Chapter IIv
Chapter IIv
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Kerangka Pemikiran
Penyembuhan luka adalah suatu proses upaya perbaikan jaringan. Proses
penyembuhan luka dapat kita kelompokkan dalam 3 fase;
proliferasi dan fase remodeling. Berbagai peristiwa setelah terjadinya luka berperan
sangat penting dalam mengawali mekanisme pertahanan dan menyebarkan
kandungan bahan-bahan dalam darah sel-sel darah dan substansi bioaktif ke daerah
luka. Perlakuan jaringan dalam penanganan luka secara baik akan memberikan hasil
penyembuhan yang baik. Produk akhir dari penyembuhan luka adalah parut, parut
yang baik akan terlihat lebih kecil, halus dan tidak kentara. Selain perlakuan jaringan
luka, faktor lain juga sangat berpengaruh pada penyembuhan luka seperti ras,
genetik, lokasi luka, berbagai hal yang menyebabkan penyembuhan luka menjadi
lama. 1
Kolagen mikromolekul utama jaringan penyambung,merupakan protein yang
paling banyak dalam tubuh manusia
1,2
dari kolagen 3. Sekurangnya sekarang dikenal ada 13 macam tipe kolagen4. Sifat
kolagen yang paling menentukan adalah tripel heliks yang terdiri dari 3 subunit
polipeptide. Sintesis dan degradasi kolagen dalam tubuh yang sehat diatur untuk
mempertahankan jumlah kolagen yang normal dalam jaringan luka. PO2 yang tinggi
juga dibutuhkan untuk sintesis dan degradasi akan menimbulkan keloid.1,3,4
Pada fase inflamasi dipicu oleh 2 macam mediator yaitu; mediator pengendali
permiabilitas pembuluh darah dan mediator pengendali pengumpulan sel. Yang
termasuk
dalam
jenis
mediator
pengendali
permiabilitas
pembuluh
darah,
diantaranya; histamin, serotonin dan bradikinin. Histamin berasal dari mastosit dalam
jaringan dan sel basofil dari peredaran darah. Serotonin berasal dari trombosit dan
bradikinin berasal dari sel netrofil 2,3.
Pengendalian permiabilitas pembuluh darah dalam luka yang oleh
berbagai sebab misalnya rusaknya mikrovaskuler oleh trauma, karena letak luka,
fase inflamasi yang memanjang akibat benda asing atau terjadi angiogenesis kembali
pada luka yang sama dimana histamin akan tetap dihasilkan terus menerus maka
fase inflamasi akan memanjang. Akibatnya yang ditandai oleh luka yang hiperemis
(permiabilitas meningkat) dan gatal-gatal. Keadaan ini akan menyebabkan terjadi
peningkatan PO2 dan sintesis kolagen akan tetap berlansung 2,3,4.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa
sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang dari pada biasa, kepala janin
melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahiirkan dengan pembedahan
vaginal.1,5,6
Segitiga urogenital
Otot-otot diwilayah ini dikelompokkan ke dalam kelompok superfisial (dangkal)
dan dalam bergantung pada membran perineal. Bagian bulbospongiosus, perineal
melintang dangkal dan otot ischiocavernosus terletak dalam bagian terpisah yang
superfisial. Otot bulbospongiosus melingkari vagina dan masuk melalui bagian depan
corpora cavernosa clitoridis. Di bagian belakang, sebagian serabutnya mungkin
menyatu dengan otot contralateral superfisial transverse perineal (otot yang
melintang contralateral dipermukaan perineal) juga dengan cincin otot anus
(sfingter).4,7,8
Kelenjar bartholini merupakan struktur berbentuk kacang polong dan bagian
duktusnya membuka ke arah introitus vagina di permukaan selaput dara pada
persimpangan duapertiga bagian atas dan sepertiga bagian bawah labia minora.4,8
Pada wanita, otot perineal profunda melintang antara bagian depan dan
belakang fasia membran perineal yang membentuk diafragma urogenital berbentuk
tipis dan sukar untuk digambarkan, karena itu kehadirannya tidak diakui oleh
sebagian ahli. Dibagian yang sama terletak juga otot cincin external uretra.8,9
Segitiga anal
Wilayah ini mencakup otot luar anus dan lubang ischiorectal.4
Badan perineal
Anatomi anorektum
Anorektum merupakan bagian yang paling jauh dari traktus gastrointestinalis
dan terdiri dari dua bagian yaitu kanal anus dan rektum. Kanal anus berukuran 3,5
cm dan terletak dibawah persambungan anorektal yang dibentuk oleh otot
puborectalis. Otot cincin anus terdiri dari tiga bagian (subcutaneus / bawah kulit),
superfisial (permukaan) dan bagian profunda (dalam) dan tidak bisa dipisahkan dari
permukaan puborectalis. Cincin otot anus bagian dalam merupakan lanjutan
menebalnya otot halus yang melingkar. Bagian ini dipisahkan dari bagian luar
cincin otot anus oleh otot penyambung yang membujur rektum11,12.
selaput lendir vagina dimulai dari puncak robekan, terakhir kulit perineum
dijahit dengan benang sutera secara terputus-putus.
Tingkat III : Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit. Kemudian
fasia perektal dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan kromik catgut,
sehingga bertemu kembali. Ujung- ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh
karena robekan diklem dingan klem pean lurus. Kemudian dijahit dengan 2-3
jahitan kromik catgut sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit
lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat II.
dan
membran mukosa vagina, tetapi tidak mengenai fasia dan otot. Laserasi derajat
kedua mengenai kulit dan membran mukosa, fasia dan otot - otot perineum, tetapi
tidak mengenai m.sfingter ani. Bagian-bagian ini biasanya robek sampai ke atas pada
satu atau kedua sisi vagina, membentuk cedera segitiga yang tidak teratur. Laserasi
derajat ketiga mengenai mulai dari kulit, membran mukosa dan perineum,sampai
mengenai sfingter ani. Laserasi derajat keempat meluas sampai mukosa rektum
sehingga memaparkan lumen rektum. Walaupun beberapa dekade terakhir beberapa
penelitian telah menentang penggunaan episiotomi secara rutin / liberal, namun
sedikit sekali kesepakatan secara profesional mengenai ketepatan penggunaannya.
Hal ini dapat diilustrasikan dengan bervariasinya rata-rata penggunaan episiotomi
yang berkisar antara 13,3% sampai 84,6% pada satu studi, dengan rata-rata 51%
diantara persalinan spontan.2,3
Episiotomi dalam arti sempit adalah insisi pudenda. Insisi ini dapat dibuat di
linea mediana (episiotomi mediana) atau dapat mulai di linea mediana tetapi
diarahkan ke lateral dan kebawah menjauhi rektum (episiotomi mediolateralis).4
Daerah tindakan episiotomi sendiri adalah daerah yang sarat dengan koloni
bakteri ditambah lagi dengan kemampuan higienis yang kurang maka risiko
terjadinya infeksi juga semakin meningkat. Waktu penyembuhan luka episiotomi
tergantung pada jenis episiotomi, derajat luka episiotomi, jenis jahitan yang
dipergunakan, jenis benang dan antibiotika yang dipergunakan sebagai tindakan
profilaksis. Komplikasi tersering dari luka episiotomi adalah infeksi, skar episiotomi,
endometriosis, trauma perineal, dispareunia, inkontinensia urin ataupun alvi.4,5,6
2,6,13
Episiotomi medialis
Insisi dari ujung terbawah introitus vagina sampai batas atas otot sfingter ani,
dengan menggunakan gunting mulai dari bagian tengah cincin himenalis
menuju muskulus bubokavernosus, muskulus superfisial transversa perinei
dan membrana perinei. Bila kurang lebar disambung ke lateral.
Episiotomi mediolateral
Insisi dimulai dari garis tengah introitus vagina menuju ke arah samping
menjauhi anus. Arah insisi dapat dilakukan ke arah kanan atau kiri tergantung
kebiasaan operator.
Episiotomi lateral
Insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari posisi jam tiga atau jam sembilan ke
arah lateral dengan menggunakan gunting mulai dari bagian tengah cincin
himenalis menuju muskulus bubokavernosus, muskulus superfisial transversa
perinei dan membrana perinei. Bila kurang lebar disambung ke lateral.
Episiotomi dilakukan saat kepala bayi tampak dengan garis tengah 2-3 cm di
luar his. Episiotomi yang dibuat terlalu cepat akan menyebabkan perdarahan
banyak sedangkan bila dilakukan terlalu lambat tujuan episiotomi untuk
mengurangi peregangan otot dasar panggul tidak terpenuhi. 7,8,9
dan Mediolateral
spontan) tetapi tidak ada bukti ilmiah yang mendukung pendapat ini (Enkin, et al,
2000; Wooley, 1995).8,9
Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan:
-
Penyembuhan primer
Adalah
penyembuhan
yang
terjadi
tanpa
penyulit.
Pembentukan
jaringan granulasi sangat minimal, misalnya pada luka sayat atau luka
aseptik dikelola dengan penutupan yang akurat.
Penyembuhan sekunder
Adalah penyembuhan yang terjadi dengan pembentukan jaringan
granulasi sebelum terjadi jaringan epitelialisasi. Misalnya pada luka
yang terbuka dan tidak dijahit atau luka suatu dead space. Keadaan ini
bisa terjadi karena kerusakan atau kehilangan jaringan yang cukup luas
atau infeksi.
Penyembuhan tertier
Adalah penyembuhan yang dalam prosesnya dibantu dengan tindakan
bedah agar luka tertutup. Misalnya pada luka yang dibiarkan terbuka
pada fase-fase pertama penyembuhan luka (3-4 hari). Selanjutnya
dijahit atau luka ditutup dengan skin graft. 15
15,16,17
(2.4.5)
sel-sel fibroblas didorong oleh transforming growth factor beta (TGF) yang
dihasilkan oleh trombosit dan keratinosit, sedang proliferasi didorong oleh
trombin dan serotonin yang dihasilkan oleh trombisit dan IL-1 yang dihasilkan
oleh keratinosit dan oleh FGF yang dihasilkan oleh sel-sel makrofag dan oleh
EGF (epidermal growth factor) yang dihasilkan oleh sel epidermis.
dengan fibril-fibril yang tidak teratur, dalam beberapa minggu atau bulan
diameter fibril meningkat dan serabutnya menjadi kompak.15
Infeksi luka episiotomi
Salah satu komplikasi tindakan pertolongan persalinan adalah infeksi
pada luka episiotomi. Infeksi luka episiotomi adalah peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam luka episotomi pada waktu
persalinan dan nifas, dengan tanda infeksi
menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka
menjadi ulkus, pengeluaran pus, terkadang perih bila buang air kecil.
16
luka
perineum
memerlukan
perawatan
yang
lebih
Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
Koitus
pada
hamil
tua hendaknya
dihindari
atau
dikurangi
dan
Selama persalinan
Usaha pencegahan
terdiri
atas
membatasi
perabdominam
dibersihkan,
dijahit
sebaik-baiknya
dan
menjaga sterilitas.
-
Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus
segera diganti dengan tranfusi darah.
Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
Selama nifas
Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula
alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan
harus steril.