Anda di halaman 1dari 32

SENYAWA HIDROKARBON

Disebut Hidrokarbon : mengandung unsur C dan H


Terdiri dari : 1. Alkana (CnH2n+2)
2. Alkena (CnH2n)
3. Alkuna (CnH2n-2)

ALKANA

Hidrokarbon jenuh (alkana rantai lurus dan siklo/cincin alkana)

Disebut golongan parafin : affinitas kecil (=sedikit gaya gabung)

Sukar bereaksi

C1 C4 : pada t dan p normal adalah gas

C4 C17 : pada t dan p normal adalah cair

> C18 : pada t dan p normal adalah padat

Titik didih makin tinggi : terhadap penambahan unsur C

Jumlah atom C sama : yang bercabang mempunyai TD rendah

Kelarutan : mudah larut dalam pelarut non polar

BJ naik dengan penambahan jumlah unsur C

Sumber utama gas alam dan petrolium

Struktur ALKANA : CnH2n+2

CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 (heksana)

sikloheksana

PEMBUATAN ALKANA :
Hidrogenasi senyawa Alkena
Reduksi Alkil Halida
Reduksi metal dan asam

PENGGUNAAN ALKANA :

Metana : zat bakar, sintesis, dan carbon black (tinta,cat,semir,ban)

Propana, Butana, Isobutana : zat bakar LPG (Liquified Petrolium Gases)

Pentana, Heksana, Heptana : sebagai pelarut pada sintesis

Fraksi tertentu dari Destilasi langsung Minyak Bumi/mentah

TD (oC)

Jumlah C

< 30
30 - 180
180 - 230
230 - 305
305 - 405

1-4
5 -10
11 - 12
13 - 17
18 - 25

Nama
Fraksi gas
Bensin
Minyak tanah
Minyak gas ringan
Minyak gas berat

Penggunaan
Bahab bakar gas
Bahan bakar mobil
Bahan bakar memasak
Bahan bakar diesel
Bahan bakar pemanas

Sisa destilasi :
1. Minyak mudah menguap, minyak pelumas, lilin dan vaselin
2. Bahan yang tidak mudah menguap, aspal dan kokas dari m. bumi

ALKENA

Hidrokarbon tak jenuh ikatan rangkap dua

Alkena = olefin (pembentuk minyak)

Sifat fisiologis lebih aktif (sbg obat tidur) : 2-metil-2-butena

Sifat sama dengan Alkana, tapi lebih reaktif

STRUKTUR ALKENA : CnH2n

CH3-CH2-CH=CH2 (1-butena)

ETENA = ETILENA = CH2=CH2

Sifat-sifat : gas tak berwarna, dapat dibakar, bau yang khas, eksplosif dalam
udara (pada konsentrasi 3 34 %)

Terdapat dalam gas batu bara biasa pada proses cracking

Pembuatan : pengawahidratan etanaol

PENGGUNAAN ETENA :

Dapat digunakan sebagai obat bius (dicampur dengan O2)

Untuk memasakkan buah-buahan

Sintesis zat lain (gas alam, minyak bumi, etanol)

PEMBUATAN ALKENA :
Dehidrohalogenasi alkil halida
Dehidrasi alkohol
Dehalogenasi dihalida
Reduksi alkuna

ALKUNA

Hidrokarbon tak jenuh mempunyai ikatan rangkap tiga

Sifat-sifatnya menyerupai alkena, tetapi lebih reaktif

Struktur ALKUNA :

CnH2n-2

CH=CH (etuna/asetilen)

ETUNA = ASETILEN => CH=CH

Pembuatan : CaC2 + H2O ------ C2H2 + Ca(OH)2

Sifat-sifat :
Suatu senyawaan endoterm, maka mudah meledak
Suatu gas, tak berwarna, baunya khas

Penggunaan etuna :
Pada pengelasan : dibakar dengan O2 memberi suhu yang tinggi (+3000oC), dipakai untuk mengelas besi dan baja
Untuk penerangan
Untuk sintesis senyawa lain

PEMBUATAN ALKUNA

Dehidrohalogenasi alkil halida


Reaksi metal asetilida dengan alkil halida primer
SENYAWA AROMATIK

Senyawa alifatis : turunan metana

Senyawa aromatis : turunan benzen (simbol Ar = aril)

Permulaan abad ke-19 ditemukan senyawa-senyawa organik yang


mempunyai bau (aroma) yang karakteristik yang berasal dari tumbuhtumbuhan (damar benzoin, cumarin, asam sinamat dll)

BENZEN =C6H6

Senyawa aromatis yang paling sederhana

Berasal dari batu bara dan minyak bumi

Sifat fisika : cairan, td. 80oC, tak berwarna, tak larut dalam air, larut dalam
kebanyakan pelarut organik, mudah terbakar dengan nyala yang berjelaga
dan berwarna (karena kadar C tinggi)

Pengunaan Benzen :
Dahulu sebagai bahan bakar motor
Pelarut untuk banyak zat
Sintesis : stirena, fenol, nilon, anilin, isopropil benzen, detergen, insektisida,
anhidrida asam maleat, dsb
ALKIL HALIDA

Senyawa alkil halida merupakan senyawa hidrokarbon baik jenuh maupun


tak jenuh yang satu unsur H-nya atau lebih digantikan oleh unsur halogen (X
= Br, Cl. I)

Alkil halida = haloalkana = RX struktur primer, sekunder, tersier

Aril halida = ArX = senyawa halogen organik aromatik

Sifat fisika Alkil Halida :


Mempunyai TD lebih tinggi dari pada TD Alkana dengan jumlah unsur C
yang sama.
Tidak larut dalam air, tapi larut dalam pelarut organik tertentu.
Senyawa-senyawa bromo, iodo dan polikloro lebih berat dari pada air.

Struktur Alkil Halida : R-X (X=Br, Cl, I)


CH3-CH2-CH2-CH2-Cl

(CH3)2CH-Br

Primer
sekunder

tersier
CH2-Cl

Benzil khlorida

(CH3)3C-Br

CH2=CH2-Cl

Vinil khlorida

PEMBUATAN ALKIL HALIDA :


Dari alkohol
Halogenasi
Adisi hidrogen halida dari alkena
Adisi halogen dari alkena dan alkuna

PENGGUNAAN ALKIL HALIDA :

Kloroform (CHCl3) : pelarut untuk lemak, obat bius (dibubuhi etanol,


disimpan dalam botol coklat, diisi sampai penuh).

