Anda di halaman 1dari 28

PERENCANAAN AUDIT

Disusun Oleh :
DANAR SATRIA N

C1C008101

FATHIA ANINDYAJATI A

C1C010012

ANASTASIA MARINDA

C1C010021

TIVAL NUGROHO P

C1C010032

GIACINTA KARLYN N

C1C010035

RENI SETIYANI

C1C010037

DESI NUR F

C1C010039

TRYSSYA FEBY A

C1C010044

Kementerian Pendidikan Nasional


Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah mengaruniakan segalanya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah Perencanaan Audit ini disusun untuk melengkapi nilai tugas mata kuliah
Auditing I. Makalah ini disajikan berdasarkan informasi yang bersumber dari buku dan
internet. Makalah ini berisi pembahasan tentang Perencanaan Audit. Maka dari itu,
makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi serta ilmu bagi penulis dan
pembacanya.
Kami juga menerima setiap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
agar makalah ini semakin bermutu.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Terimakasih.
Purwokerto, 1 Desember 2012
Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu tahap penting dari setiap perikatan audit adalah perencanaan. Perencanaan
menyajikan tujuan yang sama dalam audit seperti dalam perencanaan pribadi untuk
kuliah atau dalam perencanaan bisnis untuk pengembangan produk baru seperti
komputer personal. Dalam setiap hal, perencanaan menghasilkan peraturan atas urutan
dari bagian-bagian atau langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam perencanaan audit, terdapat lima langkah penting dalam merencanakan audit,
yaitu memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien, melaksanakan prosedur
analitis, membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas, mempertimbangkan
risiko audit, mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan, dan
memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern. Dalam makalah ini akan dibahas
lebih rinci mengenai dua langkah pertama dalam perencanaan audit.

B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui komponen-komponen perencanaan audit.
2. Menjelaskan peranan prosedur analitis dalam perencanaan audit.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Audit
Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penetapan strategi audit untuk pelaksaan
dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap yang cukup sulit dan
menentukan keberhasilan penugasan audit. Perencanaan audit biasanya dilakukan antara
tiga hingga enam bulan sebelum akhir tahun buku klien.
Tahapan yang sangat penting dalam setiap audit adalah perencanaan, karena
perencanaan mengatur mengenal urutan setiap bagian atau tahapan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Standar pekerjaan lapangan pertama dalam standar auditing
menyatakan bahwa :Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan
lingkup audit yang diharapkan. Auditor harus merencanakan audit dengan sikap skeptis
profesional tentang berbagai hal seperti integritas manajemen, kekeliruan dan
ketidakberesan, dan tindakan melawan hukum.Supervisi mencakup pengarahan asisten
yang tergabung dalam tim audit yang berhubungan dengan pencapaian tujuan audit dan
penentuan apakah tujuan tersebut telah tercapai. Dalam membuat perencanaan audit,
supervisi harus lebih ditingkatkan apabila banyak anggota tim audit belum
berpengalaman, dibandingkan dengan jika mereka telah berpengalaman.

B. Tujuan Perencanaan Audit


Perencanaan audit mempunyai tujuan, antara lain :
Memperoleh bukti kompeten yang mencakupi dalam situasinya pada saat itu
Menekan biaya audit
Menghindari salah pengertian dengan klien

C. Langkah-langkah dalam Perencanaan


Langkah-langkah penting dalam merencanakan audit adalah :
1. Memperoleh Pemahaman Tentang Bisnis dan Industri Klien
Agar dapat membuat perencanaan audit secara memadai, auditor harus memiliki
pengetahuan tentang bisnis kliennya agar memahami kejadian, transakasi, dan praktik
yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan.
Penting bagi auditor untuk memahami aspek-aspek kunci dari siklus bisnis klien.
Siklus ini dimulai ketika satu organisasi membawa tujuan dan sumberdayanya secara
bersamaan. Siklus bisnis terus berjalan seperti suatu organisasi memahami kekuatan
pasar dam peraturan yang mendefinisikan lingkungan ompetitif, dan membuat
keputusan penting yang berkenaan dengan penyebaran sumberdaya-sumberdaya ke
dalam proses inti untuk memperoleh konsumen serta mendistribusikan produk dan
jasanya.
Proses-proses inti ini harus menghasilkan profitabilitas, arus kas operasi, dan
bergantung pada tujuan organisasi, pertumbuhan dan peningkatan nilai. Jasa bernilai
tambah penting yang ditawarkan akuntan publik berkaitan dengan penilaian bisnis dan
menjelaskan bagaimana arus kas dan pengembangan sumberdaya yang berkaitan
dengan nilai organisasi.
Entitas kemudian harus mengelola arus kasnya untuk mengembangkan sumberdayasumberdaya serta mempertahankan likuiditas dan solvabilitas. Pada tahap ini suatu
entitas harus menentukan sumberdaya tambahan yang diperlukan, bagaimana sumber
daya tersebut akan didanai, apakah entitas memerlukan tambahan modal dari luar, dan
apakah entitas memiliki dana yang cukup untuk membayar kembali pinjaman. Siklus
bisnis berlanjut sejalan dengan organisasi mempertimbangkan kembali tujuannya dan
penyebaran sumberdaya-sumberdaya pentingnya.
Terdapat beberapa aspek kritis dari siklus bisnis yang penting bagi auditor untuk
dipahami. Hal tersebut termasuk :
a. Manajemen, tujuan manajemen, dan sumberdaya-sumberdaya organisasi.

Biasanya berarti pejabat entitas, dewan direksi, dan lainnya yang


mengendalikan arah strategi perusahaan. Memahami pengalaman

manajemen dengan entitas dan pengalaman manajemen dalam industry, atau


preferensi pengambilan risiko oleh manajemen, dapat membantu auditor
menilai risiko bawaan dari salah saji dalam laporan keuangan.
Tujuan manajemen mungkin berhubungan dengan memperoleh pangsa pasar
tambahan atau memperoleh target pertumbuhan penjualan, laba, arus kas,
atau penilaian pasar entitas.
Pemahaman atas sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan adalah
penting untuk (1) menentukan kinerja yang dilaporkan berkenaan engan
bagaimana laporan keuangan dibandingkan dengan pengetahuan auditor
yang mendasari aktivitas bisnis dan (2) mengembangkan suatu ekspektasi
atas laporan keuangan.
b. Produk dan jasa, pasar, pelanggan, dan persaingan entitas.

Pemahaman mengenai produk organisasi mensyaratkan auditor untuk


memperoleh pemahaman mengenai keseluruhan pasar bagi produk. Auditor
biasanya menilai pangsa pasar dengan membandingkan penjualan klien
terhadap estimasi total penjualan industry bagi produk dan jasa klien serta
produk dan jasa pesaing. Jika klien merupakan produsen yang
mendistribusikan produknya pada agen atau peritel, penting juga untuk
memahami kemampuan organisasi untuk menarik konsumen utama bagi
produk. Aspek akhir dari pemahaman pasar entitas adalah memahami
pengaruh peraturan dan keseluruhan kekuatan industry.
c. Proses inti dan siklus operasional entitas.

Proses inti adalah proses yang digunakan klien untuk mengembangkan,


memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasanya.
Tujuan auditor adalah untuk memahami sumberdaya yang diperlukan untuk
proses inti tertentu, serta bagaimana efektivitas dan efisiensi dari setiap
proses dapat dievaluasi. Siklus operasi mengacu pada periode waktu
dimulainya penggunaan kas untuk membeli persediaan, untuk
mengkonversi persediaan kembali menjadi kas melalui penjualan dan untuk
mengumpulkan piutang usaha. Jasa bernilai tambah penting yang
disediakan oleh banyak KAP adalah membantu manajemen
mengidentifikasikan pengukuran kinerja yang tepat untuk memonitor

kinerja organisasi. Banyak indicator petunjuk ini ditemukan dalam


pengukuran efisiensi dan efektivitas proses inti.
d. Keputusan investasi dan pembiayaan entitas.

Arus kas bebas yaitu apakah entitas dapat menghasilkan kas dari operasi
yang mencukupi untuk membiayai pertumbuhan dan ekspansi modal.
Seberapa cepatnya suatu entitas berkembang, auditor perlu memahami
sumber pembiayaan dan bagaimana biaya itu diinvestasikan dalam
sumberdaya yang mendukung proses inti.
Prosedur untuk memahami bisnis dan industri :
a. me-review data industri
b. me-review informasi bisnis kecil
c. mengadakan tinjauan operasi klien
d. mengajukan pertanyaan kepada komite audit
e. mengajukan pertanyaan kepada manajemen
f. me-review kertas kerja tahun lalu
g. menentukan keberadaan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
2. Melaksanakan prosedur analitik.
Prosedur analitis (pengujian analitis) di definisikan dalam PSA 22 (SA329) sebagai
evaluasi atas informasi keuangan yang di lakukan dengan mempelajari hubungan
logis antara data keuangan dan non keuangan.
Prosedur analitis digunakan dalam audit untuk tujuan berikut :
a. Dalam tahap perencanaan audit, untuk membantu auditor dalam merencanakan
sifat, waktu dan luasnya prosedur audit lainnya
b. Dalam tahap pengujian, sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti
mengenai asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau transaksi.
c. Pada penyelesaian audit, dalam melakukan review akhir terhadap kelayakan
keseluruhan laporan keuangan yang diaudit.
Langkah-langkah yang terlibat dalam melaksanakan prosedur analitis yaitu :
a. Mengidentifikasi perhitungan atau perbandingan yang akan dilakukan
Jenis perhitungan dan perbandingan data yang digunakan adalah :
- Perbandingan data absolut

Prosedur ini membandingkan jumlah saat ini,s eperti saldo akun, dengan suatu
-

jumlah yang diharapkan atau diprediksi.


Laporan keuangan ukuran umum
Prosedur ini membandingkan presentasi dari total yang berhubungan yang
direpresentasikan oleh komponen laporan keuangan dengan jumlah yang

diharapkan.
Analisis rasio
Sejumlah rasio yang seringkali digunakan oleh manajemen atau analisis
keuangan dapat dihitung dan dibandingkan dengan nilai yang diharapkan
untuk rasio tersebut. Jumlah dari hasil perhitungan dapat dianalisis secara
individual atau dalam kelompok yang berhubungan seperti rasio solvabilitas,

efisiensi, dan profitabilitas.


Analisis tren
Analisis tren melibatkan perbandingan beberapa data bagi lebih dari dua
periode akuntansi untuk mengidentifikasi perubahan penting yang mungkin
tidak nyata dari perbandingan yang terbatas pada periode saat ini dan periode

masa lalu
Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan
Data nonkeuangan seperti jumlah karyawan, luas ruang penjualan, dan volume
barang yang diproduksi mungkin berguna dalam memperkirakan saldo akun

yang berhubungan seperti beban gaji, penjualan, dan harga pokok produksi.
b. Mengembangkan ekspektasi
Dasar pemikiran yang mendasari prosedur analitis dalam audit adalah hubungan
antardata dapat diharapkan untuk terus berlanjut dalam ketidakberadaan kondisi
yang diketahui atau sebaliknya. Selain itu, penting bagi auditor untuk
mengembangkan secara independen ekspektasi sebelum melaksanakan
perhitungan mengenai data klien sehingga perbandingan akhir tidak bias, dasar
pemikiran ini digunakan dalam mengembangkan ekspektasi dari berbagai sumber.
- Informasi keuangan klien untuk periode masa lalu yang daoat dibandingan
memberikan pertimbangan bagi perubahan yang diketahui. Secara sederhana
diasumsikan bahwa suatu saldo akun periode berjalan, persentase ukuran

umum, rasio atau hubungan antara data keuangan dan data nonkeuangan harus
-

memperkirakan jumlah periode masa lalu.


Hasil yang diantisipasi berdasarkan anggaran formal dan peramalan.
Pendekatan ini termasuk anggaran yang disiapkan klien, dan peramalan yang

disiapkan oleh auditor.


Hubungan antara elemen-elemen informasi keuangan dalam suatu periode.
Hal ini termasuk mempertimbangkan bagaimana perubahan dalam satu aun

diharapkan akan mempengaruhi akun lainnya.


Data industri. Persentase ukuran umum, rasio, dan data tren perusahaan dalam
suatu industri tersedia untuk tujuan perbandingan dari sumber-sumber.

c. Melaksanakan perhitungan atau perbandingan.


Langkah ini termasuk mengakumulasi data yang akan digunakan dalam
menghitung jumlah absolut dan persentase perbedaan antara jumlah saat ini dan
tahun lal, menghitung data ukuran umum serta data rasio, dan lain sebagainya.
Selain itu, langkah ini juga termasuk pengumpulan data industri untuk tujuan
perbandingan.
d. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan.
Analisis mengenai data rasio yang tepat menyediakan penilaian berkelanjutan atas
solvabilitas, efisiensi dan profitabilitas relatig terhada tahun lalu dan terhadap
perusahaan lain dalam industri yang sama. Secara serupa, perbandingan data
entitas tahun berjalan dan tahun lalu akan membantu auditor untuk memahami
dampak kejadian atau keputusan penting terhadap laporan keuangan entitas.
e. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan
tersebut.
Hal ini biasanya melibatkan pertimbangan ulang metode-metode dan faktor-faktor
yang digunakan dalam mengembangkan ekspektasi dan mengajukan pertanyaan
kepada manajemen.
f. Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit.
Perbedaan signifikan yang tidak dapat dijelaskan biasanya dianggap sebagai
indikasi suatu peningkatan risiko salah saji dalam akun-akun yang terlibat dalam

perhitungan perbandingan. Dalam kasus ini, auditor biasanya akan merencanakan


untuk melaksanakan pengujian yang ebih mendetil terhadap akun-aku tersebut.
Prosedur analitis sering menyediakan auditor petunjuk mengenai apakah suatu
akun lebih mungkin dinyatakan lebih saji atau kurang saji. Dengan mengarahkan
perhatian auditor terhadap bidang-bidang yang memiliki risiko lebih tinggi,
prosedur analitis dapat memberikan kontribusi bagi pelaksanaan audit yang lebih
efektif dan efisien.
3. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal
a. Tingkat laporan keuangan
b. Tingkat saldo akun
Material awal perlu ditetapkan karena pendapat auditor atas kewajaran laporan
keuangan diterapkan pada laporan keuangan sebagai keseluruhan.
4. Mempertimbangkan risiko bawaan
Risiko bawaan (inberent risk) suatu risiko salah saji yang melekat dalam saldo akun
atau asersi tentang suatu saldo akun. Risiko pengendalian (control risk) suatu risiko
tidak dapat dicegahnya salah saji material dalam suatu saldo akunatan asersi tentang
suatu saldo akun oleh pengendalian intern. Risiko deteksi (detection risk) suatu risiko
tidak terdeteksinya salah saji material dalam suatu saldo akun atau asersi tentang suatu
saldo akun oleh prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor. Risiko audit suatu
risiko kegagalan auditor dalam memodifikasi pendapatannya atas laporan keuangan
yang secara material disajikan salah.
5. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
Tujuan akhir perencanaan dan pelaksanaan audit yang dilakukan auditor adalah untuk
mengurangi risiko audit ke tingkat yang rendah, untuk mendukung pendapat apakah,
dalam semua hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar. Tujuan ini
diwujudkan melalui pengumpulan dan evaluasi bukti tentang asersi yang terkandung

dalam laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.Karena keterkaitan antara


bukti audit, materialitas, dan komponen risiko audit (risiko bawaan, risiko
pengendalian, danm risiko deteksi), auditor dapat memilih strategi audit awal dalam
perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi.
6. Memahami pengendalian intern klien
Penyajian laporan keuangan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum di in donesia mewajibkan klien untuk melaksanakan peraturan-peraturan
pemerintah dan perjanjian-perjanjian legal yang lain. Jika material, informasi
mengenai kewajiban legal klien, harus dijelaskan dalam laporan keuangan.
Sebelum memulai verifikasi dan analisis terhadap transaksi dan akun tertentu, auditor
perlu memahami kewajiban-kewajiban legal dan perjanjian-perjanjian yang
menyangkut klien. Informasi tersebut tercantum dalam dokumen-dokumen berikut ini:
1. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
2. Perjanjian persekutuan (partnership agreement)
3. Notulen rapat direksi dan pemegang saham
4. Kontrak
5.Peraturan-peraturan pemerintah yang secara langsung menyangkut perusahaan klien
6. Arsip korespondensi
Gambar Tahap-tahap Proses Audit dan Risiko yang Harus Dipertimbangkan oleh Auditor
\\

1.Memperoleh
pemahaman
tentang bisnis
dan industri
klien

2.
Melaksanakan
prosedur
analitis

3. Membuat
pertimbangan
awal
tentang tingkat
materialitas

4.
Mempertimbangkan
resiko audit

5.
Mengembangkan
strategi audit
awal
untuk asersi
signifikan

6. Memperoleh
pemahaman
tentang
pengendalian
intern
klien

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Sebelum menerima suatu penugasan, auditor harus memastikan bahwa penugasan
tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan semua standar profesional, termasuk standar
auditing, kode etik akuntan, dan standar pengendalian mutu. Tahap-tahap penting dalam
penerimaan suatu penugasan meliputi : evaluasi integritas manajemen, mengidentifikasi
keadaan-keadaan khusus dan resiko tak biasa, menentukan kompetensi, menilai independensi,
menentukan bahwa pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cermat dan teliti, serta menerbitkan
surat penugasan.
Penetapan perencanaan yang tepat merupakan pekerjaan yang cukup sulit dalam
melaksanakan audit yang efisien dan efektif. Tahapan-tahapan perencanaan meliputi
pekerjaan mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan industri klien, melaksanakan prosedur
analitis, menentukan pertimbangan awal, tingkat materialitas, mempertimbangkan resiko
audit, mengembangkan strategi awal audit untuk asersi-asersi signifikan, dan mendapatkan
pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien.

Kasus Audit
Bangkrutnya Enron Corporation, perusahaan grosir energi terbesar di Amerika serikat,
melambangkan jatuhnya perusahaan terbesar dalam sejarah Amerika. Walau pun baru saja
didaftarkan sebagai No.7 di Fortune 500 dengan kapasitas pasar sebesar US$ 75 trilyun,
robohnya Enron adalah cepat. Jatuhnya dimulai pada Oktober 2001 saat pejabat-pejabat
Enron melaporkan kerugian tiga bulanan yang diguga misterius dan tersembunyi terkait
dengan orang dalam perusahaan itu. Kemudian pada November 2001, pejabat perusahaan
dipaksa untuk mengakui bahwa mereka telah memanipulasi pendapatan hampir US$ 600 juta
dalam pendapatan saat tahun 1997 yang lalu, yang mmebutuhkan pelaporan utang laporan
keuangan yang telah diaudit selama empat tahun. Dan pada akhir 2001, perusahaan ini
bangkrut.
Enron, yang didirikan tahun 1995 dari merger-nya dua jalur pipa gas, adalah
peloporan dalam perdagangan gas alam dan listrik dalam pasar utilitas yang baru deregulasi.
Pada tahun-tahun awalnya, Enron menghasilkan uang dari aset berat seperti pipa. Namun,
pada akhir tahun 1990-an, 80% pendapatan Enron datang dari bisnis yang lebih tidak jelas
yang dikenal sebagai grosir operasional dan pelayanan energi. Enron telah membangun
pasar baru, seperti perdagangan sekuritas cuaca, dan yakin bahwa ia bisa menangani
perdagangan hampir atas segalanya, termasuk electron dan mengiklankan ruang angkasa.
Pada awal tahun 2001, spekulasi tentang transaksi bisnis Enron mulai muncul ke
permukaan. Seorang banker investasi yang terkenal secara umum menyatakan bahwa tidak
seorang pun bisa menjelaskan bagaimana Enron sebenarnya mendapatkan uang. Tambahan
lagi, ia menunjuk pada ucapan yang ganjil dan samar dari dokumen Enron tentang transaksi
yang telah dilakukan oleh Enron dan Entitas lain dengan pihak terkait yang dijalankan
oleh pejabat senior Enron. Namun, penyikapan ini sulit dipahami.

Bangkrutnya raksasa bisnis energi ini amat menghebohkan tidak saja bagi Amerika
tetapi juga bagi percaturan bisnis global. Kebangkrutan Enron bukan hanya sebuah kegagalan
bisnis, melainkan sebuah skandal yang multidimensional yang melibatkan pimpinan
terkemuka di Amerika Serikat.

Beberapa fakta dramatis yang menyertai kebangkrutannya, antara lain :


a. Perusahaan beromzet US$ 100 miliar tiba-tiba saja bangkrut dan harus menaggung
rugi tak kuran dari US$ 50 miliar.
b. Dibandingkan dengan harga saham Enron pada bulan Agustus 2000 yang masih
berharga US$ 90 per lembar, jatuh hingga tidak lebih dari US$ 45 sen. Artinya harga
saham Enron terjungkal hingga tinggal seperduaratusnya.
c. Simpanan dana pensiun $ 1 miliar milik 7.500 karyawan amblas karena manajemen
Enron menanamkan dana tabungan karyawan untuk membeli sahamnya sendiri.
d. Pelaku pasar modal kehilangan US$ 32 miliar.

Inilah sebuah rekor kebangkrutan bisnis terburuk di Amerika Serikat sepanjang sejarah.
Ironisnya tragedi ini justru terjadi di Negara yang otoritas pasar modalnya sangat ketat
menerapkan standar transparasi dan pembeberan (disclosure) bagi perusahaan publik.
Beberapa kontroversi yang mengiringi proses penyilidikan sebab-sebab kebangkrutan
Enron, antara lain :
a. Manajemen Enron diketahui telah melakukan praktek window dressing.

b. Memanipulasi angka-angka laporan keuangan agar tampak menarik di mata investor


dan dianggap memiliki kinerja yang baik. Tak kepalang tanggung, manajemen Enron
telah menggelembungkan (mark up) pendapatannya sebesar US$ 600 juta, dan
telah menyembunyikan utangnya sebesar US$ 1,2 miliar dengan teknik off-balance
sheet.

Melakukan mark up pada pendapatan dan menyembunyikan utangnya senilai itu tentu
tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang. Diperlukan keahlian akrobatik yang tinggi
dari para professional yang bekerja pada atau disewa oleh Enron untuk menyulap angkaangka. Auditor Enron, KAP Arthur Andersen kantor Huston (Kantor Akuntan Publik kelas
dunia), dipersalahkan karena ikut membantu proses rekayasa keuangan tinkat tinggi itu,
sehingga manipulasi ini telah berlangsung selama bertahun-tahun. Banyak orang bertanyatanya bagaiman keruntuhan demikian bisa tidak terdeteksi setelah sekian lama. Banyak yang
menunjuk pada struktur bisnis yang luar biasa rumitnya di Enron dan laporan keuangan
mereka yang samar dan membingungkan. Mereka tidak perlu berbohong, yang mereka
lakukan adalah membius publik dengan kerumitan berkala, menurut John Dingell, Anggota
Kongres dari Michigan. Bahkan orang-orang menduga orang yang menjalankan bisnis ini pun
tidak mengerti konsep bisnis mereka karena terlalu rumit.
Karena praktek kotor yang berlangsung selama bertahun-tahun inilah Sherron Watskin,
salah satu eksekutif enron yang tak tahan lagi terlibat dalam manipulasi itu mulai berteriak
melaporkan praktek yang tidak terpuji itu. Keberanian Watskin yang juga pernah bekerja di
Andersen inilah yang membuat semuanya menjadi jelas dan terbuka.

Dalam praktek manipulasi ini dapat dikatakan telah terjadi sebuah kolusi tingkat tinggi
antara majemen Enron, analis keuangan, para penasihat hukum, dan auditornya. Komplikasi
skandal ini bertambah, karena belakangan diketahui banyak sekali pejabat tinggi gedung
putih dan politisi di Senat Amerika serikat yang pernah menerima kucuran dana politik
perusahaan ini. 70 persen senator, baik dari pihak Republik maupun partai Demokrat, pernah
menerima data politik. Dalam komite yang membidangi energi, 19 dari 23 anggota juga
termasuk yang menerima sumbangan dari perusahaan itu. Sementara itu, tercatat 35 pejabat
penting pemerintah George W.Bush merupakan pemegang saham Enron, yang telah lama
merupakan perusahaan publik. Dalam daftar perusahaan penyumbang dana politik, Enron
tercatat menempati peringkat ke-36, dan penyumbang peringkat ke-12 dalam penggalangan
dana kampanye Bush. Akibat pertalian semacam ini, banyak orang curiga pemerintahan Bush
dan politisi akan memberikan perlakuan istimewa, baik dalam bisnis maupun dalam
penyelamatan perusahaan namun pada akhirnya perusahaan ini tetap bangkrut dan tinggal
sejarah. Kontroversi lainnya dalam kasus Enron adalah terbongkarnya juga kisah
pemusnahan ribuan surat elektronik dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan audit
Enron oleh petinggi di firma audit Arthur Andersen. Menghadapi fakta-fakta dramatis di atas,
para akuntan publik jelas bertanya-tanya: apakah fair menuduh profesi akuntan publik
sebagai pihak yang paling bertanggung jawab?.Sebab seharusnya pertanyaan dibawah ini
juga harus dipertimbangakan :
a.
b.
c.
d.
e.

Bukankah manajemen perusahaan yang mengambil keputusan?


Apakah Dewan Komisaris tidak mengawasi kinerja pihak manajemen?
Bukankah ada penasihat keuangan yang turut merancang skenario rekayasa?
Dimana peran penasihat hukum yang ikut mengamankan aspek legalnya?
Bagaimana dengan akuntan internal yang mengerjakan langkah demi langkah laporan
keuangan palsu tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, bukankah sangat tidak adil menuduh


auditor independen sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab sebab sudah jelas
dalam kasus ini terjadi persekongkolan busuk yang telah direncanakan dan diatur oleh
semua pihak terkait diatas, yaitu : CEO, akuntan internal, auditor independen, pengacara,
banker, dan analis keuangan. Mereka bekerjasama untuk menipu pihak-pihak yang sangat
awam tentang seluk-beluk transaksi keuangan perusahaan. Mereka telah menghianati tugas
mulia sebagai pihak yang bertugas menjaga kepentingan publik.
Tanggung jawab manajemen untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang sehat,
menyelenggarakan pengendalian intern yang memadai, serta membuat berbagai penyajian
laporan keuangan secara wajar berada ditangan manajemen bukan ditangan auditor. Karena
mereka menjalankan bisnis sehari-hari, manajemen perusahaan akan memiliki pengetahuan
yang lebih mendalam tentang berbagai transaksi perusahaan serta aktiva, utang, dan modal
perusahaan dari pada pengetahuan yang dimiliki oleh auditor. Sebaliknya, pengetahuan
auditor akan berbagai masalah ini serta dalam pengendalian intern terbatas pada pengetahuan
yagn diperoleh selama pelaksanaan proses audit.
Tanggung jawab auditor, antara lain :
a. Mendeteksi berbagai kekeliruan yang material
b. Para auditor melakukan perencanaan dan melaksanakan proses audit untuk
mendeteksi berbagai kesalahan yang secara tidak disengaja telah dilakukan baik oleh
manajemen maupun karyawan.
c. Mendeteksi berbagai kecurangan yang material
d. Standar-standar auditing tidak pernah membuat perbedaan antara berbagai tanggung
jawab auditor dalam mencari kekeliruan maupun kecurangan, baik yang berasal dari
kecurangan dalam pelaporan keuangan atau penggelapan aktiva. Baik untuk
kekeliruan maupun kecurangan, auditor harus memperoleh tingkat keyakinan yang

memadai tentang apakah laporan keuangan itu telah bebas dari salah saji yang
material.
e. Menemukan tindakan-tindakan ilegal
f. Tindakan ilegal didefinisikan dalam SAS (AU 317) sebagai berbagai pelanggaran
hukum atau terhadap terhadap peraturan-peraturan pemerintah selain kecurangan.

SAS 1 (AU 110) menyatakan:


Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh tingkat keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan itu telah
terbebas dari kesalahan penyajian yang material, baik disebabkan oleh kekeliruan maupun
kecurangan. Karena sifat bukti audit dan berbagai karakteristik kecurangan auditor dapat
memperoleh tingkat keyakinan, walaupun tidak mutlak, bahwa kesalahan penyajian yang
material dapat dideteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melakukan audit guna memperoleh keyakinan yang memadai bahwa kesalahan penyajian,
baik disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan, yang tidak material terhadap laporan
keuangan dapat dideteksi.
Namun meskipun kebangkrutan Enron merupakan tanggung jawab banyak pihak,
dalam kedudukannya sebagai auditor, tanggung jawab Arthur Andersen dalam kasus Enron
sangatlah besar. Sebab auditor independenlah yang bertanggungjawab
memberikan assurance service sedangkan manajemen, dibantu oleh pengacara, penasihat
keuangan, akuntan internal, dan penasihat keuangan, menyajikan informasi keuangan dan
akuntan publiklah yang bertugas manilai apakah informasi keuangan itu dapat dipercaya atau
tidak. Laku-tidaknya informasi tentang kinerja perusahaan sangat bergantung pada hasil
penilaian akuntan public. Kata publik yang menyertai akuntan menunjukan bahwa

otoritasnya diberikan oleh publik dank arena itu tanggung jawabnya pun kepada publik
(guarding public interest). Sementara itu, pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion) yang dikeluarkan oleh akuntan, mengandung makna bahwa laporan audit yang
dikeluarkan dapat dan tidak mengandung keragu-raguan. Karena itu dalam melakukan proses
audit akuntan wajib mendeteksi kemungkinan dan kekeliruan yang material.
Menurut Arens, Elder, dan Beasley, laporan audit wajar tanpa syarat seharusnya diterbitkan
bila kondisi-kondisi berikut terpenuhi:
a. Seluruh laporan keuanganneraca,laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan
laporan arus kastelah lengkap.
b. Semua aspek dari ketiga standar umum GAAS/SPAP telah dipatuhi dalam penugasan
audit tersebut.
c. Bukti audit yang memadai telah terkumpul, dan sang auditor telah melaksanakan
penugasan audit ini dengan sedemikian rupa sehingga membuatnya mampu
menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipatuhi.
d. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prisnsip akuntansi yang berlaku
umum. Hal tersebut berarti pula bahwa pengungkapan informasi yang cukup telah
tercantum dalam catatan atas laporan keuangan serta bagian-bagian lainnya dalam
laporan keuangan tersebut.
e. Tidak terdapat situasi yang yang mebuat auditor merasa perlu untuk menambahkan
sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasi kalimat dalam laporan audit.
Adapun ketiga standar dalam GAAS (Generally Accepted Auditing Standard) atau SPAP
(Standar Profesi Akuntan Publik)untuk Indonesia yang dimaksud diatas adalah :
a.

Standar Umum

Audit harus dilaksanakan oleh seseoran atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

Dalam senua hal yang berhubungan dengapenugasan, independensi alam sikap


mental harus dipertahankan oleh auditor.

Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib


menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus


disupervisi dengan semestinya.

Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh


untuk merncanakan audit dan menetukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
dilakukan.

Bukti audit kompeten yan memadai harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan petanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatkan pendapat atas laopran keuangan hasil audit.

c. Standar Pelaporan

Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Laporan audit harus menunjukan keadaan yang didalamnya prisip akuntansi tidak
secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
yang sesuai dengan prinsip akutansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dianggap memadai,


kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

Laporan audit harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan


secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor harus dikaitkan dalam laporan
keuangan, laporan auditor harus membuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab auditor yang
bersangkutan.

Seharusnya sebelum melakukan proses audit, auditor atau KAP yang bersangkutan harus
mempersiapkan rencana kontrak kerja yang tepat. Tujuan perencanaan adalah :
a. Untuk memenuhi standar pertama untuk pekerjaan lapangan dari GAAS atau SPAP.
b. Untuk memperoleh bukti yang cukup kompeten. Hal ini sangat penting jika KAP
ingin meminimalkan kewajiban hukum dan memelihara suatu reputasi yang baik
dalam komunikasi bisnis.
c. Menjaga biaya audit yang dikeluarkan tetap dalam batas yang wajar akan membantu
KAP ettap kompetitif dan selanjutnya dapat mempertahankan bahkan memperluas
jumlah kliennya, dengan asumsi bahwa KAP tersebut memiliki reputasi untuk
melakukan pekerjaan yang berkualitas tinggi.
d. Menghindari kesalahpahaman dengan klien untuk memelihara hubungan yang baik
dengan klien.

e. Untuk meminimalkan acceptable audit risk ( risiko akseptabilitas audit), yaitu


menilai seberapa besar kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan
mungkin saja disajikan dengan kesalahan penyajian yang material setelah proses audit
selesai dan pendapat wajar tanpa syarat (unqualified opinion) telah dinyatakan.
f. Untuk mengetahui seberapa besar inheren risk (risiko inheren), yaitu ukuran penilaian
auditor atas kemungkinan adanya kesalahan penyajian yang material atas akun
sebelum mempertimbangkan efektifitas pengendalian internalnya.
Sebelum menerima Enron sebagai klien seharusnya KAP Arthur Andersen harus
melakukan investigasi terhadap perusahaan untuk menentukan akseptabilitasnya. Bahkan
kalau perlu menginvestigasi prospek perusahaan dalam komunitas bisnisnya, stabilitas
keuangannya, dan hubungannya dengan KAP sebelumnya jika ada. Seharusnya KAP berhatihati dalam menerima klien dan KAP juga harus mengidentifikasi mengapa klien
menginginkan atau membutuhkan audit. Jika Arthur Andersen telah menjadi patner Enron
selama beberapa tahun maka tidak mungkin manajemen Enron dapat menyembunyikan
skandal tersebut dari auditor, menurut saya pastilah telah terjadi persekongkolan yang luar
bisa cerdik antara berbagai pihak terkait ini untuk membohongi publik. Tidak mungkin
auditor Arthur Andersen tidak bisa mendeteksi adanya kecurangan dan kekeliruan yang
material jika telah menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya. Kalau saja auditor Enron
bekerja profesionalisme yang tinggi dan penuh denga kehati-hatian (due professional care),
maka manipulasi yang dilakukan oleh manajemen pasti dapat terbongkar sejak dulu dan
kerugian yang besar dapat dicegah lebih dini. Buktinya saja malah Sherron Watskin yang
notabene salah satu eksekutif Enron yang menemukan kasus ini dan dengan berani
membongkarnya kepada publik. Auditor Arthur Andersen telah kehilangan independensi,
integritas dan objektivitas sebgai seorang akuntan sehingga penyimpangan (irregularities)

dan kecurangan (fraud) dianggap lazim. Kegagalan untuk bersikap independen dan objektif
sama artinya dengan hilangnya eksistensi profesi dimana Kode Etik Profesi AICPA menjadi
standar umum perilaku ideal dan menjadi peraturan khusus tentang perilaku yang harus
dilakukan. Peraturan 101 menyatakanIndependensi Seorang anggota yang berpratek bagi
publik harus independen dalam pelaksanaan jasa profesionanya sebagaimana yang
ditentukan badan-badan yang ditentukan oleh dewan. Peraturan 102 menyatakan
Integritas dan Objektivitas integritas dan objektivitas dalam kinerja jasa professional
manapun, seorang anggota yang bisa memelihara objektivitas dan integritas, akan bebas
dari konflik kepentingan, dan tidak akan dengan sengaja membuat kesalahan penyajian fakta
atau menyerahkan penilaian kepada orang lain yang posisinya rendah.
Apakah akuntan Arthur Andersen yang notabene salah satu KAP kelas dunia tidak
melakukan Studi dan Evaluasi atas Struktur Pengendalian Internal Perusahaan???
Padahal kepentingan auditor untuk melakukan Stuktur Pengendalian Internal (SPI) sudah
sangat jelas, antara lain :
a. Untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan yang ke dua dari SPAP.
b. Data yang dihasilkan auditor dapat dipercaya dan resiko audit menjadi lebih kecil.
c. Hasil audit akan lebih dipercaya.
d. Jika SPI kuat, maka ruang lingkup pemeriksaan akan lebih sempit.

