Anl Transport
Anl Transport
4.7.1
Analisis Pola Pergerakan yang dibahas yaitu menyangkut pergerakan angkutan umum
dan barang, dilakukan untuk mengetahui sirkulasi pergerakan yang ada di Provinsi
Papua Barat ditinjau secara regional. Pergerakan yang terjadi umumnya bertumpu pada
jaringan dan rute angkutan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
Tual/Ambon-Sorong.
d. Timika-Kaimana.
e. Jayapura-Sarmi-Nabire-Serui-Korido-Manokwari-Saukorem-Sausapor-SorongBintuni-Babo.
f.
Merauke-Agast-Timika-Tuai-Kaimana-Fak-Fak-Bintuni-Sorong.
4.7.2
Sebelum menganalisis sistem transportasi internal Provinsi Papua Barat, perlu diketahui
kondisi dan karakteristik sarana dan prasarana transportasi yang ada. Identifikasi
terhadap kondisi dan karakteristik sistem transportasi yang ada tersebut adalah faktor
utama yang mempengaruhi pergerakan internal Provinsi Papua Barat baik terhadap
Tabel 4.39
Kondisi, Status dan Hierarki Jalan Utama di Provinsi Papua Barat
No.
Nama Ruas
Manokwari-MaruniPrafi-KebarSnopyAyawasi-KambuayaKlamono-Sorong
Manokwari-MaruniOransbari-RansikiMameh-Bintuni
Status
Ruas
Hierarki
Jalan
Panjang
Ruas (Km)
Aspal
(Km)
Kerikil
(Km)
Tanah
(Km)
Hutan
(Km)
AP
546,00
144,00
332,00
70,00
N/P
AP
253,40
140,00
113,40
Mameh-WindesiAmbaruni-RasieWasior
N/P
KP
346,00
14,00
20,00
312,00
Windesi-BourufWondama-TangguniKaimana
N/P
AP
181,00
17,60
23,40
20,00
120,00
Bouruf-BuferBomberay-Fak-Fak
N/P
AP
311,00
52,50
87,50
21,00
150,00
KambuayaTeminabuan
AP
54,00
33,00
21,00
Sorong-MakbonMega-Sausapor
KP
138,00
36,00
45,00
57,00
Aimas-Seget
KP
116,00
86,00
16,00
14,00
SusumukKamundan-Bintuni
AP
225,00
20,00
205,00
10
Fak-Fak-Siboru
KP
38,80
25,00
13,80
11
Fak-Fak-Kokas
KP
44,00
44,00
2.253,00
492,10
628,90
204,2
928,00
JUMLAH TOTAL
N/P
Keterangan
Trans Irian Jaya Barat
Menghubungkan
Kabupaten ManokwariKota Sorong
Trans Irian Jaya Barat
Menghubungkan
Kabupaten ManokwariKabupaten Bintuni
Trans Irian Jaya Barat
Menghubungkan
Kabupaten ManokwariKab. Teluk Wondama
Trans Irian Jaya Barat
Menghubungkan
Kabupaten Teluk
Wondama-Kab. Kaimana
Trans Irian Jaya Barat
Menghubungkan
Kabupaten KaimanaKabupaten Fak-Fak
Jaringan Jalan Strategis
di Kabupeten Sorong
Selatan
Jaringan Jalan Strategis
di Pantai Utara di
Kabupeten Sorong
Jaringan Jalan Daerah
Transmigrasi dan Migas
di Kabupaten Sorong
Trans Irian Jaya Barat
Menghubungkan
Kabupaten Sorong
Selatan-Kabupaten
Bintuni
Jaringan Jalan Strategis
dalam Kota Fak-Fak
Jaringan Jalan Strategis
dalam Kabupaten FakFak
Sumber: Tata Transportasi Papua Barat, Dinas PU dan Perhubungan Provinsi Papua Barat.
Saat ini pola pergerakan transportasi dengan menggunakan moda jaringan non jalan
difasilitasi oleh transportasi udara dengan pesawat udara Bali Air, Mimika Air dan
MNA dengan jenis HIS maupun Twin Otter. Selain dengan transportasi udara,
transportasi laut sangat berperan yakni dengan operasi kapal IWERI dan Lady
Marina. Kedua transportasi ini lah yang menggerakkan roda perekonomian wilayah
Papua Barat. Untuk mengetahui gambaran spasial pola pergerakan barang jasa
maupun orang akan disajikan pada Peta Pola Pergerakan.
Tabel 4.40
Pelayanan Perusahaan Kapal Motor Rute Dalam dan Luar Provinsi Papua Barat
No
1.
KM. Dorolonda
2.
3.
KM. Labobar
4.
KM. Nggapulu
5.
KM. Sinambung
6.
KM. Kalimutu
7.
KM. Tatamailau
Rute Pelayanan
Dalam
Luar
Provinsi Papua Barat
Provinsi Papua Barat
Sorong-Fak-Fak, Sorong- Fak-Fak-Ambon,
Manokwari
Manokwari-Nabire
Sorong-Fak-Fak, Sorong- Manokwari-Nabire
Manokwari
Sorong-Manokwari
Sorong-Menado,
Manokwari-Nabire
Sorong-Manokwari
Sorong-Menado,
Manokwari-Nabire
Sorong-Manokwari
Sorong-Ternate,
Manokwari-Jayapura
Fak-Fak-Kaimana
Sorong-Makasar, Fak-FakAmbon
Fak-Fak-Kaimana
Fak-Fak-Ambon
Sumber: Tata Transportasi Papua Barat, Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Provinsi Papua
Barat.
4.7.3
Analisis sarana dan prasarana yang akan di bahas yaitu mengenai kondisi jalan, moda
angkutan dan terminal. Untuk lebih jelasnya mengenai analisis sarana dan prasarana di
Provinsi Papua Barat dapat dilihat pada uraian berikut.
pesisir laut
pegunungan yang sulit ditembus oleh kendaraan bermotor biasa. Hanya beberapa
kabupaten yang telah terhubungkan melalui jalur darat dengan ibukota provinsi, dan jalan
penghubung tersebut sebagian besar milik HPH di Papua Barat (Kabupaten Teluk
Bintuni-Kabupaten Manokwari).
Di Kabupaten Fak-Fak, dari delapan kecamatan, jalan darat yang ada baru
menghubungkan tiga kecamatan yaitu Kecamatan Fak-Fak, Fak-Fak Barat, dan Fak-Fak
Timur. Persoalan yang sama juga dialami oleh Kabupaten Kaimana, topografi yang
berteluk-teluk
mengakibatkan
sulitnya
membuka
jalur
transportasi
darat.
Jalur
Saat ini, Kabupaten Teluk Bintuni memiliki satu jalur yang menghubungkan kota dengan
Kabupaten Manokwari yang dapat ditempuh 14 jam perjalanan darat (dengan kondisi
rata-rata). Waktu tempuh ini dapat bertambah panjang manakala cuaca memburuk pada
saat musim penghujan. Hal ini dikarenakan jalan yang ada merupakan jalan makadam
yang dibuat baik oleh HPH maupun oleh Kopermas. Lebar jalan (ROW ) rata-rata adalah
4.00-4.50 meter.
Gambar 4.23
Kondisi Prasarana Jalan Bintuni-Manokwari
4.7.3.2 Kebutuhan Pengembangan
Peningkatan sistem transportasi baik dari peningkatan kualitas jalan, peningkatan sarana
dan prasarana pelabuhan, dermaga, dan bandar udara sangat diperlukan untuk
melakukan pergerakan. Kebutuhan pengembangan ini dirasakan sangat penting untuk
semakin memperkuat potensi investasi yang akan masuk ke Provinsi Papua Barat.
Fungsi secara eksternal demikian krusial dalam meningkatkan hubungan perdagangan
antar wilayah secara regional. Demi berjalannya roda perekonomian dan aktivitas
penduduk, investasi untuk infrastruktur memang sangat diperlukan karena unsur utama
pengembangan wilayah adalah infrastruktur yang berkualitas. Berikut ini adalah
gambaran jalan Manokwari-Bintuni yang notabene merupakan jalan nasional dan jalan
provinsi namun secara kualitas masih jauh dari kelayakan.
Analisis pengembangan transportasi wilayah Provinsi Papua Barat yang dibahas pada
sub bab ini meliputi pengembangan transportasi darat, transportasi laut dan transportasi
udara. Ketiga analisis tersebut didasari dengan kondisi sistem transportasi wilayah
Provinsi Papua Barat secara umum.
4.7.4
Prasarana jaringan jalan merupakan salah satu prasarana perhubungan yang merupakan
unsur penting dalam usaha pengembangan kehidupan bangsa. Dengan semakin
meningkatnya mobilitas fisik dan sosial masyarakat, maka peranan jalan semakin
meningkat pula.
Tabel 4.41
Keterkaitan Antara Hierarki Kota dengan Klasifikasi Jalan
Hierarki Kota
I
I
Arteri
II
Arteri
III
Persil
Lokal
Sumber: Hasil Analisis, 2008.
II
Arteri
Kolektor
Kolektor
Lokal
III
Kolektor
Lokal
Lokal
Persil
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal
Seperti yang tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.38 Tahun 2004
tentang Jalan, maka jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk
apapun,
meliputi
segala
bagian
jalan
termasuk
bangunan
pelengkap
dan
2. Kota Hierarki II, adalah kota yang berperan melayani sebagian dari satuan wilayah
pengembangnya dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota
hierarki I dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat jasa ke kota hierarki II
serta memiliki orientasi ke kota hierarki I.
3. Kota Hierarki III, adalah kota yang berperan melayani sebagian satuan wilayah
pengembangnya dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota
hierarki II dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat jangkauan jasa ke
kota hierarki II serta memilki orientasi ke kota hierarki II dan kota hierarki I.
4. Kota di bawah Hierarki III, adalah kota yang berperan melayani sebagian wilayah
pengembangannya dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota
hierarki III terikat jangkauan serta orientasi yang mengikuti prinsip-prinsip di atas.
Berdasarkan hal di atas, maka jalan dapat diklasifikasikan menurut fungsi dan wewenang
pembinaan. Klasifikasi jalan menurut fungsinya, yaitu:
1. Sistem jaringan jalan primer; disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan
struktur pengembangan wilayah tingkat nasional yang menghubungkan simpulsimpul jasa sebagai berikut:
a. Dalam satu satuan wilayah pengembangan menghubungkan secara menerus
kota hierarki I, kota hierarki II dan kota hierarki di bawahnya.
b. Menghubungkan kota hierarki I dengan kota hierarki I antar satuan wilayah
pengembangan.
kota
hierarki
yang
terletak
berdampingan
atau
b. Kolektor Primer
Menghubungkan kota hierarki II dengan kota atau menghubungkan kota
hierarki II dengan kota hierarki III.
Kecepatan rencana paling rendah 40 km.
c.
Lokal Primer
Menghubungkan kota hierarki I dengan persil atau mengubungkan kota
hierarki II dengan persil atau menghubungkan kota hierarki dengan kota
hierarki III, kota hierarki III dengan kota hierarki di bawahnya, kota hierarki III
dengan persil atau kota di bawah hierarki III dengan persil.
Kecepatan rencana tidak lebih dari 20 km.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 m.
Jalan lokal pimer tidak terputus walaupun melalui desa.
2. Sistem jaringan jalan sekunder; disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang
kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi
primer sekunder kesatu, fungsi primer sekunder kedua, fungsi primer sekunder ketiga
sampai dengan keperumahan. Sistem jaringan jalan sekunder, meliputi:
a. Jalan Arteri sekunder
Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau
kawasan
sekunder
kesatu dengan
kawasan
sekunder
kesatu
atau
c.
kawasan
sekunder
kedua
dengan
perumahan,
Nasional,
meliputi
jalan
arteri
primer,
jalan
kolektor
primer
yang
menghubungkan antar ibukota provinsi, jalan selain jalan tersebut yang memilki nilai
strategis terhadap kepentingan nasional.
Jalan Provinsi, meliputi jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi
dengan ibukota kabupaten/kota, jalan kolektor primer yang menghubungkan antar
ibukota kab/kota, jalan selain kedua jalan tersebut yang memiliki nilai strategis
terhadap kepentingan provinsi kecuali jalan nasional.
Jalan Kabupaten, meliputi jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan
negara/provinsi, jalan lokal primer dan jalan sekunder selain jalan negara/provinsi,
jalan selain ketiga jalan tersebut yang memilki nilai stategis terhadap kepentingan
kabupaten.
Jalan Kota, meliputi jalan sekunder di kota.
Jalan Desa, meliputi jaringan jalan sekunder di desa.
Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004, jalan dapat diklasifikasikan berdasarkan kelasnya
yang bertujuan untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan angkutan.
Pembagian jalan ini didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda,
perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan serta
konstruksi jalan. Kelas-kelas jalan tersebut dibagi sebagai berikut:
Jalan Kelas I, jalan kelas arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran panjang tidak melebihi
18 meter dan muatan sumbu terberat yang diijinkan lebih besar dari 10 ton.
Jalan Kelas II, jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran panjang tidak lebih 18 meter
dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.
Jalan Kelas III A, jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran panjang
tidak melebihi 18 meter dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.
Jalan Kelas III B, jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran panjang tidak melebihi
12 meter dan muatan sumbu terberat yang dijinkan 8 ton.
Jalan Kelas III C, jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,1 meter, ukuran panjang tidak melebihi 9 meter
dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.
Berdasarkan kondisi eksisting seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa pada
umumnya jaringan jalan yang ada di wilayah Provinsi Papua Barat sebanyak 70,93%
jalannya masih berupa perkerasan non aspal/beton. Kondisi seperti ini menjadi lebih
buruk apabila pada saat musim hujan. Jalan dengan perkerasan tanah, kerikil atau batu
umumnya sangat sulit dilewati. Hal ini jelas sangat menghambat, baik terhadap kegiatan
masyarakat secara langsung ataupun pada sistem perekonomian wilayah pada
umumnya.
Oleh karena itu, untuk menunjang perkembangan wilayah Provinsi Papua Barat,
diperlukan suatu perencanaan pembangunan dan pengembangan sistem jaringan jalan
yang baik. Salah satunya dengan peningkatan kualitas jaringan jalan, terutama jalan
yang kondisi eksisting nya masih berupa perkerasan non aspal/beton, selain
dilakukannya penataan sistem hierarki, kelas dan fungsi jalan.
Namun demikian, hal lain yang menjadi kendala adalah bahwa sebagian besar wilayah
Provinsi Papua Barat ini masih berupa hutan dan sifatnya dilindungi. Artinya rencana
pengembangan prasarana jalan tidak dengan begitu saja dapat dilaksanakan. Ada
beberapa hal
dahulu sebelum
direncanakan
pengembangan jaringan jalan baru, terutama yang semula masih berupa jalan hutan.
4.7.5
Transportasi udara merupakan salah satu moda transportasi andalan di Provinsi Papua
Barat mengingat kondisi geografisnya yang masih sulit dilalui oleh kendaraan angkutan
darat. Selain itu, waktu tempuh yang dilakukan ke tempat tujuan akan lebih cepat.
Adapun ditinjau kondisi bandar udara yang ada di Provinsi Papua Barat, sebagian besar,
khususnya di kota/kabupaten lama (sebelum pemekaran) seperti Manokwari, Sorong,
Fak-Fak dan Kaimana bisa didarati oleh pesawat perintis Twin Otter, Fokker dan Boeing.
Sedangkan di kota/kabupaten baru (pasca pemekaran) seperti Teluk Bintuni, Teluk
Wondama dan Sorong Selatan hanya bisa didarati oleh pesawat perintis Twin Otter.
4.7.6
Transportasi laut juga merupakan moda transportasi yang penting di Provinsi Papua
Barat. Selain digunakan untuk pelayaran angkutan penumpang, transportasi laut di
Provinsi Papua Barat juga digunakan sebagai pelabuhan bagi kapal-kapal yang
mengangkut kebutuhan pokok dan/atau komoditi ekonomi.
Pelabuhan-pelabuhan laut di Provinsi Papua Barat yang sampai tahun 2007 masih
dioperasikan, baik untuk melayani pelayaran dalam antar kota dalam lingkup provinsi,
ataupun yang melayani pelayaran menuju luar provinsi adalah di Sorong, Manokwari,
Fak-Fak, dan di Kaimana. Adapun lintasan pelayaran yang umumnya ditempuh kapalkapal motor yang beroperasi di Provinsi Papua Barat antara lain dari Sorong menuju
Manokwari dilayani oleh kurang lebih 4 (empat) perusahaan kapal motor, Fak-FakKaimana dilayani oleh 3 (tiga) perusahaan kapal motor. Selain pelayaran antar kota di
dalam provinsi, pelabuhan-pelabuhan laut yang ada di Provinsi Papua Barat juga
melayani pelayaran dari dan menuju kota-kota di luar provinsi bahkan antar pulau, seperti
dari/menuju Manado, Ternate, Ambon, Tual dan Makasar.