KELOMPOK A1
JOHANNES EPHAN B. K.
G0012101
SYARIF HIDAYATULLAH
G0012221
ALFIAN SATRIA W.
G0012011
ILHAM RAMADHAN
G0012095
KENNY ADITYA
G0012105
YOLANDA RAVENIA
G0012235
RESTI NURFADILLAH
G0012177
FATMANISA LAILA
G0012077
ANIKI PUSPITA
G0012017
FENTI ENDRIYANI
G0012079
SABILA FATIMAH
G0012199
ADHIZTI NALURIANNISA E. N.
G0012003
NAMA TUTOR :
SELFI HANDAYANI, dr. M.Kes.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO III
BAB II
PEMBAHASAN
A. Seven Jump
1. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah
dalam skenario
a. Detritus adalah kumpulan sel epitel yang mati, leukosit
Polimorfonuklear, dan bakteri mati yang tampak sebagai kotoran putih
atau bercak kuning di permukaan tonsil.
b. Pemeriksaan ASTO adalah pemeriksaan untuk mengetahui kadar
antibodi terhadap streptolisin titer O yaitu racun yang dihasilkan oleh
bakteri Streptococcus Beta Haemolitikus.
2. Langkah II: Menentukan/mendefinisikan permasalahan
Permasalahan pada skenario ini yaitu sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
pembungkus
otot
dan
sebagian
fasia
Tuba
Auditiva
Eustachii
(OPTAE),
keduanya
dipersyarafi
oleh
plexus
LARYNX
berbentuk
dan
terletak
corong
setinggi
sfingter
esofagus
bagian
atas,
(sfingter
b. Patofisiologi dari :
1) Suara serak (hoarness)
Suara serak merupakan implikasi dari adanya oedem pada plica
vokalis, karena adanya oedem maka plica vokalis tidak dapat
memposisikan diri dan bekerja seperti seharusnya, sehingga
dorongan udara dari paru-paru saat proses fisiologis berbicara
tidak dapat sepenuhnya digetarkan dan suara yang muncul pun
menjadi menurun atau yang dikenal denga serak.
2) Sulit menelan
Sulit menelan atau disfagia dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu
disfagia
adalah
suatu
tindakan
pembedahan
dengan
gejalanya
lebih
menyerupai
yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercakbercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur
maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.
b) Tonsilitis Membranosa
i.
Tonsilitis difteri
Tonsilitis diferi merupakan
disebabkan
kuman
Coryne
tonsilitis
bacterium
yang
diphteriae.
iii.
iv.
leukemia
akut,
angina
tonsilitis
menurut
adalah
infeksi
kuman
yang tidak
Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan
palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi
ii.
iii.
iv.
v.
Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada
satua atau lebih dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan
suatu rongga atau ruangan berisi udara dari dinding yang
vi.
ii.
iii.
iv.
gangguan bicara.
Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses
v.
vi.
Sterptococcus hemoliticus
vii.
Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
viii.
Otitis media efusa / otitis media supurataif
2) Laringitis
a. Laringitis akut
Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan
oleh virus dan bakteri yang berlangsung kurang dari 3 minggu
dan pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus influenza
(tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan
adenovirus. Penyebab lain adalah
Branhamella
catarrhalis,
Haemofilus influenzae,
Streptococcus
pyogenes,
influenzae,
Branhamella
catarrhalis,
Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi
bakteri mungkin sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis
atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan
pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet,
malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi
pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring
dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta
prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya
didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas
lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran
nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi
mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas.
Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang
bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya
inflamasi
pada
laring
tersebut.
Inflamasi
ini
akan
iii.
gejala
klinis,
diberikan
kortikosteroid
intravena
berupa
akan
membuat
tenggorokan
kering
dan
juga
akan
menyebabkan
tenggorokan
kronis.
Mungkin
juga
disebabkan
oleh
a. Faringitis Akut
i.
Faringitis viral
Rinovirus menimbulkan gejala rinitis dan beberapa
hari kemudian akan menimbulkan faringitis.
Gejala dan tanda
Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit
menelan.
Pada
hiperemis.
pemeriksaan
Virus
cytomegalovirus
tampak
influenza,
tidak
faring
dan
coxsachievirus
menghasilkan
tonsil
dan
eksudat.
tonsil
hiperemis
dan
terdapat
eksudat
di
iii.
iv.
Faringitis gonorea
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak
urogenital.
Terapi
Sefalosporin generasi ke 3, ceftriakson 250 mg, IM.
b. Faringitis Kronik
Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan
faringitis kronik atrofi. Faktor predisposisi proses radang
kronik di aring ini ialah rinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik
oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang
mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya
farigitis kronik adalah pasien yang biasa bernapas melalui
mulut karena hidungnya tersumbat.
i.
Faringitis kronik hiperplastik
Pada faringitis kronik hipeplastik terjadi perubahan
mukosa dinding posterior faring. Tampak kelenjar limfa
di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada
pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata,
bergranular.
Gejala
Pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal
dan akhirnya batuk yang bereak.
Terapi
Terapi lokal dengan melakukan kaustik faring
dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti atau
dengan listrik (electro cauter). Pengobatan simtomatis
diberikan obat kumur atau tablet isap. Jika diperlukan
dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran.
ii.
bercak
keputihan.
Bila
infeksi
terus
gangguan
fungsi
palatum
secara
Diagnosis
ditegakkan
dengan
pemeriksaan
diagnosis
diperlukan
seperti
gorengan
untuk
mempercepat
kesembuhan.
b) Pencegahan : Jangan merokok, hindari asap rokok
karena rokok akan membuat tenggorokan kering dan
mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak
air karena cairan akan membantu menjaga agar lendir
yang
BAB III
KESIMPULAN
Dari pemeriksaan seorang anak dengan usia 5 tahun dengan keluhan 2
hari tidak mau makan ,karena sakit untuk menelan ,badan demam disertai suara
serak .Sakit untuk menelan atau sering disebut odinfagi dapat disebabkan oleh
adanya infeksi pada daerah faring, odinofagi sering diikuti dengan disfagia (sulit
menelan ) . Pada pemeriksaan pasien didapatkan demam yang merupakan tanda
terjadinya inflamasi. Pada pasienn juga ditemukan suara serak yag menunjukan
adanya kelainan pada daerah larynx .
Riwayat pasien sering batuk pilek dan tidur mengorok , Batuk pilek pada
pasien merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi akibat virus
bakteri , pada pasien didapatkan menggorok saat tidur ( snoring)
maupun
yang bias
disebabkan karena adanya sumbatan pada jalan nafas pasien seperti tumor ,polip,
hipertrofi adenoid maupun yang non jalan nafas seperti obat obatan.
Pada pemeriksaan fisik pasien mukosa pharing terdapat granuloma dan
hiperemi ,tonsil hipertrofi dan terdapat detritus ,plika vokalis edema dan
hipereremis ,pemeriksaan lab ASTO positif .Mukosa edema dan hiperemis
menujukkan adanya inflamasi didukung dengan pemeriksaan ASTO + yang
mengindikasikan adanya infeksi Streptococcus Beta Hemolyticus group A . Tosil
hipertrofi dikarenakan tonsil pharyngea merupakan salah satu dari cincin woldeyer
berisis jaringan lmpoid yang berfungsi sebagai lini pertahanan pertama apabila
tubuh terkena infeksi, granuloma menunjukkan adanya infeksi yang sudah kronik.
Jadi pada pasien positif terjadi infeksi Streptoccocus Beta Haemolyticus
group A yang menyerang saluran pernfasan atas (ISPA) , kandugan streptolisin
dari bakteri ini menyebabkan reaksi inflamasi
edema pada mukosa , karena pada pasien sudah tergolong kronik , penyebabnya
sering bakteri yang dapat ditatalaksana dengan antibiotic yang sebelumnya
dilakukan pemeriksaan swab dan pemberiannya harus mulai dari yang dosis
rendah terlebih dahulu ,untuk demam dapat ditatalaksana dengan analgesic ,dan
untuk inflamasi dapat ditatalaksana dengan kortikosteroid .
BAB IV
SARAN
Dalam diskusi tutorial ini, mahasiswa sudah cukup aktif. Namun masih
kurang dalam penelusuran literature yang valid.
Tutor sudah baik dalam menjaga situasi diskusi dan juga mengarahkan
mahasiswa. Sehingga tujuan pembelajaran yang ada dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony S. Fauci, 2008. Harrisons Internal Medicine, 17th Edition, USA,
McGraw Hill.
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL FK UNS/RS dr Moewardi Surakarta & Tim Skill
Lab FK UNS Surakarta. 2014. Buku Pedoman Keterampilan Klinis Semester
V. FK UNS. Surakarta.
Bagian THT FK USU RSUP H.Adam Malik. 2014. Tosilitis. Fakultas Kedokteran
USU. Sumatra Utara.
Boies. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Dan L.Longo...[et al.].2012,Harrisons Principles of Internal Medicine Volume 2
ed.18th,USA: McGraw-Hill
Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196912052001
121-SETYO_WAHYU_WIBOWO/FISIOLOGI_BICARA_
%5BCompatibility_Mode%5D.pdf (diakses kamis, 25 september 2014.
Soepardi, E.A. dan Iskandar, N.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, Edisi 5.
Jakarta: Balai penerbit FKUI.