Anda di halaman 1dari 17

ACARA 7

I.

TUJUAN:
Acara ini bertujuan untuk melatih mahasiswa agar dapat melakukan
analisis data keruangan dan kewilayahan sederhana hingga kompleks
yang berupa: Memilih lokasi dengan memilih sejumlah kriteria yang
rumit

II.

ALAT DAN BAHAN:


Bahan untuk acara ini meliputi :
1. Basis

2.

data digital

Kabupaten Sleman

(disimpan

dalam

folder

C:\Praktikum MT2) yang terdiri dari :


Jalan dan batas administrasi mewakili kenampakan garis
Sungai. Shp, Perkebunan.shp dan landuse.shp (di bawah folder
C:\Praktikum MT2\shp) mewakili kenampakan poligon.
Buku catatan untuk mencatat proses dan hasil.

Adapun alat yang digunakan pada acara ini meliputi :

III.

Seperangkat komputer lengkap (CPU, monitor, mouse dan keyboard)

2
3

dengan Sistem Operasi Windows 98 (minimal)


Software ArcView Versi 3.2 atau Versi 3.3
Beberapa ArcView Extension misalnya Geoprocessing dan XTools.

PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang RI No. 4 tahun 1992, tentang perumahan
dan permukiman, arti rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Perumahan adalah hal yang langsung menyangkut berbagai aspek
kehidupan dan harkat hidup manusia. Beberapa faktor yang berpengaruh

pada pembangunan perumahan saat ini adalah : kependudukan,


pertanahan, daya beli masyarakat, perkembangan teknologi dan industri
jasa konstruksi, kelembagaan, peraturan dan perundang-undangan,
swadaya dan swakarsa serta peran serta masyarakat dalam pembangunan
perumahan (Yudhohusodo, 1991:85-96).
Faktor perubahan nilai-nilai budaya masyarakat juga sangat
berpengaruh pada pembangunan perumahan, hal ini jelas terlihat pada
masyarakat perkotaan, karena sifatnya yang dinamis dan pluralistis,
masyarakat kota mempunyai ciri budaya yang beraneka ragam.
Dalam membuat keputusan tentang rumah, manusia akan
memperhitungkan antara nilai rumah yang ada dengan kebutuhan masingmasing individu, meliputi : prosedur, barang dan pelayanan. Hal yang
paling penting adalah tentang lokasi dan akses kepada masyarakat dan
tempat-tempat lain, biaya sewa dan kemudahan untuk dipindah tangankan,
serta privasi dan kenyamanan (Turner, 1976 : 64).
Kriteria Pembangunan Perumahan
Berdasarkan petunjuk Rencana Kawasan Perumahan Kota yang
disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun 1997, suatu kawasan
perumahan selayaknya memenuhi persyaratan dasar untuk pengembangan
kota, yakni :

Aksesibilitas, yakni kemungkinan pencapaian dari dan ke


kawasan perumahan dalam bentuk jalan dan transportasi.

Kompatibilitas, yakni keserasian dan keterpaduan antara


kawasan yang menjadi lingkungannya.

Fleksibilitas,

yakni

kemungkinan

pertumbuhan

fisik/pemekaran kawasan perumahan dikaitkan dengan


kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.

Ekologi, yakni keterpaduan antara tata kegiatan alam yang


mewadahinya.

Sedangkan prasarana dan sarana yang perlu disediakan adalah :


Prasarana

Sarana

Air bersih dan listrik.

Pendidikan, mulai dari TK, SD, SMP dan

Pembuangan air hujan dan air kotor (limbah)

SMA

Jalan lingkungan.

Kesehatan, seperti : Balai pengobatan, RS

Pembuangan sampah

Bersalin (BKIA), Puskesmas, praktek dokter


dan apotik.
Perniaagaan dan industri.
Pemerintahan dan pelayanan umum
Kebudayaan dan rekreasi.
Peribadatan
Olahraga dan taman

Sumber : Dep. PU : Standar-standar Rencana Perkampungan, 1984 dan Pedoman


Perencanaan Lingkungan, 1983.

Identifikasi Faktor dalam Menentukan Lokasi Perumahan


Perumahan mempunyai fungsi dan peranan yang penting, Rees dalam Yeates dan
Garner (1980:291) berpendapat bahwa terdapat tiga elemen yang mempengaruhi
keputusan seseorang atau sebuah keluarga dalam menentukan pilihan lokasi
tempat tinggal, yaitu:

Posisi keluarga dalam lingkup sosial, mencakup status sosial ekonomi

(pendidikan, pekerjaan dan penghasilan).


