Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH KARAKTER EKSEKUTIF DAN PENGHINDARAN PAJAK

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG


TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009 2012

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan sumber penerimaan negara dan memiliki peranan sebagai sumber
dana bagi pembiyaan negara dari sektor nonmigas, sehingga peranan pajak seharusnya
ditingkatkan secara optimal dalam rangka mempercepat laju pertumbuhan di Indonesia.
Dengan demikian sangat diharapkan kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban
perpajakannya secara sukarela sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Ketidakpatuhan wajib pajak dapat menimbulkan upaya penghindaran pajak. Salah satu
penghindaran

pajak

yang dilakukan wajib pajak adalah tax avoidance, yaitu upaya

penghindaran pajak secara legal yang tidak melanggar

peraturan

perpajakan

yang

dilakukan wajib pajak dengan cara berusaha mengurangi jumlah pajak terutangnya
dengan mencari kelemahan peraturan (loopholes) (Hutagoal, 2007). Tax avoidance dapat
menggambarkan suatu bentuk permasalahan keagenan, dimana keputusan manager dapat
mencerminkan adanya

kepentingan pribadi manager dengan adanya pemisahan

kepemilikan dan pemisahan pengendalian.


Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat
legal (Lawful), sedangkan penggelapan pajak (Tax Evasion) adalah usaha untuk mengurangi
hutang pajak yang bersifat tidak legal (Unlawful) (Xynas, 2011). Oleh karenanya persoalan
penghindaran pajak merupakan persolan yang rumit dan unik. Di satu sisi penghindaran
pajak diperbolehkan, tapi di sisi yang lain penghindaran pajak tidak diinginkan. Dalam
kontek pemerintah Indonesia, telah dibuat berbagai aturan

guna mencegah adanya

penghindaran pajak. Salah satu aturan tersebut misalnya terkait transfer pricing, yakni
tentang penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi antara wajib
pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Perdirjen No. PER-43/PJ/2010,
2010). Triyas chasbiandani dan Dwi Martani melakukan penelitian mengenai Pengaruh
penghindaran pajak jangka panjang terhadap nilai perusahaan Hasilnya Short run tax
avoidance berpengaruh positif terhadap long run tax avoidance. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Dyreng et. al yang menyatakan bahwa short run tax
avoidance berpengaruh positif terhadap long run tax avoidance.
Nilai suatu perusahan biasanya juga dipengaruhi oleh factor internal dalam hal ini
karakter individu top eksekutif dalam perusahaan melalui kebijakan yang diambil oleh
pimpinan perusahaan termasuk untuk mengambil keputusan. Pimpinan perusahaan (CEO,
CFO, dan Top Executive yang lain) sebagai individu pengambil kebijakan pasti memiliki
karakter yang berbeda-beda. Karakter atau perilaku pimpinan perusahaan sebagai pengambil
keputusan bisa bersifat risk-taking (Low, 2006) atau bersifat risk-averse (Lewellen, 2003).
Terkait dengan hal tersebut telah dilakukan banyak penelitian misalnya pengujian hubungan
antara kompensasi eksekutif dan Tax Aggressivness (Rego dan Wilson, 2009), pengujian
hubungan antara karakteristik perusahaan dengan Tax Sheltering (Lisowsky,2009),
dan belakangan adalah penelitian tentang pengaruh individu eksekutif terhadap
penghindaran pajak (Tax Avoidance) perusahaan (Dyreng at al., 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Dyreng a al., (2010) hanya mengidentifikasi
pengaruh pimpinan perusahaan secara individu terhadap penghindaran pajak, tetapi belum
memberikan jawaban tentang individu dengan karakter atau perilaku yang seperti apa yang
memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak (Tax Avoidance) perusahaan serta apakah
karakter tersebut dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada kajian lebih
lanjut mengenai karakter eksekutif dan penghindaran pajak mempengaruhi nilai perusahaan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur
yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2009 sampai dengan 2012.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian dengan judul
PENGARUH KARAKTER EKSEKUTIF DAN PENGHINDARAN PAJAK TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 20092012.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan gambaran umum mengenai ruang lingkup penelitian dan
penelaahan variable penelitian. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dalam penelitian ini
masalah yang akan dirumuskan dalam suatu rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah individu top eksekutif dapat mempengaruhi nilai perusahaan?

2. Bagaimana perusahaan dapat melakukan penghindaran pajak serta apa pengaruh


yang ditimbulkan terhadap nilai perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh individu top eksekutif terhadap nilai perusahaan.
2. Pengaruh yang ditimbulkan
terhadap nilai perusahaan jika perusahaan dapat
melakukan penghindaran pajak.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka diharapkan hasil penelitian bermanfaat untuk :
1. Sebagai informasi untuk perusahaan atas dampak-dampak apa saja yang akan
ditimbulkan terhadap nilai perusahaan apabila melakukan penghindaran pajak.
2. Membantu investor memahami praktek penghindaran pajak di perusahaan.
3. Membantu perusahaan memahami karakter manajer yang seperti apa yang dibutuhkan
untuk meningkatkan nilai perusahaan.
4. Mengembangkan pengetahuan mengenai hubungan antara karakter eksekutif dan
penghindaran pajak sehingga berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2. LANDASAN TEORI
2.1 Studi Pustaka
2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan)
Munculnya praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh manajemen dilandasi
oleh agency theory (teori keagenan). Jensen dan Meckling (1976) dalam Setiowati (2007)

mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak di mana satu atau lebih principal
(pemilik) menggunakan pihak lain atau agent (manajer) untuk menjalankan perusahaan.
Dalam teori keagenan, yang dimaksud dengan principal adalah pemegang saham atau
pemilik yang menyediakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasi perusahaan. Agent
adalah manajemen yang memiliki kewajiban yang mengelola perusahaan sebagaimana yang
telah diamanahkan principal kepadanya. Tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan
nilai perusahaan yang diukur dengan harga saham. Namun selain itu, seorang manajer
mungkin memiliki kepentingan lain yang bertentangan dengan memaksimalisasi kekayaan
pemilik perusahaan. Hal ini menciptakan konflik potensial terjadi, dan konsep ini disebut
agency theory (Brigham dan Gapenski, 1996).
2.1.2 Karakter Eksekutif
Ada dua karakter yang biasanya dimiliki oleh seorang pimpinan perusahaan
eksekutif, yaitu sebagai risk taker dan risk averse (Low, 2006). Karakter eksekutif risk taker
adalah adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya
memiliki dorongan kuat untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan
yang lebih tinggi, (Maccrimon dan Wehrung, 1990). Eksekutif yang memiliki karakter
risk taker tidak ragu-ragu untuk melakukan pembiayaan dari hutang (Lewellen, 2003),
hal ini dilakukan supaya perusahaan tumbuh lebih cepat.
Berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki karakter risk averse adalah
eksekutif yang cenderung tidak menyukai resiko sehingga kurang berani dalam mengambil
keputusan bisnis. Eksekutif risk averse jika mendapatkan peluang maka dia akan memilih
resiko yang lebih rendah (Low, 2006). Biasanya eksekutif risk averse memiliki usia
yang lebih tua, sudah lama memegang jabatan, dan memiliki ketergantungan dengan
perusahaan. Dibandingkan dengan risk taker, eksekutif risk averse lebih menitik
beratkan pada keputusan-keputusan yang yang tidak mengakibatkan resiko yang lebih
besar (Maccrimon

dan

Wehrung,

1990). Pada penelitian ini karakter eksekutif

menggunakan risiko perusahaan (corporate risk)


Menurut

Hartono

(2008)

resiko

ada

kaitanya

dengan

return

yang

diperoleh perusahaan, bahwa resiko merupakan penyimpangan atau deviasi dari outcome
yang diterima dengan yang diekspektasi. Dengan demikian dapat diartikan semakin besar
deviasi antara outcome yang diterima dengan diekspektasikan mengindikasikan semakin
besar pula resiko yang ada. Seorang investor akan menghadapi risiko investasi berupa

kemungkinan terjadinya perbedaan hasil yang diharapkan (expected return) dengan hasil
yang benar-benar terjadi (Penman, 2007).
Hampir senada dengan Hartono (2008), Paligorova (2010) mengartikan risiko
perusahaan (corporate risk) merupakan volatilitas earning perusahaan, yang bisa diukur
dengan rumus deviasi standar, risiko bagi organisasi perusahaan pada umumnya bersumber
dari adanya unsur ketidakpastian (uncertainties) yang menyebabkan tertekannya profitability
atau bahkan dapat menimbulkan kerugian. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa risiko
perusahaan (corporate risk) merupakan penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik
penyimpangan itu bersifat kurang dari yang direncanakan (downside risk) atau mungkin
lebih dari yang direncanakan (upside potential), semakin besar deviasi earning perusahaan
mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada. Tinggi rendahnya
resiko perusahaan ini mengindikasikan karakter eksekutif apakah termasuk risk taker
atau risk averse (Paligorova, 2010).
Coles at al., (2004) menyebutkan bahwa risiko perusahaan (corporate risk)
merupakan cermin dari policy yang diambil oleh pimpinan perusahaan. Policy yang diambil
pimpinan perusahaan bisa mengindikasikan apakah mereka memiliki karakter risk taking
atau risk averse (Coles at al., 2004). Semakin tinggi corporate risk maka eksekutif
semakin memiliki karakter risk taker, demikian sebaliknya. Terkait dengan karakter
eksekutif, Lewellen (2003) menyebutkan bahwa karakter eksekutif yang risk taker
lebih berani membuat keputusan melakukan pembiayaan dari hutang, mereka memiliki
informasi yang lengkap tentang biaya dan manfaat dari hutang tersebut.
2.1.3 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Menurut Mardiasmo (2003), penghindaran pajak (Tax Avoidance) adalah suatu
usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang yang ada. Sama
dengan Mardiasmo (2003), Menurut Heru (1997) penghindaran pajak adalah usaha
pengurangan pajak, namun tetap mematuhi ketentuan peraturan perpajakan seperti
memanfaatkan pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun menunda pajak
yang belum diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku. Penghindaran pajak
merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal (Lawful), sedangkan
penggelapan pajak (Tax Evasion) adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang
bersifat tidak legal (Unlawful) (Xynas, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Uppal (2005) tentang kasus penghindaran pajak di

Indonesia, disampaikan bahwa di Negara-negara berkembang banyak terjadi kasus


penghindaran pajak. Hal ini dilakukan dengan cara tidak melaporkan atau melaporkan
namun tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya atas pendapatan yang bisa dikenai pajak.
Penghindaran pajak ini telah membuat basis pajak atas pajak pendapatan menjadi sempit
dan mengakibatkan begitu besarnya kehilangan potensi pendapatan pajak yang dapat
digunakan untuk mengurangi beban defisit anggaran negara.
Dengan demikian dalam kontek perusahaan, penghindaran pajak ini sengaja
dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memperkecil besarnya tingkat pembayaran pajak
yang harus dilakukan dan meningkatkan cash flow perusahaan. Seperti disebutkan oleh
Guire at al., (2011), bahwa manfaat dari adanya tax avoidance adalah untuk memperbesar
tax saving yang berpotensi mengurangi pembayaran pajak sehingga akan menaikkan cash
flow.

2.1.4 Nilai Perusahaan


Memaksimumkan nilai perusahaan adalah memaksimumkan nilai sahamnya. Arti
memaksimumkan nilai perusahaan berarti memaksimumkan nilai sekarang semua
keuntungan dimasa datang yang akan diterima oleh pemilik perusahaan, dan lebih
menekankan pada aliran hasil bukan sekedar laba bersih dalam pengertian akuntansi (Yanti,
2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Tryas Chasbiandani tentang pengaruh penghindaran
pajak jangka panjang terhadap nilai perusahaan disampaikan bahwa perilaku tax avoidance
jangka pendek bersifat persisten dari tahun ke tahun. Penghindaran pajak jangka panjang
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, hal tersebut mengindikasikan semakin rendah
cash ETR jangka panjang yang dibayarkan perusahaan, nilai perusahaan akan semakin tinggi.

2.2 Penelitian Terdahulu


Tidak ada penelitian langsung yang meneliti bagaimana karakter eksekutif dan
penghindaran pajak mempengaruhi nilai perusahaan akan tetapi penelitian terdahulu menjadi
referensi bagi penulis adalah penelitian (Dwi martani, Indah Masri,2010) mengenai pengaruh
tax avoidance terhadap cost of debt. Peneliti dapat membuktikan struktur kepemilikan
keluarga menunjukan bahwa perilaku tax avoidance meningkatkan biaya utang.
Berbeda dengan Indah Masri, Jose Sibarani melakukan penelitian tentang pengaruh
penghindaran pajak terhadap kejatuhan harga saham pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI.Akan tetapi Joe tidak dapat membuktikan bahwa prilaku penghindaran pajak
perusahaan berhubungan positif dengan kemungkinan risiko kejatuhan harga saham.
Desai dan dharmapala (2006), effective tax rate (tariff pajak efektif) dan discretionary
tax avoidance sama-sama merupakan proksi untuk mengukur penghindaran pajak. Hanya saja
jika effective tax rate naik, maka pajak yang dibayarkan oleh perusahaan semakin besar. Oleh
sebab itu, jika discretionary turun dan lebih rendah dari perusahaan yang memiliki tariff pajak
efektif yang lebih kecil.
Penelitian lain mengenai pengaruh karakteristik perusahaan dan reformasi perpajakan
terhadap penghindaran pajak di perusahaan industri manufaktur (Theresa Adelina, 2012).
Penelitian ini mampu membuktikan bahwa ukuran perusahaan dan intensitas modal
berpengaruh secara positif terhadap adanya penghindaran pajak perusahaan, sedangkan
intensitas persediaan berpengaruh negative dan signifikan.Namun leverage dan reformasi
tidak terbukti berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Selain ketiga penelitian diatas hal yang juga mempengaruhi penghindaran pajak ialah
karakter eksekutif, seperti penelitian yang dilakukan oleh Ni. Nyoman kristiana desi dan ketut
jati tentang pengaruh karakter eksekutif, karakteristik perusahan dan tata kelola perusahaan
yang baik terhadap penghindaran pajak. Dari penelitian tersebut terbukti hanya risiko
perusahaan, kualitas audit dan komite audit yang berpengaruh positif terhadap penghindaran
pajak perusahaan.
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Karakter Eksekutif
Untuk mengetahui karakter eksekutif maka digunakan risiko perusahaan (corporate
risk) yang dimiliki perusahaan (Paligrova, 2010). Coorporate risk mencerminkan
penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik penyimpangan itu bersifat kurang dari
yang direncanakan atau mungkin lebih dari yang direncanakan, semakin besar deviasi
earning perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada
(Paligrova, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Dyreng at al, (2010) adalah ditujukan untuk menguji
apakah individu Top Exective memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan.
Dengan mengambil sampel sebanyak

908

pimpinan perusahaan yang tercatat di

ExecuComp diperoleh hasil bahwa pimpinan perusahaan (Executive) secara individu


memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan, namun
demikian penelitian tersebut belum memberikan jawaban tentang bagaimana karakter
eksekutif mempengaruhi nilai perusahaan.
Maccrimon dan Wehrung (1990) dan Low (2006) menyebutkan bahwa, dalam
menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan eksekutif memiliki dua karakter yakni
sebagai risk taker dan risk averse. Maccrimon dan Wehrung (1990) menyebutkan eksekutif
yang memiliki karakter risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil
keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk memiliki penghasilan, posisi,
kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih tinggi. Dengan demikian mereka harus mampu
mendatangkan cash flow yang tinggi pula guna memenuhi tujuan pemilik perusahaan yakni
untuk mendapatkan cash flow dari operasi yang dilakukan oleh perusahan (La Porta dan
Silanez 1999), karena salah satu tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan laba. Oleh
karena itu, setiap perusahaan dituntut kemampuannya untuk menghasilkan laba dari sumber
daya yang dimilikinya khususnya aktiva. Risiko perusahaan pada umumnya bersumber dari
adanya unsur ketidakpastian (uncertainties) yang menyebabkan tertekannya profitability atau
bahkan dapat menimbulkan kerugian. Semua itu tidak luput dari peran eksekutif perusahaan
baik yang bersifat risk taker maupun risk averse.
H1 : Karakter eksekutif berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.3.2 Tax avoidance dan nilai perusahaan


Desai dan Dharmapala. (2009), melakukan pengujian cross sectional, kepemilikan
insitiusional mempengaruhi hubungan tax avoidance dengan nilai perusahaan, dimana pada
perusahaan dengan kepemilikan institusional yang lebih kuat, tax avoidance mempengaruhi
nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh shareholder dalam tax avoidance
perusahaan tergantung pada kemampuan shareholder untuk mengontrol manager.
Wang (2010), membuktikan transparansi perusahaan berpengaruh terhadap tindakan
tax avoidance yang dilakukan.Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa tax avoidance
mempengaruhi nilai perusahaan, terutama untuk perusahaan

yang transparansinya

baik. Penelitian yang dilakukan oleh Tang (2008) membuktikan bahwa BTD berpengaruh
negatif dengan earning perusahaan di periode berikutnya.
Penelitian lain mengenai book tax defferences dilakukan oleh Michelle Hanlon
(2005) dengan menggunakan book tax differences sebagai salah satu indikator dalam

memprediksi dan presistensi earning, cash flow dan accrual di masa yang akan datang.
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan dengan BTD yang besar
cenderung kurang presisten earningnya dibanding dengan perusahaan dengan BTD yang
lebih kecil.
Hanlon dan Slemrod (2009) menguji bagaimana reaksi pasar atas tindakan tax

avoidance yang dilakukan oleh perusahaan. Hanlon

dan Slemrod menyatakan bahwa

tindakan tax aggressiveness dapat meningkatkan atau menurunkan nilai saham perusahaan.
Jika tax aggressiveness dipandang sebagai upaya untuk melakukan tax planning dan
efisiensi pajak, maka pengaruhnya postif terhadap nilai perusahaan. Namun jika dipandang
sebagai tindakan non complience, justru akan meningkatkan risiko sehingga mengurangi
nilai perusahaan. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa pasar bereaksi negatif
terhadap tindakan tax avoidance. Perusahaan dengan pengungkapan pajak yang lebih luas
mendapatkan reaksi yang lebih baik. Ketika perusahaan tersebut memiliki goodcorporate
governance yang lebih baik maka reaksinya akan menjadi lebih positif. Perusahaan yang
lebih berorientasi pada konsumen reaksinya lebih negatif dan reaksi tersebut tergantung
pada persepsi investor atas level penghindaran pajak perusahaan. Hanlon dan Slemrod
(2009) menyimpulkan bahwa maket positively surpraise.
Penelitian di Indonesia mengenai pengaruh dari book tax differences dengan
persistesi earning dan nilai perusahaan dilakukan oleh Martani (2010). Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa perusahaan dengan BTD negatif yang besar, persistensi earning lebih
rendah dibanding dengan perusahaan kecil. Kaitannya BTD dengan nilai perusahaan,
penelitian ini menemukan bahwa BTD berpengaruh positif terhadap performa perusahaan
di masa yang akan datang.
Pemegang saham, sebagai pengawas menyetujui tindakan tax avoidance yang
dilakukan oleh manajemen ketika keuntungan atau benefit yang akan diterima atas imbal
jasa aktivitas tersebut masih lebih tinggi dibanding dengan biaya yang dikeluarkan. Selain
itu, pajak juga menjadi salah satu faktor yang memotivasi dan menentukan dalam
pengambilan keputusan perusahaan. Di Indonesia, penegakan hukum dan kedisiplinan
penerapan peraturan masih rendah, sehingga tax avoidance lebih dipandang sebagai benefit
bukan risiko, karena risiko deteksi yang dapat diminimalkan. Berdasarkan penjelasan dan
penelitian sebelumnya berdasarkan konteks penelitian di Indoensia, maka hipotesis 2 dalam
penelitian ini adalah :
H2

: Tax Avoidance berpengaruh postif terhadap nilai perusahaan

2.4 Kerangka Pemikiran


Dari uraian diatas, metodologi penelitian dapat digambarkan seperti dibawah ini :
Karakter Eksekutif

Coorporate Risk

Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance)

Nilai Perusahaan

Cash ETR

Variabel Kontrol

Size
Leverage
Sales Growth
NOL

10

3. Metodologi Penelitian
3.1 Populasi dan Sample
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh karakter eksekutif perusahaan
dan penghindaran pajak terhadap nilai perusahaan manufaktur periode tahun 2009-2012.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2009-2012. Pemilihan tahun 2009-2012 di karenakan tahun
terakhir seluruh perusahaan menebitkan laporan keuangan serta laporan tahunan di tahun
2012 karena ada cukup banyak perusahaan yang dari tahun awal rencana penelitian yaitu
2009 selalu menerbitan laporan keuangan dan laporan tahunan namun belum menerbitkan
laporan di tahun 2013, maka dari itu agar tidak mengurangi sampel dipilhlah tahun terakhir
penelitian pada tahun 2012. Salah satu alasan pemilihan sampel dari BEI adalah
mempermudah dalam pencarian data Penarikan sample menggunakan metode purposive
sampling, yaitu sample yang ditarik menggunakan kriteria tertentu, yaitu :
1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 sampai tahun 2012
sesuai dengan populasi penelitian.
2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan dan annual report selama periode
pengamatan dari tahun 2009 sampai dengan 2012 pada tanggal 31 Desember karena
data akan di peroleh dari laporan keuangan perusahaan terkait.
3. Data-data mengenai variable-variabel yang akan diteliti tersedia dengan lengkap
dalam laporan keuangan perusahaan dari tahun 2009-2012.
4. Perusahaan yang tidak memiliki zero or negative income setiap periode penelitian
karena jika perusahaan memiliki negative income itu artinya pengembalian pajak yang
menyebabkan distorsi (Zimmerman, 1983; Omer at al, 1993 dalam Indah Lestari,
2010)
5. Perusahaan yang memiliki laba kena pajak positif karena untuk mempermudah
perhitungan penghindaran pajak melalui Cash ETR.
Setelah melakukan identifikasi dan pemilihan sampel berdasarkan karakteristik yang
sudah dikemukakan diatas, dari seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2009-2012, terdapat 36 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel. Rekonsiliasi tersebut
dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel Hasil Rekonsiliasi Sampel
Perusahaan manufaktur yang listed di BEI periode 2009-2012
Perusahaan yang Laporan Keuangannya tidak lengkap/tidak ada
Perusahaan yang memiliki Negative Income

132
36
43
11

Perusahaan yang mengalami rugi setelah kena pajak


Jumlah Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria
Jumlah Perusahaan Sampel
Jumlah Observasi

17
96
36
144

3.2 Model Penelitian


Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
TorbinsQ = = + 1 RISKit + 2 SIZEit + 3 LEVit + 4 SALES_GRit + 5 NOLit + .

Notasi :
TorbinsQ

= Nilai Perusahaan

RISKit

= Risiko perusahaan (corporate risk) i pada tahun t

SIZEit

= Total asset perusahaan i tahun t.

LEVit

= Leverage perusahaan i pada tahun t

SALES_Grit

= Pertumbuhan penjualan perusahaan i pada tahun t

NOLit

= Net Operating Loss perusahaan i pada tahun t

= Konstansta

= error

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data yang dimaksud
dapat berupa Laporan Keuangan dan dokumen-dokumen terkait lainnya. Data untuk
penelitian diperoleh Website BEI (www.idx.co.id) serta laporan keuangan perusahaan
khususnya terkait dengan informasi ekonomi dan keuangan. Data lainnya diperoleh dari
jurnal, literature lainnya yang memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

3.4 Definisi dan Pengukuran Operasional Variabel


3.4.1 Variabel Dependen

12

Variabel Dependen adalah Variabel terikat yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variable independen (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini variable dependen
yang digunakan adalah Nilai Perusahaan. Nilai Perusahaan diukur dengan menggunakan
adjusted TorbinsQ (Vinola herwati, 2008) yang diformulasikan sebagai berikut :
Adjusted TorbinsQ =

MVE+ D
BME+ D

Dimana :
Tobins Q

= Nilai perusahaan

MVE

= Nilai Ekuitas Pasar ( market value of Equity)

= Nilai buku dari total hutang

BVE

= Nilai buku dari equitas (Book Value of Equity)

Variabel control dalam penelitian ini, antara lain :


Size, Ferry dan Jones (1979) mendefenisikan ukuran perusahaan sebagai gambaran
besar kecilnya suatu perusahaan. Variabel size diukur dengan menggunakan Natural
logarithm total asset yang dimiliki perusahaan (Guire at al., 2011).
Leverage, merupakan sumber pendanaan perusahaan eksternal dari hutang, hutang
yang dimaksud di sini adalah hutang jangka panjang. Variabel leverage diukur dengan
membagi total kewajiban jangka panjang dengan total asset perusahaan (Brad Badertscher
at al., 2009)
Sales Growth , Pertumbuhan penjualan (Sales growth), menunjukkan perkembangan
tingkat penjualan dari tahun ke tahun. Oleh karenanya perkembengan tersebut bisa
meningkat atau menurun. Pertumbuhan penjualan diukur dengan cara penjualan akhir
periode dikurangi dengan penjualan awal periode dibagi dengan penjualan awal periode
(Brad Badertscher at al., 2009)
NOL (Net Operating Loss), adalah kondisi rugi operasi perusahaan, dalam kondisi ini
perusahaan akan mendapatkan insentif pajak yakni tidak memiliki kewajiban untuk
membayar pajak. Variabel ini diukur dengan cara memberi nilai 1 bagi perusahaan
yang periode sebelumnya menderita rugi dan nilai 0 bagi perusahaan yang periode
sebelumnya tidak menderita rugi (Brad Badertscher at al., 2009).

3.4.2 Variabel Independen


Variabel Independen adalah Variabel bebas yang mempengaruhi atau yang menjadi
13

sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (Sugiyono, 2007). Penelitian ini
menggunakan dua variable independen :
Karakter Eksekutif
Berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki karakter risk adverse cenderung
lebih menghindari risiko sehingga kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis. Untuk
meneliti karakter eksekutif ini peneliti menggunakan moderating variabel risiko perusahaan
(corporate risk) untuk menentukan apakah eksekutif bersifat risk taker atau risk adverse dan
bagaimana pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.
Oleh Paligrova (2010) untuk mengukur risiko perusahaan ini dihitung melalui
deviasi standar dari EBITDA (Earning Before Income Tax, Depreciation, and
Amortization) dibagi dengan total asset perusahaan. Adapun rumus deviasi standar yang
dimaksud adalah sebagai berikut:

Dimana E adalah EBITDA dibagi dengan total asset yang dimiliki perusahaan.
Besar kecilnya risiko perusahaan mencerminkan apakah eksekutif perusahaan termasuk
dalam kategori risk-taking atau risk-averse, semakin besar risiko perusahaan menunjukkan
eksekutif perusahaan tersebut adalah risk-taking, sebaliknya semakin kecil risiko perusahaan
menunjukkan eksekutif perusahaan tersebut adalah risk-averse (Budiman,2012).

Penghindaran Pajak
Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi, atau bahkan meniadakan
hutang pajak yang harus dibayar perusahaan dengan tidak tidak melanggar undang-undang
yang ada. Menurut Dyreng at al., (2010) variabel ini dihitung melalui CASH ETR (cash
effective tax rate) perusahaan yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi
dengan laba sebelum pajak. Adapun rumus untuk menghitung CASH ETR adalah sebagai
berikut:

Semakin besar CASH ETR ini mengindikasikan semakin rendah tingkat penghindaran pajak
perusahaan.
14

4. Teknik Analisis
4.1 Statistik Deskriptif
Populasi yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Jumlah Populasi
ada 132 perusahaan, perusahaan yang tidak memenuhi criteria ada 96, maka sampel yang
digunakan ada 36 perusahaan. Statistik Deskriftif yang dilakukan bertujuan dilakukan untuk
mengetahui nilai mean, maksimum,minimum, dan standar deviasi dari variable yang
digunakan.
4.2 Uji Normalitas
Keputusan untuk menerima dan menolak hipotesis yaitu dengan menggunakan
perbandingan antara nilai probabilitas () dengan tingkat signifikansi () sebesar 0,05. Data
dikatakan terdistribusi secara normal jika nilai probabilitas () lebih besar dari tingkat
signifikansi 0,05 ( > 0,05).

4.3 Uji Autokorelasi


Dalam uji autokorelasi, penilaian terhadap hubungan korelasi antar kesalahan
pengganggu (residual) pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 dinilai

dengan menggunakan uji durbin Watson. Jika du < DW < 4 - du maka dikatakan tidak
terjadi autokorelasi (Ghozali, 2006).
4.4 Uji Heterokedasitisitas
Jika hasil yang tergambar pada grafik scatterplot menunjukkan adanya penyebaran
titik secara acak dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini
mengindikasikan

pada model regresi yang dikembangkan tidak terdapat masalah

heterokedatisitas, dan model yang dikembangkan layak digunakan dalam memprediksi


Nilai perusahaan karakter eksekutif dan risiko perusahaan.

4.5 Uji Multikolinearitas

Penelitian ini menggunakan persamaan regresi, sehingga untuk mengukur ketepatan

15

fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual maka harus diukur dari goodnes of fit nya.
Untuk itu dilakukan perhitungan nilai koefisien determinasi, nilai statistic F, dan nilai
statistic t.
2

4.6 Koefisien Determinasi (R )

Melakukan perhitungan untuk mengetahui kemampuan dari variabel-variabel


independent dalam model regresi yang dikembangkan untuk dapat menjelaskan variasi
variabel dependent yang dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luarnya. Sedangkan nilai
standar error of estimate (SEE), semakin kecil nilai SEE akan semakin tepat model
regresi memprediksi variable dependen (Ghozali, 2009)
4.7 Uji Statistik F

Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh hasil besaran nilai untuk mengetahui
tingkat signifikan pada tingkat probabilitas untuk menunjukan hasil keberadaan faktorfaktor variabel independent yang ada secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan
dalam memprediksikan variabel dependennya.
4.8 Uji Statistik t
Berdasarkan nilai konstanta dan koefisien regresi variabel yang dihasilkan, maka
hubungan antara variable dependen dan independen dapat dijelaskan dalam model regresi
sebagai berikut:
TorbinsQ = = + 1 RISKit + 2 SIZEit + 3 LEVit + 4 SALES_GRit + 5 NOLit + .

16

DAFTAR PUSTAKA
Chasbiandani,Tryas & Dwi Martani. 2012. Pengaruh Penghindaran Pajak Jangka Panjang
17

terhadap Nilai Perusahaan

Dewi, Ni Nyoman Kristiana & I Ketut Jati. 2014. Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik
Perusahaan dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada Tax Avoidance di
BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.2 (2014):249-260

Sartika, Widya. 2012. Analisis Hubungan Penghindaran Pajak Terhadap Biaya Hutang dan
Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi Fakultas Ekonomi
Program Studi Akuntansi Universitas Indonesia, Depok.

Budiman,Judi & Setiyono. 2012. Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance). Semarang
Dyreng, Scott, Michelle Hanlon dan Edward Maydew. (2008). Long run corporate tax
avoidance.The Accounting Review.83 (1). 61 82.
Martani, D. dan A. E. Persada. 2010. Pengaruh Book Tax Gap terhadap Presistensi Laba.
http://staff.ui.ac.id.
Jensen, M. C.; William H. Meckling, 1976, Theory Of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure, Journal of Financial Economics, 3, 305360.

Dyreng, Scott D.; Hanlon, Michelle; Maydew Edward L, 2008, Long-Run Corporate Tax
Avoidance, The Accounting Review, 83, 61-82.
Rego S., Wilson R., 2009, Executive Compensation, Tax Reporting Aggressiveness, and
Future Firm Performance, Working Paper, The University of Iowa.

MacCrimmon, Kenneth R.; Wehrung Donald A., 1990, Characteristics of Risk Taking
Executives, Mnagement Science, pg 422

18

Paligorova, Teodora, 2010, Corporate Risk Taking and Ownership Structure, Bank of
Canada Working Paper, 2010-3.

Desai, Mihir A.; Dharmapala, Dhammika, 2004, Corporate Tax Avoidance and High
Powered Incentives, Economics Working Papers, 4-1.
Martani, Dwi & Indah Masri. 2012. Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Cost of Debt.
Accounting Departement.

Masri, Indah & Jose Sibarani. Pengaruh Penghindaran Pajak Terhadap Kejatuhan Harga
Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2010. Skripsi
Fakultas Ekonomi Ekstensi Universitas Indonesia. Depok
Adelina,Theresa. 2012. Pengaruh karakteristik perusahaan dan reformasi perpajakan terhadap
penghindaran pajak di perusahaan industri manufaktur. Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai