Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE

PYOGENIK GRANULOMA

Pendahuluan
Pyogenic Granuloma adalah massa benigna yang dapat muncul baik pada kulit maupun
rongga mulut.1 Walaupun bernama pyogenic granuloma, namun tidak ada hubungannya dengan
adanya pus di dalam massa tersebut.2,5 Pyogenic granuloma merupakan penamaan untuk
perbesaran reaktif yang merupakan respon inflamasi terhadap iritasi lokal seperti kalkulus, gigi
yang patah, trauma, tepi restorasi yang tajam ataupun hormonal. Secara klinis, pyogenic
granuloma pada rongga mulut biasanya sebagai massa yang halus atau berlobus, berukuran kecil,
nodula eritomatosus yang dasarnya bertangkai ataupun sessile.

Laporan Kasus
Seorang wanita berusia 46 tahun datang ke Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof.
Dr. Moestopo (Beragama) dengan keluhan adanya benjolan pada gusi rahang atas bagian depan
sebelah kanan yang diikuti dengan rasa sakit yang muncul tiba-tiba serta mengganggu pada saat
makan dan sikat gigi. Jika sakit biasanya pasien menekan-nekan benjolan tersebut dan meminum
obat puyer bintang tujuh. Pasien menyadari adanya benjolan tersebut pada saat sedang menyikat
gigi sekitar satu bulan yang lalu dan awalnya hanya berupa benjolan kecil sebesar ujung jarum
pentul dan membesar hingga kini berukuran 2 cm. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik dan saat ini pasien sudah mengalami menopause serta pasien tidak pernah mengalami

hal seperti ini sebelumnya dan tidak ada riwayat keluarga yang pernah mengalami hal seperti ini
sebelumnya.
Pemeriksaan ekstra oral terlihat adanya sedikit pembengkakan pada regio kanan pada
rahang atas pasien. Pada saat pemeriksaan intra oral diketahui bahwa ukuran nodula yang berada
pada regio 12 itu kini berdiameter 2 cm (Gambar 1), berbatas tegas, berwarna kemerahan,
mudah berdarah, permukaan yang halus mengkilat, dengan konsistensi kenyal padat. Gigi
disekitar nodula yaitu gigi 11 dan 13 tidak terdapat kelainan maupun kegoyangan, sedangkan
gigi 12 sudah diekstraksi. Diketahui juga bahwa kebersihan mulut pasien sangat buruk dan
terdapat banyak kalkulus di seluruh gigi.
Dilakukan foto rontgen periapikal pada regio 11 hingga 13 dan nampak adanya
penurunan alveolar crest dan pelebaran membran periodontal pada gigi 11 dan 13, tulang
alveolar pada regio 12 dimana terdapat nodula juga tidak terdapat kelainan apapun, serta terdapat
crown pada gigi 11 dan 21 yang dibuat di puskesmas sekitar dua tahun yang lalu (Gambar 2).
Sehingga berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiologi dapat ditarik
kesimpulan dan diagnosa bahwa nodula tersebut adalah pyogenic granuloma. Pasien diberikan
obat kumur klorheksidin 0,2% yang digunakan 3 kali dalam sehari sebanyak 10 cc. Rencana
perawatan selanjutnya adalah melakukan scalling, root planning dan dirujuk ke spesialis bedah
mulut untuk dilakukan eksisi pada nodula tersebut.

GAMBAR 1
Terdapat nodula di regio 12 dengan diameter 2 cm, berwarna kemerahan, permukaan licin mengkilat, mudah
berdarah, terkadang terasa sakit, dengan konsistensi kenyal padat.

GAMBAR 2
Gambaran radiografi regio 11-13. Nampak adanya crown pada gigi 11, tampak adanya penurunan
alveolar crest dan nampak adanya pelebaran membran periodontal pada gigi 11 dan 13,
dan tidak terdapat kerusakan tulang alveolar pada regio 12

Diskusi
Pyogenic granuloma adalah pertumbuhan dan proliferasi yang cepat dari jaringan endotel
yang paling sering terjadi pada gingiva dan memiliki kemungkinan yang besar untuk muncul

kembali jika penyebab utamanya tidak dihilangkan. Sulit untuk mengetahui secara pasti
penyebab iritasi kronik dari pyogenic granuloma namun letaknya yang dekat dengan tepi gingiva
menjadikan kalkulus, sisa makanan dan tambalan yang over hanging menjadi kemungkinan
alasan utama terjadinya pyogenic granuloma.1,3 Pyogenic granuloma dapat terjadi pada seluruh
usia, baik anak-anak maupun dewasa, namun prevalensinya lebih banyak pada perempuan
berusia 20an tahun yang disebabkan karena peningkatan sirkulasi hormon estrogen dan
progesteron.2,4 Pada kasus ini, pasien adalah seorang wanita berusia 46 tahun dan sudah
mengalami menopause, sehingga kemungkinan utama terjadinya pyogenic granuloma adalah
infeksi dari bakteri plak karena penumpukan kalkulus dan kebersihan mulut yang sangat buruk,
selain itu trauma berulang pada saat menyikat gigi dan tekanan insisal pada saat makan akibat
letak dari nodula tersebut semakin memicu timbulnya pyogenic granuloma.
Pyogenic granuloma pada rongga mulut biasanya muncul sebagai massa halus atau
berlobus yang berwarna merah, merah keunguan, ataupun merah muda tergantung dari tingkat
vaskularisasinya, dan dapat bertangkai ataupun sessile.1,2 Pyogenic granuloma paling sering
terjadi pada gingiva terutama tepi gingiva, selain itu dapat juga terjadi pada bibir, lidah, mukosa
bukal, lebih sering terjadi pada rahang atas dibandingkan rahang bawah, regio anterior
dibandingkan posterior dan regio bukal dibandingkan lingual.2,4,5 Ukurannya bervariasi antara
beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter. Pyogenic granuloma pada saat dipalpasi
konsistensinya kenyal padat dan tidak keras.1,2 Lesi yang baru muncul biasanya mudah berdarah
karena vaskularisasi yang sangat banyak, trauma ringan sekalipun akan menyebabkan terjadinya
perdarahan. Pada lesi yang sudah matang, vaskularisasinya akan berkurang dan gambaran
klinisnya akan berwarna merah muda. Jika dibiarkan, beberapa pyogenic granuloma dapat
berkembang menjadi pematangan fibrosa dan menyerupai atau menjadi fibroma. Pada beberapa

kasus, pengunyahan yang mengenai lesi dapat menyebabkan rasa sakit dan perdarahan. 1,4,5 Pada
kasus ini nodula muncul pada daerah labial regio 12, berwarna kemerahan, permukaannya halus
dan mengkilat, pada saat di palpasi konsistensinya kenyal padat, muncul sekitar satu bulan yang
lalu dan membesar hingga sekarang, biasanya nodula tersebut akan mengalami perdarahan pada
saat pasien menyikat gigi dan mengganggu pada saat makan.
Pada pemeriksaan radiologi biasanya tidak ditemukan apapun yang berarti, sedangkan
pada pemeriksaan biopsi biasanya menunjukkan bahwa sebagian besar masa menunjukkan
jaringan angiomatosus dengan proliferasi sel-sel endotel, sel-sel infiltrat ditemukan dalam bentuk
neutrofil, limfosit dan sel plasma yang diselubungi oleh epitel parakeratin.2
Diagnosa banding dari pyogenic granuloma adalah peripheral giant cell granuloma dan
peripheral ossifying fibroma. 2,3,4 Untuk dapat menegakkan diagnosa maka dilakukan anamnesa
untuk menggali informasi lebih dalam dari pasien, dilakukan pemeriksaan klinis untuk
mengetahui perbedaan secara klinis dan dilakukan pemeriksaan radiologi untuk mengetahui
adakah keterlibatan terhadap tulang alveolar maupun jaringan periodonsium. Perbedaan antara
pyogenic granuloma dengan peripheral giant cell granuloma adalah pada peripheral giant cell
granuloma secara klinis peripheral giant cell granuloma lebih sering terjadi pada rahang bawah,
berwarna merah gelap, merah kebiruan atau merah keunguan dan tidak mudah terjadi perdarahan
sedangkan pada pyogenic granuloma lebih sering terjadi pada rahang atas dan berwarna merah
terang serta sangat mudah terjadi perdarahan, namun secara radiologi, pada pyogenic granuloma
maupun peripheral giant cell granuloma sama-sama tidak memiliki gambaran kerusakan tulang
atau kelainan lainnya. Perbedaan antara pyogenic granuloma dengan peripheral ossifying
fibroma adalah peripheral ossifying fibroma secara khusus muncul hanya pada gingiva dan tidak
terdapat pada oral mukosa lainnya, secara klinis peripheral ossifying fibroma berwarna merah

muda pucat dan terdapat pada papilla interdental, serta hanya memiliki sedikit sekali
vaskularisasi tidak seperti pada pyogenic granuloma yang berwarna merah dan mudah berdarah
karena terdapat banyak vaskularisasi, dan pada peripheral ossifying fibroma terdapat gambaran
radiopaque terpusat yang yang menggambarkan kalsifikasi tersebar pada daerah pusat dari lesi
serta pada beberapa kasus terdapat gambaran kerusakan tulang dan migrasi gigi pada
pemeriksaan radiologi walaupun sangat jarang terjadi, sedangkan pada pyogenic granuloma
tidak ditemukan adanya kalsifikasi maupun kerusakan tulang.2,3,6,7 Pembedahan eksisi
konvensional dengan penghilangan faktor penyebab iritasi seperti plak, kalkulus dan material
asing lainnya sangatlah dianjurkan untuk perawatan pyogenic granuloma.2,3 Pada kasus ini pasien
diberikan obat kumur klorheksidin 0,2% yang berfungsi sebagai antimikroba dan antiseptik serta
diberikan rujukan untuk melakukan scalling dan root planning di bagian spesialis periodonsia
dan diberikan rujukan untuk dilakukan pembedahan eksisi di bagian spesialis bedah mulut.

Referensi
1. Dr Dhalla N. Dr Anil Dhalla, Dr Niharika Dhalla. Oral Pyogenic Granuloma: Report of
Two Cases. Guident. 2013;6:42-44
2. Gomes Sheiba R. Quaid Johar Shakir. Prarthana R. Thaker. Jamshed K Tavadia. Pyogenic
Granuloma of the Gingiva: A Misnomer? A Case Report and Review of Literature.
Department of Periodontology, Dr. D.Y. Patil Dental College and Hospital. 2013;17:514519
3. Greenberg M.S, DDS, FDS RCS., Michael G, DMD, FDS RCS., Jonathan A. S, DMD,
FDS RCS. Burkets Oral Medicine. Hamilton. BC Decker Inc:2008
4. Adusumilli Srikanth. Pallavi Samatha Yalamanchili. Sathish Manthena. Pyogenic
granuloma near the midline of the oral cavity: A series of case report. Department of
Periodontics and Implantology, Siddhartha Institute of Dental Sciences. 2014;18:236-239

5. Dr Khullar Kapil Dev. Dr Dinesh Bulchandani. Dr Sulvin Wilson. Pyogenic granuloma


case report. Guident. 2012;5:55-56
6. Kale Lata. Neha Khambete. Sonia Sodhi. Sushma Sonawane. Peripheral ossifying
fibroma: Series of five cases. Department of Oral Medicine, Diagnosis and Radiology,
C.S.M.S.S. Dental College and Hospital. 2014;18:527-529
7. Barot J.V. Sarath Chandran. Shivlal L. Vishnoi. Peripheral ossifying fibroma: A case
report. Departments of Periodontics and Implantology, Manubhai Patel Dental College
and Hospital. 2013;17:819-821

Anda mungkin juga menyukai