Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Bambu
Bambu merupakan tanaman berumpun dan termasuk dalam family gramineae
dan terdapat hampir diseluruh dunia kecuali di Eropa. Jumlah yang ada di daerah
Asia Selatan dan Asia Tenggara kira-kira 80% dari keseluruhan yang ada di dunia
(Uchimura, 1980). Di seluruh dunia diperkirakan ada sekitar 1.000 jenis bambu
dimana Indonesia memiliki 142 jenis, baik yang endemik (hanya terdapat di satu
kawasan) maupun yang tersebar di Asia Tenggara (Rahardi 2008).
Bambu merupakan salah satu dari beberapa material atau bahan konstruksi
yang sudah cukup lama dikenal di masyarakat. Sebagai material bangunan, bambu
sangat mudah didapatkan bahkan di pelosok-pelosok desa bambu telah menjadi
tanaman wajib penghias pekarangan. Tanaman rakyat ini dikenal pertumbuhannya
sangat cepat, bambu dengan kualitas tinggi dapat diperoleh pada umur 2 sampai 5
tahun. (Morisco, 1999) Panennya pun cukup ramah lingkungan. Proses panen yang
masih menyisakan rumpun bambu tidak mengganggu keseimbangan kondisi tanah
sehingga erosi dapat dihindari.
Seperti diketahui bahwa Indonesia termasuk sebagai daerah rawan gempa
sehingga penggunaan bambu sebagai material bangunan lebih baik karena
strukturnya yang ringan menyebabkan ketahanan yang lebih tinggi terhadap getaran
gempa. Meski ringan bambu memiliki kekuatan yang cukup baik, sifat mekanika
berdasarkan penelitian yang dilakukan Morisco (1994) menunjukan bahwa kekuatan
tarik bambu lebih tinggi dari tegangan luluh baja.
Sebagai bahan konstruksi alami, bambu mempunyai sifat sifat fisis dan
mekanis yang khas dan sangat berbeda dengan bahan konstruksi yang lain. Oleh
karena itu, dalam pemanfaatan bambu sebagai bahan konstruksi kita harus sedikit
banyaknya mengetahui tentang beberapa sifat sifat tersebut tersebut agar dalam
penggunaannya dapat dikembangkan secara maksimal.
petung..Adapun hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel II.1 Perbedaan tidak
Nampak nyata pada analisis varian berat jenis bambu petung basah dan kering.
Tabel II.1 Kadar air dan Berat Jenis Betung (Dendrocalamus Asper)
Posisi
Nomor
Bambu Basah
Berat Jenis
Berat Jenis
28.610
0.634
5.381
0.646
34.256
0.680
4.390
0.663
35.361
0.603
5.909
0.682
Rata-rata
36.076
0.639
5.227
0.664
41.129
0.695
6.250
0.711
36.402
0.701
6.926
0.702
35.965
0.712
6.859
0.769
Rata-rata
37.832
0.703
6.678
0.727
38.699
0.754
6.034
0.763
36.078
0.712
8.756
0.697
35.517
0.686
6.818
0.820
Rata-rata
36.765
0.717
7.203
(Sumber : Triwiyono dan Morisco, 2000 dalam Morisco, 2004)
0.706
Pangkal
Tengah
Ujung
terlepas satu sama lain. Kekuatan tarik dibedakan menjadi dua macam yaitu kekuatan
tarik tegak lurus serat dan kekuatan tarik sejajar serat. Kekuatan tarik sejajar arah
serat merupakan kekuatan tarik yang terbesar pada bambu. Kekuatan tarik tegak
lurus serat mempunyai hubungan dengan ketahanan bambu terhadap pembelahan
(Yododibroto, 1979).
Tabel II.2 Kuat Tarik Bambu Kering Oven
Kuat Tarik (Kg/cm2)
Jenis Bambu
Tanpa Nodia
Dengan Nodia
Ori
2968
1305
Betung
1938
1183
Wulung
1693
1499
Tutul
2203
755
P
Serat Bambu
Gaya tekan yang bekerja sejajar serat bambu akan menimbulkan bahaya
tekuk pada bambu sedangkan gaya tekan yang bekerja tegak lurus arah serat akan
menimbulkan retak pada bambu.
