Glaukoma Kronis
Glaukoma Kronis
GLAUKOMA
Referat Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Bagian Ilmu Penyakit Mata
Program Studi Pendidikan Profesi Dokter
Pembimbing:
dr. Amaranita, Sp.M
Disusun oleh:
Marissa Skolastika
Sopi Indrayati
Oddy Litanto
Fifi
Arvin Sudibyo
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................. i
BAB I.
PENDAHULUAN ..1
BAB I
PENDAHULUAN
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata,
sudah cukup untuk menimbulkan gangguan yang hebat, apabila keadaan ini
diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat. Salah satu penyakit
mata yaitu glaukoma.
Glaukoma berasal dari kata Yunani Glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma
adalah penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang
disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang.
Di seluruh dunia glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang
tinggi, 2 % penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma. Glaukoma
dapat juga didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang. Pria lebih sering
terserang dari pada wanita.
Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian ; glaukoma primer,
glaukoma kongenital ,glaukoma sekunder dan glaukoma absolut sedangkan
berdasarkan mekanisme
peningkatan
tekanan
intraokular
glaukoma
dibagi
menjadi dua, yaitu glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
Penatalaksanaan glaukoma berupa pengobatan medis, terapi bedah dan laser.
ECP (endoscopic cyclophotocoagulation) menggunakan laser untuk mengurangi
produksi
humor
aquoeus dan
tekanan
intraocular
merupakan
salah
satu
penatalaksanaan glaukoma.
Di seluruh dunia, kebutaan menempati urutan ketiga sebagai ancaman yang
menakutkan setelah kanker dan penyakit jantung koroner. Di Amerika Serikat, kirakira 2,2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih tua mengidap glaukoma,
sebanyak 120.000 adalah buta disebabkan penyakit ini.
2
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
2.1 Anatomi Mata
I.
Cavitas Orbita
A. Tulang-Tulang Pembentuk Cavitas Orbita
1. Struktur
a. Atap Orbita, dibentuk oleh os.frontale dan sedikit kontribusi ala
minor ossis sphenoidale
(1) Lateral : terdapat
fossa
glandulae
lacrimalis,
tempat
mengurus
persyarafan
sensoris
penglihatan.
(2) A.Ophtalmica
b. Fissura Orbitalis Superior , memisahkan ala mayor dan ala minor
ossis sphenoidale, juga sebagai penghubung cavitas orbitas dan
fossa crania anterior, dilewati oleh :
(1) N.Oculomotorius (N.III)
rima
palpebrarum
(2) Diinervasi oleh persyarafan simpatis
4. Conjunctiva
a. Conjunctiva palpebra, melapisi permukaan dalam kelopak
mata
b. Conjunctiva bulbi, melapisi bagian depan sclera
c. Lekukan yang terjadi karena peralihan kedua conjunctiva
disebut fornix conjunctivae, superior dan inferior
5. Glandula Lacrimalis bertumpu pada fossa glandule lacrimalis
mengalirkan sekresi glandula lacrimalis ke bagian lateral fornix
conjunctivae superior.
6. Apparatus lacrimalis
a. Lacus Lacrimalis, suatu area berbentuk segitiga pada medial
canthus, tertutup oleh plica semilunaris
b. Papilla lacrimalis dengan punctum lacrimale yang diteruskan
sebagai canaliculi lacrimalis.
c. Canaliculi Lacrimales Superior
dan
Inferior
bersatu
II.
Suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada
serabut-serabut saraf optik. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu
penglihatan terdapat macula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 - 2 mm
yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Kira-kira 3 mm kearah nasal
kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut
papil saraf optik, yang ditengahnya agak melekuk dinamakan ekskavasi faali.
Retina terdiri atas lapisan:
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang
yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan
batang. Ketiga lapis diatas avascular dan mendapat metabolisme dari
kapiler koroid.
4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
Muller. Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral
6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat
sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch
saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh
darah retina.
9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan
badan kaca.
4. Anatomi Sudut Filtrasi
Sudut filtrasi merupakan bagian yang penting dalam pengaturan cairan bilik
mata. Sudut ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus terdiri dari 2 lapisan
yaitu epitel dan stroma. Di dalam stromanya terdapat serat-serat saraf dan cabang
akhir dari arteri siliaris anterior. Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah
trabekular, yang terdiri dari :
1. Trabekula korneoskleral
aktif
menggunakan
energi
untuk
memindahkan
substansi
melawan gradien elektro kimia dan tidak bergantung pada tekanan. Ciri-ciri tepatnya
ion atau ion-ion yang ditranspor tidak diketahui, akan tetapi sodium, klorida,
potasium, asam askorbat, asam amino dan bikarbonat ikut terlibat.Transpor aktif
diperhitungkan untuk sebagian besar produksi akueus dan melibatkan, setidaknya
sebagian, aktivitas enzim carbonic anhydrase II dan Na+
K + pump diaktivasi
ATPase.
2. Ultrafiltrasi
Ultrafiltasi berkenaan dengan pergerakan yang bergantung pada tekanan
sepanjang gradien tekanan. Pada prosesus siliaris, tekanan hidrostatik dibedakan
antara tekanan kapiler dan tekanan intraokular yang menyokong pergerakan cairan
kedalam mata, sedangkan gradien onkotik diantara keduanya menghambat
pergerakan cairan. Hubungan antara sekresi dan ultrafiltrasi tidak diketahui.
3. Difus
Difusi
berhubungan
adalah
dengan
pergerakan
pasif
pengisian.
ion-ion
Sodium
melewati
sangat
membran
yang
bertanggungjawab
laktat yang lebih tinggi; dan protein, urea danglukosa yang lebih rendah. Unsur pokok
dari humor akueus normal adalah air (99,9%), protein (0,04%) dan lainnya dalam
mmol/kg adalah Na+(144), K+(4,5), Cl-(110), glukosa (6,0), asam laktat (7,4), asam
amino (0,5) dan inositol(0,1). Normal produksi rata-rata adalah 2,3 l/menit.
2.2.4 Mekanisme Pengaliran Cairan Aquos
Humor akuous diproduksi oleh epitel non pigmen dari korpus siliaris dan
mengalir ke dalam bilik posterior, kemudian masuk diantara permukaan posterior iris
melalui sudut pupil. Selanjutnya masuk ke bilik anterior. Humor akuous keluar dari
bilik anterior
melalui
dua
jalur
konvensional
(jalur
trabekula)
dan
jalur
Jukstakanalikular
Tahanan utama aliran keluar terdapat pada jaringan juksta kanalikular.
Fungsi jalinan trabekula adalah sebagai katup satu jalan yang membolehkan
akueus meninggalkan mata melalui aliran terbesar pada arah lain yang
tidak bergantung pada energi. Akueus bergerak melewati dan diantara sel
endotelialyang membatasi dinding dalam kanal Schlemm.Sekali berada dalam
kanal Schlemm , Akueus memasuki saluran kolektor menuju pleksus vena
episkleramelalui kumpulan kanal sklera.
2. Jalur uveosklera (nonkonvensional)
Pada mata normal setiap aliran non-trabekular disebut dengan aliran
uveoskleral. Mekanisme yang beragam terlibat, didahului lewatnya akueus
dari camera oculi anterior kedalam otot muskularis dan kemudian kedalam
10
ruang suprasiliar dan suprakoroid. Cairan kemudian keluar dari mata melalui
sclera yang utuh ataupun sepanjang nervus dan pembuluh darah yang
memasukinya. Aliran uveoskleral tidak bergantung pada tekanan. Aliran
uveoskleral ditingkatkan oleh agen sikloplegik, adrenergik, dan prostaglandin
dan beberapa bentuk pembedahan (misal siklodialisis) dan diturunkan oleh
miotikum.
Humor akuos berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen
untuk organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan
kornea,disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil
metabolism pada kedua organ tersebut. Adanya cairan tersebut akan
mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam bola mata
(tekanan intra okuler). Untuk mempertahankan keseimbangan tekanan di
dalam bola mata cairan aquos diproduksi secara konstan serta dialirkan
keluar melalui sistem drainase mikroskopik.
Kecepatan pembentukan cairan aquos dan hambatan pada mekanisme
pengaliran
keluarnya
menentukan
besarnya
tekanan
intraokuler.
