FARMASI INDUSTRI
OLEH :
PENDAHULUAN
tentang Industri Farmasi, industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin
dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan
CPOB merupakan bagian dari sistem Pemastian Mutu yang mengatur dan
produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan dalam izin edar dan spesifikasi
produk. (3)
liquiritiae extract yang berguna sebagai obat batuk.Dalam laporan ini akan
dibahas secara khusus mengenai pembuatan sirup OBH combi plus anak. (4)
tour di Industri farmasi yang berlangsung pada tanggal 6-11 Maret 2017 di PT.
farmasi.
GAMBARAN UMUM
HEAD OF
CHIEF CHIEF MANUFACTURING DIRECTOR,
FINANCIAL OF HCD ADVISOR TO
OFFICER THE BOARD
HEAD OF
MANAGEMENT SUPPLY QA
ACCT & PLANNING OPERATION
FINANCE MANAGER MANAGER
41
l. Suplemen pencegah kekurangan zat besi: Maltofer Syrup, Maltofer
Tablet Kunyah, Maltofer Fol Tablet Kunyah.
m. Suplemen kesehatan syaraf: Nervitone.
n. Suplemen umum: Therabex, Tanakan, Nervitone E
o. Kesehatan wanita: Prive Delicate, Prive Fresh, Prive Uri-Cran, Prive
Uri-Cran Plus, Geriadyn, Calmin AF.
p. Susu bubuk bernutrisi: Apta+ Kolesfit.
2. Produk Resep
a. Analgetik, antipiretik, antiinflamasi: Trapasin, Artrodar, Ponstelax,
Roxidene, Stileran, X-Flam, Profecom, Propyretic, Ribunal.
b. Imunologi: Gamaras.
c. Antimikroba: Bactoprim Combi Forte, Combicef, Comtro Syrup
Kering, Comtro Kaplet Salut Selaput, Floxacom, Tyason, Vagistin.
d. Anestesi: Neostigmine-Hameln, Dobutamin-Hameln, Ketamine-
Hameln, Midazolam-Hameln, Atracurium-Hameln.
e. Antineoplasma dan agen imunomodulator: Cytodrox.
f. Hematologi: Neo-K, Thromboreductin, Venofer.
g. Endokrin metabolik: Mepirilid, Diabex.
h. Sistem respirasi: Nosedin Tablet, Levopront, Mucotein, Comtusi,
Domeryl Combi, Bronchopront, Thepidron, Mucotein Strip.
i. Sistem pencernaan: Ceteron, Ulsafate, Somatostatin Lyomark,
Normudal, Smecta, Zincpro Drops, Fleet Enema, Compraz,
Stomacain, Constipen, Fleet Phospho-Soda.
j. Sistem kardiovaskular: Litorcom, Tenace, Comdipin, Cardiocom,
Tenazide.
k. Sistem Genito-Urinari 5-Alpha Reductase: Prostacom.
l. Sistem neuromuskular: Neostigmine-Hameln, Tizacom, Phental,
Promactil.
m. Sistem muskuloskeletal: Hyalone, Hyalgan, Joinfit, Flexozin Krim
n. Dermatologi: Nosedin Tablet, Mederma, Fusycom, Peditox, Locoid
Scalp Lotion, Denomix.
o. Perawatan luka: Sibro, Bionect Gauze Pads.
II.1.5 Sertifikat
PT. Combiphar memperoleh sertifikat CPOB/GMP untuk pertama kalinya
pada tahun 1991. Perusahaan ini juga mendapatkan sertifikat ISO 9001: 2000
pada tahun 2006 yang menunjukkan bahwa sistem manajemen mutu pada
produksi telah terstandarisasi secara internasional, sertifikat GMP Cleareance dari
TGA (Therapeutic Goods Administration) dari Australia untuk kategori listed
therapeutic goods untuk sediaan solid dan semisolid pada tahun 2013 serta
sertifikasi internasional ISO 14001 di bidang sistem pengelolaan lingkungan
(Environmental Management System) pada tahun 2015. Sertifikasi ISO 14001 ini
melengkapi deretan penghargaan maupun sertifikasi lainnya termasuk diantaranya
persetujuan dari SGS India dan Fleet USA sebagai supplier dan lulus dalam
standarisasi WHO GMP (4,5)
II.1.6 Penerapan Aspek CPOB
1. Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai
dengantujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
dokumenizin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang
membahayakanpenggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak
efektif. Manajemenbertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui
suatu Kebijakan Mutu,yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari
semua jajaran di semuadepartemen di dalam perusahaan, para pemasok dan
para distributor. Untukmencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat
diandalkan, diperlukanmanajemen mutu yang didesain secara menyeluruh
dan diterapkan secara benar. (6)
Secara struktural, PT. Combiphar telah berupaya dengan baik
menjalankan sistem manajemen mutu. PT. Combiphar memiliki Quality
Assurance Operation Manager (QAOM) yang bertanggung jawab langsung
kepada Manager Director. QAOMmembawahi Quality Control (Pengawasan
Mutu), Quality Assurance (Pemastian Mutu) yang secara langsung berfungsi
sebagai posisi kunci dalam menjalankan manajemen mutu yang terarah dan
sesuai. (5)
PT. Combiphar juga melakukan suatu kajian mutu produk secara
berkala yang sifatnya tahunan oleh unit Quality Assurance Service (QAS)
yang dikenal sebagai Annual Product Review (APR). Dengan adanya APR,
kekurangan yang terjadi di tahun sebelumnya dapat dijadikan suatu pedoman
evaluasi demi perbaikan mutu ke depannya. Unit QAS bertugas
mengumpulkan seluruh data menjadi satu laporan utuh yang berisikan jumlah
produksi di tahun tersebut, status produk, hasil uji analisis (kimia dan
mikrobiologi), review proses produksi, review stabilitas, review validasi
proses, deviasi, komplain, change control, review kualitas air, review
kualifikasi alat-alat produksi dan utility (HVAC). Dari jenis data yang
dikumpulkan terlihat bahwa APR membutuhkan kerjasama dari seluruh divisi
yang ada di PT. Combiphar dengan tujuan akhir untuk merekomendasi
kinerja dari tiap unit. (5)
2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalampembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dalam CaraPembuatan
Obat yang Baik. Oleh sebab itu, industri farmasi bertanggungjawabuntuk
menyediakan personil dalam jumlah yang memadai untuk
melaksanakansemua tugas. Tiap personil hendaklah memahami
tanggungjawab masing-masingdan dicatat. Seluruh personil hendaklah
memahami prinsip CPOB danmemperoleh pelatihan awal dan
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenaihigiene yang berkaitan
dengan pekerjaan. (6)
PT.Combiphar telah melakukan pembagian tugas, tanggung jawab dan
kewenangan yang jelas dalam struktur organisasinya agar dapat dihasilkan
kinerja perusahaan yang optimal. Pembagian tugas setiap bagian, seksi unit
hingga regu telah ditetapkan dan hal ini tergambar pada job description untuk
masing-masing posisi. Hal tersebut sesuai dengan CPOB karena di dalam
CPOB dijelaskan bahwa struktur organisasi beserta tanggung jawab dan tugas
dari masing-masing bagian harus jelas. Hal ini dilakukan agar masing-masing
bagian dapat menjalankan tugasnya secara efektif, tidak tumpang tindih dan
dapat bekerja secara profesional. Posisi kepala bagian produksi, kepala bagian
pengawasan mutu (Quality Control, QC), kepala bagian pemastian mutu
(Quality Assurance, QA) dan kepala bagian supply chain management
dipimpin oleh apoteker. Di mana apoteker merupakan personil kunci yang
tepat untuk ditempatkan pada posisi tersebut. Masing-masing kepala bagian
merupakan seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi. (5)
PT. Combiphar melakukan perekrutan pegawai dengan cukup selektif
melalui beberapa tahapan untuk mendapatkan personil yang handal, mulai
dari interview secara panel, psikotes, dan terakhir medical check-up. Dari segi
peningkatan kualitas pegawai, PT. Combiphar menyediakan fasilitas
penunjang yang baik dan mampu mengakomodasi keperluan pegawainya.
