Oleh
Aqmarina
(1112070000113)
Edlyn Fadhilah
(1112070000104)
(1112070000112)
Kelas IV C
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
HEREDITY AND PERSONALITY
genetis.
Mayoritas gen manusia adalah sama, dihasilkan dari kemiripan yang
ada contohnya manusia mempunyai 10 jari kaki, 10 jari tangan, 32 gigi, 2
lengan, 2 mata, dan lainnya. Tetapi secara relatif gen yang minoritas akan
berbeda pada setiap orang dan ini membuat kekhususan individu secara
genetis. Gen minoritas satu-satunya yang mempengaruhi perbedaan variasi
antara orang-orang dalam karakteristik tertentu seperti warna mata dan
tinggi, dan mungkin aspek
sampai sekarang. Pertanyaan yang kami ingin tanyakan adalah peran dari
perbedaan genetic antara individu sebagai pengaruh terhadap personaliti.
Kebanyakan yang telah kita ketahui akar genetis dari personaliti
datang dari penelitian yang membandingkan kemiripan personaliti yang
ditunjukkan oleh individu yang berbeda dalam tingkatan gen dan lingkungan
yang sama. Kesepakatan yang besar telah ditemukan dalam beberapa tahun
terakhir tentang efek dari keturunan dan lingkungan pada personaliti dan
hasilnya sangat berdampak untuk pemikiran seseorang tentang kealamian
manusia.
Untuk mengtahui lebih dahulu apa yang ingin kita lihat dalam bab ini,
penelitian genetis pada personaliti menghasilkan literatur yang kompleks,
tetapi itu mempunyai satu pesan: Gen memainkan peran dalam personaliti
dan itu muncul sebagai yang lebih besar dibanding penelitian sebelumnya.
Contohnya, ini diyakini bahwa disposisi seperti ini sebagai ekstraversi atau
introversi yang memiliki dasar genetis biologis.
kemiripan
gen
sebesar
50%.
Dalam
tingkatan
factor
genetis
yang
banyak
sifat
personaliti.
Kemiripan
dalam
kembar
identic
Identical Twins
Fraternal Twins
General ability
.86
.62
Special abilities
.74
.52
Personal scales
.50
.28
.37
.20
Fraternal Twins
Identical Twins
Reared
Reared
Reared Apart
Extraversion
Together
.51
Together
.18
.38
Neuroticism
.46
.20
.38
agreeableness,
conscientiousness,
dan
culture
(openness
to
My life is fast-paced
I usually seem to be in hurry
Emotionality sering diartikan sebagai kecendurungan untuk menjadi terpicu secara fisiologis
dan merupakan emosi negative yang kuat seperti marah, takut, dan distress. Walaupun tidak
semua peneliti setuju dengan definisi tersebut. Mereka menemukan bahwa intensitas emosi yang
dialami individu tidak bergantung pada sebererapa sering mereka memiliki perasaan tersebut. Ini
menunjukkan bahwa dua komponen emosional harus dipertimbangkan secara terpisah.
Contohnya, jika Jane jarang mengalami ketakutan tapi menjadi sangat ketakutan pada beberapa
situasi, emosinya akan berbeda dari seseorang yang sering mengalami ketakutan sedang tetapi
tidak pernah takut yang berlebihan. Lebih lanjut, emosi positif dan negatif berfungsi secara
indepenen dan harus diukur secara terpisah. Contohnya, orang yang sering mengalami emosi
positif mungkin atau mungkin juga tidak mengalami emosi negative. Pada variasi ini, terdapat
persetujuan bahwa emosional adalah aspek penting pada tempramen.
Sociability menunjukpada tingkatan individu berinteraksi dan bersama dengan orang
lain.
Activity diartikan berkaitan dengan kekuatan atau intensitas melakukan respon dan
kecepatan tempo mereka. ini merujuk kepada perbedaan individu dalam dimensi yang derange
dari hiperaktif sampai yang sangat malas.
Dalam warisan disposisi geneitk ini terlihar mempunyai perana yang signifikasn dan
fakta-faktanya meningkat tajam. Diagram 14.1 mengilustrasikan tipe hasil ini lebih konkrit. Itu
menunjukan bahwa dalam dimensi emosi, kembar identik dinilai lebih mirip oleh ibu mereka
dibandingkan dengan kembar fraternal.
Meskipun hasilnya mengesankan, namun sangat susah untuk menginterpretasikannya.
Beberapa kemiripan yang ditemukan bisa saja mencerminkan bahwa ibu mereka memperlakukan
kembar identik dengan cara yang sama, begitu juga dengan orang-orang dilingkungannya. Para
ibu mungkin juga telah terpengaruh dalam penilaian mereka tidak hanya oleh perilaku kembar
tetapi oleh ekspektasi dan prakonsepsi untuk kembar identic dan fraternal. Meskipun begitu,
hasil seperti ini cenderung didapat secara konsisten bahwa terdapat peran genetic dalam
personality terhadap tempramen dari emosi, aktivitas, dan sosiabiliti. Tinjauan yang
komprehensif pada penelitian ini menyimpulkan bahwa: perbedaan individu dalam sifat yang
temperamen bisa dihubungkan terhadap variasi genetis diantara anak-anak.