P
Bahaya Tekuk
Bambu
P
Gambar II.4 Batang Bambu menerima gaya tekan tegak lurus serat
Kekuatan tekan bambu semakin tinggi dari pangkal menuju ujung, sesuai
dengan meningkatnya jumlah serat sklerenkim yang merupakan pendukung utama
keteguhan bambu dan dipengaruhi oleh berat jenis dan masa dari bambu tersebut.
Jadi kekuatan tekan dari bambu meningkat dari pangkal menuju ujung seiring
dengan berkurangnya kadar air/kenaikan berat jenis dari bambu tersebut juga
diakibatkan prosentase kulit (bagian yang keras) terhadap tebal dinding pada ujung
lebih besar dari pangkal.
Beberapa hal penting tentang Kuat Tekan sejajar arah serat bambu pada
beberapa jenis bambu :
Keteguhan tekan sejajar arah serat pada bambu berumur 3 tahun ternyata
lebih tinggi dari pada keteguhan sejenis pada bambu berumur 6 tahun.
Keteguhan tekan sejajar arah serat mengalami peningkatan sejalan dengan
meningkatnya posisi vertikal contoh uji dari pangkal ke arah ujung batang.
Hal ini disebabkan oleh kondisi kerapatan berkas pengangakutan yang
semakin meningkat pula mengikuti peningkatan posisi vertikal pada batang.
Keteguhan tekan sejajar arah serat tidak berpengaruh oleh kehadiran nodia
P
Gaya Geser
Gambar II.5 Batang Bambu menerima Gaya Geser
Nilai kuat geser bambu memiliki prinsip dan hubungan yang sama dengan
kuat tekan bambu dimana kekuatan geser bambu juga turut dipengaruhi oleh berat
jenis bambu dan masa serat dari bambu itu sendiri.
Tabel II.3 Kuat Batas dan Tegangan Ijin Bambu (Morisco, 1999)
Jenis
Kuat Batas
Tegangan Ijin
Tegangan
(Kg/cm2)
(Kg/cm2)
Tarik
981 3920
294.2
Lentur
686 2940
98.07
Tekan
245 981
78.45
E Tarik
98070 294200
196.1 x 103
(Sumber : Morisco,1999)
Pada tabel II.5 merekomendasikan tegangan ijin yang dapat dipakai oleh
berbagai macam bambu. Tentunya tegangan ijin yang direkomendasikan ini
cenderung berada pada posisi yang aman untuk pemakaian. Dengan demikian angkaangka tersebut jika dipakai sebagai dasar dalam perancangan tentunya akan
menghasilkan struktur yang konservatif.
Jika diinginkan hasil perancangan yang baik, yaitu aman dan ekonomis, maka
pengujian kekuatan bahan perlu dilakukan. Hasil yang diperoleh, sebelum dipakai
untuk perancangan perlu dikombinasikan dengan faktor aman secukupnya.
Dalam praktek bambu sering dipasang dalam keadaan masih segar sehabis
dipotong dari rumpun. Setelah terpasang pada bangunan, secara berangsur-angsur air
bambu akan menguap. Prawirohatmodjo (1990) telah membuktikan bahwa
pemakaian bambu segar tidak membahayakan, karena setelah bambu kering
kekuatannya bahkan sedikit meningkat.
Tabel II.4 Nilai kuat acuan (MPa) berdasarkan atas pemilahan secara mekanis
pada kadar air 15% ( berdasarkan PKKI NI - 5 2002 )
Kode
Ew
Fb
Ft//
Fc//
Fv
Fc
E26
25000
66
60
46
6,6
24
E25
24000
62
58
45
6,5
23
E24
23000
59
56
45
6,4
22
E23
22000
56
53
43
6,2
21
E22
21000
54
50
41
6,1
20
E21
20000
56
47
40
5,9
19
E20
19000
47
44
39
5,8
18
E19
18000
44
42
37
5,6
17
E18
17000
42
39
35
5,4
16
E17
16000
38
36
34
5,4
15
E16
15000
35
33
33
5,2
14
E15
14000
32
31
31
5,1
13
E14
13000
30
28
30
4,9
12
E13
14000
27
25
28
4,8
11
E12
13000
23
22
27
4,6
11
E11
12000
20
19
25
4,5
10
E10
11000
18
17
24
4,3
Mutu
Dimana :
Ew
Fb
Kuat lentur
Ft//
Fc//
Fv
Kuat Geser
Fc
II.2 Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk
masa
padat
(SK SNI
03-2847-2002).
Kadang-kadang
dalam
pencampuran ditambahan bahan lain (additif) yang masih plastis pada perbandingan
tertentu sampai menjadi satu kesatuan yang homogen. kemudian dengan
menambahkan secukupnya bahan perekat semen dan air sebagai bahan pembantu
guna rekasi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung.
Beton akan meningkat kekuatannya seiring dengan bertambahnya umur.
Yang dimaksud umur di sini dihitung sejak beton dibuat. Kenaikan kekuatan beton
mula-mula cepat, yaitu antara umur 1 hari sampai 28 hari, akan tetapi semakin lama
kenaikan kekuatannya menjadi semakin lambat. Oleh karena itu sebagai standar
kekuatan beton dipakai kekuatan beton pada umur 28 hari.
Nilai Kuat Tekan beton relatif tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya.
Nilai kuat tarik beton hanya berkisar antara 915 % kuat tekannya. Pada
penggunaannya sebagai bahan bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang
tulangan baja atau bahan lain sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu
membantu kelemahan beton yaitu pada bagian yang menahan gaya tarik.
Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton merupakan fungsi dari:
a. Nilai perbandingan campuran dan mutu bahan susun,
b. Metode pelaksanaan pengecoran,
c. Pelaksanaan finishing,
d. Temperatur,
e. Kondisi perawatan pengerasannya
Beton keras yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan
aus, dan kembang susutnya kecil (Tjokrodimulyo 1996 : 2).
Sebagai bahan konstruksi beton juga memiliki kelebihan dan kekurangan
(Tjokrodimulyo 1996 : 2) antata lain sebagai berikut.
Kelebihan beton sebagai bahan konstruksi adalah:
1. Beton mampu menahan gaya tekan dengan baik, serta mempunyai sifat
tahan terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi lingkungan.
2. Beton segar dapat dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan.
Cetakan dapat pula dipakai berulang kali sehingga lebih ekonomis.
3. Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan beton lama yang retak
maupun dapat diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan.
4. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang
pada tempattempat yang posisinya sulit.
5. Beton tahan aus dan tahan bakar, sehingga perawatannya lebih murah.
Kekurangan Beton sebagai bahan konstruksi antara lain:
1. Beton dianggap tidak mampu menahan gaya tarik, sehingga mudah
retak. Oleh karena itu perlu di beri baja tulangan atau bahan lain sebagai
penahan gaya tarik.
2. Beton keras menyusut dan mengembang bila terjadi perubahan
suhu,sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah
terjadinya retakan retakan akibat terjadinya perubahan suhu
Unsur utama Semen Portland terdiri dari: Trikalsium silikat (C3S atau
3CaO.SiO2), Dikalsium silikat (C2S atau 2CaO.SiO2), Trikalsium aluminat (C3A
II.2.1.2 Agregat
Dalam SK SNI 03 2847 2002 agregat didefinisikan sebagai material
granuler, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku pijar yang dipakai
bersamasama dengan media pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan
semen hidraulik.
Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi, yaitu
berkisar 70%-75% dari volume beton. Untuk mencapai kuat beton yang baik perlu
diperhatikan kepadatan dan kekerasan massanya, karena umumnya semakin padat
dan keras massa agregat akan makin tinggi kekuatan dan durability-nya (daya tahan
terhadap penurunan mutu akibat pengaruh cuaca).
II.2.1.3 Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang sangat penting. Di dalam
campuran beton, air mempunyai dua buah fungsi, yang pertama, untuk
memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya
pengerasan, dan yang kedua, sebagai bahan pelumas antar butir-butir agregat agar
mudah dikerjakan dan dipadatkan.
Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat sesuai
dengan SK SNI 03 2847 2002 yaitu sebagai berikut :
1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahanbahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik,
atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di
dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan.
3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi:
a.
b. Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang
dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus
mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari
kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.
s + m
=
wc
wc
pada
penuangan
(placing)
dan
memadatkan
(compacting)
tidak
Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara nilai 10 65 MPa. Untuk
struktur beton bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan kuat tekan
berkisar 17 30 MPa, sedangkan untuk beton prategang digunakan beton dengan
kuat tekan lebih tinggi berkisar antara 30 45 MPa. [Dipohusodo, 1999].
Faktor faktor penting lainnya yang mempengaruhi kuat tekan beton yaitu
antara lain:
1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata rata dan kuat
batas beton.
2. Perawatan (curing), kehilangan kekuatan sampai 40 % dapat terjadi bila
pengeringan diadakan sebelum waktunya.
3. Suhu, pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat hancur akan tetap rendah untuk
waktu yang lama.
4. Umur, pada keadaan yang normal kekuatan beton bertambah dengan
umurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.
Misalnya dengan kadar alumina yang tinggi menghasilkan beton yang kuat
hancurnya pada 24 jam sama dengan Semen Portland biasa pada umur 28
hari. pengerasan berlangsung terus secara lambat sampai beberapa tahun.
Table II.5 Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur untuk benda uji
silinder yang dirawat di laboratorium
Umur Beton (hari)
3
7
14
21
28
Portland Type I
0,46
0,70
0,88
0,96
1,00
Ec =
(dalam MPa)
Dimana:
Wc
Perubahan bentuk
B
Y
Perubahan
bentuk elastis
Beban
diambil
C
Pengembalian
bentuk plastis
Aliran plastis
atau rayapan
0
X
Pengembalian
bentuk elastis
Waktu
Perubahan
bentuk
tetap
Gambar II.9 Ilustrasi dari perubahan bentuk beton yang dibebani terhadap
waktu (Sumber : L.J. Murdock; Bahan dan Praktek Beton, hal. 11)
Nilai regangan tidak berbanding lurus dengan nilai tegangannya berarti bahan
beton tidak sepenuhnya bersifat elastis, sedangkan nilai modulus elastisitas berubahubah sesuai dengan kekuatannya.
Modulus elastisitas beton berubah-ubah tergantung kepada umur beton, sifatsifat dari agregat dan semen, kecepatan pembebanan, jenis dan ukuran dari benda uji.
Pada umumnya nilai kuat maksimum untuk mutu beton tertentu akan
berkurang pada tingkat pembebanan yang lebih lamban atau slower rates of strain.
Nilai kuat beton beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya nilai kuat beton
ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya
pada umur 7 hari kuat beton mencapai 70 % dan pada umur 14 hari mencapai 85 % 90 % dari kuat beton umur 28 hari.).
Tabel II.6 Nilai Modulus Elastis Beton Normal
Fc (Kg/cm2)
Ec (MPa)
175
19500
200
20800
225
22100
250
23300
tarik lentur beton yang timbul pada pengujian hancur balok beton polos (tanpa
tulangan). Nilai ini sedikit lebih besar dari nilai tarik sesungguhnya.
SNI-Beton-2002 membatasi untuk beton normal, kekuatan beton dalam
menahan tarik akibat lentur adalah:
Fr = 0,70
f 'c
Dengan Ec dan fc dalam Mpa. Harga ini harus dikalikan faktor 0,75 untuk
beton ringan total dan 0,85 untuk beton ringan berpasir.
Dari berbagai hasil percobaan terlihat bahwa kekuatan tarik beton sangat
kecil dibandingkan kekuatan tekannya, sehingga dalam analisis atau desain kekuatan
tarik beton diabaikan, dan beton dianggap hanya dapat menahan gaya tekan.
Pada umumnya beton mutu tinggi mempunyai tingkat nilai rangkap yang
lebih tinggi dibandingkan dengan beton mutu rendah. Besarnya deformasi rangkap
sebanding dengan beban yang ditahan dan juga jangka waktu pembebanan.
Pada umumnya rangkak tidak mengakibatkan dampak langsung terhadap
kekuatan struktur tetapi akan mengakibatkan timbulnya redistribusi tegangan pada
beban kerja dan kemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan lendutan
(defleksi). Pada umumnya proses creep (rangkak) selalu dihubungkan dengan susut
karena keduanya terjadi bersamaan dan sering kali memberikan pengaruh sama, yaitu
deformasi yang bertambah sesuai dengan berjalannya waktu.
Faktor yang mempengaruhi besarnya rangkak (creep) pada suatu struktur
adalah sebagai berikut:
1. Sifat bahan dasar, seperti komposisi dan kehalusan semen, kualitas adukan,
dan kandungan mineral dalam agregat
2. Rasio air terhadap jumlah semen atau kadar air
3. Suhu pada waktu proses pengerasan
4. Kelembaban nisbi selama penggunaan
5. Umur beton pada saat beban bekerja
6. Lama pembebanan
7. Nilai tegangan
8. Nilai perbandingan luas permukaan dan volume komponen struktur
9. Nilai slump.
Sedangkan proses susut secara umum didefinisikan sebagai perubahan
volume yang tidak berhubungan dengan beban. Pada umumnya faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya rangkak juga mempengaruhi susut, khususnya faktorfaktor yang berhubungan dengan hilangnya kelembaban.