Tetraklorometana = karbontetraklorida (CCl4) : pelarut untuk lemak, alat


pemadam kebakaran (Pyrene, TD rendah 77oC, uapnya berat.

Freon (Freon 12 = CCl2F2, Freon 22 = CHCl2F) : pendingin lemari es, alat


air conditioner, sebagai propellant (penyebar) kosmetik, insektisida, dsb.

ALKOHOL

Alkohol : tersusun dari unsur C, H, dan O

Struktur alkohol : R-OH primer, sekunder dan tersier

Sifat fisika alkohol :


TD alkohol > TD alkena dengan jumlah unsur C yang sama (etanol = 78oC,
etena = -88,6oC)
Umumnya membentuk ikatan hidrogen
O - H-----------------O - H

Berat jenis alkohol > BJ alkena


Alkohol rantai pendek (metanol, etanol) larut dalam air (=polar)

Struktur Alkohol : R - OH
R-CH2-OH

(R)2CH-OH

(R)3C-OH

Primer

sekunder

tersier

PEMBUATAN ALKOHOL :
Oksi mercurasi demercurasi
Hidroborasi oksidasi
Sintesis Grignard
Hidrolisis alkil halida

PENGGUNAAN ALKOHOL :

Metanol : pelarut, antifreeze radiator mobil, sintesis


formaldehid,metilamina,metilklorida,metilsalisilat, dll

Etanol : minuman beralkohol, larutan 70 % sebagai antiseptik, sebagai


pengawet, dan sintesis eter, koloroform, dll

FENOL

Fenol : mengandung gugus benzen dan hidroksi

Mempunyai sifat asam

Mudah dioksidasi

struktur

Mempunyai sifat antiseptik

Penggunaan sbg antiseptikum dan sintesis

OH

ETER

Eter : isomer atau turunan dari alkohol (unsur H pada OH diganti oleh alkil
atau aril)
Eter : mengandung unsur C, H, dan O

Sifat fisika eter :


Senyawa eter rantai C pendek berupa cair pada suhu kamar dan TD nya
naik dengan penambahan unsur C.
Eter rantai C pendek medah larut dalam air, eter dengan rantai panjang sulit
larut dalam air dan larut dalam pelarut organik.
Mudah terbakar

Unsur C yang sama TD eter > TD alkana dan < TD alkohol (metil, n-pentil
eter 100oC, n-heptana 98oC, heksil alkohol 157oC).

Struktur eter : R O R

CH3-CH2-O-CH2-CH3 (dietil eter)


CH3-CH2-O-C6H5

(fenil etil eter)

PEMBUATAN ETER :
Sintesis Williamson
Alkoksi mercurasi demercurasi

PENGGUNAAN ETER :

Dietil eter : sbg obat bius umum, pelarut dari minyak, dsb.

Eter-eter tak jenuh : pada opersi singkat : ilmu kedokteran gigi dan ilmu
kebidanan.

AMINA

Senyawa organik bersifat basa lemah, dibanding air lebih basa.

Jumlah unsur C kecil sangat mudah larut dalam air.

Sifat fisika Amina :


Suku-suku rendah berbentuk gas.
Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan.
Mudah larut dalam air
Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat.

Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya BM.


Struktur amina : R-NH2, (R)2NH, (R)3N =primer, sekunder, tersier
CH3-CH2-CH2-CH2-NH2

Primer
sekunder

(CH3)2NH

(CH3)3N

tersier

Struktur Amina berdasarkan rantai gugus alkil/aril :


Amina aromatis
Amina alifatis
Amina siklis
Amina campuran

PEMBUATAN AMINA :
Reduksi senyawa nitro
Reaksi alkil halida dengan amonia dan amina

PENGGUNAAN AMINA :

Sebagai katalisator

Dimetil amina : pelarut, absorben gas alam, pencepat vulkanisasi,


membuat sabun, dll.

Trimetil amina : suatu penarik serangga.

ALDEHID

Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil (C=O)


yang terikat pada sebuah atau dua buah unsur hidrogen.
Aldehid berasal dari alkohol dehidrogenatum (cara sintesisnya).
Sifat-sifat kimia aldehid dan keton umumnya serupa, hanya berbeda dalam
derajatnya. Unsur C kecil larut dalam air (berkurang + C).

Merupakan senyawa polar, TD aldehid > senyawa non polar

Sifat fisika formaldehid : suatu gas yang baunya sangat merangsang

Akrolein = propanal = CH2=CH-CHO : cairan, baunya tajam, sangat reaktif.

FORMALDEHID = METANAL = H-CHO


Sifat-sifat : satu-satunya aldehid yang berbentuk gas pada suhu kamar, tak
berwarna, baunya tajam, larutanya dalam H2O dari 40 % disebut formalin.
Penggunaan : sebagai desinfektans, mengeraskan protein (mengawetkan
contoh-contoh biologik), membuat damar buatan.
Struktur Aldehid : R CHO

PEMBUATAN ALDEHID :
Oksidasi dari alkohol primer

Oksidasi dari metilbenzen


Reduksi dari asam klorida
KETON

Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus


karbonil (C=O) terikat pada dua gugus alkil, dua gugus aril atau sebuah alkil
dan sebuah aril.
Sifat-sifat sama dengan aldehid.

PROPANON = DIMETIL KETON = ASETON = (CH3)2-C=O


Sifat : cairan tak berwarna, mudah menguap, pelarut yang baik.
Penggunaan : sebagai pelarut
ASETOFENON = METIL FENIL KETON
Sifat : berhablur, tak berwarna
Penggunaan : sebagai hipnotik, sebagai fenasil klorida (kloroasetofenon)
dipakai sebagai gas air mata
Struktur : (R)2-C=O

PEMBUATAN KETON

Oksidasi dari alkohol sekunder


Asilasi Friedel-Craft
Reaksi asam klorida dengan organologam
ASAM KARBOKSILAT

Mengandung gugus COOH yang terikat pada gugus alkil (R-COOH) maupun
gugus aril (Ar-COOH)

Kelarutan sama dengan alkohol

Asam dengan jumlah C 1 4

: larut dalam air

Asam dengan jumlah C = 5

: sukar larut dalam air

Asam dengan jumlah C > 6

: tidak larut dalam air

Larut dalam pelarut organik seperti eter, alkohol, dan benzen

TD asam karboksilat > TD alkohol dengan jumlah C sama.

Struktur Asam Karboksilat : R COOH dan Ar COOH

CH3-CH2-CH2-CH2COOH
COOH
Valelat
CH3-COOH (asam asetat)
ASAM FORMAT = HCOOH

Asam benzoat

Sifat fisika : cairan, tak berwarna, merusak kulit, berbau tajam, larut dalam
H2O dengan sempurna.
Penggunaan : untuk koagulasi lateks, penyamakkan kulit, industri tekstil, dan
fungisida.
ASAM ASETAT = CH3-COOH
Sifat : cair, TL 17oC, TD 118oC, larut dalam H2O dengan sempurna
Penggunaan : sintesis anhidrat asam asetat, ester, garam, zat warna, zat
wangi, bahan farmasi, plastik, serat buatan, selulosa dan sebagai penambah
makanan.
PEMBUATAN ASAM KARBOKSILAT

Oksidasi alkohol primer


Oksidasi alkil benzen
Carbonasi Reagen Grignard
Hidrolisin nitril
AMIDA

Amida adalah turunan asam karboksilat, dimana gugus OH digan-ti dengan


NH2 atau amoniak, dimana 1 H diganti dengan asil.
Sifat fisika : zat padat kecuali formamida yang berbentuk cair, tak berwarna,
suku-suku yang rendah larut dalam air, bereaksi kira-kira netral.

Struktur Amida : R CONH2

PEMBUATAN AMIDA :
Reaksi asam karboksilat dengan amoniak

Garam amoniumamida dipanaskan


Reaksi anhidrid asam dengan amponiak

PENGGUNAAN AMIDA :

Formamida berbentuk cair, sebagai pelarut.

Untuk identifikasi asam yang berbentuk cair.

Untuk sintesis nilon, ds.

ESTER

Ester adalah turunan asam karboksilat, dimana gugus H pada OH diganti


dengan gugus R.
Sifat fisika : berbentuk cair atau padat, tak berwarna, sedikit larut dalm H2O,
kebanyakan mempunyai bau yang khas dan banyak terdapat di alam.

Struktut ester : R COOR


PEMBUATAN ESTER :
Reaksi alkohol dan asam karboksilat
Reaksi asam klorida atau anhidrida

PENGGUNAAN ESTER :

Sebagai pelarut, butil asetat (pelarut dalam industri cat).

Sebagai zat wangi dan sari wangi.

Asam asetat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Asam asetat

Informasi
Nama sistematis

Asam etanoat
Asam asetat

Nama alternatif

Asam metanakarboksilat
Asetil hidroksida (AcOH)
Hidrogen asetat (HAc)
Asam cuka

Rumus molekul

CH3COOH

Massa molar

60.05 g/mol

Densitas dan fase

1.049 g cm3, cairan


1.266 g cm3, padatan

Titik lebur

16.5 C (289.6 0.5 K) (61.6 F)[1]

Titik didih

118.1 C (391.2 0.6 K) (244.5 F)[1]

Penampilan

Cairan tak berwarna atau kristal

Keasaman (pKa) 4.76 pada 25 C


Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka[2] adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal
sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris
C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.
Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan
memiliki titik beku 16.7C.

Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format.
Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi
sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku
industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena
tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam
industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam
asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan
asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur
ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.

Daftar isi
[sembunyikan]
1 Penamaan
2 Sejarah

3 Sifat-sifat kimia

4 Biokimia
o

4.1 Biosintesis asam asetat

5 Produksi
o

5.1 Karbonilasi metanol

5.2 Oksidasi asetaldehida

6 Penggunaan

7 Keamanan

8 Lihat pula

9 Referensi

10 Pranala luar

[sunting] Penamaan
Asam asetat merupakan nama trivial atau nama dagang dari senyawa ini, dan merupakan nama
yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini berasal dari kata Latin acetum, yang berarti cuka.
Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam etanoat. Asam asetat glasial merupakan nama
trivial yang merujuk pada asam asetat yang tidak bercampur air. Disebut demikian karena asam
asetat bebas-air membentuk kristal mirip es pada 16.7 C, sedikit di bawah suhu ruang.
Singkatan yang paling sering digunakan, dan merupakat singkatan resmi bagi asam asetat adalah
AcOH atau HOAc dimana Ac berarti gugus asetil, CH3C(=O). Pada konteks asam-basa, asam

asetat juga sering disingkat HAc, meskipun banyak yang menganggap singkatan ini tidak benar.
Ac juga tidak boleh disalahartikan dengan lambang unsur Aktinium (Ac).

[sunting] Sejarah

Kristal asam asetat yang dibekukan


Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Cuka dihasilkan oleh berbagai bakteria penghasil
asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil samping dari pembuatan bir atau anggur.
Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak lama. Pada abat ke-3
Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan
logam-logam membentuk berbagai zat warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat), dan
verdigris, yaitu suatu zat hijau campuran dari garam-garam tembaga dan mengandung tembaga
(II) asetat. Bangsa Romawi menghasilkan sapa, sebuah sirup yang amat manis, dengan
mendidihkan anggur yang sudah asam. Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat manis yang
disebut juga gula timbal dan gula Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada peracunan dengan
timbal yang dilakukan oleh para pejabat Romawi.
Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir ibn Hayyan menghasilkan asam asetat pekat dari cuka
melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan dari distilasi kering logam
asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas Libavius menjelaskan prosedur tersebut,
dan membandingkan asam asetat glasial yang dihasilkan terhadap cuka. Ternyata asam asetat
glasial memiliki banyak perbedaan sifat dengan larutan asam asetat dalam air, sehingga banyak
ahli kimia yang mempercayai bahwa keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda. Ahli
kimia Prancis Pierre Adet akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini sebenarnya sama.
Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari zat anorganik untuk
pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah klorinasi karbon disulfida menjadi karbon

tetraklorida, diikuti dengan pirolisis menjadi tetrakloroetilena dan klorinasi dalam air menjadi
asam trikloroasetat, dan akhirnya reduksi melalui elektrolisis menjadi asam asetat.
Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneous yang diperoleh dari
distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida menghasilkan kalsium asetat
yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat menghasilkan asam asetat.

[sunting] Sifat-sifat kimia


Keasaman
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat
dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah
asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO).
Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki
pH sekitar 2.4.

Dimer siklis

Dimer siklis dari asam asetat, garis putus-putus melambangkan ikatan hidrogen.
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat berpasangan
membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen.[3] Dimer juga dapat dideteksi pada
uap bersuhu 120 C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di dalam pelarut tak-berikatanhidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam asetat murni.[4] Dimer dirusak dengan adanya
pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.0
66.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154157 J mol1 K1.[5] Sifat dimerisasi ini juga dimiliki
oleh asam karboksilat sederhana lainnya.
Sebagai Pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam asetat
memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa
polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsurunsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah dengan pelarut polar atau

nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur
dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia.
Reaksi-reaksi kimia
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng,
membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam asetat juga
dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang cocok. Contoh yang terkenal
adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hapir semua garam asetat
larut dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat. Contoh reaksi
pembentukan garam asetat:
Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)
NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)
Aluminium merupakan logam yang tahan terhadap korosi karena dapat membentuk lapisan
aluminium oksida yang melindungi permukaannya. Karena itu, biasanya asam asetat diangkut
dengan tangki-tangki aluminium.

Dua reaksi organik tipikal dari asam asetat


Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan garam asetat bila
bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi dengan logam, dan
menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi dengan garam karbonat atau
bikarbonat. Reaksi organik yang paling terkenal dari asam asetat adalah pembentukan etanol
melalui reduksi, pembentukan turunan asam karboksilat seperti asetil klorida atau anhidrida
asetat melalui substitusi nukleofilik. Anhidrida asetat dibentuk melalui kondensasi dua molekul
asam asetat. Ester dari asam asetat dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi Fischer, dan juga
pembentukan amida. Pada suhu 440 C, asam asetat terurai menjadi metana dan karbon dioksida,
atau ketena dan air.
Deteksi
Asam asetat dapat dikenali dengan baunya yang khas. Selain itu, garam-garam dari asam asetat
bereaksi dengan larutan besi(III) klorida, yang menghasilkan warna merah pekat yang hilang bila
larutan diasamkan. Garam-garam asetat bila dipanaskan dengan arsenik trioksida (AsO3)
membentuk kakodil oksida ((CH3)2As-O-As(CH3)2), yang mudah dikenali dengan baunya yang
tidak menyenangkan.

[sunting] Biokimia
Gugus asetil yang terdapat pada asam asetat merupakan gugus yang penting bagi biokimia pada
hampir seluruh makhluk hidup. Gugus asetil yang terikat pada koenzim A (Asetil-KoA),
merupakan enzim utama bagi metabolisme karbohidrat dan lemak. Namun demikian, asam asetat
bebas memiliki konsentrasi yang kecil dalam sel, karena asam asetat bebas dapat menyebabkan
gangguan pada mekanisme pengaturan pH sel. Berbeda dengan asam karboksilat berantai
panjang (disebut juga asam lemak), asam asetat tidak ditemukan pada trigliserida dalam tubuh
makhluk hidup. Sekalipun demikian, trigliserida buatan yang memiliki gugus asetat, triasetin
(trigliserin asetat), adalah zat aditif yang umum pada makanan, dan juga digunakan dalam
kosmetika dan obat-obatan.
Asam asetat diproduksi dan diekskresikan oleh bakteri-bakteri tertentu, misalnya dari genus
Acetobacter dan spesies Clostridium acetobutylicum. Bakteri-bakteri ini terdapat pada makanan,
air, dan juga tanah, sehingga asam asetat secara alami diproduksi pada buah-buahan/makanan
yang telah basi. Asam asetat juga terdapat pelumas vagina manusia dan primata lainnya,
berperan sebagai agen anti-bakteri.[6]

[sunting] Biosintesis asam asetat


Asam asetat merupakan produk katabolisme aerob dalam jalur glikolisis atau perombakan
glukosa. Asam piruvat sebagai produk oksidasi glukosa dioksidasi oleh NAD+ terion lalu segera
diikat oleh Koenzim-A. Pada prokariota proses ini terjadi di sitoplasma sementara pada eukariota
berlangsung pada mitokondria.

[sunting] Produksi

Pabrik pemurnian asam asetat di tahun 1884

Asam asetat diproduksi secara sintetis maupun secara alami melalui fermentasi bakteri. Sekarang
hanya 10% dari produksi asam asetat dihasilkan melalui jalur alami, namun kebanyakan hukum
yang mengatur bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka haruslah berasal dari proses
biologis. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi
melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui metode-metode alternatif.[7]
Produksi total asam asetat dunia diperkirakan 5 Mt/a (juta ton per tahun), setengahnya diproduksi
di Amerika Serikat. Eropa memproduksi sekitar 1 Mt/a dan terus menurun, sedangkan Jepang
memproduksi sekitar 0.7 Mt/a. 1.51 Mt/a dihasilkan melalui daur ulang, sehingga total pasar
asam asetat mencapai 6.51 Mt/a.[8][9] Perusahan produser asam asetat terbesar adalah Celanese
dan BP Chemicals. Produsen lainnya adalah Millenium Chemicals, Sterling Chemicals,
Samsung, Eastman, dan Svensk Etanolkemi.

[sunting] Karbonilasi metanol


Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi ini, metanol dan
karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat
CH3OH + CO CH3COOH
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri terjadi dalam tiga
tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
(1) CH3OH + HI CH3I + H2O
(2) CH3I + CO CH3COI
(3) CH3COI + H2O CH3COOH + HI
Jika kondisi reaksi diatas diatur sedemikian rupa, proses tersebut juga dapat menghasilkan
anhidrida asetat sebagai hasil tambahan. Karbonilasi metanol sejak lama merupakan metode
paling menjanjikan dalam produksi asam asetat karena baik metanol maupun karbon monoksida
merupakan bahan mentah komoditi. Henry Dreyfus mengembangkan cikal bakal pabrik
karbonilasi metanol pada perusahaan Celanese di tahun 1925.[10] Namun, kurangnya bahan-bahan
praktis yang dapat diisi bahan-bahan korosif dari reaksi ini pada tekanan yang dibutuhkan yaitu
200 atm menyebabkan metoda ini ditinggalkan untuk tujuan komersial. Baru pada 1963 pabrik
komersial pertama yang menggunakan karbonilasi metanol didirikan oleh perusahaan kimia
Jerman, BASF dengan katalis kobalt (Co). Pada 1968, ditemukan katalis kompleks Rhodium,
cis[Rh(CO)2I2] yang dapat beroperasi dengan optimal pada tekanan rendah tanpa produk
sampingan. Pabrik pertama yang menggunakan katalis tersebut adalah perusahan kimia AS
Monsanto pada 1970, dan metode karbonilasi metanol berkatalis Rhodium dinamakan proses
Monsanto dan menjadi metode produksi asam asetat paling dominan. Pada akhir 1990'an,
perusahan petrokimia British Petroleum mengkomersialisasi katalis Cativa ([Ir(CO)2I2]) yang
didukung oleh ruthenium. Proses berbasis iridium ini lebih efisien dan lebih "hijau" dari metode
sebelumnya[11], sehingga menggantikan proses Monsanto.

[sunting] Oksidasi asetaldehida

Sebelum komersialisasi proses Monsanto, kebanyakan asam asetat diproduksi melalui oksidasi
asetaldehida. Sekarang oksidasi asetaldehida merupakan metoda produksi asam asetat kedua
terpenting, sekalipun tidak kompetitif bila dibandingkan dengan metode karbonilasi metanol.
Asetaldehida yang digunakan dihasilkan melalui oksidasi butana atau nafta ringan, atau hidrasi
dari etilena. Saat butena atau nafta ringan dipanaskan bersama udara disertai dengan beberapa
ion logam, termasuk ion mangan, kobalt dan kromium, terbentuk peroksida yang selanjutnya
terurai menjadi asam asetat sesuai dengan persamaan reaksi dibawah ini.
2 C4H10 + 5 O2 4 CH3COOH + 2 H2O
Umumnya reaksi ini dijalankan pada temperatur dan tekanan sedemikian rupa sehingga tercapai
suhu setinggi mungkin namut butana masih berwujud cair. Kondisi reaksi pada umumnya sekitar
150 C and 55 atm. Produk sampingan seperti butanon, etil asetat, asam format dan asam
propionat juga mungkin terbentuk. Produk sampingan ini juga bernilai komersial dan jika
diinginkan kondisi reaksi dapat diubah untuk menghasilkan lebih banyak produk samping,
namun pemisahannya dari asam asetat menjadi kendala karena membutuhkan biaya lebih banyak
lagi.
Melalui kondisi dan katalis yang sama asetaldehida dapat dioksidasi oleh oksigen udara
menghasilkan asam asetat.
2 CH3CHO + O2 2 CH3COOH
Dengan menggunakan katalis modern, reaksi ini dapat memiliki rasio hasil (yield) lebih besar
dari 95%. Produk samping utamanya adalah etil asetat, asam format dan formaldehida, semuanya
memiliki titik didih yang lebih rendah daripada asam asetat sehingga dapat dipisahkan dengan
mudah melalui distilasi.

[sunting] Penggunaan

Botol berisi 2,5 liter asam asetat di laboratorium


Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia.
Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi

monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain itu asam asetat juga digunakan
dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk
penggunaan dalam cuka relatif kecil.

[sunting] Keamanan
Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan penuh hati-hati. Asam
asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta iritasi pada membran
mukosa. Luka bakar atau lepuhan bisa jadi tidak terlihat hingga beberapa jam setelah kontak.
Sarung tangan latex tidak melindungi dari asam asetat, sehingga dalam menangani senyawa ini
perlu digunakan sarung tangan berbahan karet nitril. Asam asetat pekat juga dapat terbakar di
laboratorium, namun dengan sulit. Ia menjadi mudah terbakar jika suhu ruang melebihi 39 C
(102 F), dan dapat membentuk campuran yang mudah meledak di udara (ambang ledakan:
5.4%-16%).

Asam asetat adalah senyawa korosif


Konsentrasi
Molaritas
Klasifikasi Frase-R
berdasar berat
10%25%
1.674.16 mol/L Iritan (Xi) R36/38
25%90%
4.1614.99 mol/L Korosif (C) R34
>90%
>14.99 mol/L
Korosif (C) R10, R35
Larutan asam asetat dengan konsentrasi lebih dari 25% harus ditangani di sungkup asap (fume
hood) karena uapnya yang korosif dan berbau. Asam asetat encer, seperti pada cuka, tidak
berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi manusia
maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan
yang mematikan pada keasaman darah.

[sunting] Lihat pula

Asam karboksilat
Asetat

Acetobacter

[sunting] Referensi

1. ^ a b http://webbook.nist.gov/cgi/cbook.cgi?ID=C64197&Units=SI&Mask=4#ThermoPhase
2. ^ (en) Roger Blench, Matthew Spriggs, Archaeology and language, Volume 35,
Routledge, 1999, ISBN 0-415-11786-0, 9780415117869
3. ^ Jones, R.E.; Templeton, D.H. (1958). "The crystal structure of acetic acid". Acta
Crystallogr. 11(7), 48487.
4. ^ James M. Briggs; Toan B. Nguyen; William L. Jorgensen. Monte Carlo simulations of
liquid acetic acid and methyl acetate with the OPLS potential functions. J. Phys. Chem.
1991, 95, 3315-3322.
5. ^ James B. Togeas. Acetic Acid Vapor: 2. A Statistical Mechanical Critique of Vapor
Density Experiments. J. Phys. Chem. A 2005, 109, 5438-5444. DOI:10.1021/jp058004j
6. ^ Dictionary of Organic Compounds (6th Edn.), Vol. 1 (1996). London: Chapman &
Hall. ISBN 0-412-54090-8
7. ^ Yoneda, Noriyki; Kusano, Satoru; Yasui, Makoto; Pujado, Peter; Wilcher, Steve (2001).
Appl. Catal. A: Gen. 221, 253265.
8. ^ "Production report". Chem. Eng. News (July 11, 2005), 6776.
9. ^ Suresh, Bala (2003). "Acetic Acid". CEH Report 602.5000, SRI International.
10. ^ Wagner, Frank S. (1978) "Acetic acid." In: Grayson, Martin (Ed.) Kirk-Othmer
Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd edition, New York: John Wiley & Sons.
11. ^ Lancaster, Mike (2002) Green Chemistry, an Introductory Text, Cambridge: Royal
Society of Chemistry, pp. 262266. ISBN 0-85404-620-8.

