Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Kerangka Pemikiran
Penyembuhan luka adalah suatu proses upaya perbaikan jaringan. Proses
penyembuhan luka dapat kita kelompokkan dalam 3 fase;

fase inflamasi, fase

proliferasi dan fase remodeling. Berbagai peristiwa setelah terjadinya luka berperan
sangat penting dalam mengawali mekanisme pertahanan dan menyebarkan
kandungan bahan-bahan dalam darah sel-sel darah dan substansi bioaktif ke daerah
luka. Perlakuan jaringan dalam penanganan luka secara baik akan memberikan hasil
penyembuhan yang baik. Produk akhir dari penyembuhan luka adalah parut, parut
yang baik akan terlihat lebih kecil, halus dan tidak kentara. Selain perlakuan jaringan
luka, faktor lain juga sangat berpengaruh pada penyembuhan luka seperti ras,
genetik, lokasi luka, berbagai hal yang menyebabkan penyembuhan luka menjadi
lama. 1
Kolagen mikromolekul utama jaringan penyambung,merupakan protein yang
paling banyak dalam tubuh manusia

1,2

. Sekitar 60-70% dari berat kering kulit terdiri

dari kolagen 3. Sekurangnya sekarang dikenal ada 13 macam tipe kolagen4. Sifat
kolagen yang paling menentukan adalah tripel heliks yang terdiri dari 3 subunit
polipeptide. Sintesis dan degradasi kolagen dalam tubuh yang sehat diatur untuk
mempertahankan jumlah kolagen yang normal dalam jaringan luka. PO2 yang tinggi
juga dibutuhkan untuk sintesis dan degradasi akan menimbulkan keloid.1,3,4

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Fase fase Penyembuhan Luka

Pada fase inflamasi dipicu oleh 2 macam mediator yaitu; mediator pengendali
permiabilitas pembuluh darah dan mediator pengendali pengumpulan sel. Yang
termasuk

dalam

jenis

mediator

pengendali

permiabilitas

pembuluh

darah,

diantaranya; histamin, serotonin dan bradikinin. Histamin berasal dari mastosit dalam
jaringan dan sel basofil dari peredaran darah. Serotonin berasal dari trombosit dan
bradikinin berasal dari sel netrofil 2,3.
Pengendalian permiabilitas pembuluh darah dalam luka yang oleh
berbagai sebab misalnya rusaknya mikrovaskuler oleh trauma, karena letak luka,
fase inflamasi yang memanjang akibat benda asing atau terjadi angiogenesis kembali
pada luka yang sama dimana histamin akan tetap dihasilkan terus menerus maka
fase inflamasi akan memanjang. Akibatnya yang ditandai oleh luka yang hiperemis
(permiabilitas meningkat) dan gatal-gatal. Keadaan ini akan menyebabkan terjadi
peningkatan PO2 dan sintesis kolagen akan tetap berlansung 2,3,4.

Universitas Sumatera Utara

Ruptur adalah robekan atau koyaknya jaringan secara paksa, (Dorland,


1994)3. Perineum adalah bagian yang terletak antara vulva dan anus panjangnya
rata-rata 4 cm.2,4
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan dan tak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan
menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.
Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama,
karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan
melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.
5,6

Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa
sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang dari pada biasa, kepala janin
melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahiirkan dengan pembedahan
vaginal.1,5,6

II.2. ANATOMI PERINEUM


Menurut para ahli anatomi, perineum adalah wilayah pelvic outlet diujung
diafragma pelvic (levator ani). Batasannya dibentuk oleh pubic rami di depan ligament
sacro tuberos di belakang. Pelvic outletnya dibagi oleh garis melintang yang
menghubungkan bagian depan ischial tuberosities ke dalam segitiga urogenital dan
sebuah segitiga belakang anal.4,7

Universitas Sumatera Utara

Segitiga urogenital
Otot-otot diwilayah ini dikelompokkan ke dalam kelompok superfisial (dangkal)
dan dalam bergantung pada membran perineal. Bagian bulbospongiosus, perineal
melintang dangkal dan otot ischiocavernosus terletak dalam bagian terpisah yang
superfisial. Otot bulbospongiosus melingkari vagina dan masuk melalui bagian depan
corpora cavernosa clitoridis. Di bagian belakang, sebagian serabutnya mungkin
menyatu dengan otot contralateral superfisial transverse perineal (otot yang
melintang contralateral dipermukaan perineal) juga dengan cincin otot anus
(sfingter).4,7,8
Kelenjar bartholini merupakan struktur berbentuk kacang polong dan bagian
duktusnya membuka ke arah introitus vagina di permukaan selaput dara pada
persimpangan duapertiga bagian atas dan sepertiga bagian bawah labia minora.4,8
Pada wanita, otot perineal profunda melintang antara bagian depan dan
belakang fasia membran perineal yang membentuk diafragma urogenital berbentuk
tipis dan sukar untuk digambarkan, karena itu kehadirannya tidak diakui oleh
sebagian ahli. Dibagian yang sama terletak juga otot cincin external uretra.8,9

Segitiga anal
Wilayah ini mencakup otot luar anus dan lubang ischiorectal.4

Badan perineal

Universitas Sumatera Utara

Bagian perineal merupakan wilayah fibromuskular (berotot serabut) antara


vagina dan kanal anus. Pada dataran saggita berbentuk segitiga. Pada sudut
segitiganya terdapat ruang rectovaginal dan dasarnya dibentuk oleh kulit perineal
antara bagian belakang fouchette vulva dan anus. Dalam bagian perineal terdapat
lapisan otot fiber bulbospongiosus, dataran perineal melintang dan otot cincin anus
bagian luar.4,9,10
Diatas bagian ini terdapat otot dubur membujur dan serat tengah otot pubo
rectalis, karena itu sandaran panggul dan juga sebagian hiatus urogenitalis antara
otot levator ani bergantung pada keseluruhan badan perineal. Bagi ahli kesehatan ibu
dan anak, istilah perineum merujuk sebagian besar pada wilayah fibromuskular
antara vagina dan kanal anus.4,10

Anatomi anorektum
Anorektum merupakan bagian yang paling jauh dari traktus gastrointestinalis
dan terdiri dari dua bagian yaitu kanal anus dan rektum. Kanal anus berukuran 3,5
cm dan terletak dibawah persambungan anorektal yang dibentuk oleh otot
puborectalis. Otot cincin anus terdiri dari tiga bagian (subcutaneus / bawah kulit),
superfisial (permukaan) dan bagian profunda (dalam) dan tidak bisa dipisahkan dari
permukaan puborectalis. Cincin otot anus bagian dalam merupakan lanjutan
menebalnya otot halus yang melingkar. Bagian ini dipisahkan dari bagian luar
cincin otot anus oleh otot penyambung yang membujur rektum11,12.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. Perineum dan Diafragma Urogenital pada Wanita

II.3. ETIOLOGI RUPTUR PERINEUM


Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan dimana :4,5

Universitas Sumatera Utara

kepala janin terlalu cepat lahir


persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
pada persalinan dengan distosia bahu

Persalinan seringkali menyebabkan perlukaan pada jalan lahir. Perlukaan


pada jalan lahir tersebut terjadi pada : Dasar panggul/perineum, vulva dan vagina,
servik uteri, uterus sedangkan ruptur pada perineum spontan disebabkan oleh :
Perineum kaku, kepala janin terlalu cepat melewati dasar panggul, bayi besar, lebar
perineum, paritas.13,14

II.4. KLASIFIKASI RUPTUR PERINEUM


1) Ruptur Perineum Spontan
Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa
dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan
dan biasanya tidak teratur.2,5

2) Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi)


Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan
pada perineum: Episiotomi adalah torehan yang dibuat pada perineum untuk
memperbesar saluran keluar vagina.2,5

Universitas Sumatera Utara

II.4.1. RUPTUR PERINEUM SPONTAN


Definisi :
Luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan
tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan
biasanya tidak teratur. Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas 4 tingkatan15:
Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina dengan atau
tanpa mengenai kulit perineum sedikit.
Tingkat II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selama mengenai selaput
lendir vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak
mengenai sfingter ani.
Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai
mengenai otot-otot sfingter ani. Ruptura perinei totalis di beberapa
kepustakaan yang berbeda disebut sebagai termasuk dalam robekan derajat
III atau IV. Beberapa kepustakaan juga membagi tingkat III menjadi beberapa
bagian seperti :
Tingkat III a. Robekan < 50 % ketebalan sfingter ani.
Tingkat III b. Robekan > 50% ketebalan sfinter ani
Tingkat III c. Robekan hingga sfingter ani interna

Tingkat IV :Robekan hingga epitel anus.


Robekan mukosa rectum tanpa robekan sfingter ani sangat jarang dan tidak
termasuk dalam klasifikasi diatas.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Derajad Ruptur Spontan Perineum

Teknik menjahit robekan perineum 5,9,16


Tingkat I : Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya
dengan memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau
dengan cara angka delapan (figure of eight).
Tingkat II : Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II
maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir yang tidak rata atau bergerigi, maka
pinggir bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu. pinggir robekan
sebelah kiri dan kanan masing-masing diklem terlebih dahulu, kemudian
digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka
robekan. Mula-mula otot-otot dijahit dengan catgut. Kemudian selaput lendir
vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur. Penjahitan

Universitas Sumatera Utara

selaput lendir vagina dimulai dari puncak robekan, terakhir kulit perineum
dijahit dengan benang sutera secara terputus-putus.

Tingkat III : Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit. Kemudian
fasia perektal dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan kromik catgut,
sehingga bertemu kembali. Ujung- ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh
karena robekan diklem dingan klem pean lurus. Kemudian dijahit dengan 2-3
jahitan kromik catgut sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit
lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat II.

Tingkat IV : Pasien dirujuk ke fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai.

II.4.2. RUPTUR PERINEUM YANG DISENGAJA ( EPISIOTOMI )


Definisi episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum.5,8,12
Laserasi vagina dan perineum dikelompokkan menjadi derajat pertama, kedua
atau ketiga. Laserasi derajat pertama mengenai fourchet, kulit perineum,

dan

membran mukosa vagina, tetapi tidak mengenai fasia dan otot. Laserasi derajat
kedua mengenai kulit dan membran mukosa, fasia dan otot - otot perineum, tetapi
tidak mengenai m.sfingter ani. Bagian-bagian ini biasanya robek sampai ke atas pada
satu atau kedua sisi vagina, membentuk cedera segitiga yang tidak teratur. Laserasi
derajat ketiga mengenai mulai dari kulit, membran mukosa dan perineum,sampai

Universitas Sumatera Utara

mengenai sfingter ani. Laserasi derajat keempat meluas sampai mukosa rektum
sehingga memaparkan lumen rektum. Walaupun beberapa dekade terakhir beberapa
penelitian telah menentang penggunaan episiotomi secara rutin / liberal, namun
sedikit sekali kesepakatan secara profesional mengenai ketepatan penggunaannya.
Hal ini dapat diilustrasikan dengan bervariasinya rata-rata penggunaan episiotomi
yang berkisar antara 13,3% sampai 84,6% pada satu studi, dengan rata-rata 51%
diantara persalinan spontan.2,3
Episiotomi dalam arti sempit adalah insisi pudenda. Insisi ini dapat dibuat di
linea mediana (episiotomi mediana) atau dapat mulai di linea mediana tetapi
diarahkan ke lateral dan kebawah menjauhi rektum (episiotomi mediolateralis).4
Daerah tindakan episiotomi sendiri adalah daerah yang sarat dengan koloni
bakteri ditambah lagi dengan kemampuan higienis yang kurang maka risiko
terjadinya infeksi juga semakin meningkat. Waktu penyembuhan luka episiotomi
tergantung pada jenis episiotomi, derajat luka episiotomi, jenis jahitan yang
dipergunakan, jenis benang dan antibiotika yang dipergunakan sebagai tindakan
profilaksis. Komplikasi tersering dari luka episiotomi adalah infeksi, skar episiotomi,
endometriosis, trauma perineal, dispareunia, inkontinensia urin ataupun alvi.4,5,6

Indikasi untuk melakukan episiotomi


Indikasi janin : janin prematur, letak sungsang, persalinan buatan
pervaginam, anak besar.

Universitas Sumatera Utara

Indikasi ibu : peregangan perineum yang berlebihan, misalnya pada


primipara, perineum kaku.
Cara melakukan episiotomi

2,6,13

Episiotomi medialis
Insisi dari ujung terbawah introitus vagina sampai batas atas otot sfingter ani,
dengan menggunakan gunting mulai dari bagian tengah cincin himenalis
menuju muskulus bubokavernosus, muskulus superfisial transversa perinei
dan membrana perinei. Bila kurang lebar disambung ke lateral.
Episiotomi mediolateral
Insisi dimulai dari garis tengah introitus vagina menuju ke arah samping
menjauhi anus. Arah insisi dapat dilakukan ke arah kanan atau kiri tergantung
kebiasaan operator.
Episiotomi lateral
Insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari posisi jam tiga atau jam sembilan ke
arah lateral dengan menggunakan gunting mulai dari bagian tengah cincin
himenalis menuju muskulus bubokavernosus, muskulus superfisial transversa
perinei dan membrana perinei. Bila kurang lebar disambung ke lateral.
Episiotomi dilakukan saat kepala bayi tampak dengan garis tengah 2-3 cm di
luar his. Episiotomi yang dibuat terlalu cepat akan menyebabkan perdarahan
banyak sedangkan bila dilakukan terlalu lambat tujuan episiotomi untuk
mengurangi peregangan otot dasar panggul tidak terpenuhi. 7,8,9

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4. Episiotomi Medial dan Mediolateral

Episiotomi atau Insisi Schuchardt.


Jenis ini merupakan variasi dari episiotomi mediolateralis, tetapi sayatannya
melengkung ke arah bawah lateral, melingkari rektum, serta sayatannya lebih lebar.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5. Jenis-jenis Episiotomi

Gambar 6. Episiotomi Medial

dan Mediolateral

Penjahitan luka episiotomi


Penjahitan luka episiotomi bertujuan untuk hemostatik dan rekonstruksi
anatomi. Diusahakan melakukan penjahitan sesedikit mungkin dengan bahan
yang sehalus mungkin tetapi cukup kuat. Setiap tusukan jarum berpotensi
untuk menyebabkan infeksi. 14

Universitas Sumatera Utara

Gambar 7. Penampang lapisan kulit

Prinsip penjahitan luka episiotomi adalah :


Menggunakan bahan sehalus mungkin tetapi cukup kuat (chromic cat gut 00),
hemostatik yang baik, mendekatkan jaringan, menghindarkan dead space,
sesedikit mungkin jahitan. 7,8,10-12
Rockner dan Olund (1991) melaporkan kejadian infeksi pada luka perineum
akibat episiotomi 10% dibandingkan dengan hanya 2% kejadian infeksi pada luka
perineum akibat ruptur spontan. Dengan waktu penyembuhan 30% lebih lama pada
kelompok episiotomi dibandingkan dengan kelompok ruptur spontan yang hanya
10%.6
O Leary melaporkan bahwa waktu penyembuhan akan meningkat 10% pada
luka episiotomi yang melibatkan sfingter ani dan atau mukosa rektum. Keadaan ini
juga akan meningkatkan angka komplikasi abses perineum, fistula rektovagina, dan
wound dehisence bila terjadi infeksi. Tanda-tanda tersering terjadinya infeksi adalah
adanya nyeri menetap, nyeri defekasi, nyeri tekan dan edema. 7
Meskipun episiotomi rutin sering dilakukan di masa lalu (karena para penolong
persalinan percaya bahwa dengan melakukan episiotomi akan mencegah penyulit
dan infeksi, serta lukanya akan sembuh dengan baik daripada robekan / ruptur

Universitas Sumatera Utara

spontan) tetapi tidak ada bukti ilmiah yang mendukung pendapat ini (Enkin, et al,
2000; Wooley, 1995).8,9
Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan:
-

Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan risiko hematom.

Lebih sering meluas menjadi laserasi derajat 3-4 dibandingkan laserasi


derajat 3-4 yang terjadi tanpa episiotomi.

Meningkatnya nyeri pasca salin

Meningkatnya risiko infeksi.

Walaupun beberapa dekade terakhir beberapa penelitian telah menentang


penggunaan episiotomi secara rutin / liberal, namun sedikit sekali kesepakatan
secara profesional mengenai ketepatan penggunaannya. Hal ini dapat diilustrasikan
dengan bervariasinya rata-rata penggunaan episiotomi, berkisar antara 13,3%
sampai 84,6% pada satu studi, dengan rata-rata 51% diantara persalinan spontan.10

Proses penyembuhan luka


Penyembuhan luka adalah proses kinetik dan metabolik yang kompleks
yang melibatkan berbagai sel dan jaringan dalam usaha untuk menutup tubuh
dari lingkungan luar dengan cara mengembalikan integritas jaringan. Pada
setiap perlukaan baik yang bersih maupun yang terinfeksi tubuh akan
berusaha melakukan penyembuhan luka. 14,16
Dikenal tiga cara penyembuhan luka : 15,16

Penyembuhan primer

Universitas Sumatera Utara

Adalah

penyembuhan

yang

terjadi

tanpa

penyulit.

Pembentukan

jaringan granulasi sangat minimal, misalnya pada luka sayat atau luka
aseptik dikelola dengan penutupan yang akurat.

Penyembuhan sekunder
Adalah penyembuhan yang terjadi dengan pembentukan jaringan
granulasi sebelum terjadi jaringan epitelialisasi. Misalnya pada luka
yang terbuka dan tidak dijahit atau luka suatu dead space. Keadaan ini
bisa terjadi karena kerusakan atau kehilangan jaringan yang cukup luas
atau infeksi.

Penyembuhan tertier
Adalah penyembuhan yang dalam prosesnya dibantu dengan tindakan
bedah agar luka tertutup. Misalnya pada luka yang dibiarkan terbuka
pada fase-fase pertama penyembuhan luka (3-4 hari). Selanjutnya
dijahit atau luka ditutup dengan skin graft. 15

Fase penyembuhan luka

15,16,17

Fase Inflamasi (fase initial, substrat, produktif, autolitik, katabolik)


Reaksi awal tubuh terhadap adanya trauma luka, antara hari 1-4, reaksi
untuk menghilangkan mikroorganisme, benda asing dan jaringan non
vital yang terdapat dalam luka sebagai persiapan reparasi. Makin hebat
proses inflamasi terjadi makin lama fase ini berlangsung. Di dalam fase

Universitas Sumatera Utara

ini terjadi 3 aktivitas: respon vaskuler, respon hemostatik dan respon


seluler.

Fase Proliferatif (fibroplasia, kolagen)


Fase ini terdiri dari proses epitelialisasi, kontraksi luka dan reparasi
jaringan ikat. Berlangsung pada hari ke 5 20.Fibroblas pada fase ini
sangat menonjol perannya. Fibroblas berasal dari sel mesenkin yang belum
berdiferensiasi, berproliferasi menghasilkan mukopolisakarida, asam amino
glisin dan prolin. Fibroblas terbentuk dari resting sel disekitar pembuluh darah,
menghasilkan tropokolagen, beserta mukopolisakarida membentuk kolagen.
Jenis fibroblas yang muncul dalam luka memiliki ciri khas yaitu lebih mobil
dari pada fibroblas yang tidak aktif

(2.4.5)

. Jenis ini dapat berkontraksi. Migrasi

sel-sel fibroblas didorong oleh transforming growth factor beta (TGF) yang
dihasilkan oleh trombosit dan keratinosit, sedang proliferasi didorong oleh
trombin dan serotonin yang dihasilkan oleh trombisit dan IL-1 yang dihasilkan
oleh keratinosit dan oleh FGF yang dihasilkan oleh sel-sel makrofag dan oleh
EGF (epidermal growth factor) yang dihasilkan oleh sel epidermis.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 8. Mekanisme Penyembuhan Luka

Fase Maturasi (remodelling, resorbsi, diferensiasi).


Proses ini berlangsung setelah integritas jaringan tercapai. Proses ini
mulai hari ke 21 sampai terjadinya pematangan parut luka kira-kira 6-9 bulan
atau lebih dari 1 tahun ditandai dengan perubahan parut menjadi tipis, lemas,
pucat, tidak nyeri dan gatal. Levenson dkk mengamati terjadinya perubahan
histologi pada kolagen.

Kolagen yang terjadi pada hari ke 5 masih tipis,

dengan fibril-fibril yang tidak teratur, dalam beberapa minggu atau bulan
diameter fibril meningkat dan serabutnya menjadi kompak.15
Infeksi luka episiotomi
Salah satu komplikasi tindakan pertolongan persalinan adalah infeksi
pada luka episiotomi. Infeksi luka episiotomi adalah peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam luka episotomi pada waktu
persalinan dan nifas, dengan tanda infeksi

jaringan sekitarnya, tepi luka

Universitas Sumatera Utara

menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka
menjadi ulkus, pengeluaran pus, terkadang perih bila buang air kecil.

16

Lepasnya jahitan atau dehiscence episiotomi paling sering disebabkan


oleh infeksi. Infeksi luka episiotomi dikatakan infeksi bila tanda dan gejala
klinik baru timbul sekurang-kurangnya empat puluh delapan jam perawatan. 16
Bila cairan radang bisa keluar, biasanya keadaan infeksi tidak berat,
suhu sekitar 38C dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi
tertutup oleh jahitan dan cairan radang tidak dapat keluar, demam bisa naik
sampai 39-40C. 16
Kebersihan

luka

perineum

memerlukan

perawatan

yang

lebih

dibandingkan luka di tempat lain. Infeksi luka episiotomi sebagian besar


terjadi karena kurangnya tindakan aseptik saat melakukan penjahitan luka
episiotomi. 19,20
Seorang penderita yang terkena infeksi pada luka episiotomi akan lebih
sulit dalam proses penyembuhan, dan bila berhasil bertahan maka lama
rawatan akan lebih panjang dan penambahan biaya perawatan pada
penderita. 8,21
Pencegahan Infeksi 16,19,22
Masa kehamilan

Universitas Sumatera Utara

- Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia,


malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang
diderita ibu.
-

Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.

Koitus

pada

hamil

tua hendaknya

dihindari

atau

dikurangi

dan

dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau


ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.

Selama persalinan

Usaha pencegahan

terdiri

atas

membatasi

sebanyak mungkin masuknya

kuman-kuman dalam jalan lahir :

Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya


persalinan tidak berlarut-larut.

Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.

Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam


maupun

perabdominam

dibersihkan,

dijahit

sebaik-baiknya

dan

menjaga sterilitas.
-

Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus
segera diganti dengan tranfusi darah.

Yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar


bersalin.

Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.

Universitas Sumatera Utara

Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi


dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.

Selama nifas

Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula
alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan
harus steril.

Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan


khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.

Batasi pengunjung pada hari-hari pertama nifas.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai