Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

MIDRIATIK-MIOTIK

Ade Rachma Islamiah

: 1112102000037

Ani Kurniawati

: 1112102000042

Fandi Karami

: 1112102000029

Fika Febiati

: 1112102000039

Irham Pratama Putra

: 1112102000036

Rifa Arifah Rahmah

: 1112102000052

Umi Kulsum

: 1112102000043

Verona Shaqila Efmaralda

: 1112102000035

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Midriatik merupakan golongan obat yang menyebabkan dilatasi pada pupil mata,
sementara miotik merupakan obat yang menyebabkan pupil mata mengecil. Efek midriatik biasa
didapatkan dari obat golongan simpatomimetik dan antimuskarinik, obat ini digunakan untuk
siklopegia/memungkinkan mata untuk fokus ke objek yang dekat dengan cara melemahkan otot
siliaris (biasanya untuk memudahkan prosedur operasi tertentu). Obat yang memberikan efek
midriatikum-siklopegia, antara lain: atropine, homatropine, tropicamide. Atropin merupakan
alkaloid yang diisolasi dari Atropa belladona L. Atropin dapat diabsorbsi melalui mukosa nasal
dan memberikan efek sistemik yang berpotensi menimbulkan keracunan, sehingga pemberiannya
memerlukan perhatian khusus agar atropin yang diteteskan ke mata tidak masuk ke dalam
mukosa nasal. Pada pasien glaukoma sudut sempit, pengaliran cairan intraokular melalui saluran
schlemm akan terhambat karena muaranya terjepit (dalam keadaan midriasis), sehingga dosis
pemberian atropin pada pasien glaukoma perlu diperhatikan.
Miotikum biasanya meruapakan efek dari obat antagonis -adrenergik atau agonis
muskarinik, dimana bekerja dengan membuka sistem saluran di dalam mata, dimana sistem
saluran pada mata diatur oleh otot siliaris. Penggunaan obat miotikum biasanya diperuntukkan
untuk pasien glaukoma dengan tujuan terapi mengurangi tekanan di dalam mata dan mencegah
kerusakan lebih lanjut pada penglihatan. Contoh obat: Betaxolol dan pilocarpin. Pada praktikum
kali ini dilakukan pengamatan efek pemberian atropin dan pilocarpin pada pupil mata tikus.

Tujuan praktikum:
1. Mengetahui dan memahami kerja obat kolinergik dan antikolinergik pada hewan
percobaan.
2. Mengenal dan mengamati efek midriatik dan miosis pada pupil mata

Tinjauan Pustaka
Pemeriksaan pupil mata merupakan pemeriksaan pupil mata dalam kondisi kontraksi
(miosis) atau relaksasi (midriatika) yang dilihat dengan menyinari mata objek dengan cahaya
senter. Miosis merupakan kondisi pupil yang mengecil akibat kontraksi sedangkan midriasis
merupakan kondisi pupil yang membesar akibat relaksasi. Midriasis dapat terjadi karena rasa
nyeri, ketakutan, atau cemas. Miosis dapat terjadi pada kondisi tidur, koma yang dalam, atau
adanya tekanan tinggi pada intrakranial. Pada kondisi patologis, midriasis dapat terjadi akibat
paralisis saraf okulomotorius atau hasil iritasi safar simpatetik bagian torakal atas. Sedangkan
moisis bisa sebagai tanda paralisis saraf simpatetik bagian torakal atas. Berbagai macam obat
juga mempengaruhi pupil mata.
Salah satu obat yang mempengaruhi pupil mata adalah obat glaukoma, yaitu pilokarpin.
Obat ini merupakan senyawa kolinergik berguna untuk menurunkan tekanan intraokular yang
menyebabkan tekanan darah di mata menjadi turun. Obat ini menyebabkan moisis dengan cara
membuat otos siliaris berkontraksi sehingga mengangkat iris menjauh dari sudut filtrasi dan jalur
cairan terbuka memudahkan keluarnya aqueous humor.
Satu lagi obat yang mempengaruhi pupil mata adalah atropin sulfat yang merupakan
senyawa antikolinergik. Obat ini bekerja sebagai antagonis kompetitif pada reseptor muskarinik
dengan melumpuhkan oto siliaris di mata sehingga pupil berelaksasi.

BAB II
METODELOGI PENELITIAN

2.1 Waktu dan tempat


Hari/tanggal
Tempat

: Kamis, 8 Mei 2014


: Laboratorium Farmakologi Lantai dasar FKIK UIN Jakarta

2.2 Alat dan Bahan :

Satu ekor tikus


Timbangan hewan
Atropin sulfat 1%
Pilokarpin HCl
Penggaris
Senter

2.3 Prosedur Kerja:


1.
2.
3.
4.

Timbang tikus dan perhatikan pupil matanya


Ukur dengan penggaris diameter pupil terhadap cahaya gelap
Uji reflek pupil terhadap cahaya dan gambarkan perubahan diameter pupilnya
Larytan obat di teteskan ke cairan konjugtival, pegang matanya supaya terbuka dan tahan

5.
6.
7.
8.
9.

kira kira satu menit


Ulangi setiap 15 menit jikka efek belum terlihat
Catat waktu mulai terjadi dilatasi atau kontraksi pada pupil
Catat perubahan ukuran pupil
Test terhadap refleks cahaya setiap s elesai meneteskan obat
Buat pengamatan sampai efek tidak ada lagi.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Setelah pemberian pilokarpin HCL
= mengecil
Setelah pemberiaan atropin sulfat 1 %
= membesar 0,3 cm
Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan mengenai midriatik dan miotik.
Pada percobaan ini, bertujuan untuk dapat melihat efek antagonis dari obat. Miotik adalah
golongan obat yang dapat mempengaruhi kontraksi pupil mata sehingga ukuran pupil bola mata
dapat mengecil (miosis). Midriatik merupakan golongan obat yang dapat mempengaruhi dilatasi
pupil bola mata sehingga ukuran pupil bola mata akan membesar (midriasis). Untuk melihat efek
ini maka praktikan menggunakan dua macam obat yaitu Atropin sulfat 1% (efek midriasis) dan
Pilokarpin HCL (efek miosis) dan hewan yang digunakan yaitu tikus.
Langkah pertama dalam percobaan ini yaitu menentukan letak pupil bola mata tikus
terhadap cahaya gelap dan terhadap cahaya terang dengan menggunakan senter sebagai sumber
sinar. Hal ini bertujuan untuk melihat respon normal yang dimiliki oleh tikus. Kemudian pupil
hewan uji diukur dengan menggunakan penggaris. Catat dan bandingkan ukuran pupil pada saat
sebelum diberi cahaya dan setelah diberi cahaya.
Setelah diamati keadaan pupil awal, lalu teteskan larutan obat pilocarpin HCl sebanyak 2
tetes diteteskan ke cairan konjungtival kedua mata tikus, dengan memegang matanya supaya
terbuka dan tahan kira-kira 1 menit. Hal ini bertujuan supaya obat tersebut dapat masuk dengan
sempurna. Setelah itu diamati reaksi yang terjadi pada pupil mata tikus tadi, dengan cara
dibandingkan keadaan pupil awal sebelum ditetesi dengan setelah di tetesi dengan cairan obat.
Ketika diukur dengan penggaris, pada kelompok kami didapatkan hasil pengamatan pupil mata
tikus mengecil setelah pemberian larutan pilokarpin HCl. Hal ini adalah sesuai dengan teori,
karena kerja pilokarpin sebagai obat golongan agonis muskarinik (agonis kolinergik yang
sifatnya menyerupai asetilkolin), yang dapat menurunkan kontraksi otot siliaris dan tekanan
intraokuler bola mata.
Kemudian setelah pilokarpin HCl bereaksi, teteskan larutan obat atropine sulfat 1%
sebanyak 2 tetes yang diteteskan pada cairan konjungtival di tempat yang sama pada mata tikus
ketika di teteskan dengan pilokarpin HCl tadi dengan cara yang sama seperti dilakukan diatas.

Lalu diamati perubahan yang terjadi pada pupil mata tikus dengan bantuan senter. Pemberian
atropin sulfat 1 % secara tetes mata pada tikus akan menghasilkan efek midriasis (membesarnya
diameter pupil mata) bila diukur dengan penggaris, serta penurunan refleks mata terhadap
cahaya. Setelah di ukur, pada kelompok kami di dapatkan hasil pengamatan pupil mata tikus
membesar menjadi 0,3 cm. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kerja atropin adalah menyekat
semua aktivitas kolinergik mata.
Pilokarpin HCl merupakan senyawa kolinergik yang berguna untuk menurunkan tekanan
intraokular yang menyebabkan tekanan darah di mata menjadi turun. Obat ini menyebabkan
miosis dengan cara membuat otos siliaris berkontraksi sehingga mengangkat iris menjauh dari
sudut filtrasi dan jalur cairan terbuka memudahkan keluarnya aqueous humor.
Obat miotikum adalah obat yang menyebabkan miosis (konstriksi dari pupil mata).
Pengobatan glaukoma bertujuan untuk mengurangi tekanan di dalam mata dan mencegah
kerusakan lebih lanjut pada penglihatan. Obat Miotikum bekerja dengan cara membuka sistem
saluran di dalam mata, dimana sistem saluran tidak efektif karena kontraksi atau kejang pada otot
di dalam mata yang dikenal dengan otot siliari. Pilocarpine adalah alkaloid muskarinik yang
diperoleh dari daun belukar tropis Amerika dari genus Pilocarpus. Pilokarpin bekerja sebagai
reseptor agonis muskarinik pada sistem saraf parasimpatik.
Atropine sulfat merupakan antagonis kompetitif pada reseptor muskarinik dengan
melumpuhkan otot siliaris di mata sehingga pupil berelaksasi. Atropin sulfat atau Alkaloid
Belladona ini, bekerja dengan menghambat Musculus constrictor pupillae dan Musculus ciliaris
lensa mata, sehingga menyebabkan midriasis dan sikloplegia (paralisis mekanisme akomodasi).
Midriasis mengakibatkan fotofobia, sedangkan sikloplegia menyebabkan hilangnya kemampuan
melihat jarak dekat.
Obat midriatikum adalah obat yang digunakan untuk membesarkan pupil mata. Juga
digunakan untuk siklopegia dengan melemahkan otot siliari sehingga memungkinkan mata untuk
fokus pada obyek yang dekat. Obat untuk midriatikum termasuk dari golongan obat
simpatomimetik dan antimuskarinik, sedangkan obat untuk siklopegia hanya obat dari golongan
antimuskarinik. Obat midriatikum-siklopegia yang tersedia di pasaran adalah Atropine,
Homatropine dan Tropicamide dengan potensi dan waktu kerja yang berbeda begitu juga
kegunaan secara klinisnya.
Obat antimuskarinik memperlihatkan efek sentral terhadap susunan saraf pusat yaitu
merangsang pada dosis kecil dan mendepresi pada dosis toksik. Pada saat ini obat antimuskarinik
digunakan sebagai:

1. Efek perifer tanpa efek sentral misalnya antispasmodik,


2. Penggunaan lokal pada mata midriatikum,
3. Memperoleh efek sentral misalnya obat Parkinson,
4. Efek bronkodilatasi, dan
5. Memperoleh efek hambatan pada sekresi lambung dan gerakan saluran cerna.

BAB IV
KESIMPULAN

Larutan obat pilocarpin HCl menyebabkan kontraksi pupil mata sehingga ukuran pupil
bola mata dapat mengecil (miosis). Dimana kerja pilokarpin sebagai obat golongan
agonis muskarinik (agonis kolinergik yang sifatnya menyerupai asetilkolin), yang dapat

menurunkan kontraksi otot siliaris dan tekanan intraokuler bola mata.


Larutan obat atropine sulfat 1% menyebabkan dilatasi pupil bola mata sehingga ukuran
pupil bola mata akan membesar (midriasis). Dimana kerja atropin adalah menyekat
semua aktivitas kolinergik mata.

DAFTAR PUSTAKA

1.
2.
3.
4.

http://www.scribd.com/doc/93131818/MIDRIATIK-FARMAKOLOGI
http://yuniethafafa.blogspot.sg/2012/04/midriatik-miotik.html
UI.2008.Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI)
Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.


5. Neal, Michael J. 2005. At a Glance Farmakologi Medis. Jakarta. Penerbit Erlangga
6. Scmitz, Gery. Lepper, Hans. Heidrich, Michael. 2003. Farmakologi dan Toksikologi.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC
7. Kee, Joyce L. Hayes, Evelyn R. 1993. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai