Kajian 2002
Kajian 2002
SAMBUTAN
Perlindungan dan Jaminan Sosial menjadi isu yang perlu
dipikirkan setelah berakhirnya kegiatan Jaring Pengaman Sosial
(JPS/Social Safety Net) pada tahun 2002. JPS dirancang sebagai
suatu program penyelematan atau rescue program untuk mengatasi
dampak krisis sosial dan ekonomi yang dialami Indonesia pada
tahun 1997. Target JPS adalah kelompok masyarakat miskin yang
semakin meningkat jumlahnya karena dampak krisis. Paska JPS
sampai sekarang, pemerintah telah mengalihkan beberapa kegiatan
yang dibiayai dana JPS ke kegiatan sektoral yang dibiayai oleh
APBN. Hal ini dapat dikenali terutama dari beberapa kegiatan di
sektor kesehatan, pendidikan, keluarga berencana,
dan
kesejahteraan sosial.
Sementara itu, kesadaran pemerintah akan perlunya suatu
jaminan sosial terlihat dari pembentukkan suatu Tim Sistem Jaminal
Sosial Nasional (Tim SJSN) melalui Surat Keputusan Presiden RI
tahun 2001, yang tujuan utamanya adalah memfasilitasi terbitnya
Undang undang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Adapun kajian awal sistem perlindungan dan jaminan sosial
(SPJS) mengacu kepada amanat UUD 1945 maupun UUD 1945
Amandemen ke IV. Suatu SPJS juga merupakan bentuk bantuan bagi
masyarakat miskin dan rentan ketika berbagai goncangan terjadi,
seperti krisis sosial dan ekonomi tahun 1997 itu. Kerentanan juga
dapat ditimbulkan oleh perubahan paradigma internasional seperti
globalisasi yang sangat berkaitan erat dengan daya saing di pasar
bebas internasional. Belum lagi dikaitkan dengan perubahan
paradigma di lingkup dalam negeri, seperti reformasi dan
desentralisasi. Semua hal tersebut, menyebabkan pergeseran
tatanan sosial dan lokal. Kerentanan masyarakat, yang sering
berbentuk kemiskinan pada tahap intervensi awal dapat segera
diatasi antara lain dengan akses untuk memperoleh jaminan dan
perlindungan sosial.
Dengan demikian hak-hak rakyat untuk
memperoleh pelayanan sosial dasar akan sama dan terjaga di
seluruh wilayah NKRI.
Harapan saya, kajian awal yang dilaksanakan oleh Direktorat
Kependudukan, Kesejahteraan Sosial dan Kependudukan secara
swakelola ini dapat menjadi salah satu bahan di samping hasil
studi dan laporan lain yang dikerjakan berbagai pihak, seperti yang
telah diselesaikan oleh Tim SJSN, Depkes dan Depsos, serta ILO
penyusunan kebijakan pemerintah untuk mewujudkan suatu Sistem
Perlindungan dan Jaminan Sosial Nasional yang mantap dan
berkelanjutan, bagi seluruh rakyat Indonesia.
ii
KATA PENGANTAR
Kajian awal sistem perlindungan dan jaminan sosial (SPJS)
dilaksanakan oleh Direktorat Kependudukan, Kesejahteraan Sosial
dan Pemberdayaan Perempuan, sebagai bentuk kegiatan Unit Kerja
Eselon II, Bappenas, tahun anggaran 2002. Semua kegiatan mulai
dari persiapan, penyelenggaraanseminar dan diskusi, interview di
pusat dan daerah, sampai dengan penyusunan laporan dikerjakan
dalam tahun anggaran 2002. Penyajian laporan sementara dan
penyempurnaan laporan akhir dikerjakan dalam awal tahun 2003.
Kajian ini dilandasi oleh pentingnya pelayanan dan
perlindungan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sesuai dengan
UUD 1945 Amandemen II pasal 28 H, ayat 3 menyatakan, bahwa
setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia bermartabat.
Di samping itu, perubahan keempat UUD 1945, tanggal 10 Agustus
2002,
Pasal
34
ayat
2
menyatakan,
bahwa
Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan. Disadari bahwa kajian SPJS
merupakan langkah awal menuju terwujudnya suatu SPJS nasional
yang terstruktur. Oleh karena itu, kajian ini lebih merupakan suatu
pemetaan dari perlindungan dan jaminan sosial yang ada di
Indonesia sampai saat ini, daripada suatu kajian tentang model SPJS
nasional untuk Indonesia. Dengan demikian hasil kajian awal ini
perlu dikembangkan lebih jauh dan diperkaya dengan berbagai
telaah dan studi lain yang berkaitan dengan jaminan dan
perlindungan sosial, untuk sampai kepada
suatu bentuk SPJS
Nasional yang baik dan tepat untuk Indonesia.
Pentingnya suatu SPJS nasional sudah mulai disadari banyak
kalangan. Namun, di pihak lain, pertanyaan yang sifatnya
meragukan kepentingan SPJS khususnya di negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia juga diutarakan oleh pihak-pihak
yang pesimistik. Beberapa pernyataan mengatakan bahwa SPJS
hanya tepat untuk negara maju yang telah mapan dan mampu
membiayai keperluan masyarakatnya sendiri. Adapula yang
menyatakan bahwa kenyataan yang terjadi di beberapa negara
maju justru menyiratkan bahwa suatu SPJS nasional justru menjadi
beban pemerintah. Misalnya, sistem semacam SPJS yang juga
dikenal sebagai social security system dari tahun ketahun
memerlukan biaya yang meningkat karena semakin bertambahnya
jumlah penduduk yang perlu memperoleh perlindungan sosial
karena berbagai masalah sosial, seperti kemiskinan, yang dialami
para orang-tua tunggal terutama para wanita kepala rumah tangga,
anak terlantar dan anak jalanan, dan semakin meningkatnya jumlah
penduduk yang menganggur karena semakin sempitnya lapangan
kerja yang ada.
iii
iv
ABSTRAKSI
Kajian awal Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial (SPJS)
merupakan kajian baru. Permasalahan yang dihadapi sehingga
kajian ini diperlukan adalah: Berbagai skema perlindungan dan
jaminan sosial telah berjalan saat ini namun penduduk yang dapat
menikmati manfaatnya sangat terbatas. Bahkan rakyat miskin
masih belum dapat menikmati jaminan sosial. Sesuai mandat UUD
1945, pemerintah perlu untuk menata ulang berbagai bentuk
perlindungan dan jaminan sosial yang sudah ada, dan membuatnya
menjadi suatu Sistem Perlindungan Sosial yang lebih utuh dan
memberikan efisiensi dan efektivitas yang lebih optimal. Untuk lebih
memahami skema-skema yang ada baik landasan hukum, cakupan
manfaat, penerima manfaat, maupun sistem pendanaannya, perlu
dilakukan pemetaan dan pemotretan sistem perlindungan sosial
saat ini.
Temuan dan rekomendasi kajian untuk mengatasi masalah di
atas adalah: (a) bantuan social hanya mencakup sebagian
penduduk miskin dan rentan, (b) asuransi social elum mencakup
seluruh penduduk Indonesia (WNI); masih terbatas bagi pekerja
sektor formal (swasta, PNS, dan TNI/Polri), (c) penduduk miskin yang
dicakup adalah around the poverty line atau being transitory poor,
(d) belum ada desain standar minimum untuk berbagai bentuk
asuransi dan bantuan social, (e) pengelolaan SPJS dilakukan oleh
banyak lembaga (scattered), dan tidak integrated, (f) masingmasing lembaga penyelenggara mempunyai landasan hukum
sendiri, dan belum ada suatu undang-undang yang dapat
memayungi secara menyeluruh pada suatu jaminan sosial secara
nasional dan terintegrasi (g) nilai-nilai budaya lokal ada yang telah
berfungsi sebagai sistem perlindungan sosial, dan (f) dari segi
cakupan jaminan sosial masih ada beberapa area yang belum
ditanganani oleh skema yang ada.
Rencana pemanfaatan temuan dan rekomendasi dari kajian
ini: Hasil dari kajian ini akan menjadi langkah menuju
pengembangan rumusan rekomendasi bagi kebijakan publik Sistem
Perlindungan dan Jaminan Sosial yang lebih utuh, efisien, dan
efektif.
DAFTAR ISI
SAMBUTAN...............................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
ABSTRAKSI.............................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
I. PENDAHULUAN..............................................................................................
II. LATAR BELAKANG DAN TUJUAN..........................................................
1. Tujuan...........................................................................................................
III. METODOLOGI.................................................................................................
IV. GAMBARAN UMUM SISTEM PERLINDUNGAN DAN
JAMINAN SOSIAL YANG ADA DI INDONESIA...............................
1. Pengertian................................................................................................
2. Aspek hukum..........................................................................................
3. Target beneficiaries..............................................................................
4. Cakupan Manfaat..................................................................................
5. Pendanaan (Premi)................................................................................
5.1.Asuransi sosial...................................................................................
5.2 Bantuan sosial....................................................................................
6. Kelembagaan..........................................................................................
7. Sistem Jaminan Sosial Nasional.......................................................
8. Kaitan SPJS dengan NIK (Nomor Induk
Kependudukan)..............................................................................................
V. JAMINAN SOSIAL DI BIDANG KESEHATAN.....................................
1. Latar belakang........................................................................................
2. Landasan hukum...................................................................................
3. Konsep dan sistem perlindungan sosial.......................................
VI. JAMINAN SOSIAL DI BIDANG KETENAGAKERJAAN..................
VII. JAMINAN SOSIAL DI BIDANG PENDIDIKAN................................
1. Latar belakang..........................................................................................
2. Landasan hukum......................................................................................
3. Konsep dan sistem perlindungan sosial..........................................
4. Identifikasi dan analisis stakeholders...............................................
5. Target beneficiaries.............................................................................
VIII. JAMINAN SOSIAL HARI TUA DAN PENSIUN.............................
1. Latar belakang........................................................................................
2. Landasan hukum...................................................................................
3. Konsep dan sistem perlindungan sosial.......................................
4. Identifikasi dan analisis stakeholders............................................
5. Target beneficiaries..............................................................................
IX. JAMINAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN
RENTAN...........................................................................................................
1. Latar belakang........................................................................................
2. Landasan hukum...................................................................................
3. Konsep dan sistem perlindungan sosial.......................................
vi
vii
I.
PENDAHULUAN
Pentingnya SPJS dan perubahan pradigma nasional daninternasional
mendorong/mengajak sektor swasta dan masyarakat secara bersamasama untuk mengatasi kemiskinan. Dengan demikian, perlindungan dan
jaminan sosial seyogyanya tidak hanya merupakan program pemerintah,
tetapi juga merupakan program masyarakat yang diharapkan mampu
memberikan perlindungan dan jaminan sosial agar setiap warga negara
dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal hidupnya menuju terwujudnya
kesejahteraan
sosial
bagi
seluruh
rakyat
Indonesia.
Dalam
pelaksanaannya, upaya ini tidak akan berhasil jika hanya melibatkan
pemerintah saja. Isu partnership dengan meningkatkan peran kerjasama
dengan sektor swasta dan masyarakat menjadi semakin penting.
Dalam konteks pembangunan suatu sistem perlindungan dan
jaminan sosial nasional, hal penting yang harus diperhatikan adalah
peran dari masing-masing pemerintah nasional di pusat dan pemerintah
daerah (propinsi dan kabupaten/kota) dalam perlindungan dan jaminan
sosial juga perlu dipertegas. Dengan mengacu kepada UU No. 22 Tahun
2001, keserasian peran pusat dan daerah menjadi sangat penting, karena
kemampuan dan peran pemerintah daerah dalam sistem ini dapat saja
berbeda satu dan lainnya, tergantung dari arah kebijakan dan terutama
kemampuan pembiayaan masing-masing daerah. Implikasi kebijakan
desentralisasi yang telah diberlakukan sejak awal tahun 2001 terhadap
pola pengembangan sistem perlindungan dan jaminan sosial sebenarnya
akan menjadi unsur positif bagi daerah, karena kemiskinan di setiap
tingkatan wilayah dapat diatasi secara holistik. Dalam pelaksanaannya,
perlindungan dan jaminan sosial tidak akan berhasil jika hanya
mengandalkan peran pemerintah saja. Oleh karena itu, isu kerjasama
atau partnership melalui peningkatan peran kerjasama pemerintah
dengan sektor swasta dan masyarakat menjadi sangat penting.
II.
Referensi dasar hukum dan tahap kegiatan dan gambaran SPJS yang
diharapkan
1.
Latar belakang
dan
dan
Pasal 31 ayat 1
Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan
Pasal 34
ayat 1
misalnya
kriminalitas,
domestik, dan ketidakstabilan politik
kekerasan
b.
c.
d.
e.
1. Tujuan
Guna mendukung upaya pemerintah dalam memberikan/
menciptakan perlindungan sosial yang lebih utuh kepada setiap
warganegaranya, maka pemerintah perlu menata ulang berbagai bentuk
perlindungan sosial yang sudah ada, dan membuatnya menjadi suatu
Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial yang lebih efisien dan efektif
serta yang lebih optimal tanpa mengubah sistem yang sudah ada
sekarang ini.
Sebagaimana tertuang dalam Kerangka Acuan, Bappenas
berinisiatif untuk melakukan kajian awal tentang Sistem Perlindungan dan
III. METODOLOGI
Cara pengumpulan data dan informasi serta penyusunan laporan
2.
Bappenda dan dinas terkait, wakil dari DPRD, serta melibatkan para wakil
masyarakat dan perguruan tinggi setempat. Dalam kesempatan itu,
selain membicarkan kegiatan yang telah dilakukan sampai dengan tahun
2002, juga dibahas, pemikiran kedepan termasuk renczana kegiatan yang
menjadi perhatian mereka.
Kegiatan lain yang diselenggarakan adalah in-depth interview
untuk menggali pemikiran dan pandangan pemerintah dan swasta di
sektor terkait. Para pejabat Departemen terkait yang di interview adalah
dari Depnakertrans, Depdiknas, Depkes, Depsos, Depdagri, Depkeham,
dan Depkeu. In-depth interview juga dilakukan dengan beberapa BUMN
selaku penyelenggara perlindungan dan jaminan sosial, yaitu PT Taspen,
PT Jasa Raharja, PT Askes, dan PT Asabri (Catatan, interview dengan PT
Asabri ditangguhkan karena berbagai kendala). Tujuan in-depth interview
adalah untuk memperoleh penjelasan dan klarifikasi yang lebih rinci
tentang perlindungan dan jaminan sosial yang diselenggarakan. Di
samping itu, juga digali pemikiran dan pandangan mereka akan SPJS
nasional untuk Indonesia.
Kegiatan lainnya adalah menyusun kebijakan SPJS, yang digali
berdasarkan bahan-bahan yang telah dikumpulkan. Setiap kebijakan pada
aspek-aspek tersebut yang telah diterbitkan dikaji pada tataran
implementasi serta benefit pada masyarakat tertentu. Pada tataran
kebijakan akan dievaluasi apakah kebijakan tersebut masih/cukup relevan
pada kerangka waktu yang sekarang dan yang akan datang. Pada
akhirnya, diharapkan dapat dirumuskan suatu rekomendasi kebijakan
perlindungan dan jaminan sosial yang ditujukan untuk menjamin
kelangsungan hidup bagi individu, keluarga, dan masyarakat apabila
terjadi suatu eksternal shock pada kehidupan mereka.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kajian awal ini lebih
merupakan suatu pemetaan dari skema perlindungan dan jaminan sosial
yang ada sampai tahun 2002. Dengan demikian pada tahap selanjutnya,
kemungkinan pada tahun anggaran 2003, akan dirumuskan suatu
kerangka SPJS yang mungkin sesuai dengan keperluan Indonesia.
Kebijakan pada salah satu aspek dapat berpengaruh pada aspek lainnya.
Contohnya, instrumen perlindungan dan jaminan sosial berupa pensiun
dan labor market, tidak mempunyai pengaruh yang menguntungkan pada
keluarga yang bekerja pada sektor informal. Untuk itu, keputusan alokasi
resources antar aspek mempunyai konsekuensi yang penting berkaitan
dengan keadilan. Dengan adanya kerterbatasan public resurces yang
tersedia, maka pendekatan yang terintegrasi memberikan arah dalam
pengambilan keputusan alokasi sumberdaya pada aspek-aspek tertentu,
sehingga akan terjadi tradeoff yang berkeadilan sosial bagi seluruh
masyarakat Indonesia.
Sebagai kelanjutan kajian awal ini, pada tahun 20032004
diharapkan dapat disusun suatu draft awal policy paper. Sebagaimana
diketahui, bahwa social protection tidak hanya dilaksanakan oleh
Pemerintah. Individu dan rumah tangga, market institution (asuransi) juga
mengadopsi social protection. Dengan demikian, jika dimungkinkan, akan
dilakukan diseminasi policy paper tersebut, serta dialog dengan
11
12
1. Pengertian
Dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang ada di
Indonesia saat ini dikenali banyak pengertian/definisi tentang
perlindungan dan jaminan sosial. Misalnya dalam UU No. 6 Tahun 1974
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, dinyatakan
bahwa;
Jaminan sosial sebagai perwujudan dari pada sekuritas
sosial adalah seluruh sistem perlindungan dan
pemeliharaan kesejahteraan sosial bagi WN yang
diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat
guna memelihara taraf kesejahteraan sosial
13
2. Aspek hukum
Landasan hukum perlindungan dan jaminan sosial yang ada saat ini
masih bersifat parsial dan belum terpadu. Meskipun Pembukaan UUD
1945, dan beberapa pasal yang terdapat didalamnya, misalnya Pasal 27
(2), Pasal 31 (1), Pasal 34 (1), dan Pasal 34 (2) hasil amandemen UUD
1945 pada tanggal 10 Agustus 2002 merupakan landasan hukum bagi
14
3. Target beneficiaries
Jaminan sosial hendaknya diperuntukkan bagi seluruh warga
negara Indonesia sesuai dengan hak warga negara dan HAM. Meskipun
demikian, terdapat pemikiran bahwa dengan keterbatasan keuangan
negara, maka: (1) asuransi sosial diperuntukkan bagi seluruh warga
negara Indonesia, sedangkan (2) bantuan sosial hanya bagi kelompok
yang membutuhkan (misalnya penduduk miskin, rentan, dan korban
bencana).
4. Cakupan Manfaat
Cakupan manfaat yang diperoleh melalui asuransi sosial meliputi:
jaminan kesehatan, jaminan hari tua (JHT), pensiun, jaminan kecelakaan
kerja (JKK), jaminan pemutusan hubungan kerja (JPHK), dan santunan
kematian. Cakupan manfaat ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang
bekerja di sektor formal (swasta yang memiliki hubungan kerja), PNS,
dan TNI serta Polri. Sedangkan, mereka yang bekerja di sektor informal
belum dapat menikmati manfaat asuransi sosial ini. Padahal kita
mengetahui, bahwa masih banyak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di
sektor informal.
Sementara itu, cakupan manfaat yang diperoleh melalui bantuan
sosial meliputi: bantuan biaya kesehatan (misalnya melalui kartu sehat
bagi masyarakat miskin), bantuan biaya pendidikan (misalnya melalui
pemberian beasiswa bagi murid dari keluarga miskin), bantuan modal
usaha (misalnya melalui dana bergulir Takesra/Kukesra bagi peserta KB
dari keluarga Pra KS dan KS I), dan bantuan akibat bencana (misalnya
melalui dana sosial bagi korban bencana alam).
15
5. Pendanaan (Premi)
.
Asuransi sosial.
dipikirkan
Bantuan sosial.
6. Kelembagaan
SPJS merupakan suatu sistem perlindungan dan jaminan sosial
nasional yang terpadu dengan memperhatikan kearifan lokal. Seyogyanya
pengelolaan SPJS dilakukan oleh satu lembaga (centralized) yang
independen, yang antara lain mempunyai otoritas untuk mengkoordinir,
memantau pelaksanaan program, mengelola dana dan investasi, serta
melakukan pemasyarakatan program. Prinsip yang digunakan hendaknya
adalah economic scale dan cost-effectivenes. Dengan otonomi daerah,
kelembagaan yang menangani SPJS diharapkan juga akan melibatkan
partisipasi Pemda (termasuk kelembagaan, aspek hukum, dan keuangan).
Kelembagaan SPJS, selain independen, juga harus merupakan lembaga
yang non-profit oriented.
1. Latar belakang
Kesehatan yang baik dan prima memungkinkan seseorang hidup
lebih produktif baik secara sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu,
kesehatan menjadi salah satu hak dan kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi, agar setiap individu dapat berkarya dan menikmati kehidupan
yang bermartabat.
Saat ini jasa pelayanan kesehatan makin lama makin mahal.
Tingginya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh perseorangan,
menyebabkan tidak semua anggota masyarakat mampu untuk
18
2. Landasan hukum
Undang Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan
konstitusi WHO menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental
setiap individu. Oleh karena itu, negara bertanggungjawab untuk
mengatur agar hak hidup sehat bagi penduduknya dapat terpenuhi. MPR
RI melalui perubahan keempat UUD 1945, tanggal 10 Agustus 2002, telah
melakukan pengubahan dan/atau penambahan pada Pasal 34 ayat 2 yang
menyatakan bahwa Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Keputusan MPR RI
tersebut menjadi landasan yang kuat bagi dikembangkannya suatu
sistem jaminan kesehatan bagi keluarga miskin (JPK Gakin) yang terkait
dengan penyelenggaraan sistem jaminan kesehatan yang selama ini telah
dilaksanakan yaitu Jaminan Kesehatan Nasional (Jamkesnas), yang
menjadi bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
19
b.
c.
d.
4.
5.
Target beneficiaries
2)
21
3)
4)
22
Skema jaminan sosial untuk kesehatan dan macam kegiatan APBN sektor
kesehatan yang berkaitan dengan perlindungan sosial
1.
Latar belakang
2.
Landasan hukum
23
3.
24
4.
25
5.
Target beneficieries
26
27
2. Landasan hukum
Landasan hukum pembangunan sistem perlindungan dan jaminan
sosial di bidang pendidikan adalah UUD 1945 Perubahan IV tanggal 10
Agustus 2002, baik pada Pembukaan, maupun dalam beberapa pasalnya.
Dalam Pembukaan UUD 1945, dinyatakan bahwa salah satu tujuan
28
29
2)
3)
persyaratan
penerima dana bantuan operasional (DBO)
sekolah
2)
3)
5. Target beneficiaries
Sasaran sistem perlindungan dan jaminan sosial melalui skema JPS
adalah keluarga-keluarga miskin, baik di perdesaan maupun di perkotaan.
Mereka adalah keluarga-keluarga yang termasuk kategori Keluarga PraSejahtera, Keluarga Sejahtera I dan keluarga miskin lainnya (karena
alasan ekonomi). Di dalamnya antara lain termasuk siswa SD, SLTP, dan
SLTA.
Sedangkan sasaran dari konsep awal SPJS di bidang pendidikan adalah:
1)
2)
3)
4)
anak-anak cacat
5)
daerah
terpencil,
daerah
30
31
2. Landasan hukum
Dewasa ini program pensiun dengan pemupukan dana
diselenggarakan oleh pemberi kerja berdasarkan Staatsblad Tahun 1926
Nomor 377 yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Pasal 1601 s
bagian kedua Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Ketentuan tersebut
32
b.
33
c.
34
5. Target beneficiaries
36
2. Landasan hukum
2.
4.
5.
6.
7.
8.
5. Target beneficiaries
Saat ini BKS permanen yang dilaksanakan adalah Jaminan
Kesejahteraan Sosial Gotong Royong (JKS-GR) yang diberikan dalam
bentuk uang melalui kelompok-kelompok sosial dan ekonomi di dalam
masyarakat. Kelompok-kelompok ini masih difokuskan pada kelompok
penduduk miskin yang tergabung dalam koperasi-koperasi, kelompok
usaha bersama (KUBE), dan lain-lain. Hasil usaha dari kelompok-kelompok
tersebut sebagian disisihkan untuk membantu kesejahteraan PMKS
permanen tadi. Dalam BKS permanen, kelompok penduduk yang menjadi
sasaran utama dari kegiatan JKS Gotong Royong (JKS-GR) adalah lansia
terlantar, anak terlantar, anak yatim piatu miskin, dan penyandang cacat
fisik dan mental (cacat ganda).
Sementara itu, untuk BKS sementara, sasaran utamanya adalah
korban bencana alam dan bencana sosial untuk menstimulasi
keberdayaan mereka menuju kemandirian. Sedangkan sasaran utama
Askesos adalah pencari nafkah utama dalam keluarga miskin dan bekerja
di sektor informal seperti pedagang kaki lima, tukang becak, pedagang
sayur, dan lain-lain.
39
40
2. Permasalahan
Berkenaan dengan upaya pemberian atau penerapan nomor
identitas tunggal oleh Pemerintah terdapat beberapa permasalahan yang
perlu untuk ditindaklanjuti pemecahannya secara terpadu antar instansi,
baik di tingkat pusat maupun daerah, yaitu :
1.
2.
3.
4.
41
3. Langkah-langkah kebijakan
Beberapa langkah kebijakan dapat dilakukan untuk menciptakan suatu
sistem pengenal tunggal (NIK), antara lain melalui:
1.
Mempersiapkan
langkah-langkah
penyusunan
peraturan
perundang-undangan di bidang informasi kependudukan. Pada
tanggal 2 Oktober 2002 telah dikeluarkan Nota Kesepahaman
antara Menteri Dalam Negeri, Komisi Pemilihan Umum, dan Badan
Pusat Statistik tentang pendaftaran pemilih dan pendataan
penduduk berkelanjutan. Langkah ini merupakan momentum awal
yang penting dalam mempercepat pembentukan database
kependudukan nasional, yang pada akhirnya dapat memberikan
nomor identitas tunggal bagi setiap penduduk Indonesia.
2.
3.
4.
5.
6.
untuk
menata
42
8.
Tingkat Kecamatan, terdiri dari: verifikasi berka s dan syaratsyarat pendaftaran penduduk, perekaman elemen biodata,
pencetakan dokumen dan pengesahan (KK, KTP), dan pencetakan
laporan/statistik (bahan analisis).
9.
10.
11.
43
Pelayanan sosial:
kesehatan,
pendidikan,
Pelayanan Jaminan
Sosial
Jasa Layanan:
Telp, Air,
Listrik
Perijinan:
Usaha,
Perdagangan
Pelayanan
Perbankan
Database
(N I K)
Keimigrasian:
Passport, KITAS
Pelayanan
Kepemilikan:
Sertifikat tanah, IMB
44
45
47
5. Peraturan perundangan-undangan
Perlu disusun suatu undang-undang Sistem Perlindungan dan
Jaminan Sosial yang mengatur seluruh penyelenggaraan perlindungan
dan jaminan sosial yang akan memberikan perlindungan sosial yang lebih
menyeluruh dan terpadu kepada rakyat Indonesia baik melalui
pendekatan asuransi sosial maupun bantuan sosial.
48
2.
3.
4.
5.
6.
8.
9.
2. Rekomendasi
1.
50
2.
3.
51
4.
52
LAMPIRAN
53
Internal
Bappenas
(RR
Dir.
KKSPP,
Bappenas).
Dihadiri
oleh
wakil-wakil
Direktorat KKSPP, KGM, AP, Ketenagakerjaan
dan Analisis Ekonomi, Pengembangan
Otonomi Daerah, dan Direktur Kerjasama
Pembangunan Sektoral dan Daerah dan staf
2) 19 September 2002
3) 25 September 2002
2.
2)
7 November 2002
sosial
NARA SUMBER:
1) Direktur Peraturan Perpajakan - Ditjen Pajak, DEPKEU
2) Direktur Asuransi - Ditjen Lembaga Keuangan, DEPKEU
3) Direktur Dana Pensiun - Ditjen Lembaga Keuangan, DEPKEU
4) Direktur Perundang-undangan - Ditjen Peraturan Perundangundangan, DEPKEHAM
5) Direktur JPKM - Ditjen Binkesmas, DEPKES
6) Direktur Jaminan
DEPNAKERTRANS
Sosial
Ditjen
Hubungan
Industrial,
54
Ditjen
Administrasi
13)
3.
WAWANCARA
Kegiatan ini diselenggarakan di kantor/ruangan di
instansi/lembaga/perusahaan terkait:
1) Akhir September 2002
BKKBN
2) 19 November 2002
Tim SJSN
3) 14 Januari 2003
Depdagri
4) 15 Januari 2003
BPHN
5) 16 Januari 2003
6) 17 Januari 2003
Depsos
7) 20 Januari 2003
Depkeu (Asuransi)
8) 21 Januari 2003
9) 22 Januari 2003
Depkes
10)
24 Januari 2003
Depkeu (Pajak)
11)
27 Januari 2003
Depdiknas
12)
18 Februari 2003
Jasa Raharja
NAMA
JABATAN
INSTANSI
1.
Depkeu
2.
drs. Darmanto
Depnakertrans
3.
Parulian Lumban
Toruan, SH
Depnakertrans
4.
Depdiknas
5.
Bambang Purwanto,
Ph.D, CPPA
PT Jamsostek
6.
Depkeu
55
MPA
7.
Depdiknas
8.
PT Jasa
Raharja
9.
Depdagri
10.
Asnawi, SE
Depsos
11.
Depkes
12.
Tim SJSN
Tim SJSN
13.
BPHN
14.
Direktur SDM
PT Taspen
15.
Drs. Isa
Depkeu-Dana
Pensiun
Deputi
Seswapres
Bidang
Kesra/Kepala
BKKBN
16.
Kabupaten Gianyar
2) 20 Februari 2003
Kabupaten Banyumas
3) 28 Februari 2003
Kota Makassar
56
57
58
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Achmad Subianto (Dirut PT Taspen), Jaminan Sosial Pegawai Negeri
Sipil, Makalah disajikan dalam Seminar Sistem Perlindungan dan
Jaminan Sosial di Bappenas, 30 September 2002.
2. Ahmad Ubbe, SH, MH, Aspek Hukum Perlindungan dan Jaminan
Sosial dalam Pembangunan Hukum untuk Kesejahteraan Rakyat,
Makalah disajikan dalam Seminar Sistem Perlindungan dan Jaminan
Sosial di Bappenas, 7 November 2002.
3. Ari Hindrayono Mahar, Sistem Perlindungan Sosial di Indonesia dan
Permasalahannya, Makalah disajikan dalam Seminar Sistem
Perlindungan dan Jaminan Sosial di Bappenas, 7 November 2002.
4. Baedhowi, Drs., MSi., Konsep Perlindungan dan Jaminan Sosial
Bidang Pendidikan, Makalah disajikan dalam Seminar Sistem
Perlindungan dan Jaminan Sosial di Bappenas, 30 September 2002.
5. BPS, Sensus Penduduk 2000, 2001.
6. BPS, BAPPENAS and UNDP, Indonesia Human Development
Report 2001: Towards a New Consensus, 2002.
7. Depkes dan Kesos-Ford Foundation, Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat (JPKM) Pengertian dan
Pelaksanaannya, Jakarta 2000.
8. Depsos, Jaminan Sosial bagi Kelompok Khusus/Sektor Informal,
Pekerja Mandiri, dan PMKS, Makalah disajikan dalam Seminar
Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial di Bappenas, 30 September
2002.
9. Direktorat Asuransi, Ditjen Lembaga Keuangan-Depkeu, Kebijakan
Asuransi dalam Rangka Mendukung Pengembangan Sistem
Perlindungan dan Jaminan Sosial, Makalah disajikan dalam Seminar
Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial di Bappenas, 7 November
2002.
10.Direksi PT Taspen (Persero), Materi Presentasi Direksi PT Taspen
(Persero), Makalah disajikan dalam Seminar Sistem Perlindungan
dan Jaminan Sosial di Bappenas, 30 September 2002.
11.Direktorat Informasi Kependudukan, Ditjen Adminduk-Depdagri,
Keterkaitan antara Jaminan Sosial dan Sistem Administrasi
Kependudukan, Makalah disajikan dalam Seminar Sistem
Perlindungan dan Jaminan Sosial di Bappenas, 30 September 2002.
12.Direktorat Jamsos, Pengupahan dan Kesejahteraan, Ditjen BinawasDepnakertrans, Jamsostek, Konsep dan Evaluasi Pelaksanaannya,
Makalah disajikan dalam Seminar Sistem Perlindungan dan Jaminan
Sosial di Bappenas, 30 September 2002.
13.Direktorat JPKM-Depkes, Kebijaksanaan Depkes dalam Pelayanan
Kesehatan dengan JPK Gakin, Makalah disajikan dalam Seminar
Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial di Bappenas, 30 September
2002.
59
14.Direktorat JPKM-Depkes, Naskah Akademik Rancangan Undangundang tentang Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, Draft
September 2000.
15.Direktur Dana Pensiun, Depkeu, Kebijakan Dana Pensiun dalam
Rangka Mendukung Pengembangan Sistem Perlindungan dan
Jaminan Sosial, Makalah disajikan dalam Seminar Sistem
Perlindungan dan Jaminan Sosial di Bappenas, 7 November 2002.
16.Direktur PT Jamsostek, Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial bagi
Tenaga Kerja dan Evaluasi Pelaksanaannya, Makalah disajikan
dalam Seminar Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial di
Bappenas, 7 November 2002.
17.Direktur PT (Persero) Askes, Sistem Perlindungan dan Jaminan
Sosial Bidang Kesehatan PT (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia,
Makalah disajikan dalam Seminar Sistem Perlindungan dan Jaminan
Sosial di Bappenas, 7 November 2002.
18.Direktur PT Taspen (Persero), Sistem Jaminan Sosial PNS dalam Era
Korpri Paradigma Baru, Makalah disajikan dalam Seminar Sistem
Perlindungan dan Jaminan Sosial di Bappenas, 7 November 2002.
19.Folland, Goodman, Stano, Social Insurance Programs, 1997.
20.Ign Mayun Winangun, Implementasi Kebijakan Perpajakan dalam
Rangka Mendukung Pengembangan Sistem Perlindungan dan
Jaminan Sosial, Makalah disajikan dalam Seminar Sistem
Perlindungan dan Jaminan Sosial di Bappenas, 7 November 2002.
21.Sherman, Folland, Allen C. Goodman, dan Miron Stano, The
Economics of Health and Health Care (Second edition,
Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey, 1993, pp. 495496
22.Sulastomo, Dr., MPH, AAK, Asuransi Kesehatan Sosial Sebuah
Pilihan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
23._____________ , Asuransi Kesehatan Diperlukan, Kompas, Rabu, 15
Mei 2002.
24.Tim SJSN, Konsep Naskah Akademik Sistem Jaminan Sosial Nasional
(KNA-SJSN), Jakarta, Februari 2003.
25.UNDP, Human Development Report 2002, 2003.
26.Yaumil Ch. Agoes Achir, Jaminan Sosial Nasional Indonesia,
Internet....Wbsite apa,
Agustus 2002.
60