Anda di halaman 1dari 18

4 I/O dalam Intrumentasi Bagi orang yang baru dalam bidang instrumentasi, dapat

memahami Instrumentasi dengan mengelompokkan Sinyal-sinyal dalam instrumentasi.


Kita dapat mengelompokkan menjadi 4 sinyal (4 I/O = 4 Input atau output) yaitu :
- AI (Analog Input), - AO (Analog Output), - DI (Digital Input) dan - DO (Digit
al Output) Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang mempunya
i nilai kontinyu (tidak terputus) dimana besarannya berubah terhadap waktu atau
ruang, dan mempunyai semua nilai untuk setiap nilai waktu (dan atau setiap ruang
), yang membawa informasi dengan mengubah karakteristik gelombang. Dalam instrum
entasi biasanya besarnya sinyal analog adalah 4 20 mA, 0 20 mA. Sinyal digital a
dalah sinyal data dalam bentuk pulsa yang mengalami perubahan yang tiba-tiba dan
mempunyai besaan 0 dan 1. Sinyal digital hanya memiliki dua keadaan yaitu 0 dan
1, sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh derau/noise. Dalam instrumentasi biasa
nya besarnya 0 dan 24 V, 0 dan 5 V. Input adalah sinyal yang masuk ke kontroler
(DCS), Output adalah sinyal yang diberikan/ dikirim oleh kontroler (DCS). Jadi :
Analog input adalah sinyal 4 20 mA yang masuk ke kontroler (DCS) yang biasanya
berasal dari Transmiter atau analizer, misalnya dari Transmiter temperatur, flow
, level, tekanan atau analizer Oksigen, CO, silika dsbnya. Analog Output adalah
sinyal 4 20 mA yang diberikan/ dikirim oleh kontroler (DCS) yang biasanya dikiri
m ke Kontrol Valve. Digital Input adalah sinyal 0 atau 24 V yang masuk ke kontro
ler (DCS) yang biasanya berasal dari limit switch, speed switch, temperatur swit
h, presure switch, flow switch, level switch dsnya. Digital Output adalah sinyal
0 atau 24 V yang diberikan/ dikirim oleh kontroler (DCS) yang biasanya dikirim
ke solenoid valve untuk on/off valve.

Anda dapat mendalami Instrumentasi dengan menjabarkan dan memahami alat-alat ins
trument yang termasuk dalam 4 I/O tersebut, karena itulah dunianya Instrumentasi
. Analog Input (AI) dalam Dunia Instrumentasi Seperti yang di bahas pada posting
sebelumnya mengenai 4 I/O; Analog Input adalah Sinyal 4 20 mA yang masuk ke kont
roler (DCS) yang biasanya berasal dari Transmitter atau Analizer, misalnya dari
Transmitter Temperature, Flow, Level, Tekanan atau dari Analizer Oksigen, CO, Si
lika dsbnya. Dalam dunia instrumentasi analog input ini berasal berbagai macam t
ransmitter ataupun analizer yang mengeluarkan sinyal 420 mA. Transmitter ataupun
Analizer mengeluarkan sinyal 420 mA (Outputnya) adalah merupakan input bagi kontr
oler (DCS) yang nantinya dapat dipakai sebagai indikasi ataupun set poin untuk a
larm maupun interlock dalam suatu sistem. Sebagai contoh : Temperatur Transmitte
r, temperatur transmitter akan mengirimkan sinyal 420 mA ke kontroler (DCS), meng
irim sinyal analog 4 mA saat zero indikasi sampai sinyal analog 20 mA saat full
range.
Range temperatur tersebut di Kontroler (DCS) harus sama dengan di transmitter ag
ar indikasi yang ditampilkan di Kontroler (DCS) adalah besaran aktual temperatur
di lapangan. Kalau range temperatur di Kontroler (DCS) adalah 0100 C ; maka trans
mitter juga harus di kalibrasi pada range 0-100 C agar suhu aktual dilapangan yan
g disensing sensor sebagai 50 C di kirim oleh transmitter sebagai 12 mA dan nanti
nya kontroler yang memiliki range temperatur yang sama 0 100 C akan menerima 12 m
A ini dan menampilkan sebagai suhu 50 C.

