Anda di halaman 1dari 5

3.

Tahap Verifikasi
Pada tahap ini, petugas memastikan kepada pasien dan keluarga mengenai penjelasan
dan pemahaman materi edukasi yang diberikan.
a. Apabila pada saat pemberian edukasi, pasien dalam kondisi baik dan senang
maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kembali edukasi yang
telah diberikan.
b. Untuk pasien yang mengalami hambatan fisik maka verifikasinya dapat dilakukan
dengan cara menanyakan kepada keluarganya dengan pertanyaan yang sama,
yaitu apakah Bapak/Ibu bisa memahami materi edukasi yang kami berikan ?
c. Untuk pasien yang mengalami hambatan emosional ( marah atau depresi) maka
verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kepada pasien mengenai
sejauh mana pasien telah mengerti tentang materi edukasi yang diberikan melalui
brosur. Proses pertanyaan ini bisa melalui telfon atau datang langsung ke kamar
pasien setelah pasien tenang.
d. Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang
disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Apabila pasien
mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan dapat mempercepat proses
penyembuhan pasien.
1. Komunikasi Efektif antara Dokter dengan Petugas Kesehatan lain
Dalam memberikan pelayanan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng, antar
pemberi layanan melakukan komunikasi denganteknik SBAR, SBAR merupakan suatu
teknik komunikasi yang dipergunakan dalam melakukan identifikasi terhadap pasien
sehingga mampu meningkatkan kemampuan komunikasi antara dokter dengan tenaga
kesehatan lainnya. Dengan komunikasi SBAR ini maka perawat dapat memberikan
laporan mengenai kondisi pasien lebih informatif dan terstruktur.
Perhatian dan tindakan segera. Teknik SBAR terdiri atas unsur Situation, Background,
assesment, recommendation. Pada prinsipnya, SBAR merupakan komunikasi stendar
yang ingin menjawab pertanyaan yaitu : apa yang terjadi, apa yang diharapkan oleh
perawat dari dokter yang dihubungi dan kapan dokter harus mengambil tindakan.
Empat Unsur SBAR :
1. Situation
Menjelaskan kondisi terkini dan keluhan yang terjadi pada pasien. Misalkan : penurunan
tekana darah, gangguan irama jantung, sesak nafas. Dll
2. Background
Menggali informasi mengenai latar belakang klinis yang menyebabkan timbulnya
keluhan klinis. Misalnya : riwayat alergi obat-obatan, hasil pemeriksaan laboratorium
yang sudah diberikan, hasil pemeriksaan penunjang, dll
3. Assessment

Penilaian/pemeriksaan terhadap kondisi pasien terkini sehingga perlu diantisipasi agar


kondisi pasien tidak memburuk.
4. Recommendation
Merupakan usulan sebagai tindak lanjut, apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi
pasien saat ini. Misalnya : menghubungi dokter, mengarahkan pasien untuk melakukan
pemeriksaan penunjang, dll.
S

Situation/situasi
Mengidentifikasi diri dan tempat penelpon
Mengidentifikasi nama pasien dan alasan untuk melapor
Jelaskan masalah yang ingin disampaikan
Pertama, terangkan secara spesifik tentang diri anda, nama pasien, lokasi pasien
dan tanda-tanda vital.
Contohnya sebagai berikut :
Ini adalah L, seorang perawat di lantai 3 RS X. Alasan saya menelpon adalah
bahwa Ny.T (32 tahun) di kamar 206 tiba-tiba sesak nafas, saturasi oksigennya
turun menjadi 88% pada udara ruangan, respirasinya 24x/menit, frekuensi nadi
110x/meniot, dan tekanan darahnhya 85/50, suhunya 36,5. Kami telah
memberikan 6 liter oksigen dan saturasinya 93% frekuensi pernafasan menjadi

22x/menit.
Background/latar belakang
Memberikan alasan pasien dirawat
Jelaskan riwayat medis yang signifikan
Penelpon kemudian menginformasikan konsultasi latar belakang pasien :
diagnosis, tanggal masuk, prosedur sebelumnya, obat-obatan saat ini, alergi,
hasil laboratorium terkait dan hasil diagnostik yang relevan. Untuk ini,
penelpon harus telah mengumpulkan informasi dari grafik pasien, flow sheet
dan catatan perkembangan pasien.
Sebagai contoh :
Ny.S (69 tahun ), dengan burst fraktur pada T5, komplikasi pasien adalah
hemotthorax ditempat pemasangan chest tube. Chest tube itu dilepaskan 5 hari
yang lalu dan rontgen thorax nya telah menunjukan peningkatan yang signifikan.
Pasien sudah mobilisasi dengan fisioterapi dan menunjukan perbaikan.
Hemoglobinnya adalah 100 gm/L dan telah mendapatkan Enoxaparin untuk
profilaksis DVT profilaksis dan oxycodone untuk mengurangi nyerinya .

Assesment/penilaian
Tanda-tanda vital
Pola penyakit

Gambaran klinis, kekhawatiran

Kita perlu berfikir klinis ketika menginformasikan penilaian tentang keadaan


pasien pada konsulen. Ini berarti bahwa kita telah mem[pertimbangkan apa yang
mungkin menjadi alasan yang mendasari kondisi pasien. Tidak hanya dari
penilaian kita namun juga dengan indikator objektif lainnya, seperti hasil
laboratorium
Jika tidak memiliki penilaian, anda dapat berkata :
saya pikir dia mungkin memiliki emboli paru
R

saya tidak yakin apa masalahnya, tapi saya khawatir


Recommendation/rekomendasi
Jelaskan yang anda butuhkan secara spesifik tentang permintaan dan

waktunya
Memberikan saran seperti : pasien dapat ditransfer ke ICU/HCU, dok?
Memperjelas yang diharapkan : dokter dap[at melihat pasien sekarang ?

Akhirnya sampaikan apa yang menjadi rekomendasi kita.


Perintah yang diberikan di telpon perlu diulang kembali untuk memastikan
akurasi.
apakah dokter ingin saya melakukan rontgen thoraks/pemasangan IV line ?
dapatkah saya mulai melakukan CT Scan?
Memasukan SBAR mungkin tampak sederhana, tetapi membutuhkan banyak
pelatihan. Disarankan untuk berlatih antar sesama teman perawat untuk
memberikan informasi pada konsulen dalam bentuk SBAR.
Dalam berkomunikasi di rumah sakit, petugas dan tenaga medis harus melakukan proses
verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan cepat, baca kembali dan konfirmasi
ulang (CABAK), yaitu :
1. Pemberian pesan memberikan pesan secara lisan
Komunikasi dapat dilakuakan secara langsung atau mealui sarana komunikasi seperti
telepon. Pemberian pesan harus memperhatikan kosa kata yang digunakan, intonasi,
kekuatan suara (tidak besar tidak kecil), jelas singkat dan padat.
2. Penerimaan pesan mencatat isi pesan tersebut (CATAT)
Untuk menghindari adanya pesan yang terlewat maka penerima pesan harus mencatat
pesan yang diberikan secara jelas
1. Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima pesan (BACA)

Setelah pesan dicatat, penerima pesan harus membacakan kembali pesan tersebut kepada
pemberi pesan agar tidak terjadi kesalahan dan pesan dapat diterima dengan baik.
2. Penerima pesan mengkonfirmasi kembali isi pesan kepada penerima pesan.
(KONFIRMASI)
Pemberi pesan harus mendengarkan pesan yang dibacakan oleh penerima pesan dan
memberikan perbaikan bila pesan tersebut masih ada yang kurang atau salah
Sistem CABAK dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Ya,
benar

Komunika
n

dikonfirmasik
an

Isi pesan

Jadi isi pesannya ini ya


pak...

Ditulis

Dibicarakan

Komunikan

Komunikasi via telepon merupakan suatu proses menyampaikan informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui telepon dengan tujuan agar komunikasi berjalan dengan baik.
Prosedur menerima telepon
1. Ucapkan salam dan sebutkan unit kerja... nama ( EX Assalamualaikum , ruang A
dengan petugas A ada yang bisa saya bantu) / (jika dering panjang.. / dari luar RS PKU
sruweng ada yang bisa saya bantu ?)
2. Tanyakan keperluan penelphon, bila perlu catat hal-hal yang penting
3. Jawablah dengan tepat dan benar, sesuai dengan yang penelphon tanyakan
4. Bila perlu, tulis informasi dari penelphon dan lakuakn konfirmasi tentang yang ditulis.
Penelphon
1. Jawab salam dan sebutkan nama dan unit kerja (ex. Waalaikum salam, dengan petugas
A dari ruangan A)
2. Beritahukan keperluan menelphon dengan kata-kata yang jelas, sopan dan mudah
dimengerti oleh penerima telephon\
3. Berikan konfirmasi terkait informasi yang disampaikan.
4. Jika semua sudah selesai tutup pembicaraan telephon dengan ucapan salam
Yang perlu diperhatikan saat proses komunikasi via telephon :
1. Jangan menerima telephon pada saat komunikasi dengan orang lain
2. Tidak boleh terlalu lama melakukan komunikasi via telephon, karena kemungkinan ada
telephon lain yang ingin mnghubungi lagi
3. Bila penelphon memerlukan berbicara dengan orang lain selain penerima telephon,
sampaikan kepada orang yang dituju dengan secepatnya (bila orang yang dituju berada
didekat dari jangkauan) atau jawab mohon telephon lagi karena orang yang dituju tidak
ada (bila orang yang dituju diluar jangkauan kita/ Tidak diruangan)

3. Komunikasi antara manajemen dengan stafnya


Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi
didalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal
adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi
kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja didalam organisasi, produktifitas, dan
berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya : memo, kebijakan,
pernyataan, jumpa pers,dan surat-surat resmi, adapun komunikasi informal adalah
komunikasi yang disetujui secaara sosial. Orientasinya bukan pada orgnaisasi. Tetapi lebih
kepada anggotanya secara individual.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang
terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu
komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi,
metode, dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana
prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban
bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya
menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis
organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi
tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.
Robert Bonnington dalam buku Modern Bussines : A System Approach, (1994)
menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi sebagai berikut :
1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya,
seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang
lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan
setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orangorang dalam tatanan manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu
kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi didalam organisasi.
Sedangkan karyawan atau bawahan membutuhkan informasi untuk melaksanakan
pekerjaan, disamping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial
dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi regulatif
Fungsi ini berakaitan dengan peratura-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.
Terdapat 2 hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu :

Anda mungkin juga menyukai