Anda di halaman 1dari 12

II.3 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

Plant Bandung
II.3.1 Visi dan Misi (6)
Visi perusahaan berupa komitmen pada peningkatan kualitas kehidupan,
kesehatan dan lingkungan.
Misi dari PT. Kimia Farma adalah :

1. Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan penelitian


dan pengembangan produk yang inovatif.
2. Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu (health care
provider) yang berbasis jaringan distribusi dan jaringan apotek.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengembangkan
sistem informasi perusahaan.
II.3.2 Struktur Organisasi (6)
Berdasarkan SK Direksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. No. KEP.
20/HUK/VII/2002, mengenai struktur organisasi Divisi Produksi Bandung dan pada
saat ini telah ada pembaharuan struktur organisasi Divisi Produksi Bandung. Unit
Formulasi dan Manufaktur Bandung serta Unit Produksi Manufaktur Semarang
dilebur menjadi Plant Bandung. Dengan berbagai pertimbangan antara lain, untuk
efisiensi, baik SDM, birokrasi dan dana, maka pada tahun 2003 Unit Produksi
Bandung tanpa Unit Produksi Manufaktur Semarang diubah menjadi Plant Bandung
sampai sekarang.
Manager Plant Bandung membawahi tiga manager yaitu Manager Produksi,
Manager Pengelolaan Mutu dan Manager Perencanaan Produksi dan Pengendalian
Inventori (PPPI), serta tujuh bagian yang dikepalai oleh Asisten Manager yaitu
Bagian Teknik dan Pemeliharaan, Bagian Penyimpanan, Bagian Pembelian, Bagian
Pengolahan Data dan Informasi, Bagian Administrasi dan Personalia, Bagian
Akuntansi serta Bagian Keuangan. Tiga bagian lainnya dikepalai oleh Supervisor
yaitu Kebun Tanaman Obat (KTO), Bagian Umum dan Bagian Rumah Tangga.
Selain itu terdapat Bagian Management Representative (MR) yang berwenang untuk

menjamin sistem mutu yang telah ditetapkan, diterapkan dan dipelihara sesuai
dengan sertifikat ISO seri 9001 tahun 2000 dan K3L (Kesehatan, Keselamatan Kerja
dan Lingkungan) yang menangani masalah limbah dan lingkungan yang dikepalai
oleh seorang setingkat Asman (Asisten Manager). Struktur organisasi PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk Plant Bandung dapat dilihat pada gambar 2.3
Perubahan struktur organisasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa
sehubungan dengan adanya perubahan lingkungan yang cepat dan meningkatnya
persaingan usaha, maka sebagai upaya untuk mengembangkan SDM perusahaan
untuk lebih meningkatkan kompetensi dan komitmen guna pengembangan
perusahaan, dipandang perlu untuk menyempurnakan dan menata ulang organisasi
di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
PLANT
MANAGER

Produksi

Produksi I
(Tablet)

Produksi II
(Cairan,
serbuk &
fitofarmaka)
Produksi III
(KB)

Pengendalian
Mutu/QC

Pengendalian
Mutu/QC

Pengembangan
Produk/
Development
Pemastian
Mutu/QA

Pren.Prod
Pengendalian
inventori
Pren.Prod &
Pengen.Bahan dan
inventori
Teknik dan
pemelihara
Penyimpanan

Pembelian
Umum dan
personalia
Akuntansi dan
keuangan

K3L
Teknologi
Informasi

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Plant Bandung


II.3.3 Sertifikat Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung (7)

SOSIA
L

PT Kimia Farma Tbk. Plant bandung telah memiliki sertifikat yang


terdiri dari:
1. Sertifikat CPOB dari POM sejak 1997-1998
2. Sejak 1999 menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9002: 1994
3. yang telah diupgrade menjadi ISO 9001:2008 pada November 2009
4. Hasil Mapping Industri Farmasi Tahun 2005 mendapatkan Strata A
5. Sertifikat Produk Kina Sulfat dan Kina HCl dari Eropa (EDQM)
6. Sertifikat Kosher dari Yahudi
7. Sertifikat kosher dari London
8. Sertifikat Zero Accident
9. Label biru proper 2009 - 2010
10. Sertifikat halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia)
II.3.4 Produk Obat Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung (7)
Jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk.

Plant

Bandung berdasarkan jenisnya dikelompokkan dalam lima

golongan, yaitu:
1.

Produk program pemerintah (PKD, P2M, BKKBN )


Contoh: Oralit, Pil KB, Sulfadimidine, Ferrous syrup, AKDR..

2.

Produk Generik
Contoh : Parasetamol, Antasid DOEN, Calcium Laktat, Nifedipin, dan
lain-lain

3.

Produk Brand Name meliputi :


a.

Produk OTC, contoh :Supraflu , Erceevit Progence , dll.

b.

Produk Ethical, contoh : Cordalat , Neurodial , Retaphyl SR , dan


lain-lain.

4.

Produk Lisensi, yaitu pil KB lisensi Schering.

5.

Produk Fitofarmaka, yaitu : Batugin Elixir dan Enkasari.


Sedangkan pembagian produk berdasarkan bentuk sediaan dibagi

kedalam 2 kelompok yaitu :


1.

Produksi bahan baku obat yang menghasilkan:


-

Kina Sulfat

2.

Kina HCl

Chinchonidine

Chinchonine
Produksi formulasi obat yang menghasilkan:

- Tablet non hormon


- ARV (Anti Retro Viral)
- Tablet hormon (Mikrodiol)
-

AKDR: Copper T Limas (Lingkaran Emas), Copper T Libi (Lingkaran


Biru), Copper T BKKBN, Copper T ekspor

- Serbuk: Garam oralit


- Sirup: Paracetamol, Dekstrometorfan, Ferrous Sulfat.
- Suspensi: Kloramfenikol, Kotrimoksazol, Pyrantel.
- Fitofarmaka : Enkasari, Batugin.
-

Ekstrak pekat : Daun Saga, Daun Sirih, Daun Jambu Biji, Daun Katuk,
Asam usnat, Kunyit.
PT. Kimia Farma Tbk. juga telah melakukan ekspansi bisnisnya tidak

hanya di tingkat nasional tapi juga mulai memasuki tingkat perdagangan


internasional. Produk-produk Kimia Farma yang mencakup produk obat jadi
dan sediaan farmasi serta bahan baku obat seperti Iodine dan Quinine telah
memasuki pasar di negara : Eropa, India, Jepang, Taiwan, dan New Zealand.
Produk Jadi dan Kosmetik telah dipasarkan ke Yemen, Korea Selatan,
Singapura, Malaysia, Vietnam, Sudan, dan Papua New Guinea. Demikian
juga untuk produk-produk herbal yang berasal dari bahan alami juga telah
dipersiapkan proses registrasinya untuk memasuki pasar baru, seperti :
Filipina, Myanmar, Pakistan, Uni Emirat Arab, Oman, Bahrain dan
Bangladesh. Produk Herbal merupakan target utama korporasi untuk periode
mendatang mengingat banyaknya peminat dan pembeli potensial yang telah
menunjukkan minat untuk melakukan hubungan bisnis dengan perusahaan.

II.3.5 Penerapan CPOB (Cara Produksi Obat yang Baik) Kimia Farma
(Persero) Tbk. Plant Bandung (7)
Untuk

menjamin

mutu

obat

yang

beredar,

pemerintah

telah

mewajibkan setiap industri farmasi menerapkan cara pembuatan obat yang


baik (CPOB) dalam seluruh aspek dan rangkaian pembuatan obat. Pedoman
CPOB ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan Surat Keputusan No.
43/Menkes/SK/II/1998 tentang CPOB, sedang petunjuk pelaksanaannya
ditetapkan dalam keputusan Dirjen POM No.05410/A/SK/XII/1989.
PT. Kimia Farma telah melakukan prinsip-prinsip maupun aspek
aspek CPOB terkini Tahun 2006.(c-GMP) yang dapat dilihat dari :
a) Struktur Organisasi PT. Kimia Farma yang didalam susunannya terdapat
Sistem Manajemen Mutu atau Quality Assurance (QA).
b) Ruangan produksinya memiliki dinding dan lantai yang dilapisi dengan
epoksi, kedap air, dan tidak terdapat retakan yang dapat menyebabkan
penumpukan partikel dan pertumbuhan mikroba, juga dindingnya tidak
bersudut 90o melainkan melengkung agar mudah dibersihkan.
c) Air yang digunakan dalam proses produksi adalah Purified Water yang
diproses dari raw water yang berasal dari PDAM.
d) Sitem Tata Udara atau AHU (Air Handling Unit) pada ruang produksi
hormon dan sediaan beta laktam menggunakan HEPA filter dengan
efisiensi saringan 99,997%.
e) Penandaan pada setiap dus kemasan obat generik baik sirup, tablet, dan
kapsul telah mengikuti ketentuan dari BPOM dengan warna garis yang
berbeda-beda.
f) Adanya audit mutu yang dilakukan oleh BPOM tiap 6 bulan sekali melalui
dokumen-dokumen yang dimiliki oleh PT. Kimia Farma.
PT. Kimia Farma telah melakukan prinsip-prinsip maupun aspek aspek
CPOB terkini Tahun 2012 (c-GMP) sebagai berikut:

1. Sistem Manajemen Mutu

Aspek Manajemen Mutu PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant


Bandung telah memenuhi CPOB. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant
Bandung memiliki Bagian Pengelolaan Mutu yang terdiri atas Pemastian
Mutu dan Laboratorium Pengujian dan Teknologi Formulasi. Laboratorium
pengujian dapat dikatakan telah memenuhi CPOB. Pengawasan mutu obat
pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung dilaksanakan oleh
bagian Pengawasan Mutu (Quality Control). Laboratorium Pengawasan
Mutu berperan sejak awal dari bahan baku sampai produk jadi.
Manajemen Resiko telah diterapkan, dan telah dilakukan revisi
Pedoman

Manajemen

Risiko

menjadi

berbasis

ISO

31000:2009.

Pengelolaan manajemen risiko berada di bawah Unit Kepatuhan dan


Manajemen Risiko dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Utama. Manajemen Resiko meliputi resiko strategis, resiko keuangan, dan
resiko operasional. Berdasarkan audit berbasis resiko maka dilakukan
upaya perbaikan pengendalian internal. Selain itu, dilakukan monitoring
implementasi manajemen resiko.
2. Personalia
Aspek personalia telah sesuai dengan CPOB dimana karyawan
memiliki pegetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan
tugasnya serta berkompeten, juga memiliki kesehatan fisik dan mental
yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara professional
dan sebagaimana mestinya. Personil yang berkompeten di bagian
produksi, bagian Quality Control dan bagian Quality Assurance ditempati
oleh masing-masing apoteker.
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung mempunyai
program pelatihan secara periodik minimal sekali dalam setahun baik
untuk karyawan lama maupun baru, untuk menjamin agar para karyawan
terbiasa dengan persyaratan CPOB yang berkaitan dengan tugasnya.
3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung memiliki
rancangan bangunan dan penataan gedung yang sesuai dengan

persyaratan CPOB 2012. Area penimbangan dan area produksi telah


didesain sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran dan mudah untuk
dibersihkan. Lantai dilapisi oleh cat epoksi dan tidak membentuk sudut
90. Berdasarkan jumlah mikroba, jumlah partikel, suhu, kelembapan dan
pergantian udara. Ruangan dibagi dalam kelas (zona) A, B, C, D, dan E.
Ruang kelas A, B C, dan Duntuk produksi sediaan steril, sedagkan kelas E
untuk produksi sediaan non steril.
Area penimbangan, area produksi dan area pengemasan memilki
rancangan khusus sesuai kebutuhan dan letaknya juga terpisah. Untuk
ruang penyimpanan, desainnya menjamin penyimpanan yang baik dengan
suhu dan kelembaban yand diatur dan dikondisikan sesuai dengan syarta
penyimpanan bahan awal, bahan kemas, dan obat jadi. Untuk area
Laboratorium Pengujian dan Pemastian Mutu terpisah dari area produksi
sesuai dengan ketentuan CPOB. Pada area produksi di desain dengan
memperhaikan alur yang baik untuk material, personil dan proses, serta air
lock untuk perpindahan beda kelas kebersihan.
Bangunan pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung
meliputi

gedung

produksi

betalaktam,

bangunan

untuk

produksi

betalaktam, gedung produksi ARV (antiretroviral), instalasi pengolahan air


limbah, unit pengolahan limbah dan bangunan pelengkap seperti kantin,
musolah, toilet dan poliklinik.
4. Peralatan
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah memiliki
peralatan yang sesuai dengan ketentuan CPOB. Umumnya peralatan
produksi yang digunakan terbuat dari stainless stell 316 L yang mudah
dibersihkan dan tahan terhadap korosif. Penempatan peralatan khususnya
di ruang produksi, selalu ditempatkan di tempatnya masing-masing,
terpasang sesuai dengan fungsinya, dibersihkan dan dirawat untuk
mencegah kontaminasi. Setiap peralatan diberi nomor dan identitas untuk
memudahkan identifikasinya dan memudahkan dalam pencantuman batch

record. Terdapat juga daftar inventaris untuk masing-masing ruangan.


Peralatan juga selalu dikalibrasi dan terdapat jadwal khusus untuk
mengaturnya. Pelaksanaan jadwal kalibrasi peralatan da perawatan PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung sesuai dengan yang
ditentukan dan diatur sesuai dengan prosedur tetap. Peralatan dikualifikasi
sebelum digunakan meliputi kualifikasi instalasi, kualifikasi perasional, dan
kualifikasi kinerja. Hal ini telah sesuai persyaratan CPOB.
5. Sanitasi dan Higiene
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah menetapkan
beberapa peraturan mengenai higiene, diantaranya keharusan memakai
pakaian pelindung yang bersih selama proses produksi, termasuk penutup
rambut, masker, sarung tangan dan sepatu, adanya pembatasan akses ke
ruang produksi, pemeriksaan kesehatan berkala untuk karyawan, ruang
khusus untuk makan, ada loker untuk menyimpan pakaian, dan tersedia
toilet yang bersih dan terawat. Selain itu hal-hal penting yang perlu
diperhatikan mengenai sanitasi peralatan menurut CPOB diantaranya
adalah peralatan yang bersih sebelum dan sesudah digunakan, prosedur
pembersihan, ruang khusus pembersihan, prosedur pembersihan yang
jelas dan tervalidasi, dokumentasi pembersihan dan penggunaan bahan
pembersih. PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung memiliki SOP
(Standard Operasional Prosedure) menyangkut proses operasi dan
pembersihan setiap peralatan. Metode pembersihan yang biasa digunakan
yang digunakan yaitu bahan pembersih etanol 70% v/v dengan
menggunakan purifed water.
6. Produksi
Produksi obat di Plant Bandung sudah dinyatakan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan. Pada bagian produksi kerja dimulai dari
penimbangan, pembuatan sediaan, pengisian sampai ke pengemasan.
Setiap proses produksi suatu produk diberikan suatu kode batch sebagai
identitas proses produksi tersebut. Produksi dilaksanakan dengan

mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, yang senantiasa dapat


menjamin obat yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah di
tentukan.
Ruang produksi betalaktam dan nonbetalaktam dipisah sehingga
tidak terjadi kontaminasi, demikian juga dengan sistem AHU kedua ruang
produksi tersebut. Ruang produki PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung terdiri atas ruang produksi I, produksi II, dan produksi III. Bagian
produksi mencakup pembuatan tablet nonbetalaktam, narkotika dan ARV
(antiretroviral). Bagian produksi bagian I adalah ruangan dengan kelas
(zone) E, khusus untuk produk ARV dilakukan di gedung produksi tersendii
dengan kelas kebersihan yang sama. Produksi II terdiri dari produksi
larutan, krim, injksi, kapsul dan sirup kering. Ruang produksi pada bagian
produksi ini adalah ruangan kelas A berlatar belakang B untk produk steril.
Bagian produksi III merupakan bagian produksi yang khusus memproduksi
antibiotic golongan betalaktam.
Produksi narkotika merupakan hak tunggal PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk., oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan sejak bahan
awal, produk antara produk ruahan dan produk jadi. Setiap tahapan di buat
berita acara yang akan dilaporkan kepada Badan POM. Semua kegiatan
dilakukan pencatatan seperti jumlah sampel yang digunakan, jumlah
produk rusak, rendemen yang diteliti dan kegiatan lainnya perlu
pertanggung jawaban semuanya. Ruang produksi narkotika sama dengan
ruang produksi lainnya tetapi pengawasannya yang lebih ketat.
7. Pengawasan Mutu
Bagian pengawasan mutu telah melaksanakan tugasnya dengan
baik dengan melakukan pengujian terhadap bahan awal, produk antara,
produk ruahan dan obat jadi. Saat proses produksi berlangsung, dilakukan
In Process Control (IPC) pada setiap tahapan proses produksi. Kemudian
setelah proses produksi selesai, dilakukan pengujian terhadap obat jadi.
Dari sisi personalia karyawan yang bekerja di laboratorium pengujian

memiliki pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang sesuai dengan


tugasnya. Rata-rata karyawan ini adalah analis yang terdapat di
laboratorium pengujian PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung
telah sesuai dengan persyaratan CPOB
8. Inspeksi Diri, Audi Mutu Serta Audit Pemasok
PT. Kimia Farma telah melakukan inspeksi diri secara rutin yang
anggotanya ditunjuk oleh perusahaan dan mewakili masing-masing
bagian. Penanggung jawab tim inspeksi diri adalah bagian Quality
Assurance. Tim inspeksi diri akan melakukan akan menginspeksi silang
antar bagian. Namun tidak menutup kemungkinan dilaksanakan oleh tim
audit eksternal seperti BPOM sehingga lebih objektif. Proses inspeksi Diri
dilakukan secara bersamaan dengan Audit Mutu Internal (AMI) yang
dilakukan 2 kali dalam setahun.
Dalam menghasilkan obat yang berkualitas maka dilakukan juga
audit dan persetujuan pemasok. Pemasok haruslah memenuhi spesifikasi
yang telah ditentukan. Sebelum menyetujui pemasok PT. Kimia Farma
Plant Bandung melakukan evaluasi riwayat pemasok dan sifat bahan yang
dipasok. Persetujuan pemasok yang nantinya akan digunakan memasok
bahan awal maupun pengemas dilakukan oleh kepala bagian manajemen
mutu. Audit akan berperan dalam menetapkan kemampuan pemasok
dalam pemenuhan standar CPOB. Setelah itu dibuat daftar pemasok untuk
mempeermudah peninjauan ulang secara berkala dan dilakukan evaluasi
secara teratur terhadap para pemasok.
9. Penanganan Keluhan terhadap Produk dan Penarikan Kembali
Bila ada keluhan terhadap produk PT. Kimia Farma dan diperlukan
penarikan obat, maka penarikan dilakukan oleh PBF dan diserahkan ke
ULS. Dari ULS produk kembalian dikirim ke gudang Plant Bandung.
Setelah menerima produk kembalian, gudang memuat Surat Bukti
Penerimaan

Obat

Kembali

yang

berguna

sebagai

permohonan

pemeriksaan laboratorium. Bila produk diluluskan maka akan dilakukan

repack oleh Bagian Pengemasan kemudian diserahkan kembali ke


gudang barang jadi. Bila ditolak, maka PPPI akan membuat Surat
Pengembalian Barang ke ULS untuk memusnahkan barang tersebut.
10. Dokumentasi
Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem
informasi manajemen yang meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan
instruksi, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, serta evaluasi seluruh
rangkaian pembuatan obat. Semua dokumen disusun secara sistematis di
ruang khusus untuk dokumentasi. Hal ini bertujuan untuk mempermudah
pencarian dan penelusuran dokumen. Dokumen disusun berdasarkan
tahun produksi dan diatur berdasarkan bentuk sediaanya. Dokumen yang
telah disimpan selama 2 tahun setelah produksi, maka akan dimusnakan
oleh bagian pemastian mutu. Dokumen tersebut dimusnakan untuk agar
tidak menumpuk dan menghindari dokumen jatuh ke tangan pihak yang
tidak bertanggung jawab atau disalhgunakan. Dokumen yang telah
daluwarsa dimusnkan setiap 5 tahun dan soft copynya disimpan sebagai
asip perusahaan.
Sistem dokumentasi juga digunakan dalam pemantauan dan
pengendalian

contohnya

pada

kondisi

lingkungan,

perlengkapan,

personalia. CPOB mensyaratkan dokumen-dokumen sebagai berikut :


spesifikasi bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan,
obat jadi, dokumen produksi, dokumen pengawasan mutu, dokumen
penyimpanan dan distribusi, dokumen pemeliharaan, pembersihan,
pemantauan kondisi ruangan dan peralatan. Dokumen penanganan
keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat, obat kembalian dan
pemusnahan obat, dokumen untuk peralatan khusus, prosedur dan
catatan inspeksi diri, pedoman & catatan pelatihan CPOB bagi karyawan
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah melengkapi semua
dokumen yang dipersyaratkan CPOB.
11. Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak

Untuk memenuhi pesanan dari bagian Pemasaran, PT. Kimia farma


dapat melakukan Tool Manufacturing dengan industri lain yang telah
terjamin kinerjanya dan memiliki sertifikat CPOB dari BPOM. Kerjasama
dengan industri lain ini diatur dengan kontrak tertulis agar tidak terjadi
kesalahpahaman. PT. Kimia farma melakukan

Tool manufacturing

misalnya pada sediaan kapsul dan sirup kering beta laktam seperti PT.
Meiji, PT. Otto dan PT. Pyridam.
12. Kualifikasi dan Validasi
Seluruh alat yang digunakan pada PT. Kimia Farma Plant Bandung
telah melalui tahap kualifikasi, yang meliputi: Kualifikasi Desain (KD),
Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO) dan Kualifikasi
Kinerja (KK). Semua kualifikasi baik itu protokol maupun laporan
berdasarkan pada Petunjuk Operasional Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB). Selain adanya kualifikasi terhadap alat yang digunakan juga
dilakukan serangkaian tindakan validasi, yang meliputi Validasi Proses
(Proses Produksi dan Pengemasan), Validasi Metode Analisa dan hingga
Validasi Pembersihan.
DAFTAR PUSTAKA
6. Departemen Kesehatan RI, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1176/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetika. Jakarta
7. Wakidi, F.R. 2008. Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk. Plant bandung. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Medan

Anda mungkin juga menyukai