5
Fumizuki News (Bahasa Indonesia)
Jump to: navigation, search
"Akihisa, apapun, entah disebut pencuri atau bagaimanapun, kamu harus bertujuan untuk
menjadi nomor satu. Lanjutkan kerja kerasmu dan berkembanglah."
Gelar-gelar tersebut adalah gelar-gelar yang diraih oleh Yoshii Akihisa dalam ketiga
kejuaraan.
Rencana untuk edisi kedua dari 'Kegagalan Sugawa Ryo Terulang? Kebenaran di balik
Semua Kesalahan-Kesalahan!' ditunda karena sesuatu dan lain hal.
Maaf kalau baru menulis surat untukmu sekarang, tapi aku ingin sekali mengatakan
ini ke Akihisa-kun. Jadi karena itulah aku mulai menulis surat ini.
Apa Akihisa-kun masih mengingatku? Kita ada di kelas yang sama saat kelas 3 SD, kau
tahu. Saat itu, aku selalu merasa kalau Akihisa-kun cowok yang menarik, dan orang
yang selalu menyemangati kami. Tidak peduli apapun yang terjadi, kau selalu berdiri
untuk membangkitkan semuanya. Saat aku jadi ketua kelas, kau banyak sekali
membantuku. Aku benar-benar berpikir Akihisa-kun benar-benar menganggumkan.
Walaupun aku tidak bergabung dan bermain denganmu, hatiku selalu terasa hangat
ketika melihatmu, baik itu di kelas maupun dilapangan.
Ketika kita di SMP, walaupun kita tidak sekelas, aku terus mendengar kabar
tentangmu. Ketika kita bertemu, hatiku selalu berdegup kencang. Bukankah itu aneh,
kenapa ini terjadi? Aku sering bertanya pada diriku sendiri.
Mungkin ini kebetulan, tapi saat kudengar kau masuk sekolah yang sama denganku,
aku benar-benar merasa senang.
Saat ujian Summoning,kau segera melangkah maju untuk melindungiku. Saat itu,aku
tidak bisa lagi membohongi diriku sendiri-Kupikir, mungkin aku mencintaimu...
Sampai sekarang aku akhirnya menyadari perasaanku padamu.
Aku mencintaimu
Sekarang, aku mengumpulkan semua keberanianku untuk menyatakan perasaanku
padamu. Apakah itu bagus untuk Akihisa-kun agar memahami perasaanku padamu
dan perlahan mengikat diri kita bersama?
Surat ini pada dasarnya perasaanku sesungguhnya padamu. Jadi jika kamu sudah
memiliki teman kencan atau orang yang kamu suka, aku benar-benar minta maaf.
"Ooo ~ bagaimana aku akhirnya bisa datang ke sekolah hari ini lebih awal?"
Seperti langit cerah hari ini, udara bersih, dan sinar matahari menhangati tubuh saat aku
berjalan. "
tidak ada yang kacau dan aneh ketika aku pergi ke sekolah hari ini lebih awal awal, seakan-
akan aku berada di jalan yang kosong tenang. Betapa menyegarkan.
"Orang-orang kuno mengatakan bahwa burung yang paling cepat bangun yang memakan
cacing.Tidak tahu apa yang akan aku dapatkan hari ini ~."
Sepulang sekolah kemarin, aku berpikir untuk tidur siang, tiba-tiba hanya untuk tidur sampai
siang hari, jadi aku akhirnya bangun 2 jam lebih awal dari biasanya.
Setelah aku bangun, aku datang ke sekolah tanpa berpikir. Namun, cuaca hari ini begitu baik,
saya tahu saya harus melakukan cuci baju dulu.
Sementara memikirkan dan berjalan,tiba-tiba aku menemukan sosok yang tidak asing di
depan gerbang sekolah.potongan rambut pendek, kulit coklat dan otot yang kokoh; bukankah
itu iron-biar kucoba lagi, bukankah itu Nishimura-sensei? walaupun begitu, dia masih guru
kelasku. Lebih baik aku menyapanya.
"Pagi, sensei!"
aku penuh semangat menyambutnya dari belakang. Ironman berbalik dengan senyum ramah
yang aku belum pernah melihat sebelumnya.
Dia berhenti.
"Sensei?"
"Bapak mengira saya orang lain,ya,?ya ampun, Tidak perlu meminta maaf,kok."
Pada saat dia mengatakan ini, senyum keramahan di wajahnya diganti dengan ekspresi tegas.
"Sebagai guru, sudah jelas bahwa aku harus tegas kepadamu, tapi bagus kau sudah
datang.Dengan kemampuan ' inspektur hukuman' milikmu,aku punya beberapa pekerjaan
kecil untukmu.."
"inspektur hukuman '-adalah metode hukuman ' sistem perang memanggil 'yang digunakan
Fumitzuki Gakuen . Gagasan utama adalah untuk mengikuti perintah guru dan melakukan
segala macam pekerjaan kasar.
'sistem perang memanggil' adalah sebuah percampuran yang dibentuk oleh ilmu pengetahuan
dan supranatural. Karena ini memutuskan kekuatan dari sistem memanggil, Fumitzuki
Gakuen adalah sekolah yang menggunakan sistem ini sebagai dorongan untuk mendorong
siswa untuk belajar keras. Protokol sekolah adalah dengan menggunakan shoukanjuu untuk
bertarung, dan ini pasti akan memompa siswa lebih baik daripada ujian biasa.
"Kamu harus menyesal dari sikapmu yang akhirnya mengubahmu menjadi 'inspektur
hukuman' dan bukan datang ke sekolah hari awal, kan?"
"Uu ... tapi aku tidak melakukan sesuatu yang sangat buruk sehingga langitpun tidak akan
memaafkannku ..."
"... kamu benar-benar memiliki muka untuk mengatakan hal tersebut. Cukup
ngobrolnya,cepat ke lapangan?"
"baik, baik."
Dipimpin oleh Ironman, saya memasuki lapangan dengan sedih. Mereka yang sedang
berjalan pada trek, mereka melacak anggota melakukan latihan pagi hari? Mereka yakin
terlihat energik.
"baik-summon."
lambang sihir banyak muncul di sampingku, dan versi super-cacat dari saya muncul. Tubuh
tiga kepala berukuran lucu, tapi kita tidak bisa meremehkan kekuatan setan itu. Meskipun
kekuatan binatang yang dipanggil ditentukan oleh poin kastor itu. Poin saya masih cukup
untuk menjadi lebih kuat daripada pria dengan berkali-kali. Namun, itu hanya digunakan
untuk pekerjaan kasar.
"baik ~"
shoukanjuuku yang mematuhi perintahku karena dengan mudah membawa tiang gawang
yang beberapa kali lebih tinggi dari itu.
"jika Berpikir tentang kerusakan yang kau sebabkan,hukuman ini bukan apa-apa."
"huuuhhh ..."
Mengenai itu, aku agak menyesal tentang itu, tapi paling tidak aku mengerti keadaanku ...
"cih ... sepertinya tidak akan ada sesuatu yang baik hari ini ..."
burung yang paling cepat bangun yang memakan cacing-siapa,sih yang mengatakan itu?
☆
Aku mengikuti instruksi Ironman dan menaruh net-nya. Lalu aku memindahkan gawang ke
gerbang sekolah. Tanpa mengetahuinya, aku hampir terlambat masuk waktu belajar-sendiri.
Nggak ada waktu untuk memindahkan net-nya ke gudang ruang olahraga, jadi langsung ke
kelas saja lah.
Saat aku baru berpikir itu sambil membuka loker sepatuku, sepertinya ada sesuatu yang
terlihat seperti surat cinta.
Perkembangan tak terduga ini membuatku teriak. Te-te-te-tenang, Yoshii Akihisa! Kau akan
mati jika kau kelewatan! Coba cek isinya dulu--
"WAAHH!!"
Seseorang memanggilku. Aku secara tak sadar menyumpal surat itu ke kantongku. Serem.
"Pagi."
Yang menaikkan tangannya sambil menyapaku adalah teman sekelasku, Sakamoto Yuuji.
Orang ini tidak terlihat banyak otak, tapi dia tetap ketua kelas F.
"A, ara~ Pagi yang baik. Terasa ada sesuatu yang baik akan terjadi pagi ini!"
"Boong kan? Tadi kau kuliat sedang memegang surat atau apalah itu..."
Ugh! Dia lihat? Kalau orang lain lihat aku dengan surat ini cowok di kelasku akan
membunuhku karena cemburu!
"Cuma brosur kok! Lupakan, kita akan telat kalau nggak cepat cepat!"
Untuk menghindari ini, aku langsung mengangkat net gawang dan lari kedepan. Memang
jujur, kita hampir telat.
"Oh, udah setelat ini? Kita udah di sekolah jadi rugi kalau telat."
Masalah selanjutnya adalah- Dimana aku bisa baca surat ini? Bakal ada masalah kalau di
tempat ramai...gimana nih?
☆
"Kudou."
"Hadir."
"Kubo."
"Hadir."
Kami berhasil lari ke kelas waktu bel berbunyi. Sebelum kami sempat istirahat sebentar,
Ironman masuk kelas dan mulai mengabsen. Dia orang yang tepat waktu walaupun tak bisa
dilihat dari mukanya.
"Kondo."
"Hadir."
"Saito."
"Hadir."
Pengabsenan yang tenang dan malas adalah prosedur biasa, dan semuanya menjawab
Ironman dengan nada ngantuk.
Ini adalah momen sepi di kelas. Di pagi musim semi ini, hari ini sama dengan masa lalu,
sambil kami menyambut keseharian yang damai-
"Sakamoto."
"BUNUH DIA!!!"
Aku pasti menurunkan suaraku, tapi sepertinya tidak lepas dari telinga semuanya. Aku benar
benar merasa ada yang aneh dengan murid murid di kelas ini.
"DIA DAPAT, KITA HARUSNYA JUGA! CEPAT DAN CARI KALO ADA SURAT
CINTA DI DEKAT TEMPAT DUDUK KITA!!"
"NGGAK KETEMU! YANG ADA CUMA ROTI BEKAS SAMA ROTI YANG
SETENGAH KEMAKAN!?"
"CARI LAGI!"
Auman kemarahan menggema ke seluruh kelas. Sudah kutebak ini akan terjadi...
"SEMUA DIAM!"
-Diam.
Auman kasar Ironman membuat seluruh murid diam. Ho, bagus, bagus.
"Tezuka."
"Todo."
"Tozawa."
"Nitta."
"Fuda."
"Negishi."
"Oke, tidak ada yang telat atau absen hari ini, jadi kuharap kalian belajar giat hari ini."
Setelah pengabsenan selesai, Ironman berjalan keluar kelas. Orang ini nggak nangkep aura
pembunuh di kelas ini apa?
Untuk melindungi diriku, aku mencoba sebisanya untuk menahan Ironman. Nggak ada waktu
untuk menjaga nama.
Ironman menaruh tangannya di pintu sambil menjawab. Aku salah? Maksudnya apa?
Teriakanku kosong dan menyiksa, tapi Ironman telah keluar kelas, tidak sedikitpun melihat
balik. Sepertinya aku hanya bissa menghadapi aura pembunuh yang mengalir dalam kelas.
Sebelum guru jam pelajaran pertama datang, sudah akan hujan darah.
"Aki~ bisa tolong jelaskan?" Tiba tiba sesuatu yang kuat hampir memutuskan sendiku saat
tangan itu menggenggam pundakku.
Walaupun dia senyum, tangan yang bergetar itu kelihatan sangat bergetar. Ikat kupu kupu di
kuncirannya terlihat seperti tanduk setan. Ekspresinya sangat sanggat menyeramkan.
"Ah...itu...itu..."
Jujur, aku sedang buru buru jadi aku belum baca, jadi aku tidak tahu isinya apa. Ngomong
ngomong aku ingin tanya itu surat apa. Uu~aku benar benar ingin sembunyi sendiri dan baca
isinya!
"Itu, Yoshii-kun..."
"Hm? Ya?"
Yang bicara adalah mawar diantara jarum jarum di kelas kami- Himeji Mizuki-san. Rambut
yang lembut, Dada yang kelihatan empuk, dan muka yang manis; melihatnya seperti ini aku
rasa ini akan menjadi hari lain lagi untuk cowok berusaha mengejarnya.
Himeji-san yang malu malu memang lucu! Tapi walau bagaimana juga aku tak bisa
membolehkannya
"Erm...maaf."
Jadi, aku minta maaf dengan jujur, sejak aku tak mau memperlihatkan isi surat itu.
"Tapi...tapi..."
Tiba tiba suara tepukan bisa didengar dari meja depan. Yang bicara adalah ketua kelas F,
teman burukku, Sakamoto Yuuji.
Aku langsung mengambil tasku dan lari keluar kelas dengan kecepatan tercepat yang kubisa.
Sekarang, aku hanya bisa mengandalkan diri sendiri.
Aku bisa dengar auman dari koridor. Lagi, aku sudah merasa hal ini adalah hal dimana kelas
F kami lebih solid.
"ROGER! CEPAT TANGKAP DIA! JANGAN BIARKAN DIA KABUR! AKU AKAN
BERITAHU YANG LAIN!"
"ROGER!"
Mereka beneran berkumpul dalam grup di waktu yang sebentar untuk memburuku. Kenapa
kelas F harus bersikap berlebihan untuk hal sepele nggak berguna ini!?
Oke, sejak kalian maunya seperti ini, Aku tidak akan beri ampun!
5 teman sekelasku sudah memblokir jalan. Mereka pasti dari grup yang diperintahkan
mengepungku, dan ada beberapa orang dibelakangku.
Tidak bisa melakukan apapun, aku hanya bisa sembunyi di kelas yang terbengkalai, dan
semua yang mengejarku memblokir kelas ini dengan ketat.
Melihatku sembunyi didalam, semua berdiri di jalan masuk agar aku tak bisa kabur. Tapi
untukku yang dikejar, adalah kesempatan bagus.
"Lihat ini!"
Seranganku adalah net gawang yang kuambil tadi pagi. Aku melemparkannya pas di kepala
mereka.
Tak bisa bergerak dan tak bisa membuat keputusan yang benar dengan cepat, itulah
rencanaku. Tapi kalian benar benar terlambat!
Aku memegang sesuatu yang berbahaya. Teman sekelasku membelalak melihat apa yang
kupegang.
Aku melemparkan Taser yang aktif ke net yang basah. Setelah itu, ada suara meledak ledak
dan bau sesuatu terbakar
"WWWAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHH!!!!!!!"
Mendengar temanku berteriak sekarat, aku berjalan dengan santai keluar kelas.
Kalau aku mau baca surat ini di tempat yang sepi, aku harus menahan semua yang di kelas F.
Jika begitu, aku hanya bisa bertarung sampai titik darah penghabisan.
"Yoshii lari kemana? Aku tadi lihat dia lari kebawah sini!"
"Squad F dan G sudah kalah. Musuh kita cuma satu, tapi jangan lengah."
Teman sekelasku mulai berbicara di gudang buku lama di bangunan sekolah lama. Mereka
mungkin mulai hati hati sejak aku mengalahkan beberapa grup dengan cara yang sadis. Aku
mengintip dari rak buku, dan melihat mereka berdiri back-to-back untuk memeriksa setiap
titik buta.
Tapi kalau mereka menempel, mereka akan lebih repot kan? Bukankah mereka mengerti?
Aku menahan napas sambil memindahkan rak buku dekat mereka. Lalu mengambil satu buku
dan melemparnya ke sudut lain-BAM!
Semuanya bereaksi dari suara sambil menoleh berbarengan. Kalau begitu bukankah jadi ada
titik buta?
"Si~ap!"
"APA!"
"SIALAN—!"
Saat ini perhatian mereka sudah beralih ke tempat lainnya, bahkan jika mereka sadar rak
buku sedang rubuh, mereka tak akan bisa kabur tepat waktu, maka semuanya tertiban rak
buku.
Dari ekor mataku, aku melirik temanku yang sedang mencoba merangkak keluar dari bawah
rak buku sambil aku keluar dari gudang buku buku tua.
Setelah aku berjalan keluar dari gudang buku tua, aku langsung mengambil sapu untuk
menahan pintu masuk dan memblokir seluruhnya. Sepertinya seluruh pengerjar sudah
diamankan.
Keberadaan seseorang membuatku mundur beberapa langkah. Di tempat aku berdiri tadi
kulihat banyak pulpen dan pisau tajam tertancap di lantai.
"Siapa disana!"
Memegang segala macam alat tulis di tangannya adalah temanku Tsuchiya Koouta. Orang ini
punya kebokepan yang luar biasa, tapi dia mencoba menyembunyikannya. Panggilannya
adalah Muttsulini, dan dia temanku - tunggu, dia bukan temanku lagi, tapi musuh yang harus
kutaklukkan.
"Bersiaplah, Muttsurini!"
Aku mengatupkan tanganku dan lari maju. Maaf tapi kau harus istirahat dengan tenang disini.
"...Mengerti"
"Sebutkan permintaanmu"
Walaupun aku bilang itu, Aku tahu apa yang dia inginkan. Dia akan bilang 'serahkan surat
itu'. Biar kupikir cara negosiasi dengannya...
"...Permintaanku adalah-"
"-membunuhmu"
"...Deal diputuskan."
Ngomong ngomong, itu hanya surat cinta. Kenapa harus mulai menyembeleh teman?"
"Muttsulini, aku bukan idiot yang akan santai setelah yang kau bilang."
"...serius?"
Whoosh! Pisau lipatnya dilempar sambil mengeluarkan suara seram. Targetnya adalah -
MATA KANANKU!!!
Aku pakai tanganku untuk membloknya, dan pisau lipatnya jatuh ke lantai. Eh? Tidak kena?
Pisaunya belum dikeluarkan?
"...Bukaan"
"Uu!"
Untuk melindungi nyawaku, aku tiba tiba menyebutkan sesuatu yang diminati Muttsulini.
Tolong ambillah umpan ini dasar bokep pendiam!
Sial aku tak bisa mengguncang konsentrasinya. Lho memang itu pengetahuan umum!? Aku
nggak tau lho!
"Kalo gitu, kalo aku dapet pacar, aku kirim harta berharga itu kepadamu, mengerti?"
"...(berhenti.)"
"...Kapan?"
Temanku yang satu ini tak bisa diremehkan. Dia benar benar langsung mengkonfirmasi
waktu bukannya isi dan jumlahnya.
"...Deal."
Aku akan menggunakan trik menyogok ini lain kali kalau aku melawan Muttsulini lagi.
Saat aku melangkah untuk pergi, dia mengulurkan tangannya untuk menghalangiku. Ada
lagi?
Jujur bisa dibilang, Pisau ini harusnya illegal. Tapi ini adalah benda yang membuatku senang,
karena masih ada beberapa orang yang belum kukalahkan, dan mereka pasti bersifat
antagonis kepadaku
"...(Acungkan jempol)."
Setelah mengacungkan jempolnya, Muttsulini berbalik dan pergi. Aku tak bisa tetap disini.
Harus cari tempat untuk baca surat itu. Akan buruk jadinya jika tulisannya 'Aku akan tunggu
di atap saat istirahat makan siang' dan baru kubaca sore sore.
Seharusnya tidak ada yang di atap. Jika begitu aku bisa baca dengan tenang. Juga mungkin
disanalah tempat nembak akan terjadi. Oke, jadi ayo ke atap.
"GACK! MINAMI!?"
Aura pembunuh yang keluar dari tubuhnya sudah membunuh otot ototku, dan kelihatannya
mereka akan meledak saat dia menyentuhku.
Aku mengencangkan syarafku, mencari cara melewati tangga lantai dua. Ternyata dia tetap
lanjut melangkah maju dengan sikap tenang, menyebutkan permintaannya untukku memilih.
"Terserah kau mau berikan suratnya dan biarkan aku membunuhmu atau biarkan aku
membunuhmu sebelum kuambil suratnya. Pilih satu."
Aneh. Kenapa nggak ada pilihan dimana aku bisa masih hidup?
Pada dasarnya ini salahnya. Kalau krisis ini bisa kuredakan akan bagus.
"Nggak ada hubungannya denganku? Benarkah...kau benar benar berpikir begitu, Aki..."
"Eh?"
Minami kelihatan terluka atau semacamnya. Aku berpikir tentang apa yang kubilang.
Memang salah kalau aku punya pacar?
"Maksudmu..."
"Fakta ini memalukan, jadi aku tidak bilang barusan, tapi aku... kamu...."
Sangat beda dengan ekpresi menyeramkan tadi, sekarang Minami kelihatan kasihan. Untuk
alasan yang nggak tahu apa hatiku mulai berdebar. Perasaan apa ini?
"Karena kamu, aku mendapat peringkat 3 di pilihan 'cewek yang tidak mau kau ajak
kencan'!"
"Dah!"
Aku mengikuti insting dasarku untuk kabur. Walaupun aku ingin ke atap, aku mulai
melompat 3 langkah turun tangga untuk pertama kali, semua untuk kabur dari setan
menyeramkan ini.
"Masih berpikir untuk kabur? Kau tak akan kubiarkan lari dengan kebahagiaan setelah
menjatuhkanku begini!"
"150-an mungkin?"
Sialan! Aku benar benar ingin kabur, tapi susah kabur dari dia. Harus hentikan Minami!
"Apa?"
"-kau pakai putih hari ini!"
"Ap..."
Minami tiba tiba berhenti dan menekan roknya dengan kedua tangan. Bodoh, di situasi ini
ngapain aku ngintip daleman kamu?
"WOOOHHH!!"
Menggunakan jendela kesempatan ini, aku langsung melebarkan jarak antara aku dan
Minami, kesempatan ini akan hilang sebentar lagi.
Ahh, tidak ada pelajaran sekarang kah? Guru bahasa inggris yang sedang berjalan pelan
melihat keberadaanku. Jadi itu Endo-sensei. Muncul di saat yang tepat.
"Ya, para guru memintaku pergi ke kelas kosong untuk memindahkan meja"
"Apa itu?"
"Eh? Ah...oke."
Aku menarik sensei ke kelas terdekat. Baguslah banyak kelas terbengkalai di bangunan tua.
Selamat untuk sekarang.
"Sensei! Tolong cepat berikan saya izin!"
"Bagus! Summon!"
Dari panggilanku, Shoukanjuu-ku muncul dari lingkaran yang mengambang. Selama anak ini
masih ada, Walaupun itu Minami maka tak masalah.
"Aku memakai dalaman warna hijau-rumput hari ini! Bisa bisanya kau bilang putih!"
"Ah!"
Yang aku ingatkan membuat Minami tersipi. Kalau Muttsulini mendengar ini pasti dia akan
senang.
"KESEMPATAN!"
"WAH!"
Melihat ini, Endo-sensei mengomeliku, dan Shoukanjuu-ku hilang seiring dicabutya izin
summoning.
"Ah tunggu!"
Mengabaikan sensei, aku lari lagi di koridor. Kemudian sebentar lagi, aku bisa membuka
suratnya...memikirkan ini kakiku terasa ringan.
"WAH! WOAH~~"
Tanpa berbicara apapun lagi, Sugawa-kun langsung lari kearahku tanpa ragu. Aku langsung
mengeles kesamping, dan setidaknya hampir tidak bisa menghindari serangan itu.
"Uu..."
Aku secara nggak sadar menggigit bibirku. Nggak disangka orang ini akan menyiapkan
senjata. Sekarang tidak ada kesempatan menang kalau aku nggak pakai tenaga penuh. Kalau
aku punya senjata... hm? Senjata?
Aku merogoh kantongku dan mengambil tas kecil. Benar, ini yang diberikan Muttsulini tadi,
tas yang penuh pisau.
Sugawa-kun kelihatan tak sabar begitu tahu dia tidak unggul lagi.
"Bagus! Sekarang kita adil"
Aku mengambil pisau dari tasnya dan langsung memperpendek jarak Sugawa-kun.
"Terlalu lemah!"
Aku melangkah kesamping, dan serangannya nyaris mengenaiku, tapi meleset. Dan dia
sangat terbuka setelah menyerang dan dia didepanku. Banyak lubang dimana mana.
"Apa apaan, gimana aku bisa menang pake gunting kuku, ah aku dodol!"
Aku rubuh ke lantai. Walaupun memang, gunting kuku adalah sejenis pisau.
"Si, sial! Kalau begitu aku akan pakai gunting kuku ini padamu! Seenggaknya lebih mending
daripada tangan kosong!"
"DIAM!"
Di lantai tiga bangunan tua yang tenang ini, Sugawa-kun dan aku saling meraung.
Dari atas, aku memelototi Sugawa-kun yang lumpuh dan memegangi tangannya penuh
kesakitan.
Meninggalkan Sugawa-kun, yang heboh padahal cuma kupotong kukunya, aku langsung naik
tangga dan naik ke atap. Kalau aku bisa lewat lantai 4 dan ke atap-
Saat naik tangga, yang menghalangiku adalah raja setan-Yuuji dan Himeji-san.
"Karena atap adalah tempat terbaik untuk nembak. Dengan otak gampanganmu itu kau pasti
pikir kau bisa lihat apa yang semuanya lakukan disini, jadi kutebak kau akna kesini."
Ah!
Himeji-san melihatku dengan khawatir. Aku tak tahan dengan tampang itu!"
"Yuuji, kenapa kau harus menghentikanku? Kalau kau lakukan juga nggak ada untungnya
buatmu kan?"
"Benar, aku nggak ada untungnya masalah ini. Sebelumnya juga aku nggak ada niat ingin
punya pacar."
"Akihisa, Aku tak akan memberitahumu sesuatu yang jadul seperti 'serahkan surat itu'.
Tunjukan kemampuanmu dan lawanlah aku."
Yuuji melepas mantelnya dan dasinya. Melihat fisik teman burukku ini, tidak ada lemak
berlebih di tubuhnya. Otot itu adalah yang diinginkan semua pria.
"Ah, oke."
Setelah memberikan mantelku ke Himeji-san dan melepas dasinya, tanpa ditahan, Yuuji
langsung menuju posisinya sambil meluncurkan beberapa pukulan. Whoosh, suaranya
lumayan tajam. Dengan ini aku tahu jelas bedanya amatiran dan ahli. Orang ini...benar benar
ingin membunuhku.
"Yoshii-kun, menyerahlah..."
Himeji-san berjalan kesebelahku dengan wajah khawatir sambil menatap wajahku. Jelas
sekali kenapa hanya dia yang khawatir padaku; dari tampangnya, Yuuji sangat terbiasa
berantem, dan aku tidak mempunyai kesempatan menang yang besar jika aku lawan dia
langsung. Tapi—
Untuk cewek yang telah memberikan keberanian untuk menulis surat ini untukku, untuk
masa depanku, aku tak bisa lari disini!
"Ah, oke."
Seperti Yuuji, aku melepas mantelku. Pergerakanku lebih luwes sekarang. Ngomong
ngomong, aku belum bertarung serius dalam waktu lama, dan sekarang lawannya Yuuji.
Tubuhku pasti akan bergetar, dan bukan karena aku melepas mantelku. "...Akihisa."
"Ayo, Yuuji."
Kalau aku mengalahkan orang ini, aku bisa baca surat itu tanpa—
"Eh?"
Himeji-san menarik surat itu keluar dari kantong mantelku. Eh~ itu...
"KAU BISA SEBERAPA BUEGO SIH!? LUPAKAN ORANG INI, HIMEJI! BUANG
SURAT ITU!"
Melihat balik ke Himeji-san, dia kelihatan susah dengan surat itu ditangannya. Mungkin dia
berpikir itu terlalu mudah diambil dan takut akan isinya.
"..."
Nggak, nggak benar. Harusnya nggak begitu. Himeji-san akan memperlihatkan ekspresi itu
karena dia terlalu baik dan tak tahan membaca surat yang ditulis orang lain atau
menghancurkannya tanpa ampun. Jadi ada kesempatan menang!
"Himeji-san."
"Sejujurnya aku tahu Himeji-san yang lembut ini tak akan mengganggu perasaan orang lain,
jadi lebih baik—"
"Nggak, kau seharusnya nggak jawab 'oke' begitu saja kan? HIMEJI-SANN! KAU TAK
HARUS BENAR BENAR ROBEK SURAT ITU! AKU NGGAK BISA BACA
SEKARANG! BALIKIN! BALIKIN MASA DEPAN BAHAGIAKU DAN APA YANG
KUKATAKAN 4 BARIS YANG LALU!"
Baru saja aku berteriak putus asa, Surat itu dirobek, dan berubah menjadi sampah.
Yuuji kaget melihat Himeji-san dan meminta maaf padaku. Aku juga kaget. Pastinya karena
aku tahu Himeji-san tak akan melakukan hal seperti itu.
"Setidaknya biarkan aku bereskan ini."
"Terima kasih, Yuuji. Aku akan mencoba kemungkinan untuk membetulkan surat ini."
Whoosh...terbakar...
Ahh, hangatnya~ api yang berkobar itu sepertinya mencairkan hatiku yang dingin...
Melihat surat itu terbakar, Himeji-san mulai terlihat santai saat bertanya Yuuji.
"Eh?"
"Kalau yang kau robek adalah 'surat dari orang lain', akan bermasalah kan?"
Aku nggak terlalu ngerti apa yang mereka bicarakan. Mereka tahu siapa yang menulisnya?
"Yasudah kau tak usah khawatir tentang itu. Lagipula kalau dia selamat sekarang toh dia akan
dibunuh mereka juga."
Memeras setetes kesadaranku yang tersisa, aku melihat arah tunjukkan Yuuji.
Oh tuhan, amu mohon, izinkan aku melihat matahari dengan aman besok...
Bagaimana itu? Surat hilang itu ada di loker sepatu Yoshii-kun! Seseorang pasti
menemukannya dan memasukannya untukku...
Tapi seperti yang kau bilang, aku harap aku bisa menyatakan perasaanku tanpa surat, tapi
langsung padamu.
"Kudou and..."
"Tsuchiya!"
"Ya. Pada bab ini, kita akan mendiskusikan beberapa cerita mesum dalam kehidupan sehari-
hari. Cerita ini akan dibawakan oleh kami, Kudou Aiko, dan Muttsu—"
"...Tsuchiya Kouta."
"—And Muttsulini!"
"...Nama asli..."
"...uu! (phoosh)"
"O, okay. Baiklah, Semenjak ini diharapkan menjadi sebuah cerita mesum, saya mau
membagi pengalaman saya. Sejujurnya beberapa hari yang lalu, ketika aku bersiap pulang,
tak disangka terjadi hujan."
"Hari itu merupakan hari tersial saya. Saya bermain terlalu bersemangat pada kegiatan kluc
saya dan pakaian gantiku tercebur ke kolam, jadi pakaian dalamku basah semua."
"...UUUU (BBBBBZZZZZTTTT!!!)"
"Setidaknya untuk bagain bawah, saya masih bisa menahan dan memakainya seharian, tetapi,
Muttsulini? Kamu sepertinya telah mimisan 2 liter? Apakah kamu tidak apa-apa?"
"...UUUUUU (PAPAPAPAPAPAPAPAPA!!!!!!!)"
"Rencana ini tidak mungkin berhasil! Aku saja belum bercerita bagian mengenai mandi dan
partnerku sudah mimisan tidak karuan!"
"Bagaimana hal itu dapat terjadi? Bagaimanapun, cukup sekian hari ini! Sampai jumpa lain
kali, semuanya! Hati-hati!"
Sebenarnya, Saya menyukai seseorang. Orang itu sangat imut dan terkenal, tetapi K-shita H-
yoshi (orang itu) sepertinya adalah seorang laki-laki. Jika demikian, apakah saya telah
menjadi seorang homoseksual?
Saran Guru:
Maaf, tetapi kamu telah memberikan pertanyaaan yang mengejutkan dan saya tidak tahu apa
yang harus dikatakan. Sejujurnya, saya mulai bertanya-tanya apakah saya harus memberikan
buletin khusus. Sejak kamu menyukai orang itu, seharusnya pula saudara kembar yang
perempuan. Jika kamu hanya tertarik dengan penampilannya, mengapa kamu tidak
menembak saudara perempuannya? Jika kamu tidak tertarik oleh penampilannya tetapi oleh
kepribadiannya -- kamu harus menenangkan diri dan berpikir hati-hati. Walaupun terdapat
sekelompok siswa yang mempercayai rumor bahwa dialah yang termasuk ke dalam jenis
kelamin ketiga - 'Hideyoshi', jadi tidak ada hubungannya dengan homoseksualitas, tetapi
bapak berharap bahwa kamu tidak termakan oleh rumor tersebut. Bapak berharap kamu
mempunya kehidupan sekolah yang sehat.
Akhir-akhir ini, biarpun saya terbangun ataupun tidur, pikiran saya sepertinya berpikir
mengenai wajah seseorang. Selama saya dapat melihat senyum Y-shii A-hisa, saya merasa
sangat bahagia.
Ketika saya melihatnya sedih, saya akan merasa sedih pula. Tetapi, dia memiliki jenis
kelamin yang sama dengan saya.
Saran Guru:
Apakah pikiranmu sedang terganggu akhir-akhir ini atau hal-hal sejenis? Walaupun kamu
tidak mengingat mengenai kepalamu yang membentur sesuatu, bapak akan menyarankan
untuk melakukan check-up medis. Tak ada kata terlambat untuk berkonsultasi mengenai
masalah homoseksualitas.
Semenjak kelas 1, saya mempunyai onee-sama yang saya cintai. Tetapi akhir-akhir ini, dia
diperdaya oleh seorang laki-laki.
Saran Guru:
"...Yuuji."
"Apa, Shouko?"
"Hoho."
"Ditolak."
"...Kencangkan gigimu."
"Tunggu! Aku pikir kau telah melewatkan banyak langkah! Kau tiba tiba ingin menonjokku?
Kau ingin menonjokku?"
"...Perlihatkan."
"Kau selalu menusuk mataku! Kenapa kau minta aku mengencangkan gigiku kalo begitu!?
Itu boongan, dasar hewan!"
"...Yuuji, longgarkan tanganmu. Kalau begini aku tidak bisa mengambil handphonemu."
"Ngg-Nggak akan kukasih! Ini baru aku dapet balik abis dibenerin! Nggak akan kubiarin
kamu curi!"
"Da...!? Kalo celana mah terserah walaupun aku nggak rela, tapi kenapa dalemanku juga
ikutan!? Maksudmu aku harus sekolah dengan bagian bawah telanjang!?"
"...Anak setengah-telanjang yang hanya memakai baju sangat disukai ibu-ibu, aku dengar dia
bilang sekali."
"Salah! Ini nggak ada urusannya dengan 'suka'! Pentingnya lagi, aku nggak mau, jangan
salah!"
"...Aku tidak cabul. Aku, teman masa kecil-mu, mempunyai kewajuban untuk mengecek
pertumbuhan Yuuji."
"Beh, lepaskan gesperku! Jangan sentuh! Oke oke! Nih! Ambil handphoneku!"
"...........ya."
"...Perlihatkan handphone-mu."
"...Akan kucoba."
"Tolong."
"........."
"Dan? Nggak ada apa apa kan? Kalau mengerti, kembalikan handphone-kuuu—UOH!
Tanganmu ngapain deket deket celanaku? Kamu udah ambil handphone-ku kan!?"
"Salah hesar."
"...Jadi, hukuman."
"Kenapa disekitarku banyak yang mikir perbedaan jenis kelamin itu spele...? Oke, Shouko,
lihat isi SMS-nya. Cuma bercanda saja kan?
"...tapi,"
"Ah, SMS? Di HP-ku, kan? Biar aku cek!...tunggu, balikin dulu gesperku yang kau curi
dengan jago-nya."
"Ha? Kenap—aAAAAH!? Sekarang kau ingin mengambil celanaku lagi? Semua orang bisa
lihat kita dari sini—NGGAK, NGGAK, OKE!! Aku sudah dewasa, nggak apa apa nyerah dan
ngasih celana walaupun aku sangat sangat nggak rela, jadi seenggaknya dalemanku!"
"...tidak"
Tabung Pengukur.
Komentar Guru:
Benar. Mengetahui nama dan kegunaan peralatan lab itu yang palin gdasar. Bisa megingat
nama peralatan peralatan ini pasti ada hasilnya. Juga, tolong ingat untuk melihat besaran yang
ada di peralatan tersebut.
Mesu Shiri.[1]
Komentar Guru:
Kau hanya ingat bagian yang kau anggap menarik. Kuharap kau tak lupa dengan tiga huruf
terakhir [ンダー] (ndaa).
Komentar Guru:
Tidak ada harapan kalau kamu...
Saat ini Minggu sore, dan tempat yang sangat jarang terpengaruh cuaca penghujan ini gerimis
tadi pagi, tapi sekarang sudah berhenti maka diluar sekarang cerah. Namun aku tak kemana-
mana melainkan ngetem dirumah bermain game.
Di layar TV adalah game tinju yang baru kubeli minggu lalu, dan aku mengontrol alat
ditanganku ini seperti kesurupan. Yuuji waktu itu ikut main dan anehnya dia lebih hago
dariku. Mengesalkan, namun orang itu memang selalu lebih baik dalam game yang
berhubungan dengan refleks dan gerakan.
"Walau begitu, aku tak akan kalah dengan orang seperti itu!"
Tapi game apapun itu, Kalah kepada Yuuji saja membuatku mual, jadi aku janjian untuk
tanding ulang besok pulang sekolah, dan aku akan berusaha latihan
--DING DONG.
Suara tajam dari bel tiba tiba berbunyi saat aku latihan.
Mau gimana lagi? Aku hanya bisa menghela napas dan menekan tombol pause, bangun dari
duduk dan berjalan ke koridor.
Panas dan kelembaban musim panas masuk dari ruang kecil diantara pintu.
Aku sedikit manyun dengan rasa terganggu, tapi kudorong pintu lebih lebar sedikit lagi.
Dibalik pintu besi ini, langitnya cerah dan terang setelah hujan, ada cahaya sisa pelangi yang
hampir bercampur dengan langit, dan wanita berambut pendek yang membawa tas koper.
“…Eh? Arre…?”
Aku tak bisa memercayai mataku dan mulai melihat orang itu lebih dekat. Apa ini? Mata
lebar, muka lalai, orang ini...sepertinya aku tahu...
Aku mencoba memanggil anggota keluargaku ini yang seharusnya ada diluar negeri dan
harusnya tidak muncul disini.
Dia menjawabku. Rambut pendeknya berkibar lembut dengan hembusan angin, dan dengan
senyum muncul di wajahnya.
Aku kaget melihat kakakku, yang telah lama tak kutemui berpakaian seperti ini.
Pertanyaan mengenai Kenapa kau disini? Kalau ingin kembali kenapa tidak bilang padaku?
Hilang seketika. Dandanannya itu membuatku benar benar pusing.
Nggak, mungkin saja untuk kakakku yang baru kembali dari luar negeri baru keluar dari
suatu ruangan. Jarang di Jepang, tapi memang ada beberapa rang yang berpakaian seperti ini
setelah mandi, tapi...
Sejauh yang kutahu, mantel mandi tidak berevolusi untuk digunakan diluar, kan? Aku nggak
pernah tahu.
"Aki-kun, Bisa bisanya kau berdiri di koridor dan membuat kericuhan? Nee-san tidak ingat
membesarkan anak yang kurang akal sehat."
"Uhh...Aku tidak percaya diomeli tentang akal sehat oleh orang yang memakai mantel mandi
sambil jalan didepan semua orang..."
"Dan aku pasti sudah bilang sebelumnya. kau harus dengarkan yang lain sampai selesai, kan?
Nee-san punya alasan kenapa aku berpakaian seperti ini."
"Eh? Ahh...iya."
Benar, siapa yang mau jalan-jalandiluar dengan mantel mandi tanpa alasan?
"Tentu saja."
Setelah melihatku mengertim Nee-san mengangguk dan pelan pelan mulai menjelaskan
padaku.
"Tadi benar benar panas, dan aku harus membawa barang barang berat, Nee-san jadi sangat
berkeringat..."
"hmm."
"Walaupun aku akan bertemu adikku, Nee-san tetap wanita. Normal kan untuk
memperhatikan bagaimana penampilanku."
"Karena mantel mandi ini adalah satu satunya pakaian yang bisa menyerap keringat lebih
banyak. Keringat nee-san langsung kering"
"Jadi karena aku berganti memakai mantel mandi ini aku bisa menjaga harga diri sebagai
kakak, dan bertemu kembali dengan adikku yang sudah setahun tak kutemui dengan keadaan
bersih."
"Menurutku, walaupun kau bangga terhadap penyelesaianmu ini, kau akhirnya gagal karena
terlalu banyak berpikir kan?"
"Kau bicara apa? Walaupun keringat mengandung hal hal seperti sodium klorida,
magnesium, kalium dan kalsium, kebanyakan isinya adalah air. Baan mantel mandi ini kan
katun, jadi bisa menyerap dan sangat permeabel, dan berhasil menghisap keringat dari tubuh
nee-san seperti yang kuingingkan."
Tapi bukannya nggak perduli tentang apa yang kau pakai cuma karena itu bisa menyerap
keringat!
"Kalau kau mengerti, biarkan aku masuk. Nee-san harus melihat bagaimana keidupan Aki-
kun dan laporkan ke ibu."
"Ah, benarkah?"
"Ya."
"Benar."
"Ada apa?"
"Apa itu?"
"Apa maksudmu?"
Aku menunjuk jauh, dan nee-san melihat kearah yang aku tunjuk tanpa ragu.
DING DONG
Aku menutup telingaku sambil mulai berjongkok, nggak ingin mendengarkan suara yang
datang dari luar.
Kenapa dia harus melakukan hal ini!? Mengirim nee-san untuk mengecek kehidupanku tanpa
pemberitahuan kan licik!
DING DONG
Gimana nih? Kalau ini berlanjut kehidupanku selama ini akan ketahuan. Kalau dia laporkan
ke ibu tentang situasi disini, aku tak akan tahu apa lagi yang akan terjadi terhadap kehidupan
bahagiaku tinggal sendiri. Aku bisa saja menyembunyikan manga dan console game-ku kalau
mereka sudah menghubungiku dulu!
DING DONG.
"Aki-kun, apakah kau membully kakak? Apa kau benci melihat kakak dalam mantel mandi?"
Dan dia datang sebelum Ulangan Akhir Semester! Ibu pasti akan tahu hasilku bagaimana. Dia
pasti menunggu waktu yang tepat untuk mengirim pembunuh ini kemari. Aku hanya bisa
pikir kemungkinan itu. Bagaimana ini!?
"Kenapa kamu tidak mau membiarkan nee-san masuk? Adakah alasan kenapa kau tidak mau
nee-san masuk? Alasannya...apa?"
Saat aku sedang memegang kepala dan berpikir, nee-san diluar tampaknya sedang berpikir
juga. Dia mikir apa sekarang?
"Maksudmu kalau aku ingin masuk aku harus pakai seragam pelayan, dan bukan mantel
mandi, kan?"
"Nggak, jangan! Ini jebakan dari Nee-san! Kalau aku buka pintu ini dan mengomel balk dia
akan menggeledah rumah seperti detektif tanpa ragu!"
Jangan jawab, Akihisa! Jangan!-- Aku terus menerus memperingati diriku dalam hati. Ini
masalah hidup mati.
"...serius deh, kalau begitu aku akan mampir ke tetangga untuk pinjam seragam pelayan."
Aku sudah tidak tahan! Aku benar benar tidak bisa meninggalkan orang ini sendiri di koridor!
"Benarkah? Tapi temanku bulan lalu bilang 'Fujiya-ma, Tempo-ra dan seragam pelayan
adalah bagian dari kebudayaan jepang."
"Nee-san, orang itu benar benar tidak normal! Lagian juga kenapa dia nggak bisa bilang
'Gunung Fuji' dan 'Tempura' dengan benar tapi bisa nyebut seragam pelayan jelas jelas?"
Teman macam apa yang dia punya? Orang aneh menarik perhatian orang aneh. Ini bukannya
seperti sekupulan bulu saling nempel?
Akiba-Boy dan Bad-Boy pertamanya nggak terlalu beda, tapi ada banyak perbedaan disana.
"Ngomong ngomong ya, walaupun kau tinggal diluar negeri, kesalahpahamanmu terhadap
budaya Jepang itu parah...Bukannya kau sering pulang, nee-san?"
Dan dia sebenarnya sudah tinggal di Jepang sampai beberapa tahun yang lalu.
Kesalahpahamannya kok bisa jadi parah begini? Tapi sebenarnya benar juga, kakakku nggak
akan melihat apapun yang dia nggak tertarik. Tapi beberapa tahun tinggal diluar negeri
tampaknya hanya memperparah keadaan.
“Ahh.”
"Setidaknya aku masih tahu kalau aku harus meletakan sepatuku dengan rapi saat masuk
rumah orang jepang, Aki-kun."
Setelah ngomong itu, dia langsung melepas sepatunya dan menempatkannya di koridor. Dan
akhirnya mulai sadar sambil menepok tangannya.
"Ooh, jadi begitu. Kau mengunci nee-san diluar untuk merapihkan ruanganmu 'kan, Aki-
kun?"
“Uuhh…”
Setidaknya dia sudah berpikir alasan 'beres beres ruangan' setelah melihat koridor yang terisi
dengan sepatu berserakan. Biasanya orang akan berpikir masalah rumah tangga sebelum
seragam pelayan, tapi...lupakanlah. Lagipula dia kakakku ini.
"Jadi, Aki-kun..."
"Bukan, ehhh...aku..."
"Nee-san sekarang sudah dewasa. Kalau Aki-kun pakai lebih dari 2000 buku-H memenuhi
ruang tamu nee-san tidak akan kaget."
Bisa gitu aku punya uang sisa kalau aku hidup miskin dan keras...yah, tapi sebearnya aku
juga punya sih...
"KAU PIKIR AKU AKAN JUAL GINJALKU UNTUK BELI BUKU-H!? KAU PIKIR
ADEKMU ITU ORANG MACAM APA,NEE-SAN!?"
"Yah... adik dengan keinginan hubungan seksual yang sampai kalau ada kesempatan saat
study tour sekolah, kau akan mengorbankan semua tanpa perduli integritas ataupun
kehormatan untuk mengintip kamar mandi perempuan."
"Jadi, aku harus mengecek apakah kamu menjalani hidup dengan sesuai."
Koridor yang agak berantakan, tapi ruang tamu yang rapi. Yuuji mampir untuk main game
kemarin. Lagian kalau ruangan ini kotor kan aku nggak bisa memainkan joystick-nya dengan
benar.
Setelah melihat sekeliling ruang tamu, nee-san meletakkan kopernya, mematikan console
game yang aku sedang mainkan, dan perlahan duduk disofa.
"KENAPA KAU MATIKAN CONSOLE GAME-NYA!? AKU BARU AJA SAMPE SITU!
TEGA BANGET SIH!"
Aku baru saja menemukan karakter yang bisa kupakai, dan dia mematikannya tanpa kata.
Seenggaknya biar ku-save dulu dong!
"Diam."
Aku terpaksa protes kepada perlakuan tidak berperikemanusiaan ini, tapi kakakku dengan
tegas menyuruhku diam.
"Aki-kun, nee-san memberikan 2 syarat untukmu kalau mau tinggal sendiri. Kau belum lupa
kan?"
"Aku sudah lama lupa-kalau aku bilang itu apa nee-san akan marah?"
Alisnya kelihatan bergerak saat aku billang 'lupa', maka dengan cepat aku tambahkan bagian
terakhir-nya.
"Eh? Serius?"
"Ciumannya akan sangat kuat sampai akan menjadi tak mungkin untuk jadi istri."
"Kau ingin apa!? Mikir apa kau kepada adikmu sendiri!? Dan aku cowok, jadi dari awal juga
aku nggak akan jadi istri!"
"ITU MALAH TAMBAH SEREM KALAU KAU BILANG BEGITU! KALO GITU
JANGAN BUAT HUKUMAN KAYA BEGINI!"
"Kalau begitu, hidup Aki-kun akan selalu terpenuhi rasa bersalah karena membuat nee-san
tidak bisa menikah."
"TERLALU SEREM!!!"
Lagipula tidak ada yang bisa kau nikahi. Jangan salahkan orang lain dong!
“Hm. Eh—ehhhmm…”
Yang masih bisa kuingat...aku pernah janji pada ibu sebelumnya, tapi ingatanku sedang
ngacak sekarang, jadi aku tidak tahu apa yang harus dikatakan.
"AKU INGAT! Serius! Jangan ngebuat situasi nggak enak dan jangan deket deket!"
Orang ini bukan seseorang yang suka bercanda. Kalau dia bilang dia ingin lakukan sesuatu,
pasti dilakukan tanpa ragu. Walaupun kekerasan langsung oleh Minami dan teman sekelas
lain, ancaman macam ini bukanlah yang ingin aku hadapi.
"Janji yang aku buat dengan nee-san itu satu: 'boleh main game cuma 30 menit sehri' dan dua:
'nggak boleh ada hubungan seksual yang dilarang'. Ya, aku ingat jelas!"
"Benar...begitulah."
Nee-san tampak kurang senang sambil duduk kembali. Ahh, nyaris. Aku hampir mencium
bibir kakak sendiri. Serius.
"uhh...maaf..."
Game ini adalah game yang memberitahu jumlah waktu dimainkan-nya. Sayangnya dia sudah
lihat. Nggak mungkin ngeles lagi kalau aku bilang aku nggak main lebih dari setengah jam
sehari.
"Kalau begitu aku harus mengurangi poin."
Nee-san mengeluarkan catatan dari kantongnya dan mulai menulis. Dia menulis apa?
"Aku menghitung poin untuk mengukur apakah Aki-kun bisa tinggal sendiri. Aku akan
menambah dan menguran point dari sikapmu sampai kehidupan sehari hari dan nilaimu
sebagai standarnya. Kalau nilaimu tidak cukup, aku akan lapor ke ibu dan menjelaskan
bahwa kau tak bisa tinggal sendiri."
"Nee-san, saat kau bilang mengurangi poin, pada poin berapa aku termasuk tidak lulus?"
"Saat nilaimu di UAS ada, kalau totalnya kurang dari 0, kau gugur."
Jadi...dengan kata lain, kalau hasil UAS keluar dan sisa poin-nya negatif, kehidupanku
tinggal sendiri akan selesai.
"Hiduplah dengan teratur dan perlihatkan hasil yang bagus. Kalau sudah kunilai, aku yang
atur apakah aku bisa tambahkan poin."
Geh... Makananku sehari hari cuma air tambah garam, dan nilaiku jelek jelek... Bakal parah
kalau nee-san tahu tentang ini.
"Kamu tidak usah kelihatan putus asa begitu, Aki-kun. Kemampuan belajarmu lebih parah
dari rata-rata. Neesan dan ibu tahu, Yang paling penting adalah apakah kamu punya hati
untuk menjadi lebih baik."
"Eh? dengan kata lain kau akan melepaskanku kalau aku lebih giat?"
"Ya. Aku akan pakai nilai ulangan terakhir-nilai ulangan streaming,kan? Aku akan
bandingkan apakah kamu lebih baik atau tambah buruk dan pakai itu sebagai standar-nya."
Dengan kata lain, total nilai ulangan terakhirku adalah 800 poin. Kalau aku bisa dapat 820
poin di UAS, ekstra 20 poin itu bisa dipakau untuk menetralkan poin yang baru dikurangi.
Dengan kata lain, kalau aku giat sekarang, mungkin ada gunanya.
Kenapa nilai nilai burukku kau bicarakan dengan kejam begitu? Tapi dari awal ingatanku,
aku sudah sering dibilang seperti ini, jadi aku sudah mulai tahan dengan kalimat ini,
walaupun tetap sakit kalau mendengarnya.
"Tapi sebagai pencegahan, aku harus periksa. Kau tidak mengalami hubungan yang dilarang,
kan?"
Hubungan yang dilarang, hubungan yang dilarang...masalah kalau aku melakukan tindakan
cabul kepada perempuan atau Hideyoshi? Pada dasarnya...hal hal seperti apa? Apa misalnya
(walaupun cuma salahpaham) kejadian dengan Minami dihitung? Lebih baik tanya secara
nggak langsung.
"…"
Dasar kakak. Dia kelihatannnya sadar kalau ada yang mencurigakan. Biarpun itu Hideyoshi,
Yuuji atau bahkan kakakku, kenapa semua bisa membongkar kebohonganku?
"N-nggak kok, aku tidak menyembunyikan apa-apa darimu. Dan aku tidak pernah mencium
perempuan sebelumnya!"
Aku mencoba untuk ngeles tapi nee-san tetap memelototiku. Sial, nggak tahan...
"Aki-kun, kalau kau tidak mau beritahu...aku akan lakukan sesuatu yang kejam."
Nee-san mengatupkan tinjunya kencang seperti sedang mengancamku, dan bahkan menghela
napas.
Memang terdengar nggak terhormat, tapi daripada ancaman nggak jelas kaya tadi, ancaman
seperti ini nggak akan sakit.
Menggunakan tinju untuk memukul anak SMA biasa nggak akan banyak ber-efek. Lagian,
aku yang selalu bertarung untuk kehidupanku setiaphari, serangan tingkat ini hanya ecek
ecek. Walaupun aku seharusnya takut,aku malah berpikir kakakku kelihatan lucu kalau
mengatup tangannya seperti itu.
Dia pasti marah dan mulai pakai fisik untuk mengancam, tapi kurang meyakinkan.
Mungkin karena aku tidak memperlihatkan reaksi, nee-san merasa ragu, kelihatan agak
bingung saat dia memelototiiku sebelum tiba tiba menggerutu,
“Yah...ini kejam. Dengan kata lain...aku akan melakukan sesuatu yang kejam kepada Aki-
kun.”
Tapi dia nggak bilang detail apa apa. Oi oi, nggak banyak ancaman, kan?
“Sudah kulakukan.”
Ngomong-ngomong, dia benar benar orang seperti ini, makanya aku tidak berani
membiarkannya masuk rumah. Aku benar benar bodoh untuk melupakan ini!
“Dengar baik-baik, Aki-kun. Sudah kubilang lama sebelumnya. Kau tidak punya karakteristik
yang bisa menarik perhatian lawan jenis. Sebagai wanita, kakak berikan nasihat ini. Jadi
kalau ada perempuan yang ingin mendekatimu, pasti itu perempuan jahat yang ingin
memperdayamu. Nee-san tak mau melihat adiknya yang berharga diperdaya seperti itu, jadi
kakak melarang hubungan intim. Itu saja, karena kakak khawatir padamu. Mengerti?”
Aku nggak tahu apakan ini hal baik atau bukan, tapi aku entah kenapa senang seseorang
khawatir tentangku. Kalau begitu kakak dan ibuku sangat berbeda.
“Tapi bukankah kau terlalu khawatir? Kalau aku bahkan nggak bisa pegangan tangan, aku
nggak bisa ikut bagian dalam tarian rakyat kan?”
Lebih baik jangan sebut tentang ciuman itu. Aku bisa meyakinkan keselamatanku seperti ini.
“Benar. Aki-kun sudah berumur 16 tahun. Nee-san jelas mengerti kalau kamu terganggu
dengan tubuh muda-mu dan banyak emosi aneh itu.”
“Eh? Meyakinkan?”
“Ya. Walaupun aku masih akan melarangmu dari hubungan intim dengan perempuan...”
“Ya.”
“Tapi nee-san akan menutup mata dan menerima hubungan seksual intim dengan laki-laki.”
“Baik, Aki-kun. Kita sudah berbicara lama. Kau pasti lelah ‘kan? Bagaimana kalau kau
mandi agar merasa lebih baik?”
“Bukannya perubahan topik ini aneh ya? Kau ingin menggeledah rumah saat aku mandi,
‘kan?”
Nee-san kelihatan serius saat dia membantah, tapi aku sama sekali nggak percaya dia.
“Terlalu cepat, jadi aku nggak harus mandi sekarang. Lagipula aku mandi sebelum tidur
malam ini.”
Ngomong ngomong, tagihan gas yang aku ngutang sudah kubayar minggu lalu, jadi aku bisa
dapat air panas dari keran. Aku bisa bilang timing-nya tepat karena nee-san baru datang.
“Ya. Lagian masih sore. Kau tetap terlihat sedang merencanakan sesuatu, nee-san.”
“hm?”
Nee-san mengeluarkan kaleng-kaling kopi dari tasnya. Kelihatannya dibeli dari mesin
penjual. Memangnya itu benar benar lokal...?
“Ini, silakan.”
“Hm. Terimakasih.”
Aku mengulurkan tangan dan bersiap mengambil kopi yang dia serahkan. Saat ini nee-san
melakukan sesuatu yang sudah kuduga akan dilakukan. Pada dasarnya, dia sengaja ingin
menumpahkan kopi padaku.
“Lihat ini!”
“Tanganku terpeleset.”
Sia-sia gimanapun aku melawan. Sekarang aku basah karena kopi. Aku tidak mengerti nee-
san ingin melakukan apa, tapi dia sudah memukuliku sampai mengotoriku sekarang...
“Aku sudah merasa masalah besar dari sikap dan nada bicaramu yang menganggap ini bukan
urusanmu, tapi aku Cuma bisa mandi dari perlakuanmu. Satu hal yang harus kubilang
padamu. Kau nggak boleh—masuk ruanganku dan mengacaukannya.”
“Tentu saja. Itu hanya ruangan Aki-kun. Nee-san tidak akan sentuh barang didalam rumah
sebelum Aki-kun selesai mandi.”
“Eh? Ah, eh...kalau kau benar-benar nggak akan menyentuh apa-apa, baguslah.”
Aneh. Kenapa reaksinya sangat beda dengan yang kubayangkan? Reaksi ini membuatku
nggak bisa merespon. Dia sampai menumpahiku dengan kopi tapi nggak mau menggeledah
rumah ini. Apa-apaan ini? Nee-san nggak kelihatan lagi bohong.
Jangan bilang...Aku memang sudah berkeringat walaupun aku nggak sadar? Aku tadi
bergerak naik turun saat main, dan hari ini panas banget. Mungkin memang ada
kemungkinannya.
Kalau begitu, mungkin itu kebaikan dari nee-san untuk nggak bilang langsung kalau aku bau
dan harus mandi.
“Tidak apa-apa. Sebagai kakak aku senang untuk membiarkan adikku jadi bersih.”
Aku berjalan menuju ruang gant, hati-hatiuntuk tidak menyentuh kopi yang masih berceceran
di lantai. Setelah masuk ruang ganti, aku melepas baju yang menempel tubuhku dan
menyiramkan dengan air sebelum memasukkannya dalam mesin cuci. Nggak akan ada bekas
kopi kalau aku bisa mencuci bajuku sampai kering.
Aku berjalan masuk kamar mandi dengan perasaan senang. Aku memutar keran bertanda
merah, dan air hangat langsung mengalir dari keran.
“♪♪♪”
Aku nyanyi sedikit sambil membiarkan air hangat membasahi tubuhku. Saat aku ingin
mengambil shampoo, aku menyadari sesuatu.
Ada handuk di ruang ganti, tapi aku harus ke kamar untuk mengambil baju. Biasanya aku
nggak perduli kalau aku tinggal sendiri, tapi sekarang nee-san sudah pulang. Kakakku selalu
meributkan hal ini. Kalau aku jalan-jalan dirumah cuma pakai handuk, dia pasti langsung
mengomeliku.
Saat aku baru kepikiran—
Suara nee-san terdengar dari ruang ganti. Kelihatannya dia juga tahu aku nggak bawa baju
ganti.
“Thanks, nee-san.”
Aku berterima kasih pada kakak yang sedang berdiri diluar kamar mandi. Memang mudah
tinggal sendiri tapi boleh juga ada seseorang yang perhatian.
“Aku tidak tahu mana yang pas jadi aku bawa beberapa jenis. Pilih saja.”
“Yasudah, aku harus cepat, bilas dan keluar. Nee-san kelihatannya sudah berkeringat saat
kembali. Dia mungkin ingin mandi juga.”
Aku mempercepat proses, bilas rambut dan badanku lalu keluar kamar mandi dan berdiri di
ruang ganti.
Seperti yang nee-san bilang, ada 3 macam pakaian yang aku bisa pilih. Mungkin maksudnya
aku disuruh pilih mana yang kusuka.
“Terlalu cepat untuk pakai baju tidur jadi kalau nee-san bawa T-shirt dan celana pendek sih
nggak apa-apa.”
Aku mengambil handuk dari lemari, mengeringkan rambutku dan melihat di keranjang baju.
Apa yang sebaiknya kupakau...?
→Seragam perawat..
→Apron.
→Topi Baseball.
Yayaya...tenang dulu, Yoshii Akihisa. Ini kelihatan aneh tapi mungkin ada maksud lain
dibelakang ini. Pikirkan saja dan pilih yang kau pikir benar.
Pilihan 2: Apron.
Sesuatu yang sering dilihat dirumah. Berapapun umur pemakainya, nggak akan terasa aneh.
Tapi kalau dipakai sendiri, yang seharusnya dapur normal akan berasa seperti dunia lain. Ini
bukan pakaian yang cocok untuk cowok SMA. Ini lebih kaya pakaian kelas-atas
Ngomong-ngomong, datang dari mana pakaian ini? Aneh untuk nee-san mempersiapkan
apron padahal dia nggak masak, tapi pilihan lainnya nggak kelihatan normal. Apalagi
seragam perawat! Apa yang terjadi pada kakak diluar negeri!?
Pasti aku nggak akan pakai barang barang itu, jadi aku hanya bisa mengeringkan badan,
memakai handuk di pinggangku dan membuka pintu ruang ganti.
CEKREK.
“Hey, Aki-kun, bukankah sudah kusiapkan pakaian untukmu? Jangan jalan jalan dengan
handuk seperti itu, pakai pakaiannya dan keluarlah.”
CEKREK
Gue dikunciin.
“Nggak, bahkan kalau kau minta aku pakai...gimana bisa kupakai kalo cuma antara pakaian
perempuan dan topi!?”
“Nggak bisa. Aku janji tidak akan masuk kamarmu. Menyerahlah. Jadilah cantik dan
perlihatkan pada nee-san.”
“Nee-san tidak akan membiarkanmu keliling rumah dengan hanya handuk. Bersikaplah
sesuai umurmu.”
ORANG YANG PAKAI MANTEL MANDI DAN JALAN JALAN DILUAR PUNYA HAK
APA UNTUK MELARANGKU JALAN DIDALAM RUMAH DENGAN HANYA
HANDUK!?
“Kenapa enggak?”
“Nee-san sudah janji pada Aki-kun barusan. Bagaimana nee-san nggak menaati janjinya?”
“...mengerti. Kalau begitu aku akan melakukan yang kau minta dan masuk kamarmu.”
"Musik dapat membuat orang gembira dan memperkaya jiwa. #Ini seharusnya bahasa jerman,
bukan inggris."
Komentar Guru:
Komentar Guru:
—Aku benar benar ingin berikan kalian poin tapi kalian berdua adalah pengecualian.
Normal untuk mencoba dan meyakinkan orang lain tak mengetahui tentang kakakku karena
dia benar benar aneh. Pentingnya lagi aku tak mau kembali ke rumah itu. Aku bisa
mengambil kembali poin yang dikurangi sebelum UAS. tapi kalau aku tetap dirumah,
mungkin dia akan mengurangi poin lebih jauh untuk alasan lain. Jadi aku harus memita Yuuji
untuk membiarkanku menginap dirumahnya untuk beberapa hari mau gimanapun, jadi aku
bisa melindungi kehidupan bebasku tinggal sendiri.
Saat aku berjalan di tanjakan menuju sekolah, suara terkejut memanggilku dari belakang.
"Hmm? Akihisa?"
"Selamat pagi."
Saat itu, Hideyoshi melihat wajahku seperti sedang memeriksaku. Ada yang salah?
"Ueh? Ka-kau berpikir terlalu banyak? Aku biasa saja. Tidak ada yang berubah, kan?"
Aku mengalihkan pandanganku dan tak berani melihat pelototan Hideyoshi. Aku ketahuan
terlalu cepat? Tapi aku harus sembunyikan kalau aku punya kakak super-gila walaupun aku
harus berbohong pada Hideyoshi.
"Sepertinya, maksudku kamu terlihat lebih segar dari biasanya. Apa kamu dapat uang secara
instan dan bisa makan sarapan?”
Ta, Tajem...!
Hideyoshi benar. Aku lebih bugar hari ini dan tentu saja, karena aku sarapan.
Ketika dalam pengawasan Nee-san aku harus berpura-pura bahwa aku menghidupi kehidupan
normal. Karena itu aku harus sarapan. Aku harus menjual game dan buku kesayanganku
untuk mendapatkan uang yang cukup jadi aku bisa tinggal sendiri dengan bebas. Aku harus
membuat kesan palsu.
Aku tidak bisa mencari alasan sekarang. jadi aku hanya bisa mengganti topik.
"...sangat mencurigakan."
Ada perbedaan tinggi antara aku dan Hideyoshi maka dia melihatku keatas. Aku tak tahan
mata Hideyoshi yang sepertinya bisa melihat semua, dan aku hanya bisa menoleh
menghindari pelototan Hideyoshi.
Hideyoshi mengikutiku.
"Yoshii-un, senpai itu benar. Saya rasa kalian harus jaga jarak antara satu sama lain."
Argumenku dengan Hideyoshi dilihat oleh kakak kelas, salah satu dari pasangan Toko-Natsu
(Tsunemura Yuusaku) dan Kubo Toshimitsu dari kelas 2-A yang beranking kedua dalam
angkatanku.
"Bukan. Aku tidak mengatakan sesuatu yang aneh dengan Akihisa. Lagipula termasuk kalian
berdua, bukankah semua orang disini laki-laki..."
Kesempatan ini nggak bisa kulewatkan. Aku langsung meninggalkan Hideyoshi dan lari ke
sekolah.
Aku menghela napas dan lari naik tanjakan didepan pagar sekolah, masuk sekolah, memakai
sepatu indoor, dan meluncur ke kelas 2-F.
"Pagi-oi Yuuji? Kau kenapa? Kenapa kau make celana olahraga bukan celana biasa?
Saat aku masuk kelas, aku melihat teman kelasku, sekaligus teman super-parah-ku Sakamoto
Yuuji, duduk di alas duduk dalam pakaian aneh.
"Sialan Akihisa. Ini semua salahmu jadi aku berakhir berpakaian super Cool Biz di bagian
bawah saat aku berangkat! Bayar dengan kematianmu, bangsat!!"
Aku nggak ngerti dia ngomong apa. Yuuji pagi ini kenapa?
"Serius dia kenapa...mungkin dia lihat terlalu banyak crossdressing, tapi itu serem..."
“…”
“…”
"Yuuji...aku akan bicara denganmu kalau sesuatu yang buruk terjadi padamu..."
"Bu...bukan itu! Aku nggak menggunakannya dengan rela! Juga aku bisa menyelamatkan
sedikit harga diriku dengan melindungi boxerku!"
"hm hm. Benar. Jadi karena sesuatu yang tragis terjadi yang menyebabkan kondisi mental
Yuuji menjadi seperti ini..."
“KAN UDAH DIBILANGIN BUKAN GITU! KARENA SHOUKO LIAT E-MAIL YANG
LU KIRIM CELANA GUE DI AMBIL DIA BEGO!”
Yuuji terlihat sangat kesal. Kenapa sekarang jadi salahku? Dia ngomong apa?
“Yuuji, kau ini ngomong apa? Walaupun itu Kirishima-san, dia nggak mungkin mengacak-
acak hidupmu karena E-Mail dari cowok kan?”
Bisa dimengerti kalau cewek yang mengirim E-mail itu tapi gimana ceritanya E-mailku
membuatnya marah? Ini benar benar nggak jelas.
Yang muncul di depanku adalah Himeji-san, oasis langka di kelas 2-F yang penuh cowok
bau. Tindakan imut dan dadanya yang sangar itu sangat memukau hari ini.
“Hoho, kalau begitu baca E-mail itu dengan keras dan jelas!”
Yuuji kelihatannya dia khawatir tentang E-mailnya. Aku mengeluarkan HP-ku dan melihat
daftar E-mail.
Aku membersihkan tenggorokanku dan membaca E-mail yang kukirim kepada Yuuji dengan
keras.
GARAKK!!
“…”
Temanku yang berciri khas kunciran, kaki yang langsing dan pettanko melemparkan tasnya
kepadaku tanpa alasan dan lari pergi.
“Ka-kau bilang apa, Akihisa-kun!? Bu-bukakah...itu...Kau harusnya bilang itu saat kau sudah
dewasa‼
Kalimat Himeji-san sama parahnya. Yuuji juga sering kerumahku untuk main. Kalau kau
minta aku agar menjadi dewasa dulu kan...
“Kalian seperti biasa sudah ribut dari pagi. Akihisa lari meninggalkanku, dan Shimada lari
dari kelas. Apa yang terjadi?”
Hideyoshi lebih telat daripada aku beberapa menit dan masuk kelas.
“Apa yang terjadi? Kau lari meninggalkanku. Apakah ada yang kau sembunyikan dariku?
Aku merasa tertinggal...”
Hideyoshi menurunkan pandangannya dengan sedih. Apa apaan ini, aku merasa bersalah!
“Hideyoshi, dengarkan aku. Orang bodoh ini yang membuat pernyataan yang merusak
moralitas.”
“Bukan! Aku nggak akan melakukan sesuatu seperti itu seperti yang dilakukan Muttsurini.”
“...Nggak sopan.”
Bisikan nggak senang datang dari belakangku. Aku menoleh, dan melihat temanku Tsuchiya
Kouta (dipanggil Muttsurini) telah berdiri di tempat dimana aku pun nggak bisa mendeteksi
kebereadaannya.
“Pagi, Muttsurini. Ada apa? Sepertinya kau bawa banyak bawaan hari ini.”
Dia membawa tas sekolah dan tas carrier besar. Tidak ada pelajaran olahraga hari ini jadi tas
itu nggak mungkin berisi pakaian olahraga.
“...boong.”
“...Ah.”
Aku menyambar salah satu tas dari Muttsurini, yang agak lambat karena tasnya. Isinya apa?
Apa dia punya barang bagus dan ingin menyimpannya sendiri?
“........Muttsurini...apa ini?”
TOK TOK‼
“Maaf, apakah Tsuchiya-kun ada? Sarung alas duduk yang kupesan sebelumnya...”
“Arre? Kau jarang muncul disini Kubo-kun. Kenapa kau mencari Muttsurini?”
“—tidak. Aku ingat ada sesuatu yang penting yang harus kulakukan. Maaf, saya harus
permisi.”
Saat aku berpikir tentang itu, dia pergi tanpa melihatku. Ada apa ini?The moment I thought
about that, he went off without looking at me. What’s going on?
Sepertinya aku mulai merinding saat aku melihat Kubo-kun akhir akhir ini.
“Haa...Jadi, Muttsurini, aku akan menyita sarung sarung itu. Akan kusita semua yang lain dan
ganti ke foto Hideyosi...”
“Akihisa, jangan berpikir untuk membuat sarung bantal aku dalam kekacauan ini!”
“Benar, Akihisa-kun. Bagaimana kau bisa mengambil barang orang lain dan mengubahnya?
…dan salahsatunya kan punyaku…”
Seriusm aku mulai berpikir bagaimana murid miskin seperti Muttsurini bisa membeli
materialberharga-tinggi. Jadi dia bisa dapat pendapatan dari ini.
Banyak hal terjadi sekaligus sampai aku nggak ingat apa yang kubilang. Haa, kenapa kita
harus sibuk dari pagi...
“Kita lagi bicara tentang gimana Akihisa maksa aku make celana pendek ke sekolah.”
“Akihisa, kau...”
Bagaimanapun juga, aku merasa banyak bagian yang terlewat untuk dijelaskan!
“Yah, itu tadi bercanda...jadi E-mail yang dikirim Akihisa disalahpahami Shouko, makanya
takdirku jadi tragis begini.”
“E-mail? Apa ada hubungannya dengan bagaimana Akihisa terlihat abnormal pagi ini?”
Kalimat sembrono Hideyoshi membuatku merasa hatiku telah dihancurkan sampai aku tak
bisa bernapas. Sialan, aku lupa Hideyoshi sudah sadar ada yang berbeda denganku!
“Sesuatu yang berbeda dengan Akihisa-kun? Kalau dilihat lihat sih, dia kelihatan lebih segar
dari biasanya, dan seragamnya telah disetrika dengan rapi, dan rambutnya tidak
berantakan...”
“Ini benar benar mencurigakan. Dia kelihatan sehat, tapi bahkan seragamnya rapi. Benar
benar aneh.”
Mereka benar benar mulai menyelidikiku. Kalau ini berlanjut akan jadi buruk.
“Se-setidaknya aku ingin pergi sekolah dengan rapi sekali-kali! Jangan omongi itu. Sebentar
lagi bel kan? Harus kembali ke tempat dudukku sebelum Ironman datang! Aku harus lakukan
itu!”
Aku mengabaikan pelototan yang tajam dibelakangku dan kembali ke tempat dudukku untuk
bersiap untuk pelajaran.
Kalimat itu dikatakan 7 kali kepadaku dari jam pelajaran pagi. Emangnya aneh kalau aku
mencatat dengan serius?
Aku harus mendapatkan 20 poin lebih pada UAS, atau akan menjadi buruk (bukankah itu
ceritanya kalau kakakku dirumah?) Aku punya ide dan belajar lebih serius dari
biasanya...kalian tak perlu segitu kagumnya.
Aku menyesal karena guruku merasa begini sambil menyimpan buku dan catatan dari jam
pelajaran keempat. Saat aku baru ingin makan siang, Minami tiba tiba datang ke tempat
dudukku.
“Aki, apa yang terjadi? Kamu dari pagi sudah nggak normal.”
Suara Minami tiba tiba menunjukkan kekhawatiran. Kupikir dia akan membenciku setelah
apa yang terjadi saat itu. Tapi jika seperti apa yang Yuuji dan yang lain bilang, Minami
kembali ke sikap lamanya.
“Tidak ada yang terjadi. Aku hanya merasa aku harus belajar lebih giat.”
“Aki, angkat kepalamu. Aku harus cek kamu panas atau nggak...”
“Kenapa semuanya mikir aku sakit kalau aku Cuma ingin belajar?”
Minami mengulurkan tangannya saat aku merasa sangat tersinggung. Dia pasti ingin
menyentuh dahiku dan mengecek apa aku sakit. Mereka ini terlalu khawatir—
“WAH!”
“Oi, apa apaan dengan reaksi itu?! Aku jarang mengecek apa kamu sakit panas kan!”
“Ma-maaf. Banyak alasannya...”
Kalau adiknya, Hazuki-chan yang melakukannya, kupikir nggak akan ada masalah, tapi kalau
Nee-san lihat Minami menyentuh kepalaku untuk mengecek apa aku sakit panas, kupikir itu
akan masuk dalam definisi ‘hubungan intim yang tidak sesuai’ kan? Kalau begitu poinku
akan dikurangi 150. Kalau nee-ssan tahu tentang ini, kehidupan bahagiaku tinggal sendiri
akan semakin jauh dariku. Itu karena aku tidak tahu dimana seseorang tertentu ini mungkin
bersembunyi yang membuatku harus mengeliminasi semua kemungkinan bahaya
Minami tidak mengerti frustasiku sekarang sementara dia melihatku dengan kebingungan.
Nggak bagus. Kalau kujelaskan semuanya kepada dia, aku nggak akan bisa menyembunyikan
fakta bahwa ada kakakku. Aku harus ganti topik.
“Ehh...erm...o-oh ya, ayo makan siang daripada ngomong nggak jelas. Istirahat makan siang
akan segera selesai!”
Aku dengan terburu buru mengeluarkan kotak bekal yang kusiapkan dari tasku dan
meletakannya di meja. Bagaimana aku mengubah topik mungkin agak maksa, tapi Minami
akan mulai mengambil bekalnya mungkin?
“EH!? Aki, kamu bawa bekal yang kau buat sendiri? Apa yang terjadi?”
Untuk alasan tertentu, Himeji-san datang sambil berlari dan terlihat kaget.
“Eh? Kalian tak perlu segitu kaget...Aku kan juga manusia, dan aku bakal mati kalau aku
nggak dapat nutrisi sekali-kali.”
Walau aku bilang begitu, aku akan menghabiskan uang yang kupunya saat aku dapat biaya
hidup.
“Ya. Aki juga akan makan siang sebelumnya, tapi dia akan bawa bekal yang dia beli, tapi
sepertinya dia bawa buatan sendiri hari ini.”
Parah. Aku nggak nyangka mereka bakal sampai mengamati hal minor seperti ini.
Benar kalau aku nggak punya uang untuk beli makan siang, aku biasanya beli bekal dari toko
atau supermarket. Lebih ekonomis untuk beli bekaldaripada buat, tapi nggak kulakukan hari
ini.
Alasannya simpel. Cuma aku harus berpura-pura aku menjalani hidup sehat. Tapi kalau aku
jelaskan kepada mereka, aku harus bilang kalau ada kakakku. Ini adalah sesuatu yang harus
kucegah bagaimanapun juga. Aku harus apa sekarang...
Untuk meyakinkan keamanan personalku, aku menjawab dengan jujur. Lagian ini nggak
perlu disembunyikan.
“Bohong.”
“Kamu bohong.”
“Aki kan nggak bisa masak. Kusarankan kamu jawab jujur. Siapa yang buatkan bekal ini
untukmu?”
“Dan kelihatannya enak...orang yang bisa membuatkan bekal sebagus ini adalah—“
Aku nggak ngomong apa apa tapi topiknya malah kabur ke arah yang nggak jelas.
Nggak masalah, kalau mereka bisa terimaaku biarkan saja mereka menebak dengan acak.
“Ngomong-ngomong, Aki mengirimkan E-mail ke Sakamoto kalau ‘malam ini aku nggak
mau pulang’.”
“...barusan.”
This pretty and cool girl with such a quiet temperament is the class rep of A class and the
valedictorian, Kirishima Shouko-san. Jago dalam pelajaran dan atletik, dan wajah dan latar
belakang keluarganya kelas atas. Satu-satunya hal menyedihkan-nya adalah dia hanya sayang
Yuuji, dan disayangkan sekali.
Menggantung di tangannya adalah celana yang kelihatannya nggak lain dari celana cowok.
Yuuji mungkin datang ke sekolah dengan celana pendek gara-gara celananya disita
Kirishima-san.
“Hm? Shouko? Aku ngerti. Jadi kamu akhirnya sadar diri dan memutuskan ngembaliin
celanaku.”
Saat aku menoleh ke arah tempat suara itu, Yuuji sedang melihat celana di tangan Kirishima-
san sambil berjalan.
Gumaman itu dingin seperti es yang hampir membekukan bulu kudukku. Parah, Yuuji! Cepat
pergi...!
Yuuji sudah berdiri didepan Kirishima-san, nggak mengetahui peringatanku saat aku sengaja
diam.
“Akhirnya aku bisa pake baju dengan bener—hm? Kenapa nggak dibalikin, Shouko?”
“…Yuuji.”
“Ape?”
“Kau nggak mau melakukan sesuatu yang kejam ke aku? Aku nggak ngerti maksudmu tapi
baguslah kamu nggak berniat gitu.”
“Memperingatkan?”
“...serahkan celanamu.”
“Erm, Akihisa-kun.”
“Rasa?”
“Akihisa-kun!Kenapa kamu lari tanpa mencoba? Biskuit yang kubuat pasti lebih bernutrisi
dari bekal Sakamoto-kun. Tolong dicoba!”
“…Yuuji, kalian benar benar mencoba melarikan diri. Tidak bisa dimaafkan.”
Dibelakang kami, suara derap kaki dan nafsu pembunuh terus mengejar kami.
“Akihisa, anjrit lo! Apa yang kau bilang ke Shouko? Ngapa tau-tau dia nyerang aku!?”
“Gimana aku tau!? Aku baru mau nanya kau bilang apa ke Himeji-san sama Minami! Mereka
keliatannya punya pikiran macem-macem tentang aku!”
“Gimana gue tau, bego!? Imajinasi mereka itu semua gara-gara perilaku burukmu!”
“Kau bilang apa!? Anying lo! Gue balikin kalimat itu ke elu‼”
Yuuji dan aku terus berteriak kepada satu sama lain sambil terus lari menyusuri koridor. Aku
nggak terlalu pede dengan kemampuan fisikku, tapi kecepatan lari aku dan Yuuji jauh lebih
cepat daripada orang biasa. Jangankan Himeji-san yang memang sudah lemah, Minami dan
Kirishima-san yang atletik pun nggak mungkin bisa menyusul—
“ “GAHH‼‼ IRONMAN‼!””
Musuh bebuyutan kami munculdidepan kami. Dia adalah setan dengan otot melilitnya,
tinggal di masyarakat modern—Nishimura-sensei, alias Ironman.
““…””
Saat itu aku dan Yuuji melirik satu sama lain. Dari matanya aku tahu dia berpikir apa yang
kupikirkan.
((Kalau aku bisa mengorbankan orang ini kepada Ironman aku bisa kabur kan...?))
Pemikiran yang menyentuh, tapi Ironman bukanlah satu-satunya musuh sekarang. Para cewek
yang mengikuti dari belakang juga ancaman berat.
Dengan kata lain, walaupun patut disesali, kalau aku mau menggunakan metode itu untuk
hidup damai, tumbalnya kurang.
Saat itu, kami membuat keputusan terbaik dan bersiap untuk beraksi. Ayo mulai—
“—Activate!”
“—Summon!”
Saat Yuuji menyalakan Summoning Field, Shoukanjuu-ku muncul.
Shoukanjuu-nya nggak bersembunyi. Lebih seperti...nggak ada respon sama sekali. Aku agak
kebiasa mengontrol shoukanjuu tapi hal ini nggak pernah terjadi sebelumnya. Bukan seperti
‘gangguan’ seperti sebelumnya. Apa apaan?
“Heh—UOWAAAAHHH!!!”
Hembusan angin kencang memberdirikan rambutku datang dari sebelah. Ini tinju Ironman?
Kupikir ini bola besi yang dilempar kearahku!
“Kalian berdua...! Saya tidak tahu apa yang kalian ributkan,tapi kalian menggunakan
Summoning System untuk melakukan sesuatu yang buruk! Bukankah sudah saya peringatkan
untuk tidak menggunakan Shoukanjuu semau kalian selain pertarungan Summoning!?
Sepertinya saya harus betulkan sikap busuk kalian itu!”
AAHH!! Ironman marah! Sepertinya kami membuatnya marah total dengan menggunakan
Shoukanjuu untuk menerobos.
“...Yuuji, kalau kau tetap mencoba menentang, aku akan ambil semua pakaianmu.”
Suara para assassin itu terdengar dari belakang. Kenapa istirahat makan siang normal jadi
seperti ini!?
“Akihisa!”
“Oke!”
While Ironman’s falling forward with the attack, I used my fastest speed to escape the scene.
Kami terhenti dari depan dan belakang, tapi untungnya ada tangga disebelah kami. Karena ini
bukan buntu, kita masih bisa lari!=
“Nggak mau, kenapa aku harus mengorbankan kamu untuk menyelamatkan diriku sendiri,
Yuuji! Aku yang harusnya jadi umpan dan menjauhkan mereka. Sembunyilah terus lari,
Yuuji!”
“Bukan waktunya untuk mikir! Cuma satu dari kita yang bisa hidup!”
Kami memperhitungkan keselamatan sebagai prioritas, dan alamiahnya, kami nggak akan
menyerah. Baru saja kami meneruskan bacotan, kami sampai di lantai satu.
Saat masih kagok Yuuji mendorongku kebelakang pillar dan kabur ke arah lainnya.
Aku jongkok dan menyembunyikan tubuhku dibelakang pilar dan mau nggak mau
memikirkan temanku yang kabur. Si bego itu pasti—
Aku lompat keluar persembunyian dan lari kabur dari arah Yuuji kabur. Sialan! Niatku sudah
dilakukannya! Kesel!
Dorongan Yuuji membuat kakiku agak nggak stabil, dan Ironman langsung menyusul.
Ironman pelan pelan mengurangi jarak kami, dan aku akan tertangkap jeratan setannya
sedikit lagi.
“Menyerahlah Yo—OOOH‼?”
Ironman tiba-tiba kaget dan kelihatannya tersandung, saat tubuhku saat itu merasakan rasa
sakit misterius...ini feedback dari Shoukanjuu?
“Eh? Kenapa...”
“Bagus! Bodo amat apa yang terjadi, tapi aku lebih baik lari!”
Untungnya kesempatan besar muncul. Aku pastinya harus mempergunakannya. Aku pakai
saja kemampuan melewati rintangan dan keluar jendela. Aku bahkan lari sedikit lagi untuk
menghindari orang orang yang mengikutiku.