OLEH
ALWI HASBULLAH
P2 31 380 04 008
Alwi Hasbullah
P2 31 380 04 008
ii
PERSETUJUAN
Buku tugas akhir dengan judul :
Rancang Bangun Pemodelan Pesawat Roller Mixer Berbasis Mikrokontroler
AT89C51
dibuat oleh Alwi Hasbullah (P2 31 380 04 008) untuk melengkapi sebagian
persyaratan menjadi Ahli Madya Teknik Elektromedik pada Jurusan Teknik
Elektromedik Politeknik Kesehatan Jakarta II dan disetujui untuk diajukan dalam
sidang ujian akhir program.
Drs. Adisman, BE
Nip. 140 157 513
iii
PENGESAHAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan hidayah serta karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan modul dan menyelesaikan penyusunan karya tulis ini. Yang mana
karya tulis ini merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III
Politeknik Kesehatan Jakarta II Jurusan Teknik Elektromedik.
Adapun judul karya tulis yang penulis buat adalah :
RANCANG BANGUN PEMODELAN PESAWAT ROLLER MIXER
BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis selama pembuatan modul dan
penyusunan karya tulis ini, terutama penulis tujukan kepada :
1. Kedua orang tua dan adik-adikku tercinta, yang telah begitu banyak
memberikan dorongan baik berupa moril, materil dan doa.
2. Ibu DR. IR. Hj. Rusmini.B. AIM. MM selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektromedik.
3. Bapak Drs. Adisman, BE selaku pembimbing modul.
4. Keluarga besar MELPA yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
5. Angkatan 2003 terutama Fajri dan Iwan yang banyak membantu penulis.
6. Lilik dan Suli dari Farmasi yang telah meminjamkan buku.
Semoga Allah SWT membalas jasa dan kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis, sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Jakarta, Agustus 2006
Penulis
ABSTRAK
ALWI
HASBULLAH,Rancang
Bangun
Pemodelan
Pesawat
Roller
Mixer
Berbasis
Berdasarkan judul di atas, karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk membuat
Pesawat Roller Mixer yang waktu kerjanya dikendalikan oleh mikrokontroler
AT89C51 agar memudahkan pengguna dalam melaksanakan tugas.
Roller Mixer merupakan alat Laboratorium yang berfungsi untuk mengaduk
darah dengan anti koagulans. Roller-roller yang berputar dan bergoyang
menyebabkan tercampurnya darah dengan anti koagulan. Pada umumnya pesawat
Roller Mixer memiliki 2 pengaturan utama yaitu pengaturan waktu operasi alat
dan pengaturan kecepatan
Dalam perenanaan pembuatan modul, penulis menggunakan IC
Mikrokontroler yang diaplikasikan sebagai timer. Kemudian untuk pengturan
kecepatan motor penulis menggunakan IC LM317, IC LM317 adalah regulator
tegangan positif yang tegangan keluarannya dapat diatur. Perencanaan rangakaian
alarm berfungsi sebagai indikator bahwa waktu yang diatur telah habis.
Metoda yang digunakan untuk mencapai maksud tersebut maka dilakukan
penelitian dengan studi pustaka dan pembuatan modul, serta serangkaian
pendataan, kemudian dari yang dibuat diperoleh hasil pengukuran sehingga
penulis mendapatkan hasil yang akan menunjang penyusunan karya tulis ilmiah
ini.
vi
BIODATA
Nama mahasiswa
Alwi Hasbullah
Alamat rumah
Telepon rumah
021-82407047
Telepon seluler
021-71444019, 085694455220
Alamat email
alwi_melpa@yahoo.co.id
Riwayat sekolah
Alwi Hasbullah
P2 31 380 04 008
vii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM
ii
PERSETUJUAN
iii
PENGESAHAN
iv
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
vi
BIODATA
vii
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
1.5
Sistematika Penulisan
DASAR TEORI
2.1
2.2
2.3
Dekoder IC 74LS47
2.4
2.5
Motor DC
11
2.6
Transistor
12
2.7
16
2.8
Mikrokontroller AT89C51
17
2.9
26
viii
BAB 3
BAB 4
BAB 5
2.10 Rellay
27
29
3.1
29
Spesifikasi
3.1.1
Spe
sifikasi fungsional
29
3.1.2
Spe
sifikasi Teknis
29
3.2
30
3.3
Implementasi Rangkaian
31
3.3.1
31
3.3.2
32
3.3.3
34
3.3.4
35
3.3.4
37
43
4.1
43
4.2
Metode Pendataan
47
4.3
Penyajian Data
48
4.4
Analisa Data
50
KESIMPULAN
56
DAFTAR ACUAN
57
DAFTAR PUSTAKA
58
LAMPIRAN
59
DAFTAR TABEL
ix
Halaman
2.1. Hubungan Sinyal Masukan Dan Keluaran Dekoder IC 74LS47
10
18
34
42
43
43
43
44
46
46
47
47
47
47
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1. Gambar Fisik Roller Mixer
12
12
13
2.6
14
15
Gambar
IC
Tipe
78xx
16
2.10. Gambar Susunan Pena MikrokontrolerAT89C51
2.11. Gambar
Memori
Data
17
Internal
21
2.12. Gambar Pemakaian Kristal Pada Mikrokontroler AT89C51
25
2.13. Gambar Pemakaian Jalur External Osilator Signal Pada Mikrokontroler 26
2.14. Gambar Bentuk Fisik IC LM 317
27
27
Rangkaian
Key
32
xi
Pad
3.3. Gambar
Rangkaian
Display
33
3.4. Gambar
Rangkaian
Alarm
35
3.5. Gambar
Rangkaian
Pengaturan
Kecepatan
Motor
36
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.Wiring diagam roller mixer
58
59
63
64
73
80
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Peralatan laboratorium adalah peralatan yang ada di dalam laboratorium yang
berfungsi sebagai salah satu alat penunjang kesehatan. Salah satu pemeriksaan
dalam laboratorium adalah pemeriksaan hematology (ilmu yang mempelajari
tentang struktur dan fungsi sel sel darah ). Darah yang akan diproses untuk
pemeriksaan laboratorium akan cepat membeku dikarenakan darah memiliki
kandungan zat pembeku darah ( kogulans ).
