t
B
t
X
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................
DAFTAR ISI...............
GLOSARIUM......................................
BAB I PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI.......
B. PRASYARAT........
D. TUJUAN AKHIR.......
BAB II PEMELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR 1: PENGERTIAN DIGITAL............................................
a. Tujuan pemelajaran.........................................
b. Uraian materi.................................
c. Tugas...........................
17
d. Kunci jawaban........................
19
21
a. Tujuan pemelajaran.........................................
21
b. Uraian materi.................................
21
c. Tugas...........................
41
d. Kunci jawaban........................
41
43
a. Tujuan pemelajaran.........................................
43
b. Uraian materi.................................
43
c. Tugas...........................
59
d. Kunci jawaban........................
60
e. Lembar Kerja..........................
63
67
a. Tujuan pemelajaran.........................................
67
b. Uraian materi.................................
67
c. Tugas...........................
73
d. Kunci jawaban........................
73
e. Lembar Kerja..........................
75
81
a. Tujuan pemelajaran.........................................
81
b. Uraian materi.................................
81
c. Tugas...........................
91
d. Kunci jawaban........................
91
e. Lembar Kerja..........................
92
94
a. Tujuan pemelajaran.........................................
94
b. Uraian materi.................................
94
c. Tugas..........................
103
d. Kunci jawaban........................
103
105
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
106
TINGKAT I
SMP &
yang
sederajad
Kesker
MDTD
TINGKAT II
TINGKAT III
MISS
MIHT
MSPT
MRP
LULUS
SMK
Keterangan:
Kesker
MDTD
MISS
MIHT
MRP
MSPT
GLOSARIUM
Istilah
Binary
Keterangan
Pengkodean angka tau huruf alfabet ke dalam simbol 0
dan 1
Merupakan singkatan dari Binary Digit. Sebuah bit atau
Bit
Clock
Decoder
Counter
digital
yang
berfungsi
Encoder
Flip-Flop
Register
Digit
Multivibrator
elektronik
yang
digunakan
untuk
Shift Register
sirkuit
register
dimana
informasi
dapat
bergeser
(digeserkan)
BAB. I PENDAHULUAN
DISKRIPSI JUDUL
Menerapkan Dasar dasar Teknik Digital merupakan modul teori dan praktikum yang
berisi tentang sistem bilangan, gerbang Logika Dasar, rangkaian Clock, Flip-Flop,
Shift Register, Counter, Decoder yang digunakan untuk mendasari dasar teori pada
Program keahlian Teknik Audio
menggunakan system elektronika digital. Modul ini terdiri dari 5 kegiatan belajar yaitu
kegiatan belajar 1, menjelaskan tentang Pengertian Digital, kegiatan belajar 2,
menjelaskan tentang sistem bilangan, kegiatan belajar 3, menjelaskan tentang
gerbang logika dasar yang terdiri dari tabel kebenaran, rangkaian listrik. Kegiatan
belajar 4, menjelaskan tentang flip plop. Kegiatan Belejar 5, menjelaskan rangkaian
Clock yang berfungsi untuk pembentuk pulsa gelombang kotak (pulsa lonceng),
counter dan decoder. Kegiatan belajar 6, menjelaskan tentang register. Dengan
menguasai modul ini, diharapkan peserta diklat dapat menerapkan prinsip Dasar
dasar Teknik Degital dalam bidang Teknik Audio Video.
PRASYARAT
Untuk melaksanakan modul Menerapkan Dasar dasar Teknik Digital memerlukan
syarat yang harus dimiliki oleh peserta diklat, yaitu:
a) Peserta telah memahami penggunaan catu daya (Regulator Power Supply)
b) Peserta diklat telah memahami elektronika dasar.
c) Peserta diklat telah memahami penggunaan digital Pulser (Logic Probe)
d) Peserta diklat telah memahami penggunaan Multimeter (AVO Meter)
e) Peserta diklat telah memahami system penjumlahan dan pengurangan
bilangan desimal
TUJUAN AKHIR
Peserta diklat dapat memahami prinsip kerja beberapa rangkaian Elektronika Digital
Dasar yang meliputi:
1. Sistem Bilangan
2. Gerbang AND, OR, NOT, NAND, NOR, EX-OR, dan EX-NOR
3. Rangkaian Flip-Flop
4. Rangkaian Clock
5. Rangkaian Decoder dan Counter
6. Rangkaian Shift Register
10
BAB. II PEMBELAJARAN
Kegiatan Belajar 1
Pengertian Digital
Tujuan Khusus Pembelajaran
Peserta harus dapat:
Menyebutkan definisi besaran analog
Menyebutkan definisi besaran digital
Menggambarkan keadaan logika
Pengertian Dasar
Apakah yang dimaksud dengan "digital"?. Suatu pertanyaan yang logis dari para
pembaca
Digital.
Untuk menjawab pertanyaan diatas akan lebih mudah dipahami kalau kita ulas
tentang perbedaan antara besaran analog dengan besaran digital. Sebagai
gambaran sementara kita dapat melihat jam
tampilannya ditentukan oleh jarum penunjuk yang gerakannya selalu berubah secara
kontinyu, jam seperti ini dapat disebut jam analog. Disisi lain kita juga melihat jam
yang tampilannya berupa angka-angka, hal seperti ini dapat dikatakan jam digital.
11
1.1
Besaran Analog
Pada sistim analog sinyal keluarannya berubah setiap sa'at secara kontinyu sesuai
dengan sinyal masukannya, sebagai contoh pengaruh temperatur terhadap tegangan
seperti (gambar 1.1) dibawah ini.
V ,A
V = Sinyal Temperatur
A = Sinyal Analog
(berupa tegangan)
t
Gambar 1.1 Pengaruh temperatur terhadap tegangan
V dan A keduanya menunjukkan sinyal analog, dimana setiap titik mempunyai
perubahan yang sama.
1.2
Besaran Digital
Pada sistim digital sinyal keluarannya berupa diskrit-diskrit yang berubah secara
melompat-lompat yang tergantung dari sinyal masukannya, sebagai contoh sistim
transfer dari tegangan analog ke tegangan digital (gambar 1.2).
12
V
7
6
Sinyal Digital
5
4
Sinyal Analog
3
2
1
t
ms
13
U
V
5,5
H (High)
4 ,5
4
0 ,8
L (Low )
0
Gambar 1.4 Bentuk Tegangan Listrik
Tegangan 4,5 V - 5,5 v dapat dikatakan kondisi H (High) atau logik 1, sedangkan
tegangan 0 V - 0,8 V adalah kondisi L (Low) atau logik0,sedangkan daerah 0,8 V 4,5 V tidak di kondisikan.
1.4
Perbandingan sinyal analog dengan sinyal digital dapat diamati dari besaran
tegangan pada sumber tegangan searah
Tegangan searah berupa sinyal analog mempunyai nilai atau harga berupa besaran
tegangan yang mempunyai harga batas maksimum dan minimum misalnya + 10 volt,
sedangkan besaran tegangan searah pada sinyal digital mempunyai nilai atau harga
yang pasti, mislalnya + 10 volt, 0 volt dan - 10 volt. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
gambar rangkaian listrik dibawah ini (gambar 1.5).
+ 10 V
0V
IA = Sinyal Analog
ID = Sinyal Digital
- 10 V
14
15
1.5
Digital
Pulsa
Pulsa
50
75
25
100
120
75
Km/jam
Kecepatan ( Km/jam )
Kecepatan ( Km/jam )
8
A = ( 4, 6 )
B = ( 8, 4 )
Tempat titik-titik
0
6
Tempat titik-titik
11
12
10
3
4
8
7
Waktu
Waktu
16
Eropa
: 10 juta Km2
Asia
Afrika
Amerika
: 42 juta Km2
1.6
Luas
17
Ungkapan
Istilah umum
Biner
Ya
Tidak
High
Low
Nyala
Padam
Pulsa
Listrik/Saklar
Tegangan
Lampu
18
Latihan
Tugas 1 : Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
1. Jelaskan pengertian tentang DIGITAL
2. Sebuah sistem bila sinyal keluaran berubah-ubah setiap saat, sistem tersebut
disebut apa ? Berikan contohnya.
