Anda di halaman 1dari 44

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Bambu
Bambu merupakan tanaman berumpun dan termasuk dalam family gramineae
dan terdapat hampir diseluruh dunia kecuali di Eropa. Jumlah yang ada di daerah
Asia Selatan dan Asia Tenggara kira-kira 80% dari keseluruhan yang ada di dunia
(Uchimura, 1980). Di seluruh dunia diperkirakan ada sekitar 1.000 jenis bambu
dimana Indonesia memiliki 142 jenis, baik yang endemik (hanya terdapat di satu
kawasan) maupun yang tersebar di Asia Tenggara (Rahardi 2008).
Bambu merupakan salah satu dari beberapa material atau bahan konstruksi
yang sudah cukup lama dikenal di masyarakat. Sebagai material bangunan, bambu
sangat mudah didapatkan bahkan di pelosok-pelosok desa bambu telah menjadi
tanaman wajib penghias pekarangan. Tanaman rakyat ini dikenal pertumbuhannya
sangat cepat, bambu dengan kualitas tinggi dapat diperoleh pada umur 2 sampai 5
tahun. (Morisco, 1999) Panennya pun cukup ramah lingkungan. Proses panen yang
masih menyisakan rumpun bambu tidak mengganggu keseimbangan kondisi tanah
sehingga erosi dapat dihindari.
Seperti diketahui bahwa Indonesia termasuk sebagai daerah rawan gempa
sehingga penggunaan bambu sebagai material bangunan lebih baik karena
strukturnya yang ringan menyebabkan ketahanan yang lebih tinggi terhadap getaran
gempa. Meski ringan bambu memiliki kekuatan yang cukup baik, sifat mekanika
berdasarkan penelitian yang dilakukan Morisco (1994) menunjukan bahwa kekuatan
tarik bambu lebih tinggi dari tegangan luluh baja.

Universitas Sumatera Utara

Sebagai bahan konstruksi alami, bambu mempunyai sifat sifat fisis dan
mekanis yang khas dan sangat berbeda dengan bahan konstruksi yang lain. Oleh
karena itu, dalam pemanfaatan bambu sebagai bahan konstruksi kita harus sedikit
banyaknya mengetahui tentang beberapa sifat sifat tersebut tersebut agar dalam
penggunaannya dapat dikembangkan secara maksimal.

II.1.1 Sifat Bahan Bambu

Bambu dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-sifat yang baik untuk


dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah,
mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut.
Selain itu tanaman bambu mempunyai ketahanan yang luar biasa. Rumpun
bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh lagi, bahkan saat Hiroshima dijatuhi
bom atom sampai rata dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang
masih dapat bertahan hidup. Ditambah lagi sifat bambu elastis sehingga struktur
bambu mempunyai ketahanan yang tinggi baik terhadap angin maupun gempa.

II.1.2 Sifat Fisis Bambu


Physical Properties atau Sifat fisis adalah sifat yang berhubungan dengan
faktor-faktor dalam yang bekerja pada benda itu sendiri. Sifat fisis bambu ditentukan
oleh faktor dalam yang meliputi :
1. Banyaknya zat dinding sel yang ada pada bambu,
2. Susunan dan arah mikrofibril dalam sel-sel,
3. jaringan-jaringan dan Susunan kimia zat dinding sel.
4. Lingkungan pertumbuhan dan asalnya.

Universitas Sumatera Utara

II.1.2.1 Kadar Air Bambu


Bambu termasuk zat higroskopis, artinya bambu mempunyai afinitas terhadap
air, baik dalam bentuk uap maupun cairan. Kayu atau bambu mempunyai
kemampuan mengabsorpsi atau desorpsi yang tergantung dari suhu dan kelembaban
udara disekelilingnya. Menurut Liese (dalam Pathurahman, 1998), kandungan air
dalam batang bambu bervariasi baik arah memanjang maupun arah melintang. Hal
itu tergantung dari umur, waktu penebangan dan jenis bambu.
Kadar air dinyatakan sebagai kandungan air yang berada dalam bambu.
Namun bambu selalu berusaha mencapai keseimbangan, EMC (Equilibrium
Moisture Content). Semua nilai sifat-sifat kekuatan bambu meningkat seiring dengan
menurunnya kadar air dan berkolerasi positif dengan berat jenis.

II.1.2.2 Berat Jenis Bambu


Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan bambu adalah berat
jenis bambu. Berat jenis dinyatakan sebagai perbandingan antara berat kering tanur
suatu benda terhadap berat suatu volume air yang sama dengan volume benda itu.
Berat jenis bambu merupakan banyaknya zat kayu atau zat dinding sel.
Bambu yang mempunyai berat jenis besar berarti mempunyai jumlah zat dinding sel
persatuan volume besar. Selanjutnya zat kayu ditentukan oleh beberapa faktor antara
lain tebal dinding sel, besarnya sel dan jumlah sel berdinding tebal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Triwiyono dan Morisco (2000)
dalam Morisco (2004) diketahui kadar air serta berat jenis bambu khususnya bambu

Universitas Sumatera Utara

petung..Adapun hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel II.1 Perbedaan tidak
Nampak nyata pada analisis varian berat jenis bambu petung basah dan kering.

Tabel II.1 Kadar air dan Berat Jenis Betung (Dendrocalamus Asper)

Posisi

Nomor

Bambu Basah

Bambu Kering Udara

Kadar Air (%)

Berat Jenis

Kadar Air (%)

Berat Jenis

28.610

0.634

5.381

0.646

34.256

0.680

4.390

0.663

35.361

0.603

5.909

0.682

Rata-rata

36.076

0.639

5.227

0.664

41.129

0.695

6.250

0.711

36.402

0.701

6.926

0.702

35.965

0.712

6.859

0.769

Rata-rata

37.832

0.703

6.678

0.727

38.699

0.754

6.034

0.763

36.078

0.712

8.756

0.697

35.517

0.686

6.818

0.820

Rata-rata
36.765
0.717
7.203
(Sumber : Triwiyono dan Morisco, 2000 dalam Morisco, 2004)

0.706

Pangkal

Tengah

Ujung

II.1.3 Sifat Mekanis Bambu


Sifat mekanis adalah sifat yang berhubungan dengan kekuatan bahan dan
merupakan ukuran kemampuan bahan untuk menahan Gaya luar (Membebani benda
tersebut) yang bekerja padanya dan cenderung untuk merubah bentuk dan ukurannya.
Sifat mekanis meliputi Kuat Tarik, Kuat Tekan, Kuat Geser dan Kuat Lentur.

II.1.3.1 Kuat Tarik Bambu


Kuat tarik bambu yaitu suatu ukuran kekuatan bambu dalam hal
kemampuannya untuk menahan gaya-gaya yang cederung menyebabkan bambu itu

Universitas Sumatera Utara

terlepas satu sama lain. Kekuatan tarik dibedakan menjadi dua macam yaitu kekuatan
tarik tegak lurus serat dan kekuatan tarik sejajar serat. Kekuatan tarik sejajar arah
serat merupakan kekuatan tarik yang terbesar pada bambu. Kekuatan tarik tegak
lurus serat mempunyai hubungan dengan ketahanan bambu terhadap pembelahan
(Yododibroto, 1979).
Tabel II.2 Kuat Tarik Bambu Kering Oven
Kuat Tarik (Kg/cm2)

Jenis Bambu

Tanpa Nodia

Dengan Nodia

Ori

2968

1305

Betung

1938

1183

Wulung

1693

1499

Tutul

2203

755

Sumber : Morisco (1996)


Dari tabel diatas terlihat bahwa kekuatan bambu dengan nodia lebih rendah
dari bambu tanpa nodia. Turunnya kekuatan ini disebabkan karena serat bambu di
sekitar nodia tidak lurus, sebagian berbelok menjauhi sumbu batang sedang sebagian
lain berbelok menuju sumbu batang.
Menurut Morisco berdasarkan penelitiannya pada tahun 1994-1999 dalam
membandingkan kuat tarik bambu Ori dan petung dengan baja struktur bertegangan
leleh 2400 kg/cm2 mewakili baja beton yang banyak terdapat dipasaran, dilaporkan
kuat tarik kulit bambu Ori cukup tinggi yaitu hampir mencapai 5000 kg/cm2 atau
sekitar dua kali tegangan leleh baja. Sedang untuk spesimen dari bambu petung kuat
tarik rata-ratanya juga lebih tinggi dari tegangan luluh baja, hanya satu spesimen saja
yang kuat tariknya dibawah tegangan luluh baja.

Universitas Sumatera Utara

Gambar II.1 Diagram tegangan-regangan Bambu dan Baja (Morisco, 1999)

Janssen (1980) menyatakan bahwa kekuatan tarik bambu akan menurun


dengan meningkatnya kadar air, kekuatan tarik maksimum bagian luar bambu paling
besar dibandingkan dengan bagian-bagian yang lain.

P
Serat Bambu

Gambar II.2 Batang Bambu menerima gaya tarik

II.1.3.2 Kuat Tekan Bambu


Kekuatan tekan merupakan kekuatan bambu untuk menahan gaya dari luar
yang datang pada arah sejajar serat yang cenderung memperpendek atau menekan
bagian-bagian bambu secara bersama-sama (Pathurahman, 1998) .

Universitas Sumatera Utara

Gaya tekan yang bekerja sejajar serat bambu akan menimbulkan bahaya
tekuk pada bambu sedangkan gaya tekan yang bekerja tegak lurus arah serat akan
menimbulkan retak pada bambu.

P
Bahaya Tekuk

Gambar II.3 Batang Bambu menerima gaya tekan sejajar serat

Bambu

P
Gambar II.4 Batang Bambu menerima gaya tekan tegak lurus serat

Kekuatan tekan bambu semakin tinggi dari pangkal menuju ujung, sesuai
dengan meningkatnya jumlah serat sklerenkim yang merupakan pendukung utama
keteguhan bambu dan dipengaruhi oleh berat jenis dan masa dari bambu tersebut.
Jadi kekuatan tekan dari bambu meningkat dari pangkal menuju ujung seiring
dengan berkurangnya kadar air/kenaikan berat jenis dari bambu tersebut juga
diakibatkan prosentase kulit (bagian yang keras) terhadap tebal dinding pada ujung
lebih besar dari pangkal.

Universitas Sumatera Utara

Beberapa hal penting tentang Kuat Tekan sejajar arah serat bambu pada
beberapa jenis bambu :
Keteguhan tekan sejajar arah serat pada bambu berumur 3 tahun ternyata

lebih tinggi dari pada keteguhan sejenis pada bambu berumur 6 tahun.
Keteguhan tekan sejajar arah serat mengalami peningkatan sejalan dengan

meningkatnya posisi vertikal contoh uji dari pangkal ke arah ujung batang.
Hal ini disebabkan oleh kondisi kerapatan berkas pengangakutan yang
semakin meningkat pula mengikuti peningkatan posisi vertikal pada batang.
Keteguhan tekan sejajar arah serat tidak berpengaruh oleh kehadiran nodia

pada contoh uji.

II.1.3.3 Kuat Geser


Kekuatan geser adalah ukuran kekuatan bambu dalam hal kemampuannya
menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian bambu bergeser dari bagian lain
didekatnya.

P
Gaya Geser
Gambar II.5 Batang Bambu menerima Gaya Geser

Kekuatan geser berbeda-beda pada tebalnya dinding batang bambu (kekuatan


geser pada dinding bambu 10 mm menjadi 11% lebih rendah daripada dinding
bambu setebal 6 mm), dan pada bagian ruas dan bagian di antara ruas batang bambu.
Bambu berumur 5 tahun mempunyai keteguhan tekan sejajar serat tertinggi.

Universitas Sumatera Utara

Nilai kuat geser bambu memiliki prinsip dan hubungan yang sama dengan
kuat tekan bambu dimana kekuatan geser bambu juga turut dipengaruhi oleh berat
jenis bambu dan masa serat dari bambu itu sendiri.

II.1.3.4 Kuat Lentur Bambu


Kuat Lentur merupakan ukuran kemampuan suatu bahan menahan lentur
(Beban) yang bekerja tegak lurus sumbu memanjang serat di tengah-tengah bahan
yang di tumpu pada kedua ujungnya tanpa terjdi perubahan bentuk yang tetap.
Kuat Lentur dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu kuat Lentur statik
dan kuat Lentur pukul. Kuat Lentur statik menunjukkan kekuatan bambu dalam
menahan gaya yang mengenainya perlahan-lahan, sedangkan kuat Lentur pukul
adalah kekuatan bambu dalam menahan gaya yang mengenainya secara mendadak.

Gambar II.6 Batang Bambu yang menerima beban lentur


Balok bambu yang terletak pada dua tumpuan atau lebih, bila menerima
beban berlebihan akan melengkung/melentur. Pada bagian sisi atas balok akan terjadi
tegangan tekan dan pada sisi bawah akan terjadi tegangan tarik yang besar (lihat
Gambar II.6). Akibat tegangan tarik yang melampaui batas kemampuan bambu maka
akan terjadi regangan yang cukup berbahaya.

Universitas Sumatera Utara

II.1.4 Tegangan Ijin Bambu untuk Perancangan


Dalam perancangan struktur, bangunan yang akan dibuat harus ekonomis,
aman dan tidak mengkhawatirkan. Kekuatan bambu sangat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan, kesuburan tanah serta lokasi tempat tumbuh. Perancangan struktur harus
didasarkan kekuatan bambu dengan memperhitungkan faktor aman secukupnya.
Tegangan Ijin untuk Perancangan Penelitian-penelitian yang pernah
dilakukan telah mendapatkan angka-angka yang menunjukan kekuatan bambu, tetapi
perlu diingat bahwa bambu merupakan bahan organik yang tumbuh secara alami
sehingga memiliki kekuatan yang tidak seragam pada satu jenisnya dan pada
kenyataannya bambu dari jenis yang sama memiliki kekuatan yang tidak selalu sama.
Menyadari bahwa pemakaian bambu sebagai bahan bangunan cukup banyak
dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum melalui
Pusat penelitian dan Pengembangan Pemukiman telah melakukan penelitian
mendalam tentang bambu khususnya dalam upaya untuk membuat pedoman bagi
masyarakat untuk mengetahui sifat fisik dan mekanika bambu. Adapun hasil
penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel II.5.

Tabel II.3 Kuat Batas dan Tegangan Ijin Bambu (Morisco, 1999)
Jenis

Kuat Batas

Tegangan Ijin

Tegangan

(Kg/cm2)

(Kg/cm2)

Tarik

981 3920

294.2

Lentur

686 2940

98.07

Tekan

245 981

78.45

E Tarik

98070 294200

196.1 x 103

(Sumber : Morisco,1999)

Universitas Sumatera Utara

Pada tabel II.5 merekomendasikan tegangan ijin yang dapat dipakai oleh
berbagai macam bambu. Tentunya tegangan ijin yang direkomendasikan ini
cenderung berada pada posisi yang aman untuk pemakaian. Dengan demikian angkaangka tersebut jika dipakai sebagai dasar dalam perancangan tentunya akan
menghasilkan struktur yang konservatif.
Jika diinginkan hasil perancangan yang baik, yaitu aman dan ekonomis, maka
pengujian kekuatan bahan perlu dilakukan. Hasil yang diperoleh, sebelum dipakai
untuk perancangan perlu dikombinasikan dengan faktor aman secukupnya.
Dalam praktek bambu sering dipasang dalam keadaan masih segar sehabis
dipotong dari rumpun. Setelah terpasang pada bangunan, secara berangsur-angsur air
bambu akan menguap. Prawirohatmodjo (1990) telah membuktikan bahwa
pemakaian bambu segar tidak membahayakan, karena setelah bambu kering
kekuatannya bahkan sedikit meningkat.

II.1.5 Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Mekanis


Pemilihan secara mekanis untuk mendapatkan modulus elastisitas lentur
harus dilakukan dengan mengikuti standar pemilahan mekanis yang baku.
Berdasarkan modulus elastis lentur yang diperoleh secara mekanis, kuat acuan
lainnya dapat diambil mengikuti tabel II.6 Kuat acuan yang berbeda dengan Tabel
II.6 dapat digunakan apabila ada pembuktian secara eksperimental yang mengikuti
standar-standar eksperimen yang baku.

Universitas Sumatera Utara

Tabel II.4 Nilai kuat acuan (MPa) berdasarkan atas pemilahan secara mekanis
pada kadar air 15% ( berdasarkan PKKI NI - 5 2002 )

Kode

Ew

Fb

Ft//

Fc//

Fv

Fc

E26

25000

66

60

46

6,6

24

E25

24000

62

58

45

6,5

23

E24

23000

59

56

45

6,4

22

E23

22000

56

53

43

6,2

21

E22

21000

54

50

41

6,1

20

E21

20000

56

47

40

5,9

19

E20

19000

47

44

39

5,8

18

E19

18000

44

42

37

5,6

17

E18

17000

42

39

35

5,4

16

E17

16000

38

36

34

5,4

15

E16

15000

35

33

33

5,2

14

E15

14000

32

31

31

5,1

13

E14

13000

30

28

30

4,9

12

E13

14000

27

25

28

4,8

11

E12

13000

23

22

27

4,6

11

E11

12000

20

19

25

4,5

10

E10

11000

18

17

24

4,3

Mutu

Dimana :

Ew

Modulus elastis lentur

Fb

Kuat lentur

Ft//

Kuat tarik sejajar serat

Fc//

Kuat tekan sejajar serat

Fv

Kuat Geser

Fc

Kuat tekan tegak lurus

Universitas Sumatera Utara

II.1.6 Bambu Betung (Dendrocalamus asper)


Pada ekperimen kali ini bambu yang akan digunakan sebagai bahan untuk
komposit Balok Bambu beton adalah Bambu Betung (Dendrocalamus asper).
Bambu betung termasuk dalam famili Graminae sub famili Bambusoidae
yang memiliki nama botani Dendrocalamus asper (Schult.F). Bambu ini memiliki
nama-nama daerah diantaranya bambu betung coklat (Bengkulu), betung hijau
(Lampung), buluh batung (sumatera utara) dan betung hitam (Banyuwangi).
Bambu betung memiliki rumpun yang agak sedikit rapat. Dapat tumbuh di
dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 m diatas permukaan
laut. Pertumbuhannya cukup baik khususnya untuk daerah yang tidak terlalu kering.
Warna kulit batang hijau kekuning-kuningan. Batang dapat mencapai panjang 10 14 meter, Panjang ruas 40-60 cm dengan diameter 6 15 cm, tebal dinding cukup
tebal yaitu 1-3 cm.
Bambu betung banyak dipakai sebagai bahan bangunan, perahu, kursi, dipan,
saluran air, penampungan air aren hasil sedapan, dinding (gedeg), dan berbagai jenis
kerajinan. Rebung betung terkenal paling enak.

Gambar II.7 Bambu Betung (Dendrocalamus asper)

Universitas Sumatera Utara

II.2 Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk

masa

padat

(SK SNI

03-2847-2002).

Kadang-kadang

dalam

pencampuran ditambahan bahan lain (additif) yang masih plastis pada perbandingan
tertentu sampai menjadi satu kesatuan yang homogen. kemudian dengan
menambahkan secukupnya bahan perekat semen dan air sebagai bahan pembantu
guna rekasi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung.
Beton akan meningkat kekuatannya seiring dengan bertambahnya umur.
Yang dimaksud umur di sini dihitung sejak beton dibuat. Kenaikan kekuatan beton
mula-mula cepat, yaitu antara umur 1 hari sampai 28 hari, akan tetapi semakin lama
kenaikan kekuatannya menjadi semakin lambat. Oleh karena itu sebagai standar
kekuatan beton dipakai kekuatan beton pada umur 28 hari.
Nilai Kuat Tekan beton relatif tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya.
Nilai kuat tarik beton hanya berkisar antara 915 % kuat tekannya. Pada
penggunaannya sebagai bahan bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang
tulangan baja atau bahan lain sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu
membantu kelemahan beton yaitu pada bagian yang menahan gaya tarik.
Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton merupakan fungsi dari:
a. Nilai perbandingan campuran dan mutu bahan susun,
b. Metode pelaksanaan pengecoran,
c. Pelaksanaan finishing,
d. Temperatur,
e. Kondisi perawatan pengerasannya

Universitas Sumatera Utara

Beton keras yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan
aus, dan kembang susutnya kecil (Tjokrodimulyo 1996 : 2).
Sebagai bahan konstruksi beton juga memiliki kelebihan dan kekurangan
(Tjokrodimulyo 1996 : 2) antata lain sebagai berikut.
Kelebihan beton sebagai bahan konstruksi adalah:
1. Beton mampu menahan gaya tekan dengan baik, serta mempunyai sifat
tahan terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi lingkungan.
2. Beton segar dapat dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan.
Cetakan dapat pula dipakai berulang kali sehingga lebih ekonomis.
3. Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan beton lama yang retak
maupun dapat diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan.
4. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang
pada tempattempat yang posisinya sulit.
5. Beton tahan aus dan tahan bakar, sehingga perawatannya lebih murah.
Kekurangan Beton sebagai bahan konstruksi antara lain:
1. Beton dianggap tidak mampu menahan gaya tarik, sehingga mudah
retak. Oleh karena itu perlu di beri baja tulangan atau bahan lain sebagai
penahan gaya tarik.
2. Beton keras menyusut dan mengembang bila terjadi perubahan
suhu,sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah
terjadinya retakan retakan akibat terjadinya perubahan suhu

Universitas Sumatera Utara

3. Untuk mendapatkan beton kedap air secara sempurna, harus dilakukan


dengan pengerjaan yang teliti.
4. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan diteliti
secara seksama

II.2.1 Bahan- Bahan Penyusun Beton


II.2.1.1 Semen
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi
pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar,
sedangkan jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton
segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (hardened concrete).
Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga membentuk
suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran agregat atau
dengan kata lain semen berfungsi sebagai bahan perekat bahan susun beton.
Semen Portland (PC) dibuat dari semen hidraulis (hydraulic binder) yang
dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terbuat dari batu kapur (CaCO3)
yang jumlahnya amat banyak serta tanah liat dan bahan dasar berkadar besi, terutama
dari silikat silikat kalsium yang bersifat hidraulis ditambah dengan bahan yang
mengatur waktu ikat. (SK SNI 03 - 2847 2002).