[sunting] Pranala luar

(en) Acetic Acid dari Encyclopdia Britannica


(en) Halaman data asam asetat

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat"


Kategori: Asam organik

Asetat anhidrida
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Kerangka molekul anhidrida asetat


Anhidrida asam asetat, (Nama IUPAC: etanoil etanoat) dan disingkat sebagai Ac2O, adalah
salah satu anhidrida asam paling sederhana. Rumus kimianya adalah (CH3CO)2O. Senyawa ini
merupakan reagen penting dalam sintesis organik. Senyawa ini tidak berwarna, dan berbau cuka
karena reaksinya dengan kelembapan di udara membentuk asam asetat.

[sunting] Produksi
Anhidrida asetat dihasilkan melalui reaksi kondensasi asam asetat, sesuai persamaan reaksi

25% asam asetat dunia digunakan untuk proses ini [1]. Selain itu, anhidrida asetat juga dihasilkan
melalui reaksi asetil klorida dengan natrium asetat
H3C-C(=O)Cl + H3C-COO Na+ Na+Cl + H3C-CO-O-CO-CH3

[sunting] Reaksi
Anhidrida asetat mengalami hidrolisis dengan pelan pada suhu kamar, membentuk asam asetat.
Ini adalah kebalikan dari reaksi kondensasi pembentukan anhidrida asetat
(CH3CO)2O + H2O 2CH3COOH
Selain itu, senyawa ini juga bereaksi dengan alkohol membentuk sebuah ester dan asam asetat.
Contohnya reaksi dengan etanol membentuk etil asetat dan asam asetat.
(CH3CO)2O + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + CH3COOH
Anhidrida asetat merupakan senyawa korosif, iritan, dan mudah terbakar. Untuk memadamkan
api yang disebabkan anhidrida asetat jangan menggunakan air, karena sifatnya yang reaktif
terhadap air. Karbon dioksida adalah pemadam yang disarankan.[2]

[sunting] Catatan kaki


1. ^ Greener Industry. Ethanoic Acid Major Uses. Diakses pada 25 Maret 2006.
2. ^ Data Sheets. International Occupational Safety and Health Information Centre.

Diakses pada 13 April 2006.


Artikel bertopik senyawa kimia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu
Wikipedia dengan mengembangkannya.

BAHAN KIMIA DALAM MAKAN


Banyak cara yang dilakukan untuk memperbaiki karakteristik berbagai jenis makanan, salah sayunya
adalah dengan cara menambahkan zat adiktif dalam makanan tersebut. Zat yang dengan atau tidak
disengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk memperbaiki nilia gizi dan cita rasa, mengawetkan,
atau memantapkan serta memperbaiki tampilan disebut zat Adiktif.. Permasalahannya sekarang adalah
bahwa tidak sedikit masyarakat yang mengunakan zat adiktif untuk makanan dengan takaran yang
berlebihan atau bahkan menggunakan zat adiktif yang bukan diperuntukkan untuk makanan, misalnya zat
pewarna untuk kertas atau kayu tetapi digunakan untuk pewarna berbagai macam jajanan anak-anak.
( Dapatkah kamu memberikan beberapa contoh jenis jajanan anak-anak yang diperkirakan
menggunakan pewarna bukan pewarna untuk makanan? )
A. BAHAN KIMIA PEWARNA DALAM MAKANAN.
Berbagai macam jenis makanan yang kita jumpai di pasaran banayak yang menggunakan
pewarna, tujuannya adalah untuk memperbaiki penampilan sehingga banyak pembeli yang tertarik untuk
membeli makanan tersebut. Namun perlu disadari ternyata banyak makanan terutama jajanan pasar
yang menggunakan zat pewarna bukan pewarna khusus untuk makanan melainkan pewarna untuk
kertas, kain atau kayu.Hal ini sangat membahayan kesehatan manusia yang mengkonsumsi makanan
tersebut.
1. Pewarna Alami
Sebenarnya di lingkungan sekitar banyak bahan-bahan alami yang dapat dijadikan sebagai bahan
pewarna makanan dan bahan tersebut mudah didapat serta harganya relatif sangat murah dan aman
bagi kesehatan. Berikut beberapa bahan pewarna alami yang dapat digunakan sebagai pewarna
makanan.
1) Kunyit (zat warna kurkumin) untuk memberi warna pada nasi kuning, selai, membuat warna tahu menjadi
kuning juga menjadi lebih awet.
2) Daun suji mengandung zat warna klorofil yang menyebabkan kue pisang, rati kukus berwarna hijau
menawan.
3) Cabai merah yang mengandung zat warna kapxantin menghasilkan warna merah pada dendang daging.
4) Warna coklat pada karamel kembang gula karamelisasi sukrosa melalui pemanasan sekitar 170 0 C.
5) Bit mengandung zat warna antosianin yang berwarna abu violet pada pH 8 dan merah pada pH lebih
rendah merah.