Karena pada range transmitter dan kontroler (DCS) 0 - 200C; pada suhu 50 C ini, tr
ansmitter akan mengirim sinyal 8 mA dan kontroler (DCS) akan menerima dan menamp
ilkan 8 mA ini sebagai suhu 50 C, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pembacaa
n. Jadi tidak ada masalah berapa pun range temperature tersebut asalkan range di
transmitter dan Kontroler (DCS) sama. Cuma perlu saya ingatkan bahwa pemilihan
range tersebut disesuaikan dengan range temperatur prosses yang diukur, misalnya
air 0100 C, LP steam 0300 C, MP steam 0400 C, Bed temperatur boiler 01200 C.
Arus 4 - 20 mA Anda pasti sering mendengar tentang arus 4-20 mA, terutama dalam
bidang instrumentasi. Angka 4-20 mA tersebut bukan muncul begitu saja, tetapi ad
a sejarah yang membentuk angka tersebut. Dahulu industri pemanas, ventilasi dan
pengkondisian udara (Heating, ventilating dan air conditioning; HVAC) telah meng
gunakan control pneumatic (control udara). Dalam system ini, rasio controller, P
ID controller, sensor suhu dan actuator digerakkan oleh udara yang di kompressi.
Pada sistem itu 3-15 pound/inche2 adalah standar modulasinya, 3 psi untuk zero da
n 15 psi untuk 100%. Setiap tekanan di bawah 3 psi adalah dead zero dan kondisi alar
am. Pada tahun 1950-an, kontrol listrik dan elektronika berkembang. Bentuk sinya
l yang baru 4-20 mA berusaha menyamai sinyal pneumatic 3-15 psi. Bentuk arus sin
yal ini cepat menjadi metode pilihan karena kabel lebih mudah di pasang dan dipe
lihara dibandingkan dengan jalur tekanan pneumatic. Selain itu dapat mengirimkan
arus sinyal pada jarak yang jauh dan membutuhkan energi yang jauh lebih rendah.
Anda tidak lagi membutuhkan compressor 20-50 tenaga kuda, dan dengan elektronik
kita dapat menambah algoritma control yang rumit.
Dasar-dasar Loop Arus 4-20 mA Loop arus 4-20 mA ini sangat berpeluang menjadi si
nyal standar sensor, yang ideal untuk menjadi transmisi data, karena ketidak pek
aannya terhadap noise (gangguan) listrik. Dalam loop 4-20 mA ini arus sinyal men
galir ke semua komponen, mengalirkan arus yang sama bahkan pada sambungan kabel
yang kurang sempurna sekalipun. Semua komponen dalam loop mengalami tegangan jat
uh karena arus sinyal yang mengalir melaluinya. Arus sinyal tidak terpengaruh ol
eh tegangan jatuh tersebut selama tegangan listrik power supply lebih besar dari
pada jumlah tegangan jatuh dalam loop pada arus sinyal maksimum 20 mA.

Gambar 1 menunjukkan skema dari loop sederhana 4-20 mA. Ada 4 komponen di sana y
aitu : 1. Sebuah catu daya DC; 2. sebuah transmitter 2-Wire; 3. Sebuah resistor
penerima (Rpenerima) yang mengubah sinyal arus menjadi tegangan; 4. Kabel yang m
enghubungkan semuanya. Dua R kabel merupakan simbol yang menggambarkan perlawanan
kabel dari transmitter ke catu daya dan Rpenerima (kontroler).
Gambar 1: Skema Dasar Loop Arus Pada Gambar 1, arus disuplay dari catu daya mela
lui kabel ke transmitter dan transmitter mengatur aliran arus dalam loop. Arus y
ang diizinkan oleh transmitter disebut arus loop yang sebanding dengan parameter
yang sedang diukur. Arus loop mengalir kembali ke controller melalui kabel, dan
kemudian mengalir melalui resistor Rpenerima ke tanah dan kembali ke catu daya.
Arus yang mengalir melalui Rpenerima ini menghasilkan tegangan yang mudah diuku
r dengan input kontrol analog. Untuk resistor 250 ,tegangan akan terukur 1 VDC pa
da 4 mA dan 5 VDC pada 20 mA. Komponen-komponen pada Loop Arus 4-20 mA 1. Catu D
aya Catu daya untuk transmitter 2-wire harus selalu DC, karena perubahan arus me
rupakan parameter yang sedang diukur. Jika daya AC yang digunakan, arus dalam lo
op (lingkaran) akan berubah sepanjang waktu. Oleh karena itu, perubahan arus dar
i transmitter akan mustahil untuk dibedakan dari perubahan arus yang disebabkan
oleh catu daya AC. Untuk loop 4-20 mA dengan transmitter 2-wire, catu daya umumn
ya dipasok dengan tegangan 36 VDC, 24 VDC, 15 VDC dan 12 VDC. Loop Arus yang men
ggunakan transmitter 3-wire dapat menggunakan power supply AC atau DC. Catu daya
AC yang paling umum adalah transformator kontrol 24 VAC. Pastikan untuk memerik
sa literatur instalasi transmitter untuk kebutuhan tegangan yang tepat.

2. Transmitter Transmitter adalah jantung dari sistem sinyal 4-20 mA. Merubah be
saran fisik seperti suhu, kelembaban atau tekanan menjadi sinyal listrik. Sinyal
listrik yang proporsional terhadap suhu, kelembaban atau tekanan yang diukur. D
alam loop 4-20 mA, 4 mA merupakan titik pengukuran terendah dan 20 mA merupakan
titik tertinggi. Beberapa transmitter saat ini menggunakan range catu daya, misa
lnya 15-24 VDC untuk transmitter kelembaban atau 7-40 VDC untuk transmitter suhu
.Tegangan rendah adalah tegangan minimum yang dibutuhkan untuk menjamin operasi
yang tepat dari transmitter. Tegangan tinggi adalah tegangan maksimum transmitt
er untuk dapat bertahan dan beroperasi dengan spesifikasi yang ditetapkan. 3. Re
sistor Penerima Adalah jauh lebih mudah untuk mengukur tegangan daripada untuk m
engukur arus. Oleh karena itu, banyak sirkuit loop saat ini (seperti rangkaian p
ada gambar 1) menggunakan Rpenerima untuk mengubah arus menjadi tegangan. Dalam
Gambar 1, Rpenerima adalah sebuah resistor presisi 250. Arus yang mengalir melalu
inya akan menghasilkan tegangan yang mudah diukur oleh input kontrol analog. Unt
uk resistor 250, tegangan akan terukur 1 VDC pada arus loop 4 mA dan 5 VDC pada a
rus loop 20 mA. Rpenerima yang paling umum dalam sebuah loop 4-20 mA adalah 250,
namun tergantung pada aplikasinya, resistor 100 sampai 750 dapat digunakan juga. 4
. Kabel Mengirim arus melalui kabel menghasilkan drop tegangan yang proporsional
dengan panjang dan tebal (ukuran) darikabel tersebut. Semua kawat memiliki taha
nan, biasanya dinyatakan dalam ohm per 1.000 feet.
Tabel 1 Tahanan Kabel Tembaga @ 20 C (68 F) Amerika Drop tegangan dapat dihitung
dengan menggunakan hukum Ohm : E=IxR E = tegangan resistor dalam volt; I = arus
yang mengalir melalui konduktor dalam ampere; R = resistensi konduktor dalam oh
m. Resistansi kabel alat ukur umum diperlihatkan pada Tabel 1 di atas. Ketidakpe
kaan terhadap Gangguan(noise) Listrik

Keuntungan terbesar menggunakan loop arus untuk transmisi data adalah ketidakpek
aan suatu loop arus terhadap gangguan (noise) listrik. Setiap transmitter saat i
ni memiliki beberapa resistansi output yang terkait dengannya. Idealnya, resista
nsi output transmitter adalah tak terbatas. Namun, transmitter saat ini sudah sa
ngat besar, tetapi tidak terbatas pada resistensi output. Misalnya, transmitter
suhu memiliki resistansi output 3.640.000 Ohm atau 3,64 Meg. Resistansi keluaran
ini dapat direpresentasikan sebagai resistor dalam skema rangkaian gambar 2. Ske
ma rangkaian pada gambar 2 menunjukkan komponen tahanan dari sebuah loop arus 420 mA dengan sumber ganguan (noise) yang ditambahkan ke loop. Karena resistansi
keluaran tinggi dari pemancar (3,64 Meg), sebagian besar dari tegangan noise drop
(jatuh) di transmitter, dan hanya sebagian kecil drop di Rpenerima. Sejak kontr
oller dibuat hanya melihat tegangan di Rpenerima, tegangan noise hampir tidak be
rpengaruh pada kontroler.

Gambar 2, Model Arus loop noise Contoh Reduksi gangguan (noise): Jika sumber noi
se pada gambar 2 memiliki amplitudo 20 Volt, maka tegangan gangguan yang terliha
t pada Rpenerima hanya 0,0014 Volt. Hal ini karena tegangan gangguan yang diukur
pada setiap resistor adalah sama dengan Ohm dari resistor dibagi dengan total o
hm pada rangkaian dikalikan dengan tegangan gangguan. Tegangan noise pada Rpener
ima = Vnoise x Rpenerima / (Rkabel + Rtransmitter + Rpenerima) Vnoise = 20 x 250
/ 3.640.260 = 0,0014 Volt Tegangan Rpenerima pada loop 20 mA saat ini adalah li
ma volt. Menambahkan 0,0014 volt noise hanya 0,028% dari lima volt, merupakan su
atu kesalahan yang tidakberarti. Prinsip yang sama berlaku juga untuk tegangan f
ruktuasi dalam power supply. Impedansi output tinggi transmitter suhu menolak ke
salahan karena fruktuasi catu daya. Jika catu daya dari gambar 1 adalah bervaria
si sehingga tegangan jatuh di transmitter bervariasi 7-24 VDC, output hanya meru
bah arus sebesar 0,000005 amper, atau 5 mikro-amper. Ini sama hanya 0,00125 volt
di resistor Rpenerima 250, yang merupakan fruktuasi yang tidak berarti. Tergantu
ng pada sumber saat ini untuk loop, perangkat dapat diklasifikasikan sebagai akt
if (penyediaan daya atau supplying Power) atau pasif (mengandalkan kekuatan loop
). Misalnya, perekam grafik dapat menyediakan tenaga loop untuk transmitter teka
nan. Transmitter tekanan memodulasi arus pada loop untuk mengirim sinyal ke stri
p chart recorder, tetapi tidak dengan sendirinya menyuplai power ke loop dan beg
itu juga pasif. (Sebuah instrumen 4-wire memiliki masukan power supply terpisah
dari loop arus) loop lain mungkin berisi dua perekam pasif grafik, transmitter t
ekanan pasif, dan baterai 24 V.. (Baterai adalah perangkat aktif).
Dipilihnya 4-20 mA menjadi sinyal standar instrumentasi antara lain karena : - S
inyal analog dari 4 sampai 20 mA dapat merepresentasikan dengan baik 0 sampai 10
0% dari variabel proses. - 4 mA cukup untuk menyuplai arus yang di butuhkan oleh
power loop dan tidak cukup untuk menyebabkan kehilangan daya. - Dipilih karena
resistansi 250 Ohm, 4 mA x 250 = 1 Volt, dan 20 mA x 250 = 5 Volt, merupakan ran
ge kerja dari sinyal digital. Standar Analog ke Digital adalah 1 ke 5 V dengan r
esistan 250 Ohm yang sesuai dengan Zero dan Full digital. - Memberikan suatu sin
yal minimum yang bukan nol untuk memungkinkan pendeteksian kehilangan sinyal, da
n batas tegangan sinyal minimum menyediakan batas antara sinyal minimum dan seti
ap gangguan yang mungkin ada. - Sangat mudah memahami 4 mA adalah low level dan
jika dibawah 4 mA artinya instrument tidak bekerja atau fail. - Ketidakpekaan lo
op arus terhadap gangguan (noise) listrik dan fruktuasi catu daya. - Peralatan a
kan ready untuk pengembangan dan kemungkinan histerisis alat akan dikurangi.

- Loop arus yang sama (disebut transmitter 2-wire) dapat digunakan untuk menguku
r tekanan, temperatur, aliran (flow), pH atau variabel proses lainnya. Sebuah lo
op arus juga dapat digunakan untuk mengontrol positioner aktuator valve atau out
put lainnya. - Komunikasi digital untuk perangkat tambahan dapat ditambahkan ke
loop arus dengan menggunakan HART Protocol. - Ini adalah standar untuk memastika
n keselamatan pada area kerja. Sinyal 20 mA tidak cukup untuk memicu percikan ap
i dan kita dapat membatasi daerah bahaya api di area kerja.
Contoh Mencari Besar mA (arus) dan Indikasi (display) pada Transmitter (Analog I
nput, 4 20 mA). Untuk Range yang berawal nol : Misalnya Range Temperature Transm
itter 0 100 C a. Kalau di transmitter terukur 8 mA, maka indikasinya (Display) ad
alah : mA terbaca - 4 Display = --------------------- X Range 16 = (8-4/16) x 10
0 = 25 C
b. Kalau sekarang terbaca 75 C, mA yang seharusnya adalah : Display terbaca mA =
( ------------------------ X 16 ) + 4 Range = (75/100 x 16) + 4 = 16 mA c. Begit
u pula dalam %, 0 100 C diatas diganti menjadi 0 100%
Untuk Range yang bukan berawal nol : Misalnya : Range temperatur 250 - 550 Artinya
Zeronya = 250 Spannya 550 - 250 = 300 Maka mencari display berlaku Rumus : mA - 4
Display = Zero + {(------------ ) x Span }

16 a. Misalnya terbaca 12 mA, maka display = Display = 250 + (12-4/16 x 300) = 2


50 + 150 = 400 b. Misalnya terbaca 4 mA maka display = Display = 250 + (4-4/16 x
300) = 250 +0 = 250 c. Misalnya terbaca 20 mA maka display = Display = 250 + (204/16 x 300) = 250 +300 = 550 Kebalikannya, mencari mA dengan rumus : Display - Ze
ro mA = { [ ( --------------------) x 16 ] + 4 } Span a. Misalnya Display 400, ma
ka mA = mA = {(400-250/ 300) x 16} + 4 = 8 + 4 = 12 mA b. Misalnya Display 250, m
aka mA = mA = ({250-250/ 300) x 16} + 4 = 0 + 4 = 4 mA c. Misalnya Display 550, m
aka mA = mA = ({500-250/ 300) x 16} + 4 = 16 + 4 = 20 mA Ada teman yang menanyak
an, contoh menghitung Flow transmitter (DP) pada range 0 - 2500 mmH2O. Perhitung
an di atas memang hanya untuk yang Linier, sementara untuk Flow Transmitter (DP)
menggunakan square root (akar kuadrat). Untuk itu saya akan jelaskan dengan tab
el di bawah ini :

Istilah-istilah dalam Instrumentasi Dalam dunia instrumentasi ada beberapa istil


ah yang sering muncul. Beberapa istilah-istilah itu antara lain : Instrumentasi
adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengenda
lian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks. Secara umum instrum
entasi mempunyai 3 fungsi yaitu sebagai alat pengukur, alat analisa dan alat ken
dali. Sistem adalah gabungan komponen-komponen yang bekerja sama dalam melakukan
tujuan tertentu. Sistem tidak terbatas pada benda-benda phisik saja, konsep sis
tem dapat digunakan pada benda-benda abstrak, fenomena dinamik dsbnya. Plant ada
lah merupakan objek phisik yang dikendalikan,yang dapat berupa peralatan-peralat
an yang mempunyai tugas masing-masing dan mempunyai tujuan yang sama. Proses ada
lah sistem fisika yang kita usahakan untuk diukur atau dikontrol.
Proses Variabel
adalah kuantitas spesifik yang kita ukur dalam proses. Kuantitas tersebut dapat
berupa besaran phisik atau besaran kimia.Tekanan, temperatur, flow dan level ada
lah variabel phisik; sedangkan kandungan oksigen dan nilai pH adalah variabel-va
riabel kimia. Primary Sensing Element (PSE) adalah sebuah perangkat yang secara
langsung merasakan variabel proses dan menterjemahkan besaran yang dirasakan men
jadi representasi analog (tegangan listrik, arus, resistansi, kekuatan mekanik,
gerakan dll). Contoh termokopel, termistor, bourdon tube, sel electrokimia, micr
ofon, accelerometer. Sensor merupakan primary sensing element yaitu suatu alat y
ang mengambil energi dari sistem yang diukur untuk memberikan sinyal keluaran ya
ng dapat diubah menjadi sinyal listrik yang cocok dengan hasil pengukuran. Trans
duser adalah suatu alat (device) yang berfungsi merubah suatu besaran/ energi ke
bentuk besaran energi yang lain. Transduser merupakan perangkat yang mengubah s
tandar sinyal instrumentasi yang satu ke standar sinyal instrumen yang lain atau
melakukan semacam pengolahan pada sinyal. Sering disebut sebagai konverter. Mis
alnya I/P converter (mengkonversi sinyal listrik 4-20mA ke sinyal pneumatik 3-15
PSI).

Transmitter adalah sebuah perangkat yang menterjemahkan sinyal yang dihasilkan o


leh element pengindera primer menjadi sinyal instrumentasi standart seperti arus
listrik DC 4-20mA yang mungkin kemudian disampaikan ke perangkat indikator , se
buah perangkat pengendali atau keduanya. Kalibrasi merupakan proses untuk menyes
uaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan
standar yang digunakan dalam akurasi tertentu. Kalibrasi dilakukan dengan memba
ndingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasion
al dengan bahan acuan yang tersertifikasi. Dengan kata lain, kalibrasi merupakan
proses verifikasi bahan suatu akurasi alat-ukur sesuai dengan rancangannya. Kon
troler adalah sebuah perangkat yang menerima sinyal proses variabel (PV) dari Pr
imer Sensing Element (PSE) atau transmitter, membandingkan sinyal dengan nilai y
ang di kehendaki untuk proses variabel (setpoint), dan menghitung sinyal output
yang sesuai yang akan dikirim ke Final Control Element (FCE) seperti kontrol val
ve atau motor istrik. Final Control Element (FCE) atau aktuator adalah perangkat
yang menerima sinyal dari kontroler untuk secara langsung mempengaruhi proses.
Contoh : Kontrol valve, speed variabel motor listrik, dsbnya. Range adalah mengg
ambarkan batasan sinyal yang berhubungan dengan instrumen input ataupun instrume
n output. Batasan sinyal terendah dari suatu sinyal input adalah kuantitas instr
umen terendah yang diukur, sedangkan batasan maksimumnya adalah nilai tertinggi.
Contoh : Suatu proses mempunyai batas atau range tekanan dari 100 kPa sampai 50
0 kPa, maka alat instrumen ini tidak dapat digunakan untuk mengukur nilai dibawa
h 100kPa ataupun diatas 500 kPa. Zero adalah nilai terendah suatu sinyal input a
Span adalah selisih aljabar antara nilai
tau output, meskipun nilainya tidak nol.
range teratas dengan range terendah. Span input dan output dari suatu instrumen
berhubungan langsung dengan range inputataupun rang outputnya. Akurasi (ketepata
n) adalah harga (nilai) seberapa dekat angka terbaca pada alat ukur dengan nilai
sebenarnya besaran yang diukur tersebut. Akurasi biasanya dinyatakan dengan per
sentasi span. Presisi (ketelitian) adalah harga atau nilai yang menyatakan berap
a dekat nilai bacaan alat ukur tersebut ketika dilakukan pengukuran secara berul
ang-ulang. Sensitivitas (kepekaan) adalah perbandingan keluaran terhadap perubah
an besaran yang diukur. Suatu alat yang peka akan memberikan tanggapan (respon)
yang besar jika besaran yang diukur mengalami perubahan kecil. Resolusi (daya pi
sah) adalah perubahan terkecil dari besaran yang diukur, dimana alat ukur masih
memberikan tanggapan. Error (Kesalahan) adalah simpangan terhadap nilai sebenarn
ya, atau selisih antara nilai yang diukur dengan nilai sebenarnya besaran yang d
iukur. Misalnya presure gauge menunjukkan 97 Bar ketika presure nyatanya 100 Bar
, maka kesalahannya -3 Bar. Gangguan merupakan sinyal yang cenderung mempengaruh
i nilai output sistem. Jika gangguan bangkit dari dalam sistem maka disebut gang
guan internal, sedangkan gangguan eksternal dihasilkan dari luar sistem. Linieri
tas adalah menggambarkan kedekatan hubungan antara input dengan output dari suat
u instrumen yang digambarkan seperti sebuah garis lurus; hal tersebut adalah seb
uah garis lurus dengan 0% input dan 0% output sampai 100% input dan 100% output.
Jika hubungan ini meyimpang maka timbul ketidaklinieran. Ketidak linieran outpu
t biasanya dinyatakan dalam persentase skala penuh atau full scale output.

Set point (SP) adalah nilai dimana kita menginginkan proses variabel harus diper
tahankan. Dengan kata lain adalah target nilai dari variabel proses. Tag Number
adalah 8 karakter huruf atau angka yang berfungsi sebagai tanda atau identifikas
i suatu transmitter, sensor ataupun peralatan instrumen yang lain.
Teknik Sederhana untuk membaca P&ID
Piping and Instrumentation Diagram atau biasa disingkat P&ID adalah ilustrasi sk
ematik secara mendetail (Overview) mengenai hubungan fungsional perpipaan, instr
umentasi dan komponen sistem peralatan didalam suatu pabrik. P&ID adalah salah s
atu informasi penting mengenai semua komponen pabrik, baik ketika pabrik didalam
fase desain, fase konstruksi maupun fase operasional. Dari P&ID kita dapat meng
etahui bagaimana suatu pabrik proses bekerja, pipa ukuran apa saja yang digunaka
n, instrumentasi apa saja yang digunakan dan lain sebagainya. Intinya, P&ID adal
ah jantung komunikasi antara para insinyur fasilitas produksi dari berbagai disi
plin ilmu mengenai pabrik. Memulai dari PFD Awal membaca gambar P&ID bagi insiny
ur pemula memang cukup sulit untuk pabrik yang sedikit rumit karena mungkin belu
m terbiasa dengan proses yang tergambar dalam P&ID. Supaya lebih mudah membaca P
&ID, sangat disarankan membaca gambaran pabrik secara keseluruhan, yaitu dengan
membaca Process Flow Diagram (PFD) terlebih dahulu. Dari PFD ini kita bisa melih
at gambaran besar cara kerja pabrik. PFD menjelaskan hal-hal sbb:

Perpipaan proses Simbol peralatan utama Katup kendali atau kontrol utama Interko
neksi dengan sistem lain Jalur bypass dan jalur resirkulasi Neraca massa dan ner
aca energi
Setelah cukup jelas, kita bisa beralih ke P&ID yang merupakan penjabaran detil d
ari PFD untuk mengikuti alur proses disitu, serta mencoba memahami segala fungsi
peralatan dan instrumentasi yang ada di gambar P&ID. Anatomi Gambar P&ID Gambar
P&ID secara umum dapat dikelompokkan menjadi 5 area utama. 1. Title block 2. Gr
id system 3. Revision block 4. Notes and legends 5. Engineering drawing (porsi g
rafis) Kemampuan untuk memahami informasi di semua area ini hampir sama pentingn
ya dengan memahami P&ID, oleh sebab itu kita akan membahasnya satu-persatu. 1. T
itle block

Title block atau blok judul dari P&ID biasanya terletak dibawah atau dipojok kan
an bawah suatu gambar, berisikan informasi yang diperlukan untuk mengidentifikas
i gambar dan memverifikasi validitas gambar tersebut. Berikut adalah gambar cont
oh blok judul.
Blok judul terdiri dari beberapa area sebagai berikut A. Area pertama dari blok
judul Area pertama dari blok judul berisikan judul gambar, nomor gambar dan daft
ar lokasi/lapangan/vendor. Judul gambar dan nomor gambar digunakan untuk identif
ikasi dan tujuan pendokumentasian. Biasanya nomor gambar adalah unik untuk setia
p gambar dan terdiri atas kode yang berisikan informasi gambar mengenai lapangan
, sistem maupun tipe gambar. Nomor gambar bisa juga berisikan informasi seperti
nomor lembar (sheet number), jika gambar tersebut terdiri dari beberapa halaman,
atau bisa juga berisikan tingkatan revisi. Gambar-gambar biasanya didokumentasi
kan berdasarkan nomor gambar karena judul gambar bisa menjadi terlalu umum atau
tidak unik. B. Area kedua dari blok judul Area kedua dari blok judul berisikan t
anda tangan dan tanggal-tanggal persetujuan (approval) dari pihak-pihak yang ter
kait. Area ini menyediakan informasi kapan dan oleh siapa komponen/sistem ini di
desain dan kapan serta oleh siapa gambar ini dibuat serta diverifikasi dalam tah
ap akhir persetujuan. Informasi ini dapat sangat berharga ketika kita hendak men
cari data lebih jauh mengenai sistem/komponen desain atau operasi. Nama-nama yan
g tercantum disitu besar kemungkinan dapat membantu mencari solusi antara perbed
aan gambar dengan sumber informasi lainnya. C. Area ketiga dari blok judul Area
ketiga dari blok judul adalah blok referensi. Blok referensi berisikan daftar ga
mbar-gambar lain yang berhubungan dengan sistem/komponen, atau dapat juga berisi
kan daftar gambar lain yang saling mereferensikan, bergantung pada konvensi di l
apangan atau vendor. Blok referensi ini dapat sangat bermanfaat dalam mencari in
formasi tambahan pada sistem atau komponen di P&ID. Meskipun demikian, informasi
yang terdapat pada blok judul bisa berbeda-beda tergantung lapangan ataupun ven
dor, seperti misalnya ditambahkan nomor kontrak. Ketiga area diatas tidak selalu
juga dapat ditemui dalam setiap P&ID, tetapi biasanya area pertama dan area ked
ua selalu ada di P&ID. 2. Grid System Suatu gambar bisa saja menjadi sangat besa
r maupun rumit, mencari suatu titik atau peralatan

tertentu saja bisa sulit. Ini menjadi semakin nyata ketika satu kabel atau pipa
disambungkan dengan gambar dilembar kedua. Untuk membantu mencari titik tertentu
pada gambar yang telah dicetak, kebanyakan gambar khususnya P&ID dan gambar ske
matik elektrik mempunyai sistem kisi atau grid system. Kisi dapat terdiri dari h
uruf, angka atau keduanya yang melintang secara horizontal dan vertikal disekita
r gambar seperti pada gambar dibawah.
Seperti halnya peta kota, gambar dibagi menjadi blok-blok yang lebih kecil, yang
mana setiap bloknya mempunyai pengidentifikasi dua huruf atau angka. Sebagai co
ntoh, suatu pipa dilanjutkan dari satu gambar ke gambar yang lain, tidak hanya g
ambar kedua mereferensikan gambar pertama, tetapi koordinat kisi juga ikut memba
ntu peletakan pipa sambungan tersebut. Sehingga pencarian pipa yang terdapat dal
am suatu blok akan lebih mudah dilakukan daripada mencari diseluruh gambar. 3. R
evision block Ketika perubahan-perubahan terhadap komponen atau sistem dilakukan
, gambar-gambar yang merefleksikan komponen atau sistem yang bersangkutan harus
digambar ulang atau diterbitkan kembali (reissued). Ketika gambar pertama kali d
iterbitkan, disebut sebagai revisi 0 dan blok revisi menjadi kosong. Setiap kali
revisi gambar dibuat, sebuah entri akan diletakkan pada blok revisi. Entri ini
dilengkapi dengan nomor revisi, judul atau ringkasan dari revisi, dan tanggal re
visi. Nomor revisi bisa saja ditampilkan pada nomor gambar atau pada blok yang t
erpisah seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah.

Ketika komponen atau sistem dimodifikasi, gambar tersebut dimutakhirkan untuk me


refleksikan perubahan, nomor revisi akan dinaikkan satu angka, dan kemudian nomo
r revisi di blok revisi akan diubah untuk mengindikasikan nomor revisi baru. Seb
agai contoh, jika gambar dengan Revisi 2 dimodifikasi, maka gambar baru yang men
unjukkan modifikasi terakhir akan mempunyai nomor gambar yang sama, tetapi denga
n level revisinya menjadi 3. Gambar Revisi 2 akan didokumentasikan serta diperta
hankan didalam sistem pengarsipan untuk kepentingan historikal. Terdapat dua met
ode yang umum dipakai untuk menunjukkan bahwa revisi telah mengubah gambar yang
berisikan diagram sistem. Metode pertama adalah metode awan (cloud method), dima
na setiap perubahan diletakkan didalam bentuk awan, seperti yang ditunjukkan pad
a gambar dibawah.
Metode kedua menggunakan segitiga (atau lingkaran atau bentuk lainnya) dengan no
mor revisi didalamnya yang kemudian diletakkan porsi gambar yang terkena revisi.
Metode pertama dengan awan hanya menunjukkan perubahan dari revisi yang terakhi
r, sedangkan metode kedua menunjukkan semua perubahan dari proses revisi-revisi
sebelumnya karena semua segitiga masih diletakkan didalam gambar. 4. Notes and l
egend Gambar terdiri dari simbol dan garis yang merepresentasikan komponen atau
sistem. Meskipun kebanyakan dari simbol dan garis terjelaskan dengan sendirinya
atau standar, beberapa simbol yang unik dan konvensi harus diterangkan untuk set
iap gambar seperti terlihat pada gambar dibawah. Catatan dan legenda gambar (not
es and drawing legend) biasanya memberikan penjelasan simbol dan konvensi pada g
ambar tersebut. Biasanya dicantumkan juga catatan dari desainer atau draftsman y
ang dirasa perlu untuk menggunakan dan memahami gambar secara benar. Karena pent
ingnya pemahaman dari semua simbol dan konvensi yang digunakan didalam gambar, m
aka catatan dan legenda gambar harus dipelajari terlebih dahulu sebelum membaca
sebuah gambar. Dibawah ini adalah contoh Notes dan Legend dari sebuah P&ID. Anda
bisa membaca Notes & Legend dari P&ID pabrik anda.
5. Engineering drawing (porsi grafis)

Ini adalah jantung dari P&ID secara keseluruhan. Gambar mengenai aliran proses,
perpipaan dan instrumentasi dideskripsikan dibagian ini. Semua simbol-simbol dan
kode-kode yang dipakai didalam P&ID merupakan kesepakatan dan dapat dilihat art
inya dari legenda gambar. Simbol yang digunakan sebenarnya bersifat sederhana da
n terjelaskan dengan sendirinya (selfexplanatory), sehingga tidak terlampau suli
t untuk sekedar membaca P&ID yang terpampang dimeja kita. Meskipun demikian, men
genal dan mengetahui arti dari simbol-simbol dan kode-kode di P&ID akan sangat m
embantu dalam pembacaan P&ID. Pengenalan Simbol P&ID Simbol-simbol P&ID yang per
lu diketahui adalah simbol-simbol dasar yang mewakili perpipaan/koneksi (line),
unit operasi (operating unit), katup (valve) dan peralatan instrumentasi (instru
mentation). Diharapkan dengan mengetahui simbol-simbol diatas, pemahaman pembaca
an P&ID pabrik mulai sedikit jelas.
1. Perpipaan Proses Umumnya, simbol perpipaan diwakili oleh simbol garis lurus b
iasa dengan warna hitam, bisa juga ketebalan garisnya dibedakan untuk membedakan
pipa utama dan pipa cadangan. Beberapa perusahaan tertentu kadangkala membuat p
ewarnaan pada simbol perpipaan untuk mendeskripsikan jenis dari fluida proses ya
ng dialirkan melalui pipa tersebut. Misalnya warna merah untuk gas, hijau untuk
minyak, biru untuk air dan ungu untuk kondensat. Deskripsi simbol perpipaan diga
mbarkan sebagai berikut:

Gambar perpipaan proses di P&ID 2. Unit operasi Bejana bertekanan, kompresor, po


mpa, alat penukar kalor, unit dehidrator, ekspander, dll. 3. Katup dan katup ken
dali Globe, ball, butterfly, gate, katup kendali dll. 4. Instrumentasi, kontrol
dan Safety Instrumented System gauge, transmitter, kontroler, switch, flowmeter,
PSV, SDV, BDV,dll.

Anda mungkin juga menyukai