Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet
Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet
|1
|i
kata pengantar
Tim Penyusun
Hal
i
| ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2. Maksud dan Tujuan ..................................................................................... 1
1.2.1.
Maksud............................................................................................................ 1
1.2.2.
Tujuan ............................................................................................................. 1
1.3. Sasaran ...................................................................................................... 2
1.4. Referensi Hukum ......................................................................................... 2
1.5. Lingkup Kegiatan ......................................................................................... 2
1.6. Keluaran ..................................................................................................... 3
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1. Keolahragaan di Indonesia .......................................................................... 4
2.2. Definisi Wisma Atlet..................................................................................... 6
2.3. Tinjauan Mengenai Ruang ............................................................................ 6
2.4. Tinjauan Khusus .......................................................................................... 7
2.4.1.
Tinjauan Terhadap Istirahat Atlet ................................................................... 7
2.4.2.
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Istirahat .................................. 9
2.4.3.
Tinjauan Mengenai Desain Ruang Kamar dan Perilaku Atlet ......................... 9
2.4.4.
Perancangan Kamar ...................................................................................... 11
2.5. Perbandingan Beberapa Wisma Atlet ........................................................... 13
2.5.1.
Wisma Atlet Ragunan.................................................................................... 13
2.5.2.
London Athlete Village .................................................................................. 15
2.5.3.
Daegu Athlete Village .................................................................................... 16
BAB 3 METODOLOGI
3.1. Pendekatan............................................................................................... 19
3.2. Metodologi ............................................................................................... 19
3.3. Variabel dan Indikator ................................................................................ 20
3.4. Kebutuhan Dan Sumber Data ...................................................................... 20
3.5. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................................. 21
3.6. Teknik Analisis Data ................................................................................... 21
BAB 4 ANALISIS KONDISI AWAL BIDANG KEOLAHRAGAAN
4.1. Kondisi Umum Keolahragaan ...................................................................... 24
4.2. Potensi Keolahragaan Untuk Pengembangan ................................................ 26
4.3. Identifikasi Sarana Prasarana Olah Raga Yang Telah Ada dan Kebutuhan Sarana
Prasarana dalam Pengembangan Keolahragaan ....................................................... 30
4.4. Urgensi Pembangunan Wisma Atlet ............................................................. 34
BAB 5 ANALISIS KELAYAKAN LOKASI
5.1. Analisis Kesesuaian dengan Rencana Tataruang (Land Use) ............................ 35
| iii
| iv
DAFTAR TABEL
|v
DAFTAR GAMBAR
|1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Didalam sistem keolahragaan nasional, setiap warga negara mempunyai hak yang
sama melakukan kegiatan olahraga, memperoleh pelayanan dalam kegiatan
olahraga, memilih dan mengikuti jenis cabang olahraga yang sesuai dengan bakat
dan minatnya, memperoleh pengarahan, dukungan, bimbingan, pembinaan dan
pengembangan dan pengembangan dalam keolahragaan, menjadi pelakuolah
raga dan mengembangkan industri olahraga.
Perkembangan olahraga di Kabupaten Banyuwangi saatini berkembang sangat
pesat. Beberapa event olahraga baik nasional maupun internasional telah
dilaksanakan di Kabupaten Banyuwangi. Penyelenggaraan event olahraga
tersebut tidak hanya memberikan manfaat dari sisi prestasi olahragawan daerah
saja tetapi juga memberikan efek dari sisi pariwisata (lebih dikenal dan kunjungan
wisatawan meningkat) yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap
bidang ekonomi.
Dalam upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga, pembinaan bibit atlet sejak
dini dan juga merealisasikan kebijakan pengembangan keolahragaan nasional
yakni melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana
olahraga maka dirasa perlu bagi Kabupaten Banyuwangi untuk membangun
Wisma Atlet. Untuk itu, pada tahun anggaran 2013 Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi akan melakukan Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet.
1.2.
1.2.1. Maksud
Maksud dari kegiatan ini adalah melakukan Studi Kelayakan Pembangunan Wisma
Atlet yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dan pihakpihak terkait dalam pengambilan keputusan.
1.2.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah
1. Memperoleh
gambaran
mengenai
kondisi
pengembangan
kelolahragaan di Kabupaten Banyuwangi;
2. Memperoleh gambaran atas rencana pembangunan Wisma Atlet,
terutama gambaran kelayakan aspek teknis, ekonomis, finansial,
lingkungan dan aspek sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan.
3. Mendapatkan bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi pengambil
keputusan dan pihak-pihak terkait untuk mewujudkan pembangunan
Wisma Atlet yang layak.
1.3.
|2
Sasaran
Untuk mencapai tujuan pekerjaan, beberapa sasaran yang diharapkan tercapai
dari pekerjaan ini adalah :
a. Menunjang peningkatan akses dan kualitas pembangunan keolahragaaan di
Kabupaten banyuwangi
b. Tersedianya gambaran yang lengkap tentang pembangunan wisma atlet dari
sisi lokasi, kebutuhan sarana dan prasarana serta unsur lainnya.
c. Diperoleh rekomendasi kelayakan secara teknis, ekonomis, finansial,
lingkungan dan aspek sosial pembangunan wisma atlet di Kabupaten
Banyuwangi.
1.4.
Referensi Hukum
1.
2.
Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet meliputi :
a. Analisis mengenai existing condition pembangunan bidang keolahragaan di
Kabupaten Banyuwangi, meliputi
1) Identifikasi permasalahan pembangunan di bidang keolahragaan
2) Identifikasi potensi keolahragaan untuk pengembangan
|3
3)
Identifikasi sarana prasarana olah raga yang telah ada dan kebutuhan
sarana prasarana dalam pengembangan keolahragaan
b. Analisis Kelayakan Wisma Atlet, meliputi:
1) Analisis kesesuaian dengan rencana tataruang (land use)
2) Analisis penentuan lokasi dengan mempertimbangkan aksesibilitas,
lokasi sarana prasarana olah raga yang telah ada, kondisi topografi dan
lingkungan sekitar
3) Analisis kebutuhan sarana dan prasarana fisik wisma atlet yang
mempertimbangkan rencana cakupan, event olah raga yang akan diikuti
dan diselenggarakan, jenis cabang olahraga yang telah dan akan
dikembangkan dengan mengacu dari kajian kebutuhan sebagai tempat
pembinaan dan pengembangan atlet (program fungsi dan program
ruang);
4) Analisis dampak sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan (eksternalitas)
yang meliputi:
a) Identifikasi masalah sosial, ekonomi dan budaya yang akan timbul
pada saat pra, pembangunan dan pasca pembangunan, dan rumusan
alternatif pemecahannya
b) Identifikasi multiplayer effect yang akan timbul akibat pembangunan
5) Analisis pembiayaan (finansial) dengan mempertimbangkan perkiraan
kebutuhan dana investasi pembangunan awal serta operasional dan
pemeliharaan serta alternatif sumber pembiayaan
6) Analisis managemen pengelolaan
c. Rekomendasi Kelayakan Wisma Atlet, meliputi:
1) Rekomendasi Lokasi
2) Rekomendasi Kelayakan Teknis Pembangunan
3) Rekomendasi Kelayakan dari sisi sosial, ekonomi, budaya dan
lingkungan
4) Rekomendasi finansial
5) Rekomendasi manajemen pengelolaan
6) Pembuatan blockplan Wisma Atlet
1.6.
Keluaran
Keluaran dari pekerjaan ini antara lain:
a. Terlaksananya study kelayakan pembangunan wisma atlet
b. Tersedianya Dokumen Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet di
Kabupaten Banyuwangi
c. Tersedianya blockplan Bangunan Wisma Atlet
|4
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Keolahragaan di Indonesia
Olahraga adalah serangkaian gerak yang teratur dan terencana untuk
mempertahankan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Pengertian ini
memiliki makna filosofis dan jika dikaji bersama akan memberikan sedikit
bayangan tentang hal-hal apa yang akan dilakukan untuk membangun dan
mengedepankan olahraga itu sendiri. Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik
yang dikenal sebagai kegiatan terbuka bagi semua orang sesuai dengan
kemampuan, kesenangan dan kesempatan, tanpa membedakan hak, status,
sosial, budaya, atau derajat di masyarakat (Harsono, 2008: 2). Hal ini senada
dengan apa yang dikemukakan Supandi (1998: 5) bahwa asas olahraga bagi semua
orang (sport for all) kini makin memasyarakat. Dengan demikian, saat ini
olahraga telah merasuk kesetiap lapisan masyarakat sebagai bagian dari budaya
manusia. Dengan katalain, olahraga dilakukan bagi semua orang tanpa
memandang jenis ras, kepercayaan, politik dan geografi.
Di dalam olahraga terdapat slogan men sana in corpora sano, yang berarti hidup
tidak hanya membutuhkan badan yang sehat, melainkan juga jiwa yang sehat.
Oleh karena itu, kita perlu memahami pentingnyaberolahraga untuk menjaga
kesehatan.Upaya meningkatkan derajat kesehatan dilakukan dengan
melaksanakan aktivitas fisik atau aktivitas dalam berbagai cabang olahraga.
Kegiatan tersebut merupakan sebagian kebutuhan pokok dalam kehidupan
sehari-hari yang seharusnya dapat meningkatkan kebugaran. Selain itu, olahraga
juga dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi (Janet B.
Parks, 1990: 2). Dari penjelasan tersebut nampaklah bahwa olahraga telah
menjadi komitmen bersama untuk diyakini sebagai salah satu instrument
dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih baik.
Hak tiap warga negara untuk berolahraga merupakan kebutuhan bernilai
universal, yang harus terfasilitasi secara lebih memadai. Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional memformulasikan secara
tegas bahwa tiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan
olahraga tanpa ada diskriminasi; tiap warga negara berhak memilih dan mengikuti
jenis olahraga yang diminati; tiap warga negara berhak memperoleh pelayanan
berolahraga untuk mencapai derajat kesehatan dan kebugaran jasmani serta
mendapatkan bimbingan prestasi bagi yang berbakat; pemerintah wajib
memberikan dukungan dana, ruang terbuka, dan tenaga keolahragaan guna
mewujudkan pembangunan olahraga. (Suara Merdeka, 10 September 2011).
|5
Arah pembangunan olahraga selama ini lebih fokus pada upaya meraih kemajuan
prestasi secara instan. Artinya, menganggap prestasi adalah lambang sebuah
gengsi yang pemerolehannya cukup dilakukan dalam sekejap melalui berbagai
cara. Masyarakat, bahkan telanjur mencitrakan bahwa olahraga itu identik
dengan perlombaan dan pertandingan untuk meraih kemenangan yang
diwujudkan dalam bentuk medali atau penghargaan bentuk lain. Citra itu tidak
sepenuhnya salah, namun ketika proses penyederhanaan pandangan mengenai
olahraga tidak dibarengi dengan wawasan tentang bagaimana seharusnya
olahraga itu dibangun maka nilai olahraga tidak akan membaik pada masa yang
akan datang. Strategi apapun yang hendak diterapkan dan bentuk manajemen
pembangunan seperti apa yang akan digunakan maka orientasi pembangunan
tidak boleh secara instan hanya memfokus pada satu lingkup olahraga saja.
Kebutuhan akan instrumen yang standar untuk menilai kemajuan pembangunan
olahraga makin mendesak untuk dipenuhi seiring dengan arah kebijakan
pembangunan nasional dari pola sentralistik ke desentralisasi. Dengan
kewenangan baru yang dimiliki, daerah/kota dapat berkompetisi memajukan
pembangunan olahraga. Orientasi baru dalam melihat keberhasilan
pembangunan olahraga daerah/kota, kini telah dirintis bahkan telah diujicobakan
di beberapa propinsi, yakni melalui sebuah pengkajian indeks pembangunan
olahraga yang dikenal dengan sport development index (SDI).
Indeks Pembangunan Olahraga atau Sport Development Indeks (SDI)
merupakan indeks gabungan 4 (empat) dimensi dasar pembangunan olahraga,
yaitu: partisipasi, ruang terbuka, kebugaran, dan sumber daya manusia.
Dimensi partisipasi merujuk pada banyaknya anggota masyarakat suatu
wilayah yang melakukan kegiatan olahraga. Dimensi ruang terbuka merujuk
padaluasnya tempat yang diperuntukkan untuk kegiatan berolahraga bagi
masyarakat dalam bentuk lahan dan/atau bangunan. Ruang terbuka
ditentukan berdasarkan kriteria: a) digunakan untuk kegiatan berolahraga; b)
sengaja dirancang untuk kegiatan berolahraga, dan c) dapat diakses oleh
masyarakat luas. Dimensi kebugaran jasmani merujuk pada kesanggupan
tubuh untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
Dimensi sumber daya manusia merujuk pada jumlah pelatih olahraga, guru
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes), dan instruktur olahraga dalam
suatu wilayah tertentu. Pada Tahun 2006, SDI (Sport Development Index)
Nasional sebesar 0,280. Nilai indeks ini termasuk dalam kategori rendah
(norma SDI: 0,8001 tinggi; 0,5000,799 menengah; 00,499 rendah). Angka
0,280 dapat diartikan, bahwa tingkat kemajuan pembangunan olahraga
berdasarkan indikator yang diukur melalui komponen-komponen di dalam SDI
sebesar 30%; (3) Permasalahan olahraga nasional saat ini adalah bagaimana
menjawab tantangan untuk meningkatkan prestasi olahraga pada tingkat
|6
2.3.
|7
Hal ini juga menunjukkan adanya perbedaan antara dunia pikir yang ideal dan
dunia nyata, atntara the transcendent ideal dan the transient, corruptible physical
state sehingga dalam perancangan arsitektur selalu meliputi kedua hal ini.
Pemenuhan kebutuhan di satu sisi juga harus diimbangi dengan keberhasilan
pemenuhan kebutuhan di sisi lain. Arsitektur berperan dalam mewadahi dan
menata aktivitas dan perilaku manusia dalam relasi dan interaksinya dengan
orang lain. Sebelum merancang sebuah ruang untuk berbagai kegiatan manusia,
harus dipahami terlebih dahulu tentang perilaku mereka. Ruang harus menjadi
perhatian perancang dan mungkin menjadi aspek yang paling berpengaruh pada
tahap analisa dalam merancang penyelesaian sebuah masalah desain.
Tubuh manusia yang berupa daging berbungkus kulit, tidak mampu menembus
dinding yang masif. Lalu bagaimana cara kita mencapai keinginan kita yaitu
menembus dinding? Tentu saja dengan membuat lubang pada dinding. Pintu
dipasang untuk membedakan jenis ruang atau menjaga privasi. Dengan demikian,
jelas fungsi arsitektur adalah mengakomodasi kebutuhan tubuh kita. Arsitektur
adalah pengalaman ruang bagi tubuh manusia. Ini yang dipahami Traceurs dan
sering dilupakan oleh para arsitek. Traceurs mencoba mengubah paradigma itu
dan memberi pemaknaan baru mengenai arsitektur. Traceur memandang
arsitektur sebagai 'rintangan' yang harus dilalui oleh tubuh mereka sendiri.
Arsitektur adalah sarana pembelajaran bagi tubuh manusia agar menjadi lebih
baik secara fisik dan mental.
Ruang dalam arti luas adalah suatu bagian dimana berbagai komponenkomponen lingkungan hidup bisa menempati dan melakukan proses lingkungan
hidupnya. Dengan demikian, dimana pun terdapat suatu komponen, berarti disitu
telah terdapat ruang. Sedangkan pengertian ruang yang lebih sempit berasal dari
bahasa Latin spatium yang berarti ruangan atau luas (extent) dan bahasa Yunani
yaitu tempat (topos) atau lokasi (choros) dimana ruang memiliki ekspresi kualitas
tiga dimensional. Kata oikos dalam bahasa Yunani yang berarti pejal, massa dan
volume, dekat dengan pengertian ruang dalam arsitektur, sama halnya dengan
kata oikos yang berarti ruangan (room). Dalam pemikiran Barat, Aristoteles
mengatakan bahwa ruang adalah suatu yang terukur dan terlihat, dibatasi oleh
kejelasan fisik, enclosure yang terlihat sehingga dapat dipahami keberadaanya
dengan jelas dan mudah.
2.4.
Tinjauan Khusus
|8
cukup agar tetap sehat dan kuat. Istirahat yang cukup sama pentingnya dengan
komitmen untuk berlatih keras. Tanpa istirahat, maka kondisi fisik dan mental
para atlet dapat terganggu. Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks
tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (ansietas).
Menurut Dr. Edlund (2010) ada beberapa jenis istirahat aktif, antara lain :
1. Sosialisasi
Ini didefinisikan sebagai menghabiskan waktu bersama teman dan hubungan
dan bahkan mengobrol dengan rekan-rekan. Menurut penelitian terbaru,
sosialisasi membantu manusia terhindar dari kanker, melawan penyakit
menular dan kemudahan depresi serta mengurangi resiko kematian akibat
serangan jantung. Hanya mengobrol dengan teman-teman telah terbukti
mengurangi tingkat hormon stres dan memberikan manfaat hormonal dan
psikologis.
2. Istirahat Mental
Salah satu ide dari pentingnya istirahat mental adalah untuk mendapatkan
kondisi 'khusyuk' pada suatu hal yang sederhana. Membaca buku dapat
dikategorikan sebagai istirahat mental.
3. Istirahat Fisik
Cara terbaik untuk melakukan istirahat fisik ini adalah dengan tidur. Tidur
berasal dari kata bahasa latin "somnus" yang berarti alami periode
pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran. Tidur
merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik
(Lanywati, 2001) Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang di alami
seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan
yang cukup (Guyton 1981 : 679).
Perilaku istirahat atlet dibagi menjadi 2, yaitu perilaku istirahat untuk cabang olah
raga beregu/kelompok dan cabang olahraga individu. Berdasarkan sejumlah
penelitian Weiberg dan Gould (dalam buku Dasar-Dasar Psikologi Olahraga, 2000)
mengutip beberapa laporan hasil penelitian tentang atlet sebagai berikut:
Atlet yang bermain dalam olahraga beregu cenderung lebih ekstrovert, dan lebih
dependen (menggantungkan diri pada orang lain). Sedangkan Humara (dalam
buku Psikologi Olahraga Prestasi, 2008) menyatakan bahwa olahraga yang
bersifat individual menciptakan tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan
cabang olahraga beregu.
Dari penelitian tersebut diambil kesimpulan bahwa atlet dalam olahraga beregu
dapat beristirahat dalam kamar yang dapat menampung orang yang lebih banyak
dibanding dengan atlet olahraga individual karena atlet dalam olahraga beregu
cenderung menggantungkan diri pada orang lain dan cenderung ekstrovert. Agar
para atlet dapat beristirahat dengan nyaman, kamar atlet akan dirancang menjadi
2 tipe, yaitu kamar untuk atlet beregu dan kamar atlet individual.
|9
| 10
ruang tersebut dan berapa lama, serta hubungan antar ruang yang
menggambarkan tatanan sosial yang mungkin tercipta dalam bangunan tersebut
(Frederic A. Jules, 1979).
Dalam proses desain diperlukan perencanaan dalam penataan ruang atau sering
disebut dengan zoning. Untuk menyamakan persepsi maka terlebih dahulu perlu
disampaikan beberapa definisi tentang apa yang dimaksud dengan zona dan
zoning. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik
yang spesifik. Zoning adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai
dengan fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan
fungsi-fungsi lain.
Dalam kaitannya dengan manusia, hal paling penting dari pengaruh ruang
terhadap perilaku manusia adalah fungsi atau pemakaian ruang tersebut.
Pengaruh ruang-ruang tersebut terhadap perilaku pemakainya cukup jelas,
karena pemakai melakukan kegiatan tertentu di masing-masing ruang tersebut.
Sesuai dengan fungsinya, ruang-ruang tersebut diharapkan mempunyai bentuk,
perabot, dan kondisi ruang tertentu. Ruang dirancang untuk memenuhi fungsi
yang lebih fleksibel. Masing-masing perancangan fisik ruang tersebut mempunyai
variabel independen yang berpengaruh terhadap perilaku pemakainya. Variabel
tersebut adalah ukuran dan bentuk, perabot dan penataannya, warna serta unsur
lingkungan ruang (suara, temperatur, dan pencahayaan).
Berdasarkan buku Psikologi Arsitektur dan Arsitektur dan Perilaku Manusia maka
disimpulkan bahwa ada beberapa konsep dasar yang perlu diketahui dalam
membentuk sebuah ruang fisikal :
a. Antropometri
Antropometri sering disebut juga faktor-faktor manusiawi (human factor).
Menurut Grandjean dalam buku Psikologi Arsitektur, data antropometri
digunakan untuk menentukan spesifikasi dimensi fisik ruang, dalam hal ini
adalah kamar, perabotan, peralatan sampai ke pemakaiannya. Prinsipnya
adalah memantaskan atau menyamankan manusia dan untuk menghindari
ketidakcocokan fisik antara dimensi desain dengan dimensi pemakai.
b. Privasi
Irwin Altman menyatakan model pengaturan diri manusia secara konseptual,
dimana manusia menganggap ruang personal dan territorial menjadi
mekanisme utama untuk mendapatkan privasi. Privasi sebagai kemampuan
untuk memisahkan diri orang lain, serta adanya ukuran-ukuran fisik dari
ruang untuk mendapatkan privasi.
Ruang Personal (personal space)
Manusia mempersepsikan ruang di sekitarnya lengkap dengan isinya dan
tidak berdiri sendiri. Jika isi ruang itu adalah manusia lain, orang langsung
akan membuat suatu jarak tertentu antara dirinya dan orang lain, dan
| 11
| 12
2.5.
| 13
| 14
Pada kawasan Gelora Ragunan terdapat Wisma Atlet, yang terdiri dari 3 lantai
dimana pada lantai 1 terdiri dari 20 kamar untuk wanita, lantai 2 terdiri dari 26
kamar untuk pria, dan lantai 3 terdiri dari 26 kamar untuk pelatnas. Pencapaian
ke Gelora Ragunan ini dapat dikatakan tidak terlalu mudah karena sedikitnya
kendaraan umum yang masuk ke dalam kawasan ini. Hal tersebut dirasakan oleh
beberapa atlet yang tinggal di wisma ini, mereka mengatakan bahwa sulit untuk
berpergian dengan menggunakan kendaraan umum.
Wisma ini juga menyediakan kamar untuk disewakan sehingga masyarakat umum
juga bisa menetap di wisma ini. 1 kamar tidur diisi oleh 2-4 orang, dilengkapi
dengan ranjang susun, kamar mandi, AC, meja, lemari pakaian. Untuk pintu pada
kamar wisma atlet ragunan ini menggunakan swing door dengan ukuran tinggi
2,4m dan lebar 85cm dan juga terdapat 2 buah jendela dengan ukuran tinggi 2m
dan lebar 50cm, dilengkapi pula beberapa bovenlicht kecil.
| 15
(Sumber : http://www.thisislondon.co.uk)
Perkampungan atlet London ini didirikan untuk digunakan pada event Olimpiade
2012. Pada perkampungan atlet ini terdapat fasilitas-fasilitas serta hunian untuk
para atlet sebanyak 2400 unit yang terbagi dalam 14 bangunan, tiap bangunan
memiliki 10 lantai. Luasan kamar tersebut tidak kurang dari 12m2, 1 kamar diisi
oleh 2 orang atlet. Total tempat tidur pada penginapan atlet tersebut adalah
16.900 buah, 10.500 untuk atlet-atlet, 6.400 untuk team officials.
Gambar 3 Kamar Atlet di Perkampungan Atlet London
(Sumber : http://www.thisislondon.co.uk)
| 16
(Sumber : http://daegu2011.blogspot.com)
Diperkirakan sebanyak 3.500 atlet dan 930 staff dapat tinggal disana. Dalam
kamar atlet tersebut tidak hanya tersedia tempat tidur dan meja, tetapi
disediakan juga lampu untuk membaca, coffee pot, microwaves, meja, dan juga
sofa sehingga atlet-atlet dapat beristirahat dengan nyaman.
| 17
(Sumber : http://daegu2011.blogspot.com/2011)
Dari beberapa contoh wisma atlet diatas dapat dibandingkan sebagai berikut:
Item
Bentuk
Perabot
Wisma Atlet
Ragunan
London
Daegu
Kapasitas
Ukuran Kamar
Pintu
segiempat
Tempat tidur,lampu untuk
membaca, coffee pot,
microwaves, meja, sofa
adanya perbedaan kamar adanya
perbedaan adanya perbedaan kamar
atlet
cabang
olahraga kamar antar pria dan atlet cabang olahraga
individu
dan
beregu, wanita
individu dan beregu, antar
perbedaan kamar pria dan
pria dan wanita
wanita
2-4 orang
2 orang
1-2 orang
4m x 6,5m
3m x 4m
4m x 5m
Swing door 200cm x 85cm Ada
Ada
Jendela
Tipe Kamar
segiempat
segiempat
Tempat tidur, lemari, meja Tempat tidur,
kerja dan kursi, nakas
lemari,nakas
| 18
Secara umum, perbandingan wisma atlet dengan wisma umum adalah sebagai
berikut :
Perabot
Bentuk
Wisma
Wisma Atlet
Wisma Umum
Secara umum, tempat tidur, lemari, Secara umum, tempat tidur, lemari, meja
meja kerja dan kursi, nakas
kerja dan kursi, nakas, TV, sofa/tempat
duduk.
Segiempat
Segiempat
Tipe Kamar
Pintu
Jendela
swing door
Ada
| 19
BAB 3
METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
3.1.
Pendekatan
Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam kerangka Acuan
Kerja maka sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu
prinsip-prinsip dasar dan penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu
dipastikan tujuan dan prinsip yang benar sehingga keputusan yang akan diambil
dapat mencapai sasaran. Tanpa hal ini maka program yang dilaksanakan
kemungkinan akan gagal dan tidak efisien selama pelaksanaannya sehingga
tujuan akhir tidak tercapai.
Sangat diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang lingkup, pekerjaan
yang akan dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode pelaksanaan
yang diperlukan. Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam
Kerangka Acuan Kerja maka sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan
lebih dahulu prinsip-prinsip dasar dan penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih
dahulu dipastikan tujuan dan prinsip yang benar sehingga keputusan yang akan
diambil dapat mencapai sasaran. Tanpa hal ini maka program yang dilaksanakan
kemungkinan akan gagal dan tidak efisien selama pelaksanaannya sehingga
tujuan akhir tidak tercapai. Sangat diperlukan membuat identifikasi dan mengerti
ruang lingkup, pekerjaan yang akan dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan
metode pelaksanaan yang diperlukan.
3.2.
Metodologi
Adapun pendekatan yang digunakan untuk menganalisa kelayakan pendirian
Wisma Atlet adalah pendekatan ekonomi, lingkungan, dan pendekatan sosial.
Pendekatan ekonomi digunakan untuk menilai kelayakan pendirian Wisma Atlet
ditinjau dari aspek finansial, pasar serta manajemen. Adapun pendekatan
lingkungan dimanfaatkan untuk menganalisis sejauh mana keberadaan Wisma
Atlet akan berdampak pada lingkungan sekitarnya dan bagaimana cara
mengantisipasi atau meminimalkan kondisi negatif yang akan muncul. Sedangkan
pendekatan sosial digunakan untuk mencermati sejauhmana kehidupan sosial
kemasyarakatan terpengaruh oleh adanya Wisma Atlet tersebut. Dalam studi ini
unit analisisnya adalah Wisma Atlet itu sendiri. Adapun alur pikir kegiatan yang
menjadi landasan prosedur kegiatan ini disajikan dalam diagram alir sebagaimana
terlihat pada gambar berikut:
| 20
| 21
3.6.
| 22
| 23
g.
h.
| 24
| 25
dan
| 26
No
Nama Kegiatan
Skala
1.
Tour de Ijen
Internasional
2.
Internaional
3.
Regional
4.
Regional
5.
Kejurda Basket
No
Nama Kegiatan
| 27
Skala
6.
7.
Kejurda Sepakbola
8.
9.
Nasional
10.
Nasional
CABANG OR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Atletik
Sepeda
Basket
Billiard
Bola Volley
Bulutangkis
Catur
Drum Band
Judo
Karate
FKTI
Menembak
Panahan
Panjat
Tebing
PELATIH
WASIT
ATLET
JUMLAH
CLUB
26
48
141
96
839
872
24
182
2
20
17
2
3
16
NO
CABANG OR
15
Pencak
33
4
3
40 40
5
1
46 5.127 15
Silat
Angkat Besi 17
1
18 17
1
18
593
7
Dan Berat
Renang
0 45
45 1.521 80
Senam
50 15
3
68 33
33 4.495
5
Artistik
Selam
2
2 19
19
120
Sepakbola
270
6
2 278 37
9
46 4.288 26
Sepak
28
28 12
12
238
Takraw
Taekwondo 26
2
28 6
6
150
2
Tenis
11
1
12 30
30 1.559
1
Tenis Meja
48
6
54 27
27 7.602
Tinju
3
3 6
6
45
Wushu
2
2 3
1
4
13 22
Keterangan : LK Lokal, RG Regional, NAS Nasional
Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
PELATIH
WASIT
| 28
JUMLAH
CLUB
ATLET
5.143
33
600
17
3
-
1.604
4.500
32
34
6
-
120
4.320
238
1
272
25
152
1.560
7.602
45
35
14
156
27
3
2
Kabupaten Banyuwangi secara aktif terlibat dalam even olahraga regional dan
nasional serta internasional. Pada Pekan Olahraga Provinsi IV yang
diselenggarakan di Madiun tahun 2013, Kabupaten Banyuwangi mengirimkan 217
atlet untuk mengikuti kompetisi pada 23 cabang olah raga (Cabor) Porprov.
Cabang olahraga unggulan dalam even tersebut antara lain yakni atletik, wushu,
taekwondo, panjat tebing, voli pantai dan silat. Adapun hasil perolehan medali
dalam Porprov IV tersebut adalah:
Tabel 3 Perolehan Medali PORPROV IV Madiun 2013
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kota
Surabaya
Kota Kediri
Kota Malang
Kab.Malang
Sidoarjo
Gresik
Lamongan
Blitar
Kab.Pasuruan
Banyuwangi
Pasuruan
Emas
105
36
37
28
26
25
14
11
11
6
8
Perak
99
30
21
28
23
17
14
12
12
12
5
Perunggu
75
27
35
55
45
23
10
15
21
14
12
No
Kota
Emas
12
Ponorogo
5
13
Lumajang
5
14
Tuban
5
15
Jombang
3
16
Pamekasan
3
17
Blitar
5
18
Batu
3
19
Kab.Mojokerto
3
20
Tulungagung
2
21
Jember
5
22
Probolinggo
3
23
Mojokerto
5
24
Ngawi
4
25
Kab.Probolinggo
3
26
Bojonegoro
2
27
Madiun
2
28
Magetan
3
29
Nganjuk
3
30
Pacitan
1
31
Kab.Kediri
1
32
Pacitan
1
33
Kab.Madiun
0
34
Bondowoso
2
35
Trenggalek
1
36
Sumenep
0
37
Bangkalan
0
38
Situbondo
0
Sumber : KONI Provinsi Jawa Timur
Perak
8
5
4
7
7
3
7
4
8
1
4
0
3
4
5
8
1
1
3
1
2
4
0
1
1
1
0
| 29
Perunggu
5
11
13
11
7
6
6
12
8
9
5
7
3
5
7
14
7
7
1
7
2
2
1
2
6
1
2
4.3.
| 30
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Cabang Olahraga
LAPANGAN
Semi
Gelanggang
Permanen
Permanen
Olahraga
2
2
96
28
96
1.213
1
823
3
5.214
125
1
16
17
3
2
3
16
13
20
10
4
3
Atletik
Sepeda
Basket
Billiard
Bola Volley
Bulutangkis
Catur
Drum Band
Judo
Karate
Fkti
Menembak
Panahan
Panjat Tebing
Pencak Silat
Angkat Besi Dan
Berat
17 Renang
22
1
18 Senam Artistik
10
24
19 Selam
1
20 Sepakbola
214
2
21 Sepak Takraw
25
22 Taekwondo
14
23 Tenis
47
5
24 Tenis Meja
1.267
25 Tinju
3
26 Wushu
2
Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi
Jumlah
2
2
124
96
1.214
826
5.214
125
1
16
20
2
3
16
33
17
23
34
1
216
25
14
52
1.267
3
2
Berdasarkan jumlah lapangan yang tersedia dibandingkan dengan jumlah atlet yang ada
maka intensitas penggunaan sebagai berikut:
| 31
Cabang OR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Atletik
Sepeda
Basket
Billiard
Bola Volley
Bulutangkis
Catur
Drum Band
Judo
Forki/ Karate
Fkti
Menembak
Panahan
Panjat Tebing
Pencak Silat
Angkat Besi dan Berat
Renang
Persani
Selam
Sepak Bola
Sepak Takraw
Taekwondo
Sp
96
17
13
10
22
10
1
214
25
-
Atlet
Go
2
2
28
96
1.213
823
5.214
125
1
16
3
2
3
16
20
4
1
24
2
14
1
3
3
-
Jml
Lk
2
538
2
592
124 1.400
96
925
1.214 24.250
826 8.434
5.214 1.912
125 3.696
1
39
16
527
20 1.147
2
21
3
42
16
400
33 5.127
17
593
23 1.521
34 4.495
1
120
216 4.288
25
238
14
150
Rg
13
5
20
24
14
6
50
15
14
5
15
7
80
5
26
2
Nas
Jml
9
560
3
600
2 1.422
925
6 24.280
2 8.450
2 1.920
4 3.750
1
55
527
2 1.163
1
27
42
400
1 5.143
600
3 1.604
- 4.500
120
6 4.320
238
152
Jumlah
Club
26
48
141
96
839
872
24
182
2
20
17
2
3
16
33
17
32
34
1
272
25
14
Atlet/
Lap.
280
300
11
10
20
10
0
30
55
33
58
14
14
25
156
35
70
132
120
20
10
11
Perbandingan
Atlet
Club/
Club /Lap.
/Lap.
Lap.
Permanen
Permanen
13
280
13
24
300
24
1
51
5
1
10
1
1
20
1
1
10
1
0
0
0
1
30
1
2
55
2
1
33
1
1
388
6
1
14
1
1
14
1
1
25
1
1
257
2
1
150
4
1
1.604
32
1
188
1
1
0
0
1
2.160
136
1
0
1
11
1
Lapangan
No
23
24
25
26
Cabang OR
Sp
Go
Atlet
Jml
Lk
Rg
Nas
Pelti
47
5
52
1559
1
Tenis Meja
- 1267
- 1.267 7.602
Tinju
3
3
45
Wushu
2
2
13
22
Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi, data diolah
Jml
-
1.560
7.602
45
35
Jumlah
Club
156
27
3
2
Atlet/
Lap.
30
6
15
18
| 32
Perbandingan
Atlet
Club/
Club /Lap.
/Lap.
Lap.
Permanen
Permanen
3
312
31
0
6
0
1
15
1
1
18
1
| 33
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Perbandingan
Cabang OR
Club/
Atlet /Lap.
Club /Lap.
Atlet/ Lap.
Lap.
Permanen
Permanen
Sepak Bola
20
1
2.160
136
Renang
70
1
1.604
32
Fkti
58
1
388
6
Pelti
30
3
312
31
Sepeda
300
24
300
24
Atletik
280
13
280
13
Pencak Silat
156
1
257
2
Persani
132
1
188
1
Angkat Besi dan Berat
35
1
150
4
Judo
55
2
55
2
Basket
11
1
51
5
Forki/ Karate
33
1
33
1
Drum Band
30
1
30
1
Panjat Tebing
25
1
25
1
Bola Volley
20
1
20
1
Wushu
18
1
18
1
Tinju
15
1
15
1
Menembak
14
1
14
1
Panahan
14
1
14
1
Taekwondo
11
1
11
1
Billiard
10
1
10
1
Bulutangkis
10
1
10
1
Tenis Meja
6
0
6
0
Catur
0
0
0
0
Selam
120
1
0
0
Sepak Takraw
10
1
0
0
Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi, data diolah
Untuk mencapai hasil pengembangan keolahragaan yang optimal, tiap cabang olahraga
seyogyanya mempunyai lapangan permanen utamanya untuk olahraga yang lapangan
olahraganya membutuhkan bangunan dengan standar tertentu. Cabang olahraga
sepakbola misalnya bila menggunakan data lapangan olahraga secara keseluruhan
perbandingan adalah 20 atlet per lapangan sedangkan apabila menggunakan lapangan
permanen jumlahnya menjadi 2.160 atlet per lapangan. Cabang olahraga renang juga
mempunyai perbandingan 1.604 atlet per satu kolam renang. Untuk olahraga sepeda
ada 300 atlet dalam satu lapangan. Tentu dengan sedemikian banyak atlet pengaturan
jadwal penggunaan lapangan menjadi sangat rumit. Untuk cabang olahraga unggulan
antara lain yakni atletik, wushu, taekwondo, panjat tebing, voli pantai dan silat
ketersediaan lapangan olahraga sudah cukup memadai kecuali atletik. Pembangunan
| 34
| 35
BAB 5
ANALISIS KELAYAKAN LOKASI
5.1.
Ketiga alternatif lokasi ini masuk kedalam wilayah administratif kecamatan Giri.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 08 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032,
Kecamatan Giri masuk kedalam Wilayah Pengembangan Banyuwangi Utara.
Lokasi
| 36
| 37
| 38
| 39
Untuk Lokasi A dan Lokasi C yang masuk dalam Kawasan Sarana Umum Zona Sarana
Umum (SU) jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah :
a. Ruang terbuka hijau (RTH), permukiman, perdagangan dan jasa.
b. Pemakaman dan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) dengan
syarat-syarat tertentu.
Sedangkan untuk Lokasi B yang masuk zonasi kawasan ruang terbuka hijau
kawasan perkotaan ketentuan umum penggunaannya adalah sebagai berikut:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;
b. penerapan konsep taman kota pada lokasi yang potensial di seluruh
kabupaten untuk menjaga kualitas ruang dan estetika lingkungan;
c. diizinkan seluruh kegiatan untuk menambah RTH agar mencapai 30%
(tiga puluh persen);
d. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang
kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya; dalam hal ini Wisma Atlet
masuk kedalam bangunan penunjang Gelanggang Olahraga.
e. rencana pengelolaan RTH sepanjang perbatasan wilayah kabupaten
adalah minimum 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan garis batas
wilayah kecuali pada kawasan perbatasan yang sudah padat
bangunan-bangunan mengacu pada rencana pola ruang;rencana
pengelolaan ruang terbuka sepanjang jalur instalasi listrik tegangan tinggi
mengacu pada ketentuan yang berlaku; dan pemanfaatan ruang
terbuka non hijau diprioritaskan pada fungsi utama kawasan dan
kelestarian lingkungan yang sekaligus berfungsi sebagai tempat evakuasi
bencana;
f. dilarang seluruh kegiatan yang bersifat alih fungsi RTH; dan
g. pengawasan ketat dari pemerintah terkait kegiatan budidaya yang
mempengaruhi fungsi RTH atau menyebabkan alih fungsi RTH.
5.2. Analisa Penentuan Lokasi
5.2.1. Konsep Pembangunan Wisma Atlet
Wisma Atlet yang akan dibangun di sekitar Gelanggang Olahraga ini diharapkan
dapat dapat mendukung peningkatan prestasi olahraga di Kabupaten
Banyuwangi. Wisma Atlet diproyeksikan sebagai tempat akomodasi para atlet
yang mengikuti pemusatan latihan secara intensif. Selain fungsi utama sebagai
sarana penunjang atlet tersebut Wisma Atlet diproyeksikan memiliki nilai
komersial dengan memberikan layanan jasa hospitality yang setara dengan
layanan hotel berbintang 2 (dua) kepada masyarakat umum atau pihak yang
berkepentingan dengan atlet. Konsep pengembangannya seperti pada Hotel Atlet
Century di Senayan Jakarta atau Grand Elty Atlet Hotel Samarinda.
| 40
2012
3.1
2.2
2.0
Proyeksi
2013
3.4
0.8
2.0
2014
3.9
1.1
2.6
Negara/Kawasan
Kawasan Eropa
Perancis
Jerman
Italia
Spanyol
Negara Kawasan
Eropa Lain
China
India
2012
-0.5
0.3
0.8
-2.4
-1.9
-0.8
Proyeksi
2013
0.1
0.6
0.9
-0.7
-1.2
-0.1
7.7
8.0
5.5
6.0
Sumber: Bank Indonesia
| 41
2014
1.0
1.1
1.4
0.5
0.8
0.7
8.2
6.4
| 42
Arah kebijakan tersebut akan dilakukan melalui lima pilar bauran kebijakan.
Pertama, kebijakan moneter akan ditempuh secara konsisten untuk
mengarahkan inflasi tetap terjaga dalam kisaran sasaran yang ditetapkan. Kedua,
kebijakan nilai tukar akan diarahkan untuk menjaga pergerakan rupiah sesuai
dengan kondisi fundamentalnya. Ketiga, kebijakan makroprudensial diarahkan
untuk menjaga kestabilan sistem keuangan. Keempat, penguatan strategi
komunikasi kebijakan untuk mendukung efektivitas kebijakan Bank Indonesia.
Kelima, penguatan koordinasi Bank Indonesia dan Pemerintah dalam mendukung
pengelolaan ekonomi makro dan stabilitas sistem keuangan.
Di sepanjang tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh
pada batas bawah dari rentang 7,00% s.d 7,25% (yoy), sedikit lebih rendah
dibandingkan 2012. Namun demikian, pertumbuhan ini diperkirakan masih
yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa maupun nasional.
Masih tingginya konsumsi masyarakat seiring meningkatnya proporsi usia
produktif di Jawa Timur masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi
Jatim. Selain itu, adanya momentum PILKADA pada Agustus 2013 diperkirakan
turut mendorong pertumbuhan ekonomi Jatim baik dari konsumsi rumah
tangga maupun pemerintah. Namun demikian, konsumsi barang tahan lama
khususnya kendaraan bermotor roda empat akan sedikit tertahan jika kebijakan
pengurangan subsidi BBM jadi diberlakukan pada tahun ini. Sementara itu,
berbagai upaya pemerintah melalui perbaikan infrastruktur, penyederhanaan
birokrasi pengajuan izin usaha serta upaya peningkatan kerjasama investasi
melalui kunjungan antar negara/daerah diharapkan dapat terus mendorong
minat investor asing dan dalam negeri.
Selanjutnya, optimisme pengusaha akan perbaikan kinerja ekspor luar negeri
Jatim dengan berbagai strategi perusahaan dan pemerintah diharapkan terus
mengalami perbaikan, khususnya dengan adanya insentif pemerintah untuk
mengembangkan produk hortikultura dan pertanian organik di beberapa sentra
produksi Jatim. Mencermati perkembangan sektor industri pengolahan yang
diperkirakan akan membaik pada triwulan II dan III, yang dipicu oleh
meningkatnya konsumsi domestik dengan berbagai momentum perayaan
keagamaan akan mempengaruhi perbaikan transaksi impor luar negeri terutama
untuk intermediate goods yang menjadi bahan baku sektor industri
pengolahan. Secara keseluruhan, transaksi perdagangan luar negeri
diperkirakan kembali mencatat nilai netekspor. Indikator berikutnya yaitu belanja
modal pemerintah berdasarkan data rencana APBD 2013 diperkirakan mengalami
peningkatan dengan didukung membaiknya awareness pemerintah daerah
tingkat kab/kota.
Di sisi penawaran, meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam kegiatan
wisata turut mendorong kinerja subsektor hotel dan restoran, ditambah dengan
| 43
| 44
2. Labor Intensive
Hotel mengerjakan pekerja terampil yang berlatar belakang pendidikan
hotel dalam jumlah yang besar, baik karena jasa pelayanan belum
banyak yang dapat digantikan oleh mesin, juga karena hotel beroperasi
24 jam yang memerlukan 3 shift.
3. Sensitif dalam persaingan
Elastisitas permintaan (demand) oleh karena penurunan jumlah
kunjungan wisatawan atau jumlah hotel-hotel dengan kelas dan type
sama yang berlebihan disuatu tempat, akan cepat berdampak kepada
perang tarif. Belum lagi soal Citra, Brand Name, Kompetitor lama dan
baru, Selera Konsumen, Marketing Mix dan lain-lain.
4. Sensitif terhadap perubahan kondisi
Kondisi Ekonomi, Sosial, Budaya, Politik dan Keamanan serta
Ketertiban/Kepastian Hukum sangat besar pengaruhnya terhadap
pengembangan dan kegiatan usaha perhotelan pada umumnya.
5. Heterogen dalam pelayanan
Service outputnya (produktifitas kerja karyawan) bervariasi, baik dalam
cara, kualitas, waktu maupun tempatnya.
6. Produk dan Jasa yang dijual adalah intangble
Contoh barang dan jasa yang dijual tidak bisa dibawa-bawa untuk
ditunjukkan kepada calon pembeli, sehingga harus pandai-pandai
meyakinkan mereka dengan berbagai cara yang dapat menarik
perhatian calon konsumen misalnya dengan menggunakan media
promosi berupa gambar-gambar/brochures dan berbagai penwaran
yang dapat menarik pengunjung.
7. Produknya perhisable
Barang yang dijual tidak dapat disimpan atau ditimbun : misalnya pada
kamar yang tidak terjual pada suatu hari berarti hilanglah pemasukan
pada hari itu.
8. Inseparability dengan gedung dan lokasinya
Produknya harus dikonsumsi ditempat produk itu dihasilkan, sehingga
pembeli harus mendatangi hotel.
Menurut hasil penelitian, pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia
untuk akomodasi merupakan yang tertinggi dibandingkan lain-lain pengeluaran
selama kunjungannya. Oleh adanya produk-produk dan jasa dalam aktivitas
pariwisata itulah maka usaha-usaha tersebut kemudian disebut sebagai sebuah
industri. Tersedianya hotel-hotel yang baik meningkatkan citra suatu Negara,
terutama yang sedang berkembang, karena merupakan prasyarat bagi orangorang yang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggalnya, bagi para
wisatawan, para investor, pengusaha/pedagang , diplomat asing maupun
masyarakat dan pengguna jasa lainnya. Hotel memberikan kesempatan kerja
| 45
dalam jumlah yang besar, juga merupakan penyumbang pajak yang besar bagi
Negara dan saat ini merupakan penghasil devisa terbesar setelah minyak dan gas
bumi.
Saat ini di Kabupaten Banyuwangi baru terdapat 2 Hotel berbintang dan 67 hotel
kelas melati dengan kapasitas total sebanyak 2011 kamar. Sehingga peluang
pembangunan hotel masih sangat memungkinkan utamanya untuk pasar hotel
berbintang.
5.2.3. Penentuan Lokasi
Berdasarkan konsep pengembangan Wisma Atlet; penentuan lokasi menjadi
sangat unik karena harus mengakomodasikan standar pelayanan wisma atlet
dengan standar pelayanan hotel. Dalam beberapa kriteria wisma talet dan hotel
berbeda misalnya berkait dengan aksesibiltas. Perpaduan konsep wisma atlet dan
hotel inilah yang nantinya dijadikan sebagai strategi branding pemasaran. Wisma
Atlet ini direncanakan akan menggunakan standar hotel bintang 2.
