Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL TUGAS AKHIR

SISTEM TELEMETRI PEMANTAU GAS KARBON DIOKSIDA (CO2)


MENGGUNAKAN JARINGAN WIFI

Disusun Oleh ;
MUHAMMAD IZZUDDIN SHOFAR
(J2D009020)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
September, 2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia
berdasar data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Menurut Kepala
Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, Sutopo Purwo Nugroho menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman
bahaya tsunami, tanah longsor, dan gunung berapi.
Salah satu bencana yang rawan terjadi di Indonesia adalah keluarnya gas
beracun dari dalam bumi. Setidaknya dalam tahun beberapa tahun terakhir saja
sudah tercatat beberapa kali bencana gas beracun menimpa Indonesia.
Diantaranya adalah di Dieng Banjarnegara, gunung Ijen dan di gunung Tangkuban
Perahu. Lebih berbahaya lagi sebagaimana dikatakan kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif yang dikutip okezone.com
edisi Senin, 30 Mei 2011 bahwa gas beracun seperti di Dieng bisa menghasilkan
racun yang tidak tampak dan tidak berbau sehingga lebih berbahaya dan
mematikan dari Merapi dan Sinabung.
Mengetahui ada atau tidaknya gas beracun tidak bisa dilakukan dengan
didekati manusia secara langsung, karena sangat berbahaya. Metode lain seperti
melepaskan binatang di kawasan gas beracun juga tidak efektif. Karena gas
tersebut bisa mengambang 1 sampai 2 meter di atas permukaan tanah.
Solusi untuk permasalahan ini bisa dilakukan dengan membuat alat
pemantau yang bisa melaporkan konsentrasi gas beracun secara real-time dari
kawasan rawan gas beracun ke titik pemantauan tertentu, sehingga bisa diketahui
dengan aman apakah kawasan tersebut sedang dalam kondisi berbahaya untuk
dikunjungi atau tidak. Upaya pencegahan agar tidak ada korban bisa dilakukan
dengan mengetahui secara cepat ketika konsentrasi gas beracun naik.
Saat ini telah ada alat pemantau pada daerah tersebut, tetapi kebanyakan
mengandalkan deteksi gempa. Setelah gempa baru diamati apakah ada gas
beracun yang juga keluar. Sedangkan sistem pemantauan gas beracun lebih

banyak digunakan untuk kepentingan kebocoran gas di rumah, di kawasan


industri atau di perkotaan.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari program ini adalah :
1. Membuat perangkat keras telemetri untuk pemantauan gas beracun yang terdiri
dari alat pendeteksi konsentrasi gas beracun dan stasiun penerima data.
2. Membuat perangkat lunak yang dapat secara real-time menampilkan data
konsentrasi gas beracun.
3. Membuat sistem peringatan dini terhadap bahaya gas beracun.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi,
1. Salah satu solusi penanggulangan jatuhnya korban pada musibah bencana gas
beracun.
2. Memberikan sistem peringatan dini apabila suatu saat konsentrasi gas beracun
naik sampai di atas batas aman.
3. Mengurangi resiko petugas pemantau dan meningkatan efisiensi pemantauan
karena pemantauan dilakukan dari jarak jauh yang aman.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telemetri Gas Beracun


Perkembangan telemetri sangat pesat, berbagai bidang menggunakan
teknologi telemetri, mulai untuk memantau kualitas air, pergeseran tanah, suhu,
kesehatan, gas lingkungan bahkan aktifitas hewan. Telah ada studi tentang sistem
deteksi gas, tetapi kebanyakan pada bidang industri, komersial dan pada kompleks
perumahan (Abbaspour & Mansouri, 2005). Mitchell, Ferree dan Wilson (2000)
telah mengembangkan sebuah alat berbasis ethernet untuk sistem deteksi gas
berbahaya, membuat sistem tersebut terintegrasi dengan fleksibel, cepat dan
mempunyai data akurat, bisa dikendalikan dari jarak jauh dan bisa berkomunikasi
dengan alat keselamatan lainnya dalam sistem kendali di industri. Sistem ini
ringkas dan dioptimalkan untuk mendeteksi gas berbahaya pada lokasi yang tetap.
Telemetri sendiri merupakan sistem informasi penginderaan dan
pengukuran pada suatu lokasi tertentu yang kemudian informasi tersebut
dikirimkan ke lokasi pusat/stasiun. Dengan sistem ini, memungkinkan untuk
memonitor dan melakukan kontrol ke lokasi yang dipantau. Konsep dasar dari
telemetri telah ada berabad-abad. Berbagai media menyediakan metode wireless
untuk mengirimkan informasi.
Telemetri menggunakan gelombang radio karena memiliki beberapa
kelebihan diantaranya tidak adanya kabel transmisi yang bisa diputus atau patah,
responnya lebih cepat, lebih murah dibandingkan menggunakan kabel, mudah
digunakan di tempat-tempat tertentu dimana tidak memungkinkan menggunakan
kabel, relokasi yang mudah, jangkauan yang lebih luas. Link radio yang dirancang
membutuhkan biaya yang rendah, efektif dan fleksibel untuk mendapatkan sistem
pengambilan data yang dioperasikan bertahun-tahun dengan sedikit pemeliharaan.
(Bailey, 2003)
Menurut Simov (2011), Pemantauan efisien pada komposisi gas di
lingkungan dengan jaringan sensor (pada telemetri) yang dapat menjangkau
tempat yang luas dan menyediakan pemantauan secara terus menerus dari gas
beracun merupakan masalah khusus yang signifikan.
2.2 Bahaya Gas Beracun
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Gas merupakan tingkat wujud zat
yg molekul-molekulnya bergerak bebas sehingga seluruh massa cenderung
mengembang dan menempati seluruh volume wadahnya. Adapun gas beracun

adalah gas yang mengandung zat tertentu yang berbahaya dan bisa beracun bagi
manusia. Gas beracun merupakan gas yang mengandung zat beracun dengan
kadar melebih batas aman dan menyebabkan keracunan jika dihirup oleh manusia.
Salah satu gas beracun yang sering disemburkan keluar dari bumi di daerah
rawan bencana alam adalah gas CO2. Gas CO2 merupakan gas beracun yang tidak
dapat dirasakan oleh indera manusia karena tidak berbau dan tidak berwarna, Pada
kadar konsentrasi dan jangka waktu tertentu, CO2 yang dihirup oleh manusia akan
memberikan efek keracunan pada darah. Berikut tabel yang menunjukkan
pengaruh gas CO2 pada tubuh manusia berdasarkan konsentrasi lama waktu hisap
(Padmadinata, dkk 1996).
Efek meningkatnya Konsentrasi pada orang dewasa dengan kondisi
kesehatan yang baik adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Akibat gas CO2 terhadap manusia
Konsentrasi
350-450 ppm
< 600 ppm
600-1000 ppm
1000 2500 ppm
2500 5000 ppm
5000 ppm

Keterangan/akibat
Konsentrasi normal di luar ruangan
Konsentrasi yang masih ditolerir
Menimbulkan kekakuan
Menimbulkan rasa kantuk
Mulai mengganggu kesehatan
Konsentrasi
maksimal
yang

30.000 ppm

diperbolehkan dalam waktu 8 jam


Sedikit memabukkan, pernapasan dan

50.000 ppm
100.000 ppm

denyut nadi bertambah, mual


Sakit kepala dan gangguan penglihatan
Tidak sadarkan diri, bahkan meninggal

2.3 Sensor
Sebuah sensor sering didefinisikan sebagai sebuah alat yang menerima dan
merespon pada sebuah sinyal atau stimulus. (Fraden, 1996) Sensor biasa disebut
sebagai konverter besaran fisis atau kimia menjadi besara elektrik yang terukur.
Sensor pada sistem telemetri ini digunakan sebagai alat pengindera besarnya
konsentrasi gas beracun yang berada di suatu lokasi untuk kemudian diproses di
mikrokontroler dan datanya diambil oleh komputer yang berada di tempat rawan
gas beracun dan dikirim menggunakan wifi ke stasiun pemantau.
Sensor gas biasanya menggunakan material logam oksida, karena
mempunyai banyak kelebihan diantaranya mempunyai sensitifitas yang tinggi

terhadap gas seperti CO, H2, Nox dan hydrokarbon, pemrosesan sinyal yang
sederhana, biaya yang murah dan ukuran yang kecil. Sensor gas metal oksida
sering digunakan dalam deteksi kebocoran gas (propana, butana) dan pemantauan
kualitas udara di jalan raya (CO,Nox). Aplikasi akhir-akhir ini yang
memanfaatkan sensor logam oksida adalah untuk mengetahui kehadiran
konsentrasi yang tinggi dari gas yang berbahaya. Aplikasi terbaru adalah untuk
mendeteksi gas beracun, seperti CO dan pemantauan asap rokok di rumah dan
gedung ( Simon, dkk 2001).
2.4 Mikrokontroler ATMega 8535
Mikrokonteroller AVR merupakan pengontrol utama standar industri dan
riset saat ini. Hal ini dikarenakan berbagai kelebihan yang dimilikinya
dibandingkan mikroprosesor, antara lain murah, dukungan software dan
dokumentasi yang memadai, dan memerlukan komponen pendukung yang sangat
sedikit. Salah satu tipe mikrokontroler AVR untuk aplikasi standar yang memiliki
fitur memuaskan ialah Atmega8535 Atmega16/ Atmega32 dan Atmega128.
Mikrokontroler adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis
maupun di hapu. Mikrokontroler AVR ATmega8535 memiliki fitur yang cukup
lengkap. Mikrokontroler AVR ATmega8535 telah dilengkapi dengan ADC internal,

EEPROM internal, Timer/Counter, PWM, analog comparator, Port USART, Port


Antarmuka SPI dll (Bejo, 2007).
Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroler adalah rangkaian elektronika
yang terdiri dari komponen-komponen dasar yang dibutuhkan oleh suatu
mikrokontroler untuk dapat berfungsi dengan baik. Pada umumnya, suatu
mikrokontoler membutuhkan dua elemen (selain power supply) untuk berfungsi:
Kristal Oscillator (XTAL), dan Rangkaian RESET (Anonim, 2010).
Core pada AVR mengkombinasikan banyak instruksi dengan 32 register
umum yang bekerja. Semua 32 register tersebut langsung terhubung dengan
Arthmetic Logic Unit (ALU), memungkinkan dua register yang independe diakses
pada satu instruksi yang di eksekusi pada satu siklus.

2.5 Wifi
Wi-Fi atau Wireles Fidelity adalah suatu standar Wireles Networking tanpa
kabel, hanya dengan komponen yang sesuai dapat terkoneksi ke jaringan.
Teknologi Wi-Fi memiliki standar yang ditetapkan oleh sebuah institusi
intenasional, yang bernama Insitute of Electrical and Electronik Engineers (IEEE)
(Priyambodo, 2005).
Teknologi wireless jarak jauh, sangat berpotensi untuk diterapkan pada
daerah pedesaan atau pedalaman. Ciri utama dari teknologi jenis ini adalah biaya
pembangunannya yang rendah, kemudahan pambangunan, dan kemampuannya
untuk menjangkau wilayah geografis yang luas. Sebagai teknologi akses yang
diharapkan di masa yang akan datang, Wi-Fi harus dapat memberikan keunggulan
yang signifikan dibandingkan dengan teknologi yang telah ada sekarang.
Ada bebarapa komponen utama pada jaringan Wifi yang harus ada pada
suatu sistem networking, diantaranya :
-

Acces point, komponen yang berfungsi menerima dan mengirimkan data dari
adapter wireless. Acces pont mengonversi sinyal frekuensi radio menjadi
sinyal digital atau sebaliknya. Komponen tersebut bertindak layaknya sebuah
hub/switch pada jaringan ethernet. Satu acces point secara teori mampu
menampung beberapa sampai ratusan klien. Walaupun demikian, acces point
direkomendasikan dapat menampung maksimal 40-an klien.

Wireless-LAN Device, komponen yhang dipasangkan di Mobile/Desktop PC

Mobile/Desktop PC,

komponen untuk klien, mobile PC pada umumnya

sudah terpasang port PCMCIA (Personal Computer Memory Card


International Association), sedangkan Desktop PC harus ditambahkan PCI
( Peripheral Component Interconnect) Card, serta USB Adapter.
-

Ethernet LAN dan Jaringan kabel yang sudah ada. (Priyambodo, 2005).
Pada kondisi pemakaian biasa, Wi-Fi mempunyai daya jangkau yang

terbatas. Untuk itu diperlukan alat untuk membuat sinyal Wi-Fi bisa dikirim pada
jarak yang jauh sebagai pendukung sistem telemetri ini. Alat yang digunakan

adalah sebuah antena. Antena adalah suatu alat yang digunakan untuk
memancarkan

gelombang

elektromagnetik

atau

menerima

gelombang

elektromagnetik. Antena Grid adalah salah satu pilihan penguatan perolehan


sinyal. Antena Grid memiliki komponen utama yaitu sebuah waveguide yang
merupakan dipole aktif dan sebuah reflektor yang berfungsi untuk memantulkan
pancaran dari waveguide (Fiari, 2011).Antena Grid biasanya dipasang untuk jarak
tembak sinyal yang cukup jauh sekitar 15 km. Kekuatan sinyal antena Grid ini
bisa dibanggakan, karena memiliki jangkauan sinyal sekitar 15 - 45 km asalkan
pada posisi Loss (tidak ada hambatan) (Anonim, 2011).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2013 sampai dengan
selesai di Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas
Sains dan Matematika Universitas Diponegoro.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Personal Computer (PC)
Untuk membuat software yang digunakan untuk menerima data dari
transmitter yang mengirimkan konsentrasi gas beracun sekaligus untuk uji
coba penerimaan data dari transmitternya.
2. Multimeter
Berfungsi untuk mengukur tegangan, arus, dan hambatan listrik pada
rangkaian.
3. Osiloskop
Digunakan untuk melihat tampilan sinyal listrik yang bekerja dalam
rangkaian hasil pengukuran.
4. Downloader Mikrokontroler, digunakan untuk memasukkan program yang
telah dibuat ke dalam Mikrokontroler.
5. Catu daya, digunakan untuk memberikan daya masukan kepada rangkaian.
6. Solder, digunakan untuk memasang komponen ke dalam rangkaian.
7. Attractor, digunakan untuk menarik sisa-sisa timah saat pensolderan.
3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.3

Sistem Minimum ATMEGA8535 dengan komunikasi serial


Kabel Serial
Wiznet6000
Sensor gas CO2 (MG-811)
Kabel Jumper sensor ke sistem minimum
Kotak besi
Prosedur Penelitian
Pada langkah awal dilakukan desain dan layout dari sistem aksusisi data

yang dipasang pada dekat sumber gas. Desain ini melibatkan berbagai
komponen dan bahan pendukung pada transmitter, yaitu catu daya untuk
menyalakan

sistem,

sensor

gas

CO2

(MG811),

sistem

minimum

mikrokontroler atmega8535, dan Wiznet6000 sebagai alat yang digunakan


untuk mengirimkan data melalui Wifi.
Setelah desain selesai, maka dibuatlah catu daya yang sesuai untuk
kebutuhan keseluruhan sistem tersebut. Catu daya ini digunakan untuk
memberikan daya ke setiap alat. Sehingga dibutuhkan daya yang cukup untuk
menyalakan 3 alat inti yang sudah disebutkan sebelumnya.
Ketika sistem pada transmitter sudah siap, maka dilakukanlah ujicoba.
Ujicoba awal dilakukan dengan mengirikan data sembarang untuk mengecek
apakah komunikasi antara transmitter dan receiver (komputer) sudah berjalan
dengan baik. Ketika data yang dikirim dan diterima sudah sesuai maka
komunikasi sudah dianggap berjalan normal.
Ujicoba selanjutnya dilakukan dengan sensor gas sudah terpasang,
sehingga data yang dikirim sudah merupakan data konsentrasi gas CO2 di
dekat sensor gas. Gas yang terdeteksi pada sensor akan diolah oleh sistem
minimum ATMEGA8535 dan dilanjutkan untuk dikirim oleh WIZ6000.
Pada tahap kedua ujicoba diatas masih menggunakan software umum
untuk menerima data dari WIFI. Oleh karena itu, pada tahap selanjutnya
dibuatlah software untuk menerima data dari Transmitter menggunakan
Microsoft Visual C#. Software ini didesain khusus untuk menampilkan data
konsentrasi gas CO2. Selain menampilkan software ini juga mampu
menyimpan data yang diterima ke dalam database.

Setelah kedua sistem (transmitter dan receiver) telah siap, maka


dilakukanlah ujicoba akhir. Pada ujicoba ini, dibandingkan juga dengan
pendeteksi gas CO2 lain. Hal ini dilakukan untuk mengkalibrasi seberapa
akurat alat hasil penelitian ini dibandingkan dengan alat lain yang sudah ada di
pasaran dengan standar yang sudah diakui.
Jika digambarkan dengan diagram alir sebagai berikut :
Mulai

Studi pustaka, pengumpulan bahan


dan alat

Peracangan dan pembuatan


perangkat keras (Transmitter)

Perancangan dan pembuatan


perangkat lunak (Receiver)

Pengujian perangkat keras


Pengujian sistem komunikasi
Pengujian sistem Secara total baik
transmitter maupun receiver

Analisa
Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir prosedur penelitian

3.4 Blok diagram penelitian

Antena Yagi untuk mengirim melalui wif

Penerima

Sistem akusisi dengan mikrokontroler dan sensor


PC sebagai datalogger

Stasiun pemantau gas beracun

RS232

Gambar 4.2 Diagram blok monitoring distribusi panas

3.5 Jadwal kegiatan

No
.

Bulan

Kegiatan
1

1
2
3
4
5
6

Studi pustaka
Pembuatan hardwere
Pembuatan softwere
Pengujian hardwere dan softwere
Sistem akusisi data
Pembutan Laporan

M. DAFTAR PUSTAKA

Abbaspour, M & Mansouri, N.2005. City hazardous gas monitoring network.


Selected Papers Presented at the International Conference on
Bhopal Gas Tragedy and its Effects on Process Safety. Bhopal, Pp.
Anonim,

481487.
Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

Online.

http://www.KamusBahasaIndonesia.org. [diakses 24/10/12].


Bailey, D. 2003. Practical Radio Engineering and Telemetry for Industri.
Oxford : Newnespress.
Bejo, A. 2007. C & AVR, Rahasia kemudahan bahasa C dalam mikrokontroler
ATmega8535. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Fiari, H. 2011. Rancang Bangun Antena Grid 900 MHz Untuk Memperkuat
Penerimaan Sinyal GSM. http://repository.usu.ac.id/handle/123456
789/30673. [diakses 25/10/2012]
Fraden, J. 1996. Handbook of Modern Sensors. New York : Springer Verlag.
Heryanto, M. dan Wisnu A.P. 2007. Pemrograman Bahasa C Untuk
Mikrokontroler ATMEGA8535. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Padmadina, F.Z, dkk. 1996. Instrumen Dan Penyimpan Konsentrasi Gas CO
dengan Sensor Semikonduktor TGS203. PPI-KIM LIPI. ISSN
0852-002 X.
Priyambodo, TK dan Heriadi, D. 2005 Jaringan Wi-Fi Teori dan Implementasi.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
Simon, I. dkk. 2001. Micromachined metal oxide gas sensors: opportunities to
improve sensor performance. Sensors and Actuators B: Chemical,
Vol. 73, Issue 1, Pp. 1-26.
Somov, A dkk. 2011. Development of wireless sensor network for combustible
gas monitoring. Sensors and Actuators A: Physical, Vol. 171, Issue
2, Pp 398405.

Anda mungkin juga menyukai