DI RUMAH SAKIT
MATA KULIAH
CORPORATE GOVERNANCE & CLINICAL GOVERNANCE
DOSEN
DR. dr. MELIANA ZAILANI, MARS
DISUSUN OLEH :
Dandy Maslow (1006745991)
Handi Wijaya (1006746060)
Yuyun Umniyatun (1006746382)
PENDAHULUAN
Undang-undang Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa Rumah Sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi
oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Di dalam
pasal 36 disebutkan bahwa setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan tata kelola Rumah Sakit
dan tata kelola klinis yang baik. Yang dimaksud dengan tata kelola rumah sakit yang baik adalah
penerapan fungsi-fungsi manajemen rumah sakit yang berdasarkan prinsip-prinsip tranparansi,
akuntabilitas, independensi dan responsibilitas, kesetaraan dan kewajaran. Sedangkan tata kelola
klinis yang baik adalah penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi kepemimpinan klinik,
audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan,
mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan profesional, dan akreditasi rumah sakit.
Salah satu faktor kunci dalam pengembangan pelayanan rumah sakit adalah bagaimana
meningkatkan mutu pelayanan klinik. Rumah sakit adalah lembaga yang memberikan pelayanan
klinik sehingga mutu klinik merupakan indikator penting bagi baik buruknya rumah sakit. Oleh
karena itu prinsip dasar dalam pengembangan pengelolaan clinical governance adalah bagaimana
mengembangkan sistem untuk meningkatkan mutu klinik. Peningkatan mutu tersebut dilakukan
dengan cara memadukan pendekatan manajemen, organisasi, dan klinik secara bersama (Roland
dkk. 2001). Clinical governance bertugas memastikan bahwa telah terdapat sistem untuk
memonitor kualitas praktik klinis yang berfungsi dengan baik; praktik klinis selalu dievaluasi
dan hasil evaluasinya digunakan untuk melakukan perbaikan; dan praktik klinis sudah sesuai
dengan standar, seperti yang dikeluarkan oleh badan regulasi profesi nasional. (Laksono
Trisnantono)
Komponen penting dalam system yang diperlukan dalam sebuah manajemen adalah
adalah integrasi dan koordinasi. Integrasi akan menggabungkan berbagai elemen atau subsistem
yang ada menjadi pelayanan yang merupakan satu kesatuan bukan pelayanan yang terpecahpecah dan koordinasi adalah upaya untuk memadukan (mengintegrasikan), menyerasikan dan
menyelaraskan berbagai elemen tersebut sehingga pelayanan yang diharapkan dapat tercapai.
Dalam pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit, salah satu kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai good clinical governance adalah perawatan terpadu. Perawatan terpadu
(Integrated Care) telah menjadi komponen inti dari reformasi perawatan kesehatan dan sosial di
seluruh Eropa. Perawatan terpadu berusaha untuk menutup divisi antara perawatan kesehatan dan
sosial. Perawatan terpadu merupakan sebuah alat panduan yang berguna bagi pembuat kebijakan
dalam memperoleh gambaran yang berkaitan dengan perawatan. Dengan demikian, hal ini
memungkinkan untuk:
penduduk
menawarkan perawatan yang berpusat pada orang dengan mengakui bahwa hasil
TINJAUAN PUSTAKA
INTEGRASI
Integrasi secara singkat diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh
atau bulat. Integrasi di dalam suatu organisasi berarti mengelola ketergantungan antara tugas
yang berbeda dalam perusahaan untuk menghasilkan hasil yang diinginkan. Ketergantungan
dapat divisualisasikan sebagai berikut :
-
Tugas A dan tugas B harus dilakukan keduanya agar diperoleh hasil yang efektif
Oleh karena itu tujuan dilakukannya integrasi dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu :
Tujuan langsung : proses yang berhubungan dengan pilihan untuk bagaimana tujuan
lain akan dicapai, misalnya melalui pengambilan keputusan yang partisipatif atau
melalui keputusan-keputusan berdasarkan bukti.
Tujuan menengah : berkaitan dengan penciptaan struktur dan proses tertentu yang
mengarah kepada tujuan utama.
Untuk pengguna, itu berarti proses perawatan yang mulus, halus, dan mudah
dinavigasi.
Untuk penyedia garis depan, itu berarti bekerja dengan para profesional dari bidang
yang berbeda dan koordinasi tugas dan jasa melintasi batas-batas profesional
tradisional.
Untuk manajer, itu berarti penggabungan atau koordinasi target organisasi dan ukuran
kinerja, dan mengelola dan mengarahkan staf dan profesional yang beragam.
2. Tingkat sistem
Mengatur kualitas
Pembuat kebijakan perlu mengembangkan alat dan sistem untuk mengatur kualitas
perawatan kesehatan dan sosial yang disampaikan sebagai bagian dari paket perawatan
terpadu.
3. Tingkat organisasi
Birokrasi Terfragmentasi
Di banyak negara, kesehatan dan kepedulian sosial secara tradisional telah disediakan
oleh sistem birokrasi yang sepenuhnya berbeda baik di tingkat nasional dan lokal.
Kapasitas
Kurangnya sumber daya dapat membatasi kapasitas penyedia layanan untuk terlibat
dalam perubahan organisasi
Pengalihan biaya
Transparansi keuangan harus dipastikan dalam model perawatan terpadu untuk
memastikan
bahwa pergeseran biaya dan seleksi yang merugikan pengguna dan pasien tidak terjadi.
keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu
tertentu selama di rumah sakit. (Dody Firmanda, 2005)
4. Adalah sebuah rencana yang menyediakan secara detail setiap tahap penting dari
pelayanan kesehatan, bagi sebagian besar pasien dengan masalah klinis (diagnosis
atau prosedur) tertentu, berikut dengan hasil yang diharapkan. (Clinical Pathways,
Warta Yanmed, 2010)
Clinical pathway secara terstruktur memberikan cara bagaimana mengembangkan dan
mengimplementasikan pedoman klinik (clinical guideline/best practice) yang ada kedalam
protocol lokal (yang dapat dilakukan). Clinical pathway juga menyediakan cara untuk
mengidentifikasi alasan sebuah variasi yang tidak dapat diidentifikasi melalui audit klinik. Hal
tersebut dimungkinkan karena clinical pathway juga merupakan alat dokumentasi primer yang
menjadi bagian dari pelayanan dari penerimaan hingga pemulangan pasien. Dengan kata lain,
clinical pathway menyediakan standar pelayanan minimal dan memastikan bahwa pelayanan
tersebut tidak terlupakan dan dilaksanakan tepat waktu.
Tujuan implementasi clinical pathway terutama adalah untuk :
1. Memilih best practice pada saat pola praktek diketahui berbeda secara bermakna.
2. Menetapkan standar yang diharapkan mengenai lama perawatan dan penggunaan
pemeriksaan klinik serta prosedur klinik lainnya.
3. Menilai hubungan antara berbagai tahap dan kondisi yang bebeda dalam suatu proses
serta menyusun strategi untuk mengkoordinasikan agar dapat menghasilkan
pelayanan yang lebih cepat dengan tahapan yang lebih sedikit
4. Memberikan peran kepada seluruh staf yang terlibat dalam pelayanan serta peran
mereka dalam proses tersebut.
5. Menyediakan kerangka kerja untuk mengumpulkan dan menganalisa data proses
pelayanan sehingga provider dapat mengetahui seberapa sering dan mengapa seorang
pasien tidak mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar
6. Mengurangi beban dokumentasi klinik
7. Meningkatkan kepuasan pasien melalui peningkatan edukasi kepada pasien (misal
dengan menyediakan informasi yang lebih tepat tentang rencana pelayanan)
Di Indonesia kebijakan saat ini mengenai Clinical Pathway diantaranya adalah :
Clinical Pathways yang dibuat hanyalah sebatas INA-DRG yang menggunakan biaya
tinggi (High Cost), dengan kasus terbayak (High Volume) dan hasil yang dapat
diprediksi
Clinical Pathways digunakan untuk penyempurnaan Cost Weights dan tidak dibuat
untuk memperkirakan/menghitung tarif.
PEMBAHASAN
Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan terdiri dari berbagai subsistem
yang dapat dibagi menjadi masukan (input), proses, dan keluaran (output). Pada subsistem
masukan bisa terdiri unsur tenaga kesehatan, keuangan, logistic, gedung, dan pasien. Sedangkan
pada subsistem proses bisa terdiri proses perawatan, kegiatan administrasi dan penunjang serta
manajemen pengobatan. Dan pada subsistem keluaran bisa menghasilkan meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat dan kepuasan kerja karyawan.
Suatu sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit memerlukan integrasi dan koordinasi
antar elemen yang berkaitan dari sistem yang berkaitan. Integrasi diperlukan sebagai cara untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di dalam rumah sakit. Adanya integrasi dapat
menggabungkan berbagai elemen atau subsistem yang ada menjadi pelayanan yang terintegrasi
bukan pelayanan yang terpecah-pecah. Integrasi dan koordinasi yang buruk yang terjadi pada
sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit akan menghasilkan subsistem keluaran yang tidak
efisien dan tidak berguna. Untuk mencegah hal tersebut, teknologi informasi dapat memainkan
peranan yang penting dalam mengintegrasikan seluruh subsistem yang ada di system pelayanan
di rumah sakit. Oleh karena itu, pelayanan yang terintegrasi akan meningkatkan berbagai macam
efisiensi dalam :
yang berkelanjutan. Oleh karena itu, rumah sakit yang menerapkan pelayanan kesehatan yang
terintergrasi dalam system pelayanannya akan meningkatkan kualitas, kelanjutan, dan dampak
pelayanan kesehatan bagi pasien.
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang paling komplek, sehingga sangat
diharapkan memiliki Good Corporate Governance dan Good Clinical Governance. Corporate
Governance di rumah sakit diperlukan untuk memperbaiki system pengawasan internal dan
DAFTAR PUSTAKA
Norman Crump, Integrated Care Pathways - Re-engineering the NHS for Clinical
Governance, Lancaster University Management School Working Paper 2000/036
James Lloyd and Suzanne Wait, Integrated Care, A Guide for Policy Maker
Sten Ardal, John Butler & Richard Edwards, A Range of Possibilities, Health Planners
Toolkit, Health System Intelligence Project 2007
Ben-Tzion Karsh, Samuel J. Alper, Work System Analysis: The Key to Understanding
Health Care Systems, Department of Industrial Engineering, University of Wisconsin-Madison,
Madison WI.
Laksono Trisnantoro, Prof. dr, M.Sc., Ph.D, Aspek Strategis Manajemen Rumah Sakit,
Buku Elektronik, http://manajemen-rs.net
Hendra Firmansyah, Clinical Pathway: Integrasi Pendokumentasian Berbagai Disiplin
Ilmu Kesehatan di Rumah Sakit, Pelayanan Jantung Terpadu RSCM, Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas
Indonesia,
http://otten32.wordpress.com/2009/04/17/clinical-pathway-integrasi-
pendokumentasian-berbagai-disiplin-ilmu-kesehatan-di-rumah-sakit/, 2009
Dody Firmanda, Penyusunan Clinical Pathways Rumah Sakit, RS Paru Batu Jawa Timur,
16-`7 Februari 2011.
Auliyana, Clinical Pathway, Liputan dalam Warta Yanmed, Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI, Edisi XXI, 2010