Imam Tanpa Bayangan I DewiKZ TMT
Imam Tanpa Bayangan I DewiKZ TMT
Saduran : Tjan ID
http://kang-zusi.info/
Jilid 1
1
MALAM sunyi menyelimuti se!uruh puncak gunung
Tiam Cong, angin berhembus sepoi-sepoi menggoyangkan
ranting serta dedaunan.
Seorang kakek tua diiringi seorang pemuda lambatlambat berjalan menuju keatas puncak dibawah cahaya
rembulan yang cerah.
Rupanya sianak muda itu merasa tidak sabar, seraya
mendongak serunya:
"Ayah, berapa lama lagi jalan yang harus ditempuh??
kenapa siang ceng kan belum kelihatan juga?"
"Hoei-jie! cuma berjalan saja kok kau tidak sabaran"
Tegur sang ayah sambil berhenti. "Bukankah di hari-hari
biasa sering ku ajarkan kepadamu bahwa jadi seorang lelaki
janganlah takut menemui kesulitan? Dimana bisa sabar,
sabarlah selalu. Kau cuma jalan begini dekatpun kau tidak
sabar bagaimana mungkin kau bisa lakukan perbuatan
besar?"
"Tia sudah sudahlah, cuma karena urusan kecil kembali
kau kuliahi diriku..."
"Hoei-jie !" kata kakek itu dengan wajah serius- "Tahun
ini kau sudah genap berusia tujuh belas tahun, kau barus
tahu bagaimana caranya menjaga diri, janganlah selalu
menggantungkan ayahmu. Kau harus tahu suetu saat ayah
bakal tinggatkan dirimu, coba kalau kau tidak tahu apa-apa
bagaiman kau bisa lanjutkan hidupmu!". Hoei-jie
membungkam dan tundukkan kepalanya.
Sungguh
"Susiok!" terdengar Toojicn itu berseru
kebetulan sekali kehadiran susiok pada malam ini.
"Hian Song, apa yang telah terjadi ??' tegur Pek Tian
hong dengan alis berkerut, Kenapa sikapmu gugup dan
terburu2??'.
"Ketika semedi tadi ciangbun suheng telah muntah darah
secara tiba-tiba, hingga kini keadaannya makin bertambah
parah"
"Apa ?? Hian Ching, dia.."
Tanpa berpikir panjang lagi Tian Hong enjotkan
badannya, laksana kiiat meluncur kedepan dan lenyap
dibalik kegelapan.
Ditengah kesunyian terdengar suaranya berkumandang
datang dari tempat kejauhan : "Hoei jie, ikutilah
suhengmu
Oooouw..." Pek In Hoei menyahut, ia berpaling
memandang sekejap wajah toosu itu selalu tanyanya "Hian
Song suheng, kenapa cianghunjien muntah darah terus
menerus??".
Hian Song Toojien agak tertegun, kemudian jawabnya :
"Karena kurang cermat di dalam latihannya, awan murni
dalam tubuh Cianbunjien telah mengalir kedalam urat
sehingga mengakibatkan dia menemui jalan api menuju
neraka"
"Lalu apa yang disebut jalan api menuju mereka ??"
Rupanya Hian Song Toojien tidak menyangka kalau Pek
In Hoei bisa mengejutkan pertanyaan seperti itu, ia
melengak.
"Benarkah kau adalah putra dari Pek su- siok ??".
ciangbun toa suheng dan minta dia yang paksa aku untuk
belajar silat, juslru karena persoalan inila hatiku jadi
jengkel, eeei siapa tahu ciangbunjien mengalami jalan api
menuju neraka . . . inilah yang dinamakan pucuk dicinta
ulam tiba, sekarang aku tak usah belajar silat lagi."
Dengan perasaan melegak Hian song Too tiang menatap
wajih si anak muda itu tajam tajam.
"Apa jeleknya belajar silat ?" aku benar benar tak
mengerti kenapa sute bisa punya pikiran demikian l".
"Apa kebaikannya belajar itu suheng coba kau jawab".
Kembali Hian Song Toojien dibikin melongo, termenung
seijenak hio jawabnya:
"Belajar silat dapat menguatkan badan, dapat digunakan
untuk membela din bahkan bisa angkat nama didalam
dunia persilatan coba lihat seperti susiok, ia dengan
mengandalkan ilmu pedang penghancur sang surya bersama
sama Golok berontok rembulan dari Ling Lam. Ke Hong
serta Bintang kejora menuding langit Koen Thian Bong dari
Hoo Kok disebut sebagai Tiga Bintang dari daratan
Tionggoan, betapa bangganya mereka, apa jeleknya belajar
silat ?".
Pek in Hoei tersenyum,
"Aku suka keadaan yang tenang, tiada ambisi dalam
hatiku untuk menjagoi dunia persilatan. ... bicara sampai
disitu mendadak ia membungkam.
"Ayoh teruskan perkataanmu sute sebelum kau sebutkan
faktor kejelekan apakah yang didapat seseorang yang
belajar silat?"
"Seorang yang belajar silat dia akan terlibat dalam
dendam sakit hati antara setsama orang kangouw, setiap
goblok ! ini hari jangan harap kau bisa lolos dari ujung
pedang aku orang she- Cia dalam keadaan hidup-hidup"
"Hey... aku tak pernah belajar silat, aku datang untuk
mencari ciangbunjien..."'
"Cia Koen mendengus dingin, serangan pedangnya
semakin gencar, laksana hembusan angin puyuh ia kurug
tubuh Pek In Hoei dibawah cahaya pedangnya..
"Bangsat ! kalau kau punya nyali ayoh sekalian bunuh
diriku" Teriak Pek In Hoei penuh kegusaran.
"Haaaaa... baaaaa... haaaaa... justu akan kusuruh kau
saksikan kelihayan dari ilmu pedang Tiam Cong Pay kami
!"
Segenap pakaian yang dikenakan Pek In Hoei telah
robek dan hancur termakan sambaran pedang lawan,
menerima penghinaan yang belum pernah dirasakan
sepanjang hidupnya ini, dengan mendongkol ia berteriak
lalu menerjang kearah ujung senjata tawan.
Rupanya Cia Koen tidak mengira kalau Pek In Hoei bisa
bertindak begini, menyaksikan ia menubruk kedepan,
pedangnya langsung didorong kemuka untuk menusuk
perut sianak muda itu.
Disaat yang paling kritis itulah, tiba tiba terdengar suara
bentakan keras berkumandang datang dari samping disusul
munculnya sesosok bayangan manusia.
Bentakan itu keras bagaikan guntur membelah bumi,
tatkala Pek in Hoei tertegun itulah sesulung angin puyuh
menggulung tiba menghantam tubuhnya hingga terjengkang
ke samping.
Taaang... percikan bunga api muncrat ke angkasa,
pedang Cia Koen kena ditangkis dan hampir2 saja lepas
disekitar sini aku bih paham dari pada drimu, kau hendak
lari kemann lagi??"
Suatu ingatan mendadak berkelebat dalam benak Pek In
Hoei, pikirnya :
"Keadaan medan disekeliling sini aku memang tidak
paham sekarang aku cuma bisa lari dengan mengandalkan
lebatnya hutan ini sudah dilewati lalu tiba-tiba ia teringat
akan selokan kecil diusana ia terjerumus tadi, hatinja jadi
sangat girang, buru2 ia tentukan arah dan lari kemuka
dengan kencangnya.
Pohon demi pohon dilewati dengan cepat semak demi
semak diterobosi dengan seksama akhirnya sampailah Pek
in Hoei ditepi selokan tersebut, tanpa banyak bicara ia
jatuhkan diri keatas tanah dan menggelinding masuk
kedalam selokan, seluruh tubuhnya dibenamkan kedalam
air, hanya kepalanya saya yang muncul diatas permukaan
air sambil memperhatikan keadaan disekeliling situ.
Bau asap berhembus datang membuat hidungnya amat
pedas, memandang jilatan api yang berkobar membakar
kuil Siang Cing Koan tak tahan air mala jatuh berlinang
membasahi wajahnya, rasa dendam menyelimuti hatinya,
sambil meremas kepalan gumamnya dengan penuh rasa
benci : "Orang-orang itu harus dibunuh ! aku harus
berangkat kegunung Cing Shia untuk msngabarkan
peristiwa ini kepada ayah, aku harus basmi habis segenap
anggota dari perguruan Boe Liang Tong!"
Terbayang pula akan mayat-mayat yang begelimpangan
didepan kuil Siang Cing Koan, kembali ia tutupi wajahnya
sambil berbisik :
"Membunuh orang ditengah malam buta, kemudian
melepaskan api membakar mayat2 itu hingga musnah
Oooh! Betapa kejinya perbuatan mereka
seraya
ayun
"Ayah!" jerit Hee Siok Peng, Tak bisa ditahan tagi ia lari
menghampiri kakek tua itu.
Dengan wajah hijau membesi Hee Giong Lam loncat
bangun dari atas tanah,
"Kepandaian apakah yang kan pergunakan?" teriaknya.
"Heeeeeeh... heeeeeh... heeeeeh... kenapa sih? Oooh I
kurang cukup jatuh berjumpalitan sebanyak empat puluh
kali?" Ouw yang Gong sambil tertawa mcnyengir. "Hmmm!
seandainya aku tidak memandang diatas wajah putrimu
yang kau sayangi, dari tadi aku sudah suruh kau rebah
terlentang aiatas tanah l".
"Hmmm ini hari, kaupun jangan harap bisa keluar dari
lembah Seratus Racun dalam keadaan selamat sinar
matanya berkedip, tambahnya: "Disekitar tempat ini aku
sudah persiapkan dua ratus orang anggota perguruanku
mereka telah bersiap sedia menyambut kau dengan lima
buah basisan beracun. Heeeh..... heeeeeh..... heeeh . .
sekalipun kau punya, tidak nanti dapat lolos dari sini tanpa
kekurangan sesuatu apapun jua .Hee Giong Lam masih
ingatkah kau dengan perjanjian yang telah kita tetapkan
pada tujuh belas tahun berselang?"
.
"Siapa yang lupa dengan janji? bukankah kita sudah
berjanji asal kau dapat menahan daya kerja racunku selama
dua hari maka akulah yang dianggap kalah, kalau tidak kau
sendiri yang harus masuk kurungan, sebelum ada orang
yang tak pandai bersilat memutuskan sarang laba laba
diluar gua, kau tak boleh keluar dari tempat itu
"Haah...... haaah..... haaaaah....."
onak itu, apa yang perlu kau takuti lagi? Aku pasti akan
memobntu dirimu dengan segenap tenaga."
"Heeh .. heeh ..... heeh....mau pergi dari sini? Tidak
gampang Jengek Hee Giong Lam dengan wajah bijau
membesi. Ini hari, jangan harap kalian bisa berlalu Sini
dalam keadaan selamat"
Ia ulapkan tangannya, para anggota perguruan seratus
racun sambil membawa sebuah tabung bambu perlahanlahan maju mendekat.
Sinar mata Ouw-yang Gong berkilat, dengan pandangan
remeh ejeknya:
"Kau hendak menggunakan binatang binatang berbisa itu
untuk menahan kami berdua, jangan mimpi disiang hari
bolong."
Hee Glong Lam tidak menggubris ocehan dari manusia
she Ouw-yang itu., kembali teriaknya keras keras "Ular
beracun keluar dari gua, kelabang emas terbang keangkasa"
Mengikuti teriakan tersebut, anak murid perguruan
seratus racun yang berada dibarisan paling depan sama
sama melemparkan tabung bambu yang mereka cekal
keatas tanah, dalam sekejap mata beratus ratus ekor ular
kecil berwarna emas menyusup keluar dari dalam tabung
bambu itu
"Ngiiing ... " suara aneh yang sangat memekikan tslinga
secara tiba tiba menggema diseluruh angkasa, cahaya
keemas emasan mulai menyelimuti udara dan entah berapa
ribu ekor binatang bersayap emas segera menutupi cahaya
sang surya.
Dengan cepat Pek in Hai menengok keatas ia lihat
binatang kelabang berwarna emas telah memenuhi seluruh
Gong
bertenaga.
"Aaaaaai....dupa..... dupa..... ini"
Dupa liur naga dari Lam Hay merupakan benda yang
terutama untuk melawan binatang binatang racun semacam
itu, meski demikian manusiapun tak boleh terlalu banyak
menghirup, sebab kalau tidak urat urat nadi akan mengerut
dan akhirnya mati binasa.
Dalam pada itu sambil menggigit bibir merasa gusar Hee
Giong Lam menyaksikan binatang kelabangnya rontok
ketanah persatu, ia makin mendongkol lagi setelah
menjumpai ular ular beracunnya pada melingkar ditanah
tak berani berkutik.
Seluruh badannya jadi gemetar, matanya melotot besar,
mulutnya menggetar dan kepalannya diremas remas
menahan keros
Ouw yang Gong melirik sekejap kearah lawannya, lalu
ejeknya :
"Hey tua bangka beracun kau tidak akan menyangka
bukan kalau aku berhasil mendapatkan dupa liur naga ini
dari dalan gua hartamu? haaasah .... haaaa....... haaaaah ....
inilah yang dinamakan membalas dendam dengar cara
seperti apa yang pernah kau lakukan kepadaku"
Hee Giong Lam berteriak keras, ia tak kuat menahan
diri, darah segar muncrat keluar dari mulutnya.
Tongcu kelabang emas Ku Hong menyaksikan kejadian
itu berseru tertahan, cepat cepat ia loncat kesisi tubuh
ketuanya.
Boencoe, kenapa kau ?" tegurnya cemas.
JILID 4
SADAR bahwa Ouw-yang Gong adalah seorang
manusia yang paling aneh dikolcng langit, serangan
lancarkan dalam keadaan gusar tentu luar biasa hebatnya.
Suatu ingatan berkelebat dalam benaknya tanpa berpikir
panjang lagi ia sambar tubuh Pek In Hoei dan bagaikan
sebuah tameng lempar tubuh sianak muda itu untuk
menghalangi terjangan Ouw-yang Gong lebih jauh.
Cucu kunyuk! begitu kejam hatimu manusia semacam
kau tak boleh dibiarkan hidup lebih lama !"
Sambil membentak orang tua she Ouw yang ini
menerjang kemuka semakin cepat.
kau tidak
sudi
menyelamatkan
lagi
nyaring
"
Peng sedang
terkait dendam
terus-terusan
(Oo-dwkz-oO)
3
OOOOOO senja yang sangat Indah puji Pek In Hoei
sambil menghela napas panjang
Ouw yang Gong menggeleng.
"Orang bilang gunung Go-bie adalah puncak vang
Iembut, sedang gunung Cing Shia adalah puncak yang
indah, ucapan ini sedikitpun tidak salah setelah penuhi
semua permintaanmu, seorang diri akan kujelajahi seluruh
tempat yang indah dikolong langit, aku tak sudi
mencampuri persoalan dunia persilatan lag !".
Aaaaaasaai
kau bisa melepaskan diri dari
keramaian dunia kangouw, tapi sebaliknya aku, sejak kini
aku sudah terjerumus ke kancah dunia persilatan, sejak kini
aku ikut terombang ambing diantara perbuatan bunuh
membunuh yang memuakkan
Ouw yang Gong melirik sekejap kearah Pek Ia Hoei,
tampaklah dari sinar mata si anak muda itu memancar
keluar cahaya tajam yang menggidikan bati setiap orang,
begitu keren dan berwibawa cahaya matanya sehingga ia
jadi tertegun dan berdiri melongo.
Suatu ingatan berkelebat daiam benaknya ia teringat
kembali akan ucapan yang pernah diutarakan Ko In
Nikouw, tanpa sadar ia perhatikan bekas merah darah
diatas jidat Pek In Hoei tajam-tajam.
Mendadak matanya terasa jadi kabur, ia merasa seolah
olah bekas merah darah yang ada dijidat pemuda itu kian
lama berkembang kian meluas, segera gumamnya:
! Ooooh . . . . !"
demi satu, maka aku tak bisa menghindarkan diri lagi dari
tugas pembunuhan ini"
Wataknya yang halus, ramah, welas kasih dan budiman
saling berbentrokan dengan sakit hati yang berkobar kobar,
hal ini mem buat hatinya terasa amat tersiksa, seakan akan
dua bilah pisau belati yang menusuk hatinya.
Sejenak kemudian ia mulai menjerit keras teriaknya :
"Akan kubunuh semua orang orang
memoleskan darah segar mereka diatas tanah."
itu,
akan
kau
sudah
tak
dapat
"Kenapa?".
Kalau kau adalah anak murid yang berasal dari
perguruan Seng Sut Hay dalam tiga buah tusukan jika tak
yang
berada
dalam
cerdik pula otaknya, dia punya tulang dan bakat yang bagus
tidak enak kalau dilindungi keselamatan jiwanya"
Karena berpikir begitu, segera tanyanya :
"kenapa kau lindungi keselamatan bajingan cilik yang
berada di belakangmu? dia anak murid partai Tiam-cong . .
. ."
"Justru karena dia berasal dari partai Tiam-cong mska
kutolong jiwanya!" lalu dengan wajah serius tegurnya.
"Mengapa kan hendak membasmi habis seluruh anggota
partai Tiam cong?"
"Kapan aku pernah membasmi seluruh anggota partai
Tiam-cong?" Ku Loei balik bertanya dengan nada
melengak.
"Hmmmm! tiga puluh tahun berselang ilmu pedangmu
menderita kekalahan total ditangan Cia Ceng Gak, sejak itu
dalam hatimu selalu membenci orang-orang partai Tiamcong. Bukankah sekarang kau telah mengutus Ke Hong
beserta tiga puluh orang lebih untuk membinasakan Pek
Tian Hong dsrl Tiam-cong-pay ?
"Hmmm! apa yang hendak kau katakan lagi?"
"Apa?" teriak Ku Loei dengan mala melotot. "Sejak
Couwsu mendirikan perguruan Liuw-sah-boen dilaut Seng
Sut Hay selama dua ratus tahun rasanya tidak pernah ada
anggota perguruan kita yang melakukan perbuatan terkuiuk
serendah itu, kau sebagai anak murid perguruan ternyata
berani menghina perguruan ternyata berani menghina
perguruan, merendahkan nama Couwsu, tahukah kau
bahwa kau telah melanggar dosa yang sangat besar?"
"Sudah lama aku bukan anak murid perguruan lagi,
kenapa aku harus terikat oleh peraturan perguruan?".
"Sumoay, benarkah kau tidak sudi kembali kedalam
kembali
kearah
Pek In
Hoei
dan
napas
panjang
setelah
sekaii partai Sauw-Iim, Bu-tong, Go- bie serta Hoa san yang
dianggap sebagai partai lurus dalam dunia kangouw tidak
memiliki ilmu silat yang lihay maka dari itu satu demi satu
jago jago mereka keok semua ditangan kedua orang
suhengku"
"Hasaah .... haaaah.......... haaah........."
Rasul Pembenci Lsngit tertawa terbahak-bahak. "Jago
jago tahu dan tempe dari berbagai partai mana bisa
menandingi kehebatan perguruan kami?". Mendengar
suhengnya menimbrung terus dari samping, Kim In Eng
kerutkan alisnya dan menjerit:
"Tutup bacot onjingmu, enyah jauh dari sini!".
Si Rasul Pembenci Langit membungkam dengusan
dingin menggema tiada hentinya. Untuk sesaat suasana
diliputi kesunyian.
Setelah merandak
melanjutkan:
beberapa
saat
perempuan
itu
otaknya, ia
waktu itu jarang orang bepergian maka jalan raya sunyi sepi
hanya dia seorang.
Langkah manusia aneh berjubah merah ini sangat
enteng, setiap langkah ia dapat melalui satu tombak lebih
lima depa lebih, begitu enteng dan gesit dia berjalan seolaholah capung yang terbang diangkasa.
Siang hari telah menjelang tiba, tatkala orang aneh itu
masih melanjutkan perjalanan tiba-tiba terdengar dari arah
belakang berkumandang datang suara keleningan kuda,
disusul seekor kuda berlari mendatang dengan cepatnya.
la segera menyingkir kesamping memben jalan buat kuda
itu lewat, kuda pertama berlari kencang disusul kuda
berikutnya lari lebih kencang lagi lumpur segera
beterbangan mengotori seluruh badannya.
Orang itu mengerutkan alisnya yang tebal dan angkat
kepala memandang kedepan.
Ditemuinya kedua orang penunggang kuda itu adalah
dua orang nona berbaju hijau yang mempunyai kuncir
panjang diatas kepalanya.
Semula manusia aneh itu sudah siap mengumbar
amarahnya, namun setelah menyaksikan bahwasanya
kedua orang penunggang kuda itu adalah dua orang gadis
manis, ia batalkan niatnya dan tidak bicara apa2 lagi.
Dengan hati mendongkol, ia menyeka lumpur yang
menempel diatas bajunya dan meneruskan kembali
perjalanannya. Suara derap kaki kuda mendadak
berkumandang kembali dari arah belakang, kali ini kuda
tersebut lari dengan kencangnya, sebelum manusia aneh
berjubah merah itu membentak dengan kasar :
"Bangsat, ayoh cepat menyingkir, apa kau cari mati?"
segera
moju
suatu
dan
Hey! kau...
Perlahan-lahan Pek In Hoei berpaling Cayhe bukan
lam adalah orang desa yang memakai jubah merah kumal,
berambut kusut daa berjenggot siang tadi.
Aaaaah...! dara ayu berbaju kuning!tu menjerit kaget,
cepat ia tutupi bibirnya sendiri dengan talapak tangan.
Sementara itu Coeijie pun sedang memandang kearah
Pek In Hoei dengan mata terbelalak lebar, mulut melongo
besar, seakan akan ia tidak percaya dengan apa yang
didengarnya barusan.
Melihat sikap dayang itu, pemuda kita segera
tersenyum, mula mula dia ambil keluar lebih dulu perhiasan
MaNau tadi untuk diletakkan keatas tangannya kemudian
baru berkata :
Terimalah perhiasan Ini sebagai tanda terima kasihku.
atas belas kasihan yang pernah kau perhatikan kepadaku
tengah hari tadi, sekarang kau tidak sepantasnya untuk
menampik bukan? .
Kembali tangannya merogoh kedalam saku ambil keluar
sebutir mutiara sebesar buah lenkerg, dan sambungnya lebih
jauh :
Mutiara Ek Seng Coe ini adalah tanda mata dariku
untuk nona kalian, anggaplah benda ini tebegai rasa terma
kasihku yang
mendalam terhadap dirinya
Dengan pandangan mendelong dan kebingungan Coeijie mengawasi diri Pek In Hoei, ia benar benar tidak habis
mengerti akan maksud kedatangan sianak muda itu.
Menanti mutiara yang dingin dan nyaman tersebut telah
dan
segera
suara
kembali
Ouw-yang
Gong
arah yang diserang bukan saja jitu bahkan aneh dan luar
biasa sekali.
dalam waktu singkat dia telah mengunci seluruh jalan
mundur pihak lawan.
Menyaksikan kehebatan lawsn pek in Hoei terkesiap.
berbagai jurus serangan berkelebat dalam benaknya, namun
ia merasai setiap jurus serangan yang ada dalam benaknya
terasa sulit untuk menyambut serangan seruling lawan,
kecuali mundur ke belakang rasanya tiada cara lain untuk
menghadapinya,
Meskipun sianak muda itu sadar, bilamana dia mundur
kebelakang maka serangan musuh pasti akan membanjir
datang bagaikan bendungan yang bobol, namun dia dipaksa
oleh ancaman seruling yang semakin mendekat, membuat
dia mau tak mau harus mundur selangkah kebelakang.
Melihat musuhnya mundur It boen Pit Giok tersenyum
manis, serulingnya menekan kebawah, serentetan suara
Jang rendah dan tidak enak didengar seketika
berkumandang diangkasa. mengikuti arah mundur lawan
kembali ia kirim satu serangan
mematikan.
Oleh irama seruling yang rendah dan tidak sedap
didengar itu Pek In Hoei merasakan pikirannya jadi kacau,
ia semakin
bingung harus menggunakan jurus serangan bagaimana
untuk menghadapi lawannya. Dalam keragu raguannya itu,
bayangan
asing bagaikan ambruknya gunung Thay san segera
meluruk keatas tubuhnya;
Seruling bajanya
senandungnya lirih
diayun
ketengah
udara
dan
"Loo jie, hati hati dengan budak ingusan ini dia mengerti
pula ilmu jari sakti "Tan Cie Saan Tiong" dari kalangan
budha".
"Hmmm, kepandaian kalian tidak jelek" jengek It boen
Pit Giok sambil melirik sekejap mantelnya yang terhantam
hingga robek, "Tenyata mantelku yang begitu lunak dan
halus pun berhasil kalian hantam sampai robek!".
Ku Loei tertawa dingin tiada hentinya, tidak gubris
ocehan orang sementara hawa murninya segera disalurkan
keseluruh badan guna siap siap menghadapi serangan
berikutnya.
Tiba tiba sebuah bentakan keras berkumandang
memecahkan kesunyian, seorang lelaki muda munculkan
diri dari balik barisan lampu lentera merah yang telah
menyebar diempat penjuru itu.
"Socouw, pil obat ini telah siap" terdengar orang itu
berteriak keras.
Mendengar seruan itu air muka Ku Loei maupun Chin
Tiong menunjukkan tanda tanda kaget bercampur girang.
Mereka saling bertukar pantangan sekejap, kemudian
terdengar Ku Loei bertanya
"Apakah Hoa Tuo mengatakan bawa obat ini harus
segera ditelan?"
"Hoa sucouw memerintahkan obat itu segera harus
ditelan, sebab sebentar lagi daya kerja obat itu akan
menunjukkan hasilnya.
Ku Loei segera menyambut sebuah botol porselen yang
ditempatkan kearahnya.
Ke Liat, cepat kau kembali kedalam perkampungan"
serunya.
gigi
pikirannya
dengan
cepat
indah,
ia
lalu menggetar,
datangnya angin
dingin itu, namun
tahu-tahu sudah
yang
-oo0dw0ooJilid 12
DALAM SEKEJAP MATA AIR telaga yang biru
kegelap-gelapan jadi terang benderang, mutiara mutiara
yang jatuh diatas tanah tadi memberikan penerangan atas
daerah sekeliling tujuh depa disana.
Pek In Hoei masih belum sadar, mengikuti tonjolan batu
cadas tadi ia menggelinding kedalam selokan didasar telaga
tadi.
Akhirnya ia jatuh pingsan dan tak sadarkan diri... lama...
lama sekali tiba2 satu cahaya tajam membuat dia mendusin
kembali, darah yang mengucur keluar dari ujung bibirnya
semakin deras, dadanya naik turun dengan cepat dan sianak
muda itu kembali munstahkan darah segar.
Ingatan yang mulai kabur kian lama kian jsdi terang, ia
mulai teringat secara bagaimana dadanya dihantam Ku
Loei dengan ilmu pukulan golok perontok rembulannya
hingga menyebabkan dia terjerumus kedalam telaga.
Segera pikirnya didalam hati:
"Kenapa air telaga ini begitu dingin dan membekukan
tubuh? Walaupun begitu mengapa tidak sampai beku air air
disini? apa sebabnya demikian?"
Urat2 nadi syarafnya makin menyusut, rasa kaku
semakin menjadi dan tubuhnya gemetar semakin keras.
Hatinya jsdi terkejut. buru2 hawa murninya
dikumpulkan dipusar dan coba salurkan tenaga
lwaekangnya keseluruh tubuh, namun baru saja ia tarik
napas tiadanya
dengan
tersengal
sengal
ia
Jilid 13
MAKA ketika aku kembali keperguruan dan
membeberkan kejadian ini kepada suhu, ciangbun suhu
telah menurunkan perinlah untuk menangkap diriku serta
menjatuhi hukuman mati kepadaku. Karena itulah begitu
aku tiba digunung Tiam cong, mereka segara meringkus
diriku. Untung engkohku dengan memandang hubungan
persaudaraan secara diam dia telah lepaskan diriku dari
kurungan, maka dalam keadaan kecewa, putus asa dan
gusar aku kembali lagi keperkampungan Tay Bie San cung
dengan harapan bisa membinasakan otak dari semua
rencana pembasmian terhadap orang Bulim ini yaitu
manusia latah Hoa Pek Tuo......"
"Jadi Cianpwee pun anak murid partai Tiam Cong ?"
sela Pek In Hoei dengan hati terperanjat.
Dengan wajah penuh air mata silelaki tampan berwajah
seribu gelengkan kepalanya.
"Sejak dulu! aku telah diusir dari perguruan, aku telah
bukan menjadi anak murid partai Tiam Cong lagi."
Dia menghela napas panjang.
ketika aku telah kembali keperkempungan Tay Bie San
cung, sebelum mendapat kesempatan untuk membinasakan
Hoa Pek Tuo, mereka telah meracuni diriku lewat santapan
yang dihidangkan kepadaku. menanti aku sadar dari
pingsan tubuhku telah dikurung ditempat ini. Selama tiga
puluh tahun setiap detik setiap saat aku berusaha mencari
jalan keluar namun semua usahaku sia2 belaka, sebab aku
tahu bahwa diluar dinding gua ini merupakan air telaga."
sangat dingin, asal kupatahkan ruang itu maka tubuhku
akan kedinginan dan mati kutu".
(Oo-dwkz-oO)
9
Cian Hoan Lang Koen menghembuskan napas panjang.
"Hanya sayang aku tak dapat membantu dirimu, aku
hampir mati."
Pek In Hoei tak dapat menahan air matanya yang
mengalir keluar bagaikan bendungan yang bobol, ia
bungkam dalam seribu bahasa dan tidak mengucapkan
sepatah katapun, sebab setelah mengucapkan kata kata
sebanyak itu maka masa terang sebelum padam yang
dialami Cian Hoan lang koenpun mencapai pada akhirnya,
setelah seluruh tenaga badannya musnah, jiwanyapun tak
akan tertolong lagi.
"Setelah aku mati....." kata lelaki tampan berwajah seribu
sambil pejamkan matanya. Janganlah kau bawa pergi
mayatku, tenggelamkan saja kedasar telaga, sebab dengan
demikian maka ada kemungkinan jejak lelaki tampan
berwajah seribu akan muncul kembali dalam dunia
persilatan. Aaaai... selama tiga puluh tahun..."
Mendadak ia pentang matanya lebar lebar.
"Dapatkah kau berikan pedang mustika penghancur sang
surya itu agar kulihat sejenak? sudah puluhan tahun
lamanya aku tak pernah melihat mustika perguruan, ooh
betapa rindunya batiku."
Pek In Hoei tidak membantah, ia lepaskan pedangnya
dan serahkan ketangan orang aneh itu, yang mana segera
diterima oleh lelaki tampan berwajah seribu dengan tangan
gemetar.
tidak
tahu
siapakah
yang
kaget
berbunyi
bergidik
setelah
namun
sayang
orang
she
Ku
itu
mendehem
dan
dengan
suara
nyana tenaga
hebatnya..."
lwekangnya
sedemikian
dahsyat
dan
dengan
kearah
tubuh
tanah
yang kian lama kian bertambah dekat itu, setelah suara itu
semakin dekat maka tiap bait syair itupun dapat
didengarnya dengan sangat nyata.
Akhirnya dia pejamkan, mata dan menghapalkan bait
nyanyian tersebut,
Dilaut Timur ada Gugusan Pulau,
Bong Lay namanya
Ditengah gugusan pulau Bong Lay,
terdapat satu gunung
Puncak gua yang tinggi menjulang
keangkasa, istana dewa berdiri disana
Kumala sebagai tiang, jamrud sebagai atap, emas sebagai
penglari dan kumala putih sebagai ubin
Dalam istana hidup seorang gadis cantik, Bong Jien
namanya
Bening matanya manis senyumnya,
cantik melebihi seluruh negeri
Aku sayang, aku kagum kepadanya,
kuingat, kurindukan siang dan malam
Namun semuanya tinggal kenangan,
Ooh betapa pedih dan sedih hatiku"
"Aaaah, kiranya sebuah lagu cinta...." gumam pemuda
she Pek itu. Untung aku tak pernah merindukan seorang
gadis hingga menyerupai orang itu,
Suatu ingatan mendadak berkelebat diatas benaknya, ia
berpikir lebih jauh:
melumer
kepalannya.
keluar
Siang,
dalam
didada
dia lepaskan rangkulan gadis itu dan loncat turun dari atas
pembaringan.
Belum sampai sepasang kakinya mencapai permukaan
tanah, terdengar Hoa k Touw telah meraung gusar sambil
berteriak :
Omong kosong, kemarin malam k In Hoei telah
menyusup masuk kedalam perkampungan kami dan
sekarang dia sudah mati terkurung didalam lorong Koen
Liong To, mana mungkin bajingan muda itu bisa keluar
dari perkampungan untuk menculik muridmu ??"
Pek In Hoei enjotkan badannya, bagaikan sebelai daun
kering dia melayang kesisi pintu kemudian dengan
pandangan terkejut bercampur bergidik diintipnya keadaan
luar lewat celah2 diatas pintu.
Tampakiah ditengah ruangan besar Hoa k Touw
berdiri disisi sebuah meja besar yang terbuat dari kayu
cendana, sementara dihadapannya berdirilah seorang
perempuan yang memakai baju serba hitam dengan kepala
memakai kain kerudung hitam .
Dibawab sorotan cahaya mutiara yang samar samar
tampak air muka perempuan itu pucat pias bagaikan mayat,
kalau di tinjau dari lekukan mata serta potongan tubuhnya,
orang itu bukan lain adalah Kim In Eng yang pernah
dijumpainya sewaktu ada digunung Ging Shia tempo dulu.
Setelah berpisah dua tahun lamanya ternyata raut wajah
Kim In Eng sama sekali tidak berubah.
Diatas raut wajahnya yang bersih dan cantik, kini
tergores kepedihan serta kemurungan yang jauh lebih
banyak daripada dahnlu.
amat
keluar
keluar
dingin
13
KETIKA kain selimut itu tersingkap, tubuh Wie Chin
Siang segera menggelinding keluar, tubuhnya yang padat
berisi dan berada dalam keadaan bugil tanpa busana itu
amat menarik perhatian Hoa Pek Tuo.
Air mukanya berulang kali berubah, nafsu birahi yang
bergelora dalam hatinya bagaikan gulungan ombak di
tengah samudera, dahsyat dan sukar terkendalikan.
Tubuh telanjangnya yang lembut menawan hati, kulit
tubuhnya yang putih halus, pahanya yang mulus dan
panjang, buah dadanya yang padat berisi den keras serta
lekukan lekukan dadanya yang mempersonakkan seakan
akan memancarkan hawa segar bagi kakek tua itu.
Segumpal kobaran api bara membakar keluar dari pusar
menyambar keempat penjuru. Napsu birahi yang sudah
puluhan tahun lamanya tak pernah berkobar kini
menggerakkan seluruh organ tubuhnya.... Ia telan air liur
yang memenuhi mulutnya lalu perlahan lahan maju
kedepan. Dengan tangan yang gemetar ia dekati
12 Halaman 13-14 Hilang
kasihan dia, napsu masih berkobar namun tak sanggup
melangkah lebih jauh daripada meraba belaka.
Sorot mata benuh kegusaran memancar keluar dari
matanya, ia memaki penuh kemarahan lalu menutupi tubuh
Wie Chin Siang yang telanjang dengan selimut, dan
akhirnya ia mengepos tenaga kemudian meloncat keluar
dari ruangan itu.
sunyi
tak
duduk
bersikeras
hendak
kau
ingin
tahu
siapakah
gembong iblis dari laut Seng Sut Hay, jago kaum sesat yang
terlihay dikolong langit, Cia Kak Sin Mo telah ikut datang
pula di sana.
Dengan perasaan terperanjat segera pikirnya: Janganjangan orang ketiga yang menyertai mereka bukan lain
adalah istrinya Pek Giok Jien Mo?.
Saking gentar dan takutnya terhadap gembong iblis yang
sudah hampir tujuh puluh tahun lamanya menggentarkan
dunia persilatan ini, tanpa sadar sianak muda itu mencekal
pedangnya semakin kencang. Segenap perhatian serta
tenaganya dipusatkan pada ujung senjata tersebut.
Angin malam berhembus sepoi sepoi membawa suara sir
yang bergemerincingan, seolah olah terbuai oleh irama lagu
yang lembut dan merdu.
Tapi dalam benaknya saat ini sama sekali tiada minat
untuk menikmati keadaan tersebut. Apa yang terpikir
olehnya hanyalah bagaimana caranya melepaskan diri dari
incaran ketiga orang gembong iblis itu.
Dalam keadaan seperti ini Pek In Hoei tak berani
bernafas terlalu keras. Ia himpun semua kegugupan hatinya
didasar lubuk kemudian memencarkan ke dalam setiap urat
dan setiap jalan darah.
Lama kelamaan ia mulai melupakan
keadaan
disekitarnya. Segenap perhatian dan kekuatannya telah
terhimpun di dalam senjata dan telapaknya.
Tiba tiba....
Dari balik irama air yang berpautan dengan hembusan
angin berkumandang datang suara dentingan irama khiem
yang tajam. Suara tersebut seakan akan dua bilah pisau
belati yang sangat tajam menembusi ulu hatinya, membuat
hatinya bergetar dan sekujur tubuhnya gemetar keras.
dengan
orang
===0d0w0===
Keparat cilik itu sudah kena tendangan mautku
teriaknya keras-keras, Tak mungkin dia bisa hidup lebih
lama dari setengah jam, kau anggap dia masih bisa
ditolong?.
Mie Liok Nio sendiripun diam-diam merasa terperanjat
atas ucapannya yang begitu lembut dan halus, sekarang
mendengar teriakan Kong Yo Leng yang diliputi rasa
cemburu, ia jadi mendongkol bercampur geli, diam-diam
makinya: Setan tua sialan, kenapa tidak kau lihat dulu
berapa besar usia bocah ini? Dia sudah mirip anakku.
Hmm! masa pada masa seperti inipun kau masih menaruh
cemburu terhadapku
Air mukanya segera berubah hebat, dan agak pura pura
berlagak marah teriaknya: Hey setan tua, siapa suruh kau
mencampuri urusan Loo nio? kalau kau bersikeras hendak
turut campur.... baiklah jangan kau anggap kepandaian
Teng Thian Lek Tee mu itu lihay. Kalau Loo nio sedang
senang, bagaimanapun parahnya luka dalam yang ia derita,
aku masih sanggup untuk menyembuhkan
Hoa Pek Tuo mengerti bagaimanakah tabiat dari nyonya
ini. Karena takut dalam gusarnya perempuan itu sampai
turun tangan melindungi Pek In Hoei, maka buru-buru ia
maju menghampiri mereka seraya berkata Enso, tak
usahlah kau ribut terus dengan Kong Yo heng.... bukankah
kalian adalah suami istri?
Cerewet,
urusanku....?
siapa
suruh
kaupun
mencampuri
bergolak