Tujuan Dilaksanakannya Studi dan Evaluasi SPI oleh Auditor :

a. Untuk menetukan apakah kegiatan audit mungkin dilaksanakan (misalnya


mengenai ada tidaknya catatan atau dokumen transaksi, dan keberadaan sistem yang
memadai sehingga auditor bisa melakukan penilaian kewajaran atas Laporan
Keuangan).
b. Untuk menentukan bukti audit yang harus dikumpulkan (berkaitan dengan
penentuan prosedur audit yang akan digunakan, besarnya sampel, waktu pelaksanaan
pengujian, dan pos-pos atau akun-akun yang akan dipilih).
c. Agar dapat memberikan informasi kepada manajemen mengenai kelemahan
material dalam SPInya beserta saran perbaikannya.
Tujuan dibuatnya SPI, adalah :
1. Transaksi-transaksi seperti yang tercatat adalah wajar.
2. Transaksi-transaksi yang tercatat adalah sah (valid).
3. Transaksi-transaksi diotorisasikan dengan sebagaimana mestinya.
4. Transaksi-transaksi yang ada memang tercatat.
5. Transaksi-transaksi diberi nilai yang wajar.
6. Transaksi-transaksi diklasifikasikan sebagaimana mestinya.
Bila akuntan Arthur Andersen telah melakukan Studi dan Evaluasi atas Struktur
Pengendalian Internal Perusahaan dengan benar sesuai dengan prosedur dan program audit
maka sudah tentu melakukan Compliance Test dan Substantive Test, jika dilakukan dengan
benar maka tidak mungkin kesalahan saji pada laporan keuangan tidak terdeteksi.
Compliance Test adalah Adalah pengujian terhadap bukti-bukti pembukuan yang
mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang

terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan
manajemen. Jika terjadi penyipangan dalam pemrosesan dan pencatatan transaksi, walaupun
jumlah rupiahnya tidak material, auditor harus memperhitungkan pengaruh dari
penyimpangan tersebut terhadap efektivitas pengendalian intern.
Substantive Test adalah adalah pengujian terhadap kewajaran saldo-saldo akun laporan
keuangan (neraca dan laporan laba rugi). Jika dalam pengujian ini ditemukan kesalahan,
maka harus ditentukan jumlahnya material atau tidak. Jika jumlahnya material, harus
diusulkan adanya penyesuaian (adjustment). Bila usulan tersebut tidak disetujui klien padahal
usulan tersebut adalah benar, maka auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion.
Sebagai KAP kelas dunia pastilah akuntannya tidak mungkin tidak mengatahui kaidah
dan cara-cara melakukan proses audit yang benar. Menurut saya auditor sebenarnya telah
mendeteksi dan mengetahui adanya ketidakwajaran pada laporan keuangan namun pura-pura
tidak tahu. Alasannya sudah jelas, manajemen Enron pasti menawarkan imabalan yang sangat
besar nilai materialnya sehingga Arthur Andersen Khilaf. Mereka telah melakukan
penghianatan terhadap tugas mereka sebagai seorang akuntan dengan membenarkan dan
menutupi perilaku manajemen Enron yang manipulatif. Karena itu sangat wajar jika dalam
kasus Enron Auditor dipersalahkan karena tidak menjalankan tugas sebagaiman mestinya
dan telah gagal melindungi kepentingan publik.
Pelajaran yang bisa diambil dari skandal Enron ini adalah :

Cepat atau lambat sebuah persekongkolan jahat pasti akan terbongkar.


Kasus-kasus kejahatan ekonomi tingkat tinggi selalu saja mengorbankan
kepentingan orang banyak. Pihak-pihak yang dirugikan antara lain : ribuan
pekerja, pemegang saham, para pemasok, kreditor, dan pihak lainnya.

Terbongkarnya praktek persekongkolan tingkat tinggi ini menjadi bukti bahwa


praktek bisnis yang bersih dan transparan akan lebih langgeng (sustainable).

Dari menyimak insiden diatas, adalah sangat relevan bila kita menarik benang merah
dari kata mata Corporate Governance. Salah satu langkah kongkret yang sudah diambil
oleh otoritas pasar modal adalah keharusan bagi perusahaan publik untuk membentuk Komite
Audit. Sebagai komite yang membantu fungsi pengamat komisaris, Komite Audit memiliki
fungsi dalam hal-hal yang terkait dengan proses dan peran audit bagi perusahaan terutama
dalam pelaporan hasil audit keuangan perusahaan yang dipaparkan untuk publik.
Membangun komite audit yang efektif tidak boleh terlepas dari kata mata penerapan
prinsip Corporate Governance secara keseluruhan di suatu perusahaan
dimana Independency, Transparency and Disclosure, Accountability dan Responsibility,
serta Fairness menjadi landasan utama alat kelola perusahaan. Selain itu komite audit harus
komunikatif terutama dengan auditor eksternal, sehingga mereka memiliki jalur cepat dalam
mengkomunikasikan hal-hal yagn signifikan perlu diketahui oleh komite audit, terutama
dalam hal-hal terjadinya penyimpangan yang kritis di perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi,2002,Auditing,Jakarta:Penerbit Salemba Empat


Alvin A. Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2008. Auditing dan Jasa
Assurance. Jakarta: Penerbit Erlangga
Jusup, Haryono, 2001, Auditing, Yogyakarta : Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN

Anda mungkin juga menyukai