Anda di halaman 1dari 5

Visum et Repertum

I.

Definisi Visum Et Repertum


Visum et repertum adalah laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter berdasarkan
sumpah atau janji yang diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter, memuat berita tentang
segala hal yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti berupa tubuh manusia atau benda yang
berasal dari tubuh manusia yang diperiksa sesuai pengetahuan dengan sebaik-baiknya atas
permintaan penyidik untuk kepentingan peradilan.
Visum et repertum merupakan pengganti barang bukti, oleh karena barang bukti tersebut
berhubungan dengan tubuh manusia (luka, mayat atau bagian tubuh). KUHAP tidak mencantum
kata visum et repertum. Namun visum et repertum adalah alat bukti yang sah. Bantuan dokter
pada penyidik : Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP), pemeriksaan korban hidup,
pemeriksaan korban mati. Penggalian mayat, menentukan umur seorang korban / terdakwa,
pemeriksaan jiwa seorang terdakwa, pemeriksaan barang bukti lain (trace evidence).
Yang berhak meminta visum et repertum adalah :
1.
2.
3.
4.

Penyidik
Hakim pidana
Hakim perdata
Hakim agama

Yang berhak membuat visum et repertum.(KUHAP Pasal 133 ayat 1) :


1. Ahli kedokteran kehakiman
2. Dokter atau ahli lainnya.
II. Prosedur Permintaan Visum Et Repertum
Tata cara permintaan visum et repertum sesuai peraturan perundang undang adalah diminta oleh
penyidik, permintaan tertulis, dijelaskan pemeriksaan untuk apa, diantar langsung oleh penyidik,
mayat dibuat label, tidak dibenarkan visum et repertum diminta tanggal yang lalu. Seperti yang
telah di cantumkan dalam pasal 133 KUHP ayat 1 dalam hal penyidik untuk kepentingan
peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena
peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Ayat (2) Permintaan keterangan ahli

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah
mayat. Ayat (3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilakukan dengan diberi cap jabatan yang diletakkan
pada ibu jari atau bagian lain badan mayat.
III.

Bentuk dan Isi Visum Et Repertum

Bentuk dan isi visum et repertum ( Idries, 1997)


1. Pro justisia, pada bagian atas, untuk memenuhi persyaratan yuridis, pengganti materai.
2. Visum et repertum, menyatakan jenis dari barang bukti atau pengganti barang bukti.
3. Pendahuluan, memuat identitas dokter pemeriksa pembuat visum et repertum, identitas
peminta visum et repertum, saat dan tempat dilakukanya pemeriksaan dan identitas barang
bukti (manusia), sesuai dengan identitas yang tertera di dalam surat permintaan visum et
repertum dari pihak penyidik dan lebel atau segel.
4. Pemberitaan atau hasil pemeriksaan, memuat segala sesuatu yang di lihat dan ditemukan
pada barang bukti yang di periksa oleh dokter, dengan atau tanpa pemeriksaan lanjutan
(pemeriksaan laboratorium), yakni bila dianggap perlu, sesuai dengan kasus dan ada tidaknya
indikasi untuk itu.
5. Kesimpulan, memuat inti sari dari bagian pemberitaan atau hasil pemeriksaan, yang disertai
dengan pendapat dokter yang bersangkutan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya.
6. Penutup, yang memuat pernyataan bahwasanya visum et repertum tersebut dibuat atas sumpah
dokter dan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya
IV.

Peranan dan Fungsi Visum Et Repertum

Peranan dan fungsi visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis
dalam pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu
perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana visum et repertum menguraikan
segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan,
yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat
keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di
dalam bagian kesimpulan. Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani

ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan membaca visum et repertum, dapat
diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat
menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa
manusia.
Apabila visum et repertum belum dapat menjernihkan duduk persoalan di sidang pengadilan,
maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum
dalam KUHAP, yang memungkinkan dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas
barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya
terhadap suatu hasil pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan pasal 180 KUHP. Bagi penyidik
(Polisi/Polisi Militer) visum et repertum berguna untuk mengungkapkan perkara. Bagi Penuntut
Umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk menentukan pasal yang akan didakwakan,
sedangkan bagi hakim sebagai alat bukti formal untuk menjatuhkan pidana atau membebaskan
seseorang dari tuntutan hukum. Untuk itu perlu dibuat suatu Standar Prosedur Operasional
Prosedur (SPO) pada suatu Rumah Sakit tentang tata laksana pengadaan visum et repertum.
V. Manfaat Visum Et Repertum
Manfaat dari visum et repertum ini adalah untuk menjernihkan suatu perkara pidana, bagi proses
penyidikan dapat bermanfaat untuk pengungkapan kasus kejahatan yang terhambat dan belum
mungkin diselesaikan secara tuntas. Visum et repertum juga berguna untuk membantu pihak
tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi ahli dan atau
seseorang yang memiliki keahlian khusus untuk memberikan keterangn yang meringankan atau
menguatkan bagi dirinya yaitu saksi ahli.
Visum et repertum ini juga dapat bermanfaat sebagai petunjuk, dimana petunjuk itu adalah
perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaianya, baik antara yang satu dengan yang
lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak
pidana dan siapa pelakunya.

VI. Jenis-jenis Visum Et Repertum


Jenis visum et repertum pada orang hidup terdiri dari :

1. Visum seketika adalah visum yang dibuat seketika oleh karena korban tidak memerlukan
tindakan khusus atau perawatan dengan perkataan lain korban mengalami luka - luka ringan.
2. Visum sementara adalah visum yang dibuat untuk sementara berhubung korban memerlukan
tindakan khusus atau perawatan. Dalam hal ini dokter membuat visum tentang apa yang
dijumpai pada waktu itu agar penyidik dapat melakukan penyidikan walaupun visum akhir
menyusul kemudian.
3. Visum lanjutan adalah visum yang dibuat setelah berakhir masa perawatan dari korban oleh
dokter yang merawatnya yang sebelumnya telah dibuat visum sementara untuk awal
penyidikan. Visum tersebut dapat lebih dari satu visum tergantung dari dokter atau rumah
sakit yang merawat korban.
Seperti yang telah kita ketahui permintaan visum et repertum orang hidup lebih banyak dari pada
permintaan pada mayat, karena mayat masih banyak diperdebatkan oleh karena pihak keluarga
yang tidaka mengizinkan.
Visum et repertum orang hidup dapat terdiri dari :
1. Luka yang paling banyak terjadi adalah luka mekanis, biasanya luka ini bias karena
a. Luka benda tumpul
b. Luka benda tajam
c. Luka tembakan senjata api
2. Kemudian luka akibat kekerasan fisis diantaranya adalah
a. Luka akibat suhu tinggi atau luka bakar
b. Luka akibat listrik.
3. Luka akibat zat kimia terdiri dari
a. Luka akibat asam kuat
b. Akibat basa kuat
Semua luka yang tertera diatas dapat diperiksa sesuai lokalisasi, ukuran, jenis kekerasan yang
menjadi penyebab luka. Sehingga dapat digunakan untuk pembuktian pada suatu kasus.

Jenis visum et repertum pada orang mati atau mayat


1. Pemeriksaan luar adalah dapat diminta oleh penyidik tanpa pemeriksaan dalam atau otopsi
berdasarkan KUHP pasal 133.
2. Pemeriksaan luar dan dalam adalah jenazah : sesuai dengan KUHAP pasal 134 ayat 1 Dalam
hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi
dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban. Ayat 2

dalam hal keluarga korban keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnya
tentang maksud dan tujuan dilakukan pembedahan tersebut. Ayat 3 Apabila dalam waktu 2
hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan,
penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 133 ayat (3) undangundang ini.

Anda mungkin juga menyukai