6) Daun jati (Tectona grandis), daun jati dapat memberikan warna merah kecoklatan. Hal ini dapat dilihat
contohnya pada pembuatan gudeg Jogjakarta, caranya pada saat buah nagka direbus dengan air dan
daging kemudian ditambahkan selembar dau jati yang sudah dicuci terlebih dahulu sehingga gudeg
berwarna merah kecoklatan.
7) Oman,
Oman terbuat dari batang padi (Jawa : damen) yang dibakar dan direndam dalam air sehingga air
berwarna hitam setelah disaring , air inilah yang biasanya digunakan untuk zat warna pada makanan,
misalnya jajanan pasar tradisional cenil, ciwel,gatot dan lain-lainnya.
8) Wortel
Wortel mengandung beta karotin (provitamin A) yang merupakan zat warna kuning pada wortel
9) Keluak (Pangium edule)
Di jawa timur, kita pasti akan menemukan masakan rawon. Rawon dibuat dari daging sapi yang diberi
kuah dengan warna coklat kehitaman, warna ini diperoleh dari bahan yang dinamakan keluak. Caranya
adalah keluak dipecahkan dan isinya kita campur dengan bumbu-bumbu lain.Beta-karoten (provitamin A)
adalah zat warna kuning pada wortel
10) Pewarna alami lainnya misalnya coklat. Coklat selain berfungsi sebagai pewarna, juga berfungsi sebagai
perasa. Coklat diperoleh dair tumbuhan coklat itu sendiri.
11) Jeruk dapat memberikan warna kuning alami pada berbagai macam minuman.
12) Arang sekam dapat memberikan warna hitam makanan yang terbuat dari singkong kering ( jawa ;
gentilut )
13) Daun katu dapat memberkan warna hijau pada tape ketan.
14) Gula merah memberikan warna merak pemanis es atau kembang gula ( gulali = gelali )
2. Pewarna Buatan
Pewarna alami lebih aman dikonsumsi tetapi macamnya terbatas, dan sulit untuk
memperolehnya dalam jumlah besar sehingga industri makanan lebih senang menggunakan pewarna
sintetis.Bahan kimia buatan yang sering digunakan bisa berbentuk serbuk, pasta ataupun cairan
pewarna. Namun harus diingat bahwa penggunaan baham kimia buatan ini tidak boleh terlalu banyak,
karena dapat menimbulkan efek samping yang cukup berbahaya.
Bahan pewarna yang masih diperbolehkan untuk dipakai yaitu amarant (pewarna merah),
tartrazine (pewarna kuning), erythrosine (pewarna merah), fast green FCF (pewarna hijau), sunset yellow
(pewarna kuning), dan brilliant blue (pewarna biru). Meskipun bahan pewarna tersebut diizinkan, tetapi
penggunaannya tidak boleh berlebihan sebab dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan tubuh.
Catatan : rhodamin-B (pewarna merah), dan methanil yellow (pewarna kuning). Pewarna ini tergolong
pewarna sintetis. Khusus untuk methanil yellow dan rhodamin-B hanya diperbolehkan untuk pewarna
barang hasil industri seperti plastik, tekstil, kertas, keramik, ubin, dan sebagainya. Zat pewarna sintetis ini
bersifat racun jika digunakan dalam pewarna makanan dan dapat memicu pertumbuhan zat karsinogenik
yang menyebabkan munculnya penyakit kanker.
Penggunaannnya pewarna sintetis harus berhati-hati dan tidak melebihi dosis (< 300 bagian
perjuta/BP). Zat warna yang boleh digunakan dalam makanan harus yang berlabel FD&C (food drugs &
cosmetics).
B. BAHAN KIMIA PEMANIS DALAM MAKANAN
1. Pemanis Alami
Bahan pemanis utama yang digunakan untuk menambah citra rasa manis pada makanan
Pemanis yang utama pada makanan adalah sukrosa. Sukrosa dapat diperoleh baik dalam bentuk gula
pasir, gula jawa atau gula kelapa. Gula selain sebagai pemanis juga dapat berfungsi sebagai sumber
energi yang sangat potensial. Zat pemanis alami yang biasa digunakan, dibedakan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut.

1) Pemanis nutritif
Pemanis nutritif adalah pemanis alami yang menghasilkan kalori. Pemanis nutritif berasal dari tanaman
(sukrosa/ gula tebu, gula bit, xylitol dan fruktosa), dari hewan (laktosa, madu), dan dari hasil penguraian
karbohidrat (sirop glukosa, dekstrosa, sorbitol). Kelebihan pemanis ini dapat mengakibatkan obesitas,
karena kandungan kalorinya yang tinggi.
2) Pemanis nonnutritif
Pemanis nonnutritif adalah pemanis alami yang tidak menghasilkan kalori. Pemanis nonnutritif berasal
dari tanaman (steviosida), dan dari kelompok protein (miralin, monellin, thaumatin).
2. Pemanis Makanan Buatan
Sakarin( gula sukrosa ) atau "biang gula" memiliki tingkat kemanisan 350 500 kali gula alami,
penggunaan sakarin yang berlebihan dapat menyebabkan rasa pahit getir pada makanan atau minuman
dan juga berbahaya.
Siklamat, Siklamat merupakan pemanis buatan yang dapat mempertajam rasa manis sampai
300 kali lebih manis dari gula. Siklamat mempunyai nilai kalori yang lebih rendah dibanding gula. Hasil
metabolisme siklamat merupaka zat yang bersifat karsinogenik, sehingga penggunaannya perlu dibatasi
atau dilarang sama sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan siklamat dapat
mengakibatkan tumor kantung kemih pada binatang percobaan.
Sorbitaol dan Aspartam, Banyak digunakan untuk orang diet atau untuk minuman rendah kalori
dan untuk penderita penyakit kencing manis atau diabetes.
Kalium-asesulfam, Serbuk kristal dengan kemanisan 200 kali gula ini rasa manisnya bersih dan
tidak menetap
Catatan : Tahun 1998, FDA (Food and Drug Administrasion) menyetujui penggunaan pemanis baru yaitu
sukralose yang memiliki tingkat kemanisan 600 kali gula, molekul pemanis ini tidak diserap oleh tubuh.

C. BAHAN KIMIA PENGAWET DALAM MAKANAN


1. Bahan Pengawet Alami
Beberapa cara sederhana untuk mengawetkan bahan makanan secara alamiah diantaranya
adaalah dengan proses penjemuran seperti pada ikan kering, Pengasapan seperti pada ikan bandeng
panggang, ikan kotok/gabus panggang dll. Pendinginan seperti pada pengawetan bua atau sayur dalam
kulkas, penggaraman pada ikan, penggunaan gula pada pembuatan manisan dll. Akan tetapi pengawetan
makanan dengan cara pemanasan/ pengeringan, pengasapan, pendinginan masih terdapat banyak
kelemahannya, di antaranya beberapa mikroba penyebab penyakit dapat hidup walaupun pada suhu
yang tinggi serta suhu yang dingin, disamping itu dengan proses pemanasan atau pendinginan dapat
menyebabkan menurunkan nilai gizi, hal ini disebabkan rusaknya kandungan zat dalam makanan karena
proses tersebut. Contoh protein akan rusak dengan pemanasan suhu yang tingi. Pengawet yang paling
aman adalah pengawet alamiah seperti gula, garam dapur, dan asam jawa.
1. Bahan Pengawet Buatan
a) Larutan asam cuka 4 %
Larutan asam cuka 4 % adalah merupakan bahan pengawet yang digunakan untuk mengawetkan
bermacam-macam roti. Larutan ini berfungsi menghambat pertumbuhan kapang (sejenis jamur).
b) Asam sitrat (citrat acid)
Asam sitrat berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat ini mudah larut dalam air, spirtus, dan etanol,
tidak berbau, rasanya sangat asam, serta jika dipanaskan akan meleleh kemudian terurai yang
selanjutnya terbakar sampai menjadi arang. Asam sitrat juga terdapat dalam sari buah-buahan seperti
nanas, jeruk, lemon, dan markisa. Asam ini dipakai untuk meningkatkan rasa asam (mengatur tingkat
keasaman) pada berbagai pengolahan minuman, produk air susu, selai, jeli, dan lain-lain. Asam sitrat
berfungsi sebagai pengawet pada keju dan sirup, digunakan untuk mencegah proses kristalisasi dalam
madu, gula-gula, dan juga untuk mencegah pemucatan berbagai makanan, misalnya buah-buahan

c)

d)
e)

f)

g)

a.
b.
c.
d.
e.

kaleng dan ikan. Larutan asam sitrat yang encer dapat digunakan untuk mencegah pembentukan bintikbintik hitam pada udang. Penggunaan maksimum dalam minuman sebesar 3 gram/liter sari buah.
Ester metil dan propil paraben atau asam sorbat
Asam sorbat adalah bahan pengawet yang digunakan dalam produk keju, sari buah minuman anggur,
dan produk panggang. Asam sorbat digunakan untuk mencegah pertumbuhan jamur atau khamit pada
derajat keasaman optimum.
Garam nitrit dan nitrat
Garam nitrit dan nitrat merupakan bahan yang digunakan sebagai pengawet daging dan keju.
Asam propionat (natrium propionat atau kalsium propionat)
Sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Untuk bahan tepung terigu, dosis
maksimum yang digunakan adalah 0,32% atau 3,2 gram/kg bahan; sedangkan untuk bahan dari keju,
dosis maksimum sebesar 0,3% atau 3 gram/kg bahan.
Benzoat (acidum benzoicum, flores benxoes atau benzoic acid)
Benzoat biasa diperdagangkan sebagai gram natrium benzoat, dengan ciri-ciri berbentuk serbuk atau
kristal putih, halus, sedikit berbau, berasa payau, dan pada pemanasan yang tinggi akan meleleh dan
terbakar. Benzoat juga banyak digunakan sebagai pengawet minyak goreng.
Sendawa
Merupakan senyawa organik yang berbentuk krsital putih atau tak berwarna, rasanya asin dan sejuk.
Sendawa mudah larut dalam air dan meleleh pada suhu 377 0C. Ada tiga bentuk sendawa, yaitu kalium
nitrat, kalsium nitrat, dan natrium nitrat. Sendwa dapat dibuat dengan mereaksikan kalium klorida dengan
asam nitrat atau natrium nitrat.
Dalam industri biasa digunakan untuk korek api, bahan peledak, pupupk, dan juga untuk pengawet
bahan pangan. Penggunaan maksmumnya sebanyak 0,1% atau 1 gram / kh bahan.
BHA (butil hidroksianisol)
BHT (butil hidrositoluen)
PG (propilgat)
Tokoferol (vitamin E)
Asam askorat (vitamin C)

D. BAHAN KIMIA PENYEDAP DALAM MAKANAN


1. Bahan penyedap alami
Rasa sedap pada makanan ukurannya relatif, artinya tergantung yang merasakan.Rasa sedap
itu itu bisa saja rasa pedas, kecut, asin, manis atau kombinasi dari rasa-rasa tersebut, misalnya rempahrempah yang berupa Polo dapat memberi citra rasa sedap dan pedas pada sayur Sop. Daun salam dapat
memberi rasa sedap khas sayur Lode, belimbimng wuluh dapat memberi citra rasa sedap pada sayur
asam dll. Bisahkah kalian menyebutkan macam rempah rempah yang dijadikan sebagai penyedap
makanan ?

2. Bahan Penyedap Buatan


a. MSG
Bahan penyedap yang sering digunakan adalah vetsin atau disebut sebagai monosodium
glutamat dan disingkat MSG. MSG banyak terdapat dalam hampir semua makanan ringan. Bahkan jika
orang memasak hampir tidak pernah ketinggalan MSG. MSG akan bersifat aman dan tidak berbahaya
sejauh penggunaannya tidak berlebihan. Menurut Badan Pengawasan Makanan Internasional, batas
pemakaian MSG adalah 2-3 gram / hari. Di Indonesia konsumsi MSG yang aman adalah 1,8 3,0 gram /
hari untuk dewasa dan 0,18 0,2 gram / hari untuk balita.
Dampak negatif dari pemakaian MSG adalah penyakit yang disebut Sindrom Restoran Cina
(Chinesse Restaurant Syndrome). Selain itu juga dapat menimbulkan kesemutan pada leher, rahang
bawah, lengan serta punggung terasa panas. Selain itu menurut FDA (Food and Drug Administration)
pemakaian MSG secara terus menerus dapat memicu beberapa gejala penyakit antara lain tekanan
darah tinggi, jantung berdebar, stroke ringan, gangguan tidur, asma, sulit menelan dan kegemukan.
Kelebihan MSG dalam tubuh anak kecil dapat mengakibatkan kelemahan atau kerusakan syaraf otak.

b. Aroma buah-buahan
Minuman ringan maupun jajanan anak-anak semacam agar-agar dan bermacam-macam kue memiliki
rasa buah-buahan yang segar. Rasa buah-buahan tersebut didapat dari senyawa kimia tertentu seperti
berikut ini .
Senyawa amil kaproat memberikan aroma apel dan nanas
Senyawa benzaldehida menimbulkan aroma cherry dan almond
Senyawa amil asetat menimbulkan aroma pisang
Senyawa benzil asetat menimbulkan aroma strawberry.
c. Aroma Bunga-bungan : Aroma bunga-bungaan ditimbulkan dari senyawa sitronelal
d. Vanili : Senyawa vanili menjadikan makanan seperti es campur dan kolak pisang terasa lebih lezat.
e. Senyawa diasetil : Dengan menambahkan senyawa diasetil, akan diperoleh aroma mentega.
Senyawa menthol :
Pencampuran senyawa mentol pada kembang gula atau permen dan rokoK akan memberikan
aroma mint yang menyegarkan.

Anda mungkin juga menyukai