(Tikno)
53
Intisari
Banjir merupakan suatu peristiwa hidrologi yang kadang sulit diprediksi kejadiannya
dan sering mendatangkan kerugian. Metode penelusuran banjir (metode
muskingum) telah banyak digunakan oleh ahli-ahli hidrologi untuk melakukan
pengendalian banjir. Tulisan ini merupakan kajian penerapan metode penelusuran
banjir di Sungai Ciliwung pada ruas Depok hingga Manggarai. Hasil perhitungan
nilai-nilai konstanta dan koefisien sebagai berikut : x = -0.002; K = 6 jam; C0 =
0.1443; C1 = 0.1409 dan C3 = 0.7147. Nilai K = 6 jam berarti bahwa waktu
perjalanan puncak gelombang banjir dari Depok menuju Manggarai adalah sekitar 6
jam
Abstract
Flood is the hydrological event and the event occurrence was very difficult to predict
and usually detriment. Flood routing (Muskingum method) has been applying for the
effort of flood control. This paper described the study of application of flood routing
using Muskingum method in Ciliwung River at Depok through Manggarai section.
Calculated result of constantan and coefficients value were: x =-0.002; K = 6 hours;
C0 = 0.1443; C1 = 0.1409 and C3 = 0.7147. The K value equal 6 hours indicated
that travel time of the center mass of flood wave from Depok to Manggarai is 6
hours.
Kata kunci : Flood routing, Muskingum method, travel time
1. PENDAHULUAN
Dalam waktu terakhir ini sekitar bulan Januari
dan Februari 2002 banyak terjadi bencana banjir di
mana -mana. Kejadian banjir saat itu dapat
dikategorikan sebagai bencana alam besar dan
sebaran kejadiannya meliputi beberapa lokasi. Di
Pulau Sumatra meliputi: Medan, Riau dan beberapa
lokasi lainnya sedangkan di Pulau Jawa meliputi :
Jabotabek, Krawang, Situbondo, Pekalongan,
Bondowoso, dan di beberapa tempat lainnya dalam
skala yang lebih kecil.
Banjir yang terjadi saat itu disebabkan oleh
beberapa sumber seperti : tingginya curah hujan
yang berlangsung dalam durasi lama, sehingga
menyebabkan banyak genangan air di wilayah
perkotaan. Selain itu banjir disebabkan oleh
meluapnya sungai-sungai utama yang melalui
daerah pemukiman dan perkotaan, akibat intensitas
curah hujan yang tinggi di daerah hulu atau sering
disebut sebagai banjir ba ndang atau kiriman.
1. Peneliti UPT Hujan Buatan, BPP Teknologi
Email: sunu@bppt.go.id
54
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 3, No. 1, 2002: 53-61
2. PENULUSURAN BANJIR
(FLOOD ROUTING)
Penelusuran banjir dapat juga di artikan
sebagai penyelidikan perjalanan banjir (flood
tracing).yang didefinisikan sebagai upaya prakiraan
corak banjir pada bagian hilir berdasarkan corak
banjir di daerah hulu (sumbernya). Oleh karena itu
dalam kajian hidrologi penelusuran banjir (flood
routing) dan penyelidikan banjir (flood tracing)
digunakan
untuk
peramalan
banjir
dan
pengendalian banjir.
Untuk melakukan analisis penelusuran banjir
dihitung dengan menggunakan persamaan kinetik
dan persamaan seri. Akan tetapi cara ini adalah
perhitungan yang sangat sulit dan sangat lama
dikerjakan. Oleh karena itu untuk keperluan praktekpraktek perhitungan hidrologi digunakan cara
perhitungan yang lebih sederhana yaitu dengan
metode
perhitungan
persamaan
seri
dan
persamaan penampungan. Salah satu cara /
metode yang biasanya digunakan adalah metode
Muskingum (Sosrodarsono dan Takeda, 1980).
Penelusuran banjir dapat diterapkan atau
dilakukan melalui / lewat dua bentuk kondisi
hidrologi, yaitu lewat palung sungai dan waduk.
Penelusuran banjir lewat waduk hasil yang
diperoleh dapat lebih eksak (akurat) karena
penampungannya adalah fungsi langsung dari
aliran keluar (outflow) . Dalam kajian ini penelusuran
banjir dilakukan lewat palung sungai.
3. METODE PENELITIAN
3.1.
Data
22:00
0:00
2:00
4:00
6:00
8:00
10:00
12:00
14:00
16:00
18:00
20:00
22:00
0:00
2:00
4:00
6:00
8:00
10:00
12:00
14:00
16:00
18:00
20:00
22:00
0:00
2:00
10- 2- 99
11- 2- 99
12- 2- 99
22.15
25.48
29.69
35.23
38.32
44.33
50.63
57.20
75.97
96.45
80.94
68.73
59.45
50.63
48.50
49.35
61.73
72.08
65.43
59.45
55.86
52.79
50.63
49.35
48.50
47.66
46.40
35.06
35.69
36.60
37.30
36.74
37.86
38.28
38.49
38.98
39.40
40.03
40.66
41.27
42.39
45.57
47.28
47.90
48.45
48.79
48.24
47.70
46.78
44.05
42.81
48.31
47.70
47.70
1.5
(H + 0.22)
dan di pos Manggarai : 31.5 (H +
0.88
0.12)
, Hasil tabulasi selengkapnya disajikan
pada Tabel 1. Sungai Ciliwung dipilih berdasarkan
pemikiran bahwa luapan aliran sungai Ciliwung
sering menyebabkan banjir, khususnya di bantaran
sungai Ciliwung dan beberapa lokasi di wilayah
DKI Jakarta yang mendatangkan kerugian material
dan non material cukup besar. Sehingga hasil
kajian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
masukan dalam perencanaan dan pengendalian
bajir di wilayah DKI Jakarta.
3.2.
Metode Muskingum
(1)
dimana :
I=
debit yang masuk ke dalam permulaan bagian
memanjang palung sungai yang ditinjau
3
(bagian hulu) (m /det)
D = debit yang keluar dari akhir bagian
memanjang palung sungai yang ditinjau
(bagian hilir) (m3/det)
S = besarnya tampungan (storage) dalam bagian
memanjang palung sungai yang ditinjau (m 3).
dt = periode penelusuran (detik, jam atau hari)
Untuk selang waktu t, maka persamaan di atas
berubah menjadi :
I = (I1 + I2)/2
D = (D1 + D2)/2
55
(3)
dimana :
x=
konstanta tak bersatuan dari ruas sungai
K=
konstanta storage yang berdimensi waktu
Nilai x dan K harus dicari dari data pengamatan
hidrograf I dan D yang diukur dari dua tempat lokasi
pengukuran, dalam hal ini hidrograf I diperoleh dari
pos pengukuran Depok dan hidrograf D diperoleh
dari
pos
pengukuran
Manggarai.
Menurut
Sosrodarsono dan Takeda (1980) berdasarkan
praktek dan pengalaman bahwa nilai x untuk
sungai-sungai alam berkisar antara 0 sampai 0.50.
Akan tetapi makin curam kemiringannya, makin
besar harga x itu. Biasanya harga x terletak antara
0.10 dan 0.30. Kadang-kadang harga x bernilai
negatip.
Untuk mendapatkan nilai konstanta x dan K
harus ditempuh melalui beberapa tahapan. Secara
umum urutan tahapan yang ditempuh untuk
mendapatkan nilai x dan K adalah sebagai berikut
(Wilson, 1974) :
Seperti terlihat pada Gambar 1 menunjukkan
secara simultan inflow (I) dan outflow (D) dari suatu
ruas sungai. Selama I > D, air memasuki storage
dalam ruas sungai tersebut dan apabila I < D, maka
air meninggalkan (keluar) dari storage tersebut.
dS = S2 S1
Sehingga persamaan (1) menjadi :
(I1 + I2)/2 - (D1 + D2)/2 = S2 S1
(2)
56
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 3, No. 1, 2002: 53-61
(4)
(5)
D2 = CO I 2 + C1 I 1 + C2 D1
(6)
dimana :
CO = (Kx-0.5t) / (K-Kx+0.5t)
C1 = (Kx +0.5t) / (K-Kx+0.5t)
C2 = (K-Kx-0.5t) / (K-Kx+0.5t)
(7)
(8)
(9)
CO + C1 + C2 = 0
(10)
X=0.1
X=0.3
X=-0.002
0.8582
0.6401
0.9063
51
xI+(1-x)D m3/det
49
47
45
43
m
41
39
n
37
0
25
50
75
57
100 125 150 175 200 225 250 275 300 325
Kumulatif Storage (m3 1/12 hari)
58
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 3, No. 1, 2002: 53-61
Debit (m3/det)
150
140
130
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
10
29/1
2
6
1/2
10
14
18
22
2
2/2
10
14
I (Depok)
18
22
D (Mgr)
2
3/2
Gambar 6. Hubungan antara inflow (I) di Depok dengan prakiraan outflow (D) di Manggarai.
59
Waktu
Tgl
(jam)
(Depok)
I
3
(m /det)
10.00
59.45
24.00
59.45
1/2/02
2.00
75.97
4.00
112.84
6.00
118.49
8.00
130.06
10.00
115.65
12.00
104.53
14.00
91.18
16.00
80.94
18.00
75.97
20.00
75.97
22.00
73.53
24.00
71.12
2/2/02
2.00
71.12
4.00
71.12
6.00
66.37
8.00
61.73
10.00
59.45
12.00
59.45
14.00
57.20
16.00
54.98
18.00
52.79
20.00
52.79
22.00
52.79
24.00
52.79
3/2/02
2.00
52.79
4.00
52.79
Sumber : Dinas PU DKI Jakarta
31/01/02
8.58
8.38
10.96
8.38
16.28
10.70
17.10
15.90
18.77
16.69
16.69
18.33
15.08
16.30
13.16
14.73
11.68
12.85
10.96
11.40
10.96
10.70
10.61
10.70
10.26
10.36
10.26
10.02
10.26
10.02
9.58
10.02
8.91
9.35
8.58
8.70
8.58
8.38
8.25
8.38
7.93
8.06
7.62
7.75
7.62
7.44
7.62
7.44
7.62
7.44
7.62
7.44
7.62
7.44
(Tahun 2002)dan hasil
59.45
42.49
59.44
42.48
61.82
44.19
71.17
50.87
83.86
59.94
95.40
68.18
103.20
73.75
105.13
75.14
103.02
73.63
98.16
70.15
92.52
66.13
87.79
62.75
84.06
60.08
80.70
57.68
77.96
55.72
76.00
54.32
73.91
52.83
71.08
50.80
68.08
48.66
65.61
46.89
63.52
45.40
61.39
43.88
59.24
42.34
57.40
41.02
56.08
40.08
55.13
39.40
54.46
38.92
53.98
perhitungan
60
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 3, No. 1, 2002: 53-61
Daftar Pustaka
5. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode
Muskingum,
diketahui
bahwa
nilai-nilai
konstanta dan koefisien yang digunakan dalam
perhitungan penelusuran banjir di Sungai
Ciliwung pada ruas Depok hingga Manggarai
adalah sebagai berikut : x = -0.002; K = 6 jam;
C0 = 0.1443; C1 = 0.1409 dan C3 = 0.7147.
2. Perjalanan puncak gelombang banjir dari Depok
sampai Manggarai berlangsung sekitar 6 jam.
3. Metode penelusuran banjir dengan metode
Muskingum ini dapat dijadikan sebagai
masukan dalam program Pengendalian dan
Sistem Peringatan Dini Banjir. Apalagi bila
diintegrasikan dengan peralatan pengukuran
hidrologi yang bekerja secara real time dan
DATA PENULIS
SUNU TIKNO Lahir di Yogyakarta 1958. Lulus S1 Geografi Jurusan Hidrologi UGM 1985. Bekerja di UPT
Hujan Buatan BPP Teknologi sejak 1987 sampai sekarang sebagai staf peneliti kelompok Hidrologi dan
Lingkungan. Tahun 1991 sampai 1992 sebagai Ketua Kelompok Hidrologi dan Lingkungan. Pada tahun
1992 melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana (S2) di IPB pada program Studi Pengelolaan DAS (Watershed
Management). Kursus dan pelatihan yang pernah diikuti : AMDAL A dan (GIS). Pada tahun 2001 diangkat
sebagai Peneliti Muda.
9-2-99
10- 2- 99
11- 2- 99
12- 2- 99
Jam
22:00
0:00
2:00
4:00
6:00
8:00
10:00
12:00
14:00
16:00
18:00
20:00
22:00
0:00
2:00
4:00
6:00
8:00
10:00
12:00
14:00
16:00
18:00
20:00
22:00
0:00
2:00
(m3/det)
(m3/det)
22.1
25.5
29.7
35.2
38.3
44.3
50.6
57.2
76.0
96.4
80.9
68.7
59.4
50.6
48.5
49.3
61.7
72.1
65.4
59.4
55.9
52.8
50.6
49.3
48.5
47.7
46.4
35.1
35.7
36.6
37.3
36.7
37.9
38.3
38.5
39.0
39.4
40.0
40.7
41.3
42.4
45.6
47.3
47.9
48.4
48.8
48.2
47.7
46.2
44.1
42.8
48.3
47.7
47.7
I- D
Mean
Strg
(m3/det) (1/12 m3
hari)
-12.9
-10.2
-6.9
-2.1
1.6
6.5
12.3
18.7
37.0
57.0
40.9
28.1
18.2
8.2
2.9
2.1
13.8
23.6
16.6
11.2
8.2
6.6
6.6
6.5
0.2
0.0
-1.3
-5.7
-11.6
-8.6
-4.5
-0.2
4.0
9.4
15.5
27.9
47.0
49.0
34.5
23.1
13.2
5.6
2.5
7.9
18.7
20.1
13.9
9.7
7.4
6.6
6.6
3.4
0.1
-0.7
Cumul.
X = 0.10
Strg
(1/12 m3
hari)
0.10 I
-5.7
-17.3
-25.8
-30.3
-30.6
-26.5
-17.1
-1.6
26.3
73.3
122.3
156.8
179.9
193.1
198.7
201.2
209.1
227.8
248.0
261.9
271.6
279.0
285.6
292.1
295.5
295.6
294.9
2.21
2.55
2.97
3.52
3.83
4.43
5.06
5.72
7.60
9.64
8.09
6.87
5.94
5.06
4.85
4.93
6.17
7.21
6.54
5.94
5.59
5.28
5.06
4.93
4.85
4.77
4.64
0.90 D
X = 0.30
Total
0.30 I
(m3/det)
31.55
32.12
32.94
33.57
33.07
34.08
34.45
34.64
35.08
35.46
36.03
36.59
37.15
38.15
41.01
42.55
43.11
43.60
43.91
43.42
42.93
41.56
39.65
38.53
43.48
42.93
42.93
0.70 D
X =-0.002
Total
-0.002 I
(m3/det)
33.77
34.67
35.91
37.09
36.90
38.51
39.52
40.36
42.68
45.10
44.12
43.46
43.09
43.21
45.86
47.49
49.28
50.81
50.46
49.36
48.51
46.84
44.71
43.46
48.33
47.69
47.57
6.64
7.65
8.91
10.57
11.50
13.30
15.19
17.16
22.79
28.93
24.28
20.62
17.83
15.19
14.55
14.80
18.52
21.62
19.63
17.83
16.76
15.84
15.19
14.80
14.55
14.30
13.92
24.54
24.98
25.62
26.11
25.72
26.50
26.80
26.94
27.29
27.58
28.02
28.46
28.89
29.67
31.90
33.10
33.53
33.91
34.16
33.77
33.39
32.33
30.84
29.96
33.82
33.39
33.39
1.002 D
Total
(m3/det)
31.18
32.63
34.53
36.68
37.21
39.80
41.99
44.10
50.08
56.51
52.30
49.08
46.73
44.86
46.45
47.90
52.04
55.54
53.78
51.60
50.15
48.16
46.02
44.77
48.37
47.68
47.31
-0.04
-0.05
-0.06
-0.07
-0.08
-0.09
-0.10
-0.11
-0.15
-0.19
-0.16
-0.14
-0.12
-0.10
-0.10
-0.10
-0.12
-0.14
-0.13
-0.12
-0.11
-0.11
-0.10
-0.10
-0.10
-0.10
-0.09
35.13
35.76
36.67
37.38
36.81
37.94
38.36
38.57
39.06
39.48
40.11
40.74
41.36
42.47
45.66
47.38
47.99
48.55
48.89
48.34
47.79
46.27
44.14
42.89
48.41
47.79
47.79
35.08
35.71
36.61
37.31
36.74
37.85
38.26
38.45
38.91
39.29
39.95
40.60
41.24
42.37
45.56
47.28
47.87
48.40
48.76
48.22
47.68
46.17
44.04
42.79
48.31
47.70
47.70