Proses susut pada beton apabila dihalangi secara tidak merata (oleh
penulangan misalnya), akan menimbulkan deformasi yang umumnya meningkatkan
deformasi rangkak. Oleh karena itu, agar dapat dicapai tingkat kelayanan yang baik
diperlukan pengendalian dan perhitungan dalam proses susut tersebut.
Tegangan tekan bervariasi mulai dari nol pada garis netral hingga mencapai
nilai maksimum pada suatu titik yang dekat dengan serat terluar sisi tekan.
Walaupun distribusi tegangan yang sebenarnya merupakan suatu hal yang penting,
beberapa bentuk asumsi dapat digunakan secara praktis jika hasil perbandingan hasil
analisa sesuai dengan hasil pengujian. Bentuk yang umum digunakan adalah bentuk
persegi, parabola, dan trapesium.
beban (beban batas/beban kerja) tidak diketahui dan dapat bervariasi dari struktu
dengan struktur lainya.
2. Faktor keamanan dalam bentuk faktor beban lebih rasional, yaitu faktor beban
rendah untuk struktur dengan pembebanan yang pasti, sedangkan faktor beban
tinggi untuk pembebanan yang fluktuatif (berubah-ubah).
3. Kurva tegangan-regangan beton adalah non-linier dan tegangan dari kurva,
misalnya regangan rangkak (creep) akibat tegangan yang konstan dapat beberapa
kali lipat dari regangan elastis awal. Oleh karena itu, nilai rasio modulus yang
digunakan dapat menyimpang dari kondisi sebenarnya. Regangan rangkak dapat
memberikan redistribusi tegangan yang lumayan besar pada penampang struktur
beton, artinya tegangan sebenarnya yang terjadi pada struktur tersebut bias
berbeda dengan tegangan yang diambil dalam perencanaan.
4. Metode perencanaan kuat batas memanfaatkan kekuatan yang dihasilkan dari
distribusi tegangan yang lebih efisien yang dimungkinkan oleh adanya regangan
in-elastis.
5. Metode perencanaan kuat batas menghasilkan penampang struktur beton yang
lebih efisien.
6. Metode perencanaan kuat batas dapat digunakan untuk mengakses daktilitas
struktur di luar batas elastisnya.
merupakan organis material yang peka terhadap lembab atau kadar air yang
dikandungnya, dan mempunyai kuat tarik yang cukup tinggi.
Bila dua bahan tersebut yakni beton dan bambu disatukan dengan cara
tertentu, yaitu dengan menggunakan penghubung geser yang sesuai, maka keduanya
akan menyatu dan mampu bereaksi sebagai komponen struktur komposit. Agar aksi
komposit dapat tercipta dengan sempurna, maka pada bidang kontak antara kedua
bahan tersebut tidak boleh terjadi geser dan atau pemisahan.
Pada balok tidak komposit (Gambar II.10a), jika gesekan antara kedua bahan
diabaikan, maka masing-masing bahan kan memikul suatu bagian beban secara
terpisah.
Gambar II.13 Perbandingan antara balok komposit dan balok tanpa komposit
yang melendut.
Namun pada balok komposit (Gambar II.10b) terjadi lekatan sempurna antara
kedua bahan maka tidak akan terjadi slip atau geser sehingga beban yang terjadi
pada balok akan dipikul bersama-sama oleh kedua bahan. Sehingga dari diagram
tegangan-regangan yang terjadi garis netral diantara kedua bahan akan berada pada
garis yang sama karena tidak ada lagi regangan slip yang terjadi.
Pada percobaan ini yaitu komposit balok bambu-beton penghubung geser
(shear connector) yang digunakan adalah paku. Berbeda dengan kayu, adanya
rongga pada bambu membuatnya harus diperlakukan khusus agar tidak mudah pecah.
Oleh karena itu sebelum bambu dipaku sebaiknya di buat lubang dengan
menggunakan bor sebesar (Diamater paku-0.2 mm).
II.3.2 Paku
Alat sambung paku masih sering dijumpai pada struktur atap, lantai, dinding
atau struktur rangka rumah. Paku tersedia dalam dua jenis yaitu paku bulat dan paku
ulir. Paku bulat kekuatannya lebih rendah dari paku ulir, karena koefisien gesekan
paku ulir lebih besar sehingga tahanan cabutnya lebih besar. Diameter paku
dipasaran antara 2,75 mm sampai 8 mm dengan panjang 40 mm sampai 200 mm.
Ketebalan kayu yang yang disambung antara 20 mm sampai 40 mm.
Tabel II.7 Tebal kayu yang diperkenankan untuk beberapa ukuran paku
No.
Nama Paku
Diameter
Paku (mm)
Panjang Paku
(mm)
20
2BWG12
2.8
51
20 25
2.5BWG11
3.1
63
20 30
3BWG10
3.4
76
25 35
3.5BWG9
3.8
89
30 40
4BWG8
4.2
102
40
4.5BWG6
5.2
114
Paku dipasang dengan cara dipukul. Agar terhindar dari pecahnya kayu, pemasangan
paku dapat didahului oleh lubang penuntun. Untuk bambu diameter lubang penuntun
adalah diameter lubang 0.2 mm.
Dimana G adalah berat jenis kayu/bambu dan D adalah diameter batang paku.
Berdasarkan pedoman teknis spesifikasikasi komponen struktur lantai tingkat
komposit kayu-beton untuk gedung dan rumah ( Pt S-10-2000-C ) panjang paku yang
tertanam didalam kayu adalah sebesar 2/3 dari panjang paku dan 1/3 tertanam
didalam beton.
Jarak minimum antar konektor geser untuk dowel atau paku adalah:
a. Dalam arah gaya :
1.
120 mm atau 12 dowel atau 12 paku pada arah sejajar gaya, di ujung
balok dekat tumpuan;
2.
1) 0,85 fc Ac;
2) Ab.fb;
3) Qn.
Untuk aksi komposit penuh, besarnya gaya geser horizontal ditentukan oleh
Ab.fb atau 0,85.fc dan jumlah penghubung geser yang diperlukan antara titik
momen nol dan momen maksimum adalah:
Dimana :
N
Vh
Qn
Tabel II.8 Tahanan lateral acuan satu paku (Z) untuk satu alat
pengencang dengan satu irisan yang menyambung dua komponen
Moda kelelehan
Is
3.3 D t s Fes
KD
Z =
3.3 k1 D p Fem
, dengan :
K D (1 + 2 Re )
IIIm
k1 = (1) + 2 (1 + Re ) +
Z =
2 Fyb (1 + 2 Re ) D 2
3 Fem p 2
3.3 k 2 D t s Fem
, dengan :
K D ( 2 + Re )
IIIs
k 2 = (1) +
IV
Z =
3.3 D 2
KD
2
2 (1 + Re ) 2 Fyb (1 + 2 Re ) D
+
2
Re
3 Fem t s
2 Fem Fyb
3 (1 + Re )
Catatan :
1. Re = Fem
Fes
1.84
(N/mm)
4. KD = 2.2
= 0.38 D + 0.56
untuk D 6.4 mm
= 3.0
5. Fyb = kuat lentur paku
Nilai kuat lentur paku dapat diperoleh dari supplier atau distributor paku.
Untuk jenis paku bulat pada umumnya, kuat lentur paku dapat dilihat pada Tabel II.9
Kuat lentur paku menurun dengan semakin meningkatnya diameter paku. Dimensi
paku yang meliputi diameter, panjang, dan angka kelangsingan dapat dilihat pada
Tabel II.10.
Tabel II.9 Kuat lentur paku untuk berbagai diameter paku bulat
(Sumber : Dasar Perencanaan Sambungan Kayu)
Diameter Paku
3.6 mm
689 N/mm
620 N/mm
552 N/mm
483 N/mm
414 N/mm
D > 8.3 mm
310 N/mm
Panjang Paku
(mm)
(mm)
2BWG12
2.8
51
18
2.5BWG11
3.1
63
20
3BWG10
3.4
76
22
3.5BWG9
3.8
89
23
4BWG8
4.2
102
24
4.5BWG6
5.2
114
22
Nama Paku
maka
Cd =
p
12 D
C d = 1.00
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Pendahuluan
Pengujian dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu pengujian sampel
bambu, pengujian beton dan pengujian model komposit Balok Beton-Bambu. Bambu
yang digunakan untuk penelitian ini adalah Bambu Betung (Dendrocalamus asper)
dan mutu beton yang digunakan adalah k-175. Bahan-bahan tersebut akan diteliti