Waktu siang
Detak jantung
Pernafasan
Intake cairan
Medikasi sistemik
Obat-obatan topical
BAB III
12
Orang
Amerika
yang
terserang
glaukoma
diperkirakan
akan
13
3.5 Patogenesis
Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah proses
degeneratif di jalinan trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstra sel di jalinan
dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Hal ini berbeda dari proses penuaan
normal. Akibatnya adalah penurunan drainase humor akueus yang menyebabkan
peningkatan tekan intra-okuler. Peningkatan tekanan intra-okuler mendahului
kelainan diskus optikus dan lapangan pandang selama bertahun-tahun. walaupun
terdapat hubungan yang jelas antara besarnya tekanan intra-okuler dengan keparahan
penurunan penglihatan, efek besar tekanan pada saraf optikus sangat bervariasi antar
individu. Sebagian orang dapat mentoleransikan peningkatan tekanan intra-okuler
tanpa mengalami kelainan diskus atau lapangan pandang (hipertensiokuler); yang lain
14
diidentifikasi antara lain: MYOC gene (chromosome 1q21-q31), coding for the
glycoprotein myocilin that is found in the trabecular meshwork and other ocular
tissues, the OPTN gene on chromosome 10p, which codes for optineurin, the WDR36
gene on chromosome 5q22, and the NTF4 gene on chromosome 19q13.3. Dari
keempat ini, MYOC adalah gen paling sering bermutasi dalam glaukoma sudut
terbuka primer: penelitian terhadap pasien yang tidak berhubungan glaukoma sudut
terbuka primer menemukan mutasi myocilin di setidaknya 4% dari orang dewasa.
Sejumlah mutasi yang berbeda telah dijelaskan dalam gen MYOC, meskipun fungsi
normal myocilin dan perannya dalam menyebabkan glaukoma masih belum
sepenuhnya dapat ditentukan.
15
16
Menahun, sukar untuk menemui gejala dini karena jalan penyakit yang
berat.
Hampir selalu bilateral,sering satu mata terkena terlebih dahulu dan
3.7 Diagnosis
Untuk mendiagnosis Glaukoma sebelumnya lakukan anamnesis untuk
mengetahui riwayat pasien mulai dari keluhan, riwayat keluarga, riwayat penyakit
terdahulu, apakah ada alergi pada pengobatan ataupun ada intoleransi pengobatan.
Setalah itu lakukan pemeriksaan mata pasien.
Glaukoma sudut terbuka primer ditegakkan apabila ditemukan kelainan kelainan glaukomatosa pada diskus optikus dan lapang pandang disertai peningkatan
tekanan intraokular, sudut kamera anterior terbuka dan tampak normal, dan tidak
terdapat sebab lain yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Sekitar 50 %
pasien glaukoma sudut terbuka primer memperlihatkan tekanan intraokular yang
17
Digital
Merupakan teknik yang paling mudah dan murah karena tidak memerlukan
alat. Caranya dengan melakukan palpasi pada kelopak mata atas, lalu
membandingkan tahanan kedua bola mata terhadap tekanan jari. Hasil
pemeriksaan ini diinterpretasikan sebagai T.N yang berarti tekanan normal, T
n+1 untuk tekanan yang agak tinggi, dan T n-1 untuk tekanan yang agak rendah.
Tingkat ketelitian teknik ini dianggap paling rendah karena penilaian dan
interpretasinya bersifat subjektif.
2.
Tonometer Schiotz
18
19
prisma di ujung visual memecah lingkaran ini menjadi dua setengah lingkaran
yang tampak hijau melalui okuler slitlamp. Beban tonometer diatur secara man
ual sampai kedua setengah lingkaran tersebut tepat bertumpuk.
c. Gonioskopi
Gonioskopi sangat penting untuk ketepatan diagnosis glaukoma. Gonioskopi
dapat menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan pada semua pasien yang menderita glaukoma, pada semua pasien
suspek glaukoma, dan pada semua individu yang diduga memiliki sudut bilik
mata depan yang sempit. Dengan gonioskopi dapat dibedakan glaukoma sudut
tertutup dan glaukoma sudut terbuka, juga dapat dilihat adanya perlekatan iris
bagian perifer kedepan (peripheral anterior sinechiae)
Pada gonioskopi terdapat 5 area spesifik yang dievaluasi di semua kuadran
yang menjadi penanda anatomi dari sudut bilik mata depan yang dilihat pada
prisma goniolen :1) Iris perifer, khususnya insersinya ke badan siliar.2) Pita badan
siliar, biasanya tampak abu-abu atau coklat.3) Sclera spur, biasanya tampak
sebagai garis putih prominen di alas pita badan shier.4) Trabekulum meshwork 5)
Garis Schwalbe, suatu tepi putih tipis tepat di tepi trabekula Meshwork. Dengan
lensa goniskopi dapat melihat keadaan sudut bilik mata yang dapat menimbulkan
glaukoma. Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens)
di dataran depan kornea setelah diberikan anestesi local. Lensa ini dapat
digunakan untuk melihat sekeliling sudut bilik mata dengan memutarnya 360
derajat.Nilai derajat 0, bila terlihat struktur sudut dan terdapat kontak kornea
dengan iris (sudut tertutup), derajat 1 bila tidak terlihat bagian jalinan
trabekulum sebelah belakang dangaris Schwalbe terlihat disebut sudut sangat
sempit, derajat 2 bila sebagian kanal Schlem terlihat, derajat 3 belakang kanal
Schlemm dan skleral spur masih terlihat, derajat 4 badan siliar terlihat (sudut
terbuka)
20
e.Oftalmoskopi
Pada pemeriksaan oftalmoskopi, yang harus diperhatikan adalah keadaan
papil saraf optik. Perubahan yang terjadi pada papil dengan glaukoma adalah
21
g. Tes Provokasi
Tes ini dilakukan pada keadaan dimana seseorang dicurigai menderita
glaukoma. Untuk glaukoma sudut terbuka, dilakukan tes minum air, pressure
congestion test , dan tes steroid. Sedangkan untuk glaukoma sudut tertutup, dapat
dilakukan tes kamar gelap, tes membaca dan tes midriasis.
22
23
Miotik :
o Pilokarpin 2-4%, 3-6 kali 1 tetes sehari meningkatkan pengeluaran
air mata outflow
o Eserin -1 %, 3-6 kali 1 tetes sehari
meningkatkan pengeluaran
Simpatomimetik
o Epinefrin 0,5-2%, 1-2 kali 1 tetes sehari menghambat produksi
humor aquos
Efek samping : pingsan, menggigil, berkeringat, sakit kepala, hipertensi.
Beta blocker
o Timolol maleate 0,25-0,50%, 1-2 kali tetes sehari menghambat
produksi humor aquos
Efek samping : hiptensi, bradikardi, sinkop, halusinasi, kambuhnya asma,
payah jantung kongestif.
Nadi harus diawasi terus, pada wanita hamil harus dipertimbangkan dulu
sebelum memberikannya.
Efek
samping
poliuria,
anoreksia,
muntah,
mengantuk,
ke
anyaman
trabekula
sehingga
sebagian
anyaman
medikamentosa
25
tetapdiperlukan.
Tingkat
2. Pembedahan Filtrasi
Indikasi: Pembedahan filtrasi dilakukan kalau glaukoma akut sudah
berlangsung lama atau penderita sudah masuk stadium glaukoma kongestif
kronik.
Trepanasi Elliot: sebuah lubang kecil berukuran 1,5 mm dibuat di daerah
kornea-skleral, kemudian ditutup oleh konjungtiva dengan tujuan agar
26
BAB IV
KESIMPULAN
Glaukoma
merupakan
sekelompok
penyakit
neurooptic
yang
27
Tiga Proses Produksi Humor Aquous oleh proc. Ciliar (epitel ciliar)
yaitu:Transport aktif (sekresi), ultrafiltrasi dan difusi. Humor akuous keluar dari
Camera occulianterior melalui dua jalur konvensional (jalur trabekula) dan jalur
uveosklera (jalur nontrabekula).
Glaukoma sudut terbuka primer adalah neuropati optica yang kronis, progresif
lambat, dengan kerusakan syaraf optik yang tampak pada diskus optikus dan defek
lapang pandang.
Glaukoma sudut terbuka sekunder adalah glaukoma yang tidak diketahui
penyebabnya. Dapat disebabkan atau dihubungkan dengan keadaan-keadaan atau
penyakit yang telah diderita sebelumnya atau pada saat itu, yang dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intaokuler.
Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan visus, Tonometri, Genioskopi,
Lapangpandang,
Oftalmoskopi,
Tonografi,
Tes
provokasi.
Penatalaksaan
Clinical Ophthalmology A
28
Lang, F. 2003. Sistem Neuromuskular dan Sensorik dalam Teks dan Atlas
Berwarna Patofisiologi.Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 322-
323
Lewis T.L., Barnebey H.S., Bartlett J.D., Blume A.J., Fingered M., Lalle P.A.,
Mann D.F. 2002. Optometric Clinical Practice Guidelines Care of the Patient
with Open Angle Glaucoma. American Optometris Association. 2nd Ed. USA.
Mansjoer, Arief. 2000. Glaukoma Akut dalam Kapita Selekta Kedokteran.
29