BAHAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Medan
Elektromagnetik
Dosen : Dr. Anto Sulaksono
Disusun Oleh :
Suci Winarsih
1406506124
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TEORI DASAR
Keterangan:
= medan listrik
= elemen panjang
= distribusi muatan
listrik pada posisi molekul dalam dielektrik dan dihasilkan oleh seluruh sumbersumber luar dan molekul-molekul yang terpolarisasi dalam bahan dielektrik,
kecuali oleh satu molekul pada titik yang ditinjau.
Jika bidang muka pelat lebih besar dibandingkan dengan tebal pelat, maka
(3)
Medan tak-terpolarisasi dihasilkan oleh dua pelat sejajar dengan rapat muatan
Karena
, maka :
(4)
. Contoh molekul
lurusnya nol. Polarisasi rata-rata dirumuskan sebagai berikut yang dikenal dengan
Langevin formula :
(7)
Diestimasi x=pE/kT dan limit low field dari polarisasi diasumsikan trlah
dimiliki, maka momen dipol rata-rata sebuah molekul pada kesetimbangan suhu
di dalam medan listrik dengan susceptibilitas low field
, maka dapat
Polarisasi adalah rata-rata n buah momen dipol, maka dipol per unit
volume adalah ( = susceptibilitas):
(8)
Dari persamaan 8 terlihat bahwa sifat kelistrikan molekul polar bergantung
pada suhu, saat suhu semakin tinggi, bahan-bahan penyusun dielektrik (atomatomnya) semakin acak sehingga sifat kelistrikan berkurang. Susunan atau
orientasi dipol yang semakin acak mengakibatkan polarisasi juga berkurang. Hal
ini disebabkan energi termal molekul cenderung menghasilkan orientasi dipol
yang acak.
II.1.1.2 Molekul Non Polar
Molekul non polar adalah molekul ini tidak memiliki momen dipol
permanen, dipol baru akan terjadi setelah molekul diinduksikan medan listrik.
Momen dipol terinduksi pada molekul non polar adalah :
(9)
Keterangan :
m = massa molekul
= polarisasi
= frekuensi angular
()
susceptibilitasnya adalah
molekul
non
polar
adalah
dan
sifat kelistrikan molekul non polar. Contoh molekul non polar adalah molekulmolekul simetri seperti (H2, N2 dan O2) dan molekul monoatomik (He, Ne, Ar).
II.1.1.3 Persamaan Clausius-Mosotti
Persamaan Clausius-Mosotti menghubungkan
besaran
mikroskopik
bahan
dielektrik
memenuhi
hubungan
:
(10)
Momen dipol suatu molekul sebanding dengan medan listrik yang bekerja
pada molekul tersebut. Rasio momen dipol molekul dan medan polarisasi disebut
dengan polarizabilitas molekul :
(11)
Jika terdiri dari N molekul persatuan volume, maka polarisasi :
(12)
(13)
Sehingga polarizabilitas molekul menjadi :
(14)
Terlihat bahwa sifat mikroskopik molekul seperti polarizabilitas molekul dapat
ditentukan dari besaran makroskopik (konstanta dielektrik).
Keterangan : K = konstanta dielektrik bahan.
II.2
Bahan Magnetik
Magnet adalah bahan yang dapat menghasilkan atau menimbulkan garis-
garis gaya magnet, sehingga dapat menarik besi, baja, atau benda-benda lainnya.
Kemagnetan suatu bahan ditentukan oleh spin elektron dan gerak elektron
mengelilingi inti. Berdasarkan respon bahan terhadap gaya magnet, bahan
dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu bahan ferromagnetik, bahan paramagnetik,
dan bahan diamagnetik.
permanen per atom, akibatnya bahan ini tidak menarik garis gaya. Contoh bahan
diamagnetik yaitu bismut, perak, emas, tembaga dan seng.
Bahan diagmanetik memiliki suseptibilitas negatif. Bahan Diamagnetik
sedikit ditolak oleh medan magnet dan materi tidak mempertahankan sifat
magnetik ketika bidang eksternal dihapus. Sifat diamagnetik timbul dari penataan
kembali dari orbit elektron di bawah pengaruh medan magnet luar. Sebagian besar
unsur dalam tabel periodik adalah diamagnetik.
Diamagnetik: B<H (medan magnet bahan lebih kecil dari H) sehingga H akan
tertolak dalam bahan.
kecenderungan
penyearahan
momen
dipol
dan
cenderung
kontribusi pada medan magnetik total akibat bahan ini sangat besar, akan tetapi
saturasi dapat terjadi. Akan tetapi, sekalipun dengan medan magnetik terkuat yang
dapat diperoleh di laboratorium, temperatur haruslah serendah beberapa Kelvin
untuk memperoleh derajat penyearahan yang tinggi.
Susceptibilitas paramagnetik berbanding terbalik dengan temperatur
mutlak, hal ini telah dilakukan percobaannya oleh Pierre Curie dan dikenal hukum
Curie. Temperatur Curie adalah titik kritis di mana momen magnetik intrinsik
material tersebut arahnya berubah-- terjadinya transisi fase feromagnetik suatu
bahan padat menjadi paramagnetik akibat pemanasan (Kittel,1996: 443-446)
Artinya,
temperatur
spontan, ini
m = massa molekul
M = magnetisasi
C = konstanta Curie
H = kuat medan
T = suhu (Kelvin)
N= jumlah molekul
II.3
adalah :
(16)
Dimana
dan
Gauss menjadi :
(17)
Dan Hukum Ampere
(18)
; dengan
= rapat muatan.
diintegralkan :
Gambar 4. Rectangular loop (a) berada pada bidang x-z, dan titik y into the page.
(b) loop diletakkan pada bidang y-z dan titik x out of the page
10
Dengan
. Persamaan
lurus
kontinu di seluruh
.
di seluruh area, maka :
di dalam loop (seperti pada Gambar 4a) dimana rapat arus terdiri dari
densitas arus
. (arus
11
. Selanjutnya loopmpada
Perubahan tanda disebabkan akrena sumbu x berada di out off page, yang artinya :
diskontinu oleh j.
Dapat disimpulkan pada kondisi syarat batas ini, dengan simbol tegak lurus
(perpendicular) dan sejajar (parallel) adalah
, maka :
Jawaban :
Digunakan persamaan Lapplace koordinat bola dengan sumbu z adalah arah
dari
12
pada bola. Suku ini diabaikan saja. Syarat batas yang berhubungan dengan
solusi interior dan eksterior adalah :
Dimasukkan
=1:
Dan untuk 1 :
Dan untuk 1 :
13
Dan
14
BAB III
KESIMPULAN
= 0.
Molekul non polar adalah molekul ini tidak memiliki momen dipol
permanen, dipol baru akan terjadi setelah molekul diinduksikan medan
listrik.
2. Berdasarkan respon bahan terhadap gaya magnet, bahan dikelompokkan
menjadi 3 jenis, yaitu bahan ferromagnetik, bahan paramagnetik, dan
bahan diamagnetik. Bahan diamagnetik tidak mempunyai momen dipol
magnet permanen. Sedangkan paramagnetik akan memiliki resultan medan
magnet atomisnya searah dengan medan magnet luar saat diberi medan
magnet luar.
3. Gejala kemagnetan hampir sama dengan gejala kelistrikan pada bahan
karena sama-sama meninjau polarisasi (dipol) bahan. Molekul polar dan
bahan paramagnetik bergantung pada suhu, dimana makin tinggi suhu
maka semakin hilang sifat kelistrikan atau kemagnetannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Vanderlinde, Jack. 2004. Classical Electromagnetic Theory, 2nd Edition.
Dordrecht. Kluwer Academic Publishers.
Bahtiar,
Ayi.
2006.
Handout
Kuliah
Listrik
Magnet
I.
Ayi.
2007.
Handout
Kuliah
Listrik
Magnet
II.
16