Anda dapat mendalami Instrumentasi dengan menjabarkan dan memahami alat-alat ins
trument yang termasuk dalam 4 I/O tersebut, karena itulah dunianya Instrumentasi
. Analog Input (AI) dalam Dunia Instrumentasi Seperti yang di bahas pada posting
sebelumnya mengenai 4 I/O; Analog Input adalah Sinyal 4 20 mA yang masuk ke kont
roler (DCS) yang biasanya berasal dari Transmitter atau Analizer, misalnya dari
Transmitter Temperature, Flow, Level, Tekanan atau dari Analizer Oksigen, CO, Si
lika dsbnya. Dalam dunia instrumentasi analog input ini berasal berbagai macam t
ransmitter ataupun analizer yang mengeluarkan sinyal 420 mA. Transmitter ataupun
Analizer mengeluarkan sinyal 420 mA (Outputnya) adalah merupakan input bagi kontr
oler (DCS) yang nantinya dapat dipakai sebagai indikasi ataupun set poin untuk a
larm maupun interlock dalam suatu sistem. Sebagai contoh : Temperatur Transmitte
r, temperatur transmitter akan mengirimkan sinyal 420 mA ke kontroler (DCS), meng
irim sinyal analog 4 mA saat zero indikasi sampai sinyal analog 20 mA saat full
range.
Range temperatur tersebut di Kontroler (DCS) harus sama dengan di transmitter ag
ar indikasi yang ditampilkan di Kontroler (DCS) adalah besaran aktual temperatur
di lapangan. Kalau range temperatur di Kontroler (DCS) adalah 0100 C ; maka trans
mitter juga harus di kalibrasi pada range 0-100 C agar suhu aktual dilapangan yan
g disensing sensor sebagai 50 C di kirim oleh transmitter sebagai 12 mA dan nanti
nya kontroler yang memiliki range temperatur yang sama 0 100 C akan menerima 12 m
A ini dan menampilkan sebagai suhu 50 C.
Karena pada range transmitter dan kontroler (DCS) 0 - 200C; pada suhu 50 C ini, tr
ansmitter akan mengirim sinyal 8 mA dan kontroler (DCS) akan menerima dan menamp
ilkan 8 mA ini sebagai suhu 50 C, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pembacaa
n. Jadi tidak ada masalah berapa pun range temperature tersebut asalkan range di
transmitter dan Kontroler (DCS) sama. Cuma perlu saya ingatkan bahwa pemilihan
range tersebut disesuaikan dengan range temperatur prosses yang diukur, misalnya
air 0100 C, LP steam 0300 C, MP steam 0400 C, Bed temperatur boiler 01200 C.
Arus 4 - 20 mA Anda pasti sering mendengar tentang arus 4-20 mA, terutama dalam
bidang instrumentasi. Angka 4-20 mA tersebut bukan muncul begitu saja, tetapi ad
a sejarah yang membentuk angka tersebut. Dahulu industri pemanas, ventilasi dan
pengkondisian udara (Heating, ventilating dan air conditioning; HVAC) telah meng
gunakan control pneumatic (control udara). Dalam system ini, rasio controller, P
ID controller, sensor suhu dan actuator digerakkan oleh udara yang di kompressi.
Pada sistem itu 3-15 pound/inche2 adalah standar modulasinya, 3 psi untuk zero da
n 15 psi untuk 100%. Setiap tekanan di bawah 3 psi adalah dead zero dan kondisi alar
am. Pada tahun 1950-an, kontrol listrik dan elektronika berkembang. Bentuk sinya
l yang baru 4-20 mA berusaha menyamai sinyal pneumatic 3-15 psi. Bentuk arus sin
yal ini cepat menjadi metode pilihan karena kabel lebih mudah di pasang dan dipe
lihara dibandingkan dengan jalur tekanan pneumatic. Selain itu dapat mengirimkan
arus sinyal pada jarak yang jauh dan membutuhkan energi yang jauh lebih rendah.
Anda tidak lagi membutuhkan compressor 20-50 tenaga kuda, dan dengan elektronik
kita dapat menambah algoritma control yang rumit.
Dasar-dasar Loop Arus 4-20 mA Loop arus 4-20 mA ini sangat berpeluang menjadi si
nyal standar sensor, yang ideal untuk menjadi transmisi data, karena ketidak pek
aannya terhadap noise (gangguan) listrik. Dalam loop 4-20 mA ini arus sinyal men
galir ke semua komponen, mengalirkan arus yang sama bahkan pada sambungan kabel
yang kurang sempurna sekalipun. Semua komponen dalam loop mengalami tegangan jat
uh karena arus sinyal yang mengalir melaluinya. Arus sinyal tidak terpengaruh ol
eh tegangan jatuh tersebut selama tegangan listrik power supply lebih besar dari
pada jumlah tegangan jatuh dalam loop pada arus sinyal maksimum 20 mA.
Gambar 1 menunjukkan skema dari loop sederhana 4-20 mA. Ada 4 komponen di sana y
aitu : 1. Sebuah catu daya DC; 2. sebuah transmitter 2-Wire; 3. Sebuah resistor
penerima (Rpenerima) yang mengubah sinyal arus menjadi tegangan; 4. Kabel yang m
enghubungkan semuanya. Dua R kabel merupakan simbol yang menggambarkan perlawanan
kabel dari transmitter ke catu daya dan Rpenerima (kontroler).
Gambar 1: Skema Dasar Loop Arus Pada Gambar 1, arus disuplay dari catu daya mela
lui kabel ke transmitter dan transmitter mengatur aliran arus dalam loop. Arus y
ang diizinkan oleh transmitter disebut arus loop yang sebanding dengan parameter
yang sedang diukur. Arus loop mengalir kembali ke controller melalui kabel, dan
kemudian mengalir melalui resistor Rpenerima ke tanah dan kembali ke catu daya.
Arus yang mengalir melalui Rpenerima ini menghasilkan tegangan yang mudah diuku
r dengan input kontrol analog. Untuk resistor 250 ,tegangan akan terukur 1 VDC pa
da 4 mA dan 5 VDC pada 20 mA. Komponen-komponen pada Loop Arus 4-20 mA 1. Catu D
aya Catu daya untuk transmitter 2-wire harus selalu DC, karena perubahan arus me
rupakan parameter yang sedang diukur. Jika daya AC yang digunakan, arus dalam lo
op (lingkaran) akan berubah sepanjang waktu. Oleh karena itu, perubahan arus dar
i transmitter akan mustahil untuk dibedakan dari perubahan arus yang disebabkan
oleh catu daya AC. Untuk loop 4-20 mA dengan transmitter 2-wire, catu daya umumn
ya dipasok dengan tegangan 36 VDC, 24 VDC, 15 VDC dan 12 VDC. Loop Arus yang men
ggunakan transmitter 3-wire dapat menggunakan power supply AC atau DC. Catu daya
AC yang paling umum adalah transformator kontrol 24 VAC. Pastikan untuk memerik
sa literatur instalasi transmitter untuk kebutuhan tegangan yang tepat.
2. Transmitter Transmitter adalah jantung dari sistem sinyal 4-20 mA. Merubah be
saran fisik seperti suhu, kelembaban atau tekanan menjadi sinyal listrik. Sinyal
listrik yang proporsional terhadap suhu, kelembaban atau tekanan yang diukur. D
alam loop 4-20 mA, 4 mA merupakan titik pengukuran terendah dan 20 mA merupakan
titik tertinggi. Beberapa transmitter saat ini menggunakan range catu daya, misa
lnya 15-24 VDC untuk transmitter kelembaban atau 7-40 VDC untuk transmitter suhu
.Tegangan rendah adalah tegangan minimum yang dibutuhkan untuk menjamin operasi
yang tepat dari transmitter. Tegangan tinggi adalah tegangan maksimum transmitt
er untuk dapat bertahan dan beroperasi dengan spesifikasi yang ditetapkan. 3. Re
sistor Penerima Adalah jauh lebih mudah untuk mengukur tegangan daripada untuk m
engukur arus. Oleh karena itu, banyak sirkuit loop saat ini (seperti rangkaian p
ada gambar 1) menggunakan Rpenerima untuk mengubah arus menjadi tegangan. Dalam
Gambar 1, Rpenerima adalah sebuah resistor presisi 250. Arus yang mengalir melalu
inya akan menghasilkan tegangan yang mudah diukur oleh input kontrol analog. Unt
uk resistor 250, tegangan akan terukur 1 VDC pada arus loop 4 mA dan 5 VDC pada a
rus loop 20 mA. Rpenerima yang paling umum dalam sebuah loop 4-20 mA adalah 250,
namun tergantung pada aplikasinya, resistor 100 sampai 750 dapat digunakan juga. 4
. Kabel Mengirim arus melalui kabel menghasilkan drop tegangan yang proporsional
dengan panjang dan tebal (ukuran) darikabel tersebut. Semua kawat memiliki taha
nan, biasanya dinyatakan dalam ohm per 1.000 feet.
Tabel 1 Tahanan Kabel Tembaga @ 20 C (68 F) Amerika Drop tegangan dapat dihitung
dengan menggunakan hukum Ohm : E=IxR E = tegangan resistor dalam volt; I = arus
yang mengalir melalui konduktor dalam ampere; R = resistensi konduktor dalam oh
m. Resistansi kabel alat ukur umum diperlihatkan pada Tabel 1 di atas. Ketidakpe
kaan terhadap Gangguan(noise) Listrik
Keuntungan terbesar menggunakan loop arus untuk transmisi data adalah ketidakpek
aan suatu loop arus terhadap gangguan (noise) listrik. Setiap transmitter saat i
ni memiliki beberapa resistansi output yang terkait dengannya. Idealnya, resista
nsi output transmitter adalah tak terbatas. Namun, transmitter saat ini sudah sa
ngat besar, tetapi tidak terbatas pada resistensi output. Misalnya, transmitter
suhu memiliki resistansi output 3.640.000 Ohm atau 3,64 Meg. Resistansi keluaran
ini dapat direpresentasikan sebagai resistor dalam skema rangkaian gambar 2. Ske
ma rangkaian pada gambar 2 menunjukkan komponen tahanan dari sebuah loop arus 420 mA dengan sumber ganguan (noise) yang ditambahkan ke loop. Karena resistansi
keluaran tinggi dari pemancar (3,64 Meg), sebagian besar dari tegangan noise drop
(jatuh) di transmitter, dan hanya sebagian kecil drop di Rpenerima. Sejak kontr
oller dibuat hanya melihat tegangan di Rpenerima, tegangan noise hampir tidak be
rpengaruh pada kontroler.
Gambar 2, Model Arus loop noise Contoh Reduksi gangguan (noise): Jika sumber noi
se pada gambar 2 memiliki amplitudo 20 Volt, maka tegangan gangguan yang terliha
t pada Rpenerima hanya 0,0014 Volt. Hal ini karena tegangan gangguan yang diukur
pada setiap resistor adalah sama dengan Ohm dari resistor dibagi dengan total o
hm pada rangkaian dikalikan dengan tegangan gangguan. Tegangan noise pada Rpener
ima = Vnoise x Rpenerima / (Rkabel + Rtransmitter + Rpenerima) Vnoise = 20 x 250
/ 3.640.260 = 0,0014 Volt Tegangan Rpenerima pada loop 20 mA saat ini adalah li
ma volt. Menambahkan 0,0014 volt noise hanya 0,028% dari lima volt, merupakan su
atu kesalahan yang tidakberarti. Prinsip yang sama berlaku juga untuk tegangan f
ruktuasi dalam power supply. Impedansi output tinggi transmitter suhu menolak ke
salahan karena fruktuasi catu daya. Jika catu daya dari gambar 1 adalah bervaria
si sehingga tegangan jatuh di transmitter bervariasi 7-24 VDC, output hanya meru
bah arus sebesar 0,000005 amper, atau 5 mikro-amper. Ini sama hanya 0,00125 volt
di resistor Rpenerima 250, yang merupakan fruktuasi yang tidak berarti. Tergantu
ng pada sumber saat ini untuk loop, perangkat dapat diklasifikasikan sebagai akt
if (penyediaan daya atau supplying Power) atau pasif (mengandalkan kekuatan loop
). Misalnya, perekam grafik dapat menyediakan tenaga loop untuk transmitter teka
nan. Transmitter tekanan memodulasi arus pada loop untuk mengirim sinyal ke stri
p chart recorder, tetapi tidak dengan sendirinya menyuplai power ke loop dan beg
itu juga pasif. (Sebuah instrumen 4-wire memiliki masukan power supply terpisah
dari loop arus) loop lain mungkin berisi dua perekam pasif grafik, transmitter t
ekanan pasif, dan baterai 24 V.. (Baterai adalah perangkat aktif).
Dipilihnya 4-20 mA menjadi sinyal standar instrumentasi antara lain karena : - S
inyal analog dari 4 sampai 20 mA dapat merepresentasikan dengan baik 0 sampai 10
0% dari variabel proses. - 4 mA cukup untuk menyuplai arus yang di butuhkan oleh
power loop dan tidak cukup untuk menyebabkan kehilangan daya. - Dipilih karena
resistansi 250 Ohm, 4 mA x 250 = 1 Volt, dan 20 mA x 250 = 5 Volt, merupakan ran
ge kerja dari sinyal digital. Standar Analog ke Digital adalah 1 ke 5 V dengan r
esistan 250 Ohm yang sesuai dengan Zero dan Full digital. - Memberikan suatu sin
yal minimum yang bukan nol untuk memungkinkan pendeteksian kehilangan sinyal, da
n batas tegangan sinyal minimum menyediakan batas antara sinyal minimum dan seti
ap gangguan yang mungkin ada. - Sangat mudah memahami 4 mA adalah low level dan
jika dibawah 4 mA artinya instrument tidak bekerja atau fail. - Ketidakpekaan lo
op arus terhadap gangguan (noise) listrik dan fruktuasi catu daya. - Peralatan a
kan ready untuk pengembangan dan kemungkinan histerisis alat akan dikurangi.
- Loop arus yang sama (disebut transmitter 2-wire) dapat digunakan untuk menguku
r tekanan, temperatur, aliran (flow), pH atau variabel proses lainnya. Sebuah lo
op arus juga dapat digunakan untuk mengontrol positioner aktuator valve atau out
put lainnya. - Komunikasi digital untuk perangkat tambahan dapat ditambahkan ke
loop arus dengan menggunakan HART Protocol. - Ini adalah standar untuk memastika
n keselamatan pada area kerja. Sinyal 20 mA tidak cukup untuk memicu percikan ap
i dan kita dapat membatasi daerah bahaya api di area kerja.
Contoh Mencari Besar mA (arus) dan Indikasi (display) pada Transmitter (Analog I
nput, 4 20 mA). Untuk Range yang berawal nol : Misalnya Range Temperature Transm
itter 0 100 C a. Kalau di transmitter terukur 8 mA, maka indikasinya (Display) ad
alah : mA terbaca - 4 Display = --------------------- X Range 16 = (8-4/16) x 10
0 = 25 C
b. Kalau sekarang terbaca 75 C, mA yang seharusnya adalah : Display terbaca mA =
( ------------------------ X 16 ) + 4 Range = (75/100 x 16) + 4 = 16 mA c. Begit
u pula dalam %, 0 100 C diatas diganti menjadi 0 100%
Untuk Range yang bukan berawal nol : Misalnya : Range temperatur 250 - 550 Artinya
Zeronya = 250 Spannya 550 - 250 = 300 Maka mencari display berlaku Rumus : mA - 4
Display = Zero + {(------------ ) x Span }
Set point (SP) adalah nilai dimana kita menginginkan proses variabel harus diper
tahankan. Dengan kata lain adalah target nilai dari variabel proses. Tag Number
adalah 8 karakter huruf atau angka yang berfungsi sebagai tanda atau identifikas
i suatu transmitter, sensor ataupun peralatan instrumen yang lain.
Teknik Sederhana untuk membaca P&ID
Piping and Instrumentation Diagram atau biasa disingkat P&ID adalah ilustrasi sk
ematik secara mendetail (Overview) mengenai hubungan fungsional perpipaan, instr
umentasi dan komponen sistem peralatan didalam suatu pabrik. P&ID adalah salah s
atu informasi penting mengenai semua komponen pabrik, baik ketika pabrik didalam
fase desain, fase konstruksi maupun fase operasional. Dari P&ID kita dapat meng
etahui bagaimana suatu pabrik proses bekerja, pipa ukuran apa saja yang digunaka
n, instrumentasi apa saja yang digunakan dan lain sebagainya. Intinya, P&ID adal
ah jantung komunikasi antara para insinyur fasilitas produksi dari berbagai disi
plin ilmu mengenai pabrik. Memulai dari PFD Awal membaca gambar P&ID bagi insiny
ur pemula memang cukup sulit untuk pabrik yang sedikit rumit karena mungkin belu
m terbiasa dengan proses yang tergambar dalam P&ID. Supaya lebih mudah membaca P
&ID, sangat disarankan membaca gambaran pabrik secara keseluruhan, yaitu dengan
membaca Process Flow Diagram (PFD) terlebih dahulu. Dari PFD ini kita bisa melih
at gambaran besar cara kerja pabrik. PFD menjelaskan hal-hal sbb:
Perpipaan proses Simbol peralatan utama Katup kendali atau kontrol utama Interko
neksi dengan sistem lain Jalur bypass dan jalur resirkulasi Neraca massa dan ner
aca energi
Setelah cukup jelas, kita bisa beralih ke P&ID yang merupakan penjabaran detil d
ari PFD untuk mengikuti alur proses disitu, serta mencoba memahami segala fungsi
peralatan dan instrumentasi yang ada di gambar P&ID. Anatomi Gambar P&ID Gambar
P&ID secara umum dapat dikelompokkan menjadi 5 area utama. 1. Title block 2. Gr
id system 3. Revision block 4. Notes and legends 5. Engineering drawing (porsi g
rafis) Kemampuan untuk memahami informasi di semua area ini hampir sama pentingn
ya dengan memahami P&ID, oleh sebab itu kita akan membahasnya satu-persatu. 1. T
itle block
Title block atau blok judul dari P&ID biasanya terletak dibawah atau dipojok kan
an bawah suatu gambar, berisikan informasi yang diperlukan untuk mengidentifikas
i gambar dan memverifikasi validitas gambar tersebut. Berikut adalah gambar cont
oh blok judul.
Blok judul terdiri dari beberapa area sebagai berikut A. Area pertama dari blok
judul Area pertama dari blok judul berisikan judul gambar, nomor gambar dan daft
ar lokasi/lapangan/vendor. Judul gambar dan nomor gambar digunakan untuk identif
ikasi dan tujuan pendokumentasian. Biasanya nomor gambar adalah unik untuk setia
p gambar dan terdiri atas kode yang berisikan informasi gambar mengenai lapangan
, sistem maupun tipe gambar. Nomor gambar bisa juga berisikan informasi seperti
nomor lembar (sheet number), jika gambar tersebut terdiri dari beberapa halaman,
atau bisa juga berisikan tingkatan revisi. Gambar-gambar biasanya didokumentasi
kan berdasarkan nomor gambar karena judul gambar bisa menjadi terlalu umum atau
tidak unik. B. Area kedua dari blok judul Area kedua dari blok judul berisikan t
anda tangan dan tanggal-tanggal persetujuan (approval) dari pihak-pihak yang ter
kait. Area ini menyediakan informasi kapan dan oleh siapa komponen/sistem ini di
desain dan kapan serta oleh siapa gambar ini dibuat serta diverifikasi dalam tah
ap akhir persetujuan. Informasi ini dapat sangat berharga ketika kita hendak men
cari data lebih jauh mengenai sistem/komponen desain atau operasi. Nama-nama yan
g tercantum disitu besar kemungkinan dapat membantu mencari solusi antara perbed
aan gambar dengan sumber informasi lainnya. C. Area ketiga dari blok judul Area
ketiga dari blok judul adalah blok referensi. Blok referensi berisikan daftar ga
mbar-gambar lain yang berhubungan dengan sistem/komponen, atau dapat juga berisi
kan daftar gambar lain yang saling mereferensikan, bergantung pada konvensi di l
apangan atau vendor. Blok referensi ini dapat sangat bermanfaat dalam mencari in
formasi tambahan pada sistem atau komponen di P&ID. Meskipun demikian, informasi
yang terdapat pada blok judul bisa berbeda-beda tergantung lapangan ataupun ven
dor, seperti misalnya ditambahkan nomor kontrak. Ketiga area diatas tidak selalu
juga dapat ditemui dalam setiap P&ID, tetapi biasanya area pertama dan area ked
ua selalu ada di P&ID. 2. Grid System Suatu gambar bisa saja menjadi sangat besa
r maupun rumit, mencari suatu titik atau peralatan
tertentu saja bisa sulit. Ini menjadi semakin nyata ketika satu kabel atau pipa
disambungkan dengan gambar dilembar kedua. Untuk membantu mencari titik tertentu
pada gambar yang telah dicetak, kebanyakan gambar khususnya P&ID dan gambar ske
matik elektrik mempunyai sistem kisi atau grid system. Kisi dapat terdiri dari h
uruf, angka atau keduanya yang melintang secara horizontal dan vertikal disekita
r gambar seperti pada gambar dibawah.
Seperti halnya peta kota, gambar dibagi menjadi blok-blok yang lebih kecil, yang
mana setiap bloknya mempunyai pengidentifikasi dua huruf atau angka. Sebagai co
ntoh, suatu pipa dilanjutkan dari satu gambar ke gambar yang lain, tidak hanya g
ambar kedua mereferensikan gambar pertama, tetapi koordinat kisi juga ikut memba
ntu peletakan pipa sambungan tersebut. Sehingga pencarian pipa yang terdapat dal
am suatu blok akan lebih mudah dilakukan daripada mencari diseluruh gambar. 3. R
evision block Ketika perubahan-perubahan terhadap komponen atau sistem dilakukan
, gambar-gambar yang merefleksikan komponen atau sistem yang bersangkutan harus
digambar ulang atau diterbitkan kembali (reissued). Ketika gambar pertama kali d
iterbitkan, disebut sebagai revisi 0 dan blok revisi menjadi kosong. Setiap kali
revisi gambar dibuat, sebuah entri akan diletakkan pada blok revisi. Entri ini
dilengkapi dengan nomor revisi, judul atau ringkasan dari revisi, dan tanggal re
visi. Nomor revisi bisa saja ditampilkan pada nomor gambar atau pada blok yang t
erpisah seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah.
Ini adalah jantung dari P&ID secara keseluruhan. Gambar mengenai aliran proses,
perpipaan dan instrumentasi dideskripsikan dibagian ini. Semua simbol-simbol dan
kode-kode yang dipakai didalam P&ID merupakan kesepakatan dan dapat dilihat art
inya dari legenda gambar. Simbol yang digunakan sebenarnya bersifat sederhana da
n terjelaskan dengan sendirinya (selfexplanatory), sehingga tidak terlampau suli
t untuk sekedar membaca P&ID yang terpampang dimeja kita. Meskipun demikian, men
genal dan mengetahui arti dari simbol-simbol dan kode-kode di P&ID akan sangat m
embantu dalam pembacaan P&ID. Pengenalan Simbol P&ID Simbol-simbol P&ID yang per
lu diketahui adalah simbol-simbol dasar yang mewakili perpipaan/koneksi (line),
unit operasi (operating unit), katup (valve) dan peralatan instrumentasi (instru
mentation). Diharapkan dengan mengetahui simbol-simbol diatas, pemahaman pembaca
an P&ID pabrik mulai sedikit jelas.
1. Perpipaan Proses Umumnya, simbol perpipaan diwakili oleh simbol garis lurus b
iasa dengan warna hitam, bisa juga ketebalan garisnya dibedakan untuk membedakan
pipa utama dan pipa cadangan. Beberapa perusahaan tertentu kadangkala membuat p
ewarnaan pada simbol perpipaan untuk mendeskripsikan jenis dari fluida proses ya
ng dialirkan melalui pipa tersebut. Misalnya warna merah untuk gas, hijau untuk
minyak, biru untuk air dan ungu untuk kondensat. Deskripsi simbol perpipaan diga
mbarkan sebagai berikut: