1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan sumber penerimaan negara dan memiliki peranan sebagai sumber
dana bagi pembiyaan negara dari sektor nonmigas, sehingga peranan pajak seharusnya
ditingkatkan secara optimal dalam rangka mempercepat laju pertumbuhan di Indonesia.
Dengan demikian sangat diharapkan kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban
perpajakannya secara sukarela sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Ketidakpatuhan wajib pajak dapat menimbulkan upaya penghindaran pajak. Salah satu
penghindaran
pajak
peraturan
perpajakan
yang
dilakukan wajib pajak dengan cara berusaha mengurangi jumlah pajak terutangnya
dengan mencari kelemahan peraturan (loopholes) (Hutagoal, 2007). Tax avoidance dapat
menggambarkan suatu bentuk permasalahan keagenan, dimana keputusan manager dapat
mencerminkan adanya
penghindaran pajak. Salah satu aturan tersebut misalnya terkait transfer pricing, yakni
tentang penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi antara wajib
pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Perdirjen No. PER-43/PJ/2010,
2010). Triyas chasbiandani dan Dwi Martani melakukan penelitian mengenai Pengaruh
penghindaran pajak jangka panjang terhadap nilai perusahaan Hasilnya Short run tax
avoidance berpengaruh positif terhadap long run tax avoidance. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dyreng et. al yang menyatakan bahwa short run tax
avoidance berpengaruh positif terhadap long run tax avoidance.
Nilai suatu perusahan biasanya juga dipengaruhi oleh factor internal dalam hal ini
karakter individu top eksekutif dalam perusahaan melalui kebijakan yang diambil oleh
pimpinan perusahaan termasuk untuk mengambil keputusan. Pimpinan perusahaan (CEO,
CFO, dan Top Executive yang lain) sebagai individu pengambil kebijakan pasti memiliki
karakter yang berbeda-beda. Karakter atau perilaku pimpinan perusahaan sebagai pengambil
keputusan bisa bersifat risk-taking (Low, 2006) atau bersifat risk-averse (Lewellen, 2003).
Terkait dengan hal tersebut telah dilakukan banyak penelitian misalnya pengujian hubungan
antara kompensasi eksekutif dan Tax Aggressivness (Rego dan Wilson, 2009), pengujian
hubungan antara karakteristik perusahaan dengan Tax Sheltering (Lisowsky,2009),
dan belakangan adalah penelitian tentang pengaruh individu eksekutif terhadap
penghindaran pajak (Tax Avoidance) perusahaan (Dyreng at al., 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Dyreng a al., (2010) hanya mengidentifikasi
pengaruh pimpinan perusahaan secara individu terhadap penghindaran pajak, tetapi belum
memberikan jawaban tentang individu dengan karakter atau perilaku yang seperti apa yang
memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak (Tax Avoidance) perusahaan serta apakah
karakter tersebut dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada kajian lebih
lanjut mengenai karakter eksekutif dan penghindaran pajak mempengaruhi nilai perusahaan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur
yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2009 sampai dengan 2012.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian dengan judul
PENGARUH KARAKTER EKSEKUTIF DAN PENGHINDARAN PAJAK TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 20092012.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan gambaran umum mengenai ruang lingkup penelitian dan
penelaahan variable penelitian. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dalam penelitian ini
masalah yang akan dirumuskan dalam suatu rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah individu top eksekutif dapat mempengaruhi nilai perusahaan?
2. LANDASAN TEORI
2.1 Studi Pustaka
2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan)
Munculnya praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh manajemen dilandasi
oleh agency theory (teori keagenan). Jensen dan Meckling (1976) dalam Setiowati (2007)
mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak di mana satu atau lebih principal
(pemilik) menggunakan pihak lain atau agent (manajer) untuk menjalankan perusahaan.
Dalam teori keagenan, yang dimaksud dengan principal adalah pemegang saham atau
pemilik yang menyediakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasi perusahaan. Agent
adalah manajemen yang memiliki kewajiban yang mengelola perusahaan sebagaimana yang
telah diamanahkan principal kepadanya. Tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan
nilai perusahaan yang diukur dengan harga saham. Namun selain itu, seorang manajer
mungkin memiliki kepentingan lain yang bertentangan dengan memaksimalisasi kekayaan
pemilik perusahaan. Hal ini menciptakan konflik potensial terjadi, dan konsep ini disebut
agency theory (Brigham dan Gapenski, 1996).
2.1.2 Karakter Eksekutif
Ada dua karakter yang biasanya dimiliki oleh seorang pimpinan perusahaan
eksekutif, yaitu sebagai risk taker dan risk averse (Low, 2006). Karakter eksekutif risk taker
adalah adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya
memiliki dorongan kuat untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan
yang lebih tinggi, (Maccrimon dan Wehrung, 1990). Eksekutif yang memiliki karakter
risk taker tidak ragu-ragu untuk melakukan pembiayaan dari hutang (Lewellen, 2003),
hal ini dilakukan supaya perusahaan tumbuh lebih cepat.
Berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki karakter risk averse adalah
eksekutif yang cenderung tidak menyukai resiko sehingga kurang berani dalam mengambil
keputusan bisnis. Eksekutif risk averse jika mendapatkan peluang maka dia akan memilih
resiko yang lebih rendah (Low, 2006). Biasanya eksekutif risk averse memiliki usia
yang lebih tua, sudah lama memegang jabatan, dan memiliki ketergantungan dengan
perusahaan. Dibandingkan dengan risk taker, eksekutif risk averse lebih menitik
beratkan pada keputusan-keputusan yang yang tidak mengakibatkan resiko yang lebih
besar (Maccrimon
dan
Wehrung,
Hartono
(2008)
resiko
ada
kaitanya
dengan
return
yang
diperoleh perusahaan, bahwa resiko merupakan penyimpangan atau deviasi dari outcome
yang diterima dengan yang diekspektasi. Dengan demikian dapat diartikan semakin besar
deviasi antara outcome yang diterima dengan diekspektasikan mengindikasikan semakin
besar pula resiko yang ada. Seorang investor akan menghadapi risiko investasi berupa
kemungkinan terjadinya perbedaan hasil yang diharapkan (expected return) dengan hasil
yang benar-benar terjadi (Penman, 2007).
Hampir senada dengan Hartono (2008), Paligorova (2010) mengartikan risiko
perusahaan (corporate risk) merupakan volatilitas earning perusahaan, yang bisa diukur
dengan rumus deviasi standar, risiko bagi organisasi perusahaan pada umumnya bersumber
dari adanya unsur ketidakpastian (uncertainties) yang menyebabkan tertekannya profitability
atau bahkan dapat menimbulkan kerugian. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa risiko
perusahaan (corporate risk) merupakan penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik
penyimpangan itu bersifat kurang dari yang direncanakan (downside risk) atau mungkin
lebih dari yang direncanakan (upside potential), semakin besar deviasi earning perusahaan
mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada. Tinggi rendahnya
resiko perusahaan ini mengindikasikan karakter eksekutif apakah termasuk risk taker
atau risk averse (Paligorova, 2010).
Coles at al., (2004) menyebutkan bahwa risiko perusahaan (corporate risk)
merupakan cermin dari policy yang diambil oleh pimpinan perusahaan. Policy yang diambil
pimpinan perusahaan bisa mengindikasikan apakah mereka memiliki karakter risk taking
atau risk averse (Coles at al., 2004). Semakin tinggi corporate risk maka eksekutif
semakin memiliki karakter risk taker, demikian sebaliknya. Terkait dengan karakter
eksekutif, Lewellen (2003) menyebutkan bahwa karakter eksekutif yang risk taker
lebih berani membuat keputusan melakukan pembiayaan dari hutang, mereka memiliki
informasi yang lengkap tentang biaya dan manfaat dari hutang tersebut.
2.1.3 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Menurut Mardiasmo (2003), penghindaran pajak (Tax Avoidance) adalah suatu
usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang yang ada. Sama
dengan Mardiasmo (2003), Menurut Heru (1997) penghindaran pajak adalah usaha
pengurangan pajak, namun tetap mematuhi ketentuan peraturan perpajakan seperti
memanfaatkan pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun menunda pajak
yang belum diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku. Penghindaran pajak
merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal (Lawful), sedangkan
penggelapan pajak (Tax Evasion) adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang
bersifat tidak legal (Unlawful) (Xynas, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Uppal (2005) tentang kasus penghindaran pajak di
terdaftar di BEI.Akan tetapi Joe tidak dapat membuktikan bahwa prilaku penghindaran pajak
perusahaan berhubungan positif dengan kemungkinan risiko kejatuhan harga saham.
Desai dan dharmapala (2006), effective tax rate (tariff pajak efektif) dan discretionary
tax avoidance sama-sama merupakan proksi untuk mengukur penghindaran pajak. Hanya saja
jika effective tax rate naik, maka pajak yang dibayarkan oleh perusahaan semakin besar. Oleh
sebab itu, jika discretionary turun dan lebih rendah dari perusahaan yang memiliki tariff pajak
efektif yang lebih kecil.
Penelitian lain mengenai pengaruh karakteristik perusahaan dan reformasi perpajakan
terhadap penghindaran pajak di perusahaan industri manufaktur (Theresa Adelina, 2012).
Penelitian ini mampu membuktikan bahwa ukuran perusahaan dan intensitas modal
berpengaruh secara positif terhadap adanya penghindaran pajak perusahaan, sedangkan
intensitas persediaan berpengaruh negative dan signifikan.Namun leverage dan reformasi
tidak terbukti berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Selain ketiga penelitian diatas hal yang juga mempengaruhi penghindaran pajak ialah
karakter eksekutif, seperti penelitian yang dilakukan oleh Ni. Nyoman kristiana desi dan ketut
jati tentang pengaruh karakter eksekutif, karakteristik perusahan dan tata kelola perusahaan
yang baik terhadap penghindaran pajak. Dari penelitian tersebut terbukti hanya risiko
perusahaan, kualitas audit dan komite audit yang berpengaruh positif terhadap penghindaran
pajak perusahaan.
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Karakter Eksekutif
Untuk mengetahui karakter eksekutif maka digunakan risiko perusahaan (corporate
risk) yang dimiliki perusahaan (Paligrova, 2010). Coorporate risk mencerminkan
penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik penyimpangan itu bersifat kurang dari
yang direncanakan atau mungkin lebih dari yang direncanakan, semakin besar deviasi
earning perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada
(Paligrova, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Dyreng at al, (2010) adalah ditujukan untuk menguji
apakah individu Top Exective memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan.
Dengan mengambil sampel sebanyak
908
yang transparansinya
baik. Penelitian yang dilakukan oleh Tang (2008) membuktikan bahwa BTD berpengaruh
negatif dengan earning perusahaan di periode berikutnya.
Penelitian lain mengenai book tax defferences dilakukan oleh Michelle Hanlon
(2005) dengan menggunakan book tax differences sebagai salah satu indikator dalam
memprediksi dan presistensi earning, cash flow dan accrual di masa yang akan datang.
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan dengan BTD yang besar
cenderung kurang presisten earningnya dibanding dengan perusahaan dengan BTD yang
lebih kecil.
Hanlon dan Slemrod (2009) menguji bagaimana reaksi pasar atas tindakan tax
tindakan tax aggressiveness dapat meningkatkan atau menurunkan nilai saham perusahaan.
Jika tax aggressiveness dipandang sebagai upaya untuk melakukan tax planning dan
efisiensi pajak, maka pengaruhnya postif terhadap nilai perusahaan. Namun jika dipandang
sebagai tindakan non complience, justru akan meningkatkan risiko sehingga mengurangi
nilai perusahaan. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa pasar bereaksi negatif
terhadap tindakan tax avoidance. Perusahaan dengan pengungkapan pajak yang lebih luas
mendapatkan reaksi yang lebih baik. Ketika perusahaan tersebut memiliki goodcorporate
governance yang lebih baik maka reaksinya akan menjadi lebih positif. Perusahaan yang
lebih berorientasi pada konsumen reaksinya lebih negatif dan reaksi tersebut tergantung
pada persepsi investor atas level penghindaran pajak perusahaan. Hanlon dan Slemrod
(2009) menyimpulkan bahwa maket positively surpraise.
Penelitian di Indonesia mengenai pengaruh dari book tax differences dengan
persistesi earning dan nilai perusahaan dilakukan oleh Martani (2010). Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa perusahaan dengan BTD negatif yang besar, persistensi earning lebih
rendah dibanding dengan perusahaan kecil. Kaitannya BTD dengan nilai perusahaan,
penelitian ini menemukan bahwa BTD berpengaruh positif terhadap performa perusahaan
di masa yang akan datang.
Pemegang saham, sebagai pengawas menyetujui tindakan tax avoidance yang
dilakukan oleh manajemen ketika keuntungan atau benefit yang akan diterima atas imbal
jasa aktivitas tersebut masih lebih tinggi dibanding dengan biaya yang dikeluarkan. Selain
itu, pajak juga menjadi salah satu faktor yang memotivasi dan menentukan dalam
pengambilan keputusan perusahaan. Di Indonesia, penegakan hukum dan kedisiplinan
penerapan peraturan masih rendah, sehingga tax avoidance lebih dipandang sebagai benefit
bukan risiko, karena risiko deteksi yang dapat diminimalkan. Berdasarkan penjelasan dan
penelitian sebelumnya berdasarkan konteks penelitian di Indoensia, maka hipotesis 2 dalam
penelitian ini adalah :
H2
Coorporate Risk
Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance)
Nilai Perusahaan
Cash ETR
Variabel Kontrol
Size
Leverage
Sales Growth
NOL
10
3. Metodologi Penelitian
3.1 Populasi dan Sample
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh karakter eksekutif perusahaan
dan penghindaran pajak terhadap nilai perusahaan manufaktur periode tahun 2009-2012.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2009-2012. Pemilihan tahun 2009-2012 di karenakan tahun
terakhir seluruh perusahaan menebitkan laporan keuangan serta laporan tahunan di tahun
2012 karena ada cukup banyak perusahaan yang dari tahun awal rencana penelitian yaitu
2009 selalu menerbitan laporan keuangan dan laporan tahunan namun belum menerbitkan
laporan di tahun 2013, maka dari itu agar tidak mengurangi sampel dipilhlah tahun terakhir
penelitian pada tahun 2012. Salah satu alasan pemilihan sampel dari BEI adalah
mempermudah dalam pencarian data Penarikan sample menggunakan metode purposive
sampling, yaitu sample yang ditarik menggunakan kriteria tertentu, yaitu :
1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 sampai tahun 2012
sesuai dengan populasi penelitian.
2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan dan annual report selama periode
pengamatan dari tahun 2009 sampai dengan 2012 pada tanggal 31 Desember karena
data akan di peroleh dari laporan keuangan perusahaan terkait.
3. Data-data mengenai variable-variabel yang akan diteliti tersedia dengan lengkap
dalam laporan keuangan perusahaan dari tahun 2009-2012.
4. Perusahaan yang tidak memiliki zero or negative income setiap periode penelitian
karena jika perusahaan memiliki negative income itu artinya pengembalian pajak yang
menyebabkan distorsi (Zimmerman, 1983; Omer at al, 1993 dalam Indah Lestari,
2010)
5. Perusahaan yang memiliki laba kena pajak positif karena untuk mempermudah
perhitungan penghindaran pajak melalui Cash ETR.
Setelah melakukan identifikasi dan pemilihan sampel berdasarkan karakteristik yang
sudah dikemukakan diatas, dari seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2009-2012, terdapat 36 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel. Rekonsiliasi tersebut
dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel Hasil Rekonsiliasi Sampel
Perusahaan manufaktur yang listed di BEI periode 2009-2012
Perusahaan yang Laporan Keuangannya tidak lengkap/tidak ada
Perusahaan yang memiliki Negative Income
132
36
43
11
17
96
36
144
Notasi :
TorbinsQ
= Nilai Perusahaan
RISKit
SIZEit
LEVit
SALES_Grit
NOLit
= Konstansta
= error
12
Variabel Dependen adalah Variabel terikat yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variable independen (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini variable dependen
yang digunakan adalah Nilai Perusahaan. Nilai Perusahaan diukur dengan menggunakan
adjusted TorbinsQ (Vinola herwati, 2008) yang diformulasikan sebagai berikut :
Adjusted TorbinsQ =
MVE+ D
BME+ D
Dimana :
Tobins Q
= Nilai perusahaan
MVE
BVE
sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (Sugiyono, 2007). Penelitian ini
menggunakan dua variable independen :
Karakter Eksekutif
Berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki karakter risk adverse cenderung
lebih menghindari risiko sehingga kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis. Untuk
meneliti karakter eksekutif ini peneliti menggunakan moderating variabel risiko perusahaan
(corporate risk) untuk menentukan apakah eksekutif bersifat risk taker atau risk adverse dan
bagaimana pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.
Oleh Paligrova (2010) untuk mengukur risiko perusahaan ini dihitung melalui
deviasi standar dari EBITDA (Earning Before Income Tax, Depreciation, and
Amortization) dibagi dengan total asset perusahaan. Adapun rumus deviasi standar yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
Dimana E adalah EBITDA dibagi dengan total asset yang dimiliki perusahaan.
Besar kecilnya risiko perusahaan mencerminkan apakah eksekutif perusahaan termasuk
dalam kategori risk-taking atau risk-averse, semakin besar risiko perusahaan menunjukkan
eksekutif perusahaan tersebut adalah risk-taking, sebaliknya semakin kecil risiko perusahaan
menunjukkan eksekutif perusahaan tersebut adalah risk-averse (Budiman,2012).
Penghindaran Pajak
Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi, atau bahkan meniadakan
hutang pajak yang harus dibayar perusahaan dengan tidak tidak melanggar undang-undang
yang ada. Menurut Dyreng at al., (2010) variabel ini dihitung melalui CASH ETR (cash
effective tax rate) perusahaan yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi
dengan laba sebelum pajak. Adapun rumus untuk menghitung CASH ETR adalah sebagai
berikut:
Semakin besar CASH ETR ini mengindikasikan semakin rendah tingkat penghindaran pajak
perusahaan.
14
4. Teknik Analisis
4.1 Statistik Deskriptif
Populasi yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Jumlah Populasi
ada 132 perusahaan, perusahaan yang tidak memenuhi criteria ada 96, maka sampel yang
digunakan ada 36 perusahaan. Statistik Deskriftif yang dilakukan bertujuan dilakukan untuk
mengetahui nilai mean, maksimum,minimum, dan standar deviasi dari variable yang
digunakan.
4.2 Uji Normalitas
Keputusan untuk menerima dan menolak hipotesis yaitu dengan menggunakan
perbandingan antara nilai probabilitas () dengan tingkat signifikansi () sebesar 0,05. Data
dikatakan terdistribusi secara normal jika nilai probabilitas () lebih besar dari tingkat
signifikansi 0,05 ( > 0,05).
dengan menggunakan uji durbin Watson. Jika du < DW < 4 - du maka dikatakan tidak
terjadi autokorelasi (Ghozali, 2006).
4.4 Uji Heterokedasitisitas
Jika hasil yang tergambar pada grafik scatterplot menunjukkan adanya penyebaran
titik secara acak dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini
mengindikasikan
15
fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual maka harus diukur dari goodnes of fit nya.
Untuk itu dilakukan perhitungan nilai koefisien determinasi, nilai statistic F, dan nilai
statistic t.
2
Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh hasil besaran nilai untuk mengetahui
tingkat signifikan pada tingkat probabilitas untuk menunjukan hasil keberadaan faktorfaktor variabel independent yang ada secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan
dalam memprediksikan variabel dependennya.
4.8 Uji Statistik t
Berdasarkan nilai konstanta dan koefisien regresi variabel yang dihasilkan, maka
hubungan antara variable dependen dan independen dapat dijelaskan dalam model regresi
sebagai berikut:
TorbinsQ = = + 1 RISKit + 2 SIZEit + 3 LEVit + 4 SALES_GRit + 5 NOLit + .
16
DAFTAR PUSTAKA
Chasbiandani,Tryas & Dwi Martani. 2012. Pengaruh Penghindaran Pajak Jangka Panjang
17
Dewi, Ni Nyoman Kristiana & I Ketut Jati. 2014. Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik
Perusahaan dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada Tax Avoidance di
BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.2 (2014):249-260
Sartika, Widya. 2012. Analisis Hubungan Penghindaran Pajak Terhadap Biaya Hutang dan
Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi Fakultas Ekonomi
Program Studi Akuntansi Universitas Indonesia, Depok.
Budiman,Judi & Setiyono. 2012. Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance). Semarang
Dyreng, Scott, Michelle Hanlon dan Edward Maydew. (2008). Long run corporate tax
avoidance.The Accounting Review.83 (1). 61 82.
Martani, D. dan A. E. Persada. 2010. Pengaruh Book Tax Gap terhadap Presistensi Laba.
http://staff.ui.ac.id.
Jensen, M. C.; William H. Meckling, 1976, Theory Of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure, Journal of Financial Economics, 3, 305360.
Dyreng, Scott D.; Hanlon, Michelle; Maydew Edward L, 2008, Long-Run Corporate Tax
Avoidance, The Accounting Review, 83, 61-82.
Rego S., Wilson R., 2009, Executive Compensation, Tax Reporting Aggressiveness, and
Future Firm Performance, Working Paper, The University of Iowa.
MacCrimmon, Kenneth R.; Wehrung Donald A., 1990, Characteristics of Risk Taking
Executives, Mnagement Science, pg 422
18
Paligorova, Teodora, 2010, Corporate Risk Taking and Ownership Structure, Bank of
Canada Working Paper, 2010-3.
Desai, Mihir A.; Dharmapala, Dhammika, 2004, Corporate Tax Avoidance and High
Powered Incentives, Economics Working Papers, 4-1.
Martani, Dwi & Indah Masri. 2012. Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Cost of Debt.
Accounting Departement.
Masri, Indah & Jose Sibarani. Pengaruh Penghindaran Pajak Terhadap Kejatuhan Harga
Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2010. Skripsi
Fakultas Ekonomi Ekstensi Universitas Indonesia. Depok
Adelina,Theresa. 2012. Pengaruh karakteristik perusahaan dan reformasi perpajakan terhadap
penghindaran pajak di perusahaan industri manufaktur. Jakarta
19