Anda di halaman 1dari 17

MEDAN ELEKTROMAGNETIK STATIS PADA

BAHAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Medan
Elektromagnetik
Dosen : Dr. Anto Sulaksono

Disusun Oleh :
Suci Winarsih

1406506124

Pascasarjana Fisika Murni dan Terapan

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014

BAB I
PENDAHULUAN

Bahan dielektrik adalah sejenis bahan isolator (tidak dapat mengalirkan


arus listrik) akan tetapi peka terhadap medan listrik. Bahan ini biasa digunakan
sebagai penyimpan muatan pada kapasitor. Sifat makroskopis yang biasa ditinjau
pada bahan dielektrik adalah susceptibilitas.
Saat dielektrik ditempatkan dalam medan listrik, molekul bahan (inti atom
dan elektron), akan terpolarisasi. Muatan positif bergerak searah medan listrik
sedangkan elektron bergerak berlawanan arah sehingga terjadi pengkutuban
(dipol). Secara rata-rata, medan listrik kedua dipol netral, tetapi akan dihasilkan
medan listrik di dalam dan luar bahan. Medan listrik di dalam bahan disebut
medan molekul yaitu medan listrik yang dihasilkan oleh polarisasi molekul yang
besarnya berbeda dengan medan aplikasi. Polarisasi ini merupakan tinjauan secara
mikroskopis.
Tinjauan mikroskopis ini juga berlaku pada bahan magnet. Bahan magnet
dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu bahan ferromagnetik, bahan paramagnetik,
dan bahan diamagnetik. Jika diberi medan magnet dari luar, momen dipol bahan
akan bergerak searah atau melawan arah dari medan magnet aplikasi.

BAB II
TEORI DASAR

Teori Mikroskopik Bahan


Bab ini akan membahas sifat mikroskopik dari bahan berkaitan dengan
polarisasi dan magnetisasinya. Hal ini penting karena saat bahan berada dalam
medan listrik, bahan memiliki medan listrik yang ditimbulkan oleh bahan itu
sendiri berkaitan dengan polarisasi molekul, dipol, dan polarizabilitas.

II.1.1 Medan Listrik Statis Dalam Bahan Dielektrik


Bahan dielektrik adalah sejenis bahan isolator (tidak dapat mengalirkan
arus listrik) akan tetapi peka terhadap medan listrik. Saat dielektrik ditempatkan
dalam medan listrik, molekul bahan (terdiri dari inti atom bermuatan posistif dan
elektron bermuatan negatif yang mengelilingi inti atom), keduanya akan
terpolarisasi. Muatan positif bergerak searah medan listrik sedangkan elektron
bergerak berlawanan arah sehingga terjadi pengkutuban (dipol). Secara rata-rata,
medan listrik kedua dipol netral, tetapi akan dihasilkan medan listrik di dalam dan
luar bahan.
Polarisasi bergantung pada medan listrik aplikasi yang menembus bahan
dan medan listrik yang dihasilkan oleh dielektrik itu sendiri. Derajat polarisasi
tidak hanya bergantung pada medan listrik (makroskopik), namun juga
bergantung pada sifat-sifat molekul yang membentuk bahan dielektrik tersebut
(mikroskopik). Secara makroskopik, polarisasi didefinisikan :
(1)
dengan (E) = susceptibilitas bahan.
Medan listrik dalam bahan dielektrik memiliki sifat yang sama dengan
medan listrik di ruang hampa karena medan listrik bersifat konservatif
. Perpindahan listrik di dalam bahan dapat dinyatakan dengan hukum
Gauss

. Maknanya adalah perpindahan listrik yang terjadi bergantung

pada distribusi muatan.

Keterangan:

= medan listrik

= elemen panjang
= distribusi muatan

= medan listrik perpindahan


(displacement field)

Secara mikroskopik, medan listrik yang berperan pada polarisasi molekul :


(2)
Keterangan :
= medan listrik molekul
= medan listrik primer yang dihasilkan dielektrik
= medan listrik yang tidak terpolarisasi akibat perubahan polarisasi muatan di
luar permukaan dielektrik
= medan listrik akibat perubahan polarisasi
= medan listrik akibat seluruh dipol

Medan listrik yang mengakibatkan polarisasi dari sebuah molekul


dielektrik disebut medan molekul

Jadi medan molekul adalah medan

listrik pada posisi molekul dalam dielektrik dan dihasilkan oleh seluruh sumbersumber luar dan molekul-molekul yang terpolarisasi dalam bahan dielektrik,
kecuali oleh satu molekul pada titik yang ditinjau.
Jika bidang muka pelat lebih besar dibandingkan dengan tebal pelat, maka
(3)
Medan tak-terpolarisasi dihasilkan oleh dua pelat sejajar dengan rapat muatan
Karena

, maka :
(4)

Komponen normal dari perpindahan listrik D adalah kontinu di batas antara


vakum-dielektrik, dan

di dalam vakum di luar pelat dielektrik,

maka medan listrik dalam dielektrik secara makroskopik :


(5)
3

Sehingga hubungan antara medan molekul dan medan listrik makroskopik


adalah :
(6)

II.1.1.1 Molekul Polar


Molekul dielektrik diklasifikasikan menjadi molekul polar dan nonpolar.
Molekul polar memiliki momen dipol permanen, bahkan jika medan polarisasi
= 0. Jika berada pada medan listrik yang kuat, semua dipol akan searah
dengan medan listrik aplikasi dan polarisasi maksimal

. Contoh molekul

polar adalah H2O.


Berdasarkan statistik Boltzmann, peluang untuk menemukan molekul pada
keadaan energi tertentu sebanding dengan e-W/kT. Dengan
. Sehingga

merupakan komponen dari

, dengan komponen tegak

lurusnya nol. Polarisasi rata-rata dirumuskan sebagai berikut yang dikenal dengan
Langevin formula :
(7)

Diestimasi x=pE/kT dan limit low field dari polarisasi diasumsikan trlah
dimiliki, maka momen dipol rata-rata sebuah molekul pada kesetimbangan suhu
di dalam medan listrik dengan susceptibilitas low field

, maka dapat

digambarkan memiliki grafik seperti berikut :

Gambar 1. Grafik momen dipol rata-rata molekul pada kesetimbangan suhu

Polarisasi adalah rata-rata n buah momen dipol, maka dipol per unit
volume adalah ( = susceptibilitas):
(8)
Dari persamaan 8 terlihat bahwa sifat kelistrikan molekul polar bergantung
pada suhu, saat suhu semakin tinggi, bahan-bahan penyusun dielektrik (atomatomnya) semakin acak sehingga sifat kelistrikan berkurang. Susunan atau
orientasi dipol yang semakin acak mengakibatkan polarisasi juga berkurang. Hal
ini disebabkan energi termal molekul cenderung menghasilkan orientasi dipol
yang acak.
II.1.1.2 Molekul Non Polar
Molekul non polar adalah molekul ini tidak memiliki momen dipol
permanen, dipol baru akan terjadi setelah molekul diinduksikan medan listrik.
Momen dipol terinduksi pada molekul non polar adalah :
(9)
Keterangan :
m = massa molekul

= polarisasi

= frekuensi angular

= jarak antar molekul


q = muatan
Polarizabilitas

()

susceptibilitasnya adalah

molekul

non

polar

adalah

dan

. Terlihat bahwa suhu tidak mempengaruhi

sifat kelistrikan molekul non polar. Contoh molekul non polar adalah molekulmolekul simetri seperti (H2, N2 dan O2) dan molekul monoatomik (He, Ne, Ar).
II.1.1.3 Persamaan Clausius-Mosotti
Persamaan Clausius-Mosotti menghubungkan

besaran

mikroskopik

dengan besaran makroskopik bahan. Penjabarannya adalah medan listrik


mikroskopik

bahan

dielektrik

memenuhi

hubungan

:
(10)

Momen dipol suatu molekul sebanding dengan medan listrik yang bekerja
pada molekul tersebut. Rasio momen dipol molekul dan medan polarisasi disebut
dengan polarizabilitas molekul :
(11)
Jika terdiri dari N molekul persatuan volume, maka polarisasi :
(12)
(13)
Sehingga polarizabilitas molekul menjadi :
(14)
Terlihat bahwa sifat mikroskopik molekul seperti polarizabilitas molekul dapat
ditentukan dari besaran makroskopik (konstanta dielektrik).
Keterangan : K = konstanta dielektrik bahan.

II.2

Bahan Magnetik
Magnet adalah bahan yang dapat menghasilkan atau menimbulkan garis-

garis gaya magnet, sehingga dapat menarik besi, baja, atau benda-benda lainnya.
Kemagnetan suatu bahan ditentukan oleh spin elektron dan gerak elektron
mengelilingi inti. Berdasarkan respon bahan terhadap gaya magnet, bahan
dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu bahan ferromagnetik, bahan paramagnetik,
dan bahan diamagnetik.

II.2.1 Bahan Diamagnetik


Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis
masing-masing atom atau molekulnya nol, tetapi orbit dan spinnya tidak nol
(Halliday & Resnick, 1989). Bahan diamagnetik tidak mempunyai momen dipol
magnet permanen. Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka
elektron-elektron dalam atom akan berubah gerakannya sedemikian hingga
menghasilkan resultan medan magnet atomis yang arahnya berlawanan. Spin
elektron pada bahan ini hampir semuanya berpasangan sehingga tidak ada magnet

permanen per atom, akibatnya bahan ini tidak menarik garis gaya. Contoh bahan
diamagnetik yaitu bismut, perak, emas, tembaga dan seng.
Bahan diagmanetik memiliki suseptibilitas negatif. Bahan Diamagnetik
sedikit ditolak oleh medan magnet dan materi tidak mempertahankan sifat
magnetik ketika bidang eksternal dihapus. Sifat diamagnetik timbul dari penataan
kembali dari orbit elektron di bawah pengaruh medan magnet luar. Sebagian besar
unsur dalam tabel periodik adalah diamagnetik.

II.2.2 Bahan Paramagnetik


Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis
masing-masing atom/molekulnya tidak nol, tetapi resultan medan magnet atomis
total seluruh atom/molekul dalam bahan nol (Halliday & Resnick, 1989).
Munculnya sifat paramagnetik berdasarkan adanya elektron yang tidak
berpasangan.
Bahan ini jika diberi medan magnet luar, maka elektron-elektronnya akan
berusaha sedemikian rupa sehingga resultan medan magnet atomisnya searah
dengan medan magnet luar. Pada saat tidak diberikan medan magnet luar, susunan
spin-spin pada bahan ini adalah acak. Spin-spin tersebut kemudian tersusun
mengikuti arah medan luar yang diberikan. Ketika medan magnet luar dihilangkan
kembali, maka posisi spin akan kembali ke keadaan semula. Tidak terdapat efek
histerisis pada bahan ini. Pada bahan ini, efek diamagnetik (efek timbulnya medan
magnet yang melawan medan magnet penyebabnya) dapat timbul, tetapi
pengaruhnya sangat kecil.
Paramagnetik memiliki permeabilitas magnetik lebih besar atau sama
dengan 1 (suseptibilitas magnetik positif). Artinya magnetisasi searah dengan arah
medan magnet luar yang diberikan sehingga bahan ditarik oleh medan magnet.
Pada medan magnet luar yang kecil serta suhu konstan, suseptibilitas pada bahan
diamagnetik dan paramagnetik adalah konstan.
Pada gambar 3, garis-garis merupakan skema dari fluks magnetik yang
melewati bahan. Paramagnetik: B>H (medan magnet yang dihasilkan dalam
bahan) lebih besar dari medan magnet eksternal (H)) sehingga >=1 fluks

magnetik dapat melewati bahan (namun

tidak sebesar ferromagnetik).

Diamagnetik: B<H (medan magnet bahan lebih kecil dari H) sehingga H akan
tertolak dalam bahan.

Gambar 2. Skema garis-garis medan magnet yang melewati bahan


Dalam unsur periodik bahan paramagnetik ialah unsur pada periode ke
empat, golongan alkali, logam alkali, logam transisi, dan unsur lanthanida. Unsur
transisi periode ke empat dan senyawa-senyawanya umumnya bersifat
paramagnetik (apabila ditarik kuat ke dalam medan magnet). Zinc dan unsurunsur golongan IIB lainnya (Cd dan Hg) mempunyai titik leleh dan titik didih
yang relatif rendah tidak paramagnetik, melainkan bersifat diamagnetik (sedikit
ditolak keluar medan magnet). Sifat-sifat khas unsur transisi berkaitan dengan
adanya subkulit d yang terisi tidak penuh. Semua unsur transisi periode keempat
memenuhi definisi ini, kecuali zinc.
Pada bahan paramagnetik, adanya medan magnetik luar, momen magnetik
ini cenderung menyearahkan sejajar dengan medannya, tetapi ini dilawan oleh
kecenderungan momen untuk berorientasi acak akibat gerakan termalnya.
Perbandingan momen yang menyearahkan dengan medan ini bergantung pada
kekuatan medan dan pada temperaturnya. Gangguan thermal atom-atom akan
menghambat

kecenderungan

penyearahan

momen

dipol

dan

cenderung

mempertahankan momen atom dalam keadaan random, sehingga hanya ada


sedikit penyearahan momen dalam arah medan.
Pada medan magnetik luar yang kuat pada temperatur yang sangat rendah,
hampir seluruh momen akan diserahkan dengan medannya. Dalam keadaan ini
8

kontribusi pada medan magnetik total akibat bahan ini sangat besar, akan tetapi
saturasi dapat terjadi. Akan tetapi, sekalipun dengan medan magnetik terkuat yang
dapat diperoleh di laboratorium, temperatur haruslah serendah beberapa Kelvin
untuk memperoleh derajat penyearahan yang tinggi.
Susceptibilitas paramagnetik berbanding terbalik dengan temperatur
mutlak, hal ini telah dilakukan percobaannya oleh Pierre Curie dan dikenal hukum
Curie. Temperatur Curie adalah titik kritis di mana momen magnetik intrinsik
material tersebut arahnya berubah-- terjadinya transisi fase feromagnetik suatu
bahan padat menjadi paramagnetik akibat pemanasan (Kittel,1996: 443-446)
Artinya,

temperatur

Curie (TC) membedakan magnetisasi

spontan, ini

memisahkan paramagnetik pada daerah T > TC dan ferromagnetik pada daerah T


< TC. Suseptibilitas paramagnetik ditentukan oleh hukum Curie :
(15)
Keterangan :
= susceptibilitas

m = massa molekul

M = magnetisasi

C = konstanta Curie

H = kuat medan

T = suhu (Kelvin)

N= jumlah molekul

Gambar 3. Kurva terhadap T pada bahan paramagnetik

II.3

Syarat Batas untuk Medan Statis


Time independent dari Persamaan Maxwell dimodifikasi utnuk bahan ini

adalah :

(16)
Dimana

dan

dapat diintegralkan dengan Hukum

Gauss menjadi :
(17)
Dan Hukum Ampere

(18)

Perpindahan listrik tangential di sepanjang permukaan dieletrik memenuhi


persamaan
Persamaan

; dengan

= rapat muatan.

diintegralkan :

Gambar 4. Rectangular loop (a) berada pada bidang x-z, dan titik y into the page.
(b) loop diletakkan pada bidang y-z dan titik x out of the page

10

Dengan

adalah unit normal poynting permukaan dari daerah II ke daerah I,


diskontinu oleh . Sehingga

maka komponen tegak lurus

. Persamaan

dilakukan integral juga dan menghasilkan :

Sehingga komponen tegak


permukaan atau
Integrasi

lurus

kontinu di seluruh

.
di seluruh area, maka :

Limit W menuju 0, didapatkan :

Sehingga tengential komponen

kontinu di seluruh permukaan, sehingga :

di dalam loop (seperti pada Gambar 4a) dimana rapat arus terdiri dari
densitas arus

dan densitas arus permukaan

. (arus

permukaan strickly, sesuai dengan konduktor, tetapi tidak bisa diaproksimasi


untuk permukaan metallic. Karena

berada pda bidang x-y, jz = 0, integral dari

di sepanjang permukaan adalah :

Dilakukan limitW menuju 0 sehingga :

11

Dari hasil integral, diperoleh bahwa

. Selanjutnya loopmpada

bidang z-y diilustrasikan pada gambar 4b, diperoleh bahwa

Perubahan tanda disebabkan akrena sumbu x berada di out off page, yang artinya :

Dapat digeneralisasi hasilnya dengan menuliskannya sebagai berikut :

Dengaan demikian, komponen paralel

diskontinu oleh j.

Dapat disimpulkan pada kondisi syarat batas ini, dengan simbol tegak lurus
(perpendicular) dan sejajar (parallel) adalah

, maka :

II.3.1 Contoh Soal


1. Hitung potensial pada sphere dengan radius R, terbuat dari dielektrik
isotropik linear yang ditempatkan pada medan

Jawaban :
Digunakan persamaan Lapplace koordinat bola dengan sumbu z adalah arah
dari

dan diasumsikan tidak ada azimuthal angle dependence, sehingga :

Dieliminasi suku yang lebih dari r1 dan dimasukkan = 1, sehingga

12

B0/r adalah medan listrik

dan hasilnya hanya net charge Q=-40B0

pada bola. Suku ini diabaikan saja. Syarat batas yang berhubungan dengan
solusi interior dan eksterior adalah :

Pada potensial, dua kondisi syarat batasnya :

Persamaan yang pertama menjadi :

Dimasukkan

=1:

Dan untuk 1 :

Sedangkan persamaan yang kedua menjadi :

Selama turunan dari polinomial Legendre linear independent, dapat dihitung


koefisien masing-masing saat =1, maka :

Dan untuk 1 :

13

Sehingga B1 dan A1 menjadi :

Dan

Untuk menyelesaikan koefisien B, 1, dari ekspansi diperoleh

tetapi tidak berlaku untuk kombinasi peculiar 0 dan 1, kemudain solusinya


menjadi :

Di dalam bola, medan listrik uniform sedangkan diluar merupakan


superposisi dari medan eksternal yang menghasilkan dipol
. Jika permitivitas keduanya berbeda, sehingga hasilnya
diaproksimasi dengan

14

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa :


1. Bahan dielektrik adalah sejenis bahan isolator (tidak dapat mengalirkan
arus listrik) akan tetapi peka terhadap medan listrik. Molekul dielektrik
diklasifikasikan menjadi molekul polar dan nonpolar. Molekul polar
memiliki momen dipol permanen, bahkan jika medan polarisasi

= 0.

Molekul non polar adalah molekul ini tidak memiliki momen dipol
permanen, dipol baru akan terjadi setelah molekul diinduksikan medan
listrik.
2. Berdasarkan respon bahan terhadap gaya magnet, bahan dikelompokkan
menjadi 3 jenis, yaitu bahan ferromagnetik, bahan paramagnetik, dan
bahan diamagnetik. Bahan diamagnetik tidak mempunyai momen dipol
magnet permanen. Sedangkan paramagnetik akan memiliki resultan medan
magnet atomisnya searah dengan medan magnet luar saat diberi medan
magnet luar.
3. Gejala kemagnetan hampir sama dengan gejala kelistrikan pada bahan
karena sama-sama meninjau polarisasi (dipol) bahan. Molekul polar dan
bahan paramagnetik bergantung pada suhu, dimana makin tinggi suhu
maka semakin hilang sifat kelistrikan atau kemagnetannya.

15

DAFTAR PUSTAKA
Vanderlinde, Jack. 2004. Classical Electromagnetic Theory, 2nd Edition.
Dordrecht. Kluwer Academic Publishers.
Bahtiar,

Ayi.

2006.

Handout

Kuliah

Listrik

Magnet

I.

http://www.phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/.../handout-listrikmagnet-i.pdf. Diakses pada 7 Oktober 2014.


Bahtiar,

Ayi.

2007.

Handout

Kuliah

Listrik

Magnet

II.

http://www.phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/.../handout-listrikmagnet-ii.pdf. Diakses pada 7 Oktober 2014.

16

Anda mungkin juga menyukai