Sebelum dilakukan penentuan lokasi berdasarkan kriteria yang dispesifikan
terlebih dahulu dilakukan analisis kelayakan luas area di lokasi terpilih. Hotel
bintang 2 membutuhkan setidaknya luas area minimal 2.500 m2 (berdasarkan
benchmarking hotel Santika). Berdasarkan pengukuran awal terhadap lokasi yang
ditentukan luas masing-masing lokasi adalah sebagai berikut (pengukuran
dilakukan dengan menggunakan patokan batas visual yang ditunjukan):
Lokasi A
: Luas area 1.478 M2 dengan keliling 164 meter
Lokasi B
: Luas area 4.287 M2 dengan keliling 254 meter
Lokasi C
: Luas area 6.959M2 dengan keliling 333 meter
Dari sisi luas lahan, Lokasi A kurang memungkinkan untuk dijadikan sebagai
alternatif lokasi pembangunan Wisma Atlet, akan tetapi Lokasi A dapat
diproyeksikan digunakan sebagai Dormitory. Dormitory biasanya terdiri dari
beberapa kamar yang diisi 4 sampai 10 orang. Selanjutnya pada lokasi B dan
Lokasi C akan dilakukan penentuan lokasi yang lebih sesuai.
Adapun kriteria-kriteria yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi adalah
sebagai berikut
A. Faktor Kenyamanan
Faktor kenyamanan adalah faktor yang berhubungan dengan tingkat
kenyamanan seseorang dalam memilih lingkungan hotel, faktor ini juga
berhubungan dengan tingkat ketenangan masyarakat terhadap kemungkinan
sewaktu-waktu terjadi bencana banjir, tingginya tingkat pilihan ini
disebabkan karena rumah selain sebagai tempat berteduh juga berfungsi
untuk memberikan rasa aman, oleh karenanya masyarakat memerlukan
jaminan untuk mendukung fungsi akomodasinya.
| 46
| 47
Secara rinci variabel yang dispesifikan dalam penentuan lokasi adalah sebagai
berikut:
Tabel 8 Faktor Penentu Lokasi Wisma Atlet
No
1
Faktor
FAKTOR
KENYAMANAN
Variabel
Aksesibilitas Jalan
Kode
A
Kebersihan Lingkungan
B
Kondisi Tapak
C
2
FAKTOR PELAYANAN
Fasilitas olahraga
D
Fasilitas Umum
E
3
FAKTOR LINGKUNGAN Jaringan Air dan Listrik
F
Keberadaan angkutan umum
G
Status lahan
H
Lahan Pengganti
I
Teknik analisis yang digunakan untuk pemilihan lokasi pembangunan Wisma
Atlet menggunakan metode kuantitatif subyektif penilaian alternatif lokasi,
dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria pemilihan lokasi. Penentuan
kriteria pemilihan lokasi berdasarkan hasil kajian pustaka. Kriteria-kriteria
tersebut diberi bobot (skor) dengan menggunakan skala penilaian 1 sampai
dengan 3. Nilai 3 untuk bobot terkuat dan nilai 1 untuk bobot terlemah.
Pembobotan masing-masing faktor ini akan digunakan sebagai dasar dalam
memberikan penilaian terhadap setiap alternatif lokasi pembangunan Wisma
Atlet.
Selanjutnya untuk mendapatkan ranking dari kriteria yang digunakan maka
digunakan teknik analisa Zero-One. Hasil analisa Zero One adalah sebagai
berikut:
Tabel 9 Penentuan Ranking dengan Zero One
Variabel
Kode
A
B
C
D
E
F
G
H
I
Aksesibilitas Jalan
A
x
1
1
0
1
0
1
0
1
Kebersihan
B
0
x
0
0
0
0
1
0
0
Lingkungan
Kondisi Tapak
C
0
1
x
1
1
1
0
0
0
Fasilitas olahraga
D
1
1
1
x
1
1
1
1
1
Fasilitas Umum
E
0
1
1
0
x
0
1
0
0
Jaringan Air dan Listrik
F
1
1
1
1
1
x
0
0
1
Keberadaan angkutan
G
0
0
0
0
0
0
x
0
0
umum
Status lahan
H
0
1
1
1
1
1
1
x
1
Lahan Pengganti
I
0
0
0
0
0
0
1
1
x
Sumber: Hasil perhitungan
Keterangan:
X
: kriteria yang sama
Total
5
1
4
8
3
6
0
7
2
1
0
| 48
Variabel
Kode
Fasilitas olahraga
D
Status lahan
H
Jaringan Air dan Listrik
F
Aksesibilitas Jalan
A
Kondisi Tapak
C
Fasilitas Umum
E
Lahan Pengganti
I
Kebersihan
B
Lingkungan
Keberadaan angkutan
G
umum
Sumber: Hasil perhitungan
A
1
0
1
B
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
C
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
E
1
1
1
1
1
F
1
1
0
0
0
1
0
0
0
G
1
1
0
1
0
1
1
1
H
1
0
0
0
0
1
0
0
I
1
1
1
1
0
0
0
Ranking
1
2
3
4
5
6
7
8
Kode
Ranking
Bobot
Fasilitas olahraga
Status lahan
Jaringan Air dan Listrik
Aksesibilitas Jalan
Kondisi Tapak
Fasilitas Umum
Lahan Pengganti
Kebersihan
Lingkungan
Keberadaan angkutan
umum
Sumber: Hasil perhitungan
D
H
F
A
C
E
I
B
1
2
3
4
5
6
7
8
1,0000
0,8889
0,7778
0,6667
0,5556
0,4444
0,3333
0,2222
0,1111
| 49
Berdasarkan uraian diatas maka pembobotan untuk Kriteria aksesibilitas jalan utama
adalah sebagai berikut:
Kriteria
Aksesibilitas Jalan
Kode Kriteria
A
Indikator
0-1 KM
1 5 KM
>5 KM
Keterangan
Bobot
3
2
1
Lokasi B
Lokasi C
B. Kebersihan Lingkungan
Lokasi B dan lokasi C terletak pada lingkungan yang relatif homogen karena jarak
keduanya relatif dekat. Untuk kebersihan lingkungan; kedua lokasi relatif terjaga
karena dalam pengawasan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Banyuwangi. Untuk lokasi B terdapat lokasi pemilahan sampah sementara sehingga
agak sedikit mengganggu.
Kriteria
Kode Kriteria
Indikator
Bobot
Lokasi B
Lokasi C
Kebersihan Lingkungan
B
Cukup
Bersih
Kotor
Bersih
3
2
1
| 50
Keterangan
C. Kondisi Tapak
Tapak sangat penting dalam arsitektur karena merupakan salah satu nilai jual
bangunan.
Gambar 8 Perpsektif Tapak
Pada lokasi B terdapat sudut bebas yang memiliki keindahan yaitu kearah utara
berupa persawahan yang masih asri, arah barat pemandangan kolam renang dan arah
selatan rimbunan pepohonan. Sedangkan lokasi C arah ketimur terdapat
pemandangan berupa lapangan tenis dan atletik dan keutara arah pemandangan
indoor area.
Kriteria
Kode Kriteria
Indikator
Bobot
Lokasi B
Lokasi C
Kondisi Tapak
C
3 sudut
2 sudut
3
2
1 sudut
1
Keterangan
| 51
D. Fasilitas Olahraga
Lokasi B dan Lokasi C terletak dalam komplek yang sama yaitu di area Gelangang
olahraga sehingga akses terhadap lapangan olahraga relatif dekat. Untuk lkasi A
misalnya lebih dekat untuk ke kolam renang, lapangan sepakkbola, dan lintasan
atletik. Sedangkan Lokasi C lebih dekat ke lapangan tenis dan lapangan indoor.
Kriteria
Kode Kriteria
Indikator
Bobot
Lokasi B
Lokasi C
Fasilitas Olahraga
D
>3 Arena
2 Arena
3
2
1 Arena
1
Keterangan
Dalam jarak 1 km
Dalam jarak 1 km
E. Fasilitas Umum
Lokasi B dan C relatif dekat dengan fasilitas umum utamanya sekolah. Selain itu
terdapat juga beberapa rumah makan, perkantoran, hotel dan tempat ibadah.
Sekolah yang dekat dengan lokasi antara lain TK Al Qomar, SMK PGRI 1 Giri, SMKN 1
Banyuwangi, SMU Negeri 1 Glagah, SMP Negeri Glagah, dan Smu 1 Giri Kabupaten
Banyuwangi. Selain itu dalam jarak kurang dari 1 km terdapat 2 masjid dan kantor
polsek Giri. Selain itu terdapat juga minimarket dan layanan perbankan dalam jarak
yang relatif dekat.
Dari gambar 8 tampak build up building yang ada cukup mendukung keberadaan
Wisma Atlet.
Kriteria
Fasilitas
Kode Kriteria
E
Belum
Keterangan
Cukup
Indikator
Terbangun
terbangu
Terbangun
n
Bobot
3
2
1
Lokasi B
Build up fasilitas
pendukung
Lokasi C
| 52
| 53
Ket.
Listrik tersedia,
air tidak tersedia
1
G. Angkutan Umum
Secara spesifik tidak tersedia angkutan umum reguler yang melewati kedua lokasi.
Jalan terdekat yang dilewati angkutan umum adalah Jln. Gajah Mada menggunakan
angkutan kota lin 4 dengan rute Terminal Blambangan Terminal Brawijaya via Jl.
Gajah Mada Letkol Istiqlah.
Kriteria
Angkutan Umum
Kode Kriteria
G
Indikator
Tersedia
Tersedia
Tidak
Keterangan
Reguler
tertentu
tersedia
Bobot
3
2
1
Lokasi B
Lokasi C
H. Status Lahan
Lokasi B dan C merupakan aset pemerintah sehingga tidak memerlukan pembebasan
lahan.
Kriteria
Status Lahan
Kode Kriteria
H
Aset
Hak Milik
Hak milik Ket.
Indikator
negara
BUMD
Swasta
Bobot
3
2
1
Lokasi B
Sertifikah dalam
proses penerbitan
Lokasi C
Untuk lokasi C saat ini digunakan sebagai Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan
sehingga apabila digunakan sebagai Wisma Atlet perlu lahan pengganti dan bangunan
pengganti. Proses tukar guling lahan membutuhkan proses yang panjang dan biaya
pengadaan tanah yang relatif besar.Untuk lokasi B perlu lahan pengganti Ruang
Terbuka Hijau yang dialihgunakan sebagai Wisma Atlet.
Kriteria
Kode Kriteria
| 54
Lahan Pengganti
I
Tidak perlu
pengganti
Indikator
Bobot
Lokasi B
Lokasi C
Perlu Lahan
Pengganti
Ket.
Bobot
Nilai
Jumlah
Nilai
Jumlah
0,667
3,000
2,000
3,000
2,000
0,222
2,000
0,444
3,000
0,667
0,556
3,000
1,667
2,000
1,111
1,000
3,000
3,000
3,000
3,000
0,444
3,000
1,333
3,000
1,333
0,778
2,000
1,556
3,000
2,333
0,111
1,000
0,111
1,000
0,111
0,889
3,000
2,667
3,000
2,667
0,333
2,000
0,667
1,000
0,333
= bobot x nilai
= jumlah A+B + C + D+ E + F + G + H + I
Berdasarkan tabel diatas berdasarkan 9 kriteria yang dispesifikan memiliki nilai
yang hampir sama yaitu untuk lokasi B sebesar 13,444 dan lokasi C sebesar
13,556. Nilai yang hampir sama ini antara lain dikarenakan letak lokasi yang
berdekatan sehingga kondisinya cenderung homogen. Kedua lokasi
memungkinkan untuk dibangun Wisma Atlet dengan tambahan pertimbangan
masing masing lokasi sebagai berikut:
A. Lokasi B
Kelebihan
1. Lokasi saat ini hanya terdapat bangunan berupa Tempat Penampungan
Sampah dan 2 bangunan non permanen sehingga tidak membutuhkan
anggaran untuk pembongkaran
2. Lokasi agak kedalam sehingga rekayasa lalu-lintas lebih mudah dilakukan
3. Dekat dengan lokasi kolam renang sehingga bisa dilakukan interkoneksi
dengan Wisma Atlet untuk menambah nilai jual utamanya untuk tamu
umum.
4. Relatif jauh dari lokasi penduduk sehingga dampak sosial dapat
diminimalisir.
Total
22,000
13,444
22,000
13,556
| 55
Kekurangan
1. Merupakan Kawasan Ruang Terbuka Hijau yang masuk dalam penilaian
Adipura sehingga perlu adanya lahan RTH pengganti dan mengembalikan
keaneragaman hayati seperti yang ada saat ini.
2. Pengembangan lokasi relatif terbatas. Untuk ke arah utara terdapat
sungai sehingga perlu jembatan sedangkan arah ke timur terbatas pada
perumahan penduduk.
3. Lokasi relatif jauh dari jalan utama sehingga perlu rekayasa akses
misalkan dengan membuat jalan masuk dari sisi utara kolam memanjang
kearah timur.
B. Lokasi C
Kelebihan
1. Akses ke lokasi relatif lebih mudah dibandingkan dengan Lokasi B.
2. Area lebih luas sehingga memudahkan penataan lanscape bangunan
Wisma Atlet.
3. Lahan pada lokasi C merupakan lahan padat sehingga tidak
membutuhkan pengurukan.
4. Peraturan zoning yang lebih terbuka.
Kekurangan
1. Saat ini lokasi masih ditempati oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan
sehingga untuk pengalihfungsian membutuhkan lahan dan bangunan
pengganti yang membutuhkan anggaran yang relatif besar serta waktu
yang relatif lama.
2. Perlu rekayasa lalu lintas yang lebih komplek dibandingkan Lokasi B.
5.3.
| 56
Selain itu pada lapangan indoor dapat juga dipertandingkan olahraga antara lain:
7. Basket
8. Tenis meja
9. Silat
10. Wushu
11. Taekwondo
12. Judo
Dengan mempertimbangkan ketersediaan sarana olahraga yang ada dan jumlah
atlet level regional maka komposisinya adalah sebagai berikut:
Tabel 13 Estimasi Kebutuhan Kamar
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
CABANG OR
Atletik
Basket
Bola Volley
Bulutangkis
Catur
Judo
Karate Tradisional
Pencak Silat
Renang
Senam Artistik
Taekwondo
Tenis
Wushu
Kebutuhan Kamar
Jumlah
Atlet
13
20
24
14
6
15
14
15
80
5
2
1
22
231
116
Asumsi Lolos
Seleksi 75%
10
15
18
11
5
11
11
11
60
4
2
1
17
173
87
Asumsi Lolos
Seleksi 50%
7
10
12
7
3
8
7
8
40
3
1
1
11
116
58
5.3.1.
| 57
Aktivitas Utama
Konferensi pers, dsb
Test psikis
Pameran
Kerja Pengelola
Melayani
Olahraga
Ruang
Ruang serbaguna
Hall serbaguna
Backstage
Ruang
operasional
Toilet
Gudang
Gudang alat
Poliklinik
Receptionist
Ruang tunggu
Ruang test fisik
Ruang dokter
Kamar rawat
Laboratorium
Ruang diagnosa
Apotek
Toilet
Ruang pengelola
Ruang test psikis
Lounge dan
Ruang bersama/
kumpul
Hall of fame
Ruang pamer
Ruang pengelola
Gudang
Toilet
Kantor pengelola
(office)
Lobby
Receptionist
Ruang ganti
Ruang tunggu
Ruang pengelola
Toilet
Fitness center
| 58
Persyaratan/Suasana
Bersih, kering,
pencahayaan baik,
penghawaan baik, tenang,
sirkulasi gerak baik.
Sifat
Semi Public
Public
Semi Private
Bersih, kering,
pencahayaan baik,
penghawaan baik, proteksi
suara baik.
Bersih, pencahayaan baik,
penghawaan baik, sirkulasi
gerak baik.
Private
Semi Private
Semi Public
Public
Public
Aktivitas Utama
Belanja
Ruang
Mini market
Internet
Warnet
Transaksi
ATM
Cuci
Laundry
Kontrol ME
Ruang utilitas
Parkir
Parkir
Olahraga
Lapangan olahraga
Santai
Taman
5.3.2.
Persyaratan/Suasana
Bersih, kering,
pencahayaan baik,
penghawaan baik, sirkulasi
gerak baik.
Bersih, kering,
pencahayaan baik,
penghawaan baik, sirkulasi
gerak baik.
Bersih, nyaman, sirkulasi
gerak baik.
Bersih, pencahayaan baik,
penghawaan baik, sirkulasi
gerak baik.
Bersih, kering, proteksi
baik, sirkulasi baik.
Bisa tertutup bisa terbuka,
sirkulasi baik.
Bisa tertutup bisa terbuka,
sirkulasi gerak baik.
Terbuka, nyaman, tenang,
sirkulasi baik.
| 59
Sifat
Public
Public
Publik
Semi Public
Private
Public
Semi Public
Public
| 60
Standart
Ruang (m2)
Kapasitas
(Orang)
Luasan Ruang
(m 2)
1,2 m2/orang
3,5 m2/orang
5 m2/orang
2 m2/orang
4 m2/orang
9 m2/orang
1,5 m2/orang
1,5 m2/orang
1,5 m2/orang
1 m2/orang
1,2 m2/orang
1,5 m2/orang
3 m2/orang
2,5 m2/orang
2,5 m2/orang
4 m2/orang
1,5 m2/orang
4 m2/orang
4 m2/orang
200 orang
4 orang
4 orang
2 orang
1 orang
1 orang
3 orang
3 orang
2 orang
1 orang
20 orang
3 orang
1 orang
200 orang
20 orang
3 orang
5 orang
1 orang
1 orang
240 m2
14 m2
20 m2
4 m2
4 m2
9 m2
4,5 m2
4,5 m2
3 m2
1 m2
24 m2
4,5 m2
3 m2
500 m2
50 m2
12 m2
7,5 m2
4 m2
4 m2
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
2 ruang
2 ruang
2 ruang
1 ruang
3 ruang
2 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
2 ruang
1 ruang
1 ruang
4 m2/orang
1,2m2/orang
3,5 m2/orang
9 m2/orang
3,5m2/orang
3,5m2/orang
3,5 m2/orang
6 m2/orang
1,5 m2/orang
9 m2/orang
3 orang
15 orang
10 orang
1 orang
10 orang
4 orang
4 orang
2 orang
4 orang
1 orang
12 m2
18 m2
35 m2
9 m2
35 m2
14m2
14 m2
12 m2
6 m2
9 m2
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
2 ruang
1 ruang
3,5 m2/orang
2,5 m2/orang
10 orang
30 orang
35 m2
75 m2
1 ruang
1 ruang
2,5 m2/orang
9 m2/orang
4 m2/orang
1,5 m2/orang
30 orang
1 orang
1 orang
3 orang
75 m2
9 m2
4 m2
4,5 m2
1 ruang
1 ruang
1 ruang
2 ruang
Jumlah Ruang
Total Luasan
Ruang (m2)
316 m2
240 m2
14 m2
20 m2
4 m2
4 m2
9 m2
9 m2
9 m2
6 m2
1 m2
84 m2
72 m2
9 m2
3 m2
585 m2
500 m2
50 m2
12 m2
15 m2
4 m2
4 m2
170 m2
12 m2
18 m2
35m2
9 m2
35 m2
14 m2
14 m2
12 m2
12 m2
9 m2
35 m2
75 m2
97 m2
75 m2
9 m2
4 m2
9 m2
Ruang
Office
Lobby
- Receptionist
- Ruang ganti
- Ruang tunggu
- Ruang pengelola
- Toilet
Fitness Center
Mini market
Media room
Parkir
- Parkir mobil
- Parkir motor
- Parkir bus
Standart
Ruang (m2)
4 m2/orang
Kapasitas
(Orang)
50 orang
Luasan Ruang
(m 2)
200 m2
4 m2/orang
1,5m2/orang
1,2 m2/orang
9 m2/orang
1,5 m2/orang
3,5 m2/orang
3,5 m2/orang
1,5 m2/orang
20 orang
4 orang
15 orang
1 orang
3 orang
30 orang
15 orang
20 orang
80 m2
6m
18 m2
9 m2
4,5 m2
105 m2
52,5 m2
30 m2
1 ruang
2 ruang
1 ruang
1 ruang
2 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
12,5m2/mobil
2 m2/motor
49 m2/bus
40 mobil
100motor
3 bus
Jumlah Ruang
1 ruang
= 5.334,5 m2
= 1.066,9 m2
= 6.401,4 m2
| 61
Total Luasan
Ruang (m2)
200 m2
138 m2
80 m2
12 m2
18 m2
9 m2
9 m2
105 m2
52,5 m2
30 m2
847 m2
500 m2
200 m2
147 m2
| 62
| 63
| 64
| 65
BAB 6
ANALISA ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN
6.1.
| 66
| 67
6.2.
| 68
a.
b.
c.
d.
e.
| 69
| 70
f.
Penataan Landscape
Pada saat hampir terselesainya proyek pembangunan Wisma Atlet, maka
kawasan terbuka (RTH) ditanami dengan tanaman penghijauan dan
berkonsep ekologi serta estetika. Dampak potensial yang diprakirakan akan
timbul dari kegiatan penghijauan adalah peningkatan bertambahnya
keanekaragaman flora dan fauna, peningkatan kualitas udara, dan
peningkatan peresapan air ke dalam tanah.
g. Demobilisasi alat berat
Setelah kegiatan pembangunan Wisma Atlet selesai maka akan dilakukan
demobilisasi peralatan ke tempat asal peralatan tersebut melalui jalan
Desa, maupun jalan Kabupaten di wilayah Kecamatan dan sekitarnya.
Kegiatan demobilisasi alat-alat berat karena sifatnya bertahap maka
dapat menimbulkan dampak adanya penurunan kualitas udara,
gangguan kesehatan, peningkatan kebisingan, dan peningkatan volume
lalu-lintas.
h. Demobilisasi sisa material
Kegiatan demobilisasi sisa material dilakukan setelah pembangunan
Wisma Atlet selesai. Kegiatan ini bertujuan mengangkut material-material
sisa konstruksi yang sudah tidak diperlukan lagi. Kegiatan demobilisasi
sisa material diprakirakan menimbulkan dampak penurunan kualitas
udara, gangguan kesehatan, peningkatan kebisingan, dan peningkatan
volume lalu-lintas.
i. Demobilisasi tenaga kerja
Setelah kegiatan pada tahap konstruksi Wisma Atlet dan infrastruktur
lingkungannya selesai maka akan dilakukan demobilisasi tenaga
kerjaKegiatan demobilisasi tenaga kerja yang terjadi pada tahap
konstruksi dapat menimbulkan dampak hilangnya kesempatan kerja dan
penurunan pendapatan bagi pekerja yang telah habis masa kontraknya
sesuai jadwal pekerjaan yang telah ditentukan.
b.
| 71
Komponenen Lingkungan
Pra Kostruksi
I.FISIK KIMIA
A.Kualitas Udara dan Kebisingan
Kualitas Udara
Kebisingan
Potensi Kebakaran
B.Hidrologi
Kualitas air permukaan
Kuantitas air
permukaan/limpasan
Potensi Limbah cair
C. Ruang Lahan dan tanah
Tata guna lahan/fungsi lahan
Tata ruang
Keretakan bangunan
D. Transportasi
Peningkatan volume lalin
E. Infeksi Nosokomial
F. Volume Sampah
Sampah domestik
II. BIOLOGI
Komunitas flora dan fauna
III. SOSEKBUD
A. Sosial Ekonomi
Pendapatan
Kesempatan kerja
Kecemburuan sosial
Peluang Usaha
Tahap
Konstruksi
Operasi
Komponenen Lingkungan
Pra Kostruksi
Tahap
Konstruksi
| 72
Operasi
B. Sosial Budaya
Keresahan masyarakat
Kambtibmas
Persepsi masyarakat
IV. KESEHATAN MASY.
Kesehatan masyarakat
K3
V. KESEHATAN LINGK.
6.3.
| 73
| 74
l.
a.
| 75
| 76
f.
c.
d.
e.
| 77
Secara umum berdasarkan penilaian aspek sosial ekonomi, budaya dan lingkungan;
pembangunan Wisma Atlet layak untuk dilanjutkan. Adapun faktor yang mendukung
kelayakan secara sosial ekonomi, budaya dan lingkungan antara lain sebagai berikut:
a. Rencana lokasi secara eksisting merupakan Gelangang Olahraga, sehingga diharapkan
masyarakat mempunyai pemahaman yang lebih baik terhadap rencana
pembangunan Wisma Atlet.
b. Pembangunan Wisma Atlet akan meningkatkan aktifitas ekonomi dan diharapkan
masyarakat sekitar dapat menikmati dampak ekonomi ini
c. Secara sosial budaya, area yang akan terdampak pembangunan Wisma Atlet sejak
dahulu merupakan area yang sarat aktifitas olahraga sehingga diharapkan gegar
budaya akibat pembangunan Wisma Atlet dapat diminimalisir.
| 78
BAB 7
ANALISIS KELAYAKAN KEUANGAN
Berdasarkan perhitungan jumlah kamar, nilai investasi yang ditanamkan adalah Rp.
30.000.000.000,- (tiga puluh milyar rupiah), dengan asumsi biaya investasi untuk
hotel standar bintang 2 adalah sekitar Rp. 275.000.000 Rp. 300.000.000 per room
bay (Kamar). Investasi dilakukan dalam 2 tahun dengan masing masing sebesar Rp.
15.000.000.000,00. Berdasarkan uraian kajian kelayakan keuangan di atas maka total
investasi akan dibandingkan dengan arus kas yang dihasilkan dari setiap periode
proyek.
7.1.
Asumsi-asumsi
1.
2.
Asumsi Umum
a. Asumsi pajak yang digunakan sepanjang periode penilaian adalah sebesar
25%, sesuai dengan UU Perpajakan No. 36/2008;
b. Asumsi jumlah hari kerja dalam 1 (satu) tahun adalah 365 hari;
c. Asumsi Pajak Pertambahan Nilai adalah sebesar 10,00%
d. Asumsi Pajak Daerah (Pajak Hotel dan Restoran) adalah sebesar 10 persen
Asumsi Penjualan Kamar dan Lain-lain
Asumsi penjualan kamar dan lain-lain didasarkan pada jumlah dan harga
kamar tersedia yang di kalkulasi dengan jumlah hari dalam setahun sehingga
didaptkan Room Nights Available yang kemudian di kalkulasi dengan
occupancy rate yang menghasilkan Room Nights Sold. Total Penjualan adalah
Room Nights Sold di kalkulasi dengan harga kamar per-room. Penggunaan oleh
atlet dihitung sebagai penjualan.
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
21.900
25.550
29.200
31.025
31.025
31.025
31.025
31.025
0%
0%
60%
70%
80%
85%
85%
85%
85%
85%
36.500
36.500
36.500
36.500
36.500
36.500
36.500
36.500
Revenue
Room
Pertumbuhan
(%)
Pertumbuhan
(%)
Others
3.
22,50%
20,00%
11,56%
5,00%
5,00%
5,00%
5,00%
5,00%
22,50%
20,00%
11,56%
5,00%
5,00%
5,00%
5,00%
5,00%
| 79
15,5%
84,5%
10,08%
25,0%
7,6%
2,99%
9,38%
0,83
10,8%
2,0%
12,29%
Berdasar pada hasil analisis atas risiko-risiko industri perhotelan, telah dipertimbangkan
bahwa tanah serta proyek hotel yang menjadi objek dari analisa kelayakan masih berada
dalam tahap pembangunan dimana terdapat risiko realisasi atas proyek hotel. Melihat
dari sudut pandang konsumsi dan pemasaran perhotelan, tingkat hunian (occupancy rate)
di wilayah Kabupaten tidak dapat diukur secara pasti karena sedikitnya hotel yang
memiliki kualitas setara dengan proyek Wisma Atlet dimana direncanakan akan memiliki
| 80
kapasitas 100 kamar. Berdasarkan hasil analisis serta pertimbangan diatas, ditambahkan
specifik risk sebesar 2% atas tingkat diskonto yang digunakan dalam analisis kelayakan
usaha dikarenakan terdapat unsur ketidakpastian pada arus kas bersih yang diproyeksikan
akan diterima di masa yang akan datang atas proyek hotel tersebut. Rata-rata tertimbang
biaya modal (WACC) yang digunakan dalam studi kelayakan ini adalah sebesar 12,29%.
7.2.
| 81
2013
2014
2015
2016
2017
200.000.000
-200.000.000
150.000.000
-150.000.000
-200.000.000
-150.000.000
-200.000.000
15.000.000.000
-15.200.000.000
15.789.115.645
589.115.645
-150.000.000
15.000.000.000
-15.150.000.000
6.570.000.000
788.400.000
985.500.000
4.796.100.000
328.500.000
3.000.000.000
1.467.600.000
366.900.000
1.100.700.000
500.000.000
1.100.700.000
7.665.000.000
1.233.777.519
1.149.750.000
5.281.472.481
383.250.000
2.700.000.000
2.198.222.481
549.555.620
1.648.666.861
12.848.000.000
1.480.533.023
1.927.200.000
9.440.266.977
642.400.000
1.365.000.000
7.432.866.977
1.858.216.744
5.574.650.233
1.648.666.861
5.574.650.233
-15.150.000.000
1.100.700.000
1.648.666.861
5.574.650.233
12,29%
1
0,89
524.312.924
12,29%
2
0,79
-11.968.500.000
12,29%
3
0,71
781.497.000
12,29%
4
0,63
1.038.660.122
12,29%
5
0,56
3.121.804.130
| 82
Lanjutan
Proyeksi
Pendapatan
Biaya Departemental
Biaya Operasi
Laba Kotor Operasional
Biaya hunian dan Insentif
Depresiasi
Laba Sebelum Pajak
Pajak
Laba Bersih
CAPEX
FCFF
Residual Value
Total FCFF After Residual
Value
Discount Rate
Discount Period
Discount Factor
PV of FCFF
2018
2019
12.848.000.000
1.651.719.653
1.927.200.000
9.269.080.347
642.400.000
1.431.750.000
7.194.930.347
1.798.732.587
5.396.197.760
14.892.000.000
1.734.305.636
2.233.800.000
10.923.894.364
744.600.000
1.428.412.500
8.750.881.864
2.187.720.466
6.563.161.398
5.396.197.760
2020
2021
2022
15.512.500.000
1.912.071.964
2.326.875.000
11.273.553.036
775.625.000
1.428.571.031
9.069.357.005
2.267.339.251
6.802.017.754
15.512.500.000
2.007.675.562
2.326.875.000
11.177.949.438
775.625.000
1.428.571.448
8.973.752.990
2.243.438.247
6.730.314.742
6.563.161.398
14.892.000.000
1.821.020.918
2.233.800.000
10.837.179.082
744.600.000
1.428.579.375
8.663.999.707
2.165.999.927
6.497.999.780
2.000.000.000
6.497.999.780
6.802.017.754
6.730.314.742
5.396.197.760
6.563.161.398
4.497.999.780
6.802.017.754
6.730.314.742
12,29%
6
0,5
2.698.098.880
12,29%
7
0,44
2.887.791.015
12,29%
8
0,4
1.799.199.912
12,29%
9
0,35
2.380.706.214
12,29%
10
0,31
2.086.397.570
| 83
Dari hasil perhitungan pada tabel 17 maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Periode Proyeksi 2013 - 2022
Discount Rate
Net Present Value
Internal Rate of Return
Benefit Cost Ratio
Payback Period
12,29%
5.349.967.768
17,83%
1,178
9,2
Memperhatikan hasil perhitungan tersebut maka proyek ini secara finansial layak
dibangun.
Ringkasan Kelayakan Finansial
Periode Proyeksi 2013 - 2022
Discount Rate
Net Present Value
Internal Rate of Return
Kelayakan
12,29%
5.349.967.768
17,83%
7.3.
1,178
9,2
Layak
Layak
Layak
Keterangan
Pentahapan pembangunan
Pembangunan Wisma Atlet dengan pembiayaan yang mencapai Rp. 30 Milyar diharapkan
dapat dipenuhi dengan sharing dengan pihak ketiga dengan pola kerjasama yang sesuai
dengan peraturan. Namun demikian perlu adanya skenario apabila proyek ini dibiyai
sepenuhnya dengan APBD. Biaya pembangunan sebesar Rp. 30 Milyar tentu akan sangat
membebani APBD apabila dilakukan seketika. Untuk itu perlu pentahapan agar
pembangunan Wisma Atlet dapat berjalan optimal. Untuk tahap awal agar dapat
beroperasi setidaknya yang perlu dibangun adalah sarana penunjang seluas 2600 m2 dan
Ruang hunian sebanyak 50 Room (Half capacity).
Adapun kebutuhan pembiayaan untuk Half Capacity ini adalah sebagai berikut:
Luas sarana pendukung adalah 2.600m2
= 2600 m2
Luas Ruang (50 x 24 m2)
= 1.200 m2
Sirkulasi 20%
= 760 m2
Luas total ruang adalah
= 4.560 m
Asumsi harga satuan per meter persegi
= Rp. 4.500.000,00
Kebutuhan investasi
= Rp. 18.240.000.000,00
| 84
Dengan pembangunan Wisma Atlet dengan skenario Half Capacity maka biaya yang
dibutuhkan adalah Rp. 18.240.000.000,00. Pada skenario ini bangunan Wisma Atlet telah
siap untuk peningkatan dan penambahan ruang dimasa datang. Berdasarkan perhitungan
keuangan pada tabel 19 maka kelayakan keuangan dengan skenario Half Capacity adalah
sebagai berikut:
Ringkasan Kelayakan Finansial
Periode Proyeksi 2013 - 2022
Discount Rate
Net Present Value
Internal Rate of Return
Benefit Cost Ratio
Payback Period
Kelayakan
12,29%
54.644.288
12,59%
1,003
12,3
Layak
Layak
Layak
Keterangan
Berdasarkan data tersebut pembangunan Wisma Atlet dengan kapasitas separuh masih
layak secara ekonomi.
| 85
2013
2014
2015
2016
2017
200.000.000
-200.000.000
150.000.000
-150.000.000
-200.000.000
-150.000.000
-200.000.000
9.000.000.000
-9.200.000.000
9.599.782.312
-150.000.000
9.240.000.000
-9.390.000.000
4.380.000.000
525.600.000
657.000.000
3.197.400.000
219.000.000
1.824.000.000
1.154.400.000
288.600.000
865.800.000
500.000.000
865.800.000
5.110.000.000
1.233.777.519
766.500.000
3.109.722.481
255.500.000
1.641.600.000
1.212.622.481
303.155.620
909.466.861
6.424.000.000
1.480.533.023
963.600.000
3.979.866.977
321.200.000
829.920.000
2.828.746.977
707.186.744
2.121.560.233
909.466.861
2.121.560.233
399.782.312
-9.390.000.000
865.800.000
909.466.861
2.121.560.233
12,29%
1
0,89
355.806.258
12,29%
2
0,79
-7.418.100.000
12,29%
3
0,71
614.718.000
12,29%
4
0,63
572.964.122
12,29%
5
0,56
1.188.073.730
| 86
Lanjutan
Proyeksi
Pendapatan
Biaya Departemental
Biaya Operasi
Laba Kotor Operasional
Biaya hunian dan Insentif
Depresiasi
Laba Sebelum Pajak
Pajak
Laba Bersih
CAPEX
FCFF
Residual Value
Total FCFF After Residual
Value
Discount Rate
Discount Period
Discount Factor
PV of FCFF
2018
2019
2020
2021
2022
6.424.000.000
1.651.719.653
963.600.000
3.808.680.347
321.200.000
870.504.000
2.616.976.347
654.244.087
1.962.732.260
7.446.000.000
1.734.305.636
1.116.900.000
4.594.794.364
372.300.000
868.474.800
3.354.019.564
838.504.891
2.515.514.673
7.446.000.000
1.821.020.918
1.116.900.000
4.508.079.082
372.300.000
868.576.260
3.267.202.822
816.800.706
2.450.402.117
7.756.250.000
1.912.071.964
1.163.437.500
4.680.740.536
387.812.500
868.571.187
3.424.356.849
856.089.212
2.568.267.637
7.756.250.000
2.007.675.562
1.163.437.500
4.585.136.938
387.812.500
868.571.441
3.328.752.997
832.188.249
2.496.564.748
1.962.732.260
2.515.514.673
2.450.402.117
2.568.267.637
2.496.564.748
1.962.732.260
2.515.514.673
2.450.402.117
2.568.267.637
2.496.564.748
12,29%
6
0,5
981.366.130
12,29%
7
0,44
1.106.826.456
12,29%
8
0,4
980.160.847
12,29%
9
0,35
898.893.673
12,29%
10
0,31
773.935.072
| 87
BAB 8
ANALISIS KELAYAKAN MODEL MANAJEMEN
8.1.
1.
2.
Posisi
Administrations and General :
Hotel Manager
General Affair
Administrations Officer
Finance :
Chief Accountant
General Cashier
Jumlah
Level
1 orang Manajer
1 orang JM
1 orang Supervisor
1 orang JM
1 orang Supervisor
3.
4.
5.
6.
8.2.
Posisi
A/R - Income
Sales & Marketing :
Sales Executive
Front Office :
Front Desk Supervisor
Front Desk Agent
Night Clerk
Rooms/Guest Service :
HKC/GS Supervisor
Rooms Attendence/Guest Service
Public Area Attendence
Security :
Security Guard
Jumlah
| 88
Jumlah
Level
1 orang Supervisor
2orang JM
1 orang Supervisor
4 orang Rank & File Supervisor
1 orang
1 orang Supervisor
7 orang Rank & File
4 orang Rank & File
6 orang Rank & File
32 orang
Model Pengelolaan
Pembangunan Wisma Atlet tidak dapat dilepaskan dari komplek sarana olahraga
yang ada di sekitarnya. Pembangunan Wisma Atlet yang menelan biaya yang
tidak sedikit dan biaya proyek ini tentunya tidak dapat ditanggung sendiri oleh
pemerintah Kabupaten. Proyek ini memerlukan bantuan lain baik dari pihak
swasta atau pemerintah pusat serta masyarakat diharapkan dapat mengurangi
beban biaya dana rencana pembangunan. Oleh karena itu, pihak pemerintah
Kabupaten bisa melibatkan pihak swasta. Agar lebih menarik akan lebih baik
pembangunan Wisma Atlet disatukan dalam infrastruktur komplek sarana olah
raga terpadu. Sebelum melakukan kerja sama dengan pihak swasta sebagai
investor dalam pengembangan sarana infrastruktur komplek Gelanggang
Olahraga ini, pemerintah harus mempertimbangkan beberapa aspek keuntungan
dan kerugiannya.
Pertama, bangunan yang bersifat public service (non profitable), yaitu
pembangunan infrastruktur yang bertugas mengembang tugas pelayanan
masyarakat dalam hal ini hidang keolahragaan cukup tinggi, dimana kemungkinan
mendatangkan keuntungan secara finansial sangat rendah, dilaksanakan dengan
pendanaan pemerintah sepenuhnya, meliputi stadion utama dan stadion atletik.
Peran pemerintah sangat dominan, baik dalam pengendalian dan pengawasan,
sedang dalam hal konstruksi dan pengelolaannya dapat diserahkan ke pihak
swasta melalui kerjasama dengan resiko investasinya cukup rendah bagi pihak
swasta, bentuk kerjasama dengan mitra swasta dalam pembangunan
infrastruktur yang sesuai adalah turn-key delivery, sedang dalam pengelolaannya
dapat dilaksanakan oleh badan pengelola atau melaui kerjasama pengelolaan
dengan mitra swasta melalui manajemen kontrak.
| 89
Kedua, yaitu bangunan yang bersifat semi publik (semi profit), dilaksanakan
dengan pendanaan dari swasta. Pada bangunan semi profit masih dimungkinkan
adanya keuntungan finansial serta mampu membiayai keperluan operasional dan
pemelihranaan fasilitas infrastruktur yang meliputi: indoor stadium, aquatic
center, tennis court. Kerjasama dengan swasta adalah melalui BOT (build operate
transfer) untuk pembangunan dan pengelolaan, serta KSO (kerjasama
operasional) untuk pengelolaan.
Ketiga, yaitu bangunan yang bersifat komersil (profit), dilaksanakan dengan
pendanaan dominan dari swasta. Dalam pembangunan ini dituntut untuk
menghasilkan profit yang tinggi sehinggan pemerintah tidak perlu
menganggarkan dana subsidi APBD, meliputi wisma atlet. Peran pemerintah
sangat minim, baik itu dalam hal perencanaan, pembangunan, pendanaan,
pengawasan, pengelolaan, dan pemeliharaan. Bentuk kerjasama dengan mitra
swasta yang sesuai adalah dengan concession agreement.
Dari beberapa aspek keuntungan dan kerugian tersebut, pemerintah dapat
mempertimbangkan bentuk kerja sama dengan pihak swasta yang nantinya akan
dilakukan dalam pengembangan komplek Wisma Atlet dan komplek Gelanggang
Olahraga ini. Pemerintah bisa menggunakan bentuk kerjasama seperti: Service
Contract-Public Owner, Management Contract (Operating-Maintenance), Leasing
Contract-Public Owner, Build-Operate-Transfer (BOT), maupun Concession
Agreement-Public Owner.
Untuk pengelolaan hotel saat ini telah ada konsep kemitraan dengan jaringan
hotel. Pada model kemitraan ini setelah lahan dan lokasi tersedia, mitra (dalam
hal ini pemerintah kabupaten) menyiapkan dana pembangunan hotel, sekaligus
isinya. Dana paket awal termasuk perizinan pembangunan hotel dari pemerintah
setempat, biaya teknisi, biaya konsultasi, dan biaya persiapan (preopening).
Pengelola dan mitra kemudia menetapkan sistem bagi hasil. Total pendapatan
yang diperoleh hotel akan dimasukkan pada rekening mitra. Tapi, mitra harus
membayar biaya operasional hotel, 50 persen sampai 60 persen dari total
pendapatan.
| 90
BAB 9
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
9.1.
Kesimpulan
1. Berdasarkan kriteria yang dispesifikan dalam analisa lokasi termasuk
kesesuaian dengan tata ruang, lokasi B dan Lokasi C mempunyai nillai yang
hampir sama yaitu nilai lokasi B adalah 13,444 sedangkan nilai Lokasi C adalah
sebesar 13,556. Letak dan kondisi lokasi yang cenderung berdekatan
memungkinkan pembangunan Wisma Atlet dilakukan baik pada Lokasi B
maupun Lokasi C.
2. Kebutuhan investasi untuk pembangunan Wisma Atlet adalah sebesar Rp.
30.000.000.000 (tiga puluh milyar rupiah) dengan kapasitas ruang kamar
sebanyak 100 kamar dan luas bangunan 6.401,4m2. Mengingat tingginya
biaya investasi pembangunan dapat dilakukan bertahap dengan skenario Half
Capacity untuk 50 kamar dengan luas bangunan 4.560 m2 dengan investasi
sebesar Rp. 18.240.000.000,00 (delapan belas milyar dua ratus empat puluh
juta rupiah) .
3. Berdasarkan analisa sosial ekonomi, budaya dan lingkungan, Wisma Atlet
layak untuk dilanjutkan dengan tetap memperhatikan pengelolaaan dampak
yang mungkin terjadi.
4. Berdasarkan analisa kelayakan finansial; pembangunan Wisma Atlet layak
secara finansial dengan hasil perhitungan sebagai berikut:
Full capacity
100 Kamar
12,29%
5.349.967.768
17,83%
1,178
9,2
Half capacity
Indikator layak
50 Kamar
12,29%
54.644.288 NPV bernilai
positif
12,59% IRR > Discount
Rate
1,003 BCR > 1
12,3
9.2.
| 91
Rekomendasi
1. Wisma Atlet diharapkan dapat menjadi pusat pembinaan dan akomodasi bagi
atlet dan menunjang kesiapan Kabupaten Banyuwangi sebagai tuan rumah
Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur ke V tahun 2015.
2. Lokasi alternatif A yang tidak terpilih dapat digunakan sebagai Dormitory
dengan beberapa kamar dan fasilitas pendukung lainnya.
3. Lokasi yang terpilih diharapkan tetap mendukung tersedianya Ruang Terbuka
Hijau. Perlu adanya lahan pengganti yang luas minimalnya setara dengan
lokasi yang digunakan sebagai Wisma Atlet. Pada lokasi pengganti ini wajib
dilakukan penanaman kembali dan mempertahankan keanekaragaan hayati
sehingga Ruang Terbuka Hijau tetap terpelihara.
4. Berkait dengan nilai investasi yang tinggi terdapat opsi kerjasama dengan
pihak ketiga dengan beberapa model pengelolaan yang sesuai dengan
peraturan perundangan. Kerjasama manajemen merupakan opsi yang sesuai
dalam rangka pengelolaan Wisma Atlet yang profesional dan akuntabel.
5. Pengelolaan Wisma Atlet dan Gelanggang Olahraga sebaiknya dikelola secara
terpadu untuk mewujudkan kesinambungan fungsi komplek tersebut secara
keseluruhan.
6. Sebagai tindak lanjut studi kelayakan ini perlu adanya kajian teknis yang lebih
detail meliputi Perencanaan Masterplan dan DED, Penyusunan UKL/UPL
untuk bangunan kurang dari 10.000 m2, Analisa Dampak Lalu-lintas dan kajian
lain yang dipersyaratkan dalam pendirian bangunan.
7. Berkait dengan investasi pembangunan dan mekanisme penyertaan modal
atau kerjasama manajemen perlu adanya perjanjian yang jelas dan mengikat
para pemangku kepentingan sehingga dalam operasionalnya tidak
menimbulkan persoalan.
8. Agar pembangunan dan operasional Wisma Atlet dapat berjalan dengan baik
seluruh ketentuan yang berkait harus dipenuhi. Antara lain ketentuan
pengolahan limbah, sosialisasi pembangunan kepada masyarakat, kajian
UKL/UPL dan sebagainya.
| 92
DAFTAR PUSTAKA
Ching, F. (1996). Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan/Edisi Kedua. (cetakan pertama).
Jakarta: Erlangga.
Dharma, Agus. (1998). Teori Arsitektur 3. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Gunarsa, Singgih D. (2008). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: Gunung Mulia.
Juwana, J. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
Kandani, Haryanto. (2010). The Achiever. (edisi pertama). Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Lamano, Adrian S. (2008). Kampung Atlet di Surabaya. Surabaya: Universitas Kristen Petra
Lang, John. (1987). Creating Architectural Theory. New York: Van Nostrand Reinhold Inc.
Laurens, Joyce M. (2005). Arsitektur dan Perilaku Manusia. (edisi 2). Jakarta:
Grasindo.
_____. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. (edisi 2). Jakarta: Balai Pustaka.
_____. (2006). Atlet Pelatnas Bulutangkis Ditambah. Jakarta: TEMPO.
_____. (2010). Menpora Dorong Daerah Bangun Athlete Village. In Sabrina Asril (Eds).
Jakarta: Kompas.
_____. (2011). Atlet Pelatnas Harus Ikut Seleksi. In Aloysius Gonzaga (Eds).
Palembang: Kompas.
Robianto, Agung. Pola Tidur Yang Baik Akan Menghasilkan Performa Atlet Yang
Maksimal. 05-05-2011 http://images.kifunji.multiply.multiplycontent.com/.
Satiadarma, Monty. (2000). Dasar-Dasar Psikologi Olahraga. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Webpage:
http://www.koni.or.id/index.php/section/sports.
http://www.wismaindonesia.com/id/facilities/.
http://en.beijing2008.cn/cptvenues/venues/headlines/n214262207.shtml
http://www.waspada.co.id/index.php/index.php?option=com_content&view=art
icle&id=122410:pentingnya-istirahat-siang&catid=54:gaya-hidup&Itemid=84
http://www.singapore2010.sg/public/sg2010/en/en_venues/en_yov.html
http://www.london2012.com/games/venues/athletes-village.php.