Anda di halaman 1dari 4

Kritik Tari

1. Pengertian kritik
Kritik sepanjang sejarahnya menjadi sebuah wacana yang kurang menyenangkan untuk
seseorang yang terkena, karena tidak jarang pengertian kritik selalu dikaitakan dengan persesi
tentang celaan, makian, gugatan ,penelenjangan atau korektif. Akibatnya orang
yang terkena kritik menjadi kesal, merasa direndahkan, dilecehkan, tidak dihargai, atau
dibantai. Kenyataan tersebut ada benarnnya, walaupun kritik tidak selalu bertujuan demikian.
Karena setiap pernyataan atau temuan (thesis) sekalu diikuti dengan pernyataan atau temuan
yang baru sebagai anti thesisnya. Ini semacam hukum alam yang terus terjadi sepanjang
sejarah umat manusia. Pengertian kritik menurut beberapa tokoh antara lain :
a.

R. C. Kwant dalam bukunya Mens en Kritiek (Manusia dan Kritik) mengartikan, Kritik
adalah penilaian atas kenyataan yang dihadapi dalm sorotan norma atau kritik adalah
penilaian atas nilai yang intesubjektif (Sudarminto, 1884).

b. Istilah kritik berasal dari bahasa Yunani, yaitu berasal dari kata krites (kata benda) yang
berasal dari kata kerja krinein yang mempunyai pengertian menghakimi. Kata Krineim
bersumber dari kata Kriterion yaitu kreteria, sehingga kata itu diartikan sebagai kreteria
atau dasar penghakiman. Orang yang melakukan pekerjaan menghakimi disebut dengan
kritikos.
c.

William Henry Hudson dalam bukunya An Introduction to The Study of Literature


menyebutkan Kritik dalam arti yang tajam adalah penghakiman
Beberapa pengertian yang telah dikemukakan, menunjukan bahwa kritik dibutuhkan dalam

kehidupan, terutama dalam kebudayaan umat manusia. Bahkan secara mendasar menusia
membutuhkan respon dan juga merespon orang lain. Hanya saja pengertian yang lebih
mengkhusus kritik dibutuhkan tata cara atau metode penyampaian. Bahkan adanya yang
menekankan, bahwa kritik yang dilontarkan harus memiliki kadar subyektivitas dan juga
bertanggung jawab.

2. Wujud Kritik
Kritik dapat diperhatikan beradarkan dari wujud pengungkapannya, yaitu setidaknya ada
dua yaitu :
a.

Krtitik pra-predikatif, artinya kritik yang belum menemukan predikat yang kongkrit. Kritik
pra-predikatif tidak dapat dikenali secara jelas, tetapi dapat dirasakan kehadirannya melalui
sikap seseorang atau sekelompok orang. Kritik pra-predikatif merupakan sebuah sikap antara
sadar dan tidak sadar mereaksi sesuatu dengan tindakan tertentu, seperti berdecak, atau
menggaruk-garuk kepala tanda tidak setuju dengan pernyataan seseorang, dan berbagai
bentuk lain. Pada intinya, kritik pra-predikatif dilontarkan dalam bentuk tindakan untuk
mereaksi sesuatu, tidak terkecuali anggukan kepala tanda seseorang yang mengagumi
penampilan seseorang.

b. kritik predikatif, yaitu kritik yang telah terwujud dalam media ungkap tertentu, bisa dalam
bentuk wujud lisan (kritik verbal) dan kritik non-vebal, yaitu disampaikan melalui media tulis
atau visual lainnya dalam setruktur tertentu.

3. Kritik dalam tari

a.

b.

c.

d.

Kritik tari sebuah disiplin kritik memiliki pengertian tidak jauh berbada dengan pengertian
kritik pada umumnya. Beberapa ahli telah mendeskripsikan pengertian kritik sebagai berikut :
Edi Sedyawati, bahwa kritik menjadi bagian yang tumbuh secara beriringan untuk
meningkatkan proses kreaif. Artinya kritik sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas
karya tari (koreogafi). Edy Sedyawati memahami kritik tari sebagai sebuah upaya yang
mengarahkan disiplin kritik untuk memberikan motivasi, rangsangan, dan sekaligus sebagai
sarana meningkatkan mutu koreogrfi.
Bagong Kussudiardjo, sebagai berikut Kritik tari adalah memberikan jalan untuk lebih lancer
memajukan serta meningkatkan nilai seninya, juga mengingatkan kesalahan yang dibuat oleh
seorang penari, pencipta tari, dan ahlil tari.
Pendapat yang lain dapat disimak dari pendangan Edmund Burke Feldman dalam bukunya:
Art as image and Ide. Tujuan utama dari kritik adalah meningkatkan pengertian dan
kenikmatan yang diberikan oleh karya seni, melalui pengkajian (penelaahan) yang mendalam
tentang sebab-sebab kenikmatan dirasakan oleh nikmat karya seni.
pengalaman estetik Stolnitz (1966) yang dikutip oleh HB Sutopo sebagai berikut kritik
seharusnnya berupa aktivitas evaluasi yang memandang seni sebagai objek untuk pengalaman
estetik. Pengalaman tersebut dihasilkan lewat kajian teliti atas kerya seni.

e.

pandangan Flaccus (1981) yang merumuskan kritik sebagai sebuah studi rinci dan apresiatif
tentang kerya seni. Dari pendangan ini, di satu sisi kritik merupakan keyakinan dan semangat
yuang lebih besar dari logika seorang pencinta seni yang berusaha mendukung karya, sedang
di sisi lain ia meruapakan analisis cendikia dan teliti atas kerya seni disertai berbagai tafsir
dengan alasan-alasannya
f. S.D. Humardani memahami kritik sebagai sebuah penelitian mengenai bermacam-macam
gejala dari berbagai sudut terhadap kerya atau kekaryaan seni dalam kehidupan seni. Usaha
sebuah kritik adalah membuka jalan untuk memahami dan menentukan, atau mendudukan
mana yang seharusnya terjadi dalam penyajian sebuah kerya seni secara bertanggung jawab.
4. Kritik melalui estetika
Jelatik mengemukakan bahwa pemahaman kritik atau pertimbangan untuk bidang seni secara
estetik dihadapkan pada aspek aspek mendasar yang terdapat pada setiap peristiwa
kesenian,, diantaranya:
a.

Wujud ( appearance)

b. Bobot ( substance) serta


c.

Penampilan ( presentasion)

5. Kritik melalui pendekatan etika


Pendekatan etika adalah pendekatan moralitas serta perilaku sosial oleh karena itu hendaknya
kita mulai saja diskusi ini dengan mencoba mengetahui posisi etika secara keilmuan. Fokus
dan obyek kritik adalah seniman, Seniman adalah makluh yang memiliki kepekaan rasa yang
paling sensitif, salah salah menyampaikan kritikan berakibat munculnya kondisi yang
kurang menguntungkan dan biasanya terjadi penolakan, pertikaian atau lebih jauh terjadi
permusuhan. Dengan alasan tersebut marilah kita pahami serta pelajari yang dapat
menampilkan akibat buruk tersebut melalui pemahaman etika dikaitkan dengan ilmu
moralitas.

Nilai estetika Tari


Estetis dapat diidentikan dengan keindahan yang tidak dapat dilepaskan dengan konsepkonsep yang ada pada filsafat. Keindahan dapat dibagi menjadi 2, yaitu keindahan ciptaan
Tuhan, diantaranya pelangi, awan, gunung, lembah, dll. Dan keindahan ciptaan manusia,
diantaranya lukisan, patung, karya musik, tari dll.
Nilai estetik dalam sebuah karya tari harus memiliki tingkat kebaikan dan kegunaan. Nilai
estetik tari merupakan ekspresi pengaturan rasa, pengalaman jiwa, dan sikap seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Sebuah karya tari yang di dalamnya mengandung nilai estetis mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Karya tari tersebut dapat mengungkapkan keharmonisan antara bentuk tari dan isi.

b.
c.
d.
e.
f.

Karya tari tersebut menarik atau menggugah.


Karya tari tersebut dapat membawa penonton masuk ke dalam dunia khayal yang ideal.
Karya tari tersebut dapat membebaskan penonton dari suasana ketegangan.
Karya tari tersebut menyajikan suatu kebulatan organik.
Karya tari tersebut dapat mendorong akal penonton menuju perpaduan mental dan spiritual.
Hasil Pengamatan Pertunjukan Tari

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Tulisan hasil pengamatan pertunjukan tari diantaranya berisi data-data yang terdiri atas :
Judul / nama tarian
Penciptanya / koreografernya
Sinopsis
Jumlah penarinya
Rias dan kostum yang digunakan
Iringan yang digunakan ( internal/ eksternal )
Bentuk dan setting panggung
Tata pencahayaan
Lamanya pementasan
Properti yang digunakan
Keunikan-keunikan yang dijumpai selama pertunjukan
Simbol Seni
Suzzane K. Lenger dalam bukunya Philoshopy in a New Key menyatakan bahwa, simbol
tidak memiliki objek. Karena memahami simbol bukan memahami tentang objek,
pemahaman selalu diarahkan pada konsep. Oleh karena itu, simbol dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :

1. simbol diskursif adalah simbol yang digunakan dalam bahasa tulis dan lisan untuk keperluan
komunikasi dengan pihal lain, jadi simbol ini lebih berupa penjelasan tentang sesuatu,
2. simbol presentasif adalah berbentuk gambar, yaitu bahasa presentasi suatu makna.
Seni adalah sebuah realitas yang bukan realitas, tetapi bukan juga konsep, seni dipahami
melalui simbol yang tidak hanya bersifat diskurif atau presentasi. Akan tetapi, seni itu adalah
sebuah cara seseorang dalam menyatakan pengertian, gagasan, atau gambaran yang tidak
sesungguhnya

Anda mungkin juga menyukai