Beberapa diantaranya adalah program pelatihan baik pelatihan terkait CPOB
maupun yang tidak terkait langsung dengan CPOB. Pelatihan CPOB
berkaitan dengan peningkatan pengetahuan mengenai CPOB. Sedangkan
pelatihan non CPOB dapat berupa kepemimpinan, motivasi, K3L (Kesehatan
dan Keselamatan Kerja), pest control dan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat
dan Rajin). (5)
PT. Combiphar juga memberikan perhatian besar terhadap kesehatan
karyawannya dengan membuat program General Check-up rutin setiap tahun.
Hal ini dikarenakan PT. Combiphar yang merupakan salah satu industri
farmasi terkemuka yang menggunakan berbagai bahan obat, pelarut kimia,
bahkan zat berbahaya lainnya yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan
karyawan. Selain itu, program tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas
produk yang dihasilkan. PT. Combiphar juga menyediakan sarana kantin
untuk makan siang di dalam lingkungan pabrik, tunjangan kesehatan, klinik
kesehatan dan penyediaan APD untuk karyawan demi mengantisipasi
gangguan kesehatan yang mungkin terjadi akibat kontak dengan bahan-bahan
kimia. (5)
3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak
dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko
terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang
dapat menurunkan mutu obat. (6)
Bangunan dan fasilitas memiliki peranan yang penting dalam
menentukan mutu produk dalam suatu industri farmasi. Bangunan dan
fasilitas PT. Combiphar, baik di liquid building maupun main building telah
memiliki desain, letak dan konstruksi yang baik. Ketiga hal tersebut yaitu
desain, letak dan konstruksi perlu diperhatikan untuk memperkecil risiko
terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta
memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan. (5)
Letak bagunan PT. Combiphar berada di lingkungan industri, cukup
berdekatan dengan lingkungan penduduk tetapi memiliki sistem Instalasi
Pengolahan Air limbah (IPAL) yang baik sehingga limbah yang dihasilkan
tidak mencemari lingkungan sekelilingnya. Lokasi gedung PT. Combiphar
juga terlindung dari pengaruh cuaca, banjir maupun rembesan melalui tanah
dan terbebas dari masuk dan bersarangnya binatang pengerat, kutu atau
serangga, sehingga aman dari kemungkinan terjadinya pencemaran dari
lingkungan sekeliling gedung. (5)
Pada bangunan dibuat beberapa ruangan terpisah, yaitu antara lain
penerimaan barang, karantina barang masuk, penyimpanan bahan awal,
penimbangan dan penyerahan, pengolahan, penyimpanan produk ruahan,
pengemasan, karantina produk jadi selama menunggu dirilis oleh bagian
penjaminan mutu, penyimpanan produk jadi, pengiriman barang dan
pencucian peralatan. Bangunan mendapatkan penerangan yang efektif dan
mempunyai ventilasi dengan fasilitas pengendalian udara dan tenaga listrik
yang memadai untuk menjamin kelancaran fungsi peralatan produksi dan
laboratorium. (5)
Area penimbangan di PT. Combiphar telah dilengkapi dengan sistem
dispensing booth di setiap bagian. Pada area produksi, koridor didesain
khusus untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Pertemuan antara
lantai, dinding dan langit-langit tidak tedapat celah dan dicat epoksi. Pipa dan
lampu dipasang tanpa ada ceruk dan tidak menyulitkan pembersihan. (5)
Untuk mendukung dan memperlancar semua aktivitas di pabrik,
digunakan berbagai fasilitas, yaitu Mechanical Workshop (bengkel mekanik),
generator dengan daya 157 KVA, City Electricity dengan daya 535 KVA,
Steam Boiler (2 buah), Central Air Conditioner (AC), Air Compressor (2
buah), Air Handling Unit (AHU), umur air artesis, Reverse Osmosis Water
System (2 m3/jam) dengan tangki penyimpanan 10.000 L, Waste Water
Treatment Plant (tempat pengolahan limbah), Deep Well dengan kapasitas
100-200 m3/bulan, Lighting Protector, Telecomunication System (faximile,
telephone, e-mail), SAP Information System, Local Area Network. (5)
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yangtepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat,agar mutu obat terjamin sesuai desain serta
seragam dari bets-ke-bets danuntuk memudahkan pembersihan serta
perawatan agar dapat mencegahkontaminasi silang, penumpukan debu atau
kotoran dan, hal-hal yang umumnyaberdampak buruk pada mutu produk. (6)
Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT. Combiphar
memiliki rancang bangun dan konstruksi yang kuat, ukuran yang memadai,
serta ditempatkan pada posisi yang tepat. Masing-masing alat diberi
penandaan agar memudahkan dalam identifikasinya. Pemasangan dan
penempatan peralatan diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Bahan yang digunakan untuk peralatan
selama proses produksi sebagian besar adalah baja tahan karat (stainless
steel). Baja tahan karat yang biasa digunakan adalah AISI 304 (American
Iron and Steel Institute 304) yang mengandung antara lain krom 18-20 % dan
nikel 8-12% dan baja tahan karat AISI 316 atau 316 L (L= Low Carbon)
mengandung antara lain krom 16-18 %, nikel 10-14 % dan molibden 2-3 %
dengan atau tanpa elektropolis. Peralatan yang digunakan selalu dirawat
secara berkala agar tetap berfungsi dengan baik dan konsisten serta mencegah
terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas dan mutu atau
kemurnian produk. (5)
Peralatan yang digunakan tiap line produksi disesuaikan dengan
produk yang dihasilkan dan ukuran bets dari masing-masing produk.
Penempatan peralatan produksi dilakukan mengikuti alur proses kerja
sehingga produksi dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Pemisahan
peralatan dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang antara produk satu
dengan yang lainnya. Pencegahan terhadap kontaminasi debu yang dihasilkan
pada saat proses produksi dilakukan dengan menggunakan pengumpul debu.
Peralatan juga diberi penandaan status penggunaan alat tersebut untuk
menghindari kesalahan penggunaan alat. (5)
Tiap mesin diletakkan dalam ruang sesuai dengan proses yang sedang
berlangsung. Bila terdapat lebih dari satu alat dalam satu ruangan maka
peralatan diletakkan tidak berdekatan agar proses kerja dilakukan dengan
leluasa dan mencegah terjadinya kontaminasi silang dan pencampuran antar
bahan maupun produk ruahan. (5)
Keakuratan peralatan selalu dijaga dengan melakukan validasi,
kalibrasi, dan kualifikasi secara teratur oleh Departemen Pemastian Mutu
bekerja sama dengan lembaga meterologi setempat. Peralatan dan mesin baru
harus melalui tahapan kualifikasi terlebih dahulu, yaitu kualifikasi instalasi,
kualifikasi operasi dan kualifikasi kinerja. Pada peralatan lama dilakukan
kualifikasi secara periodik, yaitu setiap 3 tahun. Kalibrasi dilakukan pada
periode tertentu yang sudah ditetapkan dan tercatat dalam Jadwal Kalibrasi
Alat. Kalibrasi dilakukan terhadap peralatan yang digunakan untuk
menimbang, mengukur dan menguji. Sertifikat Penerimaan dikeluarkan untuk
mesin yang telah melewati tahapan-tahapan tersebut dan menyatakan bahwa
mesin tersebut telah memenuhi syarat. (5)
5. Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada
setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi
personil,bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta
wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat
merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial
hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang
menyeluruh dan terpadu.(6)
Sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam CPOB, PT. Combiphar
menerapkan tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi, meliputi personalia,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan
setiap hal yang berpotensi menjadi sumber pencemaran produk. (5)
Tiap personil yang masuk ke area produksi harus mengenakan pakaian
pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya. Terdapat
ruangan yang berisi loker sebelum memasuki area produksi untuk menyimpan
pakaian rumah dan kerja, sepatu rumah dan kerja, penutup kepala, toilet dan
wastafel untuk mencuci tangan yang dilengkapi dengan handdryer dan
alkohol yang masing-masing terpisah untuk pria dan wanita. Setiap personil
yang akan memasuki area produksi wajib menggunakan pakaian khusus,
sepatu khusus dan penutup kepala yang bersih serta mencuci tangan,
mengeringkan dan disemprotkan antiseptik (alkohol 70%). Manajemen PT.
Combiphar telah memberikan panduan secara nyata dengan penempelan
berbagai prosedur terkait sanitasi dan higiene diri. Salah satunya terlihat pada
dinding di sekitar wastafel yang ditempel petunjuk pencucian tangan yang
baik dan benar. (5)
Semua peralatan dibersihkan setiap kali selesai pemakaian dengan
menggunakan teepol yang ditandai dengan adanya tanda under cleaning yang
terlihat di bagian depan pintu area produksi tertentu yang sedang dibersihkan.
Pembersihan dilakukan dengan cara vakum setiap kali selesai produksi satu
bets produk dengan tujuan mencegah terjadinya kontaminasi silang yang
dapat mencemari produk akhir. Sistem pest control juga dilakukan dalam
rangka pemeliharaan bangunan untuk menghindari bersarangnya binatang
kecil seperti tikus, lalat, semut, cicak atau binatang lainnya dalam bangunan
pabrik. PT. Combiphar bekerja sama dengan pihak kontraktor pest and rodent
control. Pengecekan terhadap pemantauan hama ini dilakuan secara rutin
setiap dua minggu sekali. (5)
Mengenai pembersihan dan sanitasi di PT. Combiphar Tbk.
menggunakan teepol, semua peralatan dibersihkan setiap kali selesai
pemakaian dengan adanya tanda under cleaning yang terlihat di bagian depan
pintu area produksi tertentu yang sedang dibersihkan. Pembersihan dilakukan
dengan cara vakum setiap kali selesai produksi satu bets produk dengan
tujuan mencegah terjadinya kontaminasi silang yang dapat mencemari produk
akhir. Sistem pest control juga dilakukan dalam rangka pemeliharaan
bangunan untuk menghindari bersarangnya binatang kecil seperti tikus, lalat,
semut, cicak atau binatang lainnya dalam bangunan pabrik. PT. Combiphar
Tbk. bekerja sama dengan pihak kontraktor pest and rodent control.
Pengecekan terhadap pemantauan hama ini dilakuan secara rutin setiap dua
minggu sekali. (5)
Prosedur sanitasi dan higiene di validasi dan di evaluasi secara berkala
oleh tim validasi. Validasi dan evaluasi ini dilakukan untuk memastikan
bahwa hasil penerapan prosedur cukup efektif dan memenuhi persyaratan
yang ditentukan. (5)
6. Produksi
Produksi obat hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur
yangtelah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin
senantiasamenghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta
memenuhiketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi
hendaklah dilakukandan diawasi oleh personil yang kompeten.(6)
Sebelum dilaksanakan proses produksi, diperlukan proses
perencanaan terlebih dahulu oleh bagian Supply Chain Management (SCM)
atas permintaan dari bagian marketing sedangkan untuk pelaksanaannya
diputuskan bersama dengan bagian pengembangan produk, bagian produksi,
bagian pengawasan mutu, bagian teknik serta kepala pabrik. Perencanaan
dilakukan dengan memperhitungkan seluruh sumber daya yang ada sehingga
kegiatan dapat dilakukan secara efisien dengan hasil yang optimal. (5)
Untuk menjamin kualitas obat yang dihasilkan PT. Combiphar maka
dilakukan pengawasan terhadap bahan awal, bahan pengemas, produk ruahan,
maupun produk jadi. Pada proses produksi, semua bahan awal yang
digunakan harus diluluskan terlebih dahulu oleh QC. Setelah pelulusan maka
bahan awal didistribusikan ke bagian produksi. Penimbangan bahan
dilakukan di dalam ruang LAF dan setelah menimbang satu bahan maka
harus dilakukan pembersihan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses
penimbangan bahan selanjutnya. Pada proses validasi yang dilakukan oleh
PT. Combiphar telah sesuai dengan CPOB 2012. Validasi dilakukan oleh
bagian QC yang bekerja sama dengan bagian Produksi untuk membuktikan
dan memastikan bahwa proses produksi dari bets ke bets dilaksanakan secara
konsisten sehingga menghasilkan produk yang memenuhi kualitas yang
ditetapkan. (5)
Pencemaran silang dapat dicegah dengan cara gowning. Proses ini
dimulai dari ketika personel masuk ke dalam ruang produksi, maka personel
tersebut harus ganti pakaian dan alas kaki terlebih dahulu dengan pakaian
bersih dan alas kaki, lalu menggunakan masker dan penutup kepala yang
telah disediakan. Selain itu, personel juga harus mencuci tangan. Untuk
personel yang kontak langsung dengan bahan atau produk, maka diharuskan
menggunakan sarung tangan. (5)
Selain proses gowning, pencemaran silang dapat dilakukan dengan
mengatur sistem tekanan udara. Tekanan udara di dalam ruang produksi,
yaitu 5-20 pascal. Untuk ruang produksi liquid, aliran udara lebih cenderung
mengalir dari dalam ruang produksi yang bertekanan tinggi ke arah koridor
yang bertekanan rendah, sedangkan ruang produksi padat, aliran udara
mengalir dari koridor yang bertekanan tinggi ke dalam ruang produksi padat
yang bertekanan rendah. Selain itu, proses penimbangan harus dilakukan di
bawah LAF dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi harus
dinyatakan bersih sebelum digunakan. (5)
Pada proses pengemasan dilakukan prakodifikasi bahan pengemas,
kesiapan jalur pengemasan, pelaksanaan pengemasan dan penyelesaian
pengemasan. Produk jadi yang dikemas harus dikarantina hingga diluluskan
oleh QC. Selama proses produksi dan pengemasan dilakukan pengawasan
selama proses atau In Process Control (IPC) sebagai bentuk pengawasan
terhadap mutu produk. IPC dilaksanakan melalui kerjasama antara
departemen produksi dengan QC. Produk jadi yang telah diluluskan oleh QC
akan di simpan dalam gudang produk jadi, lalu diletakkan sesuai dengan suhu
penyimpanan yang tertera pada label kemasan produk jadi tersebut. (5)
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara
Pembuatan Obatyang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara
konsistenmempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Keterlibatan dankomitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua
tahap merupakankeharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal
pembuatan sampaikepada distribusi produk jadi.(6)
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi,
pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan
yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan
bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual,
sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.(6)
Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga
harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang
fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan
memuaskan(6)
Pengawasan mutu PT. Combiphar tidak terbatas pada kegiatan
laboratorium, tetapi terlibat pula dalam keputusan yang terkait dengan mutu
produk. Sistem pengawasan mutu yang diterapkan PT. Combiphar sudah
mencakup seluruh aspek yang disyaratkan dalam CPOB untuk memastikan
tiap produk yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya. (5)
Bagian pengawasan mutu PT. Combiphar memiliki wewenang untuk
meluluskan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi
apabila produk tersebut telah sesuai dengan spesifikasinya, atau menolaknya
bila tidak sesuai dengan spesifikasinya atau bila tidak dibuat sesuai dengan
prosedur yang disetujui pada kondisi yang ditentukan. Bagian pengawasan
mutu juga berwenang dalam melakukan pengambilan contoh atau sampel
barang yang akan diuji. Personil yang bertugas dalam pengambilan sampel
telah memperoleh pelatihan awal dan berkelanjutan secara teratur tentang
cara pengambilan sampel yang benar. Setiap personil Quality Control di PT.
Combiphar telah menggunakan pakaian pelindung dan alat pengaman seperti
respirator atau masker, kacamata pelindung, dan sarung tangan tahan asam
atau basa sesuai tugas yang dilaksanakan sebagai program inspeksi diri. (5)
Bagian QC di PT. Combiphar juga ikut serta dalam melakukan
kegiatan uji stabilitas (on going stability) yang berfungsi untuk memonitor
stabilitas produk selama masa edarnya dan untuk menetukan apakah produk
tetap memenuhi spesifikasinya di bawah kondisi penyimpanan sesuai dengan
label kemasan dan menangani sampel pertinggal dengan maksud sebagai
antisipasi bila terjadi komplain dari masyarakat. Selain itu, Pengawasan Mutu
PT. Combiphar telah menyiapkan prosedur tertulis yang rinci untuk
melakukan seluruh pemeriksaan, pengujian dan analisis. (5)
8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksidan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Programinspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan
dalampelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan.Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci
oleh petugas yangkompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi
penerapan CPOB secaraobyektif.(6)
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu,
pada situasikhusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi
atau terjadipenolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan
supayadilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikandan dibuat program tindak lanjut yang efektif.(6)
PT. Combiphar telah memiliki tim inspeksi diri di bawah pengawasan
GMP Compliance. Inspeksi diri dilakukan berupa Audit internal maupun
eksternal dan tim inspeksi diri dibentuk secara internal perusahaan. Audit
internal perbagian (intern bagian) dilakukan setiap bulan, audit internal intern
pabrik setiap tahun, sedangkan audit internal yang dilakukan dari luar seperti
oleh BPOM, Badan ISO, pabrik toll in manufacturing dan principal tidak
terjadwal. Untuk audit eksternal, PT. Combiphar melakukan audit terhadap
supplier dan pabrik toll out manufacturing secara teratur. (5)
Untuk memperoleh penilaian yang lebih objektif, maka tim inspeksi
diri melakukan cross check, yaitu tim inspeksi diri dari unit I memeriksa unit
II atau III dan sebaliknya. Inspeksi diri mencakup semua bagian produksi,
pengawasan mutu, teknik, dan gudang. Untuk inspeksi secara menyeluruh,
dilakukan minimal sekali setahun. Setelah inspeksi diri selesai dilaksanakan,
dibuat laporan inspeksi diri yang mencakup (5):
a. Hasil inspeksi diri terutama masalah yang memerlukan perhatian khusus.
b. Evaluasi dan kesimpulan
c. Saran tindakan perbaikan masalah yang ditemukan
Semua prosedur, catatan dan laporan inspeksi diri dan audit mutu
didokumentasikan dan disimpan oleh unit GMP compliance. Laporan
inspeksi diri ini selanjutnya dilaporkan kepada manajer QAO, untuk
dievaluasi dan ditetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan (Corrective
Action Plan Action/CAPA). (5)
9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Produk dan Produk
Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan
kemungkinan terjadikerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan
prosedur tertulis.Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah
disusun suatusistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang
diketahui ataudiduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.(6)
Penanganan keluhan terhadap produk oleh pelanggan, penarikan
produk dan produk kembalian oleh PT. Combiphar bertujuan sebagai dasar
perbaikan proses produksi atau formulasi, pencegahan terhadap keberulangan
keluhan yang sama dan menjadi bahan pertimbangan terhadap penarikan
kembali obat jadi (recall). Di PT. Combiphar, bagian yang berperan dalam
menangani keluhan terhadap produk, penarikan produk dan produk kembalian
adalah QAS. (5)
QA menangani Complaint yang termasuk dalam jenis technical terkait
mutu/kualitas produk. Untuk Technical Complaint, pelanggan harus diberikan
jawaban dalam waktu 30 hari kerja. Hasil investigasi Complaint diregister
dan dimasukkan ke dalam CAPA (Corrective Action Preventive Action). (5)
Waktu penyelesaian keluhan pelanggan paling lambat 30 hari sejak
keluhan diterima sampai pemberian jawaban kepada pelanggan. Pada evaluasi
keluhan obat dilaksanakan peninjauan informasi keluhan, pemeriksaan atau
pengujian terhadap retained sample serta contoh yang diterima dan penelitian
kembali semua data dan dokumentasi yang berkaitan. Tindak lanjut dari
keluhan dapat berupa penggantian produk atau penarikan produk. Penarikan
kembali obat jadi dilakukan apabila ditemukan produk obat yang tidak
memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan adanya efek
samping obat yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. (5)
10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen
Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan
dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis.
Keterbacaan dokumen adalah sangat penting.(6)
Dokumentasi yang dilakukan di PT. Combiphar bersifat sistematis dan
telah menggunakan sistem komputerisasi, di mana semua informasi
manajemen yang meliputi prosedur, metode dan instruksi, perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan
pembuatan obat telah didokumentasikan dengan baik. Semua personel di PT.
Combiphar ikut bertanggung jawab dalam melaksanakan proses dokumentasi
secara benar dan konsisten. Adapun hal-hal yang didokumentasikan, yaitu
dokumen spesifikasi, dokumen produksi, dokumen pengawasan mutu,
dokumen pemeliharaan peralatan, dokumen penanganan terhadap obat,
dokumen peralatan khusus, prosedur dan ispeksi diri, serta pedoman pelatihan
bagi karyawan. (5)
Pengendalian dokumen yang dilakukan oleh PT. Combiphar meliputi
tata cara pengajuan dokumen, distribusi dokumen, penarikan dan pemusnahan
dokumen. Pengajuan dokumen oleh bagian terkait akan diperiksa
kelengkapannya oleh bagian QAS, jika sudah ditandatangani maka dilakukan
sosialisasi terhadap personil-personil yang terkait. Hasil sosialisasi digunakan
untuk melengkapi data pengajuan dokumen ke Plant Director. Setelah
disetujui maka dokumen tersebut dapat dilaksanakan, dengan ketentuan
bahwa master plan atau master document dipegang oleh bagian QAS. Jika
ada perubahan maka dokumen tersebut tidak dapat dipakai lagi dan harus
dilakukan revisi, sedangkan untuk dokumen yang tidak berlaku lagi maka
dilakukan penarikan dan pemusnahan pada dokumen tersebut. (5)
11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara
benar,disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang
dapatmenyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak
memuaskan.Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak
harus dibuatsecara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban
masing-masingpihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur
pelulusan tiap betsproduk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab
penuh kepala bagianManajemen Mutu (Pemastian Mutu).(6)
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak yang dilakukan oleh PT.
Combiphar, yaitu toll in dan toll out. Toll in adalah kerjasama antara PT.
Combiphar dengan industri farmasi lain (GSK, Astellas Japan, Abbott,
Boeriger, Invida, Sanofi), tetapi proses manufacturing dilakukan di PT.
Combiphar, sedangkan toll out merupakan kerjasama antara PT. Combiphar
dengan industri farmasi lain (Bernofarm) di mana proses manufacturing
dilakukan di industri farmasi lain. (5)
12. Kualifikasi dan Validasi
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi
validasiyang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis
darikegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikanterhadap fasilitas, peralatan
dan proses yang dapat memengaruhi mutu produkhendaklah divalidasi.
Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakanuntuk menentukan
ruang lingkup dan cakupan validasi. (6)
PT. Combiphar telah melakukan kualifikasi dan validasi sesuai
dengan apa yang dipersyaratkan dalam CPOB. Kualifikasi yang dilakukan di
PT. Combiphar meliputi kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi
operasional dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi dilakukan untuk memastikan
alat maupun ruangan yang digunakan memenuhi standar atau tidak. (5)
Setiap tahun, bagian tim validasi PT. Combiphar menyusun Rencana
Validasi Induk (RIV), yaitu dokumen yang menguraikan secara garis besar
pelaksanaan validasi oleh QA, Product Development, Produksi dan Teknik.
RIV ini terdiri dari kualifikasi dan kalibrasi, validasi proses, validasi
pembersihan dan validasi metode analisa. RIV mencakup informasi tentang
kebijakan validasi; organisasi yang melaksanakan kegiatan validasi;
ringkasan fasilitas, peralatan, atau proses yang akan divalidasi; format
dokumen berupa protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal
pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan
dan struktur tersebut. (5)
Direktur Direktur
Utama
Sekretaris Internal
Perusahaan Audit
Penimbangan
Pencampuran (Mixing)
Proses Packaging
Cek IPC : Kemasan,
Penandan etiket Dos dan
botol, dan Estetika
PEMBAHASAN
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
1. Sebaiknya pihak industri memperbolehkan mahasiswa untuk melihat semua
kegiatan di lingkungan industri dan memberikan waktu yang cukup untuk
berdiskusi.
2. Perlu adanya tambahan Informan pada industri tersebut untuk mempermudah
mendapatkan informasi tentang tugas khusus yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
8. Syamsul, A., Yulfiani L., Putri J., Laporan Khusus Praktek Kerja Profesi
Apoteker di PT Martina Berto Tbk Jakarta 1-29 Februari 2012. Makassar :
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. 2012. Hal 5-54
12. Anggriani, M. 2012. Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di PT.
Combiphar. Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Jakarta. Hal 43-56