PJK - KLP 4 - Isi
PJK - KLP 4 - Isi
Rekonsiliasi Fiskal
(Fiscal Reconciliation)
A. Latar Belakang
Rekonsiliasi fiskal (Koreksi Fiskal) adalah sebuah lampiran SPT
Tahunan PPh berupa kertas kerja yang berisi penyesuaian antara laba/rugi
sebelum pajak menurut komersial/ pembukuan dengan laba/rugi menurut
SPT Tahunan
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh wajib pajak karena terdapat
perbedaan penghitungan khususnya laba menurut akuntansi (komersial)
dengan menurut perpajakan (fiskal) (berdasarkan Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1994 jo Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000). Laporan
keuangan komersial atau bisnis ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi
dan keadaan financial dari sektor privat, sedangkan laporan keuangan
fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak. Untuk kepentingan
komersial atau bisnis, laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip yang
berterima umum yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK), sedangkan
untuk
kepentingan
fiskal,
laporan
keuangan
disusun
berdasarkan
laporan
keuangan
tersebut
mengakibatkan
perbedaan
harus
melakukan
komersial.
Artinya,
meskipun
laporan
berdasarkan
prinsip
akuntansi
bisnis
keuangan
tetapi
bisnis
ketentuan
13
Dokumen Dasar
Jurnal
Buku Besar
Neraca Percobaan
Laporan Keuangan Komersial
Dicocokkan
Rekonsiliasi
Buku Tambahan
13
13
Keterangan
Konsep
Laporan Keuangan
Komersial
Dasar Akrual
Mempertemukan beban dengan
pendapatan yang paling tepat
Konservative, yaitu konsep hatihati; mungkin rugi yang dapat
ditaksir sudah diakui sebagai
kerugian, dengan membentuk
penyisihan (cadangan) pada
akhir tahun atau dengan
membuat adjustment
Materialitas digunakan oleh
Auditor untuk menyatakan
wajar/tidak wajar dalam
penilaian LK Komersial
Laporan Keuangan
Fiskal
Dasar Akrual Stelsel
Mempertemukan antara
biaya untuk mendapat,
menagih dan memelihara
penghasilan dengan
penghasilan yang
merupakan objek PPh
Konservative tidak
digunakan
Materialitas digunakan oleh
Auditor untuk menyatakan
wajar/ tidak wajar dalam
penilaian LK komersial
tidak digunakan
13
Metode
penyusutan
dan
amortisasi.
Akuntansi
komersial
akuntansi
komersial
objek
pajak
penghasilan.
Dalam
rekonsiliasi
yayasan, hibah,
pajaknya
bersifat
final,
dalam
rekonsiliasi
fiskal,
atau dikurangi
Contohnya
dari
adalah bunga
laba
menurut
akuntansi
deposito/tabungan
dan
komersial.
diskonto
SBI,
pengurangan
penghasilan
bruto,
tetapi
dalam
fiskal,
13
selain usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi usaha
asuransi dan pertambangan, pajak penghasilan, sanksi administrasi
berupa denda, bunga, kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang
berkenaan
dengan
perudangan
perpajakan.
Biaya
Penghasila
n
(income/re
venue)
Objek
Dikecualika
Objek
PPh
n Sbg Objek
PPh
PPh Psl. 4
Final
Psl. 4
Sesu
Tidak
(1) Huruf K
Psl. 4
(1)
ai
(2)
Sesua
UU
i UU
ove
und
r
er
Bukan
Objek
PPh
Psl. 4
(3)
Kore
Kor
Kor
Kore
Kor
ksi
eksi
eksi
ksi
eksi
Beban
Diagram
Fiskal
nega Rekonsiliasi
posi
neg Terhadap
negBeban neg
tif
tif (cost/ex
atif
atif
atif
pense)
Tidak dapat
Dapat
dikurangkan
Dikurangk
an
Sesua
Tidak
Psl.6 (1)
i UU
Sesuai
over UUunde
Ps.9 (1)
Kore
ksi
posi
Kore
ksi
nega
Korek
si
positif
tif
tif
13
13
perbedaan
pengakuan
Tetap
biasanya
timbul
karena
peraturan
perpajakan
pengeluaran
yang
sifatnya
pemakaian
penghasilan
atau
13
13
pidana
berupa
denda
yang
berkenaan
dengan
tidak
memenuhi
syarat-syarat
pengakuannya
dalam
13
penghasilan
bruto
adalah
usaha
yang
dilakukan
di
Indonesia.
Kerugian piutang usaha kecuali bank dan sewa guna usaha,
piutang yang dapat dihapuskan adalah piutang yang nyata-nyata
tidak dapat ditagih dan dibuatkan daftar normative.
Beda tetap yang disebabkan praktek-praktek akuntansi yang
tidak sehat.
2) Beda Waktu / Sementara / Temporer (Time Different)
Sesuai namanya,
beda waktu merupakan perbedaan perlakuan
akuntansi dan perpajakan yang sifatnya temporer.
Artinya, secara
usaha
asuransi, cadangan
reklamasi
usaha
pertambangan.
Tagihan atau hutang dalam valuta asing
Harta berwujud dan tidak berwujud
Biaya pendirian dan perluasan usaha
Biaya sebelum produksi komersial
Biaya dibayar dimuka jangka panjang
Pencadangan kewajiban bersyarat
Pengakuan penghasilan dan biaya atas proyek jangka panjang
Hak penambangan dan hak pengusahaan hutan
pendekatan
akuntansi
komersial,
yang
bertujuan
13
dilakukan
dengan
mengurangkan
sejumlah
13
XXX
XXX
XXX
13
Menurut
Akuntansi
Koreksi Fiskal
Beda
Beda
Tetap
Waktu
Laba Bersih
sebelum
pajak
Menurut
Fiskal
Laba
(Penghasila
n Kena
Pajak)
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh wajib pajak badan dan wajib pajak
orang
pribadi
pembukuannya
yang
wajib
menggunakan
menyelenggarakan
pendekatan
pembukuan,
akuntansi
dan
(komersial).
13
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan.
Perhitungan PPh terutang untuk Badan Tahun 2012, yaitu :
1) Tarif PPh Pasal 17 ayat 1 huruf (b)
Berdasarkan Pasal 17 ayat 1
huruf
(b)
undang-undang
Pajak
terutangnya
adalah
25%
Rp.4.000.000.000,00
Rp.1.000.000.000,00
2) Tarif PPh Pasal 17 ayat 2 huruf (b)
Tarif ini diterapkan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk
perseroan terbuka yang paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan
saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan dan
memenuhi persyaratan tertentu lainnya. Wajib Pajak tersebut dapat
dapat memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah daripada tarif
sebagaimana dimaksud pada pasal 17 ayat 1 huruf b dan ayat 2a
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008. PPh Terutang dihitung dengan
cara mengalikan tarif dengan Penghasilan Kena Pajak.
Contoh :
PT. Meranti Tbk memiliki Penghasilan Kena Pajak tahun 2012 sebesar
Rp.1.250.000.000,00.
PPh terutangnya = (25% - 5% ) x Rp 1.250.000.000,00 =
Rp
250.000.000,00
Peraturan terkait : Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2007 tentang
penurunan tarif PPh bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri yang berbentuk
perseroan terbuka.
Perpajakan : Rekonsiliasi Fiskal
Disusun oleh : Anton ( 1410245416 ), Suharti ( 1410245409 ) & Patricia Martha Lena
( 1410245348 )
13
(50% x 25%) x
Penghasilan Kena Pajak
dari bagian peredaran
bruto yang
memperoleh fasilitas
25% x Penghasilan
Kena Pajak dari bagian
peredaran bruto yang
tidak memperoleh
fasilitas
13
F. Kredit Pajak
Untuk mendapatkan pajak yang masih harus dibayar pada suatu
tahun pajak maka atas pajak yang terhitung perlu dikurangi dengan kredit
pajak.
Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang
dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan
tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau
dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau
terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan
yang
dapat
dikreditkan
setelah
dikurangi
dengan
pengembalian
13
2)
3)
4)
5)
sendiri atau telah dipotong oleh pihak lain yang berkaitan dengan
transaksi antara WP dengan pihak lain. Kredit pajak penghasilan dapat
dibedakan sebagai berikut :
1) Pajak yang dipotong/ dipungut pihak lain
2) Pajak yang dibayar sendiri
3) Surat Tagihan Pajak
G. Pajak Akhir Tahun
Pada akhir tahun pajak, WP dalam negeri, BUT diwajibkan untuk
melakukan perhitungan pajak yang terutang atas seluruh penghasilan
yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak yang bersangkutan,
kecuali atas penghasilan yang telah dipotong pajak bersifat final. Pajak
yang terutang pada akhir tahun dikurangi dengan kredit pajak untuk
tahun yang bersangkutan. Hasil pengurangan pajak penghasilan yang
terutang pada akhir tahun dengan kredit pajak untuk tahun yang
bersangkutan akan berakibat pajak penghasilan yang terutang lebih besar
atau lebih kecil dari kredit pajak ataupun nihil. Mengacu pada pasal 28,
pasal 28 A, dan pasal 29 UU pajak penghasilan.
Sebagaimana yang diungkapkan dalam Bab IV tentang perhitungan
pajak pada akhir tahun pasal 28, yang berbunyi :
1) Bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, pajak yang
terutang dikurangi dengan kredit pajak untuk tahun pajak yang
bersangkutan, berupa :
a. pemotongan pajak atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21;
b. pemungutan pajak atas penghasilan dari kegiatan di bidang impor
atau kegiatan usaha di bidang lain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22;
c. pemotongan pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalti,
sewa, hadiah dan penghargaan, dan imbalan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23;
Perpajakan : Rekonsiliasi Fiskal
Disusun oleh : Anton ( 1410245416 ), Suharti ( 1410245409 ) & Patricia Martha Lena
( 1410245348 )
13
d. pajak yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar negeri
yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24;
e. pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25;
f. pemotongan pajak atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (5).
2) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan peraturan
perundangundangan di bidang perpajakan yang berlaku tidak boleh
dikreditkan dengan pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
Penjelasan Pasal 28 Ayat 1
Pajak yang telah dilunasi dalam tahun berjalan, baik yang dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak ataupun yang dipotong serta dipungut oleh pihak lain,
dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang pada akhir tahun pajak
yang bersangkutan.
Contoh :
Pajak Penghasilan yang terutang ...................
Kredit pajak :
Pemotongan pajak dari pekerjaan (Pasal
21) ..............................................................
Pemungutan pajak oleh pihak lain (Pasal
22) ..............................................................
Pemotongan pajak dari modal (Pasal 23) . . .
Kredit pajak luar negeri (Pasal 24) ..............
Rp
80.000.000,00
Rp 5.000.000,00
Rp
10.000.000,00
Rp 5.000.000,00
Rp
15.000.000,00
Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Pasal 25)
Rp
10.000.000,00
Jumlah Pajak Penghasilan yang dapat Rp
dikreditkan ......................................................
45.000.000,00
Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar . Rp
35.000.000,00
(+
)
(-)
pemeriksaan,
kelebihan
pembayaran
pajak
dikembalikan
13
atau
pemeriksaan
pejabat
yang
sebelum
ditunjuk
berwenang
dilakukan
pengembalian
menjadi
pertimbangan
untuk
mengadakan
atau
perhitungan
kelebihan pajak.
Hal-hal
yang
harus
sebelum
dilakukan
13
13
H. Pembahasan Kasus
PT. Arkeikum merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
wholesaling dan retailing bagi segmen konsumen bisnis maupun segmen
konsumen
akhir.
PT.
Arkeikum
merupakan
perusahaan
yang
45%
Perusahaan
melaksanakan
pembukuan
terkait
kegiatan
Nominal Akuntansi
74.350.000.000
(1.875.000.000)
(576.500.000)
71.898.500.000
(15.432.500.000)
(56.984.500.000)
36.857.500.000
(35.559.500.000)
36.339.000.000
(1.864.000.000)
(92.740.000)
(364.835.000)
(986.320.000)
(3.876.500.000)
(284.250.000)
(734.250.000)
(50.625.000)
(54.320.000)
(8.307.840.000)
(2.465.000.000)
(143.400.000)
(1.486.542.000)
(94.560.000)
(1.055.600.000)
(1.633.500.000)
(1.254.000.000)
(660.000.000)
(4.365.000.000)
(4.763.480.000)
(87.200.000)
(154.380.000)
(328.600.000)
(364.700.000)
(762.300.000)
(3.860.000.000)
13
Pendidikan karyawan
Family gathering
Total biaya umum dan administrasi (G&A)
Laba operasional
(1.340.000.000)
(134.700.000)
(24.952.962.000)
3.078.198.000
382.500.000
134.900.000
67.400.000
34.280.000
276.500.000
895.580.000
(28.700.000)
(16.300.000)
(60.000.000)
(76.275.000)
(764.820.000)
(452.300.000)
(124.890.000)
(742.950.000)
(2.266.235.000)
1.707.543.000
b.
Retur dan diskon penjualan dicatat ketika serah terima barang telah
dilakukan.
c.
d.
Atas
gaji
dan
bonus
pegawai
tetap
bidang
pemasaran,
Rp
13
f.
Atas
biaya
175.000.000,00
pendidikan
diberikan
karyawan
sebagai
bidang
tunjangan
pemasaran,
Rp
pengganti
gaji
cuti
bulanan.
g.
h.
i.
j.
Rp
25.000.000,
disusutkan
selama
tahun.
Sesuai
3.
PDA baru bagi salesperson yang dibeli di akhir Juni tahun 2012,
disusutkan dengan masa manfaat 2 tahun, dan sesuai peraturan
pajak termasuk aset kelompok 1.
k.
l.
Atas
honorarium
dan
komisi
pegawai
tidak
tetap,
termasuk
13
1.
Gedung
pabrik
lama
dengan
nilai
kapitalisasi
awal
Rp
distribusi
dengan
nilai
disusutkan
dengan
masa
manfaat
10
tahun.
Peraturan
o.
p.
q.
r.
Atas biaya bahan bakar dan tol bidang G&A, 15% di antaranya
dialokasikan bagi Direktur Utama.
s.
t.
u.
v.
Atas dividen dari Bremen Ag., PT. Arkeikum telah mencatatnya secara
netto terhadap pajak di luar negeri dengan tarif 30%.
w.
x.
13
y.
z.
2.
3.
4.
855.750.000,00.
STP PPh 25 sebesar Rp 451.500.000,00 termasuk denda Rp
35.500.000,00.
Pertanyaan
a.
b.
c.
Berapakah
pajak
kurang
(lebih)
bayar
di
periode berjalan?
d.
13
Pembahasan :
Penjualan bruto
Retur penjualan
Diskon penjualan
Penjualan netto
Harga Pokok Penjualan
Persediaan barang
dagangan awal
Pembelian barang
dagangan
Persediaan barang
dagangan akhir
Laba bruto
Biaya pemasaran
Gaji dan bonus pegawai
tetap
Tunjangan pajak
penghasilan
Pembagian sembako
Pendidikan karyawan
Promosi dan iklan
Jamuan makan
Telepon, air, dan listrik
Penyusutan
Biaya bahan bakar dan tol
Total biaya pemasaran
Nominal
Akuntansi
74.350.000.000
(1.875.000.000)
(576.500.000)
71.898.500.000
Koreksi
Positif
Koreksi
Negatif
Nominal
Fiskal
74.350.000.000
(1.875.000.000)
(576.500.000)
71.898.500.000
(15.432.500.000)
(15.432.500.000)
(56.984.500.000)
(56.984.500.000)
36.857.500.000
(35.559.500.000)
36.339.000.000
36.857.500.000
(35.559.500.000)
36.339.000.000
(1.864.000.000)
(1.864.000.000)
(92.740.000)
(364.835.000)
(986.320.000)
(3.876.500.000)
(284.250.000)
(734.250.000)
(50.625.000)
(54.320.000)
(8.307.840.000)
364.835.000
104.250.000
150.000.000
14.375.000
13.580.000
(92.740.000)
0
(986.320.000)
(3.876.500.000)
(180.000.000)
(584.250.000)
(36.250.000)
(40.740.000)
(8.307.840.000)
Keterangan :
Koreksi positif atas biaya telepon, air, dan listrik bidang pemasaran
= 50% Biaya pulsa direktur
+ Pembelian PDA yang seharusnya
dikapitalisasi
= 50% * * 400.000.000
+ * 400.000.000
= 50.000.000
+ 100.000.000
= 150.000.000
Penyusutan bidang pemasaran menurut akuntansi
= 20% * 25.000.000
+ Penyusutan smartphone
+ 6/12 * 50%
100.000.000
= 5.000.000
+ Penyusutan smartphone
+ 25.000.000
= 30.000.000
+ Penyusutan smartphone
Penyusutan bidang pemasaran menurut fiskal
= 50% * 25% * 25.000.000 + Penyusutan smartphone
100.000.000
= 3.125.000
+ Penyusutan smartphone
= 15.625.000
+ Penyusutan smartphone
+ 6/12 * 25% *
+ 12.500.000
13
13
Nominal
Akuntansi
Biaya umum dan administrasi (G&A)
Gaji dan bonus pegawai
tetap
(2.465.000.000)
PPh 21 ditanggung
perusahaan
(143.400.000)
Honorarium dan komisi
pegawai tidak tetap
(1.486.542.000)
Seragam satpam gudang
(94.560.000)
Telepon, air, dan listrik
(1.055.600.000)
Biaya sewa kantor
(1.633.500.000)
Penyusutan
(1.254.000.000)
Royalti
(660.000.000)
Biaya pembangunan
pabrik baru
(4.365.000.000)
Penghapusan piutang
(4.763.480.000)
Pemeliharaan kendaraan
(87.200.000)
Alat tulis kantor
(154.380.000)
Biaya bahan bakar dan tol
(328.600.000)
Asuransi kendaraan
(364.700.000)
PBB gudang
(762.300.000)
Riset
(3.860.000.000)
Pendidikan karyawan
(1.340.000.000)
Family gathering
(134.700.000)
Total biaya umum dan
administrasi (G&A)
(24.952.962.000)
Laba operasional
3.078.198.000
Koreksi
Positif
Korek
si
Negat
if
Nominal
Fiskal
(2.465.000.000)
143.400.000
980.100.000
466.500.000
110.000.000
(1.486.542.000)
(94.560.000)
(1.055.600.000)
(653.400.000)
(787.500.000)
(550.000.000)
4.365.000.000
1.500.000.000
5.000.000
24.645.000
1.930.000.000
0
(3.263.480.000)
(82.200.000)
(154.380.000)
(303.955.000)
(364.700.000)
(762.300.000)
(1.930.000.000)
(1.340.000.000)
(134.700.000)
(24.952.962.000)
3.078.198.000
Keterangan :
Koreksi positif atas biaya sewa kantor
= Proporsi biaya sewa dibayar di muka
= 18/30 * 1.633.500.000
= 980.100.000
Penyusutan bidang G&A menurut fiskal
= Penyusutan kendaraan niaga
+ Penyusutan kendaraan direktur
= 12,5% *6.000.000.000
+ 50% * 3/12 * 12,5% * 2.400.000.000
= 750.000.000
+ 37.500.000
= 787.500.000
Gedung pabrik lama tidak disusutkan menurut fiskal, sebab telah melewati
batas masa manfaat fiskal selama 20 tahun.
Koreksi positif atas penyusutan bidang G&A
= Penyusutan menurut akuntansi - Penyusutan menurut fiskal
= 1.254.000.000
- 787.500.000
= 466.500.000
Koreksi positif atas biaya royalti
Perpajakan : Rekonsiliasi Fiskal
Disusun oleh : Anton ( 1410245416 ), Suharti ( 1410245409 ) & Patricia Martha Lena
( 1410245348 )
13
Koreksi
Positif
Koreksi
Negatif
Nominal
Fiskal
382.500.000
134.900.000
67.400.000
(191.250.000)
191.250.000
134.900.000
67.400.000
34.280.000
276.500.000
895.580.000
(34.280.000)
118.500.000
0
395.000.000
895.580.000
(28.700.000)
28.700.000
(16.300.000)
(60.000.000)
(76.275.000)
(764.820.000)
(452.300.000)
(124.890.000)
(742.950.000)
(2.266.235.000)
16.300.000
60.000.000
64.275.000
764.820.000
452.300.000
0
0
(12.000.000)
0
0
(124.890.000)
0
(2.266.235.000)
1.707.543.000
742.950.000
12.419.530.00
0
(225.530.000)
13.901.543.000
13
13.901.543
.000
(650.000.0
00)
13.251.543
.000
2.650.308.
600
(543.750.
000)
(631.250.
000)
(79.000.0
00)
(1.254.000.
000)
1.396.308.
600
116.359.05
0