DI RUANG ICU
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Oleh :
Edy Tri Prayitno
30901401966
menyebabkan
rendahnya
ventilasi
perfusi
atau
shunting
gas alveolar
menunjukkan
adanya
b. Asthma
c. Chronic obstructive pulmonary disease
D.
Patofisiologi
1.
Hypoventilasi
Minute volum < Menyebabkan retensi CO2.
Penyebab :
a.
b.
c.
d.
Restriksi paru
2. Gangguan diffuse
Penyebab :
a.
Penumpukan cairan
b.
3. V/Q mismatch
V/Q rendah : perfusi > ventilasi : hypoksemia
dari
karena darah
seluruhnya ( Shunting )
Pengkajian Primer
1.
2.
Airway
a.
b.
Breathing
a.
3.
b.
c.
d.
Circulation
a.
b.
Sakit kepala
c.
G. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan fisik untuk mengetahui perubahan klinis yang terjadi :
penimbunan skret, kolaps paru, komplikasi lain.
Lakukan dengan : inspeksi dan palpasi ( ada ketinggalan gerak dada ), Perkusi
( resonan atau ada suara lain ) auskultasi ( vesikuler atau ada suara lain seperti
krekels / rales, mengi / ronki, atau friction rubs.
SUBYEKTIF
1. Riwayat penyakit / factor pencetus
2. Gejala hypoksemia / hyperkapnu
OBYEKTIF
1. Tanda dan gejala respiratory distress, hypoksemia, hypoksia, hyperkapnu
2. Analisa gas darah
3. Foto thorax
Diagnostik :
1.
2.
Pao2 50 60 mmhg
3.
4.
Foto thoraks
H. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi oksigen: pemberian oksigen rendah nasal atau masker
2. Ventilator mekanik dengan memberikan tekanan positif kontinu
3. Inhalasi nebulizer
4. Fisioterapi dada
5. Pemantauan hemodinamik / jantung
6. Pengobatan: bronkodilator, steroid
7. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
8. Keadaan Klinis
I. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sumbatan jalan
nafas dan kurangnya ventilasi sekunder terhadap retensi lender
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi protein dan
cairan dalam interstitial / area alveolar, hipoventilasi alveolar, kehilangan
surfakta
3. Resiko cidera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemasangan selang et
dengan kondisi lemah
5. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan kondisi tubuh tidak mampu
makan peroral
J. Intervensi
Diagnosis
Bersihan jalan
Perencanaan
NOC
Tujuan: Setelah
NIC
a. Catat karakteristik bunyi nafas
selama 1x 15 menit
Kriteria hasil:
kurangnya
a. Bunyi nafas
ventilasi sekunder
terhadap
karakteristik
bersih
nafas
retensi lendir
batuk,
atau hilang
posisi
tubuh
sesuai
indiaksi
untuk
Gangguan
j. Berikan bronkodilator
Perencanaan
NOC
NIC
Tujuan
:
setelah a. Kaji status pernafasan
pertukaran gas
berhubungan
selama
Diagnosis
1x1
penyebab
jam
gas
menimbulkan
ketidaknyaman
dalam pernafasan
dalam
Kriteria hasil:
interstitial /
a.
d. Observasi
area alveolar,
Perbaikan
oksigenasi
adanya
kecenderungan
hipoventilasi
adekuat: akral
alveolar,
hangat,
kehilangan
peningkatan
surfakta
kesadaran
b.
e. Berikan
sesuai
kebutuhan
f. Berikan bantuan nafas dengan
ventilator mekanik
c.
oksigen
Bebas distres
(SaO2)
pernafasan
Perencanaan
Diagnosis
Resiko
NOC
cidera Tujuan:
NIC
setelah a. Monitor ventilator terhadap
berhubungan
dilakukan
tindakan
dengan
keperawtan selama 1x
penggunaan
ventilasi
cidera
mekaniK
ventilasi mekanik
selama
peningkatan
tajam
pada
ukuran tekanan
barotrauma
c. Posisikan
untuk
selang
ventilator
mencegah
penarikan
selang endotrakeal
d. Kaji panjang selang ET dan
catat panjang tiap shift
e. Berikan antasida dan beta
bloker
lambung
sesuai
indikasi
f. Berikan sedasi bila perlu
g. Monitor
Diagnosis
terhadap
distensi
abdomen
Perencanaan
Resiko tinggi
NOC
Tujuan: Setelah
NIC
a. Evaluasi warna, jumlah,
terhadap infeksi
dilakukan tindakan
berhubungan
keperawatan selama
penghisapan
dengan
pemasangan
mengalami infeksi
Kriteria hasil :
a. Tidak muncul
tanda-tanda
infeksi
b. Kondisi klien
stabil
indikasi
c. Pertahanakan teknik steril bila
melakukan penghisapan
d. Ganti sirkuit ventilator tiap 72
jam
e. Lakukan pembersihan oral
tiap shift
infeksi
g. Alirkan air hangat dalam
selang ventilator dengan cara
eksternal keluar dari jalan
nafas dan reservoir humidifier
h. Pakai sarung tangan steril tiap
melakukan tindakan / cuci
tangan prinsip steril
i. Pantau keadaan umum
j. Pantau hasil pemeriksaan
laborat untuk kultur dan
sensitivitas
Diagnosis
Perubahan pola
NOC
Tujuan: Setelah
nutrisi
dilakukan tindakan
berhubungan
keperawatan selama
dengan kondisi
tubuh tidak
mempertahankan
mampu makan
pemenuhan nutrisi
peroral
tubuh
Kriteria hasil :
indikasi
a. Terdapat
perbaikan nutrisi
protein
b. Bb meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta:
EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik, Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik Depkes RI (2005) Standar Pelayanan Keperawatan di ICU
Jakarta.Depkes.
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines
for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M,
Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993