Untuk menghindari hal tersebut, darah harus dicampur dengan zat anti
pembeku darah ( anti koagulans ) dan dalam proses pencampuranya dibantu oleh
pesawat roller mixer. Sampai saat ini masih sulit ditemukan pesawat roller mixer
yang sudah dilengkapi pengaturan waktu beserta display waktu tersebut. Hal itu
xiii
1.2
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk:
kesehatan.
Mengetahui dan memahami cara kerja alat serta keakurasian secara teori
maupun
1.3
praktek
PEMBATASAN MASALAH
xiv
Studi pustaka
Dilaksanakan dengan mencari dan mempelajari buku-buku dan sumber-
sumber literatur yang berhubungan dengan karya tulis ini sebagai bahan analisa.
Perencanaan Modul
Perencanaan dan perancangan alat yaitu dengan melakukan penggalian dan
perumusan ide untuk membuat alat denga bantuan informasi yang didapat dari
hasil pustaka.
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
DASAR TEORI
BAB 3
BAB 4
BAB 5
KESIMPULAN
xvi
BAB 2
DASAR TEORI
2.1
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari struktur, fungsi dan penyakit darah
serta mempelajari jaringan tubuh dan organ yang membentuk darah. Darah adalah
suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung elektrolit.
Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi dalam tubuh
dan lingkungan luar serta memiliki sifat-sifat protektif terhadap organisme sebagai
suatu keseluruhan dan khususnya terhadap darah sendiri.
Darah merupakan bagian terpenting dari system transportasi di dalam tubuh
manusia. Darah merupakan jaringan berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian
yaitu :
a)
xvii
b)
diperiksa dalam laboratorium akan cepat membeku. Agar sampel darah yang akan
diperiksa jangan sampai membeku dapat dipakai bermacam-macam anti
koagulans. Tetapi tidak semua anti koagulans dapat dipakai karena ada yang
banyak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau leukosit yang akan diperiksa
morfologinya.
Anti koagulans yang dapat dipakai diantaranya :
a.
b.
Heparin
berdaya
seperti
antitrombi,
tidak
xviii
d.
Campuran
Amoniumoxalat
dan
kaliumoxalat
menurut paul dan heller yang juga dikenal sebagai campuran oxalat seimbang.
Dipakai dalam keadaan kering agar tidak mengencerkan darah yang diperiksa.
2.2
digunakan untuk mencampur antara sampel darah dan zat pereaksi. Pada hal ini
zat yang dicampur adalah darah dan zat anti koagulans. Dengan alat ini
diharapkan pencampuran darah dan koagulans dapat lebih merata. Pencampuran
antara darah dan zat anti koagulans manyebabkan darah akan tetap cair. Pada alat
ini memanfaatkan silinder-silinder (roller) yang diputar dan digoyangkan oleh
motor. Di atas putaran dan bergoyangnya roller ditaruh kuvet yang berisi darah
dan zat anti koagulans, sehingga kuvet akan ikut berputar dan bergoyang. Karena
peristiwa tersebut akan terjadi pencampuran antara darah dan zat anti koagulans.
Adapun contoh gambar fisik roller mixer dapat dilihat pada gambar 2. I :
xix
2.3
DEKODER IC 74LS47
Dekoder adalah suatu rangkaian logika yang berfungsi untuk merubah kode-
kode biner menjadi tanda-tanda yang dapat ditandai secara visual. Dekoder BCD
to seven segmen, artinya bahwa data-data biner 4 bit yang masuk kedalam
rangkaian tersebut, akan diterjemahkan kedalam bentuk desimal yang kemudian
akan ditampilkan, pada peraga seven segmen sesuai dengan harga binernya.
Hubungan antara sinyal masukan dan sinyal keluaran dekoder dapat dilihat pada
tabel 2. 1 dibawah ini :
INPUT
OUTPUT
-
LT RBI
BI/RBO
3
4
H
H
X
X
L
L
L
H
H
L
H
L
H
H
L
H
L
L
L
L
xx
10
11
12
13
14
15
H
H
H
X
X
X
H
H
H
H
H
H
L
H
H
H
L
H
H
H
H
L
H
H
H
H
H
H
H
H
L
L
H
H
L
H
L
L
H
L
L
H
BI
RBI
LT
2.4
digital . salah satu contohnya yaitu seven segmen. Sistem penampil seven
segmen pada dasarnya merupakan susunan dari tujuh buah led yang disajikan
dalam suatu paket. Satu led dari paket seven segmen mempunyai arti. Pada
penelitian ini penulis memakai seven segmen jenis common anoda seperti
yang terlihat pada gambar 2.2 dibawah ini :
Common Anode
Common Katode
com
com
g
e
g
e
xxi
Dengan mengkombinasikan segmen-segmen tersebut dapat membentuk digitdigit desimal misalnya angika 1, maka segmen b dan c yang menyala, sedangkan
untuk membentuk angka 2 maka segmen a, b, c, d, e dan g yang menyala, begitu
seterusnya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
bc
abdeg
abcdfg
bcfg
acdfg
cdefg
abc
abcdefg
abcfg
xxii
2.
3.
4.
5.
2.5Motor DC
Motor adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah energi listrik menjadi
enegi mekanik. Pada prinsipnya mesin listrik dapat berlaku sebagai motor maupun
generator. Perbedaannya terletak pada konversi dayanya, kalau generator adalah
suatu sistem mesin listrik yang mengubah daya masuk mekanik menjadi daya
keluar listrik, seddangkan motor mengubah daya masuk listrik menjadi daya
keluar mekanik.
xxiii
Dimana :
F
Untuk mengetahui arah putaran motor searah atau berlawanan dengan arah
jarum jam, dapat dilihat pada gambar II. 5. Arah arus listrik yang mengalir melalui
sisi kumparan sebelah atas (dekat KU) meninggalkan kita. Sedangkan arus listrik
yang mengalir sebelah bawah (dekat KS) menuju kita, maka kumparan akan
berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Jika ujung-ujung kumparan
dihubungkan dengan sumber listrik DC dengan polaritas battery maka kumparan
akan berputar sesuai dengan arah jarum jam.
xxiv
2.6 Transistor
Transistor memiliki dua buah sambungan ( junction ), satu di antara emiter dan
basis dan lainnya diantara basis dan colector. Karena inilah, sebuah transistor
sama seperti sambungan dua buah dioda. Dioda yang terletak di sebelah kiri
sebagai dioda emiter basis atau singkatnya dioda emitter. Dan dioda yang terletak
di sebelah kanan adalah dioda colector basis atau dioda colector. Pertemuan
kedua sambungan dioda itu bisa berupa katoda atau anoda, hal ini tergantung dari
jenis transistor tersebut apakah jenis PNP atau NPN, sehingga bila kita lihat akan
seperti gambar berikut :
Emiter
p
kolektor
Emiter
kolektor
Basis
Basis
(a)
(b)
Gambar 2. 5 Tiga Daerah Transistor. (a) Transistor NPN. (b) Transistor PNP
Untuk membuat agar transistor dapat berkerja, maka transistor harus mendapat
tegangan bias pada basisnya. Tegangan basis tersebut besarnya sekitar 0,7 V untuk
transistor dari bahan silicon dan 0,3 V untuk transistor dari bahan germanium.
Untuk transistor NPN membutuhkan tegangan bias basis positif terhadap ground,
sedangkan transistor PNP membutuhkan tegangan bias basis negatif terhadap
ground. Penggunaan transistor antara lain sebagai saklar dan sebagai pengikut
Emitter
transistor tersebut.
xxv
Rc
Rb
VCC
VBB
Loop II
Loop I
Ketika transistor berada pada daerah saturasi maka transistor akan berlaku
sebagai saklar tertutup, arus mengalir dari kolektor ke emitter dan menuju ground.
Keadaan ini memberikan persamaan pada loop II, sesuai dengan hukum Kirchoff
yaitu :
Vcc Vrc Vce
........... ..
(2.1)
.. ....................
(2.2)
Sehingga :
Ic
Vcc
Rc
....
xxvi
(2.3)
Saat basis tidak mendapatkan tegangan bias yang optimal atau kurang dari 0,7
V maka transistor akan berkerja pada daerah cut-off atau seperti saklar terbuka.
Dengan demikian tidak ada arus yang mengalir dari colector ke emitter menuju
ground.
IcRc Vce Vcc 0
.........................
(2.4)
Karena IC = 0. maka :
Vce(cut off ) Vcc
......................
(2.5)
...........
(2.6)
(Vbb Vbe)
Rb
....
(2.7)
Perbandingan arus yang mengalir pada colector dengan arus yang mengalir di
basis disebut dengan penguatan (dc), maka penguatan pada transistor adalah :
dc
Ic
..........................
Ib
(2.8)
Jika arus basis lebih besar atau sama dengan IB(sat), titik kerja Q berada pada
ujung atas garis beban DC. Dalam hal ini, transistor berkerja sebagai sebagai
saklar tertutup. Sebaliknya, jika arus basis nol, transistor berkerja pada ujung
bawah dari garis beban dan transistor berkerja sebagai saklar terbuka.
Kerja transistor sebagai saklar tertutup dan saklar terbuka dapat disimulasikan
seperti gambar 2.7.
C
1
C
VBB < 0,7V
(a)
(b)
Gambar 2. 7 Transistor sebagai saklar. (a) Saklar terbuka. (b) Saklar tertutup
xxvii
Adapun garis beban DC transistor yang beroperasi pada daerah saturasi dan
cut-off diperlihatkan pada gambar di bawah ini :
Ic
saturasi
VCC/RC
cut-off
VCC
VCE
2.7
yang presisi dan stabil seperti catu daya yang dihasilkan oleh batere atau accu.
Catu daya yang stabil ini merupakan penunjang dalam kestabilan rangkaian
tersebut.
Setiap rangkaian elektronika mempunyai catu daya yang berbeda-beda. Jika
kita menginginkan catu daya yang berbeda tetapi hanya mempergunakan satu
buah trafo dan satu buah dioda bridge untuk rangkaian tersebut, maka otomatis
hanya ada satu saja keluarannya, kecuali kita tambahkan beberapa rangkaian
divider (pembagi tegangan).
Hal seperti itu cukup merepotkan, lagi pula jika kita menggunagan rangkaian
divider maka arus pada keluarannya akan sangat kecil sekali. Untuk itu penulis
menggunakan regulator (penyetabil tegangan) dengan IC tipe 78xx dan 79xx.
Tegangan keluaran dari IC ini sangat mendekati presisi, dan keluaran tegangannya
pun bermacam-macam.
Berikut ini adalah skema fisik dari IC regulator dengan tipe 78xx dan 79xx :
LM
78xx
xxviii
In Gnd Out
(a)
Gambar 2. 9 gambar IC 78xx
2.8
Type
Uout
7805
7806
7808
7810
7812
7815
7818
7824
(V)
5
6
8
10
12
15
18
24
Iout
78xxC
1
1
1
1
1
1
1
1
78Lxx
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
78Mxx
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
Uin min
Uin max
7,5
8,6
10,6
12,7
14,8
18
21
27,3
20
21
23
25
27
30
33
38
Mikrokontroler AT89C51
Dalam rangkaian berskala besar, biasanya dilengkapi dengan sebuah unit pusat
pemprosesan. Pusat pemprosesan ini atau lebih dikenal dengan nama Central
Prosesing Unit ( CPU ) banyak mempermudah pengendalian proses kerja
rangkaian.
Dilihat dari komponen pelengkap yang tersusun dalam serpihan prosesor
tersebut, ada sebuah prosesor yang dalamnya telah dilengkapi dengan prosesor
fungsi metematik ( Math co prosesor ), ada yang dilengkapi dengan pengubah
analog ke digital ataupun sebaliknya, adapun yang dilengkapi dengan fasilitas
U 1
pemprosesan sinyal sinyal digital (DSP, Digital Signal Processing) dan juga
3
3
3
3
3
3
3
3
9
8
7
6
5
4
3
2
P
P
P
P
P
P
P
P
0
0
0
0
0
0
0
0
.0
.1
.2
.3
.4
.5
.6
.7
P
P
P
P
P
P
P
P
1
1
1
1
1
1
1
1
.0
.1
.2
.3
.4
.5
.6
.7
/A
/A
/A
/A
/A
/A
/A
/A
D
D
D
D
D
D
D
D
0
1
2
3
4
5
6
7
P
P
P
P
P
P
P
P
2
2
2
2
2
2
2 .0 /A
2 .1 /A
.2 /A 1
.3 /A 1
.4 /A 1
.5 /A 1
.6 /A 1
.7 /A 1
8
9
0
1
2
3
4
5
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
3
4
5
6
7
8
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
2
3
4
5
6
7
telah dilengkapi dengan port port input / output, ROM, RAM seperti yang telah
terdapat pada mikrokontroler.
