Disusun oleh :
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Tujuan ..........................................................................................................4
Manfaat ........................................................................................................4
A. Pelaksanaan .........................................................................................10
B. Pengamatan ..........................................................................................10
C. Pembahasan ..........................................................................................11
A. Kesimpulan .........................................................................................12
B. Saran ...................................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
untuk pasien serta petugas rumah sakit serta harus direncanakan dapat
menampung tempat tidur pasien. Untuk menunjang keselamatan bagi
penggunanya perencanaan pembuatan lift harus dilakukan oleh orang yang
terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebelum digunakan
perlu dilakukan pemeriksaan dan diuji terlebih dahulu sesuai dengan
standar uji yang telah ditentukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan jenis elevator / lift ?
2. Apa saja fasilitas elevator / lift ?
3. Apa persyaratan elevator / lift di rumah sakit ?
4. Bagaimana kondisi elevator / lift di RS Moerwadi Surakarta ?
C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dan jenis elevator / lift.
2. Untuk mengetahui fasilitas elevator / lift.
3. Untuk mengetahui persyaratan elevator / lift di rumah sakit.
4. Untuk mengetahui kondisi elevator / lift di RS Moerwadi Surakarta.
D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai beikut :
1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang lift
dan komponennya.
2. Dapat menambah pengetahuan tentang persyaratan lift di rumah sakit
3. Dapat mengetahui secara detail kondisi lift pada suatu rumah sakit.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
a. Magneting Landing Device
Untuk memberhentikan kereta elevator pada tiap lantai yang
dituju, dengan toleransi maksimum 5mm dari level lantai
bersangkutan.
b. Buffer
Buffer yang dipakai dari jenis Spring Buffer dan Oil Buffer,
dimana bagian atas diberi lapisan karet setebal 5mm. Tiap
elevator, minimum menggunakan 4 buffer, tiap buffer
dilengkapi dengan Safety Switch yang dihubungkan pada
panel kontrol. Panel ini diletakkan pada pondasi beton.
c. Guide Rail
Terbuat dari profil baja T, rail harus dilapisi dengan suatu
bahan pondasi beton.
d. Counter Weight
Rangka counter weight terbuat dari profil baja, isi harus
seberat kereta elevator ditambah 50% kapasitas kereta yang
terbuat dari besi cor.
e. Operating Panel
Terbuat dari dua panel yang terletak pada kedua sisi pintu
kereta. Push button merupakan rangkaian elektronik yang
dilengkapi dengan lampu indikator dan sebagainya.
f. EMR (Elevator Machine Room)
Funsi EMR :
1) Untuk sistem elevator elektrik, mesin ditempatkan di atas.
2) Untuk sistem elevator hidrolik, mesin diletakkan di
bawah.
3) Penentuan letak mesin berdasarkan atas struktural dan
kemudahan.
6
Tata ruang letak lift di rumah sakit sering ditentukan dari jumlah
dan konfigurasi tata letak lift dan jumlah maksimal empat buah dalam satu
deretan. Untuk bangunan yang tingginya lebih dari 25 lantai, dianjurkan
untuk membagi layanan lift dengan mengelompokan lantai yang
dilayani/konsep zona, di mana tiap zona dilayani oleh sejumlah lift
tertentu. Gambar dibawah ini menunjukkan tata letak sekelom-pok lift
yang baik, alternatif lain dapat juga dilakukan. Pada bangunan tinggi dan
luas, jumlah lift yang di perlukan meningkat sebanding dengan jumlah
lantai yang dilayani.dengan demikian, jika mencapai suatu ketinggian
tertentu, maka areal luas yang digunakan untuk menempatkan lift menjadi
meningkat dan melebihi ketentuan ekonomis (di atas 20 % luas lantai).
Jadi pada umumnya lift hanya melayani 12 – 15 lantai.
Sumber : Samsudin, 2012
D. Fasilitas Elevator / Lift
1. Mesin Room
Semua lift, baik traksi atau hidrolik, memerlukan ruang untuk
menyimpan mesin motor listrik besar (atau pompa hidrolik) dan
controller kabinet. Ruangan ini terletak di atas hoistway (atau di
bawah, untuk hidrolik lift) dan mungkin berisi mesin untuk satu atau
sekelompok lift.
2. Pintu elevator
Pintu lift melindungi pengendara dari jatuh ke dalam lubang.
Konfigurasi yang paling umum adalah memiliki dua panel yang
bertemu di tengah, lalu geser terbuka lateral. Dalam konfigurasi
cascading (berpotensi memungkinkan entryways lebih luas dalam
ruang terbatas), pintu-pintu dijalankan pada rel independen, sehingga
saat terbuka, mereka terselip di belakang satu sama lain, dan ketika
tertutup, mereka membentuk lapisan mengalir di satu sisi.
3. Kontrol Umum
Tipikal lift penumpang modern akan memiliki:
a. Ruang untuk berdiri, guardrails, bantalan kursi (mewah)
7
b. Unit pendingin udara untuk meningkatkan sirkulasi dan
kenyamanan.
c. Tombol panggil untuk memilih lantai. Beberapa dari ini menjadi
kunci saklar (untuk mengontrol akses). Dalam beberapa lift, lantai
tertentu tidak dapat diakses kecuali menggunakan kartu swipes
keamanan atau memasukkan kode akses atau keduanya.
d. Satu set pintu tetap terkunci di setiap lantai untuk mencegah akses
yang tidak disengaja ke dalam lift oleh individu .
e. Memicu alarm. Sering kali, ini akan menjadi kunci switch.
f. Tombol alarm atau switch, dimana penumpangnya dapat
digunakan untuk memberi sinyal bahwa mereka telah terjebak di
lift.
Sumber : Samsudin, 2012
E. Kapasitas Elevator / Lift
Biasanya lift penumpang tersedia dalam kapasitas dari 450-2700
kg dalam 230 kg bertahap. Umumnya penumpang lift di bangunan delapan
lantai atau kurang menggunakan system hidrolik atau listrik, yang dapat
mencapai kecepatan hingga 200 ft / min (1,0 m / s) hidrolik dan sampai
500 ft / min . Pada bangunan sampai dengan sepuluh lantai, gearless
cenderung memiliki kecepatan hingga 500 ft / min (2,5 m / s), dan di atas
lantai sepuluh kecepatan mulai pada 500 ft / min (2,5 m / s) sampai 2000 ft
/ min (10 m / s).
8
yang optimal untuk sirkulasi vertikal pada bangunan, sesuai dengan
fungsi dan jumlah pengguna bangunan rumah sakit.
4. Setiap bangunan rumah sakit yang menggunakan lift harus tersedia lift
kebakaran yang dimulai dari lantai dasar bangunan (ground floor).
5. Lift kebakaran dapat berupa lift khusus kebakaran atau lift penumpang
biasa atau lift barang yang dapat diatur pengoperasiannya sehingga
dalam keadaan darurat dapat digunakan secara khusus oleh petugas
kebakaran.
Sumber : Samsudin, 2012
9
BAB III
HASIL PENGAMATAN
A. Pelaksanaan
Kegiatan pengamatan dilakukan oleh mahasiswa semester 4 Diploma 4
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS yang
dilaksanakan pada :
Hari / tanggal : Kamis, 31 Mei 2018
Waktu : 09.00 – selesai
Lokasi : Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
Alamat : Jl. Kolonel Sutarto No.132, Jebres ,Surakarta.
B. Pengamatan
Kondisi fisik lift (elevator) di rumah sakit Moewardi adalah :
1. Lobby rumah sakit moewardi sudah cukup nyaman untuk sirkulasi
10
3. Pada ruang lift juga tidak dilengkapi handle atau pegangan rambat pada
ketiga sisinya.
4. Tombol dapat dilihat dan mudah dijangkau, dengan ketinggian 100 cm
dari muka lantai bangunan.
11
Penjelasan :
Pada lobby lift di RS DR. Moewardi sudah masuk kriteria standar karena
minimal luasnya adalah 1,85mx1,85m sedangkan pada lobby lift DR.Moewardi
memiliki luas 3mx3m. pada panel tombol lift di DR.Moewardi sudah masuk
kriteria standar karena pada standar berada pada kisaran 90-120cm sedangkan
pada panel tombollift di DR.Moewardi yaitu 100cm. tetapi pada pegangan lift di
DR. Moewardi belum masuk kriteria standar karena belum memiliki pegangan.
Dan untuk ukuran serta luas pintu lift sudah masuk kriteria standar karena
minimal ukuran serta luas pintu adalah 1,50mx2,30m dan 1,2m sedangkan ukuran
serta luas lift di DR.Moewardi adalah 2,10mx3,0m dan 1,4m
12
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Juwana, Jimmy S., 2005, Panduan Sistem Bangunan Tinggi untuk Arsitektur dan
Praktisi Bangunan, Erlangga, Jakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 Tentang Persyaratan
Teknis dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat
14