Referat Tuberkulosis Kutis
Referat Tuberkulosis Kutis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi granulomatosa kronis yang
disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Jalan masuk kedalam
tubuh biasanya melalui inhalasi, atau yang pada umumnya adalah dengan
meminum susu sapi yang tidak dipasteurisasi. Tuberkulosis telah dan masih
menjadi masalah kesehatan di dunia hingga saat ini. Tuberkulosis merupakan
suatu penyakit infeksi yang berefek pada paru paru, kelenjar getah bening,
tulang dan persendian, kulit, usus dan organ lainnya. Salah satu dari jenis
tuberkulosis ini adalah tuberkulosis kutis.1
Seperti halnya tuberkulosis paru, tuberkulosis kutis terutama terdapat
di negeri yang sedang berkembang. Faktor predisposisi terjadinya tuberkulosis
kutis diantaranya adalah kemiskinan, gizi kurang, penggunaan obat-obatan
secara
intravena,
dan
status
imunodefisiensi.
Faktor-faktor
yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Tuberkulosis kutis adalah tuberkulosis pada kulit yang di Indonesia
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan mikobakteria atipikal.2
B.
Epidemiologi
Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) skrofuloderma
merupakan bentuk yang tersering yang didapat (84%), disusul tuberkulosis
2
mengonsumsi
susu
yang
telah
terkontaminasi
Mycobacterium
Etiologi
Tuberkulosis kutis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh
Mycobacterium bovis dan terkadang juga dapat disebabkan oleh vaksin
Bacillus Calmette-Guerin. Tuberkulosis kutis terjadi saat bakteri mencapai
kulit secara endogen maupun eksogen dari pusat infeksi. Klasifikasi
tuberculosis kutis yaitu tuberculosis kutis yang menyebar secara eksogen
(inokulasi tuberculosis primer, tuberculosis kutis verukosa), secara endogen
(Lupus vulgaris, skrofuloderma, tuberculosis kutis gumosa, tuberculosis
orifisial, tuberculosis miliar akut) dan tuberkulid (Liken skrofulosorum,
tuberkulid papulonekrotika, eritema nodosum). Tuberkulosis kutis, seperti
tuberkulosis paru, terutama terjadi di negara yang sedang berkembang.
Insidensi di Indonesia kian menurun sejalan dengan menurunnya tuberkulosis
paru. Hal itu tentu disebabkan oleh kian membaiknya keadaan ekonomi.
Bentuk-bentuk yang dahulu masih terdapat sekarang telah jarang terlihat,
misalnya tuberkulosis kutis papulonekrotika, tuberkulosis kutis gumosa, dan
eritema nodusum.5
D.
Bakteriologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman yang bersifat aerob
dan merupakan patogen pada manusia, dimana bakteri ini bersifat tahan asam
sehingga biasa disebut bakteri tahan asam (BTA), dan hidupnya intraselular
fakultatif. Artinya, bakteri ini tidak mutlak harus berada didalam sel untuk
dapat hidup. Mikobakterium tuberkulosis mempunyai sifat-sifat yaitu
berbentuk batang, tidak membentuk spora, aerob, tahan asam, panjang 2-4/
dan lebar 0,3-1,5/, tidak bergerak dan suhu optimal pertumbuhan pada 370 C.
Bakteri ini merupakan kuman yang berbentuk batang yang lebih halus
4
Klasifikasi
Klasifikasi tuberkulosis kutis menurut Pillsburry dengan sedikit
perubahan:1,2,3
1. Tuberkulosis Kutis Sejati
Tuberkulosis kutis sejati berarti kuman penyebab terdapat pada kelainan
kulit disertai gambaran histopatologis yang khas.
a. Tuberkulosis kutis primer
Inokulasi tuberkulosis primer (tuberkulous chancre)
TBC kutis primer terjadi karena infeksi eksogen pada penderita yang
belum pernah terpapar dengan M. Teubercukosis dan tidak mempunyai
imunitas terhadap kuman TB.
b. Tuberkulosis kutis sekunder
TBC kutis sekunder merupakan reinfeksi baik lokal maupun sistemik
pada individu yang pernah terinfeksi dengan kuman TB sebelumnya.
Skrofuloderma
Skrofuloderma timbulnya akibat penjalaran per kontinuitatum dari
organ dibawah kulit yang telah diserang penyakit tuberkulosis.
Sering berasal dari KGB, juga dapat berasal dari sendi dan tulang.
Lupus Vulgaris
Timbul pada penderita dengan imunitas baik dan pernah terinfeksi
kuman tuberkulosis. Dapat terjadi karena perluasan limfogen atau
hematogen
dari
lesi
skrofuloderma
atau
vaksinasi
BCG.
2. Tuberkulid
Tuberkulid merupakan reaksi id, yaitu kelainan kulit akibat alergi.
Pada kelainan kulit tidak ditemukan kuman penyabab, kuman tersebut
terdapat pada tempat lain di dalam tubuh, biasanya di paru. Tes tuberkulin
memberikan hasil positif.
a. Bentuk Papul
Tuberkulid Papulonekrotika
Bentuk tuberkulid ini biasanya simetrik pada bagian ekstensor dan
anggota badan, berupa papula atau nodul kemerahan dengan
nekrosis ditengahnya, kemudian menjadi krusta yang melekat.
Dalam beberapa minggu sembuh, meninggalkan sikatriks atrofi
dikelilingi hiperpigmentasi di sekitarnya.
Liken skrofulosorum
Merupakan bentuk tuberkuloid dengan erupsi likhenoid. Kelainan
kulit berupa beberapa papul miliar, warna dapat serupa dengan
kulit atau kemerahan (eritematosa).
Terutama terdapat pada anak-anak. Tempat predilesi pada dada,
perut, punggung dan daerah sakrum.
b. Bentuk granuloma dan ulseronodus
Eritema Nodosum (E.N.)
Kelainan kulit berupa nodus-nodus indolen terutama pada
ekstremitas bagian ekstensor yang diatasnya terdapat eritema.
Banyak penyakit yang dapat memberikan gambaran klinis sebagai
E.N., yang sering adalah lepra sebagai Eritema Nodosum
Leprosum, reaksi id karena Streptococcus B hemoliticus, alergi
obat secara sistemik dam demam reumatik.
Eritema Induratum (E.I.) Bazin
Kelainan kulit juga berupa eritema dan nodus-nodus indolen seperti
pada E.N., tetapi tempat predileksinya pada ekstremitas bagian
fleksor. Perbedaan lain, pada E.I. terjadi supurasi sehingga
membentuk ulkus-ulkus. Kadang-kadang tidak mengalami supurasi
tetapi regresi sehingga terjadi hipotrofi. Perjalanan penyakit kronik
residif.
7
Patogenesis
Cara infeksi dari kuman M. Tuberculosis ini ada 6 macam yaitu
penjalaran langsung ke kulit dari organ di bawah kulit yang telah dikenai
penyakit tuberkulosis, misalnya skrofuloderma, inokulasi langsung pada kulit
sekitar orifisium alat dalam yang dikenai penyakit tuberkulosis, misalnya
tuberkulosis kutis orifisialis, penjalaran secara hematogen, misalnya
tuberkulosis kutis miliaris, penjalaran secara limfogen, misalnya lupus
vulgaris, penjalaran langsung dari selaput lendir yang sudah diserang penyakit
tuberkulosis, misalnya lupus vulgaris, atau bisa juga kuman langsung masuk
ke kulit yang resistensi lokalnya telah menurun atau jika ada kerusakan kulit,
contohnya tuberkulosis kutis verukosa.
Hal-hal yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik adalah sifat
kuman, respon imun tubuh saat kuman ini masuk kedalam tubuh ataupun saat
kuman ini sudah berada didalam tubuh serta jumlah dari kuman tersebut.
Respon imun yang berperan pada infeksi M. tuberculosis adalah respon
imunitas selular. Sedangkan peran antibodi tidak jelas atau tidak memberikan
imunitas.
Bila terjadi infeksi oleh kuman M. Tuberculosis ini, maka kuman ini
akan masuk jaringan dan mengadakan multiplikasi intraseluler. Hal ini akan
memicu terjadinya reaksi jaringan yang ditandai dengan datang dan
berkumpulnya sel-sel leukosit dan dan sel-sel mononuklear serta terbentuknya
granuloma epiteloid disertai dengan adanya nekrosis kaseasi ditengahnya.
8
Granuloma yang terbentuk pada tempat infeksi paru disebut ghonfocus dan
bersamaan kelenjar getah bening disebut kompleks primer adalah tuberculous
chancre. Bila kelenjar getah bening pecah timbul skrofuloderma.4
G.
Imunologi
Ternyata terdapat kolerasi antara bentuk-bentuk tuberkulosis kutis dan
imunitas. Stokes dkk mengadakan pembagian tuberkulosis kutis berdasarkan
imunitas sebagai berikut:2
1. Hiperergik, positif dengan tuberkulin pengenceran tinggi (1:1.000.000 atau
kurang) termasuk:
Liken skrofulosorum
Lupus vulgaris
Lupus vulgaris
Skrofuloderma
H.
eritema berbatas tegas, papul, vesikel, pustul, skuama atau purpura yang
menyeluruh. Pada umumnya prognosisnya buruk.
3. Skrofuloderma
Tuberkulosis
kutis
murni
sekunder
yang
terjadi
secara
11
5.
Tube
rkul
osis
kutis
gumosa
Tuberkulosis ini terjadi akibat penjalaran secara hematogen,
biasanya dari paru. Kelainan kulit berupa infiltrat subkutan, berbatas
tegas yang menahun, kemudian melunak dan bersifat destruktif. Pada
awalnya kulit berwarna normal dan lama-kelamaan menjadi merah
kebiruan. Lesi tersebar berbentu makula dan papul berukuran kecil atau
lesi berwarna kemerahan. Kadang-kadang vesikuler danterdapat krusta.
6. Tuberkulosis kutis orifisialis
Pada umumnya terjadi pada pasien dengan penyakit tuberkulosa
pada organ-organ dalam. Sesuai dengan namanya maka lokasinya di
sekitar orifisium. Pada tuberkulosis paru dapat terjadi ulkus di mulut,
bibir atau di sekitarnya. Pada tuberkulosis saluran cerna, ulkus dapat
ditemukan di sekitar anus. Pada tuberkulosis saluran kemih, ulkus dapat
ditemukan di sekitar orifisium uretra eksternum. Ulkus berdinding
tergaung, kemerahan, hemoragik, purulen dan sekitarnya livid.
12
7.
7. Lupus vulgaris
Lupus vulgaris merupakan bentuk yang sering dan mengenai
terutama pada bagian yang sering terpapar misalnya pada wajah dan
ekstremitas. Cara infeksi dapat secara endogen atau eksogen. Gambaran
klinis yang umum adalah kelompok nodus eritematosa yang berubah
warna menjadi kuning pada penekanan (apple jelly colour). Nodusnodus tersebut berkonfluensi berbentuk plak, bersifat destruktif, sering
terjadi ulkus. Pada waktu terjadi involusi terbentuk sikatriks. Bila
mengenai muka tulang rawan hidung dapat mengalami kerusakan.
Penyembuhan spontan terjadi perlahan-lahan di suatu tempat, tetapi
terjadi perjalanan di tempat lain, yang dapat ke perifer atau serpiginosa.
8.
Lupus milliaris diseminatus fasiel
13
14
Kelainan
kulit
berupa
nodus-nodus
indolen.
Tempat
Tabel 1. Diagnosis
banding
tuberkulosis kutis
15
Tuberkulosis chancre
Lupus Vulgaris
Sarkoidosis, lymphocytoma,lymphoma,
lupus eritematosus kutaneus kronik,
syphilis tersier, leprosy, blastomycosis,
leismaniasis lupoid dan pioderma.
Scrofuloderma
I.
Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis kutis didasarkan atas anamnesis riwayat TB,
pemeriksaan bakteriologik (untuk menentukan etiologinya), pemeriksaan
histopatologik (untuk menegakkan diagnosis), dan tes tuberkulin. Ada juga
yang menyebutkan bahwa Reaksi berantai polimerase (polymerase chain
reaction) dapat dipakai untuk menentukan etiologi. Tetapi kerugiannya tidak
dapat mendeteksi kuman hidup, jadi kultur masih tetap merupakan baku
emas.10
J.
Penatalaksanaan
16
Pengobatan fase awal dengan 3 obat dan fase lanjutan dengan 2 obat biasanya
sudah memadai. Pada pasien yang pernah diobati ada resiko terjadinya
resistensi. Paduan pengobatan ulang terdiri dari 5 obat untuk fase awal dan 3
obat untuk fase lanjutan. Selama fase awal sekurang-kurangnya 2 diantara
obat yang diberikan haruslah yang masih selektif. Pengobatan standar dengan
INH, Rifampisin dan Pirazinamid dapat diberikan pada wanita hamil dan
menyusui, dianjurkan pemberian piridoksin. Streptomisin tidak boleh
diberikan.
Menurut The Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic
Society, fase awal diberikan selama 2 bulan yaitu INH 5 mg/kgBB, Rifampisin
10 mg/kgBB, Pirazinamid 35 mg/kgBB dan Etambutol 15 mg/kgBB. diikuti
fase lanjutan selama 4 bulan dengan INH dan Rifampisin untuk tuberkulosis
paru dan ekstra paru. Etambutol dapat diberikan pada pasien dengan resistensi
terhadap INH.
Tabel 2. Obat antituberkulosis yang ada di Indonesia: dosis, cara pemberian
dan efek sampingnya
Nama obat
Dosis
Cara pemberian
utama
INH
5-10 mg/kg BB
Rifampisin
10 mg/kg BB
Efek samping
neuritis perifer
gangguan hepar
Pirazinamid
20-35 mg/kg BB
gangguan hepar
Etambutol
gangguan N II
Kg BB,berikutnya
15 mg/kg BB
Streptomisin
25 mg/kg BB
per inj
gangguan N
VIII
Terapi pembedahan berupa eksisi dapat dilakukan pada lupus vulgaris,
tuberkulosis kutis verukosa yang kecil, serta skrofuloderma pada ekstremitas
bawah.
18
Pengobatan
topikal
pada
tuberkulosis
kutis
tidak
sepenting
Prognosis
Prognosis dari penyakit ini baik apabila pasien bersedia mengikuti
terapi dengan bersungguh-sungguh dan selalu menjaga kebersihan badan serta
lingkungan sekitarnya.
BAB III
PENUTUP
19
III.A. Kesimpulan
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi granulomatosa kronis yang
disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Jalan masuk kedalam
tubuh biasanya melalui inhalasi, atau yang pada umumnya adalah dengan
meminum susu sapi yang tidak dipasteurisasi. Tuberkulosis telah dan masih
menjadi masalah kesehatan di dunia hingga saat ini.
Seperti halnya tuberkulosis paru, tuberkulosis kutis terutama
terdapat di negeri yang sedang berkembang. Faktor predisposisi terjadinya
tuberkulosis kutis diantaranya adalah kemiskinan, gizi kurang, penggunaan
obat-obatan secara intravena, dan status imunodefisiensi.
Bentuk-bentuk yang dahulu masih terdapat sekarang telah jarang
terlihat, misalnya tuberkulosis kutis papulonekrotika, tuberkulosis kutis
gumosa, dan eritema nodosum.
Pada pengobatan TB kutis, khemoterapi merupakan pengobatan
pilihan, Pengobatan tuberkulosis kutis tefdiri atas kom-binasi: INH,
rifampisin, ethambutol atau streptomisin. Lama pengobatan paling sedikit 9
bulan.
III.B. Saran
Prinsip pengobatan tuberkulosis kutis sama dengan tuberkulosis
paru. Untuk mencapai hasil yang baik hendaknya diperhatikan syarat-syarat
yaitu pengobatan harus dilakukan secara teratur tanpa terputus agar tidak
cepat terjadi resistensi dan pengobatan harus dalam kombinasi.
Penatalaksanaan TBC Kutis secara menyeluruh melibatkan seluruh
anggota keluarga terdekat. Dengan demikian kepada anggota keluarga perlu
diberikan penyuluhan, agar penderita dapat dirawat dengan sebaik-baiknya.
Melihat angka prevalensi masalah TBC Kutis yang semakin
meningkat, maka pemerintah diharapkan untuk mengembangkan suatu
instrumen untuk skrining maupun diagnosis, sehingga dapat dimulai studi
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Tuberkulosis Kutis. Tersedia di: http://medicom.blogdetik.com/2009/03/11/
tuberkulosis-kutis-2/
21
Tersedia
di:
http://medlinux.blogspot.com/2007/12
/tuberkulosis- kutis.html
4. Tuberkulosis Atipikal. Tersedia di: http://surgeryprocedure.info/articles/lesiprimer-tuberkulosis-pada-anak-berupa
5. Wolff, Klaus; et al. Tuberculosis and Infections with Atypical Mycobacteria.
In: Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th Edition. New York;
McGraw-Hill, 2008: 1769-78
6. Herchline, Thomas E; et al. Tuberculosis, 2011. Available at: http: //emedicine
.medscape.com/article/230802-overview
7. Skrofuloderma. Tersedia di: http://
www.scribd.com/
doc/58012392
Skrofuloderma
8. Partogi, Donna. Tuberkulosis Kutis Verukosa, 2008. Tersedia di: http://
repository .usu.ac.id/bitstream/123456789/3414/1/08E00849.pdf
9. Mycobacterial Skin Infections Tuberculosis of The Skin. Available at: http:
//www.drmhijazy.com/english/chapters/chapter07.htm
10. Coexistence of Tuberculosis Verrucosa Cutis with Scrofuloderma, 2007.
Available at: http://journals.tubitak.gov.tr/medical/issues/sag-08-38-5/sag-385-20-0712-27.pdf
11. Price. A, Wilson. L. M. Tuberkulosis paru. Dalam : Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, Bab 4, Edisi VI, Jakarta : ECG, 2004: 852-64.
12. Abdul A, et all. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis ed 2.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007.
13. American Thorachic society. Diagnostic standards and classification of
tuberculosis in adults and children. Am j respire crit care med vol 161. 2000;
p: 1376-1395.
14. Perhimpunan dokter paru Indonesia. Tuberculosis : pedoman diagnostic dan
penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta ; indah offset citra grafika, 2006.
15. Sylvia A. Loraine M. Patofisiologi : Konsep klinis Proses-proses penyakit vol.
2 ed 6. Jakarta ; ECG, 2005.
22