Unsur utama Semen Portland terdiri dari: Trikalsium silikat (C3S atau
3CaO.SiO2), Dikalsium silikat (C2S atau 2CaO.SiO2), Trikalsium aluminat (C3A

Universitas Sumatera Utara

atau 3CaO.Al2O3),dan Tetrakalsium aluminoferit (C4AF atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3).


(Neville, 1975).
Menurut SK SNI 03 2847 2002 Semen untuk bahan konstruksi harus
memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
1. SNI 15-2049-1994, Semen portland.
2. Spesifikasi semen blended hidrolis (ASTM C 595 ), kecuali tipe S dan SA
yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur beton.
3. "Spesifikasi semen hidrolis ekspansif" (ASTM C 845).
Menurut SNI 15-2049-1994 Semen Portland diklasifikasikan dalam lima
jenis, yaitu :
Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Digunakan untukbangunanbangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Digunakan untuk konstruksi
bangunan dan beton yang terus-menerus berhubungan dengan air kotor atau
air tanah atau untuk pondasi yang tertahan di dalam tanah yang mengandung
air agresif (garam-garam sulfat) dan saluran air buangan atau bangunan yang
berhubungan langsung dengan rawa.
Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan
awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen
jenis ini digunakan pada daerah yang bertemperatur rendah, terutama pada
daerah yang mempunyai musim dingin (winter season).

Universitas Sumatera Utara

Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas


hidrasi yang rendah. Digunakan untuk pekerjaan-pekarjaan yang besar dan
masif, umpamanya untuk pekerjaan bendung, pondasi berukuran besar atau
pekerjaan besar lainnya.
Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
yang tinggi terhadap sulfat. Digunakan untuk bangunan yang berhubungan
dengan air laut, air buangan industri, bangunan yang terkena pengaruh gas
atau uap kimia yang agresif serta untuk bangunan yang berhubungan dengan
air tanah yang mengandung sulfat dalam persentase yang tinggi.
Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan jelas
semen yang boleh dipakai, dan harus selalu dipertahankan sesuai dengan yan dipakai
pada waktu penentuan rencana campuran.

II.2.1.2 Agregat
Dalam SK SNI 03 2847 2002 agregat didefinisikan sebagai material
granuler, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku pijar yang dipakai
bersamasama dengan media pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan
semen hidraulik.
Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi, yaitu
berkisar 70%-75% dari volume beton. Untuk mencapai kuat beton yang baik perlu
diperhatikan kepadatan dan kekerasan massanya, karena umumnya semakin padat
dan keras massa agregat akan makin tinggi kekuatan dan durability-nya (daya tahan
terhadap penurunan mutu akibat pengaruh cuaca).

Universitas Sumatera Utara

Untuk membentuk massa padat diperlukan susunan gradasi butiran agregat


yang baik. Di samping bahan agregat harus mempunyai cukup kekerasan, sifat kekal,
tidak bersifat reaktif terhadap alkali, dan tidak mengandung bagian bagian kecil
(<70 micron) atau lumpur. Nilai kuat beton yang dicapai sangat ditentukan oleh mutu
agregat ini.
Indek yang dipakai untuk ukuran kehalusan dan kekasaran butir agregat
ditetapkan dengan modulus halus butir. Pada umumnya pasir mempunyai modulus
halus antara 1,5 sampai 3,8 dan kerikil antara 5 dan 8. Modulus halus butir campuran
dihitung dengan rumus :
W=
Dimana:

W = Persentase berat pasir terhadap berat kerikil,


K = Modulus halus butir kerikil,
P = Modulus halus butir pasir,
C = Modulus halus butir campuran.

II.2.1.2.1 Agregat Halus


Agregat Halus adalah Pasir alam sebagai hasil disintegrasi 'alami' batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm atau lolos saringan no.4 dan tertahan pada saringan no.200.
Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap berat
keringnya. Apabila kadar lumpur melebihi 5%, maka pasirnya harus dicuci. Lumpur
pada pasir dapat menghalangi ikatan dengan pasta semen. Selain itu agregat halus ini
tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat merusak beton. Kegunannya
adalah untuk mengisi ruangan antara butir agregat kasar dan memberikan kelecakan.

Universitas Sumatera Utara

II.2.1.2.2 Agregat Kasar


Agregat kasar (kerikil/batu pecah) berasal dari disintegrasi alami dari batuan
alam atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu (stone
crusher) dengan ukuran butiran antara 5 mm sampai 40 mm. agregat kasar
dinamakan kerikil, kricak, batu pecah atau split.
Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:
1) 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun
2) 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
3) 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat, bundel

tulangan, atau tendon-tendon prategang atau selongsong-selongsong.


Agregat kasar harus terdiri dari butirbutiran yang keras, dan tidak berpori.
Agregat kasar yang mengandung butirbutir pipih hanya boleh dipakai apabila
jumlah butirbutir pipih tersebut tidak lebih 20% dari agregat seluruhnya. Agregat
harus memenuhi syarat kebersihan yaitu, tidak mengandung lumpur lebih dari 1 %,
dan tidak mengandung zatzat organik yang dapat merusak beton.
Beberapa faktor dalam menentukan jenis Agregat kasar yang akan dipakai:
a. Gradasi, mempengaruhi kekuatan
b. Kadar air, mempengaruhi perbandingan air semen
c. Kebersihan, mempengaruhi kekuatan dan keawetan
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih
kecil dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk
pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan
tanah, bronjong atau bendungan dan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

II.2.1.3 Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang sangat penting. Di dalam
campuran beton, air mempunyai dua buah fungsi, yang pertama, untuk
memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya
pengerasan, dan yang kedua, sebagai bahan pelumas antar butir-butir agregat agar
mudah dikerjakan dan dipadatkan.
Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat sesuai
dengan SK SNI 03 2847 2002 yaitu sebagai berikut :
1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahanbahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik,
atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di
dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan.
3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi:
a.

Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran


beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.

b. Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang
dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus
mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari
kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.

Universitas Sumatera Utara

II.2.1.4 Faktor Air Semen (fas)


Faktor air semen (fas) atau Water Cement Ratio (W.C.R) sangat mempengaruhi
kekuatan beton, fas merupakan perbandingan antara berat air dengan semen dalam
adukan beton. Agar terjadi proses hidrasi yang sempurna dalam adukan beton, pada
umumnya dipakai nilai faktor air semen (fas) antara 0.40 0.60 tergantung mutu
beton yang hendak dicapai. Kelebihan air meningkatkan kemampuan pengerjaan,
akan tetapi menurunkan kekuatan. Untuk menambah daya tahan workability
(kelecakan, sifat mudah dikerjakan) diperlukan nilai fas yang lebih tinggi.
Defenisi istilah perbandingan air semen perlu dijelaskan. Kesulitannya timbul
dari adanya air dalam takaran beton yang berasal dari tiga sumber :
1. air yang diserap dalam agregat (w)
2. air permukaan pada agregat (ws)
3. air yang ditambahkan selama mencampur (wm)
Perbanding air semen =

s + m

=
wc

wc

Rasio air tertentu diperlukan untuk memberikan aksi kimiawi didalam


pengerasan beton. Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai fas, semakin
rendah mutu kekuatan beton. Namun fas yang semakin rendah tidak selalu berarti
bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai fas yang rendah akan menyebabkan
kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya akan menyebabkan
mutu beton menurun. Ratarata ketebalan lapisan yang memisahkan antara partikel
dalam beton sangat bergantung pada faktor air semen yang digunakan dan kehalusan
butir semennya.

Universitas Sumatera Utara

II.2.2 Sifat Sifat Beton


Dalam pengerjaan beton segar, sifat yang sangat penting harus diperhatikan
adalah kelecakan. Kelecakan adalah kemudahan pengerjaan beton (workability),
dimana

pada

penuangan

(placing)

dan

memadatkan

(compacting)

tidak

menyebabkan munculnya efek negatif berupa pemisahan (segregation) dan


pendarahan (bleeding).
Istilah kelecakan (workability) dapat didefinisikan dari tiga sifat berikut:
a. Kompaktibilitas yaitu kemudahan dimana beton dapat dipadatkan dan
mengeluarkan rongga rongga udara,
b. Mobilitas yaitu kemudahan dimana beton dapat mengalir ke dalam cetakan
dan membungkus tulangan,
c. Stabilitas yaitu kemampuan beton untuk tetap menjadi massa homogen
tanpa pemisahan selama dikerjakan.
Pada adukan yang tidak stabil, air dapat terpisah dari benda padat, kemudian
naik ke permukaan. Fenomena ini disebut pendarahan (bleeding). Sebaliknya,
agregat kasar bisa terpisah dari mortar. Sedangkan fenomena ini disebut pemisahan
(segregation).

II.2.2.1 Kuat Tekan


Karena beton mempunyai sifat yang kuat terhadap tekan dan mempunyai sifat
yang relatif rendah terhadap tarik maka umumnya beton hanya diperhitungkan
bekerja dengan baik hanya di daerah tekan saja pada penampangnya dan hubungan

Universitas Sumatera Utara

tegangan-regangan yang timbul karena pengaruh pengaruh gaya tekan tersebut


digunakan sebagai dasar pertimbangan.
Nilai dari kuat tekan beton ditentukan dari tegangan tekan tertinggi (fc) yang
dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban tekan selama percobaan. Dengan
demikian, seperti tampak pada gambar, harap dicatat bahwa tegangan fc bukanlah
tegangan yang timbul pada saat benda uji hancur melainkan tegangan maksimum
pada saat regangan beton (b) mencapai nilai 0,002. Selanjutnya nilai tegangan fc
akan turun dengan bertambahnya nilai regangan sampai benda uji hancur pada nilai '
mencapai 0.003 0.005.

Gambar II.8 Diagram Tegangan-Regangan Kuat Tekan Beton


[Dipohusodo, 1999]

Pada SK SNI 03 2847 2002 menetapkan regangan kerja maksimum yang


diperhitungkan di serat tepi beton tekan terluar adalah 0.003 sebagai batas hancur
namun tidak konservatif untuk beton kuat tinggi dengan nilai fc' antara 55-80 MPa. \

Universitas Sumatera Utara

Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara nilai 10 65 MPa. Untuk
struktur beton bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan kuat tekan
berkisar 17 30 MPa, sedangkan untuk beton prategang digunakan beton dengan
kuat tekan lebih tinggi berkisar antara 30 45 MPa. [Dipohusodo, 1999].
Faktor faktor penting lainnya yang mempengaruhi kuat tekan beton yaitu
antara lain:
1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata rata dan kuat
batas beton.
2. Perawatan (curing), kehilangan kekuatan sampai 40 % dapat terjadi bila
pengeringan diadakan sebelum waktunya.
3. Suhu, pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat hancur akan tetap rendah untuk
waktu yang lama.
4. Umur, pada keadaan yang normal kekuatan beton bertambah dengan
umurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.
Misalnya dengan kadar alumina yang tinggi menghasilkan beton yang kuat
hancurnya pada 24 jam sama dengan Semen Portland biasa pada umur 28
hari. pengerasan berlangsung terus secara lambat sampai beberapa tahun.

Table II.5 Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur untuk benda uji
silinder yang dirawat di laboratorium
Umur Beton (hari)
3
7
14
21
28

Portland Type I
0,46
0,70
0,88
0,96
1,00

Universitas Sumatera Utara

II.2.2.2 Modulus Elastisitas Beton


SK SNI 03 2847 2002 memberikan nilai modulus elastisitas beton yaitu:
Untuk nilai wc di antara 1500 kg/m3 dan 2500 kg/m3, nilai modulus elastisitas
beton (Ec) :
0.043

Ec =

(dalam MPa)

Untuk beton normal Ec dapat diambil sebesar :


Ec = 4700

Dimana:

Wc

= Berat Satuan Beton (kg/m3)


= Kuat Tekan Beton yang disyaratkan (MPa)

Sesuai dengan teori elastisitas,secara umum kemiringan kurva pada tahan


awal (Gambar II.8) menggambarkan nilai modulus elastisitas suatu bahan.

Perubahan bentuk

Benda uji dibebani

B
Y
Perubahan
bentuk elastis

Beban
diambil

C
Pengembalian
bentuk plastis

Aliran plastis
atau rayapan

0
X
Pengembalian
bentuk elastis

Waktu

Perubahan
bentuk
tetap

Universitas Sumatera Utara

Gambar II.9 Ilustrasi dari perubahan bentuk beton yang dibebani terhadap
waktu (Sumber : L.J. Murdock; Bahan dan Praktek Beton, hal. 11)
Nilai regangan tidak berbanding lurus dengan nilai tegangannya berarti bahan
beton tidak sepenuhnya bersifat elastis, sedangkan nilai modulus elastisitas berubahubah sesuai dengan kekuatannya.
Modulus elastisitas beton berubah-ubah tergantung kepada umur beton, sifatsifat dari agregat dan semen, kecepatan pembebanan, jenis dan ukuran dari benda uji.
Pada umumnya nilai kuat maksimum untuk mutu beton tertentu akan
berkurang pada tingkat pembebanan yang lebih lamban atau slower rates of strain.
Nilai kuat beton beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya nilai kuat beton
ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya
pada umur 7 hari kuat beton mencapai 70 % dan pada umur 14 hari mencapai 85 % 90 % dari kuat beton umur 28 hari.).
Tabel II.6 Nilai Modulus Elastis Beton Normal
Fc (Kg/cm2)

Ec (MPa)

175

19500

200

20800

225

22100

250

23300

II.2.2.3 Kekuatan Tarik


Nilai kuat tarik beton relatif jauh lebih rendah daripada nilai kuat tekan beton.
Nilai kuat tarik bahan beton normal hanya berkisar antara 9% - 15% dari kuat
tekannya. Kuat tarik beton yang tepat sulit untuk diukur. Kekuatan tarik beton
seringkali diukur berdasarkan modulus tarik (modulus of rupture), yaitu tegangan

Universitas Sumatera Utara

tarik lentur beton yang timbul pada pengujian hancur balok beton polos (tanpa
tulangan). Nilai ini sedikit lebih besar dari nilai tarik sesungguhnya.
SNI-Beton-2002 membatasi untuk beton normal, kekuatan beton dalam
menahan tarik akibat lentur adalah:

Fr = 0,70

f 'c

ini biasa dikenal dengan tegangan retak

Dengan Ec dan fc dalam Mpa. Harga ini harus dikalikan faktor 0,75 untuk
beton ringan total dan 0,85 untuk beton ringan berpasir.
Dari berbagai hasil percobaan terlihat bahwa kekuatan tarik beton sangat
kecil dibandingkan kekuatan tekannya, sehingga dalam analisis atau desain kekuatan
tarik beton diabaikan, dan beton dianggap hanya dapat menahan gaya tekan.

II.2.2.4 Sifat Rangkak dan Susut Pada Beton


Pada beton yang sedang menahan beban akan terbentuk suatu hubungan
regangan dan tegangan yang merupakan fungsi dari waktu pembebanan. Beton
menunjukkan sifat elastis murni hanya pada waktu menahan beban singkat.
Sedangkan pada beban tidak singkat beton mengalami regangan dan tegangan akibat
pembebanan terjadi pula peningkatan regangan sesuai jangka waktu pembebanan
yang disebut deformasi rangkak (creep).
Rangkak adalah sifat dimana beton mengalami perubahan bentuk (deformasi)
permanen akibat beban tetap yang bekerja padanya. Rangkak timbul dengan
intensitas yang semakin berkurang untuk selang waktu tertentu dan kemungkinan
berakhir setelah beberapa tahun berjalan.

Universitas Sumatera Utara

Pada umumnya beton mutu tinggi mempunyai tingkat nilai rangkap yang
lebih tinggi dibandingkan dengan beton mutu rendah. Besarnya deformasi rangkap
sebanding dengan beban yang ditahan dan juga jangka waktu pembebanan.
Pada umumnya rangkak tidak mengakibatkan dampak langsung terhadap
kekuatan struktur tetapi akan mengakibatkan timbulnya redistribusi tegangan pada
beban kerja dan kemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan lendutan
(defleksi). Pada umumnya proses creep (rangkak) selalu dihubungkan dengan susut
karena keduanya terjadi bersamaan dan sering kali memberikan pengaruh sama, yaitu
deformasi yang bertambah sesuai dengan berjalannya waktu.
Faktor yang mempengaruhi besarnya rangkak (creep) pada suatu struktur
adalah sebagai berikut:
1. Sifat bahan dasar, seperti komposisi dan kehalusan semen, kualitas adukan,
dan kandungan mineral dalam agregat
2. Rasio air terhadap jumlah semen atau kadar air
3. Suhu pada waktu proses pengerasan
4. Kelembaban nisbi selama penggunaan
5. Umur beton pada saat beban bekerja
6. Lama pembebanan
7. Nilai tegangan
8. Nilai perbandingan luas permukaan dan volume komponen struktur
9. Nilai slump.
Sedangkan proses susut secara umum didefinisikan sebagai perubahan
volume yang tidak berhubungan dengan beban. Pada umumnya faktor-faktor yang

Universitas Sumatera Utara

mempengaruhi terjadinya rangkak juga mempengaruhi susut, khususnya faktorfaktor yang berhubungan dengan hilangnya kelembaban.
Proses susut pada beton apabila dihalangi secara tidak merata (oleh
penulangan misalnya), akan menimbulkan deformasi yang umumnya meningkatkan
deformasi rangkak. Oleh karena itu, agar dapat dicapai tingkat kelayanan yang baik
diperlukan pengendalian dan perhitungan dalam proses susut tersebut.

II.2.3 Metode Perencanaan Kekuatan Batas/Ultimate


Pengujian terhadap balok beton bertulang memberikan suatu hasil bahwa
regangan bervariasi menurut jarak garis pusatnya ke serat tarik bahkan pada saat
beban mendekati beban batas. Tegangan tekan bervariasi hampir menurut suatu garis
lurus hingga tegangan dan regangan kira-kira akan mencapai seperti yang terlihat
pada gambar berikut:

Gambar II.10 Analisa Balok Persegi

Tegangan tekan bervariasi mulai dari nol pada garis netral hingga mencapai
nilai maksimum pada suatu titik yang dekat dengan serat terluar sisi tekan.
Walaupun distribusi tegangan yang sebenarnya merupakan suatu hal yang penting,

Universitas Sumatera Utara

beberapa bentuk asumsi dapat digunakan secara praktis jika hasil perbandingan hasil
analisa sesuai dengan hasil pengujian. Bentuk yang umum digunakan adalah bentuk
persegi, parabola, dan trapesium.

Gambar II.11 Bentuk Distribusi Tekan


Whitney menggantikan blok kurva tegangan dengan suatu balok persegi
ekivalen dengan intensitas 0.85fc dan kedalaman a = 1.c, seperti tampak pada
gambar diatas, luas balok persegi harus sama dengan luas balok kurva tegangan yang
sebenarnya dan pusat berat dari kedua balok ini juga harus berhimpit.
Dalam peraturan SK SNI 03-2847-2002, untuk nilai fc yang lebih kecil atau
sama dengan 30 Mpa nilai 1 ditentukan sebesar 0.85, dan nilai ini berkurang 0.05
untuk tiap kenaikan fc sebesar 7 Mpa. Tetapi nilai ini tidak diambil kurang dari 0.65.
Beberapa alasan digunakannya metode kuat batas (ultimate strength design)
sebagai trend perencanaan struktur beton adalah:
1. Struktur beton bersifat in-elastis saat beban maksimum, sehingga teori elastis
tidak dapat secara akurat menghitung kekuatan batasnya. Untuk struktur yang
direncanakan dengan metode beban kerja (working stress method) maka faktor

Universitas Sumatera Utara

beban (beban batas/beban kerja) tidak diketahui dan dapat bervariasi dari struktu
dengan struktur lainya.
2. Faktor keamanan dalam bentuk faktor beban lebih rasional, yaitu faktor beban
rendah untuk struktur dengan pembebanan yang pasti, sedangkan faktor beban
tinggi untuk pembebanan yang fluktuatif (berubah-ubah).
3. Kurva tegangan-regangan beton adalah non-linier dan tegangan dari kurva,
misalnya regangan rangkak (creep) akibat tegangan yang konstan dapat beberapa
kali lipat dari regangan elastis awal. Oleh karena itu, nilai rasio modulus yang
digunakan dapat menyimpang dari kondisi sebenarnya. Regangan rangkak dapat
memberikan redistribusi tegangan yang lumayan besar pada penampang struktur
beton, artinya tegangan sebenarnya yang terjadi pada struktur tersebut bias
berbeda dengan tegangan yang diambil dalam perencanaan.
4. Metode perencanaan kuat batas memanfaatkan kekuatan yang dihasilkan dari
distribusi tegangan yang lebih efisien yang dimungkinkan oleh adanya regangan
in-elastis.
5. Metode perencanaan kuat batas menghasilkan penampang struktur beton yang
lebih efisien.
6. Metode perencanaan kuat batas dapat digunakan untuk mengakses daktilitas
struktur di luar batas elastisnya.

Universitas Sumatera Utara

Gambar II.12 Hubungan non linier antara tegangan regangan.

II.3 Konstruksi Komposit.


Menurut SK SNI 03 2847 2002 komponen struktur lentur beton komposit
adalah komponen struktur lentur beton yang dibuat secara pracetak dan/atau yang
dicor di tempat, yang masing-masing bagian komponennya dibuat secara terpisah,
tetapi saling dihubungkan sedemikian hingga semua bagian komponen bereaksi
terhadap beban kerja sebagai suatu kesatuan.
Komposit secara sederhana didefenisikan sebagai gabungan dari dua macam
atau lebih bahan bangunan yang modulus elastisnya berbeda digabungkan
sedemikian rupa, sehingga bekerja sama memikul beban yang bekerja sehingga
kelebihan sifat masingmasing bahan yang membentuk komponen struktur komposit
tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Struktur komposit adalah struktur yang tediri dari dua jenis bahan konstruksi
yang berbeda yang disatukan dengan bagian penyambung, yang lebih dikenal dengan

Universitas Sumatera Utara

penghubung geser (shear connector). Penghubung geser ini dipasang untuk


menghubungkan dua bahan tersebut sehingga secara bersama-sama dapat memikul
beban yang bekerja pada struktur.
Apabila struktur bekerja komposit sempurna, maka slip antara kedua bahan
tidak akan terjadi. Konsep analisis penampang komposit penuh didasarkan pada dua
kondisi, yaitu kondisi elastis dan non elastis. Kondisi elastis adalah kondisi dimana
kedua bahan masih berada dalam batas-batas elastis. Pada kondisi inelastis,
pembahasan dibatasi pada keadaan plastis.

Beberapa batasan dalam analisis struktur komposit ini diantaranya adalah:


1. Defleksi vertikal mempunyai nilai yang sama untuk kedua elemen, hal ini
berarti tidak ada gap antara bahan.
2. Penampang tetap rata baik sebelum atau sesudah dibebani, deformasi geser
antara dua elemen diabaikan.
3. Perilaku bahan yang digunakan adalah tidak elastis linier sehingga retak dan
keplastisan beton diperhitungkan.
4. Jarak antar penghubung geser adalah sama.
5. Friksi antara kedua bahan tidak diperhitungkan.
6.

Gaya geser pada bidang batas sepenuhnya diambil oleh penghubung.


Bahan konstruksi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah balok komposit

bambu dengan beton. Komponen komposit bambubeton adalah komposit yang


terbentuk dari bahan bambu dan beton, dengan perantara alat sambung geser,
sehingga mampu bereaksi terhadap beban kerja sebagai satu kesatuan.

Universitas Sumatera Utara

Pada penggunaananya sebagai struktur bangunan, beton diperkuat dengan


batang tulangan baja untuk menahan gaya tarik yang terjadi, karena beton memiliki
nilai kuat tarik yang relatif rendah. Namun pada percobaan kali ini tegangan tarik
yang terjadi pada balok beton akan di perkuat dengan Bambu.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menghemat penggunaan bahan
bangunan, yaitu dengan cara menggabungkan bambu dan beton dalam satu kesatuan
struktur komposit. Dengan memanfaatkan kelebihan sifat mekanik masingmasing
bahan secara maksimal, akan didapat struktur gabungan yang lebih kuat
dibandingkan dengan masingmasing bahan penyusunnya
II.3.1 Penghubung Geser (Shear Connector)
Penghubung geser adalah alat sambung mekanik yang berfungsi memikul
beban geser yang timbul pada bidang kontak kedua material tersebut, sehingga pada
keadaan komposit kedua material bekerja sama sebagai satu kesatuan.
Alat penghubung geser yang kita kenal ada bermacam-macam diantaranya
paku, baut dan pasak. Dalam hal kekuatan sambungan tidak dibedakan apakah itu
sambungan desak atau sambungan tarik, yang menetukan kekuatan sambungan
bukan kekuatankekuatan tarik dan geser melainkan kuat desak pada lubang serta
kekuatan alat penghubung geser tersebut. Biasanya dalam analisis tegangan
tegangan dalam arah sambungan maupun pada penampang penghubung geser
dianggap rata.
Beton dan bambu merupakan dua bahan bangunan yang berbeda sifat
mekanis dan fisiknya. Beton merupakan bahan konstruksi anorganis material yang
kuat menahan gaya desak tetapi lemah terhadap gaya tarik, sedangkan bambu

Universitas Sumatera Utara

merupakan organis material yang peka terhadap lembab atau kadar air yang
dikandungnya, dan mempunyai kuat tarik yang cukup tinggi.
Bila dua bahan tersebut yakni beton dan bambu disatukan dengan cara
tertentu, yaitu dengan menggunakan penghubung geser yang sesuai, maka keduanya
akan menyatu dan mampu bereaksi sebagai komponen struktur komposit. Agar aksi
komposit dapat tercipta dengan sempurna, maka pada bidang kontak antara kedua
bahan tersebut tidak boleh terjadi geser dan atau pemisahan.
Pada balok tidak komposit (Gambar II.10a), jika gesekan antara kedua bahan
diabaikan, maka masing-masing bahan kan memikul suatu bagian beban secara
terpisah.

Gambar II.13 Perbandingan antara balok komposit dan balok tanpa komposit
yang melendut.

Permukaan bawah beton mengalami perpanjangan akibat deformasi tarik,


sedangkan permukaan atas bambu akan mengalami perpendekan akibat deformasi
tekan. Apabila lekatan beton terhadap bambu diabaikan, maka tidak ada gaya geser
horisontal yang bekerja pada bidang kontak tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Namun pada balok komposit (Gambar II.10b) terjadi lekatan sempurna antara
kedua bahan maka tidak akan terjadi slip atau geser sehingga beban yang terjadi
pada balok akan dipikul bersama-sama oleh kedua bahan. Sehingga dari diagram
tegangan-regangan yang terjadi garis netral diantara kedua bahan akan berada pada
garis yang sama karena tidak ada lagi regangan slip yang terjadi.
Pada percobaan ini yaitu komposit balok bambu-beton penghubung geser
(shear connector) yang digunakan adalah paku. Berbeda dengan kayu, adanya
rongga pada bambu membuatnya harus diperlakukan khusus agar tidak mudah pecah.
Oleh karena itu sebelum bambu dipaku sebaiknya di buat lubang dengan
menggunakan bor sebesar (Diamater paku-0.2 mm).

II.3.2 Paku
Alat sambung paku masih sering dijumpai pada struktur atap, lantai, dinding
atau struktur rangka rumah. Paku tersedia dalam dua jenis yaitu paku bulat dan paku
ulir. Paku bulat kekuatannya lebih rendah dari paku ulir, karena koefisien gesekan
paku ulir lebih besar sehingga tahanan cabutnya lebih besar. Diameter paku
dipasaran antara 2,75 mm sampai 8 mm dengan panjang 40 mm sampai 200 mm.
Ketebalan kayu yang yang disambung antara 20 mm sampai 40 mm.
Tabel II.7 Tebal kayu yang diperkenankan untuk beberapa ukuran paku
No.

Tebal Kayu (mm)

Nama Paku

Diameter
Paku (mm)

Panjang Paku
(mm)

20

2BWG12

2.8

51

20 25

2.5BWG11

3.1

63

20 30

3BWG10

3.4

76

25 35

3.5BWG9

3.8

89

Universitas Sumatera Utara

30 40

4BWG8

4.2

102

40

4.5BWG6

5.2

114

Paku dipasang dengan cara dipukul. Agar terhindar dari pecahnya kayu, pemasangan
paku dapat didahului oleh lubang penuntun. Untuk bambu diameter lubang penuntun
adalah diameter lubang 0.2 mm.
Dimana G adalah berat jenis kayu/bambu dan D adalah diameter batang paku.
Berdasarkan pedoman teknis spesifikasikasi komponen struktur lantai tingkat
komposit kayu-beton untuk gedung dan rumah ( Pt S-10-2000-C ) panjang paku yang
tertanam didalam kayu adalah sebesar 2/3 dari panjang paku dan 1/3 tertanam
didalam beton.
Jarak minimum antar konektor geser untuk dowel atau paku adalah:
a. Dalam arah gaya :
1.

120 mm atau 12 dowel atau 12 paku pada arah sejajar gaya, di ujung
balok dekat tumpuan;

2.

60 mm atau 10 dowel atau 10 paku p dalam satu barisan sejajar arah


gaya.

b. Dalam arah tegak lurus gaya :


1. 4 dowel atau 5 paku pada tepi kayu;
2. 4 dowel atau 5 paku pada barisan kayu.

II.3.2.1 Prinsip Perencanaan Struktur Komposit

Universitas Sumatera Utara

Analisis struktur secara ultimate memanfaatkan kemampuan struktur secara


penuh hingga beban batas akhir (ultimate load)

sehingga timbul bentuk plastis

dengan kekuatan struktur sampai tegangan runtuhnya.


Analisis ultimate pada umumnya digunakan untuk menentukan besarnya
beban runtuh (ultimate load) pada suatu struktur serta perilaku keruntuhannya
(mechanism). Gaya-gaya dalam yang terjadi telah melebihi batas elastis dan defleksi
yang terjadi cukup besar.
Analisis kekuatan batas (ultimate) untuk perhitungan kuat lentur komponen
struktur komposit untuk distribusi tegangan batas pada daerah momen positif balok
komposit yang menggunakan penghubung geser, tegangan tekan sebesar 0,85 fc
dianggap bekerja dengan distribusi merata di sepanjang daerah tekan efektif beton.
Kuat tarik beton dalam hal ini diabaikan. Tegangan lentur kayu/bambu pada balok
komposit tersebut diambil sebesar fb dengan distribusi merata baik di daerah tarik
maupun di daerah tekan penampang kayu/bambu.
Untuk distribusi tegangan ultimate pada daerah momen negatif balok
komposit tersebut, tegangan tarik beton diabaikan, dan tegangan tarik kayu/bambu
diambil sebesar fb dengan distribusi merata baik di daerah tarik maupun di daerah
tekan penampang kayu/bambu.
Dalam perencanaan ultimate, kecuali untuk balok yang diberi selubung beton,
seluruh gaya geser horizontal pada bidang kontak antara balok kayu dan beton harus
disalurkan oleh penghubung-penghubung geser. Untuk aksi komposit di mana beton
mengalami gaya tekan akibat lentur, gaya geser horizontal total yang bekerja pada
daerah yang dibatasi oleh titik-titik momen positif maksimum dan momen nol yang
berdekatan harus diambil sebagai nilai terkecil dari:

Universitas Sumatera Utara

1) 0,85 fc Ac;
2) Ab.fb;
3) Qn.
Untuk aksi komposit penuh, besarnya gaya geser horizontal ditentukan oleh
Ab.fb atau 0,85.fc dan jumlah penghubung geser yang diperlukan antara titik
momen nol dan momen maksimum adalah:

Dimana :
N

= jumlah penghubung geser

Vh

= gaya geser horizontal

Qn

= kuat nominal penghubung geser yang disebar merata dari


tumpuan sampai momen positif maksimum (tengah bentang).

II.3.2.2 Penempatan Paku Berdasarkan Metode Ultimate


Penempatan paku dilakukan menurut penempatan paku, dimana kekutan paku
Z diambil sebagai nilai terkecil dari nilai-nilai yang dihitung menggunakan semua
persamaan pada Tabel II.8 dan dikalikan dengan jumlah alat pengencang (n). Untuk
sambungan yang terdiri atas tiga komponen (sambungan dengan dua irisan), tahanan
lateral acuan diambil sebesar dua kali tahanan lateral acuan satu irisan yang terkecil.

Tabel II.8 Tahanan lateral acuan satu paku (Z) untuk satu alat
pengencang dengan satu irisan yang menyambung dua komponen

Universitas Sumatera Utara

Moda kelelehan

Is

Persamaan yang berlaku


Z =

3.3 D t s Fes
KD

Z =

3.3 k1 D p Fem
, dengan :
K D (1 + 2 Re )

IIIm

k1 = (1) + 2 (1 + Re ) +

Z =

2 Fyb (1 + 2 Re ) D 2
3 Fem p 2

3.3 k 2 D t s Fem
, dengan :
K D ( 2 + Re )

IIIs
k 2 = (1) +

IV

Z =

3.3 D 2
KD

2
2 (1 + Re ) 2 Fyb (1 + 2 Re ) D
+
2
Re
3 Fem t s

2 Fem Fyb
3 (1 + Re )

Catatan :
1. Re = Fem

Fes

2. Fe (Kuat tumpu kayu) = 114.45 G

1.84

(N/mm)

dimana G adalah berat jenis kayu/bambu kering oven.


3. P

= Kedalaman penetrasi efektif batang alat pengencang pada komponen


pemegang (lihat Gambar II.14)

4. KD = 2.2
= 0.38 D + 0.56

untuk D 4.3 mm,


untuk 4.3 mm < D < 6.4 mm

Universitas Sumatera Utara

untuk D 6.4 mm

= 3.0
5. Fyb = kuat lentur paku

Nilai kuat lentur paku dapat diperoleh dari supplier atau distributor paku.
Untuk jenis paku bulat pada umumnya, kuat lentur paku dapat dilihat pada Tabel II.9
Kuat lentur paku menurun dengan semakin meningkatnya diameter paku. Dimensi
paku yang meliputi diameter, panjang, dan angka kelangsingan dapat dilihat pada
Tabel II.10.
Tabel II.9 Kuat lentur paku untuk berbagai diameter paku bulat
(Sumber : Dasar Perencanaan Sambungan Kayu)
Diameter Paku

Kuat Lentur Paku, Fyb

3.6 mm

689 N/mm

3.6 mm < D 4.7 mm

620 N/mm

4.7 mm < D 5.9 mm

552 N/mm

5.9 mm < D 7.1 mm

483 N/mm

7.1 mm < D 8.3 mm

414 N/mm

D > 8.3 mm

310 N/mm

Tabel II.10 Berbagai Ukuran Diameter dan Panjang Paku


Diameter Paku

Panjang Paku

(mm)

(mm)

2BWG12

2.8

51

18

2.5BWG11

3.1

63

20

3BWG10

3.4

76

22

3.5BWG9

3.8

89

23

4BWG8

4.2

102

24

4.5BWG6

5.2

114

22

Nama Paku

* Angka kelangsingan : panjang paku dibagi diameter paku

Universitas Sumatera Utara

II.3.2.3 Tahanan Lateral Terkoreksi


Tahanan lateral terkoreksi ( Z), dihitung dengan mengalikan tahanan lateral
acuan dengan faktor faktor koreksi untuk sambungan paku. Faktor faktor koreksi
sambungan paku tersebut adalah :
1. Faktor kedalaman penetrasi, C d
Tahanan lateral acuan dikalikan dengan faktor kedalaman penetrasi C d , untuk
paku, penetrasi efektif batang ke dalam komponen pemegang, p, harus lebih
besar daripada atau sama dengan 6D.
Untuk 6D p < 12D,
Untuk p 12D,

maka

Cd =

p
12 D

C d = 1.00

Apabila penetrasi alat penyambung paku tembus maka faktor kedalaman


penetrasi diabaikan.

Gambar II.14 Sambungan paku dengan variasi penetrasi

Universitas Sumatera Utara

2. Faktor serat ujung, C eg


Tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan faktor serat ujung, C eg = 0.67,
untuk alat pengencang yang ditanamkan kedalam serat ujung kayu.
3. Sambungan paku miring, C tn
Untuk kondisi tertentu, penempatan paku pada kayu harus dilakukan secara
miring (tidak tegak lurus). Pada sambungan seperti ini, tahanan lateral acuan
harus dikalikan dengan faktor paku miring, C tn = 0.83.
4. Sambungan diafragma, C di
Faktor koreksi ini hanya berlaku untuk sambungan rangka kayu dengan plywood
seperti pada struktur diafragma atau shear wall (dinding geser). Nilai faktor
koreksi ini umumnya lebih besar daripada 1.00.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Pendahuluan
Pengujian dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu pengujian sampel
bambu, pengujian beton dan pengujian model komposit Balok Beton-Bambu. Bambu
yang digunakan untuk penelitian ini adalah Bambu Betung (Dendrocalamus asper)
dan mutu beton yang digunakan adalah k-175. Bahan-bahan tersebut akan diteliti

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai