PROVINSI JAMBI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI
NOMOR 02 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MUARO JAMBI
TAHUN 2014 - 2034
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI MUARO JAMBI,
Menimbang :
a.
yang
berkembang
terhadap
pentingnya
bahwa
untuk
memanfaatkan
mengarahkan
pembangunan
yang
berkelanjutan,
kesejahteraan
dan
masyarakat
untuk
yang
meningkatkan
berkeadilanserta
c.
d.
1.
Undang-Undang
Nomor
54
Tahun
1999
tentang
182,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
4.
5.
Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
2011
tentang
Republik
Indonesia
Tahun
2011
Nomor
82,
7.
Penataan
Ruang
(Lembaran
Negara
2.
3.
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Muaro Jambi.
5.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut dan ruang udara
termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk hidup
kelangsungan kehidupannya.
6.
7.
8.
9.
10. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,pemanfataan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
11. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program serta pembiayaan.
12. Pengendalian pemanfaatan adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
13. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten adalah tujuan yang ditetapkan
pemerintah daerah kabupaten yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi
pembangunan jangka panjang kabupaten pada aspek keruangan, yang pada
dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional.
14. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan
wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai tujuan
penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
15. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten adalah penjabaran kebijakan penataan
ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang
menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan pola ruang wilayah
kabupaten.
16. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagaipendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
17. Rencana sistem perkotaan di wilayah kabupaten adalah rencana susunan kawasan
perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang menunjukkan
keterkaitan saat ini maupun rencana yang membentuk hirarki pelayanan dengan
cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten.
18. Kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
19. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistim produksi pertanian pengelolaan
sumber daya alam tertentu yang ditujukan oleh adanya keterkaitan fungsional dan
hierarki keruangan suatu sistim permukiman dan sistim agrobisnis.
20. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disingkat PKW adalah kawasan perkotaan
yang
berfungsi
untuk
melayani
kegiatan
skala
provinsi
atau
beberapa
kabupaten/kota.
21. Pusat Kegiatan Wilayah promosi yang selanjutnya disingkat PKWp, adalah pusat
kegiatan yang dipromosikan untuk dikemudian hari ditetapkan sebagai PKW.
22. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa
kecamatan.
23. Pusat Kegiatan Lokal promosi yang selanjutnya disingkat PKLp adalah pusat
kegiatan yang dipromosikan untuk kemudian hari dapat ditetapkan sebagai PKL.
24. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disingkat PPK adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa
desa.
25. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disingkat PPL adalah pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
26. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten adalah rencana jaringan
prasarana
wilayah
yang
dikembangkan
untuk
mengintegrasikan
wilayah
kabupaten dan untuk melayani kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan
prasarana skala kabupaten.
27. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya.
28. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta
api, jalan lori, dan jalan kabel.
29. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan
dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam
pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki.
30. Jalan bebas hambatan adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus yang
memberikan pelayanan menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk
secara penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan
pagar milik jalan paling sedikit 2 (dua) jalur setiap arah dan dilengkapi dengan
median.
31. Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antar
pusat kegiatan nasional atau antar pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan
wilayah.
32. Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peran pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional
dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat
kegiatan.
33. Sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan.
34. Jalan
Arteri
Primer
yang
selanjutnya
disingkat
JAP
adalah
jalan
yang
menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antara
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
35. Jalan Arteri Sekunder yang selanjutnya disingkat JAS adalah jalan yang
menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, antar
kawasan sekunder ke satu, kawasan sekunder ke satu dengan kawasan sekunder
kedua dan jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder ke satu.
36. Jalan Kolektor Primer yang selanjutnya disingkat
38. Jalan
Lokal
primer
yang
selanjutnya
disingkat
JLP
adalah
jalan
yang
jalan
teknis,
adalah
kegiatan
pelaksanaan
pemrograman
konstruksi,
serta
dan
penganggaran,
pengoperasian
dan
pemeliharaan jalan.
42. Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana
dan sumber daya manusia serta norma, kriteria, persyaratan dan prosedur untuk
penyelenggaraan transportasi kereta api.
43. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri
maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun
sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api.
44. Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api dan fasilitas
operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.
45. Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel yang
meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang
pengawasan jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api.
46. Jaringan jalur kereta api adalah seluruh jalur kereta api yang terkait dengan yang
lain yang menghubungkan berbagai tempat sehingga merupakan satu sistem.
47. Jalur kereta api khusus adalah jalur kereta api yang digunakan secara khusus oleh
badan usaha tertentu untuk menunjang kegiatan pokok badan usaha tersebut
48. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTET adalah
saluran udara yang mendistribusikan energi listrik dengan kekuatan 500 Kv yang
mendistribusikan dari pusat-pusat pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusatpusat beban sehingga energi listrik bisa disalurkan dengan efisien.
49. Saluran Udara Tegangan Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTT adalah saluran
udara yang mendistribusikan energi listrik dengan kekuatan 150 Kv yang
mendistribusikan dari pusat-pusat beban menuju gardu-gardu listrik.
50. Saluran Udara Tegangan Menengah yang selanjutnya disingkat SUTM adalah
saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang (penghantar) di udara
bertegangan di atas 1 KV sampai dengan 35 KV sesuai standar di bidang
kelistrikan.
51. Prasarana sumber daya air adalah bangunan air beserta bangunan lain yang
menunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air, baik langsung maupun tidak
langsung.
52. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air dalam satu
atau lebih daerah aliran sungai yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000
(dua ribu) kilometer persegi.
53. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya,
yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
54. Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi dan
memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air;
55. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
56. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis,
tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan
pelepasan air tanah berlangsung.
57. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya.
58. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
59. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yangmencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
60. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
61. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang
mampu
memberikan
perlindungan
kepada
kawasan
sekitarnya
maupun
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta
pemeliharaan kesuburan tanah.
62. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang
berguna sebagai sumber air.
63. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
64. Kawasan sekitar Danau/Waduk adalah kawasan sekeliling danau atau waduk yang
mempunyai
manfaat
penting
untuk
mempertahankan
kelestarian
fungsi
danau/waduk.
65. Ruang
Terbuka
Hijau
yang
selanjutnya
disingkat
RTH
adalah
area
fungsi
pokok
sebagai
kawasan
pengawetan
keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah
sistem penyangga kehidupan.
67. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
68. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
10
69. Cagar budaya adalah kegiatan untuk menjaga atau melakukan konservasi
terhadap benda-benda alam atau buatan manusia yang dianggap memiliki nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
70. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
membangunan
fisik
maupun
penyadaran
dan
peningkatan
kemampuan
11
78. Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan yang didominasi oleh fungsi
kepariwisataan, mencakup sebagian areal dalam kawasan lindung atau kawasan
budidaya yang lain yang di dalamnya terdapat konsentrasi daya tarik dan failitas
penunjang pariwisata.
79. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung baik berupa kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
80. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang
digunakan untuk kepentingan pertahanan.
81. Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan
Negara, pertahanan dan keamanan Negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.
82. Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap
ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
83. Kawasan
Strategis
Kabupaten
adalah
wilayah
yang
penataan
ruangnya
12
87. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kabupaten adalah ketentuan umum
yang mengatur persyaratan pemanfaatan ruang/penataan Kabupaten dan unsurunsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi
peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW Kabupaten.
88. Koefisien dasar bangunan (KDB) adalah angka persentase perbandingan antara
luas
seluruh
lantai
dasar
bangunan
gedung
dan
luas
lahan/tanah
lantai
bangunan
gedung
dan
luas
persil/kaveling/blok
peruntukkan.
91.
Ketentuan
perizinan
adalah
ketentuan-ketentuan
yang
ditetapkan
oleh
pemerintah daerah sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak
sebelum pemanfaatan ruang, yang digunakan sebagai alat dalam melaksanakan
pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang
telah disusun dan ditetapkan.
92.
tata
ruang
dan
juga
perangkat
untuk
mencegah,
membatasi
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata
ruang.
93.
94.
95.
96.
13
97.
98. Bandar udara adalah kawasan didaratan dan atau perairan dengan batas batas
tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas
landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan
intra dan antar moda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
lainnya, yang terdiri atas bandar udara umum dan bandara udara khusus yang
selanjutnya bandar udara umum disebut dengan bandar udara.
99. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan
bandar udara dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi keselamatan,
keamanan, kelancaran dan ketertiban arus lalu lintas pesawat udara,
penumpang, kargo dan/atau pos, tempat perpindahan intra dan/atau antar
moda serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.
100. Tatanan
kebandarudaraan
adalah
sistem
kebandarudaraan
yang
keterpaduan
intra
dan
antar
moda
transportasi,
kelestarian
14
Pasal 3
Peran RTRW Kabupaten disusun sebagai acuan alat operasionalisasi pelaksanaan
pembangunan di wilayah Kabupaten berupa Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) meliputi:
a. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten; dan
b. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten.
Pasal 4
RTRW kabupaten berfungsi untuk :
a. acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
dan RencanaPembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
b. acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kabupaten;
c. acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kabupaten;
d. acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten yang dilakukan pemerintah,
masyarakat, dan swasta;
e. acuan penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kabupaten; dan
f. acuan dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan
wilayah kabupaten yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian
insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Bagian Kedua
Ruang Lingkup Pengaturan
Pasal 5
(1) Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
paling sedikit memuat:
a.
ketentuan umum;
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
kelembagaan;
i.
peran masyarakat;
j.
penyidikan;
15
k.
ketentuan pidana;
l.
ketentuan penutup;
m. penjelasan; dan
n.
lampiran.
(2) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n, terdiri atas:
a.
b.
c.
d.
(1)
(2)
(3)
Luas wilayah administrasi kabupaten 524.600 (lima ratus dua puluh empat ribu
enam ratus) hektar.
16
Bagian Keempat
Tujuan
Pasal 7
Penataan ruang wilayah kabupaten bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Muaro
Jambi yang kompetitif, sejahtera dan mandiri berbasis agribisnis dan ekonomi
kerakyatan yang berwawasan lingkungan, dinamis dan beretika serta menjunjung tinggi
supremasi hukum, budaya dan adat istiadat.
Bagian Kelima
Kebijakan dan Strategi
Pasal 8
(1)
b.
c.
d.
e.
f.
pengembangan
kawasan
strategis
dalam
mendorong
pengembangan
wilayah; dan
g.
(2)
meningkatkan
dan
mengembangkan
sistem
pertanian
modern
dan
ketahanan pangan;
b.
c.
17
d.
e.
f.
g.
h.
(3)
Strategi
pengembangan
perkotaan
dan
perdesaan
dalam
mendukung
menetapkan
hierarki
simpul-simpul
pertumbuhan
ekonomi
wilayah
c.
(4)
b.
c.
d.
e.
(5)
memantapkan
fungsi
kawasan
hutan
lindung
melalui
peningkatan
18
c.
d.
e.
f.
memantapkan
kawasan
lindung
lainnya
sebagai
penunjang
usaha
pelestarian alam.
(6)
b.
c.
d.
(7)
b.
c.
d.
(8)
19
b.
c.
(1)
(2)
a.
b.
c.
Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a
dikembangkan secara hierarki dan dalam bentuk pusat kegiatan, sesuai kebijakan
nasional dan provinsi, potensi dan rencana pengembangan wilayah kabupaten.
Pasal 11
(1)
b.
sistem perdesaan.
20
(2)
(3)
b.
c.
d.
Sistem perdesaan yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
(4)
PKWp sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berada di Perkotaan Sengeti
yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kabupaten, perdagangan dan jasa
skala regional, pelayanan transportasi, pusat kesehatan dan pusat peribadatan.
(5)
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a.
perkotaan
Sebapo
di
Kecamatan
Mestong
yang
berfungsi
sebagai
c.
perkotaan
Tanjung
di
Kecamatan
Kumpeh
yang
berfungsi
sebagai
(6)
Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c meliputi:
a.
b.
olahraga
dan
wisata
dan
simpul
transportasi.
21
c.
(7)
PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, pusat pelayanan fasilitas umum skala kecamatan atau
beberapa desa, pasar lokal, industri kecil dan kerajinan rumah tangga meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
22
i.
k.
l.
m.
(8)
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi
seluruh pusat perdesaan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi.
Pasal 12
Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) dan ayat (3) akan
diatur lebih lanjut dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah tersendiri.
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 13
(1)
Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf b meliputi:
a.
b.
c.
23
(2)
Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
(3)
a.
jaringan jalan;
b.
c.
d.
(4)
a.
b.
c.
prasarana perkerataapian.
b.
(1)
(2)
Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a, meliputi:
a.
b.
arteri primer;
c.
kolektor primer 1;
d.
kolektor primer 2;
e.
f.
lokal primer.
Jaringan jalan bebas hambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputiBatas Provinsi Jambi/Provinsi Sumatera Selatan, Kecamatan Mestong,
Kecamatan Jambi Luar Kota, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Tanjung Jabung
Barat yang merupakan bagian jalan bebas hambatan ruas indralaya (Provinsi
Sumatera Selatan), Betung, Tempino, Kota Jambi, Rengat (Provinsi Riau).
(3)
Jaringan jalan arteri primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a.
Jalan Lintas Timur (Jalintim) Sumatera yang terdiri dari ruas jalan:
1. Simpang Tuan - Batas Kota Jambi/Kabupaten Muaro Jambi
2. Simpang Mendalo Darat Batas Kota Jambi/Kabupaten Muaro Jambi
24
Jalan penghubung (Feeder Road) I Jambi Bungo yang terdiri dari ruas jalan
Batas Kabupaten Muaro Jambi/Kabupaten Batang Hari Simpang Mendalo
Darat
c.
Jalan akses pelabuhan Talang Duku yaitu ruas jalan Batas Kota Jambi
Talang Duku.
d.
(4)
Jaringan jalan kolektor primer 1 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dan huruf d meliputi jalan penghubung antar pusat kegiatan yang meliputi ruas
jalan:
a.
b.
(5)
Jaringan jalan kolektor primer 2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi jalan penghubung antar pusat kegiatan yang terdiri dari ruas jalan:
a.
b.
(6)
Jaringan jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi ruas
jalan Kecamatan Jambi Luar Kota Kecamatan Mestong Kecamatan Sungai
Gelam Kecamatan Kumpeh Ulu - Kecamatan Kumpeh yang merupakan bagian
dari jalan khusus ruas Kabupaten Sarolangun Kabupaten Batang Hari
Kabupaten Muaro Jambi Ujung Jabung;
(7)
Jaringan jalan lokal primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi:
a.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
25
8.
9.
Primer1)
20. Simp. Ds. Tunas Baru - Dsn. Pematang Sialang
21. Ds. Tunas Baru
Tarum)
22. Ds. Tanjung Lanjut (Bedeng Rambut) - Simp. Kebun 11 (Rencana Arteri
Primer)
23. Simp.Desa Bukit Baling - Simp. Kebun 11
24. Jalan Nasional (Simp. Perkantoran) - Simp. Jalan Lingkar Dalam
25. Simp. Sanggar PKK - Simp. BPKPP
26. Simp. BPKPP - Simp. Lap. Tenis
27. Simp. Lap Tenis - Simp. Kantor PLN
28. Simp. Taman Kanak-Kanak (TK) - Simp. Dinas Kesehatan
29. Simp. Tugu - Lapangan Kantor Bupati
30. Kantor Bappeda Taman Lansia
31. Jalan Nasional (Simpang Pesantren) - RSUD
32. Ds. Tanjung Katung - Ds. Lubuk Raman
33. Ds. Tunas Mudo - Dsn. Talang Rejo (Kedemangan)
34. Ds. Tanjung Katung Simp. Kompleks Perkantoran Bukit Cinto Kenang
35. Ds. Berembang Jalan Lingkar Dalam (Rencana Kolektor Primer 1)
36. Kebon XI (Desa Bukit Baling) Jalan Nasional KM.42
37. Desa Tanjung Lanjut Dsn. Tanjung Sribulan (Desa Tanjung Lanjut)
38. Dsn. Tanjung Sribulan (Desa Tanjung Lanjut) KM 58
39. KM.42 - Dsn. Tanjung Sribulan (Desa Tanjung Lanjut)
40. Jalan Nasional Depan Polres Simpang Gerunggung
41. Simp. Ds. Tj. Lanjut (HP) Ds. Tanjung Lanjut
26
Kolektor Primer 1)
2.
Simp. Ds. Jambi Kecil - Ds. Bakung Jalan Provinsi - Ma. Sabak
(Rencana Kolektor Primer 1)
3.
4.
5.
6.
7.
Simp. Jl. Lubuk Raman - Ds. Lubuk RamanBatas Kab. Tanjab Barat
8.
9.
27
c.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Simp. Ds. Kemingking Dalam - Ds. Manis Mato Batas Kec. Kumpeh
8.
9.
2.
3.
4.
Simp. Menuju Ds. Pematang Jering - Simp. III Ds. Pematang Jering
5.
6.
7.
8.
9.
28
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
29
9.
2.
3.
4.
5.
6.
30
7.
Manis Mato
8.
9.
Palembang)
3.
4.
Simp. Dsn. Sei. Jerat - Ds. Sei. Landai (Rencana Kolektor Primer 1)
5.
6.
31
7.
8.
Simp. Pondok Meja - Perbatasan Sungai Gelam dengan Ds. Suka Maju
9.
32
Simp. Ds. Menuju Talang Belido - Simp. III Ds. Ladang Panjang
2.
3.
4.
5.
Simp. III Ds. Talang Belido - Perbatasan dengan Kota Jambi Kec. Jambi
Selatan
6.
7.
8.
9.
Kolektor Primer 1)
12. Simp. Ds. Sumber Agung - Ds. Sumber Agung
13. Jl. Simp. Trans - Ds. Mingkung
14. Simp. Menuju Ds. Petaling Jaya - Perkebunan (Batas Provinsi)
15. Simp. Ds. Petaling Jaya Ds. Petaling Jaya
16. Simp. III Ds. Ladang Panjang Perbatasan dengan Kec. Mestong Ds.
Sebapo
17. Simp. Ds. Ladang Panjang Simp. Jalan Pertamina
18. Simp. Ds. Tangkit Baru Batas Kec. Kumpeh Ulu Ds. Sungai Terap
19. Simp. Ds. Sungai Terap Batas Kec. Kumpeh Ulu Ds. Sungai Terap
20. Simp. Jalan Ampera Simp. Jalan Tangkit Baru
21. Buper Batas Provinsi Sumatra Selatan
22. Simp. Pasar Rebo Perkebunan Sawit Batas Provinsi Sumatera Selatan.
23. Simp. Desa Gambut Jaya Ds Gambut Jaya
24. Ds. Petaling Jaya Ds. Sido Mukti
25. Ds. Petaling Jaya Ds. Tri Mulya Jaya
26. Ds. Ladang Panjang Bumi Perkemahan (Rencana Kolektor Primer1)
27. Bumi Perkemahan Simpang Desa Parit (Rencana Kolektor Primer1)
33
2.
3.
Simp. IV Ds. Talang Datar - Simp. III KUD Sido Mukti Ds. Sumber Jaya
Unit XIX
4.
SiImp. III Menuju Unit XVI - XIX - Simp. III Ds. Matra Manunggal - Ds.
Bukit Mulya
5.
Simp. III Ds. Matra Manunggal - Ds. Bukit Mulya - Simp.Ds. Matra
Manunggal A1
6.
7.
Simp. III Ds. Bukit Mulya - Simp. III RT. 01 Ds. Bukit Mulya
8.
9.
Provinsi
10. Simp. III Ds. Markanding - Simp. III Ds. Nyogan
11. Ds. Talang Bukit - Ds. Talang Datar
12. Ds. Talang Bukit Ds. Mulya Jaya
13. Simp. Unit X menuju Unit III - Simp. Ds. Marga Manunggal Jaya
14. Simp. menuju Ds. Sumber Mulya - Ds. Sumber Mulya
15. RT.04 Ds. Sumber Mulya Batas Kabupaten Batang Hari
16. RT. 07 Ds. Mulya Jaya RT. 01 Ds. Sumber Jaya
17. Ds. Sumber Mulya Ds. Bahar Mulya
18. RT.01 Ds. Talang Datar Simp. Padang (RT.10 desa Markanding)
19. Ds. Bahar Mulya Ds. Talang Datar
20. PKS Bunut Jalan Provinsi
21. Dusun Bunut (desa Matramanunggal) Jalan Provinsi
22. RT.13 Ds. Bukit Mulya Ds. Bahar Mulya
34
2.
Simp. Ds. Bhakti Mulia Unit V - Simp. III Unit XVIII dan Unit XV
3.
Makmur Unit XV
4.
Simp. III Ds. Bhakti Mulya Unit V - Simp. III Ds. Bukit Makmur Unit
XV
5.
6.
Simp. Jalur I Ds. Suka Makmur Unit I - Simp. KUD Suka Makmur Jln.
Sultan Taha I
7.
Simp. Pos Polisi Jalur I Unit I - Simp. SMP Pasar Sei. Bahar Unit I
8.
Simp. III Menuju Unit IV dan Unit II - Simp. III Bidan Fitri (Rencana
Kolektor Primer 1)
Primer1)
11. Simp. III Menuju Unit IV dan Unit II - Perbatasan Kec. Mestong Unit
10 (Rencana Kolektor Primer 1)
12. Simp. Ds. Trijaya Menuju Ds. Bukit Mas - Simp. III Unit XVIII dan Unit
XV
13. Simp. Tugu KB Unit IV - Simp. Ds. Marga Manunggal Jaya
14. Simp. Ds. Marga Manunggal Jaya - Ds. Tanjung Harapan
15. Desa Marga Pasar desa Suka Makmur
16. Jalur IV.A - Ds. Panca Bhakti
17. Jalan Provinsi Jalur IV.A (desa Marga)
18. Desa Marga Mulya desa Pinang Tinggi
19. Simp. III Bidan Fitri Jalur III (Unit III)
20. Desa Tanjung Harapan desa Tanjung Lebar
21. Desa Bukit Mas desa Tanjung Sari
22. Ds. Bukit mas desa Bukit Mamkur
23. Jalur IV.A (Ds. Marga) Jalur III.b (Unit III)
24. Desa Marga Mulya desa Suka Makmur
35
25. Lap. Bola Kaki (Ds. Mekar Sari Makmur) Jalur II (Ds. Marga Mulya)
26. SD. 196 (Ds. Suka Makmur) Ds. Panca Bhakti
27. Hamparan 8 (Desa Bukit Makmur) RT.3desa Bhakti Mulya
28. Desa Bukit Makmur Ds. Sungai Dayo
29. Desa Marga Mulya desa Berkah
30. Jalan Provinsi Ds. Suka Makmur Jl. Provinsi Ds. Pinang Tinggi
j.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Simp. III Ds. Tanjung Mulya - Simp. Pasar Gapura Ds. Tanjung Mulya
9.
Simp. menuju Ds. Tanjung Mulya Unit 17 - Simp. Pasar Gapura Ds.
Tanjung Mulya
Prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (2) huruf b meliputi:
(2)
a.
b.
terminal barang.
b.
2.
36
(3)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
b.
(1)
Jaringan pelayanan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)
huruf c meliputi:
(2)
a.
b.
angkutan barang.
2.
Jawa Provinsi Sumatera Selatan Jambi Sp. Tuan Sp. Lagan Kuala Tungkal.
b.
c.
2.
2.
3.
4.
5.
6.
37
(3)
Angkutan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan jalur yang
meliputi:
a.
b.
jalur Batas Provinsi Riau - Suko Awin Jaya Bukit Baling Sengeti.
Pasal 17
(1)
(2)
a.
b.
alur pelayaran.
kelurahan Sengeti, desa Pematang Pulai, desa Pulau Kayu Aro, desa Rantau
Majo,
desa Tantan,
Sekernan;
b.
desa Sungai Duren dan desa Sarang Burung di Kecamatan Jambi Luar Kota;
c.
d.
desa Talang Duku, desa Tebat Patah, desa Teluk Jambu, desa Dusun Mudo,
desa Kemingking Luar, desa Sekumbung, desa Manis Mato dan desa Rukam
di Kecamatan Taman Rajo;
e.
(3)
kelurahan Sengeti - desa Pematang Pulai - desa Pulau Kayu Aro - desa
Rantau Majo, desa Tantan - desa Kedotan - desa Keranggan;
b.
c.
desa Muaro Jambi - desa Talang Duku - desa Tebat Patah - desa Teluk
Jambu - desa Dusun Mudo - desa Kemingking Luar - desa Sekumbung desa Manis Mato - desa Rukam;
d.
38
Paragraf 2
Sistem Jaringan Perkeretaapian
Pasal 18
(1)
Jaringan jalur kereta api umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3)
huruf a meliputi:
a.
b.
(2)
Jaringan jalur kereta api khusus sebagaimana dimaksud dalamPasal 13 ayat (3)
huruf b meliputi:
a.
b.
(3)
b.
(1)
(2)
b.
b.
39
Bagian Keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 20
Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf
c meliputi :
a. sistem jaringan energi dan kelistrikan;
b. sistem jaringan telekomunikasi;
c. sistem jaringan sumber daya air; dan
d. sistem jaringan prasarana wilayah lainnya.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan
Pasal 21
(1)
(2)
a.
b.
c.
Jaringan pipa minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi
a.
b.
2.
3.
2.
(3) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a.
b.
40
c.
Kecamatan
Mestong; dan
d.
(4)
Jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a.
gardu induk terdapat di desa Mendalo Darat dan di desa Sungai Bertam;
b.
c.
Muaro JambiKota
JambiTanjung
Jabung
Barat untuk
transmisi SUTET;
d.
Jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dengan kapasitas 150 kVA
(seratus lima puluh) Kilo Volt Ampere yaitu menghubungkan Kabupaten
Muaro Jambi - Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Sungai Gelam - Sungai
Bertam, Sungai Bertam - Mendalo Darat; dan
e.
(1)
(2)
a.
b.
jaringan nirkabel.
Jaringan kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi seluruh
kecamatan di wilayah kabupaten.
(3)
41
Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 23
(1)
(2)
a.
b.
c.
d.
Wilayah Sungai (WS) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
Wilayah Sungai Batanghari.
(3)
Cekungan Air Tanah (CAT) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a.
CAT Jambi - Dumai yang merupakan cekungan air tanah lintas provinsi; dan
b.
CAT
Muaro
Tembesi
yang
merupakan
cekungan
air
tanah
lintas
Kabupaten/Kota.
(4)
Jaringan air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan sumber air permukaan yang meliputi :
a.
melayani
c.
d.
Sungai Kumpeh di Kecamatan Kumpeh Ulu dan Kumpeh Ilir untuk melayani
Kecamatan Kumpeh Ulu dan Kumpeh Ilir;
e.
f.
g.
h.
42
i.
j.
k.
l.
m.
n.
(5)
Sistem pengendalian daya rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d meliputi:
a.
kanal
primer di
c.
d.
(1)
sistem persampahan;
b.
c.
d.
e.
43
(2)
b.
c.
d.
e.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a.
b.
2.
3.
4.
44
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
(4)
Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a.
b.
c.
d.
sarana pengolahan lumpur tinja berupa truk pengangkut tinja dan modul
IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) komunal yang diprioritaskan
berada di perkotaan Sengeti, perkotaan Pematang Gajah, perkotaan Marga
dan perkotaan Sugai Gelam;
e.
f.
g.
h.
45
(5)
Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a.
sistem dan saluran drainase yang ada sesuai dengan jenis dan klasifikasi
saluran;
b.
sistem drainase terpadu khususnya bagi sistem perkotaan PKWp, PKL, PKLp
dan PPK serta kawasan peruntukan industri;
c.
d.
penahan sekaligus pengatur aliran hasil limpasan air hujan yang tidak
sempat diserap tanah sehingga aliran tidak terpusat pada salah satu saluran
drainase yang dapat menyebabkan terjadi limpasan pada daerah sekitarnya;
dan
e.
(6)
jalur dan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
berupa jalur dan ruang evakuasi bencana banjir meliputi:
a.
b.
jalur evakuasi bencana banjir wilayah Kecamatan Taman Rajo melalui ruas
jalan Kemingking Dalam-Talang Duku - Batas Kota Jambi ke lapangan
Batalyon Infantri Ksatria Jaya Kasang; dan
d.
jalur evakuasi bencana banjir wilayah Kumpeh Ulu dan Kumpeh melalui
ruas jalan Suak Kandis - Talang Duku - Batas Kota Jambi ke lapangan
Batalyon Infantri Ksatria Jaya Kasang.
BAB IV
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 25
(1)
b.
kawasan budidaya.
46
(2)
Pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam
peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
(3)
Untuk
kepentingan
dan
berlakuan
dinamika
pembangunan
Rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tidak dan/atau tidak dapat
ditindak lanjuti maka kawasan tersebut tetap merupakan kawasan hutan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan berlaku.
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 26
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
(1)
Kawasan hutan
Kawasan bergambut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan luas 23.638
(dua puluh tiga ribu enam ratus tiga puluh delapan) hektar meliputi:
a.
b.
kecamatan Kumpeh.
47
Paragraf 2
Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Pasal 28
(1)
(2)
Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan luas 19.249
(sembilan ribu dua ratus empat puluh sembilan) hektar meliputi:
a.
kecamatan Sekernan;
b.
c.
d.
e.
f.
Kecamatan Kumpeh.
Paragraf 3
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 29
(1)
(2)
a.
b.
c.
Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi
ruang di kiri dan kanan palung sungai diantara garis sempadan dan tepi palung
sungai untuk sungai tidak bertanggul atau diantara garis sempadan dan tepi luar
kaki tanggul untuk sungai bertanggul.
(3)
paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai
kurang dari atau sama dengan 3 m (tiga meter);
2.
paling sedikit berjarak 15 m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai labih
dari 3 m (tiga meter) sampai dengan 20 m (dua puluh meter); dan
48
3.
paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai labih
dari dengan 20 m (dua puluh meter).
b.
Sungai besar dengan luas DAS lebih besar dari 500 KM 2 (lima ratus
kilometer persegi) dengan garis sempadan paling sedikit 100 m (seratus
meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai; dan
2.
Sungai kecil dengan luas DAS kurang dari atau sama dengan dari 500
KM2 (lima ratus kilometer persegi) dengan garis sempadan paling sedikit
50 m (lima puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang
alur sungai.
c.
d.
Sungai
berjarak 5 m (lima meter) dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai;
(4)
Garis sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, huruf b, huruf c
dan hurufd terdapat pada aliran Sungai Batanghari yang terletak di Kecamatan
Sekernan, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kecamatan Maro Sebo, Kecamatan
Taman Rajo dan Kecamatan Kumpeh.
(5)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
49
(4)
Kawasan sempadan danau atau waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berupa:
a.
b.
2.
3.
4.
5.
2.
Danau/Lubuk
Panjang);
(5)
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
desa Danau Kedap (Danau Rayo, Danau Pete dan Danau Seno).
Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berada
di seluruh kawasan perkotaan meliputi:
a.
RTH publik berupa taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau
sepanjang jalan, dan sungai dengan luas kurang lebih 25% (dua puluh lima
persen) dari luas kawasan perkotaan;
b.
RTH
privat
berupa
kebun
atau
halaman
rumah/gedung
milik
(1)
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 huruf d meliputi :
50
(2)
a.
taman nasional;
b.
c.
Taman nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa Taman
Nasional Berbak dengan luas 26.630 (dua puluh enam ribu enam ratus tiga
puluh) hektar di Kecamatan Kumpeh.
(3)
Taman hutan raya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan luas
16.611 (enam belas ribu enam ratus sebelas) hektar di Kecamatan Kumpeh.
(4)
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c meliputi :
a.
b.
Permukiman Suku Anak Dalam yang terdapat di Desa Nyogan dan Desa
Pelempang Kecamatan Mestong, dusun Tenggalong (Desa Pinang Tinggi),
desa Sungai Dayo, desa Markanding
d.
e.
Makam Orang Kayo Gemuk dan Orang Kayo Pedataran di Kumpeh Ulu; dan
f.
Terhadap luasan kawasan pada huruf a, huruf b, huruf c, hurufd dan hurufe
diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Paragraf 5
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 31
(1)
(2)
Kawasan rawan bencana banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.
kecamatan Sekernan;
b.
c.
d.
e.
f.
kecamatan Kumpeh.
51
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 32
Rencana kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf b
terdiri atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
(1)
(2)
a.
b.
c.
Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dengan luas 58.678 (lima puluh delapan ribu enam ratus tujuh puluh delapan)
hektar terdapat di Kecamatan Sungai Gelam dan Kecamatan Bahar Selatan.
(3)
Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dengan luas 34.118 (tiga puluh empat ribu seratus delapan belas) hektar terdapat
di Kecamatan Sekernan, Kecamatan Maro Sebo, Kecamatan Taman Rajo dan
Kecamatan Kumpeh.
(4)
52
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Pasal 34
Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b
dengan luas 3.700 (tiga ribu tujuh ratus)hektar terdapat di seluruh Kecamatan dalam
wilayah Kabupaten.
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 35
(1)
(2)
a.
b.
kawasan hortikultura;
c.
d.
kawasan peternakan.
Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi:
(3)
a.
b.
Pertanian tanaman pangan lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dengan luas 15.264 (lima belas ribu dua ratus enam puluh empat) hektar
meliputi:
(4)
a.
b.
Pertanian lahan basah irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
dengan luas 12.307 (dua belas ribu tiga ratus tujuh) hektar meliputi:
a.
kecamatan Sekernan;
b.
c.
d.
e.
kecamatan Mestong;
f.
g.
kecamatan Kumpeh.
53
(5)
Pertanian lahan basah bukan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
b dengan luas 2.957 (dua ribu sembilan ratus lima puluh tujuh) hektar meliputi:
(6)
a.
kecamatan Sekernan;
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Pertanian tanaman pangan lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dengan luas 4.665 (empat ribu enam ratus enam puluh lima) hektar
meliputi:
(7)
a.
kecamatan Sekernan;
b.
c.
d.
e.
f.
Lahan pertanian pangan berkelanjutan ditetapkan dengan luas kurang lebih 80%
(Delapan puluh persen) dari luas lahan pertanian tanaman pangan yang tersebar
di seluruh wilayah kabupaten.
(8)
Kawasan holtikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan luas
7.617 (tujuh ribu enam ratus tujuh belas) hektar meliputi:
(9)
a.
kecamatan Sekernan;
b.
c.
d.
kecamatan Mestong;
e.
f.
g.
kecamatan Kumpeh.
Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan luas
271.925 (dua ratus tujuh puluh satu ribu sembilan ratus dua puluh lima) hektar
meliputi:
54
a.
b.
(10)
(11)
b.
c.
pengembangan unggas.
(1)
(2)
a.
b.
c.
d.
e.
prasarana perikanan.
Sungai Batanghari;
b.
c.
Danau/Lubuk
e.
55
f.
Sungai Tangkit, Sungai Gelam, Sungai Medak dan Danau Arang Arang di
Kecamatan Sungai Gelam;
g.
h.
i.
j.
(3)
b.
1.
kecamatan Sekernan;
2.
3.
4.
5.
6.
kecamatan Kumpeh.
(4)
(5)
(6)
b.
c.
(1)
56
(2)
a.
b.
c.
(3)
a.
b.
(4)
b.
c.
(5)
Terhadap wilayah usaha pertambangan yang telah ada yang tidak sesuai
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diakui keberadaannya sampai dengan habis
masa perizinannya tanpa dapat diperpanjang kembali.
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 38
(1)
(2)
a.
industri besar;
b.
c.
industri kecil.
b.
c.
57
d.
e.
(3)
kecamatan
c.
(4)
Industri kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tersebar di seluruh
wilayah kabupaten.
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 39
(1)
(2)
(3)
a.
b.
c.
Kawasan wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
Kawasan wisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a.
kawasan Wisata
58
b.
c.
permukiman Suku Anak Dalam yang terdapat di desa Nyogan dan desa
Pelempang Kecamatan Mestong, Dusun Tenggalong (Desa Pinang Tinggi),
desa Sungai Dayo, desa Markanding
Bahar Utara, desa Tanjung Lebar dan desa Talang Datar, Kecamatan Bahar
Selatan;
d.
e.
(4)
Kawasan wisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi:
a.
b.
agrowisata di
kecamatan Sekernan,
(1)
(2)
a.
b.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
59
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
(3)
t.
u.
(1)
(2)
b.
c.
d.
60
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 42
(1)
(2)
b.
c.
Kawasan strategis nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf a
berupa kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup yaitu berupa Kawasan Taman Nasional Berbak di Kecamatan Kumpeh.
Pasal 44
(1)
(2)
a.
b.
(3)
Kawasan
sosial dan
budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa kawasan wisata Candi
Muaro Jambi di Kecamatan Maro Sebo dan Kecamatan Taman Rajo.
Pasal 45
(1)
61
(2)
(3)
Kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur
lebih lanjut dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah tersendiri.
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 46
(1)
(2)
(3)
b.
c.
Arahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa indikasi
program sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Perwujudan Rencana Struktur Ruang
Pasal 47
Perwujudan rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2)
huruf a meliputi:
a.
b.
c.
62
Paragraf 1
Perwujudan Sistem Pusat Kegiatan
Pasal 48
(1)
(2)
a.
b.
c.
d.
e.
b.
c.
2.
pengembangan
dan
pembangunan
pusat
perbelanjaan/
mall/
pertokoan;
d.
e.
f.
3.
4.
5.
2.
pembangunan hotel/penginapan.
2.
3.
4.
5.
2.
63
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
h.
i.
2.
3.
2.
2.
j.
k.
alokasi lahan untuk kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap
bangun (lisiba);
l.
m.
n.
o.
(1)
b.
c.
64
d.
e.
f.
2.
3.
4.
2.
pembangunan hotel/penginapan.
2.
g.
2.
3.
4.
5.
h.
1.
pengembangan
dan
pembangunan
simpul
transportasi
berupa
65
pengembangan
dan
pembangunan
simpul
transportasi,
meliputi
b.
c.
d.
e.
f.
g.
1.
2.
pembangunan SPBU.
pembangunan perbankan;
2.
3.
pembangunan penginapan.
2.
3.
2.
3.
pengembangan pariwisata
2.
66
(4)
3.
4.
5.
h.
i.
j.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
1.
pembangunan pertokoan/ruko;
2.
3.
pembangunan SPBU.
4.
2.
pembangunan penginapan.
2.
3.
2.
3.
pengembangan pariwisata
2.
3.
4.
5.
6.
h.
i.
j.
67
Pasal 50
(1)
b.
c.
d.
1.
2.
pengembangan pertokoan;
3.
4.
e.
f.
2.
g.
(2)
2.
3.
4.
h.
i.
b.
c.
2.
pengembangan pertokoan;
68
d.
e.
f.
3.
pembangunan SPBU;
4.
5.
2.
pembangunan hotel/penginapan.
2.
3.
pembangunan puskesmas.
g.
1.
2.
3.
4.
5.
h.
i.
j.
(3)
1.
2.
3.
b.
c.
2.
pengembangan pertokoan;
3.
4.
69
d.
e.
f.
2.
pembangunan hotel/penginapan.
2.
pembangunan puskesmas.
g.
2.
3.
h.
i.
(1)
b.
c.
d.
e.
f.
1.
2.
pembangunan SPBU.
3.
pembangunan perbankan;
2.
3.
pembangunan penginapan.
2.
2.
3.
pengembangan agrowisata
70
g.
2.
3.
h.
i.
pengembangan
dan
pembangunan
simpul
transportasi,
meliputi
b.
c.
d.
e.
f.
g.
1.
2.
pembangunan SPBU.
pembangunan perbankan;
2.
3.
pembangunan penginapan.
2.
2.
3.
pengembangan pariwisata
2.
3.
4.
5.
h.
i.
j.
71
(3)
b.
c.
d.
e.
f.
g.
(4)
1.
2.
pembangunan SPBU.
pembangunan perbankan;
2.
3.
pembangunan penginapan.
2.
2.
3.
4.
pengembangan pariwisata.
2.
3.
4.
5.
h.
i.
b.
c.
2.
pembangunan SPBU.
72
d.
e.
f.
g.
(5)
pembangunan perbankan;
2.
3.
pembangunan penginapan.
2.
2.
3.
pengembangan pariwisata
2.
3.
4.
h.
i.
b.
c.
d.
e.
f.
1.
2.
pembangunan SPBU.
pembangunan perbankan;
2.
pembangunan perbankan;
3.
4.
pembangunan penginapan.
2.
73
g.
(6)
2.
3.
pengembangan pariwisata
2.
3.
h.
i.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
1.
pembangunan pertokoan/ruko;
2.
3.
pembangunan perbankan;
2.
3.
pembangunan penginapan.
2.
2.
3.
pengembangan pariwisata .
2.
3.
h.
i.
74
(7)
b.
c.
d.
e.
f.
g.
(8)
1.
2.
pembangunan SPBU.
pembangunan perbankan;
2.
3.
pembangunan penginapan.
2.
2.
3.
pengembangan pariwisata
2.
3.
h.
i.
b.
c.
d.
1.
2.
pembangunan SPBU.
pembangunan perbankan;
75
e.
f.
g.
(9)
2.
3.
pembangunan penginapan.
2.
2.
3.
pengembangan pariwisata
2.
3.
4.
h.
i.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
pembangunan perbankan;
2.
3.
pembangunan penginapan.
2.
2.
3.
pengembangan pariwisata.
76
(10)
2.
3.
h.
i.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
(11)
1.
2.
pembangunan SPBU.
pembangunan perbankan;
2.
3.
pembangunan penginapan.
2.
2.
3.
pengembangan pariwisata.
2.
3.
h.
i.
Pengembangan
Pusat
Pelayanan
Kawasan
(PPK)
sebagaimana
dimaksud
b.
c.
2.
pembangunan SPBU.
77
d.
e.
f.
g.
(12)
pembangunan perbankan;
2.
3.
pembangunan penginapan.
2.
2.
3.
pengembangan pariwisata.
2.
3.
h.
i.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
1.
2.
pembangunan SPBU.
pembangunan perbankan;
2.
3.
pembangunan penginapan.
2.
2.
3.
pengembangan pariwisata.
78
(13)
2.
3.
h.
i.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
1.
2.
pembangunan SPBU.
pembangunan perbankan;
2.
3.
pembangunan penginapan.
2.
2.
3.
pengembangan pariwisata.
2.
3.
h.
i.
(1)
79
(2)
b.
c.
d.
e.
pengembangan pasar;
f.
g.
(1)
(2)
a.
b.
c.
Perwujudan sistem transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi:
(3)
a.
jaringan jalan;
b.
c.
d.
(4)
a.
b.
c.
prasarana perkerataapian.
b.
80
Pasal 54
(1)
Perwujudan jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf
a meliputi:
a.
b.
(2)
Jalan Lintas Timur (Jalintim) Sumatera yang terdiri dari ruas jalan:
1. Simpang Tuan - Batas Kota Jambi/Kabupaten Muaro Jambi.
2. Simpang Mendalo Darat Batas Kota Jambi/Kabupaten Muaro Jambi.
3. Batas Kota Jambi km 15,90 Kecamatan Mendalo Darat (Simpang tiga);
4. Batas Kota Jambi/KabupatenMuaro Jambi Tempino; dan
5. Tempino batas Provinsi Sumsel/Provinsi Jambi.
b.
Jalan penghubung (Feeder Road) I Jambi Bungo yang terdiri dari ruas jalan
Batas Kabupaten Muaro Jambi/Kabupaten Batang Hari Simpang Mendalo
Darat
c.
Jalan akses pelabuhan Talang Duku yaitu ruas jalan Batas Kota Jambi
Talang Duku
d.
(3)
2.
3.
b.
(4)
b.
81
(5)
Pengembangan sistem jaringan jalan khusus melalui ruas jalan Kecamatan Jambi
Luar Kota Kecamatan Mestong Kecamatan Sungai Gelam Kecamatan
Kumpeh Ulu - Kecamatan Kumpeh yang merupakan bagian dari jalan khusus
ruas Kabupaten Sarolangun Kabupaten Batang Hari Kabupaten Muaro Jambi
Ujung Jabung;
(6)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Primer 1)
20. Simp. Ds. Tunas Baru - Dsn. Pematang Sialang
21. Ds. Tunas Baru
Tarum)
22. Ds. Tanjung Lanjut (Bedeng Rambut) - Simp. Kebun 11 (Rencana Arteri
Primer)
23. Simp.Desa Bukit Baling - Simp. Kebun 11
24. Jalan Nasional (Simp. Perkantoran) - Simp. Jalan Lingkar Dalam
25. Simp. Sanggar PKK - Simp. BPKPP
26. Simp. BPKPP - Simp. Lap. Tenis
27. Simp. Lap Tenis - Simp. Kantor PLN
82
Kolektor Primer 1)
2.
Simp. Ds. Jambi Kecil - Ds. Bakung Jalan Propinsi - Ma. Sabak
(Rencana Kolektor Primer 1)
3.
4.
5.
6.
7.
Simp. Jl. Lubuk Raman - Ds. Lubuk RamanBatas Kab. Tanjab Barat
8.
9.
83
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Simp. Ds. Kemingking Dalam - Ds. Manis Mato Batas Kec. Kumpeh
8.
9.
2.
3.
4.
Simp. Menuju Ds. Pematang Jering - Simp. III Ds. Pematang Jering
5.
6.
7.
8.
9.
84
85
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
86
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Manis Mato
8.
9.
87
31. Simp. Trans Ds. Sei. Aur - Trans Ds. Sei Aur
32. Ds. Manis Mato Ds. Sungai Aur
g.
Palembang)
3.
4.
Simp. Dsn. Sei. Jerat - Ds. Sei. Landai (Rencana Kolektor Primer 1)
5.
6.
7.
8.
Simp. Pondok Meja - Perbatasan Sungai Gelam dengan Ds. Suka Maju
9.
88
Simp. Ds. menuju Talang Belido - Simp. III Ds. Ladang Panjang
2.
3.
4.
5.
Jambi Selatan
6.
7.
8.
9.
Kolektor Primer 1)
12. Simp. Ds. Sumber Agung - Ds. Sumber Agung
13. Jl. Simp. Trans - Ds. Mingkung.
14. Simp. Menuju Ds. Petaling Jaya - Perkebunan (Batas Propinsi)
15. Simp. Ds. Petaling Jaya Ds. Petaling Jaya
89
16. Simp. III Ds. Ladang Panjang Perbatasan dengan Kec. Mestong Ds.
Sebapo
17. Simp. Ds. Ladang Panjang Simp. Jalan Pertamina
18. Simp. Ds. Tangkit Baru Batas Kec. Kumpeh Ulu Ds. Sungai Terap
19. Simp. Ds. Sungai Terap Batas Kec. Kumpeh Ulu Ds. Sungai Terap
20. Simp. Jalan Ampera Simp. Jalan Tangkit Baru
21. Buper Batas Provinsi Sumatra Selatan
22. Simp. Pasar Rebo Perkebunan Sawit Batas Provinsi Sumatera Selatan.
23. Simp. Desa Gambut Jaya Ds Gambut Jaya
24. Ds. Petaling Jaya Ds. Sido Mukti
25. Ds. Petaling Jaya Ds. Tri Mulya Jaya
26. Ds. Ladang Panjang Bumi Perkemahan (Rencana Kolektor Primer1)
27. Bumi Perkemahan Simpang Desa Parit (Rencana Kolektor Primer1)
28. Kebon IX (Air Hitam) Tangkit (Kebon Duren)
29. Ds. Sungai Gelam (Simpang Mesjid Nurul Hikmah) Talang Kerinci
30. Ds. Trimulya Jaya - Ds. Ladang Panjang
31. Ds. Sido Mukti Batas Provinsi
32. Ds. Parit Ds. Sumber Agung
33. Ds. Parit Ds. Sungai Gelam
34. Ds. Sungai Gelam Ds. Sungai Terap
35. Ds. Mekar Jaya Ds. Talang Kerinci
36. Ds. Talang Belido Ds. Talang Kerinci
i.
2.
3.
Simp. IV Ds. Talang Datar - Simp. III KUD Sido Mukti Ds. Sumber Jaya
Unit XIX
4.
SImp. III Menuju Unit XVI - XIX - Simp. III Ds. Matramanunggal - Ds.
Bukit Mulya
5.
Simp. III Ds. Matra Manunggal - Ds. Bukit Mulya - Simp.Ds. Matra
Manunggal A1
6.
7.
Simp. III Ds. Bukit Mulya - Simp. III RT. 01 Ds. Bukit Mulya
8.
9.
Provinsi
90
2.
Simp. Ds. Bhakti Mulia Unit V - Simp. III Unit XVIII dan Unit XV
3.
Makmur Unit XV
4.
Simp. III Ds. Bhakti Mulya Unit V - Simp. III Ds. Bukit Makmur Unit
XV
5.
6.
Simp. Jalur I Ds. Suka Makmur Unit I - Simp. KUD Suka Makmur Jln.
Sultan Taha I
7.
Simp. Pos Polisi Jalur I Unit I - Simp. SMP Pasar Se. Bahar Unit I
8.
Simp. III Menuju Unit IV dan Unit II - Simp. III Bidan Fitri (Rencana
Kolektor Primer 1)
10. Simp. III Bidan Fitri - Simp. Tugu KB Unit IV (Rencana Kolektor Primer
1)
11. Simp. III Menuju Unit IV dan Unit II - Perbatasan Kec. Mestong Unit
10 (Rencana Kolektor Primer 1)
91
12. Simp. Ds. Trijaya Menuju Ds. Bukit Mas - Simp. III Unit XVIII dan Unit
XV
13. Simp. Tugu KB Unit IV - Simp. Ds. Marga Manunggal Jaya
14. Simp. Ds. Marga Manunggal Jaya - Ds. Tanjung Harapan
15. Desa Marga Pasar desa Suka Makmur
16. Jalur IV.A - Ds. Panca Bhakti
17. Jalan Provinsi Jalur IV.A (Desa Marga)
18. Desa Marga Mulya desa Pinang Tinggi
19. Simp. III Bidan Fitri Jalur III (Unit III)
20. Desa Tanjung Harapan desa Tanjung Lebar
21. Desa Bukit Mas desa Tanjung Sari
22. Ds. Bukit mas desa Bukit Mamkur
23. Jalur IV.A (Ds. Marga) Jalur III.b (Unit III)
24. Desa Marga Mulya desa Suka Makmur
25. Lap. Bola Kaki (Ds. Mekar Sari Makmur) Jalur II (Ds. Marga Mulya)
26. SD. 196 (Ds. Suka Makmur) Ds. Panca Bhakti
27. Hamparan 8 (Desa Bukit Makmur) RT.3Desa Bhakti Mulya
28. Desa Bukit Makmur Ds. Sungai Dayo
29. Desa Marga Mulya desa Berkah
30. Jalan Provinsi Ds. Suka Makmur Jl. Provinsi Ds. Pinang Tinggi
j.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Simp. III Ds. Tanjung Mulya - Simp. Pasar Gapura Ds. Tanjung Mulya
9.
Simp. menuju Ds. Tanjung Mulya Unit 17 - Simp. Pasar Gapura Ds.
Tanjung Mulya
Pasal 55
(1)
(2)
a.
b.
terminal barang.
2.
(3)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
(1)
(2)
93
2.
Jawa Provinsi Sumatera Selatan Jambi Sp. Tuan Simpang Lagan Kuala Tungkal.
2.
2.
3.
4.
5.
6.
(3) Perwujudan angkutan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan
jalur yang meliputi:
a. batas Provinsi Sumatera Selatan Tempino Sebapo; dan
b. batas Provinsi Riau - Suko Awin Bukit Baling Sengeti.
Pasal 57
(1)
(2) Perwujudan pelabuhan ASDP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a meliputi:
a. pengembangan dan pembangunan dermaga sungai atau pelabuhan di
kelurahan Sengeti, desa Pematang Pulai, desa Pulau Kayu Aro, desa Rantau
Majo, desa Tantan, desa Kedotan dan desa Keranggan di kecamatan Sekernan;
b. pengembangan dan pembangunan dermaga sungai atau pelabuhan di desa
Sungai Duren dan desa Sarang Burung di kecamatan Jambi Luar Kota;
c. pengembangan dan pembangunan dermaga sungai atau pelabuhan di desa
Muaro Jambi di Kecamatan Maro Sebo;
d.pengembangan dan pembangunan dermaga sungai atau pelabuhan di desa
Talang Duku, desa Tebat Patah, desa Teluk Jambu, desa Dusun Mudo, desa
Kemingking Luar, desa Sekumbung, desa Manis Mato dan desa Rukam di
kecamatan Taman Rajo;
94
Keranggan;
b. pengaturan alur pelayaran desa Sungai Duren - desa Sarang Burung;
c. pengaturan alur pelayaran desa Muaro Jambi - desa Talang Duku - desa Tebat
Patah - desa Teluk Jambu - desa Dusun Mudo - desa Kemingking Luar - desa
Sekumbung - desa Manis Mato - desa Rukam;
d. pengaturan alur pelayaran kelurahan Tanjung - desa Rantau Panjang - desa
Londerang - desa Rondang.
Pasal 58
Perwujudan sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalamPasal dalam
Pasal 53 ayat (1) huruf b meliputi:
(1)
b.
(2)
b.
(3)
b.
95
(1)
(2)
(2)
Perwujudan Jaringan pipa minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi :
a. pengembangan jaringan distribusi pipa minyak, meliputi:
1.
2.
3.
Perwujudan Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b meliputi:
96
a.
b.
c.
d.
(4)
Perwujudan jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi:
a.
b.
c.
d.
150
kVA
(seratus
lima
puluh)
Kilo
Volt
Ampere
yaitu
pengembangan
dan
pembangunan
jaringan
Saluran
Udara
Tegangan
Menengah (SUTM) dengan kapasitas 20 kVA (dua puluh) Kilo Volt Ampere
yaitu menghubungkan antar pusat perdesaan dalam wilayah Kabupaten.
Pasal 62
(1)
(2)
97
(3)
(4)
(1)
(2)
Perwujudan wilayah sungai (WS) Batang Hari sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi:
a.
rehabilitasi dan revitalisasi wilayah hulu sungai Batang Hari yang bekerjasama
dengan Pemerintah Kabupaten yang berbatasan;
(3)
b.
c.
Perwujudan cekungan air tanah (CAT) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a berupa revitalisasi dan rehabilitasi kawasan CAT.
(4)
Perwujudan jaringan air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c berupa pengembangan, pembangunan dan pengelolaan air bersih;
(5)
Perwujudan sistem pengendalian daya rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d meliputi :
a.
b.
c.
d.
98
Pasal 64
(1)
(2)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
99
9.
Perwujudan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. pengembangan dan pembangunan sistem penyediaan air minum melalui PDAM
di seluruh wilayah kabupaten;
b. pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) Sungai Batang Hari
meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.
3.
4.
5.
Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Arang - arang melayani Perkotaan ArangArang dan Perkotaan Puding;
6.
Instalasi
Pengelolaan
Air
(IPA)
Teluk
Jambu
melayani
Perkotaan
8.
100
(4)
Perwujudan pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. limbah domestik berupa Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) komunal
terdapat di sistem perkotaan PKWp, PKL dan PKLp;
b. limbah domestik berupa septic tank terdapat di seluruh wilayah Kabupaten;
c. limbah non domestik terdapat di seluruh wilayah Kabupaten ;
d. sarana pengolahan lumpur tinja berupa truk pengangkut tinja dan modul IPLT
(Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) komunal yang diprioritaskan berada di
perkotaan Sengeti, perkotaan Pematang Gajah, perkotaan Marga dan perkotaan
Sugai Gelam;
e. perbaikan sistem sanitasi masyarakat dengan mengupayakan dengan on site
sistem (septic tank) dan Mandi Cuci Kakus (MCK) umum pada lingkungan
permukiman kumuh di Kabupaten Muaro Jambi;
f. fasilitasi pembangunan instalasi pengolahan limbah untuk kawasan industri
rumah tangga;
g. pengendalian limbah hasil kegiatan industri melalui Kajian Lingkungan Hidup
Strategis; dan
h. pengadaan instalasi pengolahan limbah untuk B3 pada setiap kegiatan
industri.
(5)
101
(6)
Perwujudan jalur dan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf e meliputi:
a.
pengembangan
jalur
evakuasi
bencana
banjir
Wilayah
Sekernan,
Kecamatan Jambi Luar Kota dan Kecamatan Maro Sebo melalui ruas Jalan
Arteri Primer Sp. Tuan Batas Kota Jambi ke lapangan perkantoran bukit
Cinto Kenang;
b.
pengembangan
Kecamatan
jalur
evakuasi
bencana
banjir
wilayah
Sekernan,
d.
jalur evakuasi bencana banjir wilayah Kumpeh Ulu dan Kumpeh melalui
ruas jalan Suak Kandis Talang Duku Batas Kota Jambi ke lapangan
Batalyon Infantri Ksatria Jaya Kasang.
Bagian Ketiga
Perwujudan Rencana Pola Ruang
Pasal 65
(1)
Perwujudan rencana pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2)
huruf b meliputi:
(2)
a.
b.
Perwujudan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) huruf
a meliputi:
a.
b.
(3)
c.
d.
perwujudan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan
e.
102
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
(1)Perwujudan kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65ayat (2)
huruf a meliputi :
a. penetapan fungsi kawasan;
b. rehabilitasi kawasan yang memiliki kerusakan rona alam;
c. peningkatan pengelolaan kawasan melalui konservasi tanah dan air; dan
d. peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan.
(2)
Perwujudan
bawahannya
kawasan
yang
sebagaimana
memberikan
dimaksud
perlindungan
dalam
Pasal
terhadap
65
ayat
kawasan
(2)
huruf
(2)
Perwujudan kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi :
a. pemantapan fungsi pada kawasan sempadan sungai;
b. pembangunan jalan inspeksi pada kawasan sungai;
103
(4)
Perwujudan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi :
a. pengembangan RTH pekarangan meliputi:
1. pekarangan rumah tinggal;
2. halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha; dan
3. taman pada bangunan.
b. pengembangan RTH taman dan hutan kota meliputi;
1. taman Rukun Tetangga (RT);
2. taman Rukun Warga (RW);
3. taman Desa;
4. taman kelurahan;
5. taman kecamatan;
6. taman kota; dan
7. hutan kota.
104
c.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pemakaman.
d.
e.
(1)
Perwujudan
kawasan
suaka
alam,
pelestarian
alam
dan
cagar
budaya
Perwujudan kawasan taman nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi:
a. penetapan batas kawasan;
b. pemantapan fungsi tiap zona kawasan;
c. perlindungan habitat endemik;
d. pelaksanaan rehabilitasi pada area yang mengalami kerusakan; dan
e. peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan kawasan taman
nasional.
(3)
Perwujudan kawasan hutan raya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. penetapan batas kawasan;
b. pemantapan fungsi tiap zona kawasan;
c. perlindungan habitat endemik;
d. pelaksanaan rehabilitasi pada area yang mengalami kerusakan; dan
e. peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan kawasan taman
wisata alam.
(4)
105
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
(1)
(2)
Perwujudan
kawasan
peruntukan
hutan
produksi
terbatas
sebagaimana
106
(3)
(4)
Perwujudan kawasan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65ayat (3)
huruf b meliputi :
a.
b.
c.
pengolahan hasil hutan rakyat baik berupa kayu maupun non kayu;
d.
e.
f.
(1)
107
(2)
(3)
(4)
(5)
produktifitas
peternakan
dengan
kambing, domba, ayam ras petelur, dan ayam ras pedaging; dan
g. peningkatan sarana dan prasarana peternakan.
108
Pasal 73
Perwujudan kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65
ayat (3) huruf d meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
b.
c.
d.
e.
f.
b.
c.
d.
e.
f.
Pasal 76
Perwujudan kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65
ayat (3) huruf g meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
pengembangan keterkaitan antar objek wisata, jalur wisata, dan kalender wisata;
f.
g.
(1)
(2)
a.
b.
d.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
110
(3)
b.
c.
d.
b.
c.
111
Pasal 80
Perwujudan kawasan strategis nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf
a berupa Kawasan Taman Nasional Berbak meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
peningkatan
partisipasi
masyarakat
dalam
pemeliharaan
kawasan
taman
nasional.
Pasal 81
(1) Perwujudan kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79
huruf b meliputi:
a. kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan ekonomi yaitu Kota Jambi,
Muara Bulian,Sengeti dan sekitarnya; dan
b. kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan sosial dan budaya yaitu
wisata Candi Muaro Jambi di Kecamatan Maro Sebo dan Kecamatan Taman
Rajo.
(2) Perwujudan kawasan strategis Kota Jambi, Muara Bulian,Sengeti dan sekitarnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a:
a.
penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (RTR) Kota Jambi, Muara
Bulian,Sengeti dan sekitarnya;
b.
c.
d.
e.
(3) Perwujudan Kawasan strategis wisata Candi Muaro Jambi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
112
Pasal 82
(1)
(2)
b.
ketentuan perizinan;
c.
d.
arahan sanksi;
113
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 84
(1)
(2)
Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang.
(3)
Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat:
a. kegiatan yang diijinkan;
b. kegiatan yang diijinkan bersyarat;
c. kegiatan yang dilarang.
d. intensitas;
e. prasarana dan sarana minimum; dan
f. ketentuan lain-lain.
Pasal 85
(1)
(2)
Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
sistem
jaringan
prasarana
utama
Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
sistem
jaringan
prasarana
lainnya
114
Pasal 86
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem transportasi darat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 85 ayat (2) huruf a berupa peraturan zonasi jaringan jalan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan jalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. jaringan jalan bebas hambatan;
b. jaringan jalan arteri primer;
c. jaringan jalan kolektor primer; dan
d. jaringan jalan lokal primer.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan jalan bebas hambatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
a.
kawasan budidaya tertata dengan baik dan tidak mengganggu fungsi jalan
tol;
2.
pagar pembatas (baik alami maupun buatan) antara ruang milik jalanjalan
tol dengan fungsi kawasan budidaya, sebagai salah satu bentuk
perlindungan keselamatan;
3.
c.
2.
d.
intensitas Koefisien Dasar Bangunan KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan
Koefisien Dasar Hijau (KDH menyesuaikan dengan jenis peruntukan yang akan
dilakukan memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan.
e.
prasarana dan sarana minimum berupa rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberi
isyarat lalu lintas, alat penerangan jalan, alat pengendali dan pengaman pengguna
jalan, alat pengawasan dan pengamanan jalan, fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki,
penyandang cacat dan fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan
f.
2.
3.
4.
5.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan jalan arteri primer sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a.
2.
3.
b.
2.
3.
kegiatan
lain
berupa
pariwisata,
pendidikan,
kesehatan,
olahraga
2.
3.
kegiatan
lain
berupa
pariwisata,
pendidikan,
kesehatan,
olahraga
116
5.
alih
fungsi
lahan
yang
telah
ditetapkan
sebagai
lahan
pangan
intensitas KDB, KLB dan KDH menyesuaikan dengan jenis peruntukan yang
akan dilakukan memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan.
e.
prasarana dan sarana minimum berupa rambu lalu lintas, marka jalan, alat
pemberi isyarat lalu lintas, alat penerangan jalan, alat pengendali dan
pengaman pengguna jalan, alat pengawasan dan pengamanan jalan, fasilitas
untuk sepeda, pejalan kaki, penyandang cacat dan fasilitas pendukung
kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar badan
jalan.
f.
2.
3.
4.
5.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan jalan kolektor primer sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:
a. kegiatan yang diijinkan meliputi :
1. kegiatan berkepadatan rendah;
2. penggunaan lahan campuran berupa perumahan, perdagangan dan jasa
berkepadatan sedang; dan
3. pengembangan RTH sepanjang jaringan jalan yang mempunyai fungsi konservasi
dan penyediaan oksigen.
b. kegiatan yang diijinkan bersyarat meliputi:
1. kegiatan komersial berupa industri, perdagangan dan jasa dengan intensitas
sedang dan menyediakan prasarana tersendiri;
2. perumahan dengan kepadatan sedang dengan syarat tidak berorientasi langsung
pada jalan kolektor primer;
3. kegiatan lain berupa pariwisata, pendidikan, kesehatan, olahraga disediakan
secara terbatas melalui penyediaan sarana dan prasarana dengan memenuhi
standart keamanan.
117
intensitas KDB, KLB dan KDH menyesuaikan dengan jenis peruntukan yang akan
dilakukan memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan.
e.
prasarana dan sarana minimum berupa rambu lalu lintas, marka jalan, alat
pemberi isyarat lalu lintas, alat penerangan jalan, alat pengendali dan pengaman
pengguna jalan, alat pengawasan dan pengamanan jalan, fasilitas untuk sepeda,
pejalan kaki, penyandang cacat dan fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan
angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar badan jalan.
f.
penyediaan penempatan rambu yang sesuai dengan tipe penggunaan lahan dan
pengguna jalan;
2.
penyediaan penempatan iklan yang sesuai dengan tipe penggunaan lahan dan
pengguna jalan;
3.
4.
5.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan jalan lokal primer sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d meliputi:
a. kegiatan yang diijinkan meliputi:
1. kegiatan berkepadatan rendah sampai sedang;
2. penggunaan lahan campuran berupa perumahan, perdagangan dan jasa
berkepadatan sedang sampai tinggi; dan
3. pengembangan RTH sepanjang jaringan jalan yang mempunyai fungsi konservasi
dan penyediaan oksigen.
118
tempat
pemberhentian
angkutan
yang
sesuai
dengan
tipe
(2)
119
intensitas KDB, KLB dan KDH menyesuaikan dengan jenis peruntukan yang
akan dilakukan memenuhi ketentuan sistem jaringan kereta api.
e.
2.
rambu-rambu; dan
3.
2.
3.
(1)
(1)
120
(2)
Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan pipa minyak dan gas bumi,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengikuti kaidah keselamatan
kawasan sekitar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3)
2.
2.
2.
3.
4.
5.
6.
(1)
(2)
(3)
121
Pasal 91
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 85 ayat (3) huruf c merupakan upaya mempertahankan
keberlanjutan kualitas lingkungan di kawasan sekitar prasarana sumber daya air
meliputi:
a. Wilayah Sungai (WS);
b. Cekungan air tanah; dan
c. sumber air baku untuk air bersih.
Pasal 92
Ketentuan umum peraturan zonasi wilayah sungai (WS) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 91 huruf a meliputi:
a. kegiatan yang diijinkan meliputi:
1. pertanian berupa tanaman keras, perdu, tanaman pelindung sungai;
2. pemasangan papan reklame/pengumuman;
3. pemasangan fondasi dan rentangan kabel listrik;
4. fondasi jembatan/jalan; dan
5. bangunan bendung/bendungan dan bangunan lalu lintas air seperti dermaga,
gardu listrik, bangunan telekomunikasi dan pengontrol/pengukur debit air.
b. kegiatan yang diijinkan bersyarat berupa:
1. bangunan penunjang pariwisata; dan
2. bangunan pengolahan limbah dan bahan pencemar lainnya.
c. kegiatan yang dilarang berupa:
1. bangunan yang tidak berhubungan secara langsung dengan fungsi wilayah
sungai; dan
2. kegiatan baik berupa bangunan maupun bukan yang potensi mencemari
sungaiberdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan berlaku.
d. intensitas bangunan berupa KDB yang diijinkan 10%, KLB 10%, KDH 90% sesuai
ketentuan bangunan yang dimaksud;
e. prasarana dan sarana minimum berupa pelindung sungai berupa jalan setapak,
kelengkapan bangunan
yang
diijinkan, dan
bangunan pelindung
terhadap
kemungkinan banjir;
f. ketentuan lain-lain meliputi:
1. sepanjang ruang sempadan dapat dikembangkan RTH produktif; dan
2. penyediaan rambu dan peringatan keselamatan terkait dengan badan air.
122
Pasal 93
Ketentuan peraturan zonasi cekungan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
91 huruf b meliputi:
a. kegiatan yang diijinkan meliputi:
1.
2.
3.
4.
2.
2.
kegiatan baik berupa bangunan maupun bukan yang potensi mencemari wilayah
cekungan air tanah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
berlaku.
d. intensitas bangunan berupa KDB yang diijinkan 10%, KLB 10%, KDH 90% sesuai
ketentuan bangunan yang dimaksud;
e. prasarana dan sarana minimum berupa pelindung cekungan air tanah berupa jalan
setapak, kelengkapan bangunan yang diijinkan, dan bangunan pelindung terhadap
kemungkinan banjir;
f. ketentuan lain-lain meliputi:
1.
2.
Ketentuan umum peraturan zonasi sumber air baku untuk air bersih sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 91 huruf c meliputi:
a. kegiatan yang diijinkan meliputi:
1. pertanian berupa tanaman keras, perdu, tanaman pelindung mata air;
2. bangunan penunjang pemanfaatan mata air antara lain pipa sambungan air
bersih; dan
3. bangunan penampung air untuk didistribusikan sebagai air minum dan irigasi.
123
yang
diijinkan, dan
bangunan pelindung
terhadap
kemungkinan banjir;
f. ketentuan lain-lain meliputi:
1. sepanjang ruang sempadan dapat dikembangkan RTH produktif; dan
2. penyediaan rambu dan peringatan keselamatan terkait dengan sumber air.
Pasal 95
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana wilayah lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (3) huruf d meliputi:
a.
sistem persampahan;
b.
c.
d.
e.
(1)
(2)
124
yang
125
Pasal 101
(1)
Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
84 ayat (2) huruf b meliputi:
(2)
a.
b.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
b.
2.
3.
kawasan permukiman dengan syarat kepadatan rendah dan KDH tinggi; dan
4.
pengembangan prasarana wilayah antara lain berupa jalan, sistem saluran yang
dilengkapi dengan sistem peresapan di sekitarnya.
126
2.
3.
d. Intensitas berupa kegiatan pembangunan dengan besaran KDB yang diijinkan 10%,
KLB 10%, dan KDH 90%.
e. prasarana dan sarana minimum berupa penyediaan sarana dan prasarana kegiatan
pembangunan yang menunjang dengan tanpa merubah bentang alam kawasan
resapan air.
f. ketentuan lain-lain meliputi:
1.
pada kawasan resapan air berupa hutan, perkebunan, lahan pertanian yang
mengalami penurunan fungsi dilakukan reboisasi, penghijauan, pemeliharaan,
pengayaan tanaman dan penerapan teknis konservasi tanah; dan
2.
b.
2.
2.
3.
4.
c.
2.
3.
127
d.
e.
f.
2.
penyelenggaraan
rehabilitasi
kawasan
resapan
air
diutamakan
umum
peraturan
zonasi
untuk
kawasan
perlindungan
setempat
2.
3.
4.
5.
128
2.
3.
2.
d. intensitas bangunan berupa KDB yang diijinkan 10%, KLB 10%, KDH 90%
sesuai ketentuan bangunan yang dimaksud;
e. prasarana dan sarana minimum berupa pelindung sungai berupa jalan setapak,
kelengkapan bangunan yang diijinkan, dan bangunan pelindung terhadap
kemungkinan banjir;
f. ketentuan lain-lain meliputi:
1.
2.
(1)
(2)
pertanian
berupa
tanaman
keras,
perdu,
tanaman
pelindung
danau/waduk;
2.
bangunan
penunjang
pemanfaatan
danau/waduk antara
lain
pipa
2.
129
2.
d. intensitas bangunan berupa KDB yang diijinkan 10%, KLB 10%, KDH 90%
sesuai ketentuan bangunan yang dimaksud;
e. prasarana dan sarana minimum berupa pelindung danau/waduk berupa jalan
setapak, kelengkapan bangunan yang diijinkan, dan bangunan pelindung
terhadap kemungkinan banjir;
f. ketentuan lain-lain meliputi:
1.
2.
penyediaan
rambu
dan
peringatan
keselamatan
terkait
dengan
danau/waduk.
Pasal 107
Ketentuan umum peraturan zonasi RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 huruf
c berupa RTH pada kawasan perkotaan yang diatur sesuai dengan rencana detail tata
ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 108
Ketentuan umum peraturan zonasi suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (2) huruf d meliputi:
a. kawasan taman nasional;
b. kawasan taman hutan raya; dan
c. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Pasal 109
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan taman nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 108 huruf a merupakan kawasan pelestarian yang memiliki
ekosistem asli dikelola untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata,
rekreasi, pendidikan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan taman nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
130
a.
d.
e.
f.
rehabilitasi
taman
nasional
melalui
reboisasi,
penghijauan,
Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
untuk
kawasan
taman
hutan
raya
131
alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan,
jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
(2)
2.
penggunaan
kawasan
taman
wisata
alam
untuk
kepentingan
2.
132
3. penyelenggaraan
pelaksanaannya
rehabilitasi
melalui
taman
pendekatan
wisata
alam
partisipatif
diutamakan
dalam
rangka
2.
b.
2.
c.
2.
d.
133
e.
f.
pengetahuan
melalui
reboisasi,
penghijauan,
pemeliharaan,
rehabilitasi
cagar
budaya
dan
ilmu
pengetahuan
dilaksanakan
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 101ayat (2) huruf e berupa kawasan rawan bencana banjir.
Pasal 113
(1)
(2)
2.
2.
3.
134
2.
rehabilitasi
rawan
bencana
banjir
diutamakan
(2)
135
kehidupan
di
daerah
bawahannya
atau merusak
disesuaikan
dengan
lebih
mengutamakan
upaya
pemanfaatannya
yang
seimbangn
antara
kepentingan
Kuasa
136
Pasal 115
(1)
terhadap
hutan
yang
pengelolaannya
diserahkan
kepada
masyarakat.
(2)
hutan rakyat yang berada di hutan lindung boleh diusahakan tapi harus
ada kejelasan deliniasi kawasan hutan rakyat dan izin untuk melakukan
kegiatan;
2.
3.
4.
b.
potensi
hutan
tersebut
dimanfaatkan
dan
sesuai
peraturan
2.
melakukan penebangan pohon dalam radius/ jarak tertentu dari mata air,
tepi jurang, waduk, sungai, dan anak sungai yang terletak di dalam
kawasan hutan;
3.
137
4.
5.
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang tanpa ada izin dari pihak terkait.
d. intensitas KDB yang diijinkan 5%, KLB 5%, dan KDH 95%.
e.
2.
b.
hortikultura;
c.
perkebunan; dan
d.
peternakan.
Pasal 117
b.
138
b.
c.
d.
e.
f.
b.
c.
139
d.
e.
f.
2.
3.
2.
3.
c.
pengembangan
kawasan
terbangun
pada
lahan
hortikultura
yang
produktivitasnya tinggi;
2.
3.
d.
e.
140
f.
(1)
Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
peruntukan
perkebunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 huruf c memiliki karakter bidang lahan
yang digunakan untuk usaha perkebunan.
(2)
Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
peruntukan
perkebunan
pertanian
dan
peternakan
secara
terpadu
dengan
2.
141
Pasal 120
(1)
(2)
(1)
(2)
lain
yang
bersifat
mendukung
kegiatan
perikanan
dan
142
umum
peraturan
zonasi
kawasan
peruntukan
pertambangan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
peruntukan
2.
3.
2.
3.
2.
3.
f.
pengembangan
kawasan
pertambangan
dilakukan
dengan
143
2.
3.
4.
industri
sebagai
penggerak
perekonomian
masyarakat
serta
kegiatan atau bangunan baru yang tidak sesuai dengan kegiatan industri;
dan
2.
d. intensitas kawasan industri dengan KDB yang diijinkan 50%, KLB 50% dan
KDH 25%.
e. prasarana dan sarana minimum berupa bangunan produksi/ pengolahan dan
penunjang, fasilitas pengangkutan dan penunjangnya, pos pengawasan dan
kantor pengelola.
144
sebagai
penyangga
antar
fungsi
kawasan,
dan
sarana
pengolahan limbah;
2.
pengembangan zona industri yang terletak pada sepanjang jalan arteri atau
kolektor harus dilengkapi dengan frontage road
untuk kelancaran
aksesibilitas; dan
3.
(1)
(2)
komersial,
menginap/bermalam,
pengamatan,
pemantauan,
145
umum
peraturan
zonasi
kawasan
peruntukan
permukiman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (3) huruf h memiliki karakter sebagai
kawasan yang berada di luar kawasan lindung baik berupa kawasan perkotaan
maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan
penghidupan.
(2) Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
kawasan
peruntukan
permukiman
2.
3.
4.
2.
3.
146
4.
2.
3.
4.
d. Intensitas
pengembangan
perdagangan
dan
jasa
serta
fasilitas
umum
2.
3.
4.
5.
6.
(1)
147
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (2) huruf b
merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan
ruang berdasarkan rencana struktur ruang dan pola ruang yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah ini.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
kewenangannya.
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 128
(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Muaro Jambi
meliputi:
a.
persetujuan prinsip;
b.
izin lingkungan;
c.
izin lokasi;
d.
e.
f.
g.
izin lainnya.
(2) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
148
Paragraf 1
Persetujuan Prinsip
Pasal 129
(1) Persetujuan prinsip
adalah persetujuan pendahuluan yang diberikan kepada orang atau badan hukum
untuk menanamkan modal atau mengembangkan kegiatan atau pembangunan di
wilayah kabupaten, yang sesuai dengan arahan kebijakan dan alokasi penataan
ruang wilayah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persetujuan prinsip ditetapkan dengan peraturan
bupati.
Paragraf 2
Izin Lingkungan
Pasal 130
(1)
Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (1) huruf b adalah
izin yang diberikan kepada setiap orang atau badan hukum yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin
usaha dan/atau kegiatan;
(2)
(1)
Izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (1) huruf c adalah izin
yang
diberikan
kepada
orang
atau
badan
hukum
untuk
memperoleh
(3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai izin lokasi ditetapkan dengan peraturan bupati.
149
Paragraf 4
Izin Perubahan Penggunaan Tanah
Pasal 132
(1) Izin Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128
ayat (1) huruf d adalah izin yang diberikan kepada orang
150
Paragraf 7
Izin Lainnya
Pasal 135
Izin lainnya terkait pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat
(1) huruf g adalah ketentuan izin usaha pertambangan, perkebunan, pariwisata,
industri, perdagangan dan pengembangan sektor lainnya, yang disyaratkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-perundangan yang berlaku.
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Pasal 136
(1) Ketentuan Insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (2)
huruf c merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif.
(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur
ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi yang diatur
dalam Peraturan Daerah ini.
(3) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi,
atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 137
(1)
Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 ayat (2) merupakan perangkat
atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang
sejalan dengan rencana tata ruang wilayah, berupa:
a. keringanan pajak atau retribusi, pemberian kompensasi, subsidi silang,
imbalan, sewa ruang, dan penyertaan modal;
b. pembangunan atau penyediaan infrastruktur pendukung;
c. kemudahan prosedur perizinan; dan
d. pemberian penghargaan kepada
kelompok dan badan hukum atau perusahaan swasta, serta unsur pemerintah
di daerah.
(2)
Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 ayat (3) merupakan perangkat
untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak
sejalan dengan rencana tata ruang wilayah, berupa:
151
a. pengenaan pajak atau retribusi yang tinggi, disesuaikan dengan besarnya biaya
yang
dibutuhkan
untuk
mengatasi
dampak
yang
ditimbulkan
akibat
(2)
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN, PERAN SERTA MASYARAKATDAN SISTEM INFORMASI
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 139
Setiap orang berhak:
a.
b.
c.
d.
memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan
kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
e.
f.
g.
Setiap orangwajib:
a.
b.
c.
d.
(1)
Setiap orang dan/atau kelompok orang dapat berperan serta dalam penataan
ruang.
(2)
Peran serta dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui :
a.
b.
c.
153
peraturan pelaksanaannya.
154
(2)
peringatan tertulis;
b.
c.
d.
penutupan lokasi;
e.
pencabutan izin;
f.
pembatalan izin;
g.
pembongkaran bangunan;
155
(3)
h.
i.
denda administratif.
Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g dapat dikenakan
secara tersendiri atau bersama-sama dengan pengenaan sanksi administratif yang
lain.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara serta penetapan sanksi administratif
diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 147
(1) PejabatPegawai
diberi
wewenang
untuk
melaksanakan
penyidikan
terhadap
pelanggaran
156
Setiap pejabat yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 dipidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 73 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.
(2)
Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
sehingga mengakibatkan perubahan fungsi ruang, kerugian terhadap harta benda
atau kerusakan barang, dan/atau kematian orang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 140 huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d dipidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), Pasal 70 ayat (1), ayat (2), ayat (3)
dan ayat (4), Pasal 71, Pasal 72, Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 75 ayat (1)
dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
BAB XIII
PENINJAUAN PENATAAN RUANG
Pasal 149
(1)
Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muaro Jambi adalah 20
(dua puluh) tahun sejak tanggal ditetapkan dan ditinjau kembali 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.
(2)
157
(3)
Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan apabila
terjadi perubahan
(2)
Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan terhadap
bagian wilayah kabupaten yang kawasan hutannya belum disepakati pada saat
peraturan daerah ini ditetapkan, maka rencana dan album peta sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) akan disesuaikan dengan peruntukan kawasan hutan yang
telah disepakati bersama Menteri Kehutanan merupakan bagian dan terintegrasi
dari Peraturan Daerah ini.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 151
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan pelaksanaan
yang mengatur Penataan Ruang Daerah yang telah ada tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan atau belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku dengan ketentuan sebagai berikut:
1.
2.
3.
Jika
kegiatan
kontruksi
lapangansudah
dilaksanakan
dan
tidak
persetujuan Bupati.
158
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 152
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Muaro Jambi.
di Senda tanggal2014
Ditetapkan di Sengeti
pada tanggal 19 September 2014
BUPATI MUARO JAMBI,
Dto
BURHANUDDIN MAHIR
Diundangkan di Sengeti
pada tanggal 19 September 2014
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI,
Dto
IMBANG JAYA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014 NOMOR 02
Salinan Sesuai Dengan Aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM,
Dto
ERLINA, S
Pembina Tk I (IV/b)
NIP. 196806281994032010
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI NOMOR
2/BHK-4.3/V/2014 TAHUN 2014.
159
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI
NOMOR 02 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUARO JAMBI
TAHUN 2014-2034
I.
UMUM
dibentuk 2 (dua) desa Baru yaitu desa Mekar Jaya dan desa Tanjung Baru, Kecamatan
Kumpeh dibentuk 2 (dua) desa Baru yaitu desa Rondang dan desa Maju Jaya,
160
kecamatan Mestong dibentuk 2 (dua) desa Baru yaitu desa Muaro Sebapo dan desa
Tanjung Pauh Talang Pelita. Kemudian di Kecamatan Sungai Gelam dibentuk 3 (tiga)
desa Baru yaitu desa Mingkung, desa Trimulya Jaya dan desa Mekar Jaya serta
kecamatan Jambi Luar Kota dibentuk 2 (dua) desa Baru yaitu desa Danau Sarang Elang
dan desa Simpang Lima. Hal ini dilakukan dalam upaya percepatan pembangunan
antar wilayah sehingga pelayanan terhadap masyarakat lebih optimal, sedangkan untuk
kelurahan dari 4 (empat) kelurahan pada Tahun 2007 menjadi 5 (lima) kelurahan pada
Tahun 2008, bertambah 1 (satu) kelurahan yaitu kelurahan Jambi Kecil di kecamatan
Maro Sebo.
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan, ruang wilayah Kabupaten Muaro Jambi
perlu dikelola, dimanfaatkan dan dilindungi untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran
dan kesejahteraan masyarakat. Ruang dalam arti wadah kehidupan manusia yang
meliputi tanah, air dan ruang angkasa beserta sumber alam yangterkandung di
dalamnya sebagai satu kesatuan,
ketersediaannya bukan tak terbatas, baik dalam pengertian mutlak maupun dalam
pengertian nisbi, sehingga kegiatan budidaya untuk pemanfataannya yang tak
terkendali akan menyebabkan rusaknya lingkungan ruang itu sendiri yang pada
akhirnya dapat berakibat malapetaka bagi penghuninya.
Pada dasarnya ruang mempunyai sifat hubungan komplementer dengan kegiatan
manusia, baik kehidupan sehari-hari maupun kegiatan-kegiatan usaha. Semua
kegiatan manusia membutuhkan ruang dan terkait dengan pengembangan wilayah
melalui lokasi dan besaran kegiatan tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa suatu
ruang tertentu pada dasarnya dapat dimanfaatkan untuk menampung berbagai
kegiatan, demikian juga suatu kegiatan tertentu dapat berlokasi pada beberapa
alternatif ruang. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka penataan ruang
merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, dan oleh karena itu perlu adanya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muaro Jambi yang mengatur semua rencana
dan
kegiatan
pemanfaatannya
agar
dapat
dilakukan
secara
optimal
dengan
161
yang lain sangat dibutuhkan upaya-upaya untuk mencegah atau mengatasi tekanan
atau ancaman dari kegiatan tersebut agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
kelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial-budaya. Salah satu upaya
yang harus ditempuh adalah melakukan kegiatan penataan ruang yang meliputi proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang
dalam lingkup Wilayah Kabupaten Muaro Jambi, yang perencanannya dituangkan
kedalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan selanjutnya ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muaro Jambi 2014 2034 ini dilakukan
untuk menghasilkan rencana umum tata ruang. RTRW Kabupaten Muaro Jambi yang
bersifat umum disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif kabupaten
dengan muatan substansi meliputi rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.
RTRW juga disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan
kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan ketentuan
umum zonasi peruntukan. Penetapan ketentuan umum zonasi tersebut dimaksudkan
sebagai operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar penetapan
indikasi arahan peraturan zonasi. Ketentuan umum peraturan zonasi merupakan
ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya dan disusun untuk setiap zona peruntukan.
Pengendalian
pemanfaatan
ruang
tersebut
dilakukan
pula
melalui
perizinan
dimaksudkan
sebagai
perangkat
162
untuk
mencegah,
membatasi
pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata
ruang, yang antara lain dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan
penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaan kompensasi dan penalti. Pengenaan
sanksi, yang merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan ruang,
dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan ketentuan umum peraturan zonasi.
Dalam Peraturan Daerah ini pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat
ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi
dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Sesuai dengan hal-hal tersebut, maka untuk mencapai tujuan pemanfaatan ruang
wilayah secara optimal, serasi, seimbang dan lestari diperlukan tindak penetapan fungsi
ruang yang jelas, tegas dan menyeluruh serta memberikan kepastian hukum bagi upaya
perencanaan
dan
pemanfaatan
ruang
serta
pengendalian
dan
pengawasan
163
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat 1 Cukup jelas
Ayat 2 Cukup jelas
Ayat 3 Cukup jelas
Ayat 4 Cukup jelas
Ayat 5 Cukup jelas
Ayat 6 Cukup jelas
Ayat 7 Cukup jelas
Ayat 8 Pusat Perdesaan di Kabupaten Muaro Jambi, Meliputi:
a. Kecamatan sekernan dengan pusat perdesaan meliputi :
1 Desa Sekernan
Pusat Perdesaan
2 Desa Berembang
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
7 Desa Kedotan
Pusat Perdesaan
8 Desa Keranggan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
11 Desa Gerunggung
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
16 Kelurahan Sengeti
PPK
2 Jambi Tulo
Pusat Perdesaan
3 Baru
Pusat Perdesaan
4 Danau Lamo
Pusat Perdesaan
5 Muaro Jambi
Pusat Perdesaan
6 Danau Kedap
Pusat Perdesaan
164
7 Mudung Darat
8 Niaso
Pusat Perdesaan
9 Tanjung Katung
Pusat Perdesaan
10 Lubuk Raman
Pusat Perdesaan
11 Setiris
Pusat Perdesaan
12 Bakung
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
8 Desa Sembubuk
Pusat Perdesaan
9 Desa Senaung
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
11 Desa Kedemangan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
14 Desa Muhajirin
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
20 Kelurahan Pijoan
Talang Duku
Pusat Perdesaan
Kunangan
Pusat Perdesaan
Tebat Patah
Pusat Perdesaan
Kemingking Dalam
Kemingking Luar
Pusat Perdesaan
Teluk Jambu
Pusat Perdesaan
Dusun Mudo
Pusat Perdesaan
165
Sekumbung
Pusat Perdesaan
Rukam
10
Manis Mato
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Pusat Perdesaan
Ibru
Pusat Perdesaan
Sungai landai
Pusat Perdesaan
Pelempang
Pusat Perdesaan
Suka Damai
Pusat Perdesaan
Sebapo
Nagasari
Pusat Perdesaan
Nyogan
Pusat Perdesaan
10
Baru
Pusat Perdesaan
11
Pondok Meja
Pusat Perdesaan
12
Suka Maju
Pusat Perdesaan
13
Muaro Sebapo
Pusat Perdesaan
14
Pusat Perdesaan
15
Tempino
Muara Kumpeh
Pusat Perdesaan
Pudak
(satu) PPK
Kota Karang
Pusat Perdesaan
Lopak Alai
Pusat Perdesaan
Sakean
Pusat Perdesaan
Tarikan
Pusat Perdesaan
Sungai Terap
Pusat Perdesaan
Sumber Jaya
Pusat Perdesaan
Arang-Arang
10
Pusat Perdesaan
11
Teluk Raya
Pusat Perdesaan
12
Pemunduran
Pusat Perdesaan
13
Kasang Pudak
Pusat Perdesaan
14
Pusat Perdesaan
15
Solok
Pusat Perdesaan
166
16
Ramin
Pusat Perdesaan
17
Kasang Kumpeh
Pusat Perdesaan
18
Pusat Perdesaan
Londerang
Pusat Perdesaan
Rantau Panjang
Pusat Perdesaan
Mekar Sari
Pusat Perdesaan
Betung
Pusat Perdesaan
Gedong Karya
Pusat Perdesaan
Puding
(satu) PPK
Pulau Mentaro
Pusat Perdesaan
Petanang
Pusat Perdesaan
Seponjen
Pusat Perdesaan
10
Sungai Aur
Pusat Perdesaan
11
Sogo
Pusat Perdesaan
12
Jebus
Pusat Perdesaan
13
Sungai Bungur
Pusat Perdesaan
14
Pematang Raman
Pusat Perdesaan
15
Rondang
Pusat Perdesaan
16
Maju Jaya
Pusat Perdesaan
17
Tanjung
Tangkit
Pusat Perdesaan
Tangkit Baru
Pusat Perdesaan
Sumber Agung
Pusat Perdesaan
Sungai Gelam
Parit
Pusat Perdesaan
Petaling Jaya
(satu) PKLp
Talang Kerinci
Pusat Perdesaan
Talang Belido
Pusat Perdesaan
Kebon IX
Pusat Perdesaan
10
Ladang Panjang
Pusat Perdesaan
11
Mingkung
Pusat Perdesaan
12
Trimulya Jaya
Pusat Perdesaan
13
Mekar Jaya
Pusat Perdesaan
14
Gambut Jaya
Pusat Perdesaan
167
Suka Makmur
2 Pusat Perdesaan
Marga Mulya
Panca Mulya
2 Pusat Perdesaan
2 Pusat Perdesaan
Tanjung Harapan
2 Pusat Perdesaan
Berkah
2 Pusat Perdesaan
Bukit Makmur
2 Pusat Perdesaan
Bukit Mas
2 Pusat Perdesaan
10
1 Pusat Perdesaan
11
Bakti Mulya
1 Pusat Perdesaan
Talang Bukit
Sumber Mulya
Pusat Perdesaan
Matra Manunggal
Bukit Mulya
Pusat Perdesaan
Sumber Jaya
Pusat Perdesaan
Markanding
Pusat Perdesaan
Bahar Mulya
Pusat Perdesaan
Talang Datar
Pusat Perdesaan
Pinang Tinggi
Pusat Perdesaan
10
Mulya Jaya
Pusat Perdesaan
11
Sungai Dayo
Pusat Perdesaan
Bukit Subur
Pusat Perdesaan
Trijaya
Pusat Perdesaan
Ujung Tanjung
Pusat Perdesaan
Tanjung Mulia
Adipura Kencana
Pusat Perdesaan
Bukit Jaya
Pusat Perdesaan
Tanjung Sari
Pusat Perdesaan
Tanjung Lebar
Pusat Perdesaan
Mekar Jaya
Pusat Perdesaan
10
Tanjung Baru
Pusat Perdesaan
168
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
169
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
170
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
171
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Cukup jelas
Pasal 81
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 84
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
172
Ayat (3) huruf d Intensitas adalah Intensitas bangunan gedung yang merupakan
ketentuan teknis tentang kepadatan dan ketinggian bangunan gedung yang
dipersyaratkan pada suatu lokasi atau kawasan tertentu, yang meliputi
koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien lantai bangunan (KLB), dan jumlah
lantai bangunan. Ketinggian bangunan gedung adalah tinggi
maksimum
bangunan gedung yang diizinkan pada lokasi tertentu. Jarak bebas bangunan
gedung adalah area di bagian depan, samping kiri dan kanan, serta belakang
bangunan gedung dalam satu persil yang tidak boleh dibangun.
Pasal 85
Cukup jelas
Pasal 86
Cukup jelas
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Ruang Milik Jalan adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan
yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas
ruang milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan
keamanan penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang
manfaat jalan pada masa yang akan datang
Ayat (4) berkepadatan rendah adalah jumlah unit bangunan kurang dari 20
unit/hektar.
berkepadatan sedang adalah adalah jumlah unit bangunan dari 20 40
unit/hektar.
berkepadatan tinggi adalah jumlah unit bangunan lebih dari 40 unit/hektar.
Memenuhi standar keamanan dimaksud adalah jalan yang didesain kecepatan
rencana paling rendah 0 Km/Jam, lebar daerah manfaat jalan minimal 11
meter, harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu
lintas, marka jalan, lampu lalu lintas, lampu penerangan jalan, median jalan
dan juga disediakan jalur khusus yang disediakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya.
Pasal 87
Cukup jelas
Pasal 88
Cukup jelas
Pasal 89
Cukup jelas
173
Pasal 90
Cukup jelas
Pasal 91
Cukup jelas
Pasal 92
Cukup jelas
Pasal 93
Cukup jelas
Pasal 94
Cukup jelas
Pasal 95
Cukup jelas
Pasal 96
Cukup jelas
Pasal 97
Cukup jelas
Pasal 98
Cukup jelas
Pasal 99
Cukup jelas
Pasal 100
Cukup jelas
Pasal 101
Cukup jelas
Pasal 102
Cukup jelas
Pasal 103
Cukup jelas
Pasal 104
Cukup jelas
Pasal 105
Cukup jelas
Pasal 106
Cukup jelas
Pasal 107
Cukup jelas
174
Pasal 108
Cukup jelas
Pasal 109
Cukup jelas
Pasal 110
Cukup jelas
Pasal 111
Cukup jelas
Pasal 112
Cukup jelas
Pasal 113
Cukup jelas
Pasal 114
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2)
Hasil hutan kayu adalah :
a.
hasil nabati beserta turunannya seperti kayu, rotan, rumput rumputan, jamur
jamur, tanaman obat, getah getahan dan lain lain, serta dari tumbuh tumbuhan
atau yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan di dalam hutan;
b.
hasil produksi yang langsung diperoleh dari hasil pengolahan bahan bahan
mentah yang berasal dari hutan, yang merupkan produksi primer antara lain
berupa kayu bulat, kayu gergajian, kayu lapis dan pulp.
hasil hewani beserta turunannya seperti satwa liar, dan hasil penangkarannya,
satwa buru, satwa elok, dan lain lain hewan, serta bagian bagiannya atau yang
dihasilkannya;
b.
benda benda non hayati yang secara ekologis merupakan satu kesatuan ekosistem
dengan benda benda hayati penyusun hutan, antara lain berupa sumber air,
udara bersih dan lain lain yang tidak termasuk benda benda tambang;
c.
jasa yang diperoleh dari hutan antara lain berupa jasa wisata, jasa keindahan dan
keunikan, jasa perburuan dan lain lain;
Deliniasi pembuatan peta penunjukkan yang bersifat arahan tentang batas luar
kawasan hutan.
Neraca sumber daya hutan adalah suatu informasi yang dapat menggambarkan
cadangan sumber daya hutan, kehilangan dan penggunaan sumber daya hutan,
sehingga pada waktu tertentu dapat diketahui kecenderungannya, apakah surplus atau
defisit jika dibandingkan dengan waktu sebelumnya.
175
Tebang Rumpang (TR) yaitu diterapkan pada hutan alam perawan (virgin forest) atau
hutan bekas tebangan di areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada
Hutan Produksi berdasarkan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
(RKUPHHK);
b. penerapan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur yaitu diterapkan pada hutan
bekas tebangan di areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Produksi berdasarkan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
(RKUPHHK);
Pasal 116
Cukup jelas
Pasal 117
Cukup jelas
Pasal 118
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2)huruf b angka 1
Ekowisata adalah kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan
mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya
ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.
176
Pasal 119
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2)huruf b angka 1
Ekowisata adalah kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan
mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya
ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.
Pasal 120
Cukup jelas
Pasal 121
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2)huruf a angka 1
Kegiatan lain meliputi :
a.
b.
c.
d.
Pasal 122
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2)huruf b angka 3
Penambangan skala besar adalah :
a.
besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan atau
kegiatan
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Harus direhabilitasi sesuai dengan zona peruntukan yang ditetapkan; sebagai mana
tercantum dalam dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) dan
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).
177
Pasal 123
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2)huruf f angka 2
Frontage road adalah jalur lambat (jalur khusus) yang disediakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya.
Pasal 124
Cukup jelas
Pasal 125
Cukup jelas
Pasal 126
Cukup jelas
Pasal 127
Cukup jelas
Pasal 128
Cukup jelas
Pasal 129
Cukup jelas
Pasal 130
Cukup jelas
Pasal 131
Cukup jelas
Pasal 132
Cukup jelas
Pasal 133
Cukup jelas
Pasal 134
Cukup jelas
Pasal 135
Cukup jelas
Pasal 136
Cukup jelas
Pasal 137
Cukup jelas
Pasal 138
Cukup jelas
Pasal 139
Cukup jelas
178
Pasal 140
Cukup jelas
Pasal 141
Cukup jelas
Pasal 142
Cukup jelas
Pasal 143
Cukup jelas
Pasal 144
Cukup jelas
Pasal 145
Cukup jelas
Pasal 146
Cukup jelas
Pasal 147
Cukup jelas
Pasal 148
Cukup jelas
Pasal 149
Cukup jelas
Pasal 150
Cukup jelas
Pasal 151
Cukup jelas
Pasal 152
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 02
179