daya jika rangkaian kontrol sudah benar.
e) Menjalakan rangkaian.
f) Mengulangi berbagai macam percobaan.

III.3 Analisa Data Hasil Praktikum


a) Percobaan 1
1. Analisa
Pada percobaan diatas, apabila alamat 00.00 di tekan maka akan
terjadi NC sehingga output dari 10.00 akan bekerja. Secara otomatis
alamat 10.00 akan mengunci rangkaian yang beralamat 10.01 dan
alamat 10.00 akan terbuka yang mengakibatkan 10.01 mati. Jika lift
telah berada pada lantai 2 maka yang beralamat 00.01 bekerja dan akan
beralih dari NC ke NO yang mengakibatkan output 01.00 mati. Jika
00.02 di tekan, kontak ang berhubungan akan beralih menjadi NO yang
mengakibatkan output dari 10.01 menyala. Secara bersamaann 10.01
akan mengunci rangkaian pada input 10.01 dan 10.00 yang
mengakibatkan output dari alamat 10.00 mati.
III.4 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan PLC lift, kami dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. sensor limit switch pada percobaan lift terdapat setiap lantai yang
berfungsi sebagai pertanda bahwa lift telah sampai pada lantai yang
diinginkan.
2. untuk mengatur berapa lama waktu jeda agar pintu lift tertutup kembali
menggunakan timer
PERCOBAAN IV

CONVEYOR

Disusun Oleh :

Nama: Abdal Azizul Shafa

NIM: 03320200036

LABORATORIUM SISTEM KENDALI

JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
PERCOBAAN IV
CONVEYOR

IV.1 TujuanPercoban
a. Praktikan dapat mengetahui dan memahami instruksi/fungsi dari bahasa
pemprograman PLC ( Ledder Diagram, Function plan, Mnemonic ).
b. Praktikan dapat mengetahui komponen dan konsep dasar conveyor.

c. Praktikan dapat membuat ledder diagram conveyor

IV.2 Teori Dasar


Conveyor atau mesin kompayer merupakan peralatan sederhana yang dapat
bergerak dari satu tempat ke tempat lain sebagai alat angkut suatu barang tertentu
untuk kapasitas kecil sampai besar. Conveyor dijadikan sebagai alat transportasi yang
cepat dan efisien. Conveyor terdapat beberapa macam, seperti roller conveyor, belt
conveyor, dan lain sebagainya.

Dalam sebuah industri kadang kala terdapat bahan-bahan yang berat dan juga
berbahaya bahkan tidak bisa jika dibawa atau diangkut oleh manusia. sehingga
diperlukan alat bantu angkut untuk mengatasi keterbatasan manusia tersebut dalam dal
tenaga untuk menjaga keselamatan dan keamanan para pekerja industri. Untuk itu
mesin kompayer banyak dipilih sebagai alat angkut bahan-bahan industri yang padat.

Macam-macam conveyor
Berikut adalah kualifikasi dari beberapa jenis spesifikasi conveyor yang sering
digunakan antara lain:

1. Roller conveyor
a. Pengertian roller conveyor
Merupakan spesifikasi dari conveyor yang menggunakan roller untuk
mengangkut barang. Dalam perpindahannya, roller conveyor memanfaatkan gaya
gravitasi bumi. Namun, ada juga yang ditarik atau didorong.
Sedikit berbeda dengan jenis conveyor yang lain, sistem roller didesain khusus
sehingga dapat sesuai dengan barang yang akan diangkut misalnya berbahan logam,
karet, dan lainnya.
b. Komponen utama roller conveyor
• Rangka badan
Rangka badan berguna untuk menopang roller sehingga posisinya tidak
berpindah-pindah.
• Tiang penyangga
Tiang penyangga berfungsi sebagai pondasi untuk badan roller conveyor.
• Motor penggerak
Motor penggerak adalah bagian yang menggerakkan drive roller sehingga dapat
bergerak atau berputar sesuai dengan kecepatan yang telah diatur sebelumnya oleh
operator.
• Roller
Fungsi roller adalah memindahkan barang yang diangkut. Roller menjadi
komponen utama sehingga desain dan bentuknya harus diupayakan tidak membuat
getaran saat berjalan sehingga tidak merusak batang. Komponen roller antara lain pipa,
poros, snap ring, rumah bearing, seal, c-ring, dan bantalan.
• Sistem transmisi
Sistem transmisi dibedakan menjadi dua yaitu transmisi motor penggerak
dengan drive roller dan transmisi drive roller dengan roller yang lain.

2. Belt conveyor
a. Pengertian conveyor belt
Pada dasarnya belt conveyor memiliki bentuk yang sederhana. Seperti namanya
conveyor belt dilengkapi dengan adanya sabuk yang dapat menahan benda-benda
padat saat diangkut. Belt atau sabuk terbuat dari dari berbagai macam jenis tergantung
dari sifat benda yang akan diangkut. Misalnya untuk mengangkut bahan-bahan yang
panas, maka diperlukan belt yang terbuat dari logam sehingga dapat tahan terhadap
panas.

b. Karakteristik belt conveyor


• Berkapasitas tinggi
• Kapasitasnya dapat diatur
• Mampu beroperasi mendatar atau miring dengan sudut 18 derajat
• Sabuk ditahan oleh plat roller conveyor sehingga aman untuk membawa
bahan
• Bersifat kontinu
• Kecepatan 600 ft/m
• Bisa naik dan turun
• Perawatan belt conveyor mudah

c. Prinsip kerja conveyor belt


Belt conveyor berfungsi memindahkan barang dengan putaran dari motornya.
Penggerak utama motor terhubung dengan drum yang disebut pulley. Drum
tersebutlah yang diselubungi oleh sabuk yang lebar dan panjangnya menyesuaikan
dengan kapasitas dan jarak angkut.

d. Fungsi belt conveyor


Belt conveyor dapat mengangkut material berkapasitas besar, sedangkan
konstruksi dari belt conveyor antara lain:
• Pengangkutan arah horizontal
• Pengangkutan arah diagonal atau miring
• Pengangkutan arah horizontal dan diagonal

3. Chain conveyor
a. Pengertian chain conveyor
Chain conveyor merupakan conveyor dengan rantai yang tidak terputus untuk
melakukan tarikan dari unit penggerak. Chain conveyor atau mesin kompayer rantai
merupakan cocok untuk menahan debu, penyilangan kecil, kombinasi garis horizontal
dan vertikal, dan temperatur tinggi.
Dalam dunia industri penggunaan konveyor rantai mengalami penurunan karena
perawatan yang tinggi dan banyaknya masalah yang dihadapi.

b. spesifikasi chain conveyor


Chain conveyor terdiri dari beberapa jenis berdasarkan jenis gesekan antara lain:
• Chain sliding
Chain sliding memiliki bagian pergerakan yang tidak banyak.
• Chain rolling
Chain rolling lebih luas dibandingkan dengan chain sliding.
c. Jenis chain conveyor
Jenis chain conveyor terdiri dari tiga antara lain:
• Scraper conveyor
Scraper conveyor adalah jenis chain conveyor paling murah dibandingkan
dengan yang lain. Scraper conveyor dapat beroperasi sampai kemiringan 45 derajat,
maksimum kecepatan 150 ft/m, kapasitas angkut 360 ton perjam.
• Apron conveyor
Apron conveyor dapat beroperasi sampai kemiringan 25 derajat, kapasitas
angkut sampai 100 ton/ per jam, maksimum kecepatan 100 ft/m, dapat digunakan
untuk bahan yang besar, kasar, atau berminyak sekalipun.
• Bucket conveyor
Bucket conveyor merupakan conveyer dengan spesifikasi buket yang terbuat
dari baja dan digerakkan oleh rantai. Biayanya relatif murah dengan rangkaian yang
sederhana, maksimum kecepatan 100 ft/m, kapasitas 100 ton/ jam, dan dapat
mengangkut bahan bongkahan.
• Bucket elevator
Bucket elevator dapat mengangkut bahan dengan kemiringan yang sangat curam
melebihi kemiringan chain conveyor yang lainnya. terdapat bucket atau timba yang
dibawa atau digerakkan oleh rantai. Timba-timba tersebut memiliki bentuk yang
berbeda-beda tergantung pada fungsinya masing-masing.
• Bentuk minneapolis untuk mengangkut material kering yang lumat atau
butiran-butiran kecil
• Bentuk sticky material lebih datar untuk mengangkut bahan material yang
lengket
• Bentuk timba crushed rock untuk mengangkut bahan yang besar dan berat

4. Screw conveyor
a. Pengertian screw conveyor
Screw conveyor adalah alat angkut bahan yang paling tepat untuk bahan padat
yang bertekstur bubur dan halus. . seperti namanya screw conveyor dilengkapi dengan
alat terbuat dari pisau berpilin disebut flight yang mengelilingi sumbu sehingga
bentuknya terlihat seperti sekrup. Biasanya wadah conveyor terbuat dari lempeng baja,
berbentuk setengah lingkaran, dengan sisi lurusnya terbuat dari kayu.

5. Pheumatic conveyor
a. Pengertian pheumatic conveyor
Pheumatic conveyor atau disebut juga dengan mesin kompayer aliran udara
merupakan conveyor yang cocok digunakan untuk mengangkut bahan-bahan ringan
berbentuk bongkahan-bongkahan kecil melalui aliran udara.
Alat yang dipakai dalam pheumatic conveyor antara lain:
• Pompa atau kipas sebagai penghasil udara
• Cyclone untuk pemisah partikel berukuran besar
• Kotak penyaring atau bag filter berfungsi menyaring debu

b. Cara kerja pheumatic conveyor


Pompa yang terhubung dengan sedotan dalam sistem pengangkutan akan
menghisap bahan-bahan melalui selang yang bisa dipindah bagian ujungnya.
Kemudian bahan padat diangkut oleh aliran udara menuju siklon untuk berikutnya
menuju pompa.
Jika bahan-bahan padat yang diangkut tersebut mengandung debu, maka debu
tersebut akan masuk dalam kotak penyaring di bagian antara siklon dan pompa. Jika
tidak, tentu saja debu akan merusak pompa dan membahayakan udara dan lingkungan
jika dibuang begitu saja ke udara.
Conveyor aliran udara ini sangat cocok digunakan untuk alat angkut bahan yang
harus selalu terjaga kebersihannya misalnya biji-bijian, bahan lumat seperti soda, dan
lain sebagainya. Sehingga bahan material tetap dalam keadaan yang baik dan tidak
mengandung zat-zat yang berbahaya atau beracun seperti timbal dan arsen.

IV.3 Alat dan Bahan Percobaan


1. Komputer
2. PLC (Omron CPMA1a)
3. Modul Conveyor
4. Kabel penghubung

IV.4 Prosedur Percobaan


1. Mengaktifkan PKLC OMRON CPMA1a.
2. Membuat ladder diagram pada PLC OMRON CPMA1a.
3. Download data ke memori PLC OMRON CPMA1a.
4. Merangkai rangkaian daya jika rangkaian kontrol sudah benar.
5. Menjalakan rangkaian.
6. Mengulangi berbagai macam percobaan.

IV.5 Analisa Data Hasil Praktikum


a) Percobaan 1
1. Analisa

Pada saat start ditekan, akan menyala selama 5 kali. Setelah menyala 5 kali maka
konveyor 1 akan bekerja. Jika sensor pada konveyor 1 mendeteksi terdapat 5
barang yang lewat konveyor 1 maka akan mati dan konveyor 2 akan hidup
begitupun sebaliknya. Pada saat tombol stop ditekan, konveyor 1 akan mati dahulu
kemudian konveyor 2 agar tidak ada barang yang tertinggal. Jika emergency
ditekan maka akan mati keseluruhan.

III.6 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan PLC Conveyor, kami dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Konveyor 1 dan Konveyor 2 memiliki sensor masing-masing yang akan
aktif bergiliran pada waktunya masing-masing.
2. Pada saat mesin diberhentikan secara normal, masing-masing konveyor akan
mati secara bergiliran dimulai dari konveyor 1 kemudian konveyor 2.
3. Pada saat mesin diberhentikan secara tidak normal (emergency), maka kedua
konveyor akan mati secara bersamaan.
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

PLC dasar

- Diperlukan rangkaian pengunci agar output tetap berjalan ketika

push button dilepas.

- Diperlukan reset untuk pemakaian function Timer.

- Diperlukan reset untuk pemakaian function Counter.

Traffic light
- pada percobaan menggunakan tiga timer yaitu 01,02,dan 03,
- timer 01 dan timer 02 adalah untuk mengatur jalannya lampu dan
timer 03 untuk mengatur reset.
Lift
- sensor limit switch pada percobaan lift terdapat setiap lantai yang
berfungsi sebagai pertanda bahwa lift telah sampai pada lantai
yang diinginkan
- untuk mengatur berapa lama waktu jeda agar pintu lift tertutup
kembali menggunakan timer

Conveyer
- buzzer menjadi penanda bahwa tombol start telah ditekan
- Sensor pada masing masing konveyor dapat mendeteksi sampai
dengan 5 barang

III.2 Saran

1. Dalam proses praktikum sebaiknya kelengkapan alat dan bahan ditingkatkan.


2. Buku panduan dalam percobaan dibuat sebaik mungkin agar mudah untuk dimengerti.
3. Pada saat praktikum seacara daring, sebaiknya memperbanyak video pada modul dan alat yang
digunakan pada lab.

DAFTAR PUSTAKA

http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/12/dasar-dasar-plc.html/

http://jagootomasi.com/dasar-pemrograman-plc/

https://www.dnm.co.id/pengertian-conveyor-dan-spesifikasinya-mulai-roller-conveyor/

https://fungkynotes.blogspot.com/2014/07/traffic-light-with-plc-programmable.html

http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/26026

Agfianto Eko Putro, 2004, PLC Konsep, Pemrograman dan Aplikasi (Omron CPM1A/CPM2A
dan ZEN Programmable Relay), Gava Media, Yogyakarta.

Wijaya, A., Budiyanto.M.,2003, Pengenalan Dasar-Dasar PLC (Programmable Logic


Controller) Disertai Contoh Aplikasinya, Gava Media, Yogyakarta.
Omron, 2001, Sysmac CPM1A/CPM1A/CPM2A/CPM2C/SRM1/ (V2) Programmable
Controller: Programming Manual, Omron Corporation, Japan.

Omron, 2003, Sysmac CPM1A Programmable Controller: Operation Manual, Omron


Corporation, Japan.

Wahyutriana. (2015). Komponen traffic light. Diakses pada 26 Mei 2019 melalui
https://www.slideshare.net/wahyutriana/analisa-komponen-penyusun-rangkai an-traffic-
light-system

Haryono, Agus. (2015). Makna warna lampu pada traffic light . diakses pada 26 Mei
2019 melalui https://www.infoyunik.com/2015/04/alasan-penggunaan- merah-
kuning-hijau.html

Kinays. (2014). Lift (Elevator). Diakses pada 26 Mei 2019 melalui http://kinays-ar
atuza.blogspot.com/2014/11/lift-elevator.html

Anda mungkin juga menyukai