Lingkup perumahan, mencakup: nilai, kualitas dan tipe rumah.
Lingkup komunitas.
Lingkup fisik atau lokasi rumah.

Hubungan antara perilaku manusia di dalam area perkotaan dengan ruang


sosial di perkotaan telah banyak diteliti, sampai saat ini para ahli geografi telah
mengidentifikasikan bahwa gaya hidup, status sosial, dan tingkat kehidupan
sangat berpengaruh di dalam hubungan antar tingkah laku individu dengan
lingkungan spasial. (Golledge & Stimson, 1990:267).
Perpindahan manusia dari satu lokasi ke lokasi lain di perkotaan
memegang peranan penting dalam membentuk area sosial perkotaan. Penilaian
lokasi perumahan antara individu pasti berbeda, hal ini disebabkan latar belakang
tingkat kebutuhan dan kepentingan yang berbeda-beda. (Knox, 1989:171-173).
Pengetahuan tentang lokasi perumahan diperoleh dari interaksi antar
individu, setelah berproses, informasi yang diperoleh tersebut akan mempengaruhi
pandangan tentang populasi dan pendapat/persepsi tempat tinggalnya. Individu
tersebut akan membentuk kelompok yang membentuk variasi kluster. Kluster dari
individu-individu yang mempunyai persamaan di dalam ekonomi, sosial dan
politik akan mempunyai referensi yang sama tentang lokasi tempat tinggal.
Kerangka dari referensi ini merupakan hasil dari beberapa faktor termasuk usia,
latar belakang sosial, kepercayaan (agama) dan latar belakang etnis.

IV.

LANGKAH KERJA

I. Pembuatan Project baru dalam ArcView


Lakukan

langkah-langkah

pembuatan

project

baru

dalam

ArcView

yang berisikan kenampakan untuk:


Nama View
View3

Kenampakan (Theme)
-Jalan, Batas (arc), -Sungai (poligon)
-

Atur legenda dari masing-masing kenampakan

sesuai dengan kaidah

kartografi sehingga kenampakan dalam View3 seperti yang disajikan pada


Gambar 7.1. Simpan project baru tersebut dengan nama Acara7.apr.

Gambar 7.1. Tayangan View3 dalam Project Acara7.apr

II. Melakukan analisis unsur spasial


Proses berikutnya
kriteriakriteria

adalah melakukan pemilihan

yang telah ditentukan

lokasi menggunakan

dalam skenario terhadap project

yang bernama Acara7.apr dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Memilih lokasi yang memenuhi sejumlah kriteria yang rumit


Tugas :
Tentukan lokasi perumahan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

Lahan berupa belukar, rumput, tegalan

Jarak dari sungai utama minimal 100 m, dan maksimal 250 m.

Jarak maksimal dari jalan arteri/kolektor 1 km

Luas minimal 7 Ha.

Langkah-Langkah:
1.

Pilih Jalan, lakukan query untuk memilih kriteria jalan arteri dan jalan kolektor

2.

Pilih menu Xtools, kemudian pilih Buffer Selected Feature

3.

Pilih Meter pada dialog box buffer unit

4.

Pilih Jalan pada dialog box In Theme

5.

Simpan lokasi file pada folder yang diinginkan

6.

Pilih Buffer Distance pada buffer input

7.

Masukkan nilai 1000 m pada buffer distance

8.

Pilih Line pada Line Buffer Options

9.

Pilih Contiguous pada Output structure

10.

Langkah selanjutnya adalah melakukan buffer pada sungai, pilih atribut sungai
kabupaten Sleman, kemudian lakukan query untuk memilih sungai dan sungai

musiman

11.

Jika sudah terpilih selanjutnya adalah melakukan buffer, lakukan langkahnya


persis dengan buffer pada jalan

12.

Untuk buffer minimal sungai masukkan nilai 100

13.

Untuk buffer maksimal pada sungai masukkan nilai 250

14.

Jika sudah, selanjutnya pilih menu Xtools: Erase Features, untuk menghapus fitur
buffer maksimal sungai dengan fitur buffer inimal sungai

15.

16.
17.

Selanjutnya simpan hasil erase features tersebut pada folder yang diinginkan

18.

Lakukan intersect atribut kelurahan dengan jalan, hasilnya akan terlihat seperti
gambar dibawah ini

19.

Selanjutnya lakukan intersect terhadap intersect antara kelurahan dan jalan tadi
dengan atribut sungai, hasilnya akan terlihat seperti gambar dibawah ini

20.

Selanjutnya pilih atribut penggunaan lahan untu memilih belukar, rumput, dan
tegalan

21.

Lakukan intersect dari hasil intersect kelurahan, jalan, dan sungai, intersectkan
dengan atribut penggunaan lahan, hasilnya akan terlihat seperti gambar dibawah ini

22.

Pilih menu Xtools, lakukan convert multiples shape to single shape pada hasil
final intersect yang sudah dilakukan

23.

Lakukan layout pada hasil peta pemilihan perumahan

V.

VI.

HASIL PRAKTIKUM
1. Peta Lokasi Perumahan Kabupaten Sleman (Terlampir)

PEMBAHASAN
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan dalam menentukan lokasi perumahan, diantaranya adalah:
Aksesibilitas ke pusat kota: jalan raya utama, sekolah dan tempat

rekreasi.
Karakteristik fisik dan lingkungan permukiman: kondisi jalan,

pedestrian, pola jalan dan ketenangan.


Fasilitas dan pelayanan: kualitas dari utilitas, sekolah, polisi dan

pemadam kebakaran.
Lingkungan sosial: permukiman bergengsi, komposisi sosial ekonomi,

etnis dan demografi.


Karakteristik site rumah: luas tanah, luas bangunan, jumlah kamar dan
biaya pemeliharaan.

Dari beberapa faktor tersebut, pada umumnya faktor aksesibilitas


merupakan faktor yang paling mempengaruhi keputusan seseorang dalam
menentukan lokasi tempat tinggal. Kualitas kehidupan yang berupa
kenyamanan dan keamanan dari suatu rumah sangat ditentukan oleh
aksesibilitas lokasi dan lingkungannya. Aksesibilitas merupakan daya
tarik yang ditentukan oleh kemudahan dalam pencapaian ke berbagai
pusat kegiatan seperti pusat perdagangan, pusat pendidikan, daerah
industri,

jasa

pelayanan

perbankan,

tempat

rekreasi,

pelayanan

pemerintahan, jasa profesional dan bahkan merupakan perpaduan antara


semua kegiatan tersebut.
Dalam kriteria penentuan lokasi perumahan, setidaknya terdapat 4
kriteria yang harus dipenuhi, yaitu: aksesibiltas menuju jalan arteri atau
kolektor maksimal 1 km, jarak dari sungai minimal 100 m dan maksimal
250 km, jenis lahan berupa tegalan, rumput, dan belukar, serta luas lahan
minimal 7 Ha. Pada peta calon lokasi perumahan kabupaten Sleman
terlihat titik-titik lokasi calon perumahan yang sudah memenuhi kriteria

dari segi aksesibilitas menuju jalan, jarak dari sungai, dan jenis lahan.
Namun untuk kriteria yang terakhir, yaitu luas lahan minimal 7 Ha hanya
terdapat 4 lokasi yang memenuhi kriteria, dua diantaranya berada di desa
Hargobinangun, Pakem; sedangkan sisanya berada di Desa Madurejo,
Prambanan; dan desa Caturtunggal, Depok. 4 lokasi ini merupakan lokasi
yang benar-benar memenuhi kriteria sebagai calon lokasi perumahan
dibandingkan calon lokasi lain yang luasnya kurang dari 7 Ha.
4 lokasi calon perumahan yang memenuhi kriteria tersebut
seluruhnya berada di lahan tegalan dengan luas yang bervariasi. Desa
Madurejo memiliki luas 9,7 Ha, desa Caturtunggal memiliki luas 8,8 Ha,
sedangkan desa Hargobinangun memiliki luas 8,5 Ha dan 32,5 Ha. Dari
keterangan luas lahan tersebut terlihat bahwa desa Hargobinangun
memiliki luas lahan yang cukup mencolok dibandingkan lokasi lainnya.
Namun lokasinya yang berada di utara dan agak jauh dari pusat kota
membuatnya kurang menarik minat developer untuk membangun
perumahan di sana. Sedangkan untuk desa Madurejo sendiri cukup bagus
karena lokasinya yang dekat dengan perbatasan provinsi antar DIY dengan
Jawa Tengah. Lokasi perumahan di desa Caturtunggal bisa dikatakan
sebagai lokasi calon perumahan paling ideal dibandingkan dengan lokasi
lainnya, karena letaknya yang dekat dengan pusat kota Yogyakarta. Karena
itu diperkirakan nilai tanahnya juga akan jauh lebih mahal dibandingkan
lokasi perumahan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asteriani, Febby (2005). Analisis Peringkat Faktor-Faktor Pemilihan Lokasi
Ruko Dari Sudut Pandang Pengguna dan Pengembang Ruko Di Kota
Pekanbaru. Tesis S-2 MPKD, UGM, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai