STATUS PASIEN
I.IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
: laki -laki
Umur
: 41 tahun
Status
: Menikah
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Alamat
: Peudawa
Pekerjaan
: Nelayan
No.CM
:1035467
Tanggal masuk
Tanggal Keluar
: Nyeri tengkuk
Keluhan Tambahan
: Disangkal
: Lemah
Anemia
: (+)
Kesadaran
: Compos Mentis
Sianosis
: (-)
Vital Sign
Dipsnoe
: (-)
Tekanan Darah
: 160/90 mmHg
Edema
: (-)
Nadi
: 90 x/menit
Ikterus
: (-)
Frekuensi Napas
: 20 x/menit
Temperatur
: 36,3 C
Telinga
Hidung
Bibir
Lidah
Tenggorokan
2. Leher
Pembesaran KGB
: (-)
Kelenjar Tyroid
: Tidak Teraba pembesaran
Tekanan Vena Jugularis : (-)
3. Axilla
: Pembesaran KGB axilla (-)
4. Toraks Depan
Inspeksi
Simetris (-), Retraksi (-)
Palpasi
Stem Fremitus
Lap. Paru Atas
Lap. Paru Tengah
Perkusi
Paru Kanan
Paru Kiri
sonor
sonor
sonor
sonor
sonor
sonor
Auskultasi
Suara Nafas Pokok
Paru Kanan
Paru Kiri
Vesikular
Vesikular
Vesikular
Vesikular
Vesikuler
Vesikuler
Suara Tambahan
Paru Kanan
Paru Kiri
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
5. Toraks Belakang
Inspeksi
Simetris (+), Retraksi (-)
Palpasi
Stem Fremitus
Lap. Paru Atas
Perkusi
Paru Kanan
Paru Kiri
sonor
sonor
sonor
sonor
sonor
Sonor
Auskultasi
Suara Nafas Pokok
Paru Kanan
Paru Kiri
Vesikular
Vesikular
Vesikular
Vesikular
Vesikuler
Vesikuler
Suara Tambahan
Paru Kanan
Paru Kiri
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
6. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas-batas jantung
Atas : ICS III
Kanan : Linea Para Sternalis Dextra
Kiri
Auskultasi
: MI >M2 A2 >A1
P2 > P1 A2 >P2
7. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Hepar
: Tympani (+)
4
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hitung Jenis
LED
Hematokrit
Bilirubin Total
Bilurubin direct
SGOT
SGPT
Alkali Fosfarase
Protein Total
Albumin
Globulin
Ureum Darah
Creatinin Darah
Uric Acid Darah
Cholesterol Total
KGDN
KGD 2 PP
KGD S
12 AGUSTUS 2014
7,0 gr/dl
6400 mm/3
176
27,7 %
+++
354,7 mg/dl
14,35 mg/dl
243 mg/dl
VI. RESUME
Seorang laki-laki 41 tahun datang ke rumah sakir umum IDI dengan keluhan nyeri
tengkuk yang dirasakan lebih kurang 1 bulan yang lalu dan memberat sebelum pasien masuk
ke rumah sakit. Nyeri tengkuk yang dirasakan menjalar hingga ke tangan kiri seperti perasaan
kebas-kebas.
Pasien juga mengeluhkan nafsu makan nya berkurang hingga ia merasa badannya
lemas, dan berat badan turun hingga 10 kg hingga pasien tampak semakin kurus.kemudian
pasien juga merasakan mual, pusing, sakit kepala, dan kulit terasa gatal-gatal.
5
Pasien juga mengaku pernah dicuci darah dan menggunakan insulin untuk diabetes.
Cuci darah terakhir kali dilakukan pasien pada pertengahan bulan tujuh tahun 2014 di
Malaysia.
Dari vital sign didapatkan tekanan darah 160/90 mmHg dan dari pemeriksaan visik
pada conjungtiva palpebra inferior anemis. Dari pemeriksaan penunjang laboratorium
didapatkan hb 7,0 gr/dl, protein total +3, kreatinin 14,35 mg/dl, ureum 354,7 mg/dl, KGDs
243 mg/dl dan CCT 4,4 ml/menit.
IX. PENATALAKSANAAN
Planing Terapi
Planing monitoring
Planing edukasi
S
O
Kebas-kebas, susah Sens : compos mentis
A
Chronic
Px:
kidney
Ureum, kreatinin,
meningkat,
disease ec urinalisa,
saat HR : 87 x/i
nefropati
T :36,5 0C
ginjal
USG
saluran
kemih.
P/F
Th /
Diet ginjal
IVFD RL
Abdomen : nyeri
tekan di bagian perut.
10
gtt/i
Inj. Ranitidine
25
mg 2x1
Glimepirid 2 mg
1x1
Alprazolam
13/080201
Chronic
0,25 mg 1x1
Planning : Pasien
terasa
kidney
dirujuk
ke
disease ec Lhokseumawe
nefropati
sakit
bahu
pada
T :36,5 0C
dilakukan
hemodialisis
untuk
RS
Th /
Abdomen :
nyeri
:168 mg/dl
Diet ginjal
IVFD RL
10
gtt/i
Inj. Ranitidine
amp /12 jam
Inj ondasetron
amp/8 jam
Captropil 25 mg
2x1
Amlodipin
25
mg 2x1
Glimepirid 2 mg
1x1
Alprazolam
0,25 mg 1x1
BAB II
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan
structural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG) dengan manifestasi :
Kelainan patologis
Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau
National
Health
and
Nutrition
Examination
Survey
(NHANES
III)
memperkirakan bahwa prevalensi penyakit ginjal kronik pada orang dewasa di amerika
serikat 11% (19,2 juta), 3,3% (5,9 juta), sudah tahap 1; 3% (5,3 juta), telah tahap 2; 4,3% (7,6
juta) sudah stadium 3; 0,2% (400.000) memiliki stadium 4; dan 0,2% (300.000) memiliki
tahap 5.
Selanjutnya, prevalensi penyakit ginjal kroniktahap 1-4 meningkat dan 10% tahun
1988-1994 menjadi 13,1% pada tahun 1999-2004 peningkatan ini sebagian disebabkan oleh
peningkatan prevalensi diabetes dan hipertensi, 2 penyebab paling umum dari penyakit ginjal
kronis. Survey perhimpunan nefrologi Indonesia menunjukkan, 12,5% dari populasi
mengalami penurunan fungsi ginjal. Secara kasar itu berarti lebih dari 25 juta penduduk.
Diseluruh dunia tahun 2005, ada 1,1 juta orang menjadi dialisis kronik.
10
Tingkat insiden ginjal stadium terakhir (ESRD) telah meningkat terus internasional
sejak tahun 1989. Amerika serikat memiliki tingkat insiden ESRD, diikuti oleh jepang.
Jepang memiliki prevalensi tertinggi perjuta penduduk, dengan amerika serikat menggambil
tempat kedua.
3.1.3 Etiologi 3.4.6
Berdasarkan data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesia Renal
Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak, yaitu
glomerulonefritis (25%), diabetes mellitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik
(10%).
Glomerulonefritis
Istilah glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang etiologinya
tidak jelas, akan tetapi secara umum memberikan gambaran histopatologitertentu pada
glomerulu.
Berdasarkan sumber terjadinya kelainan, glomerulonefritis dibedakan menjadi primer
dan sekunder. Glomerulonefritis primer bila penyakit dasarnya berasal dari ginjal itu
sendiri, sedangkan glomerulonefritis sekunder bila kelainan ginjal terjadi akibat
penyakit sistemik lain seperti diabetes mellitus, lupus eritematosus sistemik (LES),
myeloma multiple atau amiloidosis. Gambaran klinik glomerulonefritis mungkin
tanpa keluhan dan ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan urin rutin atau
keluhan ringan atau keadaan darurat medic yang harus memerlukan terapi pengganti
ginjal.
Diabetes mellitus
Diabetes mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Diabetes
melitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari akan
adanya perubahan minum yang jadi lebih banyak , buang air kecil lebih sering
ataupun berat badan menurun. Gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa
diperhatikan, sampai kemudian orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar
glukosa darahnya.
Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi di bagi menjadi 2 yaitu hipertensi esensial atau
hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder atau
yang disebut juga hipertensi renal
Ginjal polikistik
11
Polikistik berarti banyak kista. Kista itu sendiri adalah suatu rongga berdinding epitel
dan berisi cairan atau material semisolid. Pada keadaan ini ditemukannya banyak
kista-kista yang tersebar pada kedua ginjal, baik di korteks maupun di medulla. Selain
oleh karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai keadaan atau
penyakit. Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan genetic yang paling sering
ditemukan.
3.1.4 Faktor resiko 3.4.5
Factor resiko terjadinya gagal ginjal kronis adalah :
Orang tanpa factor resiko ginjal sebaiknya orang yang sudah berumur >40 tahun
12
Derajat
Penjalasan
90
ringan
60-89
sedang
30-59
berat
15-29
Gagal ginjal
Berdasarkan perjalanan klinis, gagal ginjal dapat dibagi dalam 3 stadium, yaitu :
Stadium I, dinamakan penurunan cadangan ginjal
Selama stadium ini, kreatinin serum dan kadar BUN normal, penderita asimptomatik.
Gangguan ginjal hanya dapat diketahui dengan tes pemekatankemih dan tes GFR yang
teliti.
Stadium II, dinamakan insufisiensi ginjal
Pada stadium ini dimana lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak. GFR
besarnya 25% dari normal. Kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat dari
normal. Gejala nokturia atau berkemih di malam hari sampai 700 ml dan poliuria (akibat
dari kegagalan pemekatan) mulai timbul.
Stadium III, dinamakan gagal ginjal stadium akhir
13
Sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau rusak atau hanya sekitar 200.000 nefron
saja yang masih utuh. Nilai GFR hanya 10% dari keadaan normal. Kreatinin serum dan
BUN akan meningkat dengan mencolok. Gejala-gejala karena ginjal tidak sanggup lagi
mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh, yaitu oliguria karena
kegagalan glomerulus, sindrom uremik.
3.1.6 Patofisiologi
3.5.6
Phatogenesis penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama.
Patofisiologi penyakit ginjal kronik melibatkan 2 mekanisme kerusakan : (1) merupakan
mekanisme pencetus yang spesifik sebagai penyakit yang mendasari kerusakan selanjutnya
seperti kompleks imun dan mediator inflamasi pada glomerulonefritis atau pajanan zat toksin
pada penyakit tubulus ginjal dan interstitium, (2) merupakan mekanisme kerusakan progresif,
ditandai adanya hiperfiltrasi dan hipertrofi nefron yang tersisa.
Pengurangan massa ginjal menyebabkan hipertrofi sisa nefron secara structural dan
fungsional sebagai upaya kompensasi. Hipertrofi kompensatori akibat hiperfiltrasi adaptif
diperantarai oleh penambahan tekanan kapiler dan aliran glomerulus. Proses adaptasi ini
berlangsung singkat akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang
masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif
walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis
rennin-angiotensin-aldosteron intrarenal ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya
hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas penurunan fungsi nefron. Beberapa hal juga dianggap
berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit ginjal kronik adalah albuminuria,
hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia.
Pada stadium paling dini dari penyakit gagal ginjal kronik terjadi terjadi kehilangan
daya cadang ginjal pada keadaan dimana basal LFG masih normal atau bahkan meningkat.
Kemudian secara perlahan tapi pasti akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif,
yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar
60% pasien masih belum merasakan keluhan (asimptomatik), tapi sudah terjadi peningkatan
kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai dari terjadi keluhan
pada pasien seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan berkurang, dan penurunan
berat badan. Sampai pada LFG dibawah 30% pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia
yang nyata seperti peningkatan tekanan darah, gangguan metabolism fosfor dan kalsium,
pruritus, mual, muntah, anemia dan sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi saluran
14
kemih, infeksi saluran nafas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan
keseimbangan cairan seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit
antara lain natrium dan kalium. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi
yang lebih serius dan pasien memerlukan terapi pengganti ginjal antara lain dialysis atau
transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan samapai pada stadium gagal ginjal.
mual,
Biopsy dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal
yang masih mendekati normal, dimana diagnosis non inasif tidak bias ditegakkan.
Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi,
prognosis dan mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan. Biopsy ginjal indikasi dan
kontra indakasi dilakukan pada keadaan dimana ukuran ginjal yang sudah mengecil,
ginjal polipstik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan pembekuan
darah, gagal nafas dan obesitas.
Derajat
1
LFG
(ml/mnt/1,73m2)
90
Rencana tatalaksanaan
Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi
pemburukan (progression) fungsi ginjal, memperkecil
2
3
4
5
60-89
30-59
15-29
<15
risiko kardiovaskuler
Menghambat pemburukan (progression) fungsi ginjal
Evaluasi dan terapi komplikasi
Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
Terapi pengganti ginjal
menurun sampai 20-30% normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah tidak banyak
bermamfaat.
Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada pasien
Penyakit Ginjal Kronik. Hal ini untuk mengetahui kondisi komorbid (superimposed
factors) yang dapat memperburuk keadaan pasien. Factor-faktor komorbid ini antara lain,
gangguan keseimbangan cairan, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi traktus urinarius,
obat-obat nefrotoksik, bahan radiokontras, atau peningkatan aktivitas penyakit dasarnya.
Menghambat perburukan fungsi ginjal
Factor utama penyebab perburukan fungsi ginjal adalah terjadinya hiperfiltrasi
glomerulus. Ada 2 cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus ini, yaitu :
Pembatasan asupan protein. Pembatasan asupan protein ini mulai dilakukan pada LFG
60 ml/mnt, sedangkan diatas nilai tersebut, pembatasan asupan protein tidak selalu
dianjurkan. Protein diberikan 0,6-0,8/kgBB/hari dan jumlah kalori yang diberikan
sebesar 30-35 kkal/kgBB/hari. Dibutuhkan pemantauan teratur terhadap status nutrisi
pasien. Bila terjadi malnutrisi, jumlah asupan kalori dan protein dapat ditingkatkan.
Berbeda dengan lemak dan karbohidrat, kelebihan protein tidak disimpan dalam tubuh
tapi dipecah menjadi urea dan substansi nitrogen dan ion anorganik lain, sehingga
dapat mengakibatkan gangguan klinis dan metabolic yang disebut uremia. Dengan
demikian, pembatasan asupan protein akan mengakibatkan berkurangnya sindrom
uremik. Selain itu, asupan protein yang berlebih juga akan mengakibatkan perubahan
hemodinamik ginjal berupa peningkatan aliran darah dan tekanan intraglomerulus
(intraglomerulus hyperfiltration), yang akan meningkatkan progresifitas perburukan
fungsi ginjal.
Terap farmakologis
Terapi ini digunakan untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus. Saat ini diketahui
secara luas bahwa proteinuria merupakan factor resiko terjadinya perburukan fungsi
ginjal.
Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskuler
Hal-hal yang termasuk dalam pencegahan terapi dan terapi penyakit kardiovaskuler
adalah pengendalian diabetes, pengendalian anemia dan terapi terhadap kelebihan cairan
dan gangguan keseimbangan elektrolit. Semua ini terkait dengan pencegahan dan terapi
terhadap komplikasi penyakit ginjal kronik secara keseluruhan.
Terapi pengganti ginjal
1. Dialysis
a. Hemodialisis
Indikasi hemodialisi adalah :
17
Penjelasan
LFG
t
1
2
(ml/mnt)
90
60-89
30-59
15-29
Gagal ginjal
<15
komplikasi
Tekanan darah
Hiperfosfatemia
Hipokalcemia
Anemia
Hiperparatiroid
Hipertensi
Hiperhomosistinemia
Malnutrisi
Asidosis metabolic
Cendrung
Hiperkalemia
Dislipidemia
Gagal jantung
Uremia
terjadinya hemolisis, defisiensi asam folat, penekanan sumsum tulang oleh susbtansi
uremik, proses inflamasi akut maupun kronik. Evaluasi terhadap anemia dimulai saat
kadar hemoglobin 10 g% atau hematokrit 30%, meliputi evaluasi terhadap status
besi (kadar besi serum/ serum iron, kapasitas ikat besi total / Total iron binding
capacity, ferritin
serum),
kronik. Pathogenesis asites ini tidak diketahui dengan pasti, sehingga terapi yang
diberikan tidak bias maksimal dan hasilnya kurang memuaskan.
19
Secara garis besar pembentukan asites dipengaruhi oleh beberapa faktor lokal
maupun sistemik. Adapun faktor lokal yang berperan adalah aliran darah sinusoid dan
system kapiler pembuluh darah usus. Sedangkan faktor sistemik adalah faktor yang
bertanggung jawab pada system kardiovaskular dan ginjal yang menyebabkan retensi
natrium dan air (akibat aktivasi rennin-angiotensin-aldosteron).
Pathogenesis asites pada penderita GGT dengan HD sampai sekarang masih
belum diketahui dengan pasti. Hal penting yang menyokong terbentuknya asites pada
GGT dengan HD adalah sebagai berikut :
Kelebihan cairan jangka panjang yang disertai dengan kongesti hepar sehingga
tekanan kapiler hidrostatik oleh karena kelebihan cairan dan penurunan tekanan
onkotik oleh karena hipoalbumin bersama dengan gangguan permeabilitas peritoneum
oleh karena peritoneal dialisis sebelumnya.
Perbandingan
konsentrasi
albumin
serum
dengan
albumin
asites
3.1.10 Prognosis
Faktor prognosis yang mempengaruhi meliputi komplikasi penyakit seperti anemia,
asidosis metabolic, hiperkalemia, tekanan darah yang cenderung tidak normal, edema, edema
paru, fluktuasi berat badan dan penyakit dasar batu ginjal, glomerulonefritik, hipertensi,
diabetes mellitus dan penyakit dasar lainnya. Faktor umur, jenis kelamin dan frekuensi
20
hemodialisa juga perlu dipertimbangkan sebagai sebab kematian, maka perlu diselidiki factor
yang mempengaruhi dan hubungan antar faktor kematian.
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagnosa pasien ditegakkan berdasarkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa pasien, awalnya hanya di dapatkan tanda dan gejala
dari penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yaitu berupa adanya nyeri tengkuk yang
21
menjalar ke tangan kira seperti perasaan kebas-kebas, kemudian nafsu makan menurun, berat
badan menurun, mual, pusing, sakit kepala, lemas, kulit terasa gatal-gatal dan adanya riwayat
penggunaan insulin dan obat hipertensi. Kemudian setelah di gali lagi baru di ketahui
bahwasanya pasien mengaku telah 2 kali cuci darah dalam 1 minggu (hanya 2 kali), muka
sembab, sesak saat istirahat dan saat beraktifitas, sakit diseluruh bagian perut dan muka
tampak pucat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada mata sclera ikterik dan konjungtiva
palpera inferior anemis. Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan anemia dengan hb 7,0
g/dl, ureum 354,7 mg/dl, kreatinin 14,35 mg/dl, dan glukosa urin +2, urobilinigen 0,2 eu/dl,
dan protein urin +3 yang terdapat pada pasien dengan gagal ginjal kronik.
Pasien ini digiagnosis penyakit ginjal stage 5 karan pasien memerlukan terapi
hemodialisis yang dilakukan pasien 2 kali. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini
yaitu berupa menurunkan tekanan darah dan control kadar gula darah.
BAB IV
KESIMPULAN
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak masa
nefron ginjal. Hal ini disebabkan glomerulonefritis, diabetes mellitus,hipertensi dan ginjal
22
polikistik. Factor resikon terjadinya gangguan ginjal kronik dapat berupa penderita hipertensi,
diabetes mellitus, riwayat gagal ginjal, batu saluran kemih berulang, dan kolestrol tinggi.
Gambaran klinis pasien gagala ginjal kronik meliputi :
Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus, infeksi traktus
urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi dan lain sebagainya.
Syndrome uremia, yang terdiri dari lemak, latergi, anoreksia,
mual,
7. Suharto. 2005. Penerapan model PH Cox pada Studi pasien Gagal Ginjal Kronis
dalam
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?=jiptunair-gdl-s2-2004-suharto-969-cox.
24