1
0.8
0.73
0.63
0.6
Correlations
0.4
0.2
0.2
0
Boys 0
Monozigot
Girls
Dizigot
Peneliti genetic yang memeriksa perbedaan antara anak dalam tempramen tidak bisa
memakai kuesioner self-report dengan partisipan yang masih muda, oleh karena itu mereka
menggunakan alat ukur yang lain, seperti penilaian langsung terhadap perilaku anak oleh
observer. Dengan sedikit pengecualian, penelitian observasional terhadap kembar yang masih
muda memperlihatkan pengaruh genetic untuk karakteristik yang berbeda dalam penelitian anak
kembar dan adopsi. Karakteristik ini termasuk tingkatan dimana perilaku anak tersebut dilarang,
yaitu aspek dari ketakutan dan rasa malu di observasi saat dirumah dan dalam laboratorium; level
aktifitas dan empati.
attitude and beliefs. Pengaruh genetic juga terlihat memainkan peran dalam perbedaan
individu pada sikap dan keyakinan. Hasil didapatkan dari jumlah penelitian anak kembar,
termasuk anak kembar yang diadopsi dan dibesarkan terpisah. Untuk mengilustrasikan pengaruh
genetic yang substansial telah ditemukan dalam tradisionalisme, orientasi umum yang
menjelaskan tentang sikap konservatif pada topic yang berbeda dan sikap-sikap yang lain juga
terlihat menunjukkan pengaruh genetic.
Individu yang mempunya sikap yang diturunkan bisa saja berbeda dari mereka yang
secara sistematis mempunyai sikap yang sedikit diturunkan, dan menguji setiap perbedaan
memberikan pencerahan pada kealamian pengaruh genetic. Contohnya, pada suatu penelitian
peneliti memisahkan banyak sikap tertentu kedalam 2 bagian. Bagian pertama berisi sikap-sikap
yang lebih banyak diturunkan (seperti sikap tentang the death penalty and about jazz). Dan
bagian lainnya terdiri dari sikap-sikap yang sedikit diturunkan (seperti sikap tentang coeducation,
straightjacket, and the truth of Bible). Lalu peneliti menyusun disain situasi eksperimen untuk
merubah sikap-sikap pada mahasiswa. Dia menemukan bahwa sikap yang lebih banyak
diturunkan lebih sulit untuk di pengaruhi.
Aggressive and AltruisticTendencies. Penelitian yang dilakukan kepada kembar dewasa
juga menunjukkan pengaruh gen pada aspek lain dari perilaku sosial. Misalnya, laporan diri
kuesioner agresivitas yang diperoleh dari sejumlah besar pasangan kembar di Inggris (Rushton et
al., 1986). Anak kembar tersebut menjawab pertanyaan seperti: "Saya mencoba untuk tidak
menyusahkan orang lain," dan "Beberapa orang berpikir saya memiliki temperamen kekerasan."
Kuesioner altruisme meminta frekuensi perilaku seperti "Saya pernah menyumbangkan darah,"
dan "saya pernah menunjukkan arah kepada orang asing." Dalam pasangan kembar identik
(monozigot), jawaban yang didapatkan secara kebetulan lebih mirip dari yang diperkirakan
sedangkan antara kembar fraternal, korelasi itu hanyalah pada tingkat kesempatan. Hasil ini
terjadi baik untuk laki-laki dan untuk perempuan. Menggunakan teknik statistik yang canggih,
para peneliti memperkirakan bahwa genetika menyumbang sekitar 50 persen dari perbedaan
individu dalam jawaban tes.
Romantic Love. Meskipun gen tampaknya langsung atau tidak langsung mempengaruhi
perbedaan individual pada sebagian besar pengukuran kepribadian, serta pada sikap sosial,
termasuk self-esteem (harga diri) masyarakat (contohnya, McGuire et al., 1994), salah satu
daerah yang tampaknya berada di luar DNA adalah cinta yang romantis. Sebuah studi keluarga
perilaku kembar genetik yang difokuskan pada genetik dibandingkan dengan pengaruh
lingkungan terhadap perbedaan individu dalam gaya cinta romantis dewasa. Para peserta berasal
dari 890 kembar dewasa dan 172 pasangan dari California Twin Registry dan mereka telah
menikah selama rata-rata belasan tahun (Wailer & Shaver, 1994). Enam gaya cinta yang berbeda
diukur, mulai dari yang menghargai gairah, semangat, keintiman, keterbukaan diri dan "jatuh
cinta dari awal," sampai yang menghargai hubungan yang penuh kasih sayang dan dapat
diandalkan dan memiliki persahabatan dan persahabatan (dengan item seperti "sulit bagi saya
untuk mengatakan kapan tepatnya persahabatan kami berubah menjadi cinta.").
Temuan menunjukkan bahwa bagaimana orang-orang mencintai hampir sepenuhnya
karena lingkungan dan pada dasarnya tidak terpengaruh oleh pengaruh genetik. Bahkan, hal ini
adalah salah satu domain di mana pengaruh dari lingkungan keluarga yang ternyata menjadi
sangat penting (Wailer & Shaver, 1994). Sebagai peneliti mencatat ". . . gaya cinta dapat
dipelajari selama awal keluarga atau bersama interaksi ekstra-familial dan kemudian
dipraktekkan dalam hubungan romantis".
1988.). Hasilnya mengejutkan bahkan banyak dari para peneliti yang telah lama yakin bahwa gen
mempengaruhi kepribadian.
Dalam penelitian ini, Bouchard, Tellegen, dan rekan-rekan mereka lebih dari satu dekade
mempelajari sampel pasangan kembar identik (monozigot) yang dibesarkan secara terpisah yang
dipisahkan sejak awal kehidupan (rata-rata sebelum akhir bulan kedua). Mereka dibesarkan di
keluarga yang berbeda, tapi kebanyakan di negara-negara berbahasa Inggris. Sebagai orang
dewasa, tanggapan mereka dinilai pada banyak tindakan medis dan psikologis, termasuk skala
kuesioner kepribadian dan tes kecerdasan (seperti yang terlihat pada Tabel 14.4). Kebanyakan
dari pasangan kembar ini tidak melihat satu sama lain untuk rata-rata sekitar 30 tahun, meskipun
beberapa memiliki kontak selama bertahun-tahun. Perbandingan dilakukan dengan sampel yang
lebih besar dari pasangan kembar yang dibesarkan bersama-sama dan dibesarkan di Minnesota.
Tabel 14.4: Istilah dari skala kepribadian dalam Studi Kembar yang Dibesarkan Terpisah dan
Bersama.
Kesejahteraan
Kontrol
Potensi sosial
Menghindari bahaya
Prestasi
Tradisionalisme
Kedekatan sosial
Penyerapan
Reaksi stres
Emosionalitas positif
Pengasingan
Emosionalitas negatif
Agresi
Ketidakleluasaan
Ada contoh kesamaan psikologis yang dramatis dalam pasangan kembar, bahkan kembar
yang dibesarkan dalam lingkungan yang sangat berbeda selama 30 tahun atau lebih dalam
banyak kasus. Anak kembar ini tampaknya berbagi beberapa tingkah laku cukup khas, postur,
sikap, dan minat. Sebagai contoh, dalam beberapa kasus mereka berpose sama untuk foto.
Beberapa pasangan ternyata memiliki tinggi yang hampir sama, berat badan sama, jumlah
pernikahan dan anak-anak yang sama, kebiasaan minum dan merokok yang sama, tingkah laku
atau perangai yang sama, pakaian yang sama, makanan, dan preferensi perhiasan, gejala-dan
fisik yang mirip dengan skor serupa pada tes kepribadian (misalnya, Segal 1999). Banyak juga
yang cepat merasakan hubungan emosional yang erat satu sama lain meskipun mereka telah
menghabiskan seluruh hidup mereka secara terpisah.
Ada juga kesamaan yang kuat di banyak hasil tes dari kembar identik. Hal yang paling
menarik adalah, kesamaan tinggi yang hampir sama untuk kembar monozigot yang dibesarkan di
rumah yang berbeda seperti itu, dengan mereka yang dibesarkan dalam keluarga yang sama
(seperti yang terlihat pada Tabel 14.2). Bouchard dan rekan (1990) menghubungkan bahwa
sekitar 70 persen dari perbedaan individu ditemukan dalam kecerdasan faktor keturunan. Mereka
menafsirkan efek hereditas pada kepribadian (sebagaimana dinilai pada kuesioner mereka)
menjadi sekitar 50 persen dan efek dari lingkungan keluarga menjadi hal yang tidak terlalu
penting (Tellegen dan rekan, 1988). Demikian juga, studi kembar dari Big Five Factors
menyarankan " Hal yang dibagi adalah gen, bukan berbagi pengalaman, terutama dalam
menentukan kemiripan keluarga 'kerabat sedarah".
Beyond Self-Report Measures
Salah satu temuan yang paling mengejutkan dari penelitian genetik pada kuesioner self-report
kepribadian adalah bahwa dari sekian banyak sifat-sifat yang telah dipelajari hampir semua
menunjukkan pengaruh genetik. Hal ini mungkin karena semua sifat-sifat ini sebenarnya
mencerminkan kecenderungan genetik. Tapi setidaknya beberapa kesamaan mungkin terletak
pada mata yang melihatnya. Misalnya, kembar identik yang memiliki tingkat toleransi frustrasi
yang lebih tinggi mungkin berpikir dan jujur mengatakan bahwa mereka mengalami emosi
negatif yang lebih sedikit daripada yang lain, kurang merasa khawatir, dan jarang merasa cemas,
bukan karena mereka mengalami perasaan-perasaan ini kurang daripada orang lain, tetapi karena
mereka merasa tidak terlalu terganggu oleh mereka. Oleh karena itu sangat penting untuk
menggunakan pengukuran kepribadian selain kuesioner self-report untuk menyelidiki apakah ada
atau tidak hasil ini entah karena bias dalam self-report karena mengukur diri sendiri.
Untuk mengatasi hal ini, peneliti memberikan ukuran dari faktor kepribadian Big Five
hampir seribu pasang kembar (Riemann, Angleitner, & Strelau, 1997) di Jerman dan Polandia.
