PENYAKIT ALZHEIMER
ABSTRAK
Di era kemajuan zaman ini, pengertian dan kriteria diagnosis dari semua
kondisi medis selalu mengacu pada pandangan dan pendapat terbaru yang selalu
berkembang. Selama 300 tahun penelitian di bidang penyakit Alzheimer telah
mengalami perubahan besar-besaran dalam pedoman diagnosisnya. Perubahan
besar-besaran tersebut telah membuat pengobatan Alzheimer beralih ke terapi
prevensi pada tahap presimptomatis dan predemensia. Di sini kita akan membahas
4 hal yang terdiri dari pengaruh reliabilitas diagnosis pada pengembangan strategi
preventif untuk penyakit Alzheimer, bukti ilmiah untuk mendukung dilakukan
tindakan, studi intervensi yang sedang berjalan, dan masalah serta perkembangan
metode dalam menyeimbangkan strategi bagi individu yang memiliki resiko
tinggi dalam rangka pencegahan di tingkat populasi.
Hubungan antara neuropatologi dan kemampuan kognitif dari penyakit
Alzheimer masih belum jelas sampai sekarang. Apalagi faktor resiko pada
demensia, penyakit Alzheimer belum tentu memberikan pengaruh dalam
neuropatologisnya. Penurunan kemampuan kognitif memiliki pengaruh klinis
yang jelas sehingga faktor ini perlu menjadi fokus utama dalam prevensi penyakit
Alzheimer. Faktor resiko dan pelindung dari demensia perlu untuk dipelajari pada
sudut pandang perjalanan kehidupan. Pendekatan baru dalam usaha prevensi
terdiri dari peningkatan strategi berdasarkan faktor resiko genetik atau biomarker
beta-amiloid, dan intervensi multidomain berkelanjutan yang mengarah pada
macam macam faktor resiko vaskular dan gaya hidup. Pengalaman dari program
preventif pada penyakit kronis lainnya dapat memberikan perbaikan dalam
tatalaksana penyakit Alzheimer. Pembangunan infrastruktur dalam kerjasama
internasional sangat dibutuhkan dalam menangani penyakit Alzheimer dan
demensia yang sudah mendunia. Salah satu contoh dari kerjasama internasional
untuk meningkatkan metode penanganan dan pencegahan penyakit Alzheimer
PENDAHULUAN
Penelitian di bidang peyakit Alzheimer sekarang semakin maju dan lebih
mengedepankan dalam hal pencegahan penyakit sebagai tujuan utama.
Menanggapi diterbitkannya Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental,
edisi kelima (DSM-5) yang diterbitkan pada bulan Mei 2013 dan International
Classification of Diseases, revisi 11 (ICD-11) yang diperkirakan keluar pada tahun
2015, semakin banyak penelitian mengenai penyakit Alzheimer yang dilakukan.
Definisi dan kriteria diagnostik dalam bidang medis terus mengalami
pembaruan sebagai hal penting demi kemajuan prosedur diagnostik yang selama
ini telah ditetapkan. Di bidang penelitian penyakit Alzheimer, telah diambil
hampir tiga dekade untuk melakukan revisi dalam kriteria utama penyakit.
Seberapa banyak perkembangan yang terjadi selama 30 tahun penelitian dalam
bidang pencegahan penyakit? Bagaimana hasil pengamatan di klinik dan
penelitian mengenai kriteria penyakit mempengaruhi studi pencegahan ke
depannya? Dan akhirnya, bagaimana kita bisa mengidentifikasi langkah-langkah
pencegahan yang relevan bahkan sebelum kita mendiagnosis? Pertanyaanpertanyaan ini sangat penting mengingat bahwa tujuan utama adalah pencegahan
di tingkat populasi.
Dalam ulasan ini, kita akan membahas dampak besar reliabilitas hasil
diagnostik dalam mengidentifikasi strategi pencegahan. Selain itu kami juga akan
meninjau bukti - bukti ilmiah dan studi mengenai tindakan intervensi pada
penyakit Alzheimer yang sedang berlangsung untuk mendukung pengalihan dari
metode observasi menuju tindakan. Kami akan fokus pada metodologi penelitian
dengan strategi pencegahan di tingkat populasi.
Alzheimer yaitu adanya gangguan kognitif yang lebih berat, adanya gejala klinis
yang tidak spesifik (seperti gangguan bahasa, visuospasial, atau gangguan nonmemori dalam bentuk lain) dan kriteria yang terkait dengan biomarker 2-6. Dalam
DSM-5 'demensia' diganti dengan major neurocognitive disorder, dan gangguan
kognitif yang kurang parah didiagnosis sebagai mild neurocognitive disorder;
gangguan memori tidak lagi menjadi fokus utama dari kriteria diagnostik 8. Saat
ini, epidemiologi (faktor kejadian, prevalensi, dan risiko) dari penyakit ini
sebagian besar tidak diketahui.
Yang sangat relevan dalam penelitian pencegahan adalah bagaimana
penyakit yang berbeda diusulkan dalam konsep kriteria diagnostik yang baru:
apakah penyakit Alzheimer dimulai dengan timbulnya perubahan patologis
tertentu di otak4-6, atau apakah itu dimulai dari sejak pertama kali munculnya
gejala klinis spesifik2,3,8? Dalam penelitian lainnya seperti kanker, perubahan
patologis biasanya menentukan onset penyakit. Dalam penyakit demensia hal ini
menjadi perdebatan mengingat bahwa banyak lanjut usia meninggal dengan
kemampuan kognitif yang masih baik tetapi dalam beberapa hal tanda patologis di
otak lainnya yang berkaitan dengan penyakit Alzheimer harus diklasifikasikan
sebagai kriteria penyakit Alzheimer
9,10
usia memiliki factor risiko yang kuat pada gangguan kognitif di usia lanjut tetapi
masih tidak jelas apakah usia terkait dengan perubahan patologi otak adalah
proses yang berbeda 11. Pemahaman mengenai proses biologis penuaan otak dan
penyakit Alzheimer dapat membantu untuk menjawab pertanyaan mengenai kita
harus fokus terutama dalam mencegah perubahan otak, atau sebaiknya kita tetap
fokus pada pencegahan gangguan kognitif ?.
Prioritas dalam kesesuaian klinis
Karena manifestasi klinis pada masing masing individu terkadang
berbeda dan kemampuan kita saat ini untuk mengidentifikasi perubahan patologis
otak yang spesifik pada tingkat populasi terbatas, tampaknya lebih relevan untuk
hanya fokus pada pencegahan gangguan kognitif daripada mencegah perubahan
patologis otak yang kemungkinan belum tentu merupakan gejala penyakit
menunjukkan
17, 18
hal ini
23
. Selain itu,
penyakit Alzheimer biasanya terjadi pada usia tua, dan sering disertai dengan
keadaan patologi yang terjadi pada usia lanjut lainnya, terutama penyakit
serebrovaskular (CVD) dan patologi Lewy. Proses patologi yang terjadi
bersamaan dapat menurunkan ambang batas seseorang untuk terjadinya
manifestasi klinis, sehingga memungkinkan seseorang mengalami gangguan
kognitif yang memberat secara bertahap sehingga akhirnya didiagnosis
mengalami penyakit Alzheimer24-26.
Sejauh ini masih belum jelas faktor risiko apa yang dapat meningkatkan
risiko munculnya atau berkembangnya neuropathologi gejala spesifik penyakit
Alzheimer, atau kondisi komorbid apa yang berkontribusi terhadap onset
hidup penderita. Masing masing tingkat pencegahan dapat dilihat pada gambar
2.
Apakah
suatu
penelitian
yang
spesifik
telah
benar-benar
bukti yang berhubungan dengan faktor AD harus dipertimbangkan suatu aksi yang
nyata. Bradford hill mengakui untuk melakukan aksi ini diperlukan berbagai
standar untuk berbagai intervensi. fakta lebih diperlukan untuk percobaan
pencegahan skala besar, sebagai contoh obat anti amyloid saat asymtomatis pada
individu yang beresiko.
Koherensi : berdasarkan bradforf hill, hubungan causa tidak mutlah harus
berlawanan dengan keilmuan patofisiologi keilmuan yang telah ada. Hal ini
menarik karena tahun 1990 faktor pembuluh darah pada AD belum sepenuhnya
dimengerti.
Analogy : analogi dapat berguna untuk membuat suatu hipotesis tentang
hubungan penyakit ini. Sebagai contohnya baik untuk jantung, baik pula untuk
otak. Menambahkan pencegahan AD/dementia pada pencegahan terhadap
kardiovaskuler terkadang masih dianggap berlebihan. Bahkan studi pencegahan
dementia telah digaris bawahi memiliki celah antara teori dan praktik. Contohnya,
banyak pasien masih gagal mencapai tiingkatan target faktor resiko walaupun
mereka telah mendapatkan pengobatan. Kesehatan masyarakat dan pendidikan
pasien yang berhubungan dengan dementia/AD mungkin dapat mempersempit
celah antara teori dan praktik ini.
Ekperiment : hasil eksperiment pada binatang model AD sampai saat ini
masih ditujukan untuk pengobatan penyakit, dan ini telah terpisah dengan studi
pencegahan. Terdapat banyak laporan tentang interfensi dengan hasil positif pada
neuropatologi dan deficit kognitif pada tikus transgenic. Sampai saat ini belum
ada terapi yang efektif terhadap alzhaimer yang mengalami gangguan kognitif.
Studi berdasarkan model hewan AD hampir secara pasti menggunakan konsep
faktor kausa, sedangkan resiko atau faktor protektif digunakan di penelitian
epidemiologi. Terdapat suatu kepercayaan bahwa penemuan secara epidemiologi
hanya sebatas sugesti sedangkan penelitian ekperimental menunjukan sebab dan
akibat secara pasti. Namun, kausa tidak mudah di boservasi dan di ukur
dilaboratorium. Di suatu populasi yang telah menggunakan study laboratorium
yang sudah terkontrolpun hanya dapat menunjukan hubungan antara penyebab,
walaupun hal ini lebih baik daipada studi epidemiologi.
Penelitian
eksperiment
alzhaimer
telah
didominasi
dengan
menunjukkan bahwa terapi estrogen saja atau dalam kombinasi dengan progestin
dikaitkan dengan dua kali lipat peningkatan risiko demensia dan MCI60,
61
dan
faktor vaskular (Tabel 3). Selain dari RCT terhadap individu seperti yang sedang
berlangsung tersebut, ternyata ada beberapa lembaga inisiatif pencegahan yang
berfungsi sebagai sarana umum untuk beberapa RCT. Sebagai contoh, European
Dementia Prevention Initiative (EDPI; www.edpi.org)65,66, kelompok penelitian
yang telah bekerja sama dari tiga RCT pencegahan yang sedang berlangsung
menggunakan pembuluh darah multidomain dan intervensi terkait gaya hidup
(preDIVA, FINGER, MAPT; Table 3)65,66. Kerja sama internasional antara
kelompok yang berbeda lebih baik menggunakan data yang tersedia. Melalui
analisis gabungan data dan berbagi pengalaman tentang isu-isu metodologis,
EDPI bertujuan untuk meningkatkan strategi pencegahan multidomain yang dapat
diuji dalam studi yang lebih besar. Sebuah langkah dalam arah ini adalah proyek
yang didanai Uni Eropa yang baru-baru ini dimulai oleh anggota EDPI: the
Healthy Aging Through Internet Counseling in the Elderly (HATICE;
www.hatice.eu). HATICE yang bertujuan untuk mendukung pengelolaan faktor
risiko vaskular dan gaya hidup yang berhubungan pada orang dewasa yang lebih
tua, melalui platform internet mudah diakses, dengan dukungan perawat tersedia.
Tujuan utama dari HATICE adalah pencegahan demensia dan penyakit
kardiovaskular pada orang tua. Sebuah RCT dengan 4600 peserta lansia
direncanakan HATICE untuk menyelidiki efektivitas dari platform.
Uji lain yang sedang berlangsung berfokus pada aktivitas fisik sebagai
intervensi utama dan hasilnya adalah suatu perubahan kognitif / status fungsional
serta penanda biologis dari Alzeimer dan gangguan kognitif. PREVENT-Program
Alzeimer
(Douglas
Institute,
Montreal,
Canada)67,68 direncanakan
untuk
memasukkan 500 orang yang berusia 55 tahun, tanpa gangguan kognitif tetapi
dengan riwayat keluarga Alzeimer. Promotion of the Mind Through Exercise
(PROMoTE; University of British Columbia, Canada) menargetkan 70 peserta
berusia 45 tahun dengan gangguan kognitif vaskular iskemik69. The Australian
Imaging, Biomarker & Lifestyle Flagship Study of Ageing (AIBL)
68
mamasukkan
150 orang yang berusia 60 tahun dengan keluhan subjektif memori atau MCI dan
setidaknya satu faktor risiko kardiovaskular. Suatu Uji coba MCI, ADCS, USA 70
menargetkan 300 orang dewasa yang lebih tua dengan MCI. Pencegahan RCT
menggunakan agen anti-amyloid (Tabel 2) merupakan suatu kelompok khusus
dari uji tersebut karena peserta dipilih berdasarkan adanya kadar amiloid otak
pada scan positron emission tomography (PET), dimana amiloid otak merupakan
faktor risiko genetik untuk Alzeimer atau suatu mutasi genetik yang terkait
dengan Alzeimer. Studi ini mengangkat isu-isu etis mengenai penyingkapan status
risiko demensia, karena sulit memperkirakan risiko demensia dari kelompok
untuk setingkat individu. Sementara bagaimana sebaiknya pasien di informasikan
tentang profil genetik mereka atau gambaran data amyloid otak? Guidelines
(Alzheimers Association and Society of Nuclear Medicine) sedang dipersiapkan
dan studi (misalnya MENGUNGKAP) sedang berlangsung untuk mengevaluasi
konsekuensi dan dampak mengungkapkan jenis informasi.
Jika suatu genotipe dari gen yang rentan terkait secara langsung dengan
proses patofisiologi yang ditargetkan oleh obat baru maka hal ini bisa menjadi
suatu strategi yang potensial untuk memilih subjek yang tepat untuk intervensi.
Namun, pengujian gen yang rentan pada individu asimtomatik sangatlah komplek.
Berbicara tentang peningkatan risiko genetik sangat berbeda dengan berbicara
tentang
amiloid pada populasi yang besar dengan tidak ada gangguan kognitif masih
belum diketahui. Studi neuropathologi telah menunjukkan bahwa amiloid
berkorelasi buruk dengan gangguan kognitif pada akhir-onset demensia, sehingga
amiloid tidak mungkin akan menjadi biomarker yang berguna dalam populasi
besar yang tidak dipilih. Namun, jika intervensi anti-amyloid terbukti efektif,
maka pencitraan PET atau gen yang berisiko dapat digunakan untuk memilih
orang-orang yang mungkin mendapat manfaat dari intervensi tersebut.
Individu dengan autosomal dominan secara pasti akan menyebabkan
sindrom klinis Alzeimer. Individu tersebut dipilih untuk proyek Inisiatif
Pencegahan Alzeimer yang saat ini sedang berlangsung; DIAN - Dominantly
Inherited Alzheimer Network (API and DIAN )(Tabel 2). Ini adalah kelompok
pasien khusus yang meneliti perkembangan demensia pada usia muda dan yang
memiliki riwayat penyakit klinis dasar berbeda dibandingkan dengan sebagian
besar dari mereka dengan onset demensia akhir, penyakit campuran dan tidak ada
mutasi genetik. Oleh karena itu hasil dari penelitian ini mungkin tidak langsung
berlaku pada tingkat populasi.
tantangan untuk menentukan efek secara klinis, dan besarnya perubahan NTB
yang dapat dianggap sebagai bukti yang cukup untuk keberhasilan intervensi.
Penurunan kognitif bukanlah proses linear dan sulit untuk menetapkan sejauh
mana perbedaan dalam tingkat penurunan misalnya lebih dari 6 bulan merupakan
perwakilan dari penurunan selama periode waktu yang lebih lama.
Mendokumentasikan proses alamiah AD yang memenuhi usulan kriteria
diagnostik baru, serta menemukan dan memvalidasi penanda untuk identifikasi
awal yang lebih akurat dari individu berisiko AD yang dapat direkrut untuk RCT
pencegahan akan memerlukan jangka panjang, serta populasi berbasis penelitian
kohort dengan budaya dan genetik yang beragam. Salah satu pendekatan untuk
meluncurkan suatu penelitian internasional adalah dengan pengembangan
International Database on Aging and Dementia (IDAD) inisiatif. Telah diakui
bahwa studi populasi yang ada merupakan landasan penting untuk memulai
pengembangan77. Inisiatif pengembangan IDAD akan memberikan data global
yang berguna untuk: (i) menjelaskan sejarah AD dan penyakit otak kronis lain
yang mempengaruhi memori, gerakan dan perasaan, dan (ii) memvalidasi
kemampuan membuat prognostik dan memonitor penyakit dari biomarker dan
faktor-faktor risiko potensial seperti genetik, metabolisme, gaya hidup dan faktor
lingkungan pada penampakan klinis.
Perhitungan daya: Ketika efek intervensi harus didukung data dari studi
observasional, perhitungan kekuatan menjadi cukup sulit. Ini tampak jelas pada
RCT pencegahan berkaitan dengan gaya hidup. Studi observasional sering
memiliki kekuatan lebih karena ukuran sampel yang lebih besar dan pemantauan
lebih lama; sebagai catatan, peserta memiliki jangkauan yang lebih luas untuk
faktor risikonya. Laporan mengenai potensi tinggi untuk pencegahan demensia
sampai dengan 50% kemungkinan pengurangan risiko telah menyebabkan
harapan tinggi, namun angka tersebut tidak realistis mengingat dampak dari
strategi pencegahan di bidang medis lainnya 78,79. Tabel 4 menunjukkan beberapa
contoh pencegahan penyakit jantung dan kanker dibandingkan dengan
pencegahan demensia. Jumlah peserta, durasi RCT dan hasil insidensi jelas
merupakan masalah dalam uji coba pencegahan demensia. Perhitungan daya yang
tidak realistis berdasarkan hasil studi observasional yang lebih besar dan dalam
jangka panjang akan menyebabkan RCT kurang memiliki dasar yang kuat.
Bagaimana analisis statistik dilakukan juga dapat berpotensi menyebabkan
kesalahan tipe II, misal kegagalan untuk mendeteksi efek sebenarnya. Merujuk
pada peningkatan insidensi demensia dengan faktor peningkatan usia, suatu model
statistik mengasumsikan risiko proporsional selama periode follow-up, seperti
yang biasanya diterapkan, dapat menjadi teknik analisis yang kurang optimal.
Metode statistik alternatif yang dapat (sebagian) mengatasi masalah ini telah
tersedia80.
kognitif
dapat
berkontribusi
dalam
mengidentifikasi
strategi
pencegahan yang efektif disesuaikan dengan kelompok yang berbeda pada risiko
demensia (sebagai contoh definisi menurut umur, profil vaskular / metabolisme /
gaya hidup, berbagai macam penanda biologi dan status kognitif)
Beberapa
hambatan utama yang perlu diatasi pada penelitian selanjutnya telah dirangkum
dalam Panel. Ini termasuk peningkatkan dan penyesuaian model / kriteria /
definisi penyakit dan kebutuhan untuk metode penelitian dan infrastruktur yang
lebih baik. Hanya komitmen internasional yang berkelanjutan untuk memecahkan
masalah ini akan mempercepat hasil baru yang menjanjikan dalam aplikasi
praktis. Keberhasilan dalam berbagai kampanye untuk mencegah AD akan
membutuhkan perubahan signifikan dalam filosofi dan pendekatan penelitian AD.
Pertanyaan mendasar masih mengenai definisi penyakit itu sendiri. Hubungan
antara perubahan neuropatologis dan gangguan kognitif masih belum dipahami
dengan baik. Pada populasi berisiko yang harus ditangani sangat tergantung pada
mekanisme patofisiologi (s) yang ditargetkan. Terapi sangat spesifik untuk subyek
yang dipilih, misalnya, bentuk autosomal dominan dari AD ternyata bentuk
pencegahan yang sangat berbeda dibandingkan dengan strategi berbasis populasi
di mana target mencakup subyek yang cukup beragam dengan peningkatan risiko
demensia berdasarkan gaya hidup.
Dalam kondisi multifaktorial, sedikit pengurangan dalam beberapa faktor
risiko dapat menurunkan risiko secara keseluruhan. Hal ini penting baik dalam
tingkat individu maupun populasi. Penggabungan metodologi penelitian berbasis
kesehatan masyarakat diperlukan