Anda di halaman 1dari 134

STUDI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL


APLIKASI PT. MUSIM MAS KIM II MEDAN
OLEH :
Nama

: RONNY SAMUEL SIANTURI

NIM

: 050422006

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO EKSTENSION


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

STUDI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP


DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL
APLIKASI PT. MUSIM MAS KIM II MEDAN
Oleh :

RONNY SAMUEL SIANTURI


NIM : 050422006

Disetujui oleh :
Pembimbing

Ir. SATRIA GINTING


NIP : 131 836 676

Diketahui oleh :
Ketua Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara

Ir. NASRUL ABDI, MT


NIP : 131 459 554

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

ABSTRAK

PT. Musim Mas KIM 2 Medan adalah perusahaan pengolahan CPO


(Crude Palm Oil) menjadi beberapa bahan jadi seperti sabun, minyak makan, dan
beberapa bahan-bahan kimia lainnya yang masih berupa bahan baku untuk diolah
seperti fatty acid, alkohol, dan lain sebagainya.
Di dalam melakukan proses produksinya, perusahaan ini memiliki
pembangkit sendiri yaitu berupa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Sedangkan sumber listrik dari PT.
PLN Persero hanya bisa memberikan daya sebesar 2000 kW. Untuk unit PLTU,
perusahaan ini memiliki empat unit mesin PLTU dengan kapasitas daya yang
diberikan berbeda-beda. Untuk unit PLTU 1 atau perusahaan ini menyebutnya
dengan nama Turbin 1 memiliki kapasitas sebesar 2400 kW, untuk PLTU 2 atau
Turbin 2 kapasitasnya adalah 3400 kW, Turbin 3 kapasitasnya 4000 kW
sedangkan yang terakhir adalah Turbin 4 dengan kapasitas 10 MW. Untuk unit
PLTD terdiri dari tujuh unit mesin yang terdiri dari 2 unit merek SKL dengan
masing-masing kapasitas 2800 kVA, 1 unit merek Caterpilliar dengan kapasitas
daya 2050 kVA, 4 unit merek MTU dengan kapasitas masing masing 500 kVA
dan untuk masing-masing generator diesel memiliki factor daya 0,8.
Kedua jenis mesin pembangkit ini ( PLTU dan PLTD) beroperasi tidak
secara bersamaan, karena disesuaikan dengan kebutuhan daya pada perusahaan
ini. Untuk PLTU yang beroperasi secara terus-menerus hanya 2 unit yaitu Turbin
2 dan Turbin 4 sedangkan Turbin 1 dan Turbin 3 berfungsi sebagai cadangan jika
terjadi kekurangan daya. Untuk unit PLTD, biasanya digunakan untuk change
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

power atau dengan kata lain pemindahan beban dari PLN ke Turbin, karena untuk
daya dari PLN setiap pukul 18.00 sampai pukul 23.00 tidak digunakan, karena
pada jam terssebut PT. PLN Persero menggunakan dayanya untuk melayani beban
puncak di masyarakat. Di samping itu, PLTD juga berfungsi untuk memberikan
daya secara cepat jika unit PLTU mengalami gangguan.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah :
STUDI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL
APLIKASI PT. MUSIM MAS KIM II MEDAN
Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Teknik di Departemen Teknik Elektro Program Pendidikan Sarjana
Ekstension Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda dan Ibunda yang tercinta dan seluruh keluarga yang telah
memberikan bantuan baik material maupun moril sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Satria Ginting selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir penulis.
3. Bapak Ir. Nasrul Abdi, MT selaku Ketua Departemen Teknik Elektro
Program Pendidikan Sarjana Ekstension USU.
4. Bapak Ir. R Sugih Arto Yusuf selaku Dosen Wali penulis.
5. Para dosen dan seluruh staff pengajar dan pegawai di Jurusan Teknik
Elektro USU.
6. Seluruh rekan kerja di bagian Pembangkit Listrik dan Electrical Instrument
di PT. Musim Mas KIM 2 Medan.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

7. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Elektro ekstension stambuk 05


yang

telah

membantu

penulis

baik

dalam

perkuliahan

maupun

penyelesaian Tugas Akhir ini.


8. Seluruh teman sepelayanan di Departemen Profetik Blessing Community
Gereja Kristen Baithani khususnya abang Timothius Ginting selaku
pembimbing rohani penulis.
9. dan buat seseorang yang istimewa yang selalu menemani penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
disebabkan keterbatasan dari penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata semoga laporan ini beermanfaat bagi mahasiswa Departemen
Teknik Elektro Fakultas Teknik USU khususnya dan seluruh pembaca pada
umumnya.

Medan,

Februari 2009

Penulis

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI
ABSTRAK....i
KATA PENGANTAR....iii
DAFTAR ISIv
DAFTAR GAMBAR.....vii
DAFTAR TABEL DAN GRAFIKx
BAB I

PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Masalah.1

I.2

Tujuan Penulisan.2

I.3

manfaat Penulisan Tugas akhir3

I.4

Batasan Masalah.......3

I.5

Metode dan Sistematika Penulisan...4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Pembangkit Listrik Tenaga Uap..6

II.2

Komponen-komponen Utama PLTU12

II.3

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel.22

II.4

Generator Sinkron..26

II.5

Governor53

II.6

Alat Pembagi Beban generator..56

II.7

Kapasitor Bank..........................................................................................62

BAB III

OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP


DAN DIESEL PT. MUSIM MAS MEDAN

III.1

Blok Diagram Uap dan Air........................................................................66

III.2

Operasional PLTU PT. Musim Mas KIM II Medan.................................75

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

III.3

Operasional PLTD PT. Musim Mas KIM II Medan..................................87

III.4

Operasi Paralel Pembangkit PT. Musim Mas KIM II Medan....................91

BAB IV

PEMBEBANAN UNIT PEMBANGKIT

IV.1

Beban Yang Dipikul Pembangkit...............................................................98

IV.2

Pembagian Beban Pembangkit.................................................................101

IV.3

Biaya Operasional PLTU PT. MUSIM MAS KIM II MEDAN..112

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1

Kesimpulan..............................................................................................118

V.2

Saran.........................................................................................................118

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................120

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1

: Siklus Turbin Uap..............................................................6

Gambar II.2

: PLTU Dengan Proses Pemanasan Ulang.........................10

Gambar II.3

: PLTU Dengan Siklus Regeneratif....................................10

Gambar II.4

: PLTU Diagram Rankine Sederhana pada Diagram T-S..11

Gambar II.5

: Komponen-komponen Utama PLTU...............................13

Gambar II.6

: Boiler................................................................................15

Gambar II.7

: Prinsip Kerja Turbin Reaksi............................................17

Gambar II.8

: Prinsip Kerja Turbin Impuls............................................17

Gambar II.9

: Turbin Ljungstorm (Turbin Aliran Radial)......................18

Gambar II.10

: Turbin Tangensial............................................................19

Gambar II.11

: Turbin Aliran Aksial........................................................19

Gambar II.12

: Sistem Kondensor............................................................20

Gambar II.13

: Deaerator.........................................................................21

Gambar II.14

: Komponen-komponen Utama PLTD...............................22

Gambar II.15

: Prinsip Kerja Mesin Bensin 4-Langkah...........................24

Gambar II.16

: Siklus Percikan Kompresi................................................24

Gambar II.17

: Generator Sinkron............................................................27

Gambar II.18

: Generator Sinkron yang menerima arus penguat


medan dari Generator DC................................................31

Gambar II.19

: Sistem Brushless Exictation.32

Gambar II.20

: Generator dengan Sistem Brushless Excitation


dan PMG..........................................................................34

Gambar II.21

: Dua Generator Bekerja Paralel ...........38

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Gambar II.22

: Arus Sinkronisasi.................................39

Gambar II.23

: Efek Tegangan Yang Tidak Sama...42

Gambar II.24

: Pembagian Beban antara Dua Generator.........................43

Gambar II.25

: Karakteristik Generator yang Bekerja Paralel.................45

Gambar II.26

: Generator yang Terhubung Paralel Dengan Infinite Bus.47

Gambar II.27

: Karakteristik Jaringan Tidak Berhingga..........................48

Gambar II.28

: Diagram Frekuensi-Daya ................................................48

Gambar II.29

: Diagram Frekuensi-Daya.................................................49

Gambar II.30

: Diagram Frekuensi-Daya.................................................50

Gambar II.31

: Hubungan Paralel Antar Generator..................................50

Gambar II.32

: Skema Rangkaian Paralel Generator................................51

Gambar II.33

: Segitiga Daya Generator Paralel Akibat


Efek Pengubahan Penguatan............................................52

Gambar II.34

: Segitiga Daya Efek Pengubahan Governor.....................52

Gambar II.35

: Skema Governor..54

Gambar II.36

: Pengaturan Sekunder Melalui titik B2.............................55

Gambar II.37

: Karakteristik Speed Droop...............................................55

Gambar II.38

: Pengkabelan Alat Pembagi Beban...................................59

Gambar II.39

: Penggunaan Alat Pembagi Beban Generator...................61

Gambar II.40

: Segitiga Daya...62

Gambar II.41

: Kapasitor Sebagai Arus kVAr.........................................64

Gambar III.1

: Blok Diagram Alir Uap dan Air......................................66

Gambar III.2

: Blok Diagram Kondensor dan Injector............................69

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Gambar III.3

: Sistem Kerja Injector.......................................................70

Gambar III.4

: Kurva Karakteristik Pembangkit.....................................71

Gambar III.5

: Konstruksi Turbin............................................................72

Gambar III.6

: Turbin Tipe Back Pressure..73

Gambar III.7

: Kurva Karakteristik Pembangkit.....................................74

Gambar III.8

: Sistem Turbin 1 PT. Musim Mas KIM II Medan............75

Gambar III.9

: Sistem Turbin 2 PT. Musim Mas KIM II Medan............84

Gambar III.10

: Skema Generator Diesel PT. Musim Mas KIM II


Medan...............................................................................88

Gambar III.11

: Panel Sinkron...................................................................91

Gambar III.12

: Panel Bus Bar...................................................................92

Gambar III.13

: Diagram Satu Garis PT. Musim Mas...............................95

Gambar III.14

: Diagram Satu Garis PT. Musim Mas (lanjutan)..............96

Gambar IV.1

: Segitiga Daya Generator Uap 19-11-2008 jam 09.00....103

Gambar IV.2

: Segitiga Daya Generator Uap 19-11-2008 jam 10.00....105

Gambar IV.3

: Segitiga Daya Generator Uap 19-11-2008 jam 11.00....107

Gambar IV.4

: Segitiga Daya Generator Uap 19-11-2008 jam 12.00....108

Gambar IV.5

: Segitiga Daya Generator Uap 19-11-2008 jam 19.00....110

Gambar IV.6

: Segitiga Daya Generator Uap 19-11-2008 jam 07.00....103

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK


Tabel II.1

: Daftar Faktor Daya...........................................................65

Tabel III.1

: Daya per Jam (13 Januari 2009)......................................78

Tabel III.2

: Turbine 1 Log Sheet.........................................................79

Tabel III.3

: Turbine 1 Vacuum Condenser Log Sheet........................79

Tabel III.4

: Turbine 1 Pumps Log Sheet.............................................80

Tabel III.5

: Daya per Jam (13 Januari 2009)......................................85

Tabel III.6

: Turbine 2 Log Sheet.........................................................85

Tabel III.7

: Turbine 2 Log Sheet.........................................................86

Tabel VI.1

: Karakteristik Beban Pembangkit.....................................98

Tabel IV.2

: Konsumsi Uap Turbin 2 Per Jam...................................113

Tabel IV.3

: Konsumsi Uap Turbin 4 Per Jam...................................115

Grafik IV.1

: Karakteristik Beban Setiap Pembangkit..........................99

Grafik IV.2

: Karakteristik Total Beban Pembangkit............................99

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Tenaga listrik merupakan salah satu kebutuhan yang paling pokok untuk
menunjang kehidupan manusia saat ini. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
dalam rumah tangga maupun bisnis, manusia memerlukan tenaga listrik. Secara
umum dapat dikatakan bahwa tenaga listrik merupakan salah satu prasyarat
kehidupan manusia, dan perkembangan kehidupan manusia memerlukan
tambahan

penyediaan

tenaga

listrik.

Orang

mengatakan

bahwa

untuk

pertumbuhan ekonomi, diperlukan pertumbuhan kemampuan penyediaan tenaga


listrik.
Kebutuhan tenaga listrik di PT. Musim Mas KIM 2 Medan diperkirakan
masih akan terus tumbuh selama beberapa waktu ke depan, mengingat proses
pembangunan beberapa plant yang masih terus berlangsung.
Untuk

penyediaan

dan

pelayanan

energi

listrik

tersebut

selain

mendapatkan daya dari PT. PLN Persero, maka perusahaan ini memiliki mesinmesin pembangkit yang terdiri dari unit PLTU dan unit PLTD.
Secara garis besar unit-unit pembangkit ini melayani beberapa plant atau
dengan kata lain beban-beban pembangkit, meliputi:
1. Oleic Acid
2. Flaker, Chiller dan Cooling Water
3. Spray Beading, TF-3 Bagging, Drumming
4. Soap Plant (Finishing dan Main Office)
5. Main Plant FA-2
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

6. Utility FA-2
7. Soap Plant (Sela dan Main Lab)
8. MCT
9. Speciallity Fat
10. Utility (RO Water, Air Comp.)
11. TF-4 dan Cooling Tower
12. Utility (TF-1, N2, Air Comp.)
13. Hydrogent (Caloric)
14. Main Plant FA-1
15. Fatty Alcohol-Turbo Compressor
16. Fatty Alcohol-Main Plant
17. Fatty Alcohol-Utilty / Hydrogent
Jenis pembangkit yang digunakan perusahaan ini adalah PLTU, karena
pembangkit jenis ini cukup ekonomis karena bahan bakar yang digunakan tidak
terlalu mahal berupa cangkang kelapa sawit dan lahan yang dibutuhkan tidak
terlalu luas.

I.2 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan utama penulisan Tugas Akhir ini adalah :
1. Untuk memberikan penjelasan secara sistematis tentang prinsip kerja dan
cara pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di PT. Musim Mas KIM 2
Medan.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

2. Untuk mendapatkan gambaran operasional PLTU dan PLTD di lapangan


dan menyesuaikannya dengan teori yang diperoleh di bangku kuliah.

I.3 MANFAAT PENULISAN TUGAS AKHIR


Laporan Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro yang ingin memperdalam wawasannya
tentang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD).
2. Penulis sendiri untuk menambah wawasan dan juga pengetahuan
mengenal operasional PLTU dan PLTD baik secara umum maupun siklussiklus yang terjadi pada pembangkit ini.
3. Setiap orang yang berkenan dengan penggunaan pembangkit yang efisien
dan sekaligus dapat memenuhi kebutuhannya akan tenaga listrik.

I.4 BATASAN MASALAH


Untuk mendapatkan hasil pembahasan yang maksimal, maka penulis perlu
membatasi masalah yang akan dibahas. Adapun batasan masalah dalam Tugas
Akhir ini adalah:
1. Prinsip kerja dan cara pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) dan Pembangkit Listrik tenaga Diesel (PLTD).
2. Analisa termodinamika mengenai siklus tenaga uap Rankine.
3. Paralel generator dan daya yang dihasilkan oleh generator tersebut.
4. Tidak membahas secara detail tentang beban yang ditanggung oleh
pembangkit.
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

I.5 METODE DAN SISTEMATIKA PENULISAN


I.5.1 Metode Penulisan
Karena Laporan Tugas Akhir ini merupakan suatu studi penulisan, maka
penulis mencari dan mengumpulkan bahan-bahan dan data-data yang diperlukan
melalui :
1. Studi literatur : mengambil bahan dari buku-buku referensi, jurnal,
majalah, media elektronik (internet), dan sebagainya.
2. Studi lapangan : mengambil data dan informasi dari PLTU dan PLTD PT.
Musim Mas KIM 2 Medan tentang prinsip kerja dan cara pengoperasian
kedua pembangkit ini.
3. Studi bimbingan : diskusi, berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing
yang telah ditunjuk oleh pihak Jurusan Teknik Elektro USU, mengenai
masalah-masalah yang timbul selama penulisan Tugas Akhir ini
berlangsung.

I.5.2 Sistematika Penulisan


Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini, maka penulis
menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :
1. BAB I

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang


latar

belakang masalah, tujuan penulisan, batasan

masalah, manfaat penulisan, metode dan sistematika


penulisan.
2. BAB II

Bab ini berisi tinjauan siklus turbin Uap pada PLTU,


generator sinkron, dan PLTD.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

3. BAB III

Bab ini berisi operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap


(PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).

4. BAB IV

Bab ini berisi mengenai beban yang dipikul pembangkit


dan prinsip pembagian beban pembangkit.

5. BAB V

: Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran yang


diperoleh dari hasil pembahasan.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
Sesuai dengan nama pembangkitnya, PLTU adalah suatu pembangkit
tenaga listrik yang menggunakan energi bahan bakar seperti minyak residu,
batubara, cangkang kelapa sawit, gas alam atau sampah untuk memanaskan uap
secara berulang-ulang.
suhu

uap

boiler

Ek

turbin
1

air

Em

4
pompa

Eb
a

kondensor

(a) Skema Pembangkit Listrik Tenaga Uap

entropi

(b) Siklus Rankine

Q+
(input)
turbin

B
2

boiler

C
W+
(output)

uap

uap 3

air
A

air
D

4
W-

kondensor

pompa

Q-

(c) Siklus Tenaga Uap


Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Gambar II.1 Siklus Turbin Uap


II.1.1. Siklus Tenaga Uap
Siklus Rankine, atau siklus tenaga uap, merupakan siklus teoritis paling
sederhana yang mempergunakan uap sebagai medium kerja sebagaimana
dipergunakan pada sebuah Pusat Listrik tenaga Uap (PLTU). Gambar II.1(a)
memperlihatkan skema dari Pusat Listrik Tenaga Uap yang terdiri atas komponenkomponen terpenting yaitu : boiler, turbin uap, dan kondensor. Jumlah energi
masuk sebagai bahan bakar melalui boiler adalah Em, sedangkan energi efektif
yang tersedia pada poros turbin adalah energi kerja Ek. Energi yang terbuang
melalui kondensor adalah sebesar Eb. Dengan menganggap semua kerugian
lainnya termasuk Eb, maka dapat dikatakan bahwa berlaku :
Em = Ek + Eb
sedangkan untuk efisiensi kerja dapat ditulis :

= Ek = Em - Eb
Em

Em

Dalam gambar II.1(b), yang merupakan suatu diagram suhu-entropi bagi


konstelasi menurut gambar II.1(a), luas 1-2-3-4 merupakan energi keluaran Ek,
sedangkan luas a-b-3-4 merupakan energi terbuang Eb (entropy : besaran
termodinamika yang menyertai perubahan setiap keadaan dari keadaan awal
sampai keadaan akhir sistem). Luas wilayah a-b-2-1 mewakili jumlah energi
masukan Em. Meningkatkan dayaguna siklus ini dapat dilakukan dengan
menurunkan tekanan kondensor. Secara ideal tekanan kondensor yang terendah
dapat dicapai adalah tekanan jenuh sesuai dengan suhu terendah dari air pendingin
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

atau udara yang dipakai sebagai penerima. Dalam diagram suhu-entropi hal ini
berarti menurunkan garis suhu 4-3. Hal ini dapat dilakukan dengan air pendingin
pada kondensor yang mempunyai suhu yang lebih rendah. Akan tetapi hal ini
sangat terbatas, karena air pendingin yang dapat dipakai hanyalah apa yang
tersedia, yaitu air laut, air sungai, atau air danau yang ada.
Dalam gambar II.1(c) adalah identik dengan gambar sebelumnya yaitu
gambar II.1(a) dan II.1(b), hanya saja melalui gambar ini akan dijelaskan secara
rinci mengenai kondisi termodinamika dari siklus Rankine dengan melakukan
penurunan formulasi sebagai berikut :
1. Kerja pompa (A) :
Wpompa = h4 h1 (tanda negatif menyatakan pompa menerima kerja luar).
2. Energi panas yang dimasukkan ke sistem (B) :
qboiler = h2 h1
3. Kerja turbin (C) :
Wturbin = h2 h3
4. Sistem kondensor (D) :
qkond

= h4 h3 ( tanda negatif menyatakan panas keluar dari kondensor).

5. Panas netto yang masuk ke sistem :


qnet

= Qboiler + Qkondensor

6. Kerja netto (net work) yang dihasilkan sistem,


Wnet

= Wturbin + Wpompa

7. Efisiensi siklus :

Wnet
qboiler

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Keterangan :
Wpompa

: kerja yang diperlukan untuk menggerakkan pompa (joule/kgm)

Wturbin

: kerja yang diperlukan untuk menggerakkan turbin (joule/kgm)

Wnet

: kerja netto yang dihasilkan sistem (joule/kgm)

h1

: entalpy air keluar dari pompa / entalpy air masuk ke boiler


(joule/kgm)

h2

: entalpy uap keluar dari boiler / entalpy uap masuk ke


turbin (joule/kgm)

h3

: entalpy uap keluar dari turbin / entalpy uap masuk ke kondensor


(joule/kgm)

h4

: entalpy air keluar dari kondensor / entalpy air masuk ke pompa


(joule/kgm).

qboiler

: panas yang diberikan ke boiler (joule/kgm)

qkond

: panas yang dibuang kondensor (joule/kgm)

qnet

: panas netto yang masuk ke turbin (joule/kgm)

(entalpy suatu sistem : penjumlahan dari energi dalam / internal energy dengan
hasil kali tekanan dan volume sistem).
Peningkatan efisiensi dapat pula dicapai dengan proses pemanasan ulang.
Proses pemanasan ulang ini terlihat pada Gambar II.2(a). Turbin uap terbagi dua
bagian, yaitu bagian Tekanan Tinggi (TT) dan bagian Tekanan Rendah (TR). Uap
yang telah dipakai pada taraf pertama meninggalkan bagian TT pada titik 3 dan
dialirkan kembali ke boiler untuk pemanasan ulang, kemudian dimasukkan lagi ke
turbin pada titik 4 dan dipakai oleh bagian TR turbin uap tersebut.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Luas 1-2-3-4-5-6 dari Gambar II.2(b) adalah jumlah energi yang


dimanfaatkan, dengan demikian menjadi lebih besar, dan daya guna atau efisiensi
termal dari pusat tenaga listrik menjdi besar pula. Untuk mesin-mesin yang lebih
besar, pemanasan ulang dapat dilakukan hingga 2 kali, dan turbin uap terbagi atas
tiga bagian, yaitu bagian Teknan Tinggi (TT), Tekanan Menengah (TM), dan
Tekanan Rendah (TR).
suhu
uap tekanan 2
kotak turbin
tinggi
boiler

Ek

2
G

3
4
uap tekanan
rendah

1
air

Em

5
6

5
6
Eb

pompa

kondensor

(a)

entropi

(b)

Gambar II.2 PLTU Dengan Proses Pemanasan Ulang


Dalam apa yang dinamakan siklus regeneratif sebagian dari energi yang
berada di dalam rangkaian panas dipertahankan beredar dalam rangkaian itu. Hal
demikian dilakukan dengan misalnya memanaskan air yang keluar dari kondensor
dengan uap yang dipakai dari turbin sebelum dimasukkan ke boiler sebagaimana
terlihat pada Gambar II.3(a). Lengkung suhu entropi menjadi sebagaimana tampak
pada Gambar II.3(b).
suhu
uap tekanan tinggi

uap tekanan
rendah

boiler

box
turbin
Ek

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan


7 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
airMusim Mas
3
EmKim II Medan, 2008.
PT.
USU Repository 2009
6
5

Eb

6
kondensor

entropi

(a)

(b)

Gambar II.3 PLTU Dengan Siklus Regeneratif


Siklus Rankine merupakan siklus standar PLTU yang dapat digambarkan
pada Diagram T-S (temperature-Entropy) seperti yang ditunjukkan pada gambargambar sebelumnya, atau lebih jelasnya terlihat pada gambar berikut ini.

400

temperatur C

300

P1

200
usefull heat
100
24,1
0

A``
P2

A`

D`

-100
rejected heat
-200
-273
1

5
6
entropy, kJ/kg K

Gambar II.4 PLTU Diagram Rankine Sederhana pada Diagram T-S


Kondisi uap yang keluar dari boiler masuk ke dalam turbin ada pada titik
C yang merupakan uap jenuh kering (dry saturated). Diasumsikan tidak ada losses
pada pipa uap boiler dengan turbin. Di turbin, uap diekspansikan secara isentropic
dari titik C ke titik D.
Kondensor mengkondensasikan seluruh uap sehingga menjadi air jenuh
dan prosesnya berjalan dari titik D ke titik A pada tekanan P2. Air yang
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

bertekanan P2 ini dikompresikan isentropic sehingga tekanannya naik menjadi P1


(garis proses kenaikan tekanan tidak digambarkan dan kerja pompa diabaikan).
Dengan tekanan sebesar P1, temperaturnya dinaikkan menjadi TB.
Dari titik B sampai titik C terjadi proses penguapan atau mengubah fasa
air menjadi fasa uap pada tekanan P1. Selama perubahan fasa ini tidak terjadi
perubahan tekanan maupun temperatur.
Proses A-B terjadi pada sistem air kondensat dan sistem air pengisi, sedangkan
proses B-C terjadi di dalam boiler pada siklus Rankine, energi yang masuk ke
dalam sistem adalah panas yang masuk ke boiler. Energi yang keluar dari sistem
sebagai losses adalah panas terbuang di kondensor.

II.2 KOMPONEN-KOMPONEN UTAMA PLTU


Keterangan Gambar II.3 :
1

: Boiler

: Pompa

: Drum

Q1

: Pipa-pipa Boiler

: Turbin Tekanan Tinggi

Q2

: Superhiter

: Turbin Tekanan Menengah

Q3

: Pemanas Ulang

: Turbin Tekanan Rendah

: Kondensor

: Pemanasan Awal

: Pembakaran Bahan Bakar

: Kipas Udara Masuk

10

: Kipas Gas Buang

11

: Generator

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

10
1 Q
3

uap tekanan
menengah

Q2

uap tekanan
rendah
uap tekanan
tinggi

turbin
Q1
P

11

8
air
pendingin

P
7
P

Gambar II.5 Komponen-komponen Utama PLTU


II.2.1 Boiler
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air
sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu
kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media
yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air
dididihkan sampai menjadi steam, volumnya akan meningkat sekitar 1.600 kali,
menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak,
sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan
sangat baik. Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem
bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis
sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan
perawatan dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui system pemipaan ke titik pengguna.
Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau
dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang
digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang
dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada
jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem. Air yang disuplai ke boiler untuk
dirubah menjadi steam disebut air umpan. Dua sumber air umpan adalah: (1)
Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses dan (2) Air
makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang
boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi,
digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan menggunakan limbah
panas pada gas buang.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Gambar II.6 Boiler


II.2.2 Turbin Uap
Turbin uap pada umumnya lebih banyak digunakan untuk memutar
generator pembangkit listrik. Cara kerjanya adalah sebagai penggerak mula
(prime mover) yang mengubah energi panas dalam uap menjadi energi mekanis
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

berupa putaran poros turbin. Selanjutnya poros turbin dikopel dengan poros
generator untuk menghasilkan energi listrik.
Ditinjau dari cara kerja transfer energi uap ke poros, turbin uap dapat
dibedakan atas dua tipe :
1. turbin reaksi
2. turbin impuls
Apabila ditinjau dari aliran uap, turbin uap dapat diklasifikasikan atas tiga tipe,
yaitu :
i. turbin aliran radial
ii. turbin aliran tangensial
iii. turbin aliran aksial
II.2.2.1 Turbin Reaksi
Dirancang pertama kali oleh Hero 120 tahun sebelum masehi. Reaksi ini
pancaran uap yang keluar dari nosel (nozzle) mendorong rotor sehingga berputar
(gambar II.7).
II.2.2.2 Turbin Impuls
Jenis turbin ini pertama kali dibuat oleh Branca pada tahun 1629, lihat
gambar II.8 untuk prinsip kerjanya. Pancaran uap yang keluar dari nosel
menghembus daun-daun rotor (disebut blade) sehingga rotor berputar

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

(a) Turbin reaksi

(b) Diagram Sudu Turbin reaksi

Ket : Sudu diam (A, A1, A2), sudu bergerak (B, B1, B2)
Gambar II.7 Prinsip Kerja Turbin Reaksi

(a) Turbin Buatan Branca 1629

(b) Diagram Sudu Turbin Impuls

Ket : nozzle (A, AA), sudu bergerak (B1, B2, BB1, BB2), sudu diam (C, CC)
Gambar II.8 Prinsip Kerja Turbin Impuls
II.2.2.i Turbin Aliran Radial
Turbin terdiri dari dua rotor dengan blades dipasang berselangan. Turbin
aliran ini dikembangkan oleh Ljungstorm (gambar II.9). Kedua rotor berputar
dengan arah saling berlawanan, dan masing-masing rotor dikopel terhadap dua
generator terpisah. Arah aliran uapnya radial (tegak lurus menjauhi poros), oleh
karena itu dinamakan turbin aliran radial.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

II.2.2.ii Turbin Aliran Tangensial


Jenis turbin ini memliki konstruksi yang kokoh akan tetapi efisiensinya
sangat rendah. Pancaran uap dari nosel diarahkan untuk menghembus bucket yang
dipasang melingkar pada rotor (gambar II.10). arah hembusan uap adalah
tangensial (pada garis singgung putaran bucket).
II.2.2.iii Turbin Aliran Aksial
Tipe ini yang paling populer dan sangat cocok untuk kapasitas besar.
Turbin ini dapat merupakan tipe reaksi dan juga merupakan tipe impuls. Arah
aliran uap sejajar dengan poros (gambar II.11).

Gambar II.9 Turbin Ljungstorm (Turbin Aliran Radial)

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Gambar II.10 Turbin Tangensial

Gambar II.11 Turbin Aliran Aksial

II.2.3 Kondensor
Kondensor merupakan peralatan untuk mengembunkan kembali uap yang
telah dimanfaatkan untuk memutar turbin uap. Hal ini diperlukan untuk
menghemat sumber air yng ada di sekitarnya serta menkamin kemurnian air yang
digunakan dalam sistem turbin uap agar tidak terjadi pengendapan maupun
kotoran-kotoran yang dapat merusak. Sebagai pendingin kondensor biasanya
menggunakan air dingin seperti air sungai, laut atau air tanah yang sudah diproses
melalui water treatment terlebih dahulu.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

uap dari
turbin
air pendingin dari pipa

sekat
arah aliran air
pompa air
pendingin
pipa
air hasil
kondensasi

air pendingin masuk ke pipa

Gambar II.12 Sistem Kondensor

II.2.4 Deaerator
Fungsi deaerator adalah untuk membuang gas-gas atau udara yang tidak
terkondensasi yang terbawa ke dalam air pengisi. Jenis deaerator ada yang
langsung terintegrasi dengan steam drum dan ada yang terpisahkan atau tersendiri.
Gas yang tidak bisa terkondensasi sifatnya merugikan yaitu menghambat
perpindahan panas dan udara bisa menyebabkan korosi di bagian dalam pipa-pipa
air.
Air yang telah dijernihkan maupun air yang telah jernih perlu dilunakkan
dengan proses kimia. Reaksi kimia ini menimbulkan berbagai endapan yang harus
disaring oleh saringan atau proses pemurnian pendahuluan. Langkah berikutnya
adalah demineralisasi, yaitu suatu proses kimia untuk menghilangkan mineralmineral yang masih terdapat dalam air. Kemudian air yang keluar dari instalasi
deminearalisasi masih mengandung gas-gas oksigen dan amoniak. Untuk
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

mengeluarkan gas-gas ini, air yang keluar dari instalasi demineralisasi dialrkan ke
deaerator.

Gambar II.13 Deaerator

II.2.5 Pompa-pompa Pelumasan


Pompa-pompa pelumasan adalah alat bantu pelumasan oli pada sistem
mesin pembangkit, di antaranya adalah :

Pompa Pelumasan Utama

Pompa ini dikopel dengan poros turbin, pompa ini berfungsi untuk memberikan
suplai pelumasan pada turbin ketika turbin telah berputar pada putaran normalnya.
Selain itu, pompa pelumas utama juga mensuplai oli untuk keperluan sistem
governor seperti power oil dan pilot oil.

Pompa Pelumas Bantu (Auxiliary Oil Pump)

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Pompa ini digerakkan oleh motor listrik AC dan mensuplai minyak ke turbin bila
pompa minyak pelumas utama tidak dapat mensuplai misalnya ketika putaran
rendah atau pada saat start turbin. Seperti pompa minyak utama, selain mensuplai
sistem pelumasan, pompa ini juga untuk mensuplai power oil dan pilot oil.

II.3 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL


II.3.1 Komponen-komponen Utama PLTD
4
12

3
1

2
8

10

13

11

16
17

18

14
19

15

Gambar II.14 Komponen-komponen Utama PLTD

Keterangan gambar :
1

: mesin diesel

10

: tangki udara start

: generator

11

: kompresor

: saringan udara

12

: tangki air

: peredam kebisingan

13

: pompa air

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

: tangki bahan bakar harian

14

: menara pendingin

: tangki bahan bakar

15

: suplesi air

: pompa bahan bakar

16

: pendingin minyak pelumas

: saringan bahan bakar

17

: tangki minyak pelumas

: pompa injeksi bahan bakar

18

: pompa minyak pelumas

19

: pembersih minyak pelumas

II.3.2 Prinsip Kerja Mesin Diesel


Pembangkit Listrik tenaga Diesel atau PLTD adalah suatu stasiun
pembangkit tenaga, di mana sebagai penggerak mulanya adalah sebuah mesin
diesel yang mendapat energi dari bahan bakar cair yang dikenal sebagai minyak
solar, dan merubah energi tersebut menjadi energi mekanik dan dikopel dengan
sebuah generator untuk mengubah energi mekanik dari mesin diesel menjadi
energi listrik.
Kebanyakan mesin diesel siklus operasinya empat langkah, karena lebih
efisien dibandingkan dengan mesin dua langkah. Diesel mendapatkan daya dari
hasil pembakaran bahan bakar di dalam silinder mesin atau dengan kata lain
proses kerja ini ini disebut siklus Otto yang ditemukan oleh insinyur jerman
bernama Otto pada tahun 1876. pembakaran bahan bakar tersebut menghasilkan
kenaikan temperatur dan tekanan di dalam silinder mesin. Dan tahanan yang
dibangkitkan mendorong piston yang terdapat pada silinder mesin.
Daya mekanik yang dibangkitkan, diteruskan ke batang engkol
(connecting rod), yang dipasang pada poros engkol (crank shaft) untuk
meneruskan daya dari piston ke poros yang digerakkan.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

busi

udara & bahan


bakar masuk

katub
masuk

gas buang
keluar

katub
keluar

silinder

torak

batang
penghubung

poros engkol
tangan engkol
(1) Langkah
pemasukan dan
penghisapan

(2) Langkah
kompresi

(3) Langkah
ekspansi & kerja

(4) Langkah
pembuangan

Gambar II.15 Prinsip Kerja Mesin Bensin 4-Langkah


Pada sebuah mesin yang mempergunakan siklus percikan kompresi tidak
dipergunakan busi. Percikan terjadi karena suhu tinggi disebabkan oleh kompresi
udara yang tinggi di silinder. Gambar II.16 memperlihatkan suatu siklus teoritis
dan actual untuk jenis mesin yang demikian.
P

P
3

ekspansi
awal injeksi
kompresi

masuk & keluar

2
5

5
2

(a)

(b)

(c)

Gambar II.16 Siklus Percikan Kompresi


Proses yang terjadi dalam mesin diesel ini adalah sebagai berikut :
1-2

: kompresi isentropic

2-3

: penambahan panas pada volume konstan

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

3-4

: penambahan panas pada tekanan konstan

4-5

: ekspansi isentropik

5-1

: pembuangan panas pada volume konstan

Mesin ini sering disebut juga motor diesel sesuai dengan nama dari pembuatnya,
yaitu seorang Jerman yang bernama Diesel. Pada mesin ini penambahan panas
atau energi senantiasa dilakukan pada tekanan yang konstan. Efisiensi termal dari
motor diesel adalah sebagai berikut :

Q23 Q3 4 Q51
1
=
k 1
Q23 + Q3 4
V5

V2

di mana :
Q2-3

= energi yang ditambahkan pada keadaan 2-3,

Q3-4

= energi yang ditambahkan pada keadaan 3-4,

Q5-1

= energi yang dibuang pada keadaan 5-1,

V5

= volume pada keadaan 5,

V2

= volume pada keadaan 2,

= rasio panas spesifik = 1,3 1,4 untuk udara.

Gambar II.16(a) memperlihatkan diagram Tekanan-Volume (P-V) untuk keadaan


teoritis, sedangkan gambar II.16(b) memperlihatkan untuk suatu siklus yang
sebenarnya bagi sebuah motor diesel.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

II.4 GENERATOR SINKRON


II.4.1 Umum
Generator sinkron merupakan komponen penting untuk pembangkitan
daya tiga fasa dalam suatu pembangkit listrik. Generator sinkron mengubah energi
mekanik dari turbin menjadi energi listrik.
Konversi energi mekanik menjadi energi lisrtrik secara besar-besaran
praktis hanya dilakukan dengan generator sinkron. Hal ini dikarenakan generator
sinkron sebagai mesin pembangkit dapat dibuat untuk pembangkit tenaga listrik
berkapasitas besar dan dapat diparalelkan dengan generator lain maupun infinite
bus dalam suatu sistem interkoneksi.
Sebuah generator sinrkon standar utamanya terdiri dari sebuah rotor yang
dimagnetisasi oleh arus medan DC dan sebuah stator dengan belitan tiga fasa AC.
Istilah mesin sinkron didasarkan pada kenyataan bahwa rotor berputar secara
sinkron dengan medan putaran magnettik stator.

II.4.2 Komponen Utama Generator Sinkron


Generator sinkron merupakan generator yang paling umum digunakan
dalam pembangkitan energi listrik boloak-balik. Konstrtuksi generator sinkron
dapat dilihat pada gambar II.17.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Gambar II.17 Generator Sinkron


Komponen terpenting dari generator sinkron terdiri dua bagian utama yaitu
stator dan rotor.
1. Stator
Stator terdiri dari tiga komponen utama :
a. Rangka Stator
Rangka stator merupakan rumah (kerangka) yang menyangga jangkar
generator, yang terbuat dari besi tuang dan dilengkapi dengan slot-slot (parit)
sebagai tempat melekatnya kumparan jangkar. Rangka stator memilki celah yang
berfungsi sebagai ventilasi udara, sehingga udara dapat keluar masuk dalam inti
stator sebagai pendingin.
b. Inti Stator
Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi magnetic
khusus yang terpasang ke rangka stator. Laminasi-laminasi diisolasi satu sama
lain dan mempunyai jarak antara laminasi yang memungkinkan udara pendingin
lewat. Di sekeliling inti terdapat slot-slot tempat melekatkan konduktor / belitan
jangkar.
c. Kumparan Stator (Kumparan Jangkar)
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Kumparan jangkar merupakan kumparan tempat timbulnya ggl induksi,


sehingga melalui terminal output kumparan jangkar, yang merupakan terminal
output generator, diperoleh energi listrik yang siap untuk disalurkan.

2. Rotor
Rotor terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
a. Slip Ring
Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi
dipisahkan oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasangkan ke slip
ring. Slip ring ini kemudian dihubungkan ke sumber DC daya luar melalui sikat
(brush) yang ditempatkan menempel pada slip ring. Sikat ini merupakan batang
grafit yang terbuat dari senyawa karbon yang bersifat konduktif dan memiliki
koefisien gaya gesekan yang sangat rendah.
b. Kumparan Rotor (medan)
Kumparan medan merupakan unsur yang memegang peranan utama dalam
menghasilkan medan magnet. Kumparan medan ini ditempatkan di bagian rotor
dari generator. Kumparan ini mendapatkan arus searah dari sumber eksitasi
tertentu.
c. Poros Rotor
Poros rotor merupakan tempat peletakan kumparan medan, di mana pada
poros rotor tersebut telah terbentuk slot-slot secara paralel terhadap poros rotor
sehingga penempatan kumparan medan dapat diatur sesuai dengan rancangan
yang dikehendaki.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

II.4.3 Prinsip Kerja Generator Sinkron


Suatu mesin listrik (generator atau motor) akan berfungsi bila memiliki :
1. kumparan medan, untuk menghasilkan medan magnet;
2. kumparan jangkar, untuk mengimbaskan ggl pada konduktor-konduktor
yang terletak pada alur-alur jangkar; dan
3. celah udara yang memungkinkan berputarnya jangkar dalam medan
magnet

Untuk menghasilkan ggl induksi pada ujung-ujung kumparan maka fluks


magnetic yang memotong kumparan harus berubah. Dengan kata lain ggl induksi
yang timbul pada ujung-ujung penghantar atau kumparan adalah sebanding
dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh loop penghantar
tersebut, yang dirumuskan oleh :
E

= N

= N

d
dt

d ( BA cos )
dt

NBA

d (cos )
dt

Laju perubahan fluks magnetik ini bisa disebabkan oleh salah satu
perubahan berikut :
1. perubahan luas bidang kumparan A (B dan tetap)
2. perubahan besar induksi magnetik B(A dan tetap)
3. perubahan sudut antara arah B dan dengan arah normal bidang

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Khusus untuk generator, timbulnya ggl induksi disebabkan oleh perubahan


sudut antara B dan arah normal bidang. Inilah yang mendasari bagaimana
generator sinkron dapat menghasilkan energi listrik.
Adapun prinsip kerja dari generator sinkron secara umum adalah sebagai
berikut :
1. Kumparan medan yang diletakkan di rotor dihubungkan dengan sumber
eksitasi yang akan mensuplai arus searah terhadap kumparan medan.
Dengan adanya arus yang mengalir melalui kumparan medan akan
menimbulkan fluks magnetik yang besarnya terhadap waktu adalah tetap.
2. Penggerak mula (prime mover) yang sudah terkopeldengan rotor segera
dioperasikan sehingga rotor akan berputar dengan kecepatan tertentu
sesuai dengan diharapkan.
3. Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang
dihasilkan oleh kumparan medan. Dengan demikian, kumparan jangkar
yang terletak di stator akan dilingkupi oleh fluks magnetik yang berubahubah besarnya setiap waktu. Adanya perubahan fluks magnetik terhadap
yang melingkupi suatu kumparan akan menimbulkan ggl induksi pada
ujung-uung kumparan tersebut. Untuk generator sinkron tiga fasa,
digunakan tiga kumparan jangkar yang ditempatkan di stator yang disusun
dalam bentuk tertentu, sehingga susunan kumparan jangkar yang
sedemikian akan membangkitkan tegangan induksi pada ketiga kumparan
jangkar yang besarnya sama tapi berbeda fasa 1200 satu sma lain. Setelah
itu ketiga terminal kumparan siap dioperasikan untuk menghasilkan energi
listrik.
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

II.4.4 Sistem Penguatan (Exiter) Generator Sinkron


Sistem penguatan generator sinkron terus mengalami perkembangan
seiring dengan penigkatan kapasitas generator itu sendiri. Pada generator sinkron,
arus medan yang diperlukan untuk membangkitkan medan magnet rotor disuplai
dari sumber daya DC tertentu. Karena kumparan medan terletak pada rotor yang
berputar, maka diperlukan perancangan khusus untuk membentuk

rangkaian

sumber daya DC terhadap kumparan medan.


a. DC Exicter
Prinsip DC exicter ini adalah pengkopelan poros secara mekanis dari suatu
generator sinkron dengan sebuah generator arus searah untuk mensuplai arus
searah pada belitan medan di rotornya diperlihatkan pada gambar II.16.

generator
sinkron

generator DC

Gambar II.18 Generator Sinkron yang menerima arus penguat


medan dari Generator DC
Dari gambar di atas terlihat bahwa pada generator sinkron tersebut antara
generator utama dan generator DC sebagai pensuplai arus medan pada belitan
medannya dikopel secara langsung dengan shaft pada masing-masing generator.
b. Brushless Exicter

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Brushless Exicter (exicter tanpa sikat) diaplikasikan pada mesin sinkron,


di mana suplai arus searah ke belitan medan dilaksanakan tanpa melalui sikat.
Biasanya arus searah yang disuplai ke belitan medan berasal dari generator arus
bolak-balik yang memiliki shaft yang sama dengan generator utama. Output dari
generator bolak-balik (exicter) ini dikonversikan menjadi arus searah dengan
penyearah yang diletakkan pada bagian shaft ataupun pada bagian dalam dari
rotor generator sinkron. sistem kerjanya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

exicter
kumparan jangkar
exicter

penyearah tiga fasa

generator sinkron

IF

rotor

kumparan medan
generator utama

kumparan medan exicter

output tiga fasa

stator

RF

kumparan jangkar
generator utama
input tiga fasa (arus rendah)

Gambar II.19 Sistem Brushless Exictation


Pada gambar di atas terlihat bahwa untuk menghindari adanya kontak
geser pada bagian rotor generator sinkron, maka exicter-nya dirancang sedemikian
sehingga arus searah yang dihasilkan dari penyearah langsung disampaikan ke
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

bagian belitan medan dari generator sinkron. Hal ini dimungkinkan karena dioda
penyearah ditempatkan pada bagian shaft yang dimiliki bersama-sama oleh rotor
generator sinkron dan exicter-nya, kemudian pada shaft inilah dioda penyearah
tadi dilekatkan.
Arus medan pada generator sinkron langsung dikontrol oleh arus yang
mengalir pada medan exicter, dan dalam hal ini exicter berfungsi sebagai suatu
power amplifier. Dioda penyearah yang dipergunakan dirancang sedemikian rupa
sehingga mampu bertahan melawan daya sentrifugal yang dirasakannya.

c. Permanent Magnet Generator (PMG)


Suatu generator sinkron harus memiliki sebuah medan magnet yang
berputar agar generator tersebut dapat menghasilkan tegangan pada statornya.
Medan magnet ini dapat dihasilkan dari belitan rotor yang disuplai dengan sumber
listrik arus searah. Cara lain untuk menghasilkan medan magnet pada rotor adalah
dengan magnet permanen yang dilekatkan pada shaft dari generator tersebut.
Generator yang menggunakan magnet permanen sebagai eksitasinya disebut
dengan Permanent Magnet Generator (PMG).
Biasanya PMG ini dipergunakan pada mesin-mesin berkapasitas kecil saja.
Hal ini disebabkan karena kesulitandalam mencegah efek magnet permanen yang
dapat menarik benda-benda logam di sekitarnya, sehingga sulit dalam perawatan
dan pemasangannya. Selain itu PMG biasanya dipergunakan sebagai pilot exiciter
yang mensuplai arus medan pada bagian rotor suatu generator sinkron sehingga
generator tersebut dapat men-starting sendiri.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Pada suatu generator besar biasanya mempergunakan paduan dari sistem


brushless excitation yang dilengkapi PMG. Hal ini dimaksudkan agar sistem
eksitasi dari generator sama sekali tidak tergantung dari sumber daya listrik dari
luar mesin itu. Bentuk skematik dari sistem ini digambarkan sebagai berikut.
exicter

pilot exciter

kumparan jangkar
exicter

medan pilot
exicter

penyearah
tiga fasa
IF

generator sinkron

rotor

kumparan medan
generator utama
magnet
permanen

penyearah tiga fasa

IF

output tiga fasa

RF

stator

kumparan jangkar
pilot exiciter

kumparan medan
exicter

kumparan jangkar
generator utama

Gambar II.20 Generator dengan Sistem Brushless Excitation dan PMG


Terlihat pada bagian mesin yang berputar (rotor) terdapat magnet
permanen, kumparan jangkar exicter, kumparan utama medan dari generator. Hal
ini memungkinkan generator tersebut untuk tidak menggunakan slip ring dan sikat
dalam pengoperasiannya secara keseluruhan sehingga lebih efektif dan efisien.

II.4.5 Proteksi Pada Generator Sinkron


Sistem proteksi generator sinkron terbagi ke dalam dua jenis, yaitu :
-

proteksi stator

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

proteksi rotor
Proteksi stator meliputi proteksi tegangan lebih, proteksi arus lebih,

proteksi impedansi, proteksi stator terhadap gangguan tanah, proteksi arus


diferensial, proteksi terhadap cairan yang masuk ke generator.
Proteksi rotor meliputi pembatas sudut beban, proteksi underexcitation,
proteksi beban tidak seimbang, proteksi rotor terhadap gangguan tanah. Umumnya
sistem proteksi juga terbagi menjadi proteksi mekanik dan proteksi elektrik.
1. proteksi tegangan lebih
Di dalam generator biasanya sudah dilengkapi dengan pengatur tegangan
otomatis (AVR), yang akan mengatur kestabilan tegangan keluarannya. Namun
demikian untuk mengantisipasi kalau pengatur tegangan otomatis tidak bekerja,
maka relai tegangan lebih digunakan sebagai pengaman. Relai tegangan lebih
(Over Voltage Relay) yang digunakan dilengkapi dengan piranti tunda waktu
(time delay) agar diperoleh selektivitas yang memadai, khususnya untuk
koordinasi dengan karakteristik pengatur tegangan otomatis. Relai tegangan lebih
digunakan pada generator-generator yang mempunyai kapasitas sekitar 10 MVA
keatas dengan tegangan kerja 6 KV atau lebih.
2. proteksi arus lebih
Relai arus lebih digunakan sebagai pengaman generator, terutama terhadap
gangguan-gangguan didepan pemutus tenaga (PMT) generator, baik antar fase
maupun gangguan fase ketanah. Penyetelan tunda waktu dari relai harus
mempertimbangkan kemampuan generator untuk bertahan terhadap kondisi
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

hubung singkat yang terjadi didepan generator. Sebagaimana diketahui bahwa


pada saat terjadi hubung singkat, ada tiga kondisi arus atau reaktansi yang ada
pada generator , yaitu arus subperalihan (subtransient), arus peralihan (transient),
dan arus tetap (steady state). Oleh karena itu, penyetelan (settings) arus dan tunda
waktu hendaknya juga mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut . Penyetelan
arus hendaknya lebih besar dari nilai arus nominal generator sehingga
memungkinkan generator mampu menahan beban lebih untuk beberapa detik. Hal
yang penting pada pengaman generator terhadap arus lebih adalah adanya
koordinasi relai, baik koordinasi besaran arus maupun waktu tundanya (time
delay). Disamping itu perlu dipertimbangkan pula adanya relai-relai pengaman
cadangan (back-up) pada generator.
3. proteksi stator terhadap hubungan tanah
Pengaman ini digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan-gangguan stator
hubung tanah pada generator yang dihubungkan dengan transformator tenaga.
Relai ini dapat mendeteksi gangguan-gangguan tanah sampai 95% dari kumparan
generator. Sedangkan dengan peralatan kompensasi khusus dapat mendeteksi
sampai 100% dari kumparan generator. Adanya gangguan hubung tanah pada
stator harus segera diatasi, sebab gangguan ini dapat menimbulkan panas yang
berlebihan, kerusakan laminasi alur generator bahkan kebakaran. Oleh karena itu,
jika terjadi gangguan seperti itu: pemutus generator, pemutus arus penguat medan,
dan penggerak awal harus secepatnya dimatikan.
4. proteksi arus diferensial
Relai diferensial digunakan untuk mengamankan generator dari kerusakan akibat
adanya gangguan internal pada kumparan stator. Dua unit transformator arus (CT)
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

masing-masing dipasang pada kedua sisi kumparan generator, Sekunder CT


terhubung bintang yang ujung-ujungnya dihubungkan melalui kawat-kawat pilot.
Pada kondisi normal dan tidak ada gangguan internal, besarnya arus kedua sisi
kumparan sama, sehingga arus yang mengalir pada sisi-sisi sekunder CT juga
sama. Hal ini menyebabkan tidak ada arus yang mengalir pada relai. Pada saat
terjadi gangguan pada kumparan generator, mungkin fase dengan fase atau fase
dengan ground, maka arus yang mengalir pada kedua sisi kumparan akan berbeda,
sehingga ada arus yang mengalir pada relai. Relai bekerja menarik kontak
sehingga kumparan triping mendapat tenaga dari catudaya searah yang
selanjutnya akan menarik kontak pemutus tenaga untuk memutuskan hubungan
generator dengan sistem.
II.4.6 OPERASI PARALEL GENERATOR
Operasi paralel pusat-pusat tenaga listrik pada asasnya merupakan
perluasan bekerja paralel satu generator dengan generator lain, dengan tambahan
resistansi dan reaktansi saluran-saluran interkoneksi. Proses menghubungkan
paralel satu generator dengan generator lain dinamakan sinkronisasi.
1. Syarat-Syarat Operasi Paralel Generator
Dalam melakukan sinkronisasi, generator yang akan diparalelkan harus
memenuhi syarat-syarat operasi paralel, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. tegangan apitan dari generator yang akan diparalelkan harus sama dengan
tegangan di jaringan
2. frekuensi generator harus sama dengan frekuensi jaringan
3. sudut fasa dari fasa-fasa yang dihubungkan satu sama lain harus sama
besar
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

4. urutan fasa kedua generator harus sama atau urutan fasa generator yang
akan diparalelkan harus sama dengan jaringan.

2. Dua Generator Bekerja Paralel


Umpamakan dua generator G1 dan G2 yang bekerja paralel sebagaimana
terlihat pada Gambar II.8. Masing-masing generator memiliki impedansi Z1 dan
Z2 yang terdiri atas resistansi R1 dan R2 serta X1 dan X2. Gaya gerak listrik E yang
diinduksikan dalam masing-masing mesin adalah E1 dan E2.

} }

Z1

E1
G1

X1

R1

Z2

E2
G2

X2

R2

Gambar II.21 Dua Generator Bekerja Paralel


Is
Er
E2

E1
0

Gambar II.21a Reaktansi Diabaikan

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Er
E2

E1
0

Is

Gambar II.21b Resistansi Diabaikan


Misalkan kini suatu keadaan khusus di mana dari kedua mesin
reaktansinya dapat diabaikan. Dalam keadaan demikian kedua ggl E1 dan E2
memiliki selisih fasa sekitar 180 0 (Gambar II.8a), dan resultan Er hampir tegak
lurus pada E1 dan E2. Besar arus sinkronisasi dinyatakan dengan rumus :
I sy =

Er
(Z1 + Z 2 )

Misalkan kini kedua mesin hanya memiliki reaktansi mendekati nol. Arus
sinkronisasi Is kan tegak lurus terhadap ggl Er atau sefasa dengan ggl salah satu
mesin, misalkan E2 (Gambar II.8b). Dalam hal ini mesin 2 akan memberi daya
nyata kepada mesin 1, agar mesin ini dapat berjalan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa untuk memungkinkan generator beroperasi paralel, adanya
reaktansi mutlak diperlukan.
Bilamana dua generator berada dalam keadaan sinkronisasi penuh maka
kedua ggl yang diinduksikan adalah sama dan berbeda fasa 1800, sebagaimana
terlihat pada Gambar II.9a, dan tidak terdapat arus mengalir dalam rangkaian
setempat. Bilamana kedua ggl sama besarnya tapi berbeda fasa tidak tepat 1800,
maka resultan ggl Er bergerak di dalam rangkaian setempat dan mengakibatkan
mengalirnya apa yang dikenal sebagai arus sinkronisasi.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

E2

Er
2

E2

E1
0

E2

(a) Sinkronisasi Penuh

Is

E1

(b) Sinkronisasi Tidak Penuh

Gambar II.22 Arus Sinkronisasi


Misalkan perbedaan fasa antara kedua ggl sebesar dan E1 = E2 = E, maka
resultan ggl Er adalah :
Er

180 0

= 2E cos
2

= 2E cos 90 0
2


= 2E sin
2

= 2E
2
=E
Pendekatan di atas berlaku jika sudut memilki nilai yang kecil sekali. Besar
sinkronisasi Is adalah :
Is

Er
Z

E
Z

dengan catatan bahwa Is tertinggal fasa sebesar , di mana :

X
= arc tg s
R

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

di mana Z merupakan impedansi gabungan per fasa dari kedua generator atau
generator dengan jaringan yang memilki kekuatan yang tak terhingga. Bilamana
reaktansi generator diketahui, maka arus sinkronisasi adalah :
Is

E
Xs

tertinggal fasa 900 dengan gerak listrik resultan Er.


Dalam keadaan di atas mesin 1 memberi daya sebesar E1 Is cos1
sedangkan mesin 2 menerima daya sebesar E2 Is cos 2. Karena daya yang
dipasok mesin 1 adalah sama dengan daya diterima mesin-mesin ditambah rugirugi, maka berlaku :
E1 Is cos1

= E2 Is cos 2 + rugi-rugi

Daya yang dipasok mesin 1 dinamakan daya sinkronisasi dan dinyatakan


dengan rumus :
Ps

= E1 Is cos 1 = E1 Is

E1

=E

karena :

dan 1 kecil sekali, maka :


Ps

= E
Xs

E 2
Xs

Untuk daya sinkronisasi sistem tiga fasa dengan demikian adalah :


Ps3

3E 2
Xs

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Bilamana Ts merupakan torsi sinkronisasi (berdimensi newton meter)


maka daya sinkronisasi dapat dinyatakan dengan rumus berikut :
Ps3

= Ts 2

Ts

= Ps3

ns
60

60
2n s

di mana :
ns

: kecepatan putar sinkron =

: frekuensi

: jumlah kutub

120 f
p

Misalkan kembali dua generator yang memiliki ggl tepat sefasa (relatif
terhadap beban luar), akan tetapi besaran E1 dan E2 tidak sama (E1 lebih besar dari
E2). Resultan Er adalah sebesar E1 E2 dan bertindak di dalam rangkaian setempat
dan menyebabkan terjadinya arus sinkronisasi Is di dalam rangkaian lokal. Arus
sinkronisasi Is ini terbelakang fasa pada Er atau E1 sebesar 900. Sebaliknya E2
tertinggal fasa 900 pada Is, sebagaimana terlihat pada Gambar II.10. Dengan
demikian arus sinkronisasi memiliki efek demagnetisasi pada mesin pertama,
sehingga menghasilkan penurunan E1 serta efek demagnetisasi pada mesin kedua
dan mengakibatkan peningkatan E2. Dengan demikian perbedaan antara E1 dan E2
diperkecil dan kondisi stabil diperoleh kembali.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Er

E2

E1

90

90

Is

Gambar II.23 Efek Tegangan Yang Tidak Sama


Misalkan dua mesin dengan karakteristik kecepatan-beban yang tepat
sama yang bekerja paralel dengan suatu tegangan apitan bersama sebesar V dan
dengan beban impedansi sebesar Z. Misalkan selanjutnya ggl dari mesin 1 dan
mesin 2 sebesar E1 dan E2 sedangkan impedansi fasa masing-masing Z1 dan Z2.
Tegangan apitan mesin 1 adalah :
V

= E1 I1 Z1, dan

tegangan apitan mesin 2 adalah :


V

= E2 I2 Z2
Z1
I1

E1

Z2
I2

E2

I
Z

Gambar II.24 Pembagian Beban Antara Dua Generator


Juga berlaku :
V

= I Z = (I1 + I2) Z

Dari persamaan-persamaan di atas diperoleh :


Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

I1

E1 V
, dan
Z1

I2

E2 V
,
Z2

selanjutnya dapat diperoleh pula :


I1 + I2 =

E1 V
E V
+ 2
Z1
Z2

Atau :
1
E
1
1 E
V +
+ = 1 + 2
Z1 Z 2 Z Z1 Z 2

Atau :
E1

Z1

Z1

+ 1

E2

Z2

Z2
+1

II.4.7 JENIS OPERASI PARALEL GENERATOR


Ketika generator beroperasi sendiri dalam melayani beban, besarnya daya
nyata P dan daya reaktif Q yang disuplai oleh generator pasti sebesar total beban
yang dipikul oleh generator. Atau dengan kata lain, besarnya daya nyata P dan
daya reaktif Q dari generator tidak dapat diatur melalui kontrol generator. Untuk
setiap kondisi beban, setting governor yang dikenakan hanyalah untuk mengatur
frekuensi operasi generator, begitu juga dengan fungsi pengaturan besarnya arus
medan generator hanyalah untuk mengendalikan tegangan terminal sistem VT
(bukan untuk mengatur besarnya output daya reaktif generator). Pada operasi
paralel karena perubahan beban pada pelayanannya akan menyebabkan tegangan
terminal berubah, sehingga tegangan terminal perlu diubah yang juga akan
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

mengubah daya reaktif, kita perlu mengatur daya reaktif yang dihasilkan karena
akan mempengaruhi daya reaktif yang merupakan daya yang disuplai ke beban.
Karakteristik pembebanan generator yang beroperasi paralel dalam hubungannya
dengan pengaturan frekuensi dan tegangan terminal generator dapat dilihat pada
Gambar II.25.
N
Nbn
Nbp

Pbp

kW

(a) Kurva Kecepatan Poros Rotor Terhadap Daya Aktif P


f
f bn
f bp

Pbp

kW

(b) Kurva Frekuensi-Daya Aktif P

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

V
Vbn
Vbp

-Q
konsumsi kVAr

Q bp

Q (daya reaktif)
suplai kVAr

(c) Kurva Tegangan Terminal-Daya Reaktif (Q)


Gambar II.25 Karakteristik Generator yang Bekerja Paralel
Keterangan gambar :
N

: putaran generator (ppm-putaran per menit)

: frekuensi

: tegangan terminal

: daya nyata

: daya reaktif

bn

: kondisi beban nol (tanpa beban)

bp

: kondisi beban penuh

Tanda positif (+) pada Gambar II.25 (c) di atas, generator memasok daya rektif,
sedangkan tanda minus (-) berarti generator menyerap / mengkonsumsi daya
reaktif. Dari Gambar II.25 (b) dapat diturunkan rumus hubungan frekuensi dan
daya listrik sebagai berikut :
Pout

= kk . (fbn fsis)

di mana :
Pout

: daya keluaran generator (kW)

kk

: kemiringan kurva (kW/Hz) atau (MW/Hz)

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

fbn

: frkuensi beban nol generator (Hz)

fsis

: frekuensi sistem listrik keseluruhan (Hz).


Secara umum ada dua jenis operasi paralel generator yang ditemukan

dalam sistem tenaga listrik, yaitu :


1. operasi paralel generator dengan sistem daya yang besar
2. operasi paralel generator dengan generator lain yang berkapasitas sama
besar.

1. Operasi Paralel Generator dengan Sistem Daya yang Besar


Sistem daya yang besar sering disebut dengan infinite bus. Infinite bus
adalah suatu sistem daya yang berkapasitas sangat besar sehingga tegangan dan
frekuensi dari sistem tersebut tidak lagi dipengaruhi oleh besarnya daya nyata P
dan daya rektif Q yang dibutuhkan oleh beban. Karena daya listrik jaringan ini
jauh lebih besar dari pada generator, maka efek yang ada pada generatortersebut
hampir tidak berpengaruh (untuk idealnya dianggap tidak berpengaruh sama
sekali) pada jaringan yang ada tersebut. Karena itu pula jaringan listrik tersebut
untuk idealnya disebut sebagai jaringan / jala-jala tidak berhingga (infinite bus).
infinite bus

beban

generator

Gambar II.26 Generator yang Terhubung Paralel Dengan Infinite Bus

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Karakteristik frekuensi-daya nyata P, karakteristik tegangan-daya reaktif Q


untuk jenis operasi paralel generator dengan infinite bus dapat dilihat pada
Gambar II.27 berikut ini.
f

-P
konsumsi

+
0

P (daya aktif)
suplai kW

(a) Karakteristik frekuensi-Daya Aktif P

-Q
konsumsi

+
0

Q (daya reaktif)
suplai kVAr

(b) Karakteristik Tegangan-Daya Reaktif Q


Gambar II.27 Karakteristik Jaringan Tidak Berhingga
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa jaringan tidak berhingga dapat
bertindak sebagai pemasok maupun sebagai konsumen daya listrik. Jadi apabila

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

generator memasok daya yang melebihi dari yang dibutuhkan beban, maka daya
listrik tersebut akan dikonsumsi oleh jaringan tersebut.
Berikut ini adalah gambar / diagram frekuensi-daya generator yang
dihubungkan paralel dengan jaringan tidak berhingga.
f (Hz)
f bn
f bp

Pb = P j + Pg
kW

jaringan

Pg generator

Pj

kW

Pb

Gambar II.28 Diagram Frekuensi-Daya Generator


Paralel Dengan Jaringan
Di mana :
Pj

: daya aktif jaringan

Pg

: daya aktif generator

Pb

: daya aktif beban

fbn

: frekuensi tanpa beban

fbp

: frekuensi beban penuh


pada saat kondisi sinkron dengan jaringan tercapai, maka generator akan

mengambang (floating) pada jaringan tersebut dan memasok daya nyata yang
kecil, serta dengan daya reaktif yang kecil pula (atau tidak sama sekali). Hal ini
dapat dilukiskan pada diagram frekuensi-daya sebagai berikut :

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

f (Hz)
f bn
f bp

kW

kW

Pg

Gambar II.29 Diagram Frekuensi-Daya Generator Paralel


Dengan Jaringan Pada Saat Sinkron
Tapi kadang-kadang ada kalanya ketika kondisi sinkron dengan jaringan
tercapai, frekuensi generator lebih rendah dari frekuensi jaringan, maka secara
otomatis generator akan beroperasi sebagai motor (mengkonsumsi daya listrik)
lihat Gambar II.30. Dalam sistem tenaga listrik modern, biasanya untuk
menghindari hal tersebut di atas, panel kontrol generator selalu dilengkapi dengan
rele anti daya balik (power reverse relay). Rele ini secara otomatis memutuskan
hubungan antara generator dan jaringan bila generator bertindak sebagai motor.
f (Hz)
f bn
Pg < 0

f bp

kW

Pg

+
kW

Gambar II.30 Diagram Frekuensi-Daya Generator Paralel


Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Dengan Jaringan Pada Saat Sinkron, di mana Frekuensi Generator


Sedikit Lebih Rendah Dari Frekuensi Jaringan

2. Operasi Paralel Generator Dengan Generator Lain Yang Berkapasitas


Sama Besar.
Operasi paralel ini adalah salah satu jenis operasi paralel generator di
mana generator-generator yang dioperasikan secara paralel mempunyai rating
daya yang sama besar, kalaupun berbeda selisihnya tidak terlalu jauh.
Keberadaan sistem jenis operasi pralel ini dpat dilihat pada Gambar II.31
berikut ini.
generator1

beban

generator2

Gambar II.31 Hubungan Paralel Antar Generator


Pembagian beban generator yang bekerja paralel dipengaruhi oleh dua hal,
yaitu :
a. efek pengubahan penguatan
b. efek pengubahan setelan governor
a. Efek Pengubahan Penguatan
Misalkan generator GA dan GB bekerja paralel dan masing-masing
memasok arus sebesar I, sehingga total arus beban yang dipasok sebesar 2I.
Kemudian penguatan GA dinaikkan, sehingga EA > EB yang berakibat
mengalirnya arus sirkulasi :

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

2I
Ib

Ia
EA

EB

IS

2I
IS
Ia = Ib = I

GA

GB

Gambar II.32 Skema Rangkaian Paralel Generator


=

IS

E A EB
2Z S

(dengan catatan ZA = ZB, sehingga ZA + ZB = 2ZS, di mana EA = ggl generator A,


dan EB = ggl generator B).
Arus IS ini mempengaruhi arus beban pada GA dan GB secara vektoris,
sehinnga besarnya arus GA sebesar Ia dengan factor daya sebesar cos A dan arus
GB sebesar Ib dengan factor daya cos B.
Perubahan ini hamper tidak berpengaruh pada besarnya daya nyata beban,
namun berpengaruh pada perubahan daya reaktif yang dipikul oleh generator.
Berikut ini gambar segitiga daya akibat perubahan penguatan pada
generator yang bekerja paralel :
kondisi 1
GA
Q beban

QA

kondisi 2
GA

Q beban
QB
GB

GB
B

Pbeban

Pbeban

PA = PB = 12 P beban
A = B

Gambar II.33 Segitiga Daya Generator Paralel Akibat


Efek Pengubahan Penguatan

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Pada kondisi 1 beban yang dipikul GA dan GB sama besarnya, namun


ketika penguatan GA dinaikkan maka cos A meningkat dan mengakibatkan
besarnya daya reaktif yang ditanggung GA menurun yang berakibat GB
menanggung limpahan daya reaktif GA dan cos B pun menurun.
b. Efek Perubahan Setelan Governor
Jika penguatan antar dua generator yang diparalelkan dijaga tetap, dam
misalkan setelan governornya (pasokan bahan bakar / daya masukan penggerak
mula) generator GA dinaikkan, karena GA dan GB terhubung parallel, maka
kecepatan GA tidak dapat melebihi kecepatan (over run) GB. Sebagai
kompensasainya maka GA akan menaggung beban (PA) lebih besar dari pada (PB)
yang ditanggung oleh GB.
kondisi 1
GA
Q beban

kondisi 2
QA

Q beban

GA

A
QB

GB
Pbeban

GB

Pbeban

PA = PB = 12 P beban
A = B

Gambar II.34 Segitiga Daya Efek Pengubahan Governor


II.5 GOVERNOR
Governor adalah suatu alat yang harus digunakan di semua sistem
pembangkit, untuk mengatur bahan bakar yang masuk ke sistem pembangkit
tersebut di dalam menyesuaikan kebutuhan bahan bakar tersebut terhadap
perubahan frekuensi. Misalkan pada suatu keadaan