3. Sebutkan keadaan logika pada gambar di bawah ini :
U
V
20
10
ms
H (High)
4,5
3
2
0,8
L (Low)
0
6. Sebutkan perbedaan nilai atau harga sinyal Analog dan sinyal Digital.
7. Gambarkan perbedaan tampilan Analog dan Digital
8. Komponen apa saja yang sering digunakan pada rangkaian Digital ?
9. Sebutkan fungsi logika dari gerbang dasar yang anda ketahui.
19
Ya
Tidak
Istilah umum
Biner
Pulsa
Listrik/Saklar
Tegangan
Lampu
20
Lembar Jawaban 1
1. Digital atau sistim digital yaitu sebuah sistim yang sinyal keluarannya berupa
diskrit-diskrit
yang berubah secara melompat-lompat
serta tergantung
tergantung dari sinyal masukannya.
2. Dinamakan sistim analog, contohnya pengaruh temperatur terhadap tegangan.
3. Menunjukkan 3 kemungkinan keadaan logika, yaitu ; 20 v, 10 V
dan 0 V.
Digital
Pulsa
Pulsa
50
75
25
100
120
Kecepatan ( Km/jam )
75
Km/jam
Kecepatan ( Km/jam )
A = ( 4, 6 )
A
B
B = ( 8, 4 )
Tempat titik-titik
0
2
Tempat titik-titik
21
11
12
10
3
4
8
7
Waktu
Waktu
8. Komponen DTL (Dioda Transistor Logik), TTL (Transistor-Transistor Logik), dan
CMOS (Complementry Metal Oxide Semiconductor).
9. Gerbang dasar (Basic Gates) terdiri dari beberapa gerbang fungsi logika DAN,
ATAU, TIDAK (AND, OR, NOT Gates).
10.
Ungkapan
Istilah umum
Biner
Ya
Tidak
High
Low
Nyala
Padam
Pulsa
Listrik/Saklar
Tegangan
Lampu
22
Kegiatan Belajar 2
SISTEM BILANGAN
Tujuan Khusus Pembelajaran
Peserta harus dapat:
Menyebutkan macam macam sistem bilangan
Melakukan konversi bilangan desimal ke bilangan biner dan sebaliknya
Melakukan konversi bilangan oktal ke bilangan biner dan sebaliknya
Melakukan konversi bilangan heksadesimal ke bilangan biner dan sebaliknya
Melakukan konversi bilangan desimal ke bilangan oktal dan sebaliknya
Melakukan konversi bilangan desimal ke bilangan heksa desimal dan sebaliknya
Melakukan konversi bilangan oktal ke bilangan heksadesimal dan sebaliknya
23
yang dipergunakan dalam suatu sistim bilangan. Dengan demikian maka RADIX
suatu sistem bilangan dapat ditentukan dengan rumus R = n + 1. Dimana R = Radik
dan n = angka akhir dari sistem bilangan.
Setiap sistem bilangan mempunyai RADIX yang berbeda seperti:
-
2. Bilangan Biner
Perlu diketahui bahwa pada rangkaian digital atau rangkaian logika sistem
operasinya menggunakan prinsip adanya dua kondisi yang pasti yaitu:
a. Logika 1 atau 0
b. Ya atau Tidak
c. High atau Low
d. True (benar) atau False (salah)
e. Terang atau Gelap
Kondisi-kondisi tersebut dapat dilukiskan sebagai saklar yang sedang menutup (on)
dan saklar yang sedang terbuka (off). Metode bilangan yang sesuai dengan prinip
kerja dari saklar tersebut adalah penerapan bilangan biner atau dalam bahasa
asingnya binary number. Pada bilangan biner jumlah digitnya adalah dua yaitu 0
dan 1, sedangkan untuk sistim bilangan lainnya adalah seperti berikut ini:
-
Bilangan hexadesimal: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F
Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa bobot bilangan dari suatu sistim bilangan
tergantung dari letak susunan digitnya atau disebut juga harga tempat.
Harga tempat dari bilangan desimal adalah:
Dst. --------- 10.000
10n ---------
104
1.000
100
10
103
102
101
10
24
Berdasarkan harga tempat diatas, maka kita dapat menentukan bobot bilangan dari
suatu sistem bilangan tertentu. Sebagai contoh misalnya bilangan desimal 4567 atau
ditulis (4567)10 mempunyai bobot bilangan sebagai berikut:
Dst.
--------- 10.000
1.000
100
---------
4 x 103
5 x 102
10
6 x 101
7 x 10
Biner
28
27
26
25
24
23
22
21
20
Desimal
256
128
64
32
16
Perlu diketahui bahwa angka biner yang dipergunakan dalam sistim bilangan biner
disebut BIT (Binary Digit). Sebagai contoh misalnya: 101 = 3 BIT, 1101 = 4 BIT, dan
11010 = 5 BIT
BILANGAN
BILANGAN
BINER
DESIMAL
1 1
10
11
25
BILANGAN
BILANGAN
BINER
DESIMAL
12
1 0
13
14
1 1
15
Dari tabel diatas terlihat bahwa angka 1 bilangan biner akan bertambah besar apabila
bergeser kekiri. Dengan demikian digit paling kiri merupakan angka satuan yang
terbesar dan digit paling kanan merupakan angka satuan terkecil.
Bilangan biner
(1101)2
Bilangan oktal
(142)8
Bilangan desimal
(96)10
Bilangan hexadesimal
(2B)16
28
27
26
25
24
23
22
21
20
Desimal
256
128
64
32
16
Biner
= (29)10
26
Biner
28
27
26
25
24
23
22
21
20
Desimal
256
128
64
32
16
+ 16 +
0 +
4 +
0 +
25 + 24 +
0 +
22 +
0 +
20
(53)10 =
32
Jadi (53)10
= (110101)2
Cara kedua:
Dengan membagi 2 terus menerus sampai sisanya menjadi 0 atau 1 dan
pembacaannya mulai dari bawah.
53/2 = 26 sisa 1
26/2 = 13 sisa 0
13/2 =
6 sisa 1
6/2 =
3 sisa 0
3/2 =
1 sisa 1
1/2 =
0 sisa 1
27
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 selanjutnya 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, selanjutnya 20, 21, 22,
23, 24, 25, 26, 27 selanjutnya 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37 dan seterusnya.
Sama halnya dengan bilangan biner dan bilangan desimal, bilangan oktal mempunyai
harga tempat seperti dibawah ini:
Oktal
84
83
Desimal
4096 512
82
81
80
64
Kalikan masing-masing digit dari bilangan oktal sesuai dengan harga tempatnya
Penyelesaian:
Oktal
82
81
80
Desimal
64
2
0
4
2
82
81
80
Desimal
64
28
sisa 6
84/8 = 10
sisa 4
10/8 = 1
sisa 2
1/8 = 0
3.3
Untuk merubah bilangan oktal menjadi bilangan biner dapat dilakukan dengan cara
merubah setiap angka dari bilangan oktal menjadi bilangan biner 3 bit.
Contoh: Rubahlah bilangan oktal (65)8 menjadi bilangan biner
Penyelesaian:
(65)8
6 = (110)2
5 = (101)2
Untuk merubah bilangan biner menjadi bilangan oktal dapat dilakukan dengan cara
mengelompokkan bilangan biner 3 bit mulai dari sebelah kanan, kemudian kelompok
tiga bit tersebut diubah kedalam bilangan dasan.
Contoh: Rubahlah bilangan biner (101110111)2 menjadi bilangan oktal
Penyelesaian:
(101110111)2 =
Bilangan Hexadesimal
29
(A)16 = (10)2
(D)16 = (13)10
(B)16 = (11)2
(E)16 = (14)10
(C)16 = (12)2
(F)16 = (15)10
Seperti juga halnya dengan sistem bilangan lainnya, maka sistem bilangan
hexadesimal juga mempunyai harga tempat seperti dibawah ini.
Hexadesimal
163
162
Desimal
4096 256
161
160
16
Urutan bilangan hexadesimal dan bilangan lainnya adalah seperti dibawah ini.
Persamaan bilangan
4.1
Hexsadesimal Desimal
Oktal
Biner
0001
0010
0011
0100
0101
0110
0111
10
1000
11
1001
10
12
1010
11
13
1011
12
14
1100
13
15
1101
14
16
1110
15
17
1111
Untuk merubah bilangan hexadesimal menjadi bilangan biner dapat ditempuh dengan
cara merubah setiap digit dari bilangan hexadesimal menjadi bilangan biner 4 bit,
30
= (D)16
= (D5)16
(2)16
= (0010)2
(B)16 = (1011)2
Hasilnya adalah (2B)16 = (0010 1011)2
MENERAPKAN DASAR DASAR TEKNIK DIGITAL
31
Selanjutnya bilangan biner (0010 1011)2 dirubah dalam bentuk bilangan desimal =
(43)10
Soal diatas juga dapat diselesaikan dengan menggunakan harga tempat.
Hexadesimal
163
162
161
160
Desimal
4096
256
16
= (2x16) + (11x1)
= 32 + 11
= 43
= 0
0 + 1
= 1
1 + 0
= 1
1 + 1
= 0 / + 1 sebagai carry
1 + 1 + 1 = 1 / + 1 sebagai carry
Seperti cara penjumlahan bilangan desimal yang kita kenal sehari-hari, penjumlahan
bilangan biner juga harus selalu memperhatikan carry ( sisa ) dari hasil penjumlahan
pada tempat yang lebih rendah.
Contoh
Data A = 1 0 0 1 1 0 1 0
dan data B = 0 1 0 0 1 0 0 1
akan
dijumlahkan ,
Data A = 1 0 0 1 1 0 1 0
15410
Data B = 0 1 0 0 1 0 0 1
carry
7310
1 1
A + B = 1 1 1 0 0 0 1 1
MENERAPKAN DASAR DASAR TEKNIK DIGITAL
22710
32
Dalam contoh di atas, telah dilakukan penjumlahan 8 bit tanpa carry, sehingga hasil
penjumlahnya masih berupa 8 bit data. Untuk contoh di bawah akan dilakukan
penjumlahan 8 bit yang menghasilkan carry.
Contoh
Data A = 1 0 0 1 1 0 1 0
dan data B = 1 1 1 0 0 0 1 1
akan
dijumlahkan ,
Data A =
1 0 0 1 1 0 1 0
= 15410
Data B =
1 1 1 0 1 0 1 1
= 22710
carry
A + B = 1
1
0 1 1 1 1 1 0 1
= 38110
Hasil penjumlahan di atas menjadi 9 bit data, sehingga untuk 8 bit data, hasil
penjumlahannya bukan merupakan jumlah 8 bit data A dan B tetapi bit yang ke-8 (
dihitung mulai dari 0 ) atau yang disebut carry juga harus diperhatikan. sebagai hasil
penjumlahan.
Penjumlahan Bilangan Oktal
Proses penjumlahan bilangan oktal sama seperti proses penjumlahan bilangan
desimal. Sisa akan timbul / terjadi jika jumlahnya telah melebihi 7 pada setiap tempat.
Contoh
a. Bilangan Oktal A = 2328 dan bilangan Oktal B = 1118 akan dijumlahkan
, Bilangan Oktal A = 2 3 28
Bilangan Oktal B = 1 1 18
= 15410
=
7310
carry
Hasil A + B = 3 4 38
= 22710
2 3 28
= 15410
Bilangan Oktal B =
6 6 78
= 43910
carry
111
Hasil A + B = 1 1 2 18
= 59310
33
B =
= 9 A16
= 15410
Bilangan Heksadesimal
= 4 316
= D D16
= 22110
6710
carry
Hasil A + B
b. Bilangan Heksadesimal
B =
E 816
= 23210
Bilangan Heksadesimal
9 A16
= 15410
carry
11
Hasil A + B
= 1 8 216
= 38610
2. Pengurangan Bilangan
Pengurangan Bilangan Biner
Pada pengurangan bilangan biner berlaku aturan seperti di bawah ini,
0 - 0
= 0
0 - 1
= 1 / - 1 sebagai borrow
1 - 0
= 1
1 - 1
= 0
0 - 1 - 1
= 0 / - 1 sebagai borrow
1 - 1 - 1
= 1 / - 1 sebagai borrow
Pada pengurangan jika bilangan yang dikurangi lebih kecil dari pada bilangan
pengurangnya maka dilakukan peminjaman ( borrow ) pada tempat yang lebih tinggi.
34
Contoh
Data A = 1 0 0 1 1 0 1 0
dan data B =
0 1 0 0 1 0 0 1
akan dikurangkan ,
Data A =
1 0 0 1 1 0 1 0
= 15410
Data B =
0 1 0 0 1 0 0 1
7310
borrow
8110
Hasil A - B = 0 1 0 1 0 0 0 1
dan data B =
0 10 0 1 0 0 1
akan
dikurangkan ,
Data B dikomplemen
Data
B =
0 1 0 0 1 0 0 1
Komplemen satu
B =
1 0 1 1 0 1 1 0
Data
A =
1 0 0 1 1 0 1 0
Komplemen satu
B =
1 0 1 1 0 1 1 0
Pengurangan
Langkah Pertama
Hasil
Sementara A + B
=1 0 1 0 1 0 0 0 0
Hasil Sementara
Sisa ( Carry )
35
Langkah Kedua
Karena menghasilkan sisa ( carry ) 1( high ), maka dapat disimpulkan bahwa hasil
pengurangannya adalah bilangan Positip yang artinya bahwa pengurang lebih kecil
dibandingkan dengan yang dikurangi. Jika dilakukan pengecakan dari hasil
pengurangan ( hasil sementara ), maka hasil di atas kurang 1 (satu) dibandingkan
dengan hasil yang seharusnya ( 010100002 = 8010 ). Untuk mengoreksi hasil
pengurangan tersebut maka hasil sementara ditambah dengan 1 sehingga hasil yang
dimaksud menjadi,
Hasil Sementara =
0 1 0 1 0 0 0 0
1
Hasil A B =
0 1 0 1 0 0 0 1
8110
Cara di atas tidak berlaku jika hasil pengurangan adalah bilangan negatip yang
artinya bahwa carry-nya 0 ( low ). Untuk dapat melakukan proses pengurangan yang
dimaksud lihat contoh di bawah ini.
Contoh
Data A dikurangi dengan data B ( Bilangan pengurang lebih besar dari pada
bilangan yang dikurangi ),
Data A =
0 1 0 0 1 0 0 1
7310
Data B =
1 0 0 1 1 0 1 0
15410
Data B dikomplemen
Data
B =
1 0 0 1 1 0 1 0
Komplemen satu
B =
0 1 1 0 0 1 0 1
Pengurangan
Langkah Pertama
Data
A =
0 1 0 0 1 0 0 1
Komplemen satu
B =
0 1 1 0 0 1 0 1
Hasil
Sementara A + B
= 0 1 0 1 0 1 1 1 0
Hasil sementara
Sisa ( Carry )
MENERAPKAN DASAR DASAR TEKNIK DIGITAL
36
Langkah Kedua
Pada tempat sisa ( carry ) berlogika 0 ( low ), maka dapat disimpulkan bahwa hasil
pengurangannya adalah bilangan Negatip yang artinya bahwa pengurang lebih besar
dibandingkan dengan yang dikurangi. Hasil setelah melalui proses komplemen
berupa bilangan positip, sedangkan tanda negatip harus kita tambahkan ( karena
sisa 0 ), dan jika diteruskan diperoleh,
Hasil Sementara =
1 0 1 0 1 1 1 0
Komplemen Satu
0 1 0 1 0 0 0 1
0 1 0 1 0 0 0 1
Hasil
0 1 0 1 0 0 0 1
8110
Mengoreksi hasil seperti cara diatas dapat dihindari dengan menggunakan cara
menggunakan Twos Complement atau Zweierkomplement atau Komplemen
Dua. Komplemen Dua didapatkan dari Komplemen Satu ditambah dengan 1.
Contoh
Data
A =
0 1 0 0 1 0 0 1
Komplemen Satu
A =
1 0 1 1 0 1 1 0
Komplement Dua
1 0 1 1 0 1 1 1
1 0 0 1 1 0 1 0
Data B =
0 1 0 0 1 0 0 1
Data B dikomplemen
Data
B =
0 1 0 0 1 0 0 1
Komplemen satu
B =
1 0 1 1 0 1 1 0
Komplemen Dua ( B + 1 )
1 0 1 1 0 1 1 1
37
Pengurangan
Data A
1 0 0 1 1 0 1 0
Komplemen Dua ( A + 1 )
1 0 1 1 0 1 1 1
Hasil
= 1
0 1 0 1 0 0 0 1
Pada Carry berlogika 1 yang berarti bahwa hasil pengurangan tersebut adalah
bilangan positip, sedangkan 8 bit berikutnya tanpa harus mengalami perubahan
adalah hasil pengurangannya.
Contoh
Kurangkan data A dan data b di bawah ini,
Data A =
0 1 0 0 1 0 0 1
Data B =
1 0 0 1 1 0 1 0
Data B dikomplemen
Data
B =
1 0 0 1 1 0 1 0
Komplemen satu
B =
0 1 1 0 0 1 0 1
Komplemen Dua ( B + 1 )
0 1 1 0 0 1 1 0
Pengurangan
Data A
0 1 0 0 1 0 0 1
Komplemen Dua ( B + 1 )
0 1 1 0 0 1 1 0
Hasil
1 0 1 0 1 1 1 1
Pada tempat sisa ( carry ) berlogika 0 ( low ), maka dapat disimpulkan bahwa hasil
pengurangannya adalah bilangan Negatip dan harus dikoreksi. Dengan jalan megKomplemen Dua-kan sekali lagi hasil pengurangannya dan menambahkan tanda
negatip
38
Hasil
1 0 1 0 1 1 1 1
Komplemen Satu
0 1 0 1 0 0 0 0
1
Komplemen Dua
0 1 0 1 0 0 0 1
Bilangan
0 1 0 1 0 0 0 1 =
8110
bilangan positipnya.
Contoh
Bilangan Biner
Komplemen Dua ( A + 1 )
Bilangan Biner
Komplemen Dua ( B + 1 )
Bilangan Biner
Komplemen Dua ( C + 1 )
A =
0 1 0 0 1 0 0 1
+ 7310
1 0 1 1 0 1 1 1
- 7310
B =
0 1 1 1 1 1 1 1
+ 12710
1 0 0 0 0 0 0 1
- 12710
C =
0 0 0 0 0 0 0 1
+ 110
1 1 1 1 1 1 1 1
- 110
dan
pembagian
memanfatkan
proses
penambahan
dan
proses
39
Contoh
Bilangan desimal A = 49 dikalikan dengan bilangan desimal B = 103, dapat
diselesaikan dengan cara seperti di bawah ini,
A x B = 5047
49 x 103
147
00
49
5047
Contoh
Bilangan biner A = 110001 dikalikan dengan bilangan biner B = 1100111, dapat
diselesaikan seperti di bawah ini,
A x B = 1001110110111
110001 x 1100111
110001
110001
110001
000000
000000
110001
110001
1001110110111
Untuk bilangan biner pengalinya hanya berharga 0 atau 1, oleh karena itu perkalian
bilangan biner hanya memerlukan operasi penjumlahan dan operasi geseran.
40
= 12
156 : 13
= 12
13
26
26
0
Contoh
Bilangan biner A = 10011100 dibagi dengan bilangan biner B = 1101, dapat
diselesaikan seperti di bawah ini,
10011100 : 1101 = 1100
1101
01101
1101
000000
Contoh
Bilangan biner A = 110000,001 dibagi dengan bilangan biner B = 101, dapat
diselesaikan seperti di bawah ini,
41
110000,001 : 101
= 1001,101
101
1000
101
110
101
101
101
42
Lembar Kerja
Tugas 1
1. Sebutkan yang termasuk bilangan desimal!
2. 11001(2) = .............(10)
3. 36(10) = .............(2)
4. 110101
(2)
= .............(8)
5. 1101101011(2) = .............(16)
6. 11001(2) + 10001(2) =..................(2)
7. 1110 (2) - 1001(2) =..................(2)
8. 110 (2) x 101(2) =..................(2)
Lembar Jawaban
1. Bilangan desimal terdiri dari 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
2. 11001(2) = .............(10)
(11001)2 = (1x24) + (1x23) + (0x22) + (0x21) + (1x20)
= 16+8+0+0+1
= (25)10
3. 36(10) = .............(2)
36/2 = 18
sisa 0
18/2 = 9
sisa 0
9/2 =
sisa 1
4/2 =
sisa 0
2/2 =
sisa 1
1/2 =
sisa 1
(110 101)2
6
5
Jadi 110101(2) = 65 (8)
43
5. 1101101011(2) = .............(16)
1101101011 (2) =
1 1 0 0 1
Data B =
1 0 0 0 1
carry
A + B =
1
1 0 1 0 1 0
1 0 1 0
Data B =
1 0 0 1
borrow
A - B =
1
0 0 0 1
44
Kegiatan Belajar 3
Operasi Logika
Tujuan Khusus Pembelajaran
Peserta harus dapat:
Menyebutkan pernyataan logika gerbang AND, OR dan NOT
Menggambarkan simbol logika gerbang AND, OR dan NOT
Membuat persamaan rangkaian listrik dari gerbang AND, OR , NOT,NAND,NOR
Membuat diagram pulsa dari gerbang AND, OR , NOT,NAND,NOR
Menyebutkan pernyataan logika gerbang EXOR,EXNOR, INHIBIT-A, INHIBIT-B
Membuat tabel kebenaran dari gerbang AND, OR , NOT,NAND,NOR,
EXOR,EXNOR, INHIBIT-A, INHIBIT-B
Menyebutkan pernyataan logika gerbang IMPLIKASI-A,IMPLIKASI-B
Menggambarkan simbol logika gerbang IMPLIKASI-A,IMPLIKASI-B
Realisasi teknik pada rangkaiain logika berhubungan erat dengan 5 macam sifat
penjabaran dan penggambaran, dimanan ke 5 sifat tersebut adalah :
Simbol logika
Tabel kebenaran
Fungsi logika
Diagram pulsa
1. Gerbang Dasar
Gerbang dasar logika terdiri dari 3 macam gerbang, yaitu : gerbang DAN (AND),
gerbang ATAU (OR) dan gerbang Tidak (NOT).
45
1.1.
Simbol Logika
Standar IEC
USA
A
Simbol Lain
X
Tabel Kebenaran
B
Fungsi Logika :
X=AB
Diagram Pulsa
A
t
B
t
X
46
X
B
1.2
Simbol Logika
Standar IEC
A
B
>1
=
USA
X
A
B
Simbol Lain
X
A
B
47
Tabel Kebenaran
B
Fungsi Logika :
X=AB
Diagram Pulsa
A
t
B
t
X
X
B
48
1.3
Simbol Logika
Standar IEC
USA
Simbol Lain
X
Tabel Kebenaran
A
Fungsi Logika :
X= A
Diagram Pulsa
A
t
X
49
2. Gerbang Kombinasi
Gerbang kombinasi dibentuk dari kombinasi antar gerbang dasar, diantaranya adalah
gerbang TIDAK DAN ( NAND ), gerbang TIDAK ATAU ( NOR ), gerbang
ANTIVALEN ( EX-OR ), gerbang AQUVALEN ( EX-NOR ), gerbang INHIBIT dan
gerbang IMPLIKASI
Simbol Logika
Standar IEC
A
B
USA
A
Simbol Lain
A
50
Tabel Kebenaran
B
Fungsi Logika :
X=AB
Diagram Pulsa
A
t
B
t
X
X
B
51
Simbol Logika
Standar IEC
A
B
USA
>1
=
Simbol Lain
A
A
B
>1
=
Tabel Kebenaran
B
Fungsi Logika
X=AB
52
Diagram Pulsa
A
t
B
t
X
X
B
Simbol Logika
Standar IEC
A
B
=1
USA
X
A
B
Simbol Lain
A
53
Tabel Kebenaran
B
1
>1
=
Fungsi Logika :
X=(AB) (AB)
54
Diagram Pulsa
A
t
B
t
X
55
2.4
Simbol Logika
Standar IEC
USA
Simbol Lain
A
Tabel Kebenaran
B
1
1
>1
=
56
Fungsi Logika :
X=(AB) (AB)
Diagram Pulsa
A
t
B
t
X
57
3.1
Simbol Logika
Standar IEC
A
B
C
Fungsi Logika :
X=ABC
Tabel Kebenaran
C
58
Alternatif Pembentukan
Sebuah gerbang AND dengan tiga variabel masukan dapat dibangun dengan dua
buah gerbang dasar seperti terlihat pada (gambar 2.55).
A
B
X=(AB)C
Simbol Logika
Standar IEC
A
B
C
D
>1
=
Fungsi Logika :
X=ABCD
Tabel Kebenaran
D
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
59
Alternatif Pembentukan
Sebuah gerbang OR dengan empat variabel masukan dapat dibangun dengan tiga
buah gerbang dasar seperti terlihat pada (gambar 2.58).
A
C
D
>1
=
>1
=
>1
=
X=( AB) ( C D )
60
Latihan
Tugas 2:
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar
1. Sebutkan 5 macam sifat penjabaran dan penggambaran untuk merealisasikan
rangkaian logika.
2. Bagaimanakah bunyi pernyataan logika dari gerbang AND, OR, NOT.
3. Gambarkan simbol logika dari gerbang AND, OR, NOT standar IEC.
4. Tuliskan fungsi logika dari gerbang AND, OR, NOT.
5. Bagaimanakah bunyi pernyataan logika dari gerbang NAND, NOR.
6. Gambarkan simbol logika dari gerbang NAND, NOR standar IEC.
7. Tuliskan fungsi logika dari gerbang NAND, NOR.
8. Diagram pulsa dari gerbang apakah gambar berikut ini:
A
t
B
t
X
X
B
61
Lembar jawaban
1. Untuk merealisasikan rangkaian logika ,setidaknya ada 5 macam sifat
penjabaran dan penggambaranyang harus kita ketahui yaitu:
Simbol logika
Tabel kebenaran
Fungsi logika
Diagram pulsa
Rangkaian persamaan listrik
2. Pernyataan Logika dari gerbang :
AND: Apabila semua masukan berlogik 1, maka keluarannya akan berlogik
1, dan hanya jika salah satu masukanya berlogik 0, maka keluaranya
akan berlogik 0.
OR
A
>
=1
NOT
X
62
AND :
X=A B
OR :
X =A V B
NOT :
X=A
NOR
X
A
B
>1
=
NOR
X=A B
X =A V B
8.
9.
63
64
Lembar Kerja
GERBANG LOGIKA DASAR
Alat dan bahan:
1. Power supply 5 volt DC
1buah
1buah
1buah
1buah
1buah
1buah
1buah
1buah
9. Jumper
secukupnya
2. Perhatikan tanda pada gambar di bawah untuk menetapkan kaki IC secara tepat.
65
Tabel 1
INPUT OUTPUT
A
B
Y
0
0
0
1
1
0
1
1
Gambar 1
A
7. Ulangi langkah kerja 4 dan 5 untuk rangkaian gerbang logika yang lain.
OR gate
66
Tabel 2
INPUT OUTPUT
A
B
Y
0
0
0
1
1
0
1
1
NOT gate
Tabel 3
INPUT OUTPUT
A
Y
01
NAND gate
Tabel 4
INPUT OUTPUT
A
B
Y
0
0
0
1
1
0
1
1
NOR gate
Tabel 5
INPUT
OUTPUT
A
B
Y
0
0
0
1
1
0
1
1
Ex-OR gate
Tabel 6
INPUT OUTPUT
A
B
Y
0
0
0
1
1
0
1
1
Gambar 2
A
B
Y
Gambar 3
A
Y
Gambar 4
A
B
Y
Gambar 5
A
B
Y
Gambar 6
A
B
67
Ex-NOR gate
Tabel 7
INPUT OUTPUT
A
B
Y
0
0
0
1
1
0
1
1
Gambar 7
A
B
Y
8. Buatlah kesimpulan dan laporan dari hasil praktek yang telah dilakukan!
68
Kegiatan Belajar 4
Flip - Flop
a. Tujuan Pemelajaran
1. Mampu mengaplikasikan konsep-konsep sistem digital menjadi rangkaian flip-flop
2. Menjelaskan prinsip kerja macam-macam rangkaian flip-flop dengan benar
3. Menjelaskan fungsi rangkaian flip-flop
b. Uraian Materi
Flip-flop adalah keluarga Multivibrator yang mempunyai dua keadaaan stabil atau
disebut Bistobil Multivibrator. Rangkaian flip-flop mempunyai sifat sekuensial karena
sistem kerjanya diatur dengan jam atau pulsa, yaitu sistem-sistem tersebut bekerja
secara sinkron dengan deretan pulsa berperiode T yang disebut jam sistem (System
Clock atau disingkat menjadi CK). Seperti yang ditunjukkan dalam gambar 1:
Berbeda dengan uraian materi sebelumnya yang bekerja atas dasar gerbang logika
dan logika kombinasi, keluarannya pada saat tertentu hanya tergantung pada hargaharga masukan pada saat yang sama. Sistem seperti ini dinamakan tidak memiliki
memori. Disamping itu bahwa sistem tersebut menghafal hubungan fungsional antara
variabel keluaran dan variabel masukan.
Sedangkan fungsi rangkaian flip-flop
69
1.
1.
RS Flip-Flop
2.
CRS Flip-Flop
3.
D Flip-Flop
4.
T Flip-Flop
5.
J-K Flip-Flop
RS Flip-Flop
70
Tabel Kebenaran:
Keterangan
Terlarang
Stabil II
Terlarang
Set
(memasang)
Stabil I
Reset
(melepas)
Kondisi
1
Qn
Qn
memori
(mengingat)
Yang dimaksud kondisi terlarang yaitu keadaaan yang tidak diperbolehkan kondisi
output Q sama dengan Q not yaitu pada saat S=0 dan R=0.
Yang dimaksud dengan kondisi memori yaitu saat S=1 dan R=1, output Q dan Qnot
akan menghasilkan perbedaan yaitu jika Q=0 maka Qnot=1 atau sebaliknya jika Q=1
maka Q not =0.
2.
CRS Flip-Flop
71
Tabel kebenarannya:
Qn +1
Qn
terlarang
Keterangan:
Qn = Sebelum CK
Qn +1 = Sesudah CK
CRS Flip-flop adalah clocked RS-FF yang dilengkapi dengan sebuah terminal pulsa
clock. Pulsa clock ini berfungsi mengatur keadaan Set dan Reset. Bila pulsa clock
berlogik 0, maka perubahan logik pada input R dan S tidak akan mengakibatkan
perubahan pada output Q dan Qnot. Akan tetapi apabila pulsa clock berlogik 1, maka
perubahan pada input R dan S dapat mengakibatkan perubahan pada output Q dan
Q not.
3.
D Flip-Flop
D flip-flop adalah RS flip-flop yang ditambah dengan suatu inventer pada reset
inputnya. Sifat dari D flip-flop adalah bila input D (Data) dan pulsa clock berlogik 1,
maka output Q akan berlogik 1 dan bilamana input D berlogik 0, maka D flip-flop akan
berada pada keadaan reset atau output Q berlogik 0.
Gambar 4. D flip-flop
72
Tabel Kebenaran:
4.
Qn+1
T Flip-Flop
Gambar 5. T flip-flop
Tabel Kebenaran:
Rangkaian T flip-flop atau Togle flip-flop dapat dibentuk dari modifikasi clocked
RSFF, DFF maupun JKFF. TFF mempunyai sebuah terminal input T dan dua buah
MENERAPKAN DASAR DASAR TEKNIK DIGITAL
73
terminal output Q dan Qnot. TFF banyak digunakan pada rangkaian Counter,
frekuensi deviden dan sebagainya.
5.
J-K Flip-Flop
Gambar 6. JK FF
Tabel Kebenaran:
Qn+1
Keterangan
Qn
Mengingat
Reset
Set
Qn
Togle
(strep)
74
Latihan
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!
1. Sebutkan jenis jenis flip flop!
2. Gambarkan simbol dari RS flip flop!
3. Buatlah tabel kebenaran dari JK flip flop
4. Gambarkan simbol dari D flip flop!
5. Buatlah tabel kebenaran dari T flip flop
Lembar Jawaban
1. Macam - macam Flip-Flop:
1. RS Flip-Flop
2. CRS Flip-Flop
3. D Flip-Flop
4. T Flip-Flop
5. J-K Flip-Flop
2. RS flip flop
Qn+1
Keterangan
Qn
Mengingat
Reset
Set
Qn
Togle
(strep)
75
4. D flip flop
76
Lembar Kerja
RS FF , CRS FF DAN D FF DENGAN GERBANG-GERBANG NAND
Alat dan bahan:
1. IC SN 7400
: 2 buah
2. IC SN 7473
: 2 buah
3. LED
: 2 buah
4. R : 220 : 2 buah
5. Multimeter
6. Catu daya 5 Volt
7. Breadboard
8. Kabel penghubung secukupnya
Gambar rangkaian
1. R-S Flip-flop
2. C-RS Flip-Flop
3. D Flip Flop
77
4. IC SN 7400
6. T FF Induk hamba
Langkah kerja:
Merakit RS FF
1. Buatlah rangkaian RS FF seperti pada gambar rangkaian diatas.
2. Masukkanlah tegangan +5V pada kaki 14 dan ground pada kaki 7.
3. Masukkan input logik pada input-input R dan S seperti pada tabel dibawah ini.
Dan masukan hasil pengamatan ini ke dalam tabel I.
78
TABEL I
INPUT
OUTPUT
Qnot
4. Ulangi percobaan ini beberapa kali sampai dapat memahami sifat dan cara kerja
rangkaian RS FF.
Merakit Clock
1. Buatlah C-RS FF seperti pada gambar rangkaian diatas.
2. Masukkanlah tegangan +5V pada kaki 14 dan ground pada kaki 7.
3. Masukanlah input logik pada input R, S dan Clock seperti pada tabel II, dan
kemudian catat keadaan outputnya dan masukanlah hasilnya ke dalam tabel II
berikut:
TABEL II
INPUT
OUTPUT
Qnot
79
4. Ulangilah percobaan ini beberapa kali sampai dapat memahami sifat dan cara
kerja C-RS FF dengan gerbang NAND.
Merakit D FF
1. Buatlah rangkaian D FF seperti pada gambar rangkaian diatas.
2. Masukkanlah tegangan +5V pada kaki 14 dan ground pada kaki 7.
3. Masukkan input logik pada input D dan Clock, lalu amatilah keadaan outputnya
dan catatlah hasilnya ke dalam tabel III.
TABEL III
INPUT
OUTPUT
Clock
Qnot
4. Ulangi percobaan ini beberapa kali sampai dapat memahami sifat dan cara kerja
rangkaian D flip-flop dengan gerbang NAND.
Kesimpulan
Apakah kesimpulan dari percobaan ini?
80
JK Flip-Flop
1. Buatlah rangkaian JK FF seperti pada gambar diatas.
2. Masukan tegangan +5 V pada kaki 4 dan ground pada kaki 11.
3. Berikan keadaan logik pada input J, K dan Clock. Lalu amatilah keadaan
outputnya dan catat hasilnya pada tabel I.
4. Ulangi percobaan ini beberapa kali sampai dapat memahami sifat dan cara kerja
rangkaian JK FF induk hamba.
Tabel I
INPUT
OUTPUT
JA
KA
ClockA
QA
INPUT
QAnot
OUTPUT
JB
KB
ClockB
QB
Qbnot
81
T Flip-Flop
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar diatas.
2. Masukan tegangan +5 V pada kaki 4 dan ground pada kaki 11.
3. Berikan input logik pada input T, lalu amati dan catat keadaan outputnya pada
tabel II berikut ini:
Tabel II
INPUT
T (Togle)
OUTPUT
Q
Qnot
0
1
0
1
0
1
0
1
82
Kegiatan Belajar 5
1. Rangkaian Clock
Rangakaian clock berfungsi untuk pembentuk/membangkitkan pulsa/gelombang
kotak
secara
terus-menerus
dan
rangkaian
ini
tidak
mempunyai
kondisi
4
R
2
D
TRIG
555
3
Vout
U7
VCC
TH
CTL
GND
1
RA
7
6
RB
5
C
0.01uF
Gambar 1
83
Bila egangan C sudah turun sedikit sebesar + (Vcc/3) maka keluaran menjadi
tinggi.
Pewaktu IC 555 mempunyai tegangan yang naik dan turun secara exponensial.
Keluarannya berbentuk gelombang segi empat. Karena tetapan waktu pengisian lebih
lama daripada tetapan waktu pengosonngan, maka keluarannya tidak simetri.
Keadaan keluaran yang tinggi lebih lama dari keadaan keluaran yang rendah. Untuk
dapat menentukan ketidak simetrian sesuatu pulsa keluaran yang dihasilkan oleh
rangkaian multivibrator jenis astabil ini dipergunakan suatu siklus kerja yang
dirumuskan sebagai berikut:
W = 0.693 (RA + Rb ).C
t = 0.693 . Rb. C
T =W+t
Dimana : W = lebar pulsa ; T = waktu periode
Besarnya frekuensi ditentukan oleh
F=
1
( dimana T = detik ; F = Hertz )
T
2. Rangkaian Counter
Counters
(pencacah)
adalah
alat/rangkaian
digital
yang
berfungsi
84
Dapat berjalan terus (free running) ataukah dapat berhenti sendiri (seIf stopping)
Ada dua macam pencacah yaitu pencacah sinkron dan asinkron. Pencacah sinkron
terdiri dari 4 macam yaitu:
-
Untuk
mengubah
sinyal
analog
menjadi
digital
(Analog
to
Digital
85
= 1/2n x F in
Rangkaian berikut merupakan pencacah maju tak sinkron yang menggunakan 4 buah
JK-FF:
QA(LSB)
1
2
3
AQ
1
2
CLK
K
QB
1
2
CLK
K BQ
QC
CQ
1
2
CLK
K
QD(MSB)
CLK
K DQ
Output flip-flop yang pertama (QA) akan berguling (menjadi 0 atau 1) setiap
pulsa clock pada sisi negatif/trailing edge atau dari kondisi 1 ke 0.
Output flip-flop yang lainnya akan berguling bila dan hanya bila output flipflop sebelumnya berganti kondisi dari 1 ke 0 (sisi negatif/trailing edge) juga.
Clock
QA
QB
QC
QD
86
Dari diagram waktu diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa QA berguling setiap kali
pulsa clock pada sisi negatifnya. QB berguling setiap kali sisi negatif dari QA. QC
berguling setiap kali sisi negatif dari QB dan QD bergulingan setiap kali sisi negatif
dari QC.
Dan karena masing-masing flip-flop berfungsi sebagai pembagi dua, maka frekuensi
masing-masing outpunya adalah:
QA = frekuensi sinyal clock.
QB = frekuensi QA = frekuensi sinyal clock.
QC = frekuensi QB = 1/8 frekuensi sinyal clock.
QD = frekuensi QC = 1/16 frekuensi sinyal clock.
Dengan demikian didapat suatu pembagi 2n = 16 (n = banyaknya flip-flop), yaitu
dengan melihat frekuensi output flip-flop terakhir.
Dari diagram waktu diatas dapat dibuat tabel kebenaran sebagai berikut:
Clock
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
QD (MSB)
QC
QB
QA (LSB)
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
Desimal
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
87
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
Pecacah diatas dapat mencacah dari bilangan buner 0000 sampai dengan 1111 (dari
0 sampai 15 desimal). Pencacah tersebut merupkan pencacah 16 modulus (modulo
16 counters).
b. Pencacah mundur tak sinkron
Dari pencacah maju dapat kita buat menjadi pencacah mundur dengan cara yang
dibaca bukan keluaran Q melainkan keluaran Qnot atau dengan cara output Qnot
sebagai masukan clock pada flip-flop berikutnya. Gambar rangkaiannya adalah
sebagai berikut:
88
QA(LSB)
1
Clock
2
3
1
2
CLK
K
QB
AQ
CLK
K
QC
BQ
QD(MSB)
1
2
CLK
CQ
CLK
K
DQ
Atau
QA(LSB)
1
Clock
2
3
AQ
1
2
CLK
K
QB
BQ
CLK
K
QC
QD(MSB)
1
2
CLK
CQ
CLK
K
DQ
QA
QB
QC
QD
Selanjutnya dari diagram waktu tersebut dapat dibuat tabel kebenaran seperti
berikut:
Clock
QD
QC
QB
QA
Desimal
15
14
13
12
11
10
10
89
Clock
QD
QC
QB
QA
Desimal
11
12
13
14
15
16
15
Pecacah diatas dapat mencacah mundur dari bilangan biner 1111 sampai dengan
0000 (atau 15 s/d 0 dasan).
3. Rangkaian Decoder
Dalam suatu sistem digital instruksi-instruksi maupun bilangan-bilangan dikirim
dengan deretan pulsa atau tingkatan-tingkatan biner. Misalnya jika kita menyediakan
karakter 4 bit untuk pengiriman instruksi maka jumlah instruksi berbeda yang dapat
dibuat adalah 24=16. Informasi ini diberi kode atau sandi biner. Dipihak lain seringkali
timbul kebutuhan akan suatu saklar multi posisi yang dapat dioperasikan sesuai
dengan kode tersebut. Dengan kata lain untuk masing-masing dari 16 saluran hanya
1 saluran yang dieksitasi pada setiap saat. Proses untuk identifikasi suatu kode
tertentu ini disebut pendekodean atau Decoding. Sistem BCD (Binary Code Decimal)
menterjemahkan Bilanganbilangan decimal dengan menggantikan setipa digit
decimal menjadi 4 bit biner. Mengingat 4 digit biner dapat dibuat 16 kombinasi, maka
10 diantaranya dapat digunakan untuk menyatakan digit decimal 0 sampai 9. Dengan
ini kita memiliki pilihan kode BCD yang luas. Salah satu pilihan yang disebut kode
8421. Sebagai contoh, bilangan decimal 264 memerlukan 3 gugus yang masingmasing terdiri dari 4 bit biner yang berturut-turut dari kiri (MSB) ke kanan (LSB)
sebagai berikut: 0010 0110 0100 (BCD).
Pendekode (decoder) BCD ke decimal umpamakan kita ingin mendekode suatu
instruksi BCD yang diungkapkan oleh suatu digit decimal 5. Opeasi ini dapat
dilaksanakan dengan suatu gerbang AND 4 masukan yang dieksitasi oleh 4 bit BCD.
90
C
D
Perhatikan gambar, keluaran gerbang AND = 1 jika masukan BCD adalah 0101 dan
sama dengan untuk instruksi masukan yang lain. Karena kode ini merupakan
representasi bilangan decimal 5 maka keluaran ini dinamakan saluran atau jalur 5.
Sehingga keluaran decoder ini harus dihubungkan dengan peralatan yang dapat
dibaca dan dimengerti manusia.
Jenis-jenis rangkaian decoder
a. BCD to & 7segment Decoder
a
a
MSB
7447
C
Input
b
g
B
e
A
f
LSB
g
Kombinasi masukan biner dari jalan masukan akan diterjemahkan oleh decoder,
sehingga akan membentuk kombinasi nyala LED peraga (7 segment LED), yang
sesuai kombinasi masukan biner tersebut. Sebagai contoh, Jika masukan biner
DCBA = 0001, maka decoder akan memilih jalur keluaran mana yang akan diaktifkan.
Dalam hal ini saluran b dan c diaktifkan sehingga lampu LED b dan C menyala dan
menandakan angka 1.
b. Decoder BCD ke decimal
Keluarannya dihubungkan dengan tabung indikator angka. Sehingga kombinasi
angka biner akan menghidupkan lampu indikator angka yang sesuai. Sebagai contoh
D = C = B = 0 , A= 1, akan menghidupkan lampu indikator angka 1. Lampu indikator
yang menyala akan sesuai dengan angka biner dalam jalan masuk.
91
9
8
7
MSB
D
7442
C
B
5
4
Tabungan
angka
3
LSB
2
1
0
Tabel dekoder
INPUT
OUTPUT
92
Latihan
Jawablah pertanyaan pertanyaan dibawah ini dengan benar!
1. Jelaskan fungsi dari rangkaian clock!
2. Gambarkan contoh rangakaian clock!
3. Jelaskan cara kerja rangkaian clock!
4. Sebutkan jenis jenis dari pencacah!
5. Buatlah tabel dari dekoder!
Lembar Jawaban
1. Rangakaian clock berfungsi untuk pembentuk/membangkitkan pulsa/gelombang
kotak secara terus-menerus dan rangkaian ini tidak mempunyai kondisi
stabil/setimbang.
2.
+VCC
R
2
D
TRIG
555
3
Vout
U7
VCC
TH
CTL
GND
1
RA
7
6
RB
5
C
0.01uF
Gambar 1
(pencacah)
adalah
alat/rangkaian
digital
yang
berfungsi
93
OUTPUT
94
Keselamatan kerja:
1. Selalu berhati-hati dalam membuat rangkaian, agar tidak terjadi kesalaha
hubungan.
2. Meneliti terlebih dahulu melakukan percobaan.
3. Menggunakan catu daya yang sesuai untuk setiap percobaan.
4. Menanyakan kepada instruktur bila mengalami kesulitan.
JOBSHEET CLOCK (ASTABIL MULTIVIBRATOR)
Langkah kerja:
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Susunlah rangkaian seperti gambar berikut:
VCC=6V
4
R
220
D
TRIG
555
3
U7
VCC
TH
CTL
GND
1
10k
7
6
10k
5
4.7uF
0.1uF
3. Hubungkan catu daya 5 volt DC, kemudian amatilah apa yang terjadi pada LED
(pin 3 sebagai output).
4. Amatilah dengan CRO untuk bentuk gelombang pada pin 3 dan pin 6
5. Gambarlah bentuk gelombang tersebut dan catat harga W dan T dalam satuan
detik, serta harga amplitudo dalam satuan Vpp.
6. Ulangilah percobaan ini dengan menggantikan kondensator C yang lain,
kemudian melaksanakan langkah 4 dan 5.
7. Kembalikanlah peralatan dan bahan ke tempat semula.
8. Buatkan laporan lengkap dengan kesimpulannya, berdasaarkan hasil praktek.
95
Kegiatan Belajar 6
Register
a. Tujuan Pemelajaran
1. Dapat menganalisa dan menggunakan rangkaian Register
2. Menyebutkan macam-macam register dengan benar
3. Menyebutkan fungsi dan kegiatan Register
4. Menggambarkan macam-macam Register
5. Menjelaskan prinsip kerja macam-macam register
b. Uraian Materi
Register adalah sekelompok flip-flop yang dapat dipakai untuk menyimpan dan untuk
mengolah informasi dalam bentuk linier.
Ada 2 jenis utama Register yaitu:
1. Storage Register (register penyimpan)
2. Shift Register (register geser)
Register penyimpan (Storage Register) digunakan apabila kita hendak menyimpan
informasi untuk sementara, sebelum informasi itu dibawa ke tempat lain. Banyaknya
kata/bit yang dapat disimpan, tergantung dari banyaknya flip-flop dalam register.
Satu flip-flop dapat menyimpan satu bit. Bila kita hendak menyimpan informasi 4 bit
maka kita butuhkan 4 flip-flop.
Contoh: Register yang mengingat bilangan duaan (biner): 1101 terbaca pada
keluaran Q.
96
Shift Register adalah suatu register dimana informasi dapat bergeser (digeserkan).
Dalam register geser flip-flop saling dikoneksi, sehingga isinya dapat digeserkan dari
satu flip-flop ke flip-flop yang lain, kekiri atau kekanan atas perintah denyut lonceng
(Clock).
Dalam alat ukur digit, register dipakai untuk mengingat data yang sedang ditampilkan.
Ada 4 Shift Register yaitu:
1. SISO (Serial Input Serial Output)
Gambar Register SISO yang menggunakan JK FF
Q1
Q2
Q3
Q4
Word in (SI)
1
2
3
Clock
CLK
K
FF1
CLK
K
FF2
CLK
K
CLK
K
FF3
FF4
Prinsip kerja:
Informasi/data dimasukan melalui word in dan akan dikeluarkan jika ada
denyut lonceng berlalu dari 1 ke 0. Karena jalan keluarnya flip-flop satu
dihubungkan kepada jalan masuk flip-flop berikutnya, maka informasi didalam
register akan digrser ke kanan selama tebing dari denyut lonceng (Clock).
Clock
Word
ke
in
Q1
Q2
Q3
Q4
97
Geser Kiri
Rangkaian ini untuk mengaktifkan geser kanan/kiri yang ditentukan oleh SC.
Jika SC=1, maka akan mengaktifkan SLR. Jika SC=0, maka akan
mengaktifkan SRR. Gambar rangkaian selengkapnya adalah sebagai berikut:
Serial out
1
2
Clock
CLK
DFF1
1
2
CLK
DFF2
1
2
CLK
DFF3
1
2
Serial out
CLK
DFF4
Serial in
Serial in
SRR
SLR
SC
Keterangan:
Jika SC=0,maka input geser kanan akan aktif. Keluaran NAND diumpamakan
ke input DFF1 dan setelah denyut lonceng berlaku (saat tebing depan), maka
informasi diteruskan ke output Q1. Dan output Q1 terhubung langsung
keoutput DFF2 berikutnya sehingga dengan proses ini terjadi pergeseran ke
kanan.
98
Clock
Input
Q1
Q2
Q3
Q4
ke
Informasi digit digeser kekanan setiap ada perubahan pulsa clock tebing atas.
Geser kanan berfungsi sebagai operasi aritmatika yaitu pembagi dua untuk
tiap-tiap flip-flop.
Jika SC = 1 , maka akan mengaktifkan input geser kiri. Output NAND masuk
ke input D-FF4 dan setelah diberi pulsa clock informasi dikeluarkan melalui Q4
dan keluaran Q4 dihubungkan ke input D-FF3, keluaran D-FF3 dimasukan ke
D-FF berikutnya, sehingga dengan demikian terjadi pergeseran informasi bit ke
arah kiri.
TABEL KEBENARAN (jika input 1101)
Clock
Input
Q1
Q2
Q3
Q4
ke
Register geser kiri berfungsi sebagai operasi aritmatika yaitu sebagai pengali
dua untuk tiap-tiap flip-flop.
MENERAPKAN DASAR DASAR TEKNIK DIGITAL
99
1
2
Clock
1
2
CLK
DFF1
1
2
CLK
DFF2
1
2
CLK
DFF3
CLK
DFF4
Read Out
Cara kerja:
Masukan-masukan data secara deret akan dikeluarkan oleh D-FF setelah
masukan denyut lonceng dari 0 ke 1. Keluaran data/informasi serial akan
dapat dibaca secara paralel setelah diberikan satu komando (Read Out). Bila
dijalan masuk Read Out diberi logik 0, maka semua keluaran AND adalah 0
dan bila Read Out diberi logik 1, maka pintu-pintu AND menghubung
langsungkan sinyal-sinyal yang ada di Q masing-masing flip-flop.
Contoh: Bila masukan data 1101
TABEL KEBENARANNYA:
Read Out
Clock
Q1
Input
Q3
Q4
Q2
100
1
0
QC
DFF2
1
2
QB
DFF2
3
1
2
CLK
QA
DFF2
3
1
2
CLK
DFF2
3
1
2
CLK
CLK
Reset
Clock
D3
D2
D1
D0
Cara kerja:
Sebelum dimasuki data rangkaian direset dulu agar keluaran Q semuanya 0.
Setelah itu data dimasukkan secara paralel pada input D-FF dan data akan
diloloskan keluar secara paralel setelah flip-flop mendapat pulsa clock dari 0
ke 1.
Contoh:
TABEL KEBENARAN:
Clock
0
1
D1
D2
D3 D4
1
QB
0
1
1
QD
QC
QA
0
0
1
101
Data
load
DFF2
1
2
CLK
DFF2
3
1
2
DFF2
3
CLK
1
2
CLK
DFF2
3
1
2
Serial
Out
CLK
Clock
Rangkaian diatas merupakan register geser dengan panjang kata 4 bit. Semua
jalan masuk clock dihubungkan jajar. Data-data yang ada di A, B, C, D
dimasukkan ke flip-flop secara serempak, apabila dijalan masuk Data Load
diberi logik 1.
Cara Kerja:
102
Jika Data Load = 1, maka semua input paralel akan dilewatkan oleh NAND.
Misal jalan masuk A=1, maka pintu NAND 1 mengeluarkan 0 adapun pintu
NAND 2 mengeluarkan 1. Dengan demikian flip-flop diset sehingga menjadi
Q=1. Karena flip-flop yang lainpun dihubungkan dengan cara yang sama,
maka mereka juga mengoper informasi pada saat Data Load diberi logik 1.
Setelah informasi berada didalam register, Data Load diberi logik 0. Informasi
akan dapat dikeluarkan dari register dengan
lonceng, denyut-demi denyut keluar deret/seri. Untuk keperluan ini jalan masuk
D dihubungkan kepada keluaran Q.
Ada juga register yang dapat digunakan sebagai Shift register SISO maupun
PIPO dengan bantuan suatu control sbb:
Preset
Data
jajar
Reset
Input Control
(IC)
Data
IC
Preset
Reset
103
Preset
4
Data Paralel
Reset
5
Input Control
Data
Seri
D
C
QC
QB
QA
Q
R
Clock
C
R
C
R
C
R
R
IC
D3
D2
D1
D0
Catatan:
Jika IC=0, maka input yang dimasukan ke D0, D1, D2, D3 tidak mempengaruhi
keadaan output QA, QB, QC, QD tetapi yang mempengaruhinya adalah data
yang dimasukkan ke input D-FF secara serial, maka pada kondisi ini rangkaian
akan bekerja senagai register geser SISO.
Jika IC=1, maka input yang dimasukkan ke gate D seri tidak akan
mempengaruhi output, tetapi output dipengaruhi oleh data paralel (D0, D1, D2,
D3).
Input dimasukkan secara serempak dan keluaran ditunjukkan secara
serempak begitu pulsa clock berguling dari 1 ke 0, maka pada kondisi ini
rangkaian akan bekerja sebagai registeer geser PIPO.
104
Latihan
Jawablah Pertanyaan dibawah ini dengan benar!
1. Jelaskan yang dimaksud dengan register!
2. Sebutkan jenis jenis register!
3. Bagaimana gambar shift register SISO!
4. Jelaskan cara kerja register geser SIPO!
5. Jelaskan cara kerja register geser PIPO!
6. Jelaskan yang dimaksud dengan register shift PISO!
Lembar Jawaban
1. Register adalah sekelompok flip-flop yang dapat dipakai untuk menyimpan dan
untuk mengolah informasi dalam bentuk linier.
2. Ada 2 jenis utama Register yaitu:
-
Word in (SI)
1
2
3
Clock
1
2
CLK
K
Q2
FF1
1
2
CLK
K
Q3
FF2
1.
FF3
1
2
CLK
K
Q4
CLK
K
FF4
105
5. Cara kerja:
Sebelum dimasuki data rangkaian direset dulu agar keluaran Q semuanya 0.
Setelah itu data dimasukkan secara paralel pada input D-FF dan data akan
diloloskan keluar secara paralel setelah flip-flop mendapat pulsa clock dari 0 ke 1.
6. Register geser PISO adalah register geser dengan masukan data secara paralel
dan dikeluarkan secara deret/serial.
106
BAB IV
PENUTUP
Setelah menyelesaikan modul ini, maka Anda berhak untuk mengikuti tes praktik
untuk menguji kompetensi yang telah dipelajari. Dan apabila Anda dinyatakan
memenuhi syarat kelulusan dari hasil evalusi dalam modul ini, maka Anda berhak
untuk melanjutkan ke topik/modul berikutnya. Mintalah pada pengajar/instruktur untuk
melakukan uji kompetensi dengan sistem penilaiannya dilakukan langsung dari pihak
dunia industri atau asosiasi profesi yang berkompeten apabila Anda telah
menyelesaikan suatu kompetensi tertentu.
107
Daftar Pustaka
1. Amir Asrizal Drs, Teknik Digital , PPPGT Malang, Malang 2000
2. Suheryanto, SPd, Modul Digital Dasar dan Mikroprosesor Tarakan, 2010
3. Pitono Joko, Dasar Dasar Bilangan Komponen dan Rangkaian PPPGT
Malang, Malang 2000
4. Imam S dan Asrizal Dasar Dasar Digital , PPPGT Malang, Malang 2000
5. Suheryanto, S.Pd, Jobsheet
108