Anda di halaman 1dari 12

Asuhan Keperawatan Tuli

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN TULI
Di Susun Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pengampu : Arisnawati, S.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok I

AKADEMI KEPERAWATAN AL-HIKMAH 02


BENDA SIRAMPOG BREBES
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas ini yang berjudul
" Askep Pada Gangguan Tuli " tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk

penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Benda,

Agustus 2012

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
a.

Latar Belakang

Ketidaksempurnaan kadang membuat seseorang minder dalam pergaulannya seharihari. Kehilangan pendengaran, termasuk salah satu kekurangan yang membuat anak-anak
sulit tumbuh normal dikalangan masyarakat.
Ketulian disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau campak, Herpes, dan
Sipilis. Terkadang kedua orang tua tidak menyadari bahwa dirinya telah mengidap virus
tersebut sehingga menyebabkan ketulian pada anaknya kelak.
.
Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada saat
lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit sehingga
diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya. Jadi ada gangguan
pendengaran karena obat-obatan yang memiliki efek samping menyebabkan ketulian. Seperti
pil kina juga mempunyai pengaruh yang besar pada telinga, maupun aspirin juga terbilang
rawan, oleh karena
Itu harus hati-hati bila digunakan.

Faktor genetik juga bisa mempengaruhi, misalnya kedua orang tuanya normal,
namun kakek dan neneknya memiliki riwayat pernah mengalami ketulian. Hal ini bisa
berdampak pada anak. Anak terlahir dengan disedot, vakum, Caesar juga bisa merusak saraf
pendengaran. Jika anak mengalami tuli saraf, tentu tidak bisa disembuhkan, hanya bisa di
bantu dengan alat bantu dengar semata.
Terapi yang bisa membuat kembali mendengar itu tidak ada kecuali untuk para tuli
konduktif yang disebabkan karena infeksi. Infeksi ini dapat disembuhkan tetapi ketuliannya
belum tentu sembuh.

B. Tujuan
1.Tujuan Umum
2.Tujuan Khusus
a.
Memenuhi tugas pembuatan Askep mata ajar keperawatan Medical Bedah 1
b.
Dapat membuat rencana tindakan keperawatan
c.
Dapat melekukan intervensi yang telah dibuat
d.
Mengetahui asuhan keperawatan kehilangan pendengaran(Tuli)
C. Ruang Lingkup Penulisan
Penulis hanya membahas mata pelajaran keperawatan Medical Bedah 1 tentang Asuhan
keperawatan kehilangan pendengaran:TULI
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode studi kepustakaan yaitu dengan
mempelajari dan membawa buku-buku ilmiah sebagai sumber makalah khususnya yang
berhubungan dengan Asuhan Keperawatan Gangguan Pendengaran.

BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Tuli ialah keadaan dimana orang tidak dapat mendengar sama sekali (total deafness),
suatu bentuk yang ekstrim dari kekurangan pendengaran. Istilah yang sekarang lebih sering
digunakan ialah kekurangan pendengaran (hearing-loss)
(Louis,1993).
Kekurangan pendengaran ialah keadaan dimana orang kurang dapat mendengar dan
mengerti perkataan yang didengarnya.Pendengaran normalialah keadaan dimana orang tidak
hanya dapat mendengar, tetapi juga dapat mengerti apa yang didengarnya.(Anderson,1874)
B. Anatomi Fisiologi Telinga
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Telinga Luar, terdiri dari :
a. Pinna/Aurikel/Daun Telinga
Pinna merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit, melekat pada sisi kepala.
Pinna membantu mengumpulkan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis
auditorius eksternus.
b. Liang Telinga/Kanalis Autikus Externus (KAE)
Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian medial, seringkali
ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang rawan ini.
c. Kanalis Auditorius Exsternus
Panjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar glandula seruminosa
yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut juga serumen. Serumen mempunyai sifat
antibakteri dan memberikan perlindungan kulit. Kanalis Auditorius Eksternus akan berakhir
pada membran timpani.
2. Telinga Tengah, terdiri dari :
a. Membran Timpani/Gendang Telinga membatasi telinga luar dan tengah.
Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncak-nya umbo mengarah ke
medial. Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan fibrosa, tempat
melekatnya tangkai malleus dan lapisan mukosa di bagian dalamnya.
b. Kavum Timpani
Dimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan ditemu-kan 3 buah tulang
pendengaran yang meliputi :
1) Malleus, bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga.
2) Inkus, menghubungkan maleus dan stapes.
3) Stapes, melekat pda jendela oval di pintu masuk telinga dalam.

c. Antrum Timpani
Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian bawah samping kavum
timpani, antrum dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum
timpani, rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid
yang terdapat dibelakang bawah antrum di dalam tulang temporalis.
d. Tuba Auditiva Eustakhius
Dimana terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya 3,7 cm berjalan miring kebawah
agak ke depan dilapisi oleh lapisan mukosa. Tuba Eustakhius adalah saluran kecil yang
memungkinkan masuknya udara luar ke dalam telinga.
3.
Telinga Dalam, terdiri dari :
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran
(koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis)
dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi.
Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi
posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan
mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan.

C. Etiologi
Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh : Suatu masalah mekanis di dalam
saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara
(penurunan fungsi pendengaran konduktif) yaitu :
1. Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf
Pendengaran di otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural).
2. Penurunan fungsi pendengaran sensorineural dikelompokkan menjadi :
a. Penurunan fungsi pendengaran sensorik (jika kelainannya terletak pada telinga dalam.
b. Penurunan fungsi pendengaraan neural (jika kelainannnya terletak pada saraf
pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak).
3. Penurunan fungsi pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit keturunan
Tetapi mungkin juga disebabkan oleh :
a. Trauma akustik (suara yang sangat keras)
b. Infeksi virus pada telinga dalam
c. Obat-obatan tertentu
d. Penyakit meniere.
4. Penurunan fungsi pendengaran neural bisa disebabkan oleh :
a. Tumor oatak yang juga menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf disekitarnya dan
batang otak
b. Infeksi

c. Berbagai penyakit otak dan saraf (misalnya stroke)


d. Dan beberapa penyakit keturunan (misalnya penyakit Refsum).
5. Pada anak-anak,kerusakan saraf pendengaran bisa terjadi akibat :
a. Gondongan
b. Campak jerman (rubella)
c. Meningitis
d. Infeksi telinga dalam.
Kerusakan
jalur
saraf
pendengaran
di
otak
bisa
terjadi
penyakitdemielinasi (penyakit yang menyebabkan kerusakan pda selubung saraf).

akibat

D.
Gejala kehilangan pendengaran
1) Deterlorisasi wicara
Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tidak jelas atau dihilangkan, atau
mengeluarkan kata-kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik,
Telinga memandu suara, baik kekerasan maupun ucapannya.
2) Keletihan
Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan
bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Individu tersebut
menjadl mudah tersinggung.
3) Acuh
Individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan
ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak
mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya.
4) Rasa tak nyaman
Kehilangan rasa percaya diri dan takut berbuat salah menciptakan suatu perasaan tak
aman pada kebanyakan orang dengan gangguan pendengaran. Tak ada seorang pun yang
menginglnkan untuk mengatakan atau melakukan hal yang salah yang cenderung
membuatnya nampak bodoh. Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal.Kehilangan
kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan untuk
membuat keputusan.
5) Kecurigaan
Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian dari
yang dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian
percakapan yang berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga la tak
dapat mendengarkan
6) Kebanggaan semu
Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan
pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya
tidak.
Kesepian dan ketidak bahagiaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan,

namun kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan.


Individu dengan kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)
7) Kesulitan dalam mendengarkan percakapan, terutama jika di sekelilingnya berisik
8) Terdengar gemuruh atau suara berdenging di telinga (tinnitus)
9) Tidak dapat mendengarkan suara televisi atau radio dengan volume yang normal
10) Kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk bisa mendengar
11) Pusing atau gangguan keseimbangan
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Otoskopik
Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan membrane
timpani dengan cara inspeksi :
Hasil:
a. serumen berwarna kuning, konsistensi kenta
b. dinding liang telinga berwarna merah muda
2. Tes Ketajaman PendengaraN
a. tes penyaringan sederhana
Hasil :
-klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan
-klien tidak mendengar secara jelas detak jarum jam pada jarak 1-2 inchi
b. uji ritme
hasil : klien tidak mendengarkan adnya getaran garpu tala dan tidak jelas mendengar adnya
bunyi dan saat bunyi menghilang.
F. Penatalaksanaan
1. Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-hati.Penilaian terhadap
secret,oedema dinding kanalis dan membrane timpani bila memungkinkan.
2. Terapi antibiotika local, topical dan sistemik
3. Terapi analgetik
G. Pemeriksaan Diagnostik
a)
Audiometri
Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan
menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara dengan ketinggian
dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan dengan
mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat mendengarnya.
Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah. Untuk mengukur pendengaran
melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran
melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang kemudian diletakkan
pada prosesus mastoideus.
b)
Audiometri Ambang bicara

Audiometri ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan supaya bisa
dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata yang
memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu.Dilakukan perekaman terhadap volume
dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata yang diucapkan dengan benar.
c) Timpanometri
Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi(tahanan terhadap
tekanan). Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari tuli
konduktif.
Prosedur in tidak memerlukan partisipasi aktif dari penderita dan biasanya digunakan pada
anak-anak.Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus
menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga.Dengan alat ini bisa diketahui
berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa banyak suara yang dipantulkan
kembali sebagai perubahan. .
d) Elektrokokleografi
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran.
Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan fungsi
pendengaran.
H. Pengobatan
Pengobatan untuk penurunan fungsi pendengaran tergantung kepada penyebabnya.
Jika penurunan fungsi pendengaran konduktif disebabkan oleh adanya cairan di telinga
tengah atau kotoran di saluran telinga, maka dilakukan pembuangan cairan dan kotoran
tersebut.
Jika penyebabnya tidak dapat diatasi, maka digunakan alat bantu dengar atau kadang
dilakukan pencangkokan koklea.
a. Alat bantu
Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan batere,
yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa berjalan dengan
lancar. Alat bantu dengar terdiri dari:
Sebuah mikrofon untuk menangkap suara
Sebuah amplifiar untuk meningkatkan volume suara
Sebuah speaker untuk menghantarkan suara yang volumenya telah dinaikan
Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologisbisa menentukan apakah
penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum (audiologis adalah seorang
profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan menentukan beratnya gangguan fungsi
pendengaran).
b. Pencangkokan koklea
Pencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada penderita tuli berat yang tidak dapat
mendengar meskipun telah menggunakan alat bantu dengar.

1.
2.
3.
4.

Alat ini dicangkokkan di bawah kulit di belakang telinga dan terdiri dari 4 bagian:
Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitar
Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan mengubah suara yang tertangkap
oleh mikrofon
Sebuah transmitter dan stimulator atau penerima yang berfungsi menerima sinyal dari
prosesor percakapan dan merubahnya menjadi gelombang listrik
Elektroda berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator dan mengirimnya ke o

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.

Pengkajian

Perawat perlu melakukan anamnesa dari keluhan klien seperti :


Nyeri saat pinna (aurikula) dan tragus bergerak
1. Nyeri pada liang tengah
2).Telinga terasa tersumbat
3). Perubahan pendengaran
4). Keluar cairan dari telinga yang berwarna kehijauan
Riwayat kesehatan yang perlu ditanyakan kepada klien diantaranya :
1). Kapan keluhan nyeri terasa oleh klien
2). Apakah klien dalam waktu dekat lalu berenang dilaut,kolam renang
Ataukah danau
3). Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga mengakibatkan nyeri setelah
dibersihkan
4). Apakah klien pernah mengalmi trauma terbuka pada liang telinga akibat terkena benturan
sebelumnya
B.
Diagnosa keperawatan
1.
2.
3.

Gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian dalam


Harga Diri b.d Fungsi Pendengaran Menurun
Kurang aktivitas b.d menarik diri lingkungan

C.
Intervensi
Diagnosa keperawatan 1
Gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian dalam
1. Tujuan
Komunikasi verbal klien berjalan baik
Kriteria hasil:

Dalam 1 hari klien dapat :


1.
Menerima pesan melalui metode alternative
2.
Mengerti apa yang diungkapkan
3.
Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi
4.
Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat
Diagnosa keperawatan II
Harga Diri b.d Fungsi Pendengaran Menurun
Tujuan:
Klien dapat menerima keadaan dirinya
Kriteria hasil
Secara bertahap klien dapat :
1.
Mengenai perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri
2.
Berhubungan sosial dengan orang lain
3.
Mendapat dukungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk b.d orang lain
4.
Membina hubungan saling percaya dengan perawat
Intervensi:
1.
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
2.
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau
bergaul / menarik diri
3.
Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
yang mungkin
4.
Beri pujian thd kemampuan klien mengungkapkan perasaan
5.
Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku menarik
diri
6.
Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
7.
Bina hubungan saling percaya dengan klien
Diagnosa keperawatan III
Kurang aktivitas b.d menarik diri lingkungan
Tujuan:
\ Klien dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan
Kriteria hasil
Secara bertahap klien dapat :
1.
Menceritakan perasaan-perasaan bosan
2.
Melaporkan adanya peningkatan dalam aktivitas yang menyenangkan
3.
Menceritakan metoda koping thd perasaan marah atau depresi yang disebabkan koleh
kebosanan
2.
Intervensi / rencana tindakan
a.gangguan komunikasi verbal
tindakan / intervensi

1.
Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan
2.
Periksa apakah ada serumen yang menganggu pendengaran
3.
Bicara dengan pelan dan jelas
4.
Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan
5.
Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar
6.
Pastikan alat bantu dengar berfungsi dengan baik
7. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga
Intervensi:
1.
Beri motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan pengalaman
2.
Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka
3. Variasikan rutinitas sehari-hari
4.
Libatkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari
5.
Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari
6.
Berikan alat bantu dalam melakukan aktivitas
D.
Implementasi
Pelaksanaan intervensi
E.
Evaluasi
Tidak dapat dilakukan karena tidak ada pasien

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketulian disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau campak, Herpes, dan
Sipilis. Terkadang kedua orang tua tidak menyadari bahwa dirinya telah mengidap virus
tersebut
sehinggamenyebabkan
ketulian
pada
anaknya
kelak.
Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada saat

lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit sehingga
diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya.
Jadi ada gangguan pendengaran karena obat-obatan yang memiliki efek samping
menyebabkan ketulian. Seperti pil kina juga mempunyai pengaruh yang besar pada telinga,
maupun aspirin juga terbilang rawan, oleh karena Itu harus hati-hati bila digunakan.
Faktor genetik juga bisa mempengaruhi, misalnya kedua orang tuanya normal,
namun kakek dan neneknya memiliki riwayat pernah mengalami ketulian. Hal ini bisa
berdampak pada anak. Anak terlahir dengan disedot, vakum, Caesar juga bisa merusak saraf
pendengaran. Jika anak mengalami tuli saraf, tentu tidak bisa disembuhkan, hanya bisa di
bantu dengan alat bantu dengar semata.

B. Saran
1.
Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang mengajarkan tentang
Asuhan Keperawatan tentang Gangguan pendengaran(TULI).
2.
Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan Asuhan Keperawatan
tentang Gangguan pendengaran.
3.
Para pemimbing atau pengajar diharapkan mampu memberikan pendidikan
kesehatan secara lebih detail tentang Gangguan pendengaran.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2002),keperawatan medical bedah.Edisi 8.EGC.Jakarta
Drs.H.Syaifuddin, AMK.Anatomi Fisiologi.Edisi 3.EGC.Jakarta.
www.Asuhan keperawatan pada gangguan pendengaran pendengaran.com
www.Akibat kehilangan pendengaran.com
http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.com/2013/03/asuhan-keperawatantuli.html

Anda mungkin juga menyukai