1
2
3
4
5
6
7
8
1 9
1 8
9
3 1
xxix
XTA L1
XTA L2
R S T
E A /V P P
A T89 C 51
P 3 .0 /R XD
P 3 .1 /T XD
P 3 .2 /IN T O
P 3 .3 /IN T 1
P 3 .4 /TO
P 3 .5 /T1
P 3 .6 /W R
P 3 .7 /R D
P S E N
A L E /P R O G
29
30
Nomor Pin
10
11
12
13
14
15
16
17
9
30
Nama Pin
P3.0
P3.1
P3.2
P3.3
P3.4
P3.5
P3.6
P3.7
RST
ALE
Alternatif
RXD
TXD
INTO
INT1
T0
T1
WR
RD
PROG
Keterangan
Port Serial Input
Port Serial Output
Port External Interupt 0
Port External Interupt 1
Port External Timer 0 Input
Port External Timer 1 Input
External Data Memory Write Strobe
External Data Memory Read Strobe
Reset akan aktif dengan memberikan
input hight selama 2 cycle
Pin ini dapat berfungsi sebagai Address
Latch Enable (ALE) yang me-latch low
byte address pada saat mengakses
29
memori external.
Pin ini berfungsi pada saat mengeksekusi
PSEN
EA
VP
cycle
Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi
sebagai EA yaitu mikrokontroler akan
menjalankan Program yang ada pada
memori external setelah sistem di-reset.
Jika berkondisi high, pin ini akan
berfungsi untuk menjalankan program
19
18
XTAL 1
XTAL 2
xxx
AT89C51
xxxi
T1
12 Mhz
xxxii
satu blok memori yang dialamati. Memori data ini dapat dialamati langsung
maupun tidak langsung.
Register dengan fungsi khusus, SFR terletak pada 128 byte bagian atas
memori dan berisi Latch Port, timer, PSW dan control peripheral. Register
register ini hanya dapat diakses dengan pengalamatan langsung 16 alamat pada
SFR dapat dialamati secara bit atau byte, dan terletak pada alamat yang berakhir
0000B.
xxxiii
Berbeda dengan port 1, 2, 3 Port 0 tidak mempunyai pull-up internal. Jika isi
latch di buat satu maka port ini berfungsi sebagai input dan jika isi latch di buat 0,
maka port ini berfungsi sebagai output.
a.
b.
c.
d.
RXD, yaitu
pasak pin
3)
4)
5)
6)
T1,
yaitu
sebagai
pin
xxxiv
7)
pada
saat
penulisan
mikrokontroler
pada
ingin
memori
data
xxxv
Instruksi aritmetika.
Instruksi ini untuk melaksanakan operasi aritmetika yang
meliputi penjumblahan, pengurangan, penambahan satu
(increment), pengurangan satu (decrement), perkalian, dan
pembagian.
3
Instruksi percabangan.
Instruksi ini untuk melaksanakan perubahan urutan normal
pelaksanaan suatu program, dengan instruksi-instruksi ini
program yang sedang dilaksanakan akan melompat ke suatu
alamat tertentu.
xxxvi
ALE
PSEN
EA/Vpp :
XTAL :
2.8.6
On chip Osillator
Mikrokontroler AT89C51 memiliki osilator internal ( on-chip oscillator )
yang digunakan sebagai sumber clock bagi CPU. Untuk menggunakan osilator
internal diperlukan sebuah kristal antara pena XTAL1 (X1) dan XTAL2 (X2) dan
sebuah kapasitor ke ground seperti terlihat pada gambar berikut ini:
VCC
U1
31
9
18
19
X1
12MHz
C1
30pF
C2
30pF
8
7
6
5
4
3
2
1
32
33
34
35
36
37
38
39
EA/VPP
RST
XTAL2
XTAL1
P1.7
P1.6
P1.5
P1.4
P1.3
P1.2
P1.1
P1.0
P0.7/AD7
P0.6/AD6
P0.5/AD5
P0.4/AD4
P0.3/AD3
P0.2/AD2
P0.1/AD1
P0.0/AD0
AT89C51
xxxvii
ALE/PROG
PSEN
P3.7/RD
P3.6/WR
P3.5/T1
P3.4/TO
P3.3/INT1
P3.2/INTO
P3.1/TXD
P3.0/RXD
P2.7/A15
P2.6/A14
P2.5/A13
P2.4/A12
P2.3/A11
P2.2/A10
P2.1/A9
P2.0/A8
30
29
17
16
15
14
13
12
11
10
28
27
26
25
24
23
22
21
VC C
U 1
31
NC
9
18
19
External
Osillator
Signal
8
7
6
5
4
3
2
1
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
4
5
6
7
8
9
E A /V P P
R ST
XTA L2
XTA L1
P
P
P
P
P
P
P
P
1
1
1
1
1
1
1
1
.7
.6
.5
.4
.3
.2
.1
.0
P
P
P
P
P
P
P
P
0
0
0
0
0
0
0
0
.7
.6
.5
.4
.3
.2
.1
.0
A L E /P R O G
PSEN
P 3 .7 /R D
P 3 .6 /W R
P 3 .5 /T 1
P 3 .4 /T O
P 3 .3 /IN T 1
P 3 .2 /IN T O
P 3 .1 /T X D
P 3 .0 /R XD
/A
/A
/A
/A
/A
/A
/A
/A
D
D
D
D
D
D
D
D
7
6
5
4
3
2
1
0
P
P
P
P
P
P
2
2
2
2
2
2
P
P
.7 /A 1
.6 /A 1
.5 /A 1
.4 /A 1
.3 /A 1
.2 /A 1
2 .1 /A
2 .0 /A
5
4
3
2
1
0
9
8
30
29
1
1
1
1
1
1
1
1
7
6
5
4
3
2
1
0
2
2
2
2
2
2
2
2
8
7
6
5
4
3
2
1
AT89C 51
2.9
LM 317 adalah sebuah regulator tegangan positif yang dapat diatur, memiliki 3
terminal (pin) dan mampu untuk mencatu lebih dari 1,5A pada tegangan keluaran
dalam jangka antara 1,2 V hingga 37 V. IC ini mudah sekali digunakan, karena
hanya memerlukan dua resistor ekstern guna menentukan tegangan keluarannya.
Selain itu, peregulasian beban maupun peregulasian jaringan pada IC ini lebih
baik dari regulator-regulator tetap yang standar.
Pada chip itu pun terdapat pula pembatas arus, pengaman terhadap
pembebanan lebih termik (suhu).
xxxviii
Adjust out
in
Pada pengaturan tegangan output dari IC LM317, berdasarkan dari data sheet
IC LM317 memiliki rumusan sebagai berikut :
R2
Vout 1,25 1
R1
2.10 RELAY
Relay adalah suatu komponen elektronika yang berfungsi sebagai penggerak
kontaktor untuk menghubungkan suatu bagian rangkaian dengan rangkaian yang
lain. Relay bekerja dengan memanfaatkan sifat elektromagnetik yang terjadi pada
suatu kumparan ketika dialiri arus. Pada gambar II.25 memperlihatkan konstruksi
sebuah relay dengan sepasang kontaktor normaly close(on) dan sepasang normaly
open (off).
5
input
NC
3
4
NO
Vin
1
2
inti besi
xxxix
Sebuah relay sederhana terdiri dari satu inti besi, lilitan yang mengintari inti
besi, terminal penggerak, terminal normaly close (NC) dan terminal normaly open
(NO). Pada saat lilitan tidak mendapat supply maka tidak ada arus yang mengalir
pada lilitan dan tidak ada medan magnet yang terjadi pada inti besi. Pada saat ini
kontaktor berada pada posisi awal, yang menghubungkan masukan kepada
keluaran yang disebut dengan normaly close. Dengan demikian kaki keluaran
lainnya disebut dengan normaly open, dimana ketika tidak ada catu daya yang
mengalir, terminal tersebut mendapat hubungan terbuka, ketika lilitan diberikan
arus yang optimal, arus mengitari inti besi yang menyebabkan inti besi
menghasilkan medan magnet dan inti besi bersifat sebagai magnet. Ini
menyebabkan kontaktor tertarik sehingga berpindah pada kontaktor yang lainnya,
kontaktor (NO) menjadi close sedangkan kontaktor (NC) dalam keadaan on
menjadi open.
xl
BAB 3
KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN
Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam
merealisasikan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (sofware) seperti
yang dimaksud dalam tujuan penulisan.
3.1
Spesifikasi
Catu daya
Frekuensi
: 50Hz
Kecepatan putaran
: a. Mikrokontroler AT89C51
xli
b. Motor DC 12V
c. Buzzer 12V
3.2
Secara keseluruhan, modul rangkaian ini dapat diuraikan dalam beberapa blok
diagram, sebagai berikut :
Rangkaian
Mikrokontroler
AT89C51
Rangkaian
Setting Timer
Rangkaian
Display
Power
Supplay
Rangkaian
Alarm
Rangkaian Pengatur
Kecepatan Motor
Motor
Dari blok diagram diatas dapat dijelaskan secara singkat cara kerja dari alat
roller mixer tiap-tiap blok diagram :
1. Rangkaian key pad
Rangkaian
ini
berfungsi
sebagai
masukan
bagi
rangkaian
xlii
3.3
Implementasi Rangkaian
xliii
SW-DW
P1.1
START
P1.2
xliv
1
1
1
1
7
1
2
6
4
5
3
.0
.1
.2
.3
1
2
4
8
B I/R B O
R BI
LT
16
A
B
C
D
E
F
G
1
1
1
1
9
1
1
3
2
1
0
5
4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
a
b
c
d
e
f
g
330
74LS47
a
b
c
d
e
f
g
P 1 .4
C 9012
1
P 1 .5
1
2 ,2 K
C 9012
2 ,2 K
+5V
a
b
c
d
e
f
g
a
b
c
d
e
f
g
P 1 .6
C 9012
3
P 1 .7
1
2 ,2 K
1
C 9012
2 ,2 K
IC 7447 merupakan dekoder yang akan mengubah 4 bit BCD menjadi analog.
alan penggunaannya IC 7447 ini dipasangkan dengan seven segmen tipe common
anoda, digit akan aktif jika menerima masukan rendah. Tampilan pada seven
segmen sangat bergantung dari kode-kode biner yang masuk melalui inputan IC
7447 pada tabel 3.1, tabel ini akan memperlihatkan hubungan antara masukan
pada IC 7447 sebagai dekoder dengan keluaran atau tampilan pada seven segmen.
xlv
+5V
INPUT
OUTPUT
BI/RBO
LT RBI A
0
H
H L
1
H
X L
2
H
X L
3
H
X L
4
H
X L
5
H
X L
6
H
X L
7
H
X L
8
H
X H
9
H
X H
10 H
X H
11 H
X H
12 H
X H
13 H
X H
14 H
X H
15 H
X H
BI X
X X
RBI H
L
L
LT L
X X
B
L
L
L
L
H
H
H
H
L
L
L
L
H
H
H
H
X
L
X
C
L
L
H
H
L
L
H
H
L
L
H
H
L
L
H
H
X
L
X
D
L
H
L
H
L
H
L
H
L
H
L
H
L
H
L
H
X
L
X
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
L
L
H
a
L
H
L
L
H
L
H
L
L
L
H
H
H
L
H
H
H
H
L
b
L
L
L
L
L
H
H
L
L
L
H
H
L
H
H
H
H
H
L
c
L
L
H
L
L
L
L
L
L
L
H
L
H
H
H
H
H
H
L
d
L
H
L
L
H
L
L
H
L
H
L
L
H
L
L
H
H
H
L
e
L
H
L
H
H
H
L
H
L
H
L
H
H
H
L
H
H
H
L
f
L
H
H
H
L
L
L
H
L
L
H
H
L
L
L
H
H
H
L
g
H
H
L
L
L
L
L
H
L
L
L
L
L
L
L
H
H
H
L
Display yang terdiri dari 4 buah seven segmen ini, dalam kerjanya akan aktif
secara bergantian dengan kecepatan tinggi selama pesawat dihidupkan. Untuk
menentukan digit mana yang akan diaktifkan, maka pengaturannya akan
ditentukan oleh mikrokontroler. Pada rangkaian ini direncanakan penggunaan
transistor sebagai saklar, dimana saat menerima masukan tinggi dari
mikrokontroler akan mentriger basis dan mengaktifkan seven segmen. Cara ini
dikenal dengan metode multiplexing, yang artinya hanya satu buah seven segmen
yang menyala pada 1 waktu. Namun karena frekuensi multiflexing yang sangat
tinggi, maka akan terlihat menyala secara bersamaan.
xlvi
P2.1
R5
100
PNP
9012
BZ1
+
xlvii
+15
5V
LM 317
2
VO U T
3
P O R T 2 .0
C 9012
AD J
4 ,7 K
R1
V IN
R ELAY
1
2 ,2 K
S W TO G LE
M
45 rpm
35 rpm
R2
7 ,1 K
5 ,6 K
Vout 1,25 1
R1
xlviii
Vout 1,25 1
R1
R2
R1
Vout
1,25
R1
R1
50000
15
1,25
50000
11
R1 4545
Vout 1,25 1
4. 7 K
Vout 2,74
untuk 45 rpm :
7,1K
Vout 1,25 1
4. 7 K
Vout 3,14
3.3.5
sistem
kerja
secara
xlix
keseluruhan.
Untuk
mempermudah
pembahasan maka perencanaan sistem minimum dibagi menjadi dua bagian yaitu,
perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).
3.3.5.1 Perencanaan hardware
Perencanaan perangkat keras dari rangkaian mikrokontroler terlihat pada gambar
3.6
a.
li
satu.
Jika
yang
ditekan
tombol
(start),
maka
lii
SUBB A,#01H
MOV R0,A
UDAH_LOM_DOWN:
JB P1.1,PROSES_PENGATURAN_SELESAI
ACALL TAMPIL
JMP UDAH_LOM_DOWN
PROSES_PENGATURAN_SELESAI:
MOV A,R0
SETB P2.1
RET
b.
liii
ABIS:
ACALL TAMPIL
CLR P2.1
SETB P2.0
JMP ABIS
PEMBACAAN_SELESAI:
RET
BAB 4
liv
4.1
dalam pelaksanaannya nanti dapat berjalan dengan semestinya, adapun langkahlangkah persiapan dalam pendataan adalah sebagai berikut:
1. Persiapkan alat dan bahan terlebih dahulu.
2. Sebelum memulai pengukuran, hubungkan terlebih dahulu semua
aksesoris yang dibutuhkan pada modul pesawat roller mixer.
3. Berikan supply tegangan PLN pada alat-alat yang mau kita ukur
namun, sebelumnya pastikan seluruh blok rangkaian telah terhubung
dangan rangkaian power supply (+Vcc, dan ground).
4. Tekan tombol main switch kemudian cek apakah alat telah berjalan
dengan baik.
lv
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Komponen
Jumlah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
2 buah
Trafo 3 A
Kabel Supply
Saklar ON/OFF
Fuse 5 A
Dioda 5 A
Kapasitor 4700F
Kapasitor 100 F
IC Regulator 7805
IC Regulator 7815
Transistor D313
No
1
2
3
Komponen
IC AT89C51
Kristal 12MHz
Kapasitor 33pF
Jumlah
1 buah
1 buah
2 buah
No
1
2
3
4
Komponen
Push Botton Normally Open
Resistor 100
Resistor 8.2K
Kapasitor 10F/16V
Jumlah
4 buah
1 buah
1 buah
1 buah
lvi
No
1
2
3
4
5
Komponen
IC 74LS47
Seven Segmen CA
Transistor 9012
Resistor 330
Resistor 2.2K
Jumlah
1 buah
4 buah
4 buah
7 buah
4 buah
No
Komponen
Jumlah
IC LM317
1 buah
Relay 5 V
1 buah
Buzzer 12 V
1 buah
Transistor 9012
2 buah
Resistor 10K
2 buah
Resistor 180
1 buah
Resistor 4.7K
1 buah
Saklar Togle
1 buah
2 buah
10
Motor DC 12 V
1 buah
lvii
agar
didalam
pelaksanaan
pendataan
dapat
berjalan
dengan
Merk
: Sanwa
Model
: YX 360 TRS
Buatan
: Jepang
Multimeter Digital
Merk
: Cadic
Model
: 32B
4. Tacho Meter
Merk
: Sanwa
Buatan
: Jepang
5. Stop Watch
4.2
Metode Pendataan
Setelah semua bahan dirangkai menjadi modul, maka dilakukan pendataan
lviii
dengan 3 kondisi yaitu, pada saat tombol START belum ditekan, pada
saat tombol start ditekan dan pada saat waktu yang diatur habis.
4. Titik pengukuran 4 (TP4)
Merupakan titik pengukuran pada keluaran LM 317 yang terhubung
dengan motor pada kecepatan 45 rpm. Pada TP ini dilakukan pendataan
dengan 3 kondisi yaitu, pada saat tombol START belum ditekan, pada
saat tombol start ditekan dan pada saat waktu yang diatur habis.
5. Selain itu penulis juga melakukan perbandingan waktu operasi pesawat
Roller Mixer dengan cara dibandingkan dengan stop watch yang
dilakukan beberapa kali dengan 5 pengaturan waktu yang berbeda, serta
perbandingan kecepatan pada settingan dengan putaran yang sebenarnya.
4.3
PENYAJIAN DATA
Pada bagian ini penulis akan menyajikan data dari test point yang telah
disebutkan diatas.
1.
TP 1
Port
Port 2..1
Sebelum Start
4,8 V (High)
Kondisi
Pada saat
bekerja
4,8 V (High)
lix
2.
TP 2
Port
Port 2.4
3.
Sebelum Start
Kondisi
Pada saat
Pada saat waktu operasi
4,8 V (High)
bekerja
0 V (Low)
pesawat habis
4,8 V (High)
TP 3
Sebelum
Start
0V
Vout LM 317
4.
Kondisi
Pada saat
Pada saat waktu operasi
bekerja
3,2 V
pesawat habis
0V
TP 4
Sebelum
Vout LM 317
5.
Start
0V
Kondisi
Pada saat
Pada saat waktu operasi
bekerja
3,6 V
lx
pesawat habis
0
Waktu
Kesimpulan
settingan
II
1 Menit
00:01:00.83
00:01.00.83
00:01.00.82
2 Menit
00:02:01.57
00:02:01.60
00:02:01.59
3 Menit
00:03:02.27
00:03:02.29
00:03:02.27
4 Menit
00:04:03.00
00:04:03.01
00:04:03.00
5 Menit
00:05:04.02
00:05:04.02
00:05:04.02
6.
III
Pemilihan Kecepatan
35 Rpm
Hasil Ukur
37 Rpm
45 Rpm
45 Rpm
4.4
ANALISA DATA
Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan pada rangkaian yang telah dibuat
pada titik pengukuran, penulis melakukan pendataan dengan AVO meter. Dari
hasil pendataan pada masing-masing titik pengukuran dapat ditentukan presentase
kesalahan dengan menggunakan rumus :
% Kesalahan
100%
Hasil hitung
1. Analisa pada TP 1
Merupakan titik pengukuran pada keluaran Port 2.4 rangkaian
buzzer. Berikut ini adalah hasil dari pengukuran pada TP1.
% Kesalahan
4,8V 4,8V
100%
4,8V
0%
lxi
% Kesalahan
4,8V 5,1V
100%
4,8V
6,25%
Hasil ukur 0V
0V 0V
100%
0V
% Kesalahan
0%
Dari seluruh hasil presentase kesalahan yang didapat dari masingmasing kondisi maka, didapat persentase kesalahan total pada TP1
yakni sebesar :
% Kesalahan total TP1
0% 6,25% 0%
100%
3
2,08%
2. Analisa pada TP 2
Merupakan titik pengukuran pada keluaran Port 2.5 rangkaian
pengatur kecepatan motor. Berikut ini adalah hasil dari pengukuran
pada TP2.
% Kesalahan
4,8V 5,1V
100%
4,8V
6,25%
lxii
Hasil ukur 0V
0V 0V
100%
0V
% Kesalahan
0%
% Kesalahan
4,8V 5,1V
100%
4,8V
6,25%
Dari seluruh hasil presentase kesalahan yang didapat dari masingmasing kondisi maka, didapat persentase kesalahan total pada TP2
yakni sebesar :
% Kesalahan total TP 2
0% 6,25% 0%
100%
3
2,08%
Hasil ukur 0V
% Kesalahan
0V 0V
100%
0V
0%
lxiii
% Kesalahan
2,74V 2,9V
100%
2,74V
5,84%
Hasil ukur 0V
% Kesalahan
0V 0V
100%
0V
0%
Dari seluruh hasil presentase kesalahan yang didapat dari masingmasing kondisi maka, didapat persentase kesalahan total pada TP3
yakni sebesar :
% Kesalahan total TP3
0% 5,84% 0%
100%
3
1,94%
Hasil ukur 0V
% Kesalahan
0V 0V
100%
0V
0%
% Kesalahan
3,14V 3,2V
100%
3,14V
lxiv
1,91%
Hasil ukur 0V
% Kesalahan
0V 0V
100%
0V
0%
Dari seluruh hasil presentase kesalahan yang didapat dari masingmasing kondisi maka, didapat persentase kesalahan total pada TP4
yakni sebesar :
% Kesalahan total TP 4
0% 1,91% 0%
100%
3
0,63%
= 60.82 s
% Kesalahan
60 s 60.82 s
100%
60s
1,36%
35 rpm
Hasil Hitung = 35 rpm
Hasil Ukur
= 37 rpm
% Kesalahan
35rpm 37 rpm
100%
35rpm
5,71%
lxv
Keakurasian
= 100% - 5,71 %
= 94,29 %
45 rpm
Hasil Hitung = 45 rpm
Hasil Ukur
= 47 rpm
% Kesalahan
45rpm 45rpm
100%
45rpm
0%
Keakurasian
= 100% - 0 %
= 100 %
lxvi
BAB 5
KESIMPULAN
Setelah melelui proses yang panjang dalam pembuatan karya tulis ilmiah dan
modul rancang bangun pesawat roller mixer ini dilakukan mulai dari studi pustaka
yang dilanjutkan dengan proses pendataan dan analisa, maka didapat beberapa
kesimpulan tentang karya tulis ilmiah dan modul yang dibuat.
Selama penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah dan modul tentang pokok
bahasan ini menemukan beberapa kendala yaitu minimnya buku-buku panduan
yang akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa, hasil dari pengujian pada semua
bagian alat dan dibandingkan dengan alat sesungguhnya adalah sebagai berikut :
1. Modul Rancang Bangun Pesawat Roller Mixer ini sesuai dengan yang
diinginkan, walaupun tidak sesuai dengan perencanaan. Adapun
kesalahan tersebut disebabkan :
a. Penggunaan komponen yang kurang presisi
b. Kurang teliti dalam melakukan pengukuran pada rangkaian
2. Tingkat keakurasian pada alat ini yaitu : 100% - 3,14 % = 96,86%
3. Faktor ketelitian sangat mempengaruhi hasil kerja kita.
lxvii
DAFTAR ACUAN
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
lxviii
Pemrograman
DAFTAR PUSTAKA
lxix
LAMPIRAN 1
WIRRING DIGRAM ROLLER NIXER
AT89C51
S W -U P
S TAR T
+5V
100K
+5V
1 0 u F /1 6 V
5V
7
1
2
6
4
5
3
1
2
4
8
B I/R B O
RBI
LT
16
A
B
C
D
E
F
G
13
12
11
10
9
15
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
a
b
c
d
e
f
g
a
b
c
d
e
f
g
. .
330
74LS47
+5V
1
C 9012
2 ,2 K
R ESET
5V
VCC
P0.0(AD0)
P0.1(AD1)
P0.2(AD2)
P0.3(AD3)
P0.4(AD4)
P0.5(AD5)
P0.6(AD6)
P0.7(AD7)
EA/VPP
ALE/PROG
PSEN
P2.7(A15)
P2.6(A14)
P2.5A13)
P2.4(A12)
P2.3(A11)
P2.2(A10)
P2.8(A9)
P2.0(A8)
P1.0
P1.1
P1.2
P1.3
P1.4
P1.5
P1.6
P1.7
RST
P3.0(RXD)
P3.1(TXD)
P3.2(INTO)
P3.3(INTI)
P3.4(TO)
P3.5(T1)
P3.6(WR)
P3.7(RD)
XTAL2
XTAL1
GND
S W -D O W N
C 9012
2 ,2 K
8 ,2 K
+5V
XTAL
2 ,2 K
33pF
+15 +5V
33pF
a
b
c
d
e
f
g
a
b
c
d
e
f
g
. .
2
LM 317
VOUT
C 9012
2 ,2 K
R ELAY
C 9012
2 ,2 K
AD J
4 ,7 K
V IN
9012
2 ,2 K
3
S W TO G LE
5V
3
1
35 rpm
45 rpm
C 9012
2
7 ,1 K
8 ,6 K
BUZZER
T it l e
S iz e
A
D a te :
lxx
W IR IN G R O L L E R M IXE R
D ocum ent N um ber
A L W I H A S B U L L A H (0 4 . 0 0 8 )
T h u rs d a y , A u g u s t 1 6 , 2 0 0 7
R ev
Sheet
of
+5V
LAMPIRAN 2
PROGRAM ROLLER MIXER
$MOD51
ORG 000H
COUNTER_5MSS EQU 50H
MOV R0,#00H
MOV R7,#00H
MELPA:
ACALL TAMPIL
jb p1.0,MELPA
alwi:
ACALL PENGATURAN
ACALL TAMPIL
JB P1.2,ALWI
RE: CLR P2.0
ACALL PEMBACAAN_TIMER
JMP RE
;====================================================
PENGATURAN:
JB P1.0,DOWN_COUNTER
CLR P2.1
MOV A,R0
ADD A,#01H
MOV R0,A
CJNE A,#00111101B,LOM_MAK
MOV R0,#00H
LOM_MAK:
UDAH_LOM_UP:
JB P1.0,DOWN_COUNTER
ACALL TAMPIL
JMP UDAH_LOM_UP
DOWN_COUNTER:
MOV A,R0
CJNE A,#00H,ADA_DOWN
JMP PROSES_PENGATURAN_SELESAI
ADA_DOWN:
JB P1.1,PROSES_PENGATURAN_SELESAI
CLR P2.1
MOV A,R0
SUBB A,#01H
MOV R0,A
lxxi
UDAH_LOM_DOWN:
JB P1.1,PROSES_PENGATURAN_SELESAI
ACALL TAMPIL
JMP UDAH_LOM_DOWN
PROSES_PENGATURAN_SELESAI:
MOV A,R0
SETB P2.1
RET
;====================================================
TAMPIL:
MOV A,R0
ACALL OLAH_DATA
ACALL SMPN1
MOV A,R7
ACALL OLAH_DATA
ACALL SMPN2
ACALL DISPLAY
RET
OLAH_DATA:
MOV R2,A
MOV B,#0AH
DIV AB
MOV B,#06H
MUL AB
ADD A,R2
RET
SMPN1:
MOV R2,A
ANL A,#0FH
ADD A,#10110000B
MOV R3,A
MOV A,R2
SWAP A
ANL A,#0FH
ADD A,#01110000B
MOV R4,A
RET
SMPN2:
MOV R2,A
ANL A,#0FH
ADD A,#11100000B
lxxii
MOV R5,A
MOV A,R2
SWAP A
ANL A,#0FH
ADD A,#11010000B
MOV R6,A
RET
DISPLAY:
MOV A,R3
MOV P0,A
ACALL DELAY_SEGMENT
MOV P0,#0FFH
MOV A,R4
MOV P0,A
ACALL DELAY_SEGMENT
MOV P0,#0FFH
MOV A,R5
MOV P0,A
ACALL DELAY_SEGMENT
MOV P0,#0FFH
MOV A,R6
MOV P0,A
ACALL DELAY_SEGMENT
MOV P0,#0FFH
RET
;====================================================
PEMBACAAN_TIMER:
ACALL DELAY_500MSS
MOV A,R7
ADD A,#01H
MOV R7,A
CJNE A,#00111100B,PEMBACAAN_SELESAI
MOV R7,#00H
MOV A,R0
SUBB A,#01H
MOV R0,A
CJNE A,#00H,PEMBACAAN_SELESAI
ABIS:
ACALL TAMPIL
CLR P2.1
SETB P2.0
JMP ABIS
PEMBACAAN_SELESAI:
lxxiii
RET
;====================================================
DELAY_500MSS:
MOV COUNTER_5MSS,#056
TUNGGU_500MSS:
ACALL DELAY_5MSS
ACALL TAMPIL
DJNZ COUNTER_5MSS,TUNGGU_500MSS
RET
DELAY_5MSS:
PUSH TMOD
MOV TMOD,#21H
MOV TH0,#0EDH
MOV TL0,#0FFH
SETB TR0
TUNGGU_5MSS:
JBC TF0,SUDAH_5MSS
ACALL TAMPIL
AJMP TUNGGU_5MSS
SUDAH_5MSS:
CLR TR0
POP TMOD
RET
;====================================================
DELAY_SEGMENT:
PUSH B
MOV B,#04H
LOOPDELAY:
PUSH B
MOV B,#0FFH
LOOP2DELAY:
DJNZ B,LOOP2DELAY
POP B
DJNZ B,LOOPDELAY
POP B
RET
END
lxxiv
LAMPIRAN 3
SPESIFIKASI PESAWAT
ROLLER MIXER
With:
Rocking & Rolling Action for Complete Mixing
Ideal for Blood Samples
Removable Rollers
Continuous Operation between 4 C and 60 C
Constant Speed - 37 rpm
Choice of Two Sizes (5 Rollers & 10 Rollers)
Stock No.
Description
Qty
Each
Each
MODEL NO. : BM - 11
Roller
4 Nos. x 230mm
Size
Lg.
Mains
230v, 50Hz |
Input
110v, 60Hz AC
RPM
37 RPM
lxxv
Mixing
Time
20 Minutes
Weight
Vaccutainer 6
Nos. (4ml) or 5ml x
Capacity
15 Bulb
MODEL NO. : BM - 22
Roller
4 Nos. x 230mm
Size
Lg.
Mains
230v, 50Hz |
Input
110v, 60Hz AC
RPM
Mixing
Time
Weight
35 RPM and 45
RPM
15 to 20 Minutes
2.0 Kg. Net
4ml Vaccutainer
6 Nos. or 5ml x 15
Capacity
Bulb
needle incinerator, roller mixer, needle destroyer, blood mixer,centrifuge, differential blood cell counter, vortex mixer, cyclo
mixer,dry bath incubator, hematocrit centrifuge, spring roller mixer, inverter cabinet,needle incinerator, roller mixer, needle
destroyer, blood mixer,centrifuge, differential blood cell counter, vortex mixer, cyclo mixer,dry bath incubator, hematocrit
centrifuge, spring roller mixer, inverter cabinet,
lxxvi
LAMPIRAN 4
DATA SHEET IC MIKROKONTROLER
AT89C51
lxxvii
lxxviii
lxxix
lxxx
lxxxi
lxxxii
lxxxiii
lxxxiv
lxxxv
lxxxvi
LAMPIRAN 5
DATA SHEET LM 317
lxxxvii
lxxxviii
lxxxix
xc
xci
xcii
xciii
LAMPIRAN 5
DATA SHEET IC 74LS47
xciv
xcv
xcvi
xcvii
xcviii
xcix