I. PENDAHULUAN
Penyebab
pasti
astrositoma
tidak
diketahui.
Data
epidemiologi
pada bagian belakang kepala; dan lobus parietalis berada pada bagian ubunubun.
Lobus-lobus ini memiliki fungsi yang beragam. Lobus frontalis berfungsi
sebagai pusat berpikir; lobus temporalis sebagai pusat pendengaran dan
berbahasa; lobus oksipitalis sebagai pusat penglihatan; dan lobus parietalis
sebagai pusat sentuhan dan gerakan.
Gangguan pada lobus frontalis, akan memberikan gejala manurunny6a
kemampuan memecahkan masalah dan berkurangnya hilang rasa sosial dan
moral. Gangguan pada lobus temporalis akan memberikan gejala amnesia
dan dimensia. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan
gejala gejala yang hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi.
Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi
seperti gangguan daya ingat, memori, disorientasi.
Otak
mendapat
darah
dari
arteri
vertebralis
dan
arteri
Sistim vena sentral terdiri atas: Aliran vena serebral eksternal atau superficial
dan aliran vena serebral internal atau profunda. Kedua sistim vena ini
mengalirkan darah kedalam sinus venosus. Anastomose banyak terjadi antara
dua kelompok ini melalui anyaman pembuluh didalam substansi otak. Dari sinus
venosus melalui vena emisries darah balik ini diteruskan ke vena ekstrakranial.
V. PATOFISIOLOGI
Efek regional astrositoma berupa kompresi, invasi dan destruksi dari
parenkim otak. Arteri dan vena hipoksia, kompetisi nutrien, membebaskan
produk akhir metabolik dalam hal ini adalah radikal bebas, adanya gangguan
elektrolit, dan gangguan neurotransmitter serta pelepasan mediator-mediator
seluler seperti sitokin yang akan mengganggu fungsi parenkim normal. Elevasi
tekanan intracranial merupakan efek langsung dari massa yang akan
meningkatkan volume darah atau meningkatkan volume cairan cerebrospinal
yang memediasi gangguan klinis. Tanda dan gejala klinik merupakan tanda dari
gangguan fungsi system saraf pusat. Defisit neurologist fokal berupa kelemahan,
paralysis, gaguan sensoris, kelumpuhan saraf kranial dan kejang- kejang adalah
ciri khas bermacam-macam lokasi tumor. (1,2)
Astrositoma memiliki banyak tipe dan menyerang berbagai umur dimana
lesi massa ditemukan dimana saja dan dapat menimbulkan gejala dimana tumor
tersebut berada. Jika tidak diobati dengan benar, astrositoma dapat menyebabkan
kematian. Kematian teijadi karena herniasi tentorium dari desakan massa. (3,5)
VI. DIAGNOSIS(6,7,8)
1. Anamnesis
Bentuk gejala neurologis dari astrositoma terutama tergantung dari tempat
dan luas pertumbuhan tumor pada susunan saraf pusat. Dilaporkan gangguan
CT Scan Kepala
CT Scan otak merupakan suatu revolusi di dalam diagnosa astrositoma
b) MRI Kepala
MRI dapat mendeteksi astrositoma yang tidak terdeteksi pada
pemeriksaan sken computer tomografi otak.
Gambar 4. MRI low grade astrositoma, A. Axial CT scan, precontrast and postcontrast. B.
Coronal postcontrast T1-weighted
c)
Patologi Anatomi
TampiJan mikroskopik astrositoma fibiler berupa kumpulan sel-sel kecil
yang cacat dan uniform dengan latar belakang serabut-serabut neuroglia. Mitosis
tidak ada dan bentuk serta konten nucleus hamper uniform. Arsitektur jaringan
diinfiltrasi masih cukup baik, kadang kala ada degenerasi kistik atau deposit
garam kalsium pada dinding kapiler. Diferensiasi antara gliosis otak dengan
10
Tumor ini khas sekali karena selalu ditemukan pada garis tengah serebellum pada
bayi da anak-anak.
XI. PENATALAKSANAAN(9,10,11)
Penanganan astrositoma ditujukan untuk menegakkan diagnosa pasti dan
perbaikan prognosis, mengurangi pemulihan gejala serta memperpanjang harapan
hidup. Tindakan operasi reseksi yang cenderung radikal biasanya dilakukan bagi
tumor-tumor di daerah aman seperti di lobus frontal hemisfer non dominan,
sedangkan biopsi tampaknya lebih bijaksana dilakukan pada tumor-tumor yang
terletak di daerah yang berbahaya seperti di girus motorik. Angka mortalitas
sangat tergantung pada keadaan prabedah disamping juga penggunaan steroid dan
edema sebelumya.
1. Glioma Benigna(11,12,13)
dekompresi
dan
pengobatan.
Jika
perlangsungannya
tidak
11
a.
Lobektomi
Flap kulit dan tulang yang sesuai dibentuk dan dipotong. Untuk flap
12
13
c. Biopsi Terbuka
Kadang-kadang semuanya dapat dicapai dengan biopsi terbuka.dengan
memakai teknik sterotaktik jarang ada terdapat peningkatan intrakranial pada
pasien ini, jadi dura dapat dibuka secara sirkumferensial, dasar flap tergantung
medline atau penutupan sinus besar korteks diinspeksi untuk melihat dimana
banyak abnormalitas ditemukan.
Arterialisasi darah vena merupakan tanda bagus untuk lesi dalam, jadi ahli
bedah harus hati-hati dalam mencari pembuluh darah. Ultrasound dapat
melokalisasi tumor di bawah permukaan, meskipun kadang pemeriksaan dengan
jarum otak untuk membedakan konsistensi jaringan masih diperlukan. Jika area
abnormal sudah dilokalisasi dengan baik, insisi jarum dibuat tidak lebih dari 1-2
cm dan dengan menggunakan suction diperluas ke dalam tumor yang lebih dalam.
Saat terdapat kesulitan dalam menemukan tumor, lebih baik tidak menggunakan
jarum otak dan memakai suction sampai mencapai pusat di sekitar jaringan
sampai area abnormal dicapai. Biopsy terbuka lebih terpilih karena reseksi radikal
tidak memungkinkan . jika ada peningkatan tekanan intrakranial, prosodur ini
14
secara signifikan lebih berbahaya dari pengangkatan secara luas karena tidak
memiliki efek dekompresi.
2. Glioma Maligna (14,15)
15
wing), dan frontal lobe diputus dari falx melalui koagulasi dan pemotongan
semua vena saluran. Setiap fragmen pia yang tersisa, di sepanjang pangkal dan
tengah, dikoagulasi dan dipotong, dan frontal lobe bisa dikeluarkan sebagai
sebuah potongan tunggal. Perdarahan sering teijadi dimana saraf olfactori
diavulsi dari plat kribriform. Mengatasi perdarahan ini dengan agen hemostatik
biasanya dapat membantu. Usahakan untuk tidak menciderai sagittal sinus.
Terkadang injury pada sinus anterior akan menghasilkan thrombosis dan oklusi
vena kortikal yang urnum. Vena-vena utama juga harus sebisa mungkin
dipertahankan. Jika sebuah vena besar terdapat di area incisi, maka lobektomi
harus direncanakan untuk melindungi vena sebab jika tidak efektifitas
pemindahan tumor akan berkurang. Pada sisi dominan, reseksi harus
dimodifikasi untuk melindungi area fungsi bicara, dengan menggunakan baik
landmark/petunjuk anatomi atau fisiologi.
c. Lobektomi Occipital
Tehnik untuk lobektomi occipital sangat mirip dengan tehnik lobektomi
frontal, hanya saja pada tehnik ini lebih penting untuk menghindari injuri pada
setiap sinus atau vena penting yang melayani jaringan yang tidak akan
dikeluarkan. Insisi dilakukan tegak lurus terhadap falx pada pertemuan occipital
dan lobe parietal dan melintasi korteks menuju ke pertemuan antara temporal dan
lobe occipital. Teknik untuk pemindahan jaringan pada dasarnya sama dengan
tehnik lobektomi yang lain. Insisi kortikal selanjutnya diperluas ke bawah falx,
dan vena dari lobe occipital yang akan dikeluarkan dikoagulasi dan dipotong.
Insisi harus diperluas ke bawah tepat di belakang pangkal sinus lurus dan
kemudian dilakukan lintas tentorium sampai insisi lateral di pertemuan dengan
lobe temporal. Seringkali, ada vena-vena besar yang menembus tentorium atau
memasuki sinus transversal. Vena-vena ini harus diakogulasi dan dipotong secara
cermat dengan penglihatan langsung. Jika dibuka, akan mengalami perdarahan
dan sulit untuk ditutup. Biasanya tidak mungkin untuk menjahitnya, sehingga jika
telah terbuka, sebaiknya diaplikasikan beberapa Gelfoam yang tebal, ditutupi
sementara dengan kapas lembab, sampai perlekatan dan hemostasis teijadi.
16
17
Penatalaksanaan astrositoma:
X. PROGNOSIS (16,17,18)
Prognosis pasien dengan astrositoma tergantung pada derajat deferensiasi
tumor, umur pasien saat diagnosis, dan lokasi serta ukuran neoplasma(12). Pada
umumnya untuk astrositoma pielositik survival ratenya sekitar 10 tahun,
astrositoma low grade sekitar 5 tahun, astrositoma anaplastik 2-5 tahun dan
glioblastoma multiforme 1 tahun. Tumor-tumor ini cenderung rekurensi
dibandingkan tumor grade 1 dan 2. Five year survival rate untuk pasien dengan
astrositoma anaplastik sekitar 10-35 %.
18