Mereka juga memperoleh peringkat kepribadian masing-masing pasangan kembar oleh dua rekan
yang berbeda (yang cukup setuju dengan satu sama lain dalam penilaian mereka tentang
kepribadian masing-masing pasangan kembar).
Rata-rata, penilaian yang diberikan oleh dua rekan tersebut berkorelasi .55 dengan
penilaian self-report si kembar, menyediakan validitas penilaian yang cukup bagi mereka. Tabel
14.5 menunjukkan korelasi kembar untuk "Big Five" ciri-ciri kepribadian, yang mirip dengan
yang diringkas dalam Tabel 14.2, dengan korelasi rata-rata 0,52 untuk kembar identik dan .23
untuk kembar fraternal. Kenyataan bahwa penilaian dari rekan juga menunjukkan pengaruh
genetik, hal itu membantu mendukung kesimpulan yang dicapai sebelumnya berdasarkan
kuesioner self-report.
Sejauh ini dalam bab ini kita telah meninjau beberapa temuan utama yang menunjukkan
efek signifikan warisan genetik seseorang pada kepribadian yang berkembang. Sebagian besar
penelitian ini menggunakan indeks heritabilitas untuk memperkirakan ukuran efek ini. Karena
metode dan kesimpulan memungkinkan terjadi kesalahpahaman, hal itu harus diperiksa dengan
teliti. In Focus 14.1 membahas kesalahpahaman ini dan menjelaskan arti dari indeks ini.
Tabel 14.5: Studi Pasangan Kembar Menggunakan Self-report dan Penilaian Rekan dari "Big
Five"
Extraversion
Neuroticism
.53
.13
.43
-.03
Agreeableness
.42
.19
.32
.18
Conscientiousnes
.54
.15
.43
.18
.54
.35
.48
.31
Culture
IN FOCUS 14.1:
Understanding Heritability and The Heritability Index
Upaya untuk memahami implikasi dari heritabilitas kepribadian telah dirusak oleh
kesalahpahaman yang tersebar luas. Mari kita membahas beberapa yang paling umum.
The Heritability Index. Korelasi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 14.5 digunakan oleh
ahli genetika perilaku untuk memperkirakan persen dari variasi nilai dalam mengukur perbedaan
individu yang disebabkan faktor genetik. Perhitungan indeks ini sangat mudah, tapi
interpretasinya tidak. Untuk menghitung itu, pasang kembar fraternal dengan jenis kelamin yang
sama dibandingkan dengan pasangan kembar identik dengan jenis kelamin yang sama pula pada
variabel tertentu. Untuk setiap jenis kembar, para peneliti menghitung korelasi antara pasangan
kembar identik dengan indeks kesamaan mereka, serta hubungan antara pasangan kembar
fraternal. Mengurangkan kedua dari yang terlebih dahulu, dan kemudian mengalikan hasilnya
dengan 2, menghasilkan indeks heritabilitas. Ini adalah perkiraan dari peran heritabilitas dalam
akuntansi untuk perbedaan individu pada variabel yang diteliti. Hasil dengan menggunakan
perkiraan ini sampai saat ini menunjukkan bahwa heritabilitas memainkan peran penting dalam
banyak aspek kepribadian.
The Meaning of High Heritability. Studi pasangan kembar adalah langkah pertama yang
berharga untuk menjawab apakah faktor genetik berkontribusi terhadap perbedaan individu
dalam kepribadian. Namun indeks heritabilitas mereka harus dihitung dan ditafsirkan dengan
hati-hati karena beberapa alasan (misalnya, Dickens & Flynn, 2001):
1. Pertama, estimasi heritabilitas selalu terbatas pada populasi tertentu yang dipelajari dalam
penelitian yang dilaporkan dan yang mereka hitung. Ini adalah peringatan penting bahwa
genetika perilaku umumnya menekan tetapi banyak pembaca sering gagal untuk
menghargai. (Goldsmith, 1991). Nilai duga heritabilitas tidak menyediakan indeks
absolut sejauh mana karakteristik tertentu dipengaruhi oleh gen. hal yang tidak masuk
akal untuk berpikir misalnya bahwa agresivitas Joe terdiri dari 30 persen pengaruh
genetik dan 70 persen pengaruh lingkungan atau bahwa keterampilan balet Susan adalah
20 persen dari genetik dan 80 persen dari sekolah balet dan praktek. Jika semua anak
mengambil pelajaran balet, maka porsi yang lebih besar dari perbedaan antara anak-anak
dalam keterampilan balet mungkin karena variasi dalam sumbangan genetik mereka. Tapi
jika hanya beberapa anak mengambil pelajaran balet, maka seberapa baik anak-anak
dapat melakukan pirouettes mungkin tergantung pada ketersediaan kursus balet. Secara
umum, indeks heritabilitas tergantung pada variasi lingkungan yang ada dalam suatu
masyarakat tertentu di mana penelitian dilakukan. Semakin homogen lingkungan, maka
semakin besar indeks heritabilitas. Dengan demikian, indeks heritabilitas mencerminkan
karakteristik suatu populasi, bukan individu. Jika lingkungan psikologis anak-anak yang
tidak terlindungi menjadi lebih homogen di budaya yang berbeda, misalnya karena
komunikasi global dan pengaruh media, hasilnya akan ada peningkatan proporsi relatif
dari pengaruh genetik pada variasi yang diamati di antara orang-orang. Nilai duga
heritabilitas mengerjakan index bagian dari variabilitas individu yang berkaitan dengan
variabilitas genetik yang ada dalam populasi. Jika karakteristik ini sangat penting bahwa
setiap variasi dalam gen yang mempengaruhi itu dapat mengurangi kecocokan evolusi
individu, indeks heritabilitas akan mendekati 0. Itu terjadi karena semua individu
cenderung identik berkaitan dengan gen, dan setiap variabilitas diamati dalam
karakteristik yang cenderung berasal dari perbedaan lingkungan.
2. Kedua, bahkan ketika pasangan kembar identik yang dibesarkan secara terpisah,
kesamaan mereka dalam pengukuran kepribadian tidak selalu karena gen mereka untuk
kepribadian itu sendiri. Misalnya, ketertarikan dan nilai-nilai yang sama pada kembar
identik mungkin sebagian karena refleksi bentuk tubuh dan penampilan mereka yang
sama, konstitusi, kemampuan, keterampilan, dan karakteristik fisik daripada setiap gen
untuk kepribadian. Kualitas-kualitas fisik dapat menyebabkan orang lain memperlakukan
mereka sama bahkan ketika pasangan kembar hidup dalam lingkungan yang berbeda.
Sebuah ketertarikan yang sama untuk menjadi seorang model, misalnya, mungkin bisa
dikatakan lebih karena warisan di wajah daripada kepribadian. Kualitas fisik yang sama
juga dapat menyebabkan masing-masing pasangan kembar untuk melihat dirinya sendiri
dengan cara yang agak mirip, misalnya, sebagai orang yang sangat menarik atau tidak
menarik, atau sebagai orang yang kuat secara fisik dan terampil dan kompeten atau lemah
yang tidak efektif. Hal ini suatu saat dapat mempengaruhi aspek seperti kepribadian
sebagai konsep diri, kepercayaan diri, dan sejumlah karakteristik yang terkait.
3. Ketiga, seperti yang disebutkan sebelumnya, banyak studi yang membandingkan
kemiripan kembar identik dan fraternal yang tumbuh bersama-sama menarik sebagian
besar jawaban mereka pada kuesioner self-report kepribadian (ukuran yang paling sering
digunakan). Pada tes ini, kembar identik mungkin memberikan beberapa jawaban yang
sama bukan hanya karena mereka memiliki gen yang sama, tetapi juga mereka mungkin
mengidentifikasi satu sama lain lebih dekat dan lebih meniru satu sama lain, atau
mungkin diperlakukan sama oleh orang tua dan orang lain, dan karena itu menjadi lebih
sama dalam segala macam cara. Sebagai contoh, mereka mungkin sering memakai
pakaian yang lebih mirip dan berbagi lebih banyak kegiatan dan waktu bersama. Sama
seperti kesamaan yang lebih besar dalam berpakaian antara kembar identik, tidak selalu
berarti bahwa selera pakaian ditentukan oleh genetik, penting untuk berhati-hati sebelum
menyimpulkan bahwa kesamaan dalam jawaban atas kuesioner self-report tentang ciri
selalu menyiratkan heritabilitas genetik tertentu dari ciri tersebut.
4. Keempat, koefisien heritabilitas yang tinggi tidak selalu berarti bahwa karakteristik
khusus tidak bisa diubah secara signifikan. Bahkan ketika genetik penting mempengaruhi
perbedaan individual dalam sifat, sifat tersebut kemungkinan termodifikasi oleh pengaruh
lingkungan. Contohnya, genetik yang kuat mempengaruhi tinggi badan, berarti perbedaan
tinggi badan antara individu sampel sebagian besar disebabkan oleh perbedaan genetik.
Namun, bahkan ketika suatu sifat yang sangat diwariskan mungkin dipengaruhi oleh
lingkungan. Tinggi rata-rata orang Eropa telah naik lebih dari 20 cm dalam 150 tahun
terakhir. Jadi, meskipun tinggi sangat diwariskan, intervensi lingkungan seperti
meningkatkan gizi dan kesehatan anak-anak dapat mempengaruhi hal itu. Memang,
faktor lingkungan tampaknya diperhitungkan dalam kenaikan rata-rata tinggi badan lintas
generasi, meskipun dalam setiap generasi perbedaan individu dalam tinggi badan
merupakan hal yang sangat diwariskan. Sebagai contoh lain, mempertimbangkan peran
warisan dalam kecerdasan. Penelitian dengan anak kembar yang dibesarkan di berbagai
lingkungan (baik bersama-sama atau terpisah) menunjukkan bahwa kecerdasan yang
diukur pada tes standar cenderung semakin mirip dengan tingkat bahwa individu
memiliki peningkatan proporsi gen yang sama (Cartwright, 1978;. Plomin et al, 1997 ,
Vandenberg, 1971). Namun, sementara sumbangan genetik seseorang dapat menetapkan
batas atas atau batas tertinggi pada sejauh mana kecerdasan dapat dikembangkan (Royce,
1973), lingkungan yang dapat membantu atau menghalangi batas tertinggi prestasi
tersebut (misalnya, Cantor & Kihlstrom, 1987).
5. Terakhir, indeks heritabilitas sendiri tidak membahas mekanisme melalui mana pengaruh
genetik pada kepribadian beroperasi dan mengerahkan efek mereka pada individu.
Heredity versus Environment: Another False Dichotomy
Perdebatan tentang keturunan dan lingkungan telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Sayangnya mereka mudah berubah menjadi kompetisi untuk melihat mana yang lebih penting.
Sebagai pemimpin dalam penelitian tentang peran warisan dalam perilaku menunjukkan: "...
bukti pengaruh genetik yang signifikan sering diartikan secara implisit seolah-olah heritabilitas
adalah 100%, sedangkan heritabilitas dari perilaku jarang melebihi 50%" (Plomin, 1990, p. 187).
Plomin mencatat bahwa hal ini harus dibuat jelas bahwa "sumber-sumber perbedaan non-
genetik" jelas penting. Memang, Bouchard dan rekannya dalam studi mereka tentang kembar
identik yang dibesarkan terpisah, mengakui bahwa dalam hasil mereka sendiri, "dalam kasuskasus individual faktor lingkungan telah sangat signifikan" (1990, hal 225.), karena dengan kasus
ini, misalnya dari 29 poin - menunjukkan perbedaan IQ dari dua kembar identik.
Singkatnya, terlepas dari berapa persen tepatnya yang digunakan untuk memperkirakan
pengaruh faktor genetik, jelas pengaruh mereka cukup besar, terutama mengingat bahwa
beberapa temuan dalam laporan kepribadian sebanyak 20 persen perbedaan. Bagaimanapun, sisi
lain dari temuan adalah: yaitu, fakta bahwa data yang sama menunjukkan bahwa setidaknya
setengah dari perbedaan kepribadian bukan karena faktor genetik dan dengan demikian juga
membuktikan pentingnya lingkungan bagi kepribadian. Tema berulang sepanjang penelitian ini
adalah jelas: sumbangan genetik diragukan kembali menjadi salah satu yang memiliki pengaruh
yang luas pada kehidupan seseorang dan pengembangan kepribadian dan begitu juga lingkungan.
Tantangannya adalah untuk menguraikan mekanisme di mana gen dan pengalaman berinteraksi
sepanjang perjalanan hidup dapat mempengaruhi untuk kedepannya kita akan menjadi apa. Hal
itu akan dibutuhkan dalam menentukan mekanisme yang menghasilkan efek ini dan
mengklarifikasi sifat karakteristik yang diwariskan dan aspek-aspek spesifik dari lingkungan
yang penting.
Summary
Diambil secara kolektif, temuan itu mendukung pandangan bahwa faktor genetik memainkan
peran penting dalam kepribadian dalam sikap dan nilai-nilai, serta harga diri (misalnya, McGuire
et al., 1994). Dalam beberapa kasus, pengaruh genetik, seperti dalam laporan, berpengaruh
sebanyak setengah dari perbedaan individu yang diamati. Besarnya efek ini mungkin berlebihan,
bagaimanapun, terutama ketika temuan ini didasarkan pada self-report. Plomin dan rekannya
(1990), secara kritis meninjau studi kepribadian pasangan kembar berdasarkan self-report yang
menunjukkan masalah tertentu pada metode dalam studi ini yang mungkin secara sistematis
melebih-lebihkan peran genetika. Mereka percaya bias dapat dikoreksi jika hasil dari studi
adopsi secara tepat diperhitungkan. Ketika koreksi yang dibuat untuk inflasi yang salah tentang
dugaan heritabilitas (Apakah Stres Buruk untuk Otak Anda): "Kebenaran perkiraan heritabilitas
untuk kepribadian yang diukur dengan self-report lebih dekat dengan perkiraan studi adopsi
yaitu 20% dari perkiraan studi kembar dari 40%" (Plomin et al., 1990, hal. 233). Hal ini juga
jelas, bagaimanapun, bahkan ketika salah satu self-report di luar perkiraan, peran genetika dalam
kepribadian masih signifikan dan harus dianggap serius. Tugas ke depan adalah untuk
memahami mekanisme melalui bagian mana efek ini akan terjadi.
Gene-Environment Interplay
Antara nature (genetik) dan nurture (lingkungan) sangat berpengaruh
pada kepribadian, selanjutnya adalah memahami perkembangan yang saling
mempengaruhi antara keduanya. Pengaruh ini terlihat dalam rangkaian
kehidupan seperti kepribadian dari seseorang, sebagian dipengaruhi oleh
genetik,
dan
sebagian
lagi
oleh
interaksi
dengan
orang
lain
dan
seseorang
menjadi.
Hubungan
yang
saling
mempengaruhi
dan
mengenai
kembar
telah
diselidiki
pengaruh
lingkungan
mengadopsi anak lebih dari satu orang anak, mereka secara genetis tidak
berhubungan, memiliki sedikit kesamaan kepribadian karena mereka berbagi
lingkungan yang sama, mereka dibesarkan dalam keluarga yang sama.
Catatan bahwa shared atau lingkungan keluarga dalam kasus kembar
dilihat sebagai kesatuan global, seperti jika keluarga mengaggap semua adik
atau kakak kandung dengan cara yang sama. Pengalaman lingkungan
psikologis dari masing-masing anggota keluarga, bagaimanapun, mungkin
sedikit berbeda dan masing-masing menerima perlakuan yang berbeda
dalam
keluarga
yang
sama.
Masing-masing
orang
tua
mungkin
tua
memperlakukan
dengan
berbeda,
dan
saudara
juga
pendidikan
dan
pekerjaan
dalam
keluarga.
Beberapa
aspek
yang
paling
penting
dari
membuat
perbedaan,
mungkin
memunculkan
perbedaan
antar
saudara. Ketika sesuatu kejadian yang memulai perbedaan, makin lama akan
semakin besar perbedaan tersebut nantinya.
Kesimpulannya,
kita
melihat
lingkungan
berpengaruh
pada
kesamaan
menginterpretasikan
dalam
bagaimana
pengalaman.
Kedua,
mereka
mereka
menerima
mungkin
dan
memiliki
sebuah
penelitian,
menunjukkan
bagaimana
genetis
Environmental Measure
1 tahun
2 tahun
Sibling Correlation
nonadoptive
.58
.57
adoptive
.35
.40
adalah
bagian
yang
membentuk
mereka.
misalnya,
tingkat
situasi
seseorang
adalah
pusat
dari
kepribadian;
itu
dalam penelitian. Tapi ketika hal ini menjadi jelas bahwa faktor genetis
mempengaruhi lingkungan yang kita alami, pengaruh yang kompleks dan
pengaruh genetis langsung hanya pada satu bagian.
Penemuan ini menyarankan bahwa peneliti harus berpindah dari cara
yang pasif tentang bagaimana lingkungan atau gen secara terpisah
berpengaruh pada individu dan beralih pada model interaksi antara individulingkungan. Model interaksi ini menyadari peran aktif yang seseorang
mainkan dalam pemilihan, memodifikasi, dan membuat lingkungan mereka
sendiri. Dalam proses ini, ada interaksi yang terus menerus antara watak
(sebagian berpengaruh karena genetis, sebagian karena lingkungan) dan
situasi sebagai persetujuan individu dengan dunia mereka.
Hubungan yang saling mempengaruhi dari proses biologis dan
psikologis adalah jelas pada setiap level dari analisa. Jelas bahwa pada level
molekuler: sinaps dalam otak berubah secara fisik ketika pembelajaran baru
terbentuk. Dalam interaksi ini, gen berubah untuk membuat protein yang
penting dalam long-term memory, dimana sejarah seseorang terbentuk.
Lebih dari itu, setiap perbedaan yang turun-temurun seperti kualitas
temperamen atau watak, keatifan dan level energi, emosi, kemampuan
sosial, yang muncul menjadi terlihat dalam masa anak-anak awal, secara
biologis dapat muncul bermacam-macam bakat yang bisa dikembangkan.
Sebagai contoh, secara watak atau temperamen lebih aktif, anak yang
energik akan mencari dan berinteraksi lebih semangat dan penuh ancaman
dengan
lingkungannya,
secara
cepat
akan
bertemu
tantangan
dan
kegembiraan dan juga bahaya dan frustasi. Pada satu waktu, mereka juga
bisa menjadi lebih agresif dari anak lain yang wataknya dilarang untuk
berinteraksi dengan lingkungan yang tidak familiar atau pemalu. Variasi
turun-temurun akan membentuk batasan dalam loci di otak yang juga
berdampak pada perilaku seperti rasa malu. Perbedaan dalam sensitifitas
dan reaksi psikologis dalam merespon stimulus yang mempengaruhi orang
Nama gangguan
deskripsi
penyebab
Menyebabkan keterbelakangan
PKU (fenilketonuria)
Sebagai contoh, dalam penelitian yang menggunakan hewan dimungkinkan untuk menggunakan
teknik yang dapat mengubah gen-gen tertentu, yang disebut teknik knock-out, tes untuk menguji
bagaimana gen mempengaruhi perilaku. Pada tikus, misalnya, sejumlah gen, jika terdapat
gangguan, akan ditemukan perasaan takut yang telah ditempatkan. Seperti yang diperkirakan,
tikus menampilkan agresi yang lebih besar ketika para peneliti mengeluarkan (knock-out) gen
tertentu yang berfungsi penting untuk neurotransmitter atau enzim. Keterbatasan tentu saja ada
bahwa sulit untuk menggeneralisasikan hasil dari penelitian pada tikus kepada manusia. Tapi ada
kemungkinan yang menarik untuk penemuan dalam bidang genetika molekular yang berbicara
mengenai kondisi manusia dan akan membuktikan generalisasi untuk kepribadian. Namun,
penelitian itu belum dituliskan dan masih harus dibuktikan untuk beberapa tahun ke depan.
Causal Mechanisms: The Role of Neurotransmitter System
Seperti dibahas di atas, genetik dan pengaruh lingkungan selalu dalam interaksi yang
dekat. Kemudian akan menjadi pertanyaan: apa mekanisme kasual yang mendasari interaksi ini?
Untuk menjawab pertanyaan itu pada analisisn tingkat biologi molekuler, peneliti sekarang
mencoba untuk mengkaji bagaimana sistem variabilitas genetik yang mendasari sistem
neurotransmiter dapat dikaitkan dengan variabilitas dalam ciri-ciri kepribadian dan pola perilaku.
Sistem neurotransmitter adalah jalur fisiologis yang berkomunikasi dan melaksanakan
fungsi deteksi sinyal dan respon melalui reseptor kimia (neurotransmitter). Variabilitas dari
masing-masing neurotransmiter ini ditentukan oleh varian gen yang sesuai. Ada sembilan sistem
neurotransmitter, tetapi berdasarkan fungsi biokimia mereka, ada pula yang lebih relevan dengan
pelaksanaan fungsi psikologis daripada yang lain. Secara umum, psikolog kepribadian telah
difokuskan pada tiga sistem utama yang terlibat dalam fungsi perilaku (the dopaminergik,
serotonergik, dan sistem GABAergic).
Para peneliti telah menganalisis bagaimana pola perilaku tertentu berkorelasi dengan
varian genetik tertentu. Awalnya, peneliti bertujuan untuk menunjukkan secara langsung, satu per
satu hubungan antara sifat-sifat tertentu atau perilaku dan mutasi genetik tertentu. Sejauh ini
studi ini telah memberikan hasil yang bermacam-macam. Banyak percobaan yang tampaknya
memperlihatkan semacam hubungan langsung yang tidak bisa diulang. Meskipun jelas bahwa sistem
neurotransmitter berhubungan dengan ekspresi pola perilaku, juga dijelaskan bahwa sistem
neurotransmitter ini tidak selalu berkerja sendiri dalam memproduksi pengaruh perilaku mereka. Pada
kenyataannya, studi terbaru telah mengungkapkan bahwa berbagai sistem neurotransmitter bekerja sama
dengan sangat erat, dan banyak fungsi behavioral yang awalnya dikaitkan dengan sistem neurotransmitter
tertentu sebenarnya itu adalah fungsi dari interaksi lebih dari satu sistem ini.
Ketika kita mulai memahami lebih lanjut tentang ini sistem neurotransmitter dan variasi
genetik yang mempengaruhi fungsi mereka, ini jelas bahwa tugas menghubungkan gen dengan
perilaku tidak sesederhana seperti yang awalnya diyakini. Interaksi antara ekspresi genetik dan
ekspresi fenotipik kepribadian bersifat sangat kompleks. Secara khusus, peneliti harus
memperhitungkan bahwa variabilitas genetik yang mendasari perilaku manusia tidak hanya
dipengaruhi oleh adiktif dan faktor interaktif pada tingkat genetik, tetapi juga dipengaruhi oleh
karakteristik lingkungan sekitarnya.
Pesan mendasar dari semua mahasiswa kepribadian ini adalah bahwa hubungan antara
biokimia dan karakteristik kepribadian kita mencerminkan interaksi di dalam dan di antara
sistem. Ini bukan sistem yang hanya mempengaruhi satu arah sangat banyak pesan yang
muncul seperti dalam review kita tentang "person vs situation" yang telah dibicarakan pada trait
level of analisis pada chapter4. Salah satu implikasi tertentu adalah bahwa hal itu tidak mungkin
adanya hubungan, baik sederhana ataupun hubungan langsung antara faktor genetik tertentu dan
kategori yang sangat luas dari ciri-ciri kepribadian seperti yang diwakili oleh the big five.
Dengan demikian, ekspektasi bahwa gen sedikit mempengaruhi kualitas kepribadian seperti
open-mindedness mungkin tidak tepat.
Social Environments Change the Expression of Genes, the Brain, and Personality
Peneliti berusaha mencari pendekatan genetik untuk kepribadian yang mengakui bahwa
sifat dominan yang diwariskan dapat dibatasi atau terbatas dalam ekspresi mereka. Kita melihat
bahwa, misalnya, pertumbuhan seseorang dan ultimate height dipengaruhi oleh gizi atau
penyakit pada masa perkembangannya. Tapi meskipun mereka mengacu pada hubungan antara
gen dan lingkungan seringkali mereka tidak melihat adanya interaksi ini sebagai proses dua arah
yang saling mempengaruhi yaitu timbal balik atau saling menguntungkan. Lingkungan sosial dan
pengalaman di dunia tidak dapat mempengaruhi struktur DNA Anda. Dalam arti bahwa interaksi
antara gen dan lingkungan dalam analisis ini mengacu pada proses pengaruh satu arah dari gen
terhadap lingkungan, di mana pengaruh genetik berdampak melalui berbagai rute di lingkungan
alami tanpa modifikasi struktur genetik itu sendiri.
Tapi juga terjadi kasus bahwa sosial dan lingkungan psikologis dapat mempengaruhi
ekspresi gen: hanya dengan membaca paragraf ini Anda meningkatkan tingkat transkripsi DNA
neurotransmiter tertentu. Dan pengaruh lingkungan juga dapat mengubah struktur otak, struktur
saraf mereka -dan dengan demikian menghasilkan perubahan yang stabil pada tingkat organik,
meskipun mereka tidak mengubah struktur DNA. Ini terlihat misalnya dalam temuan bahwa stres
benar-benar dapat menyusut ukuran hippocampus yaitu struktur dasar otak untuk fungsi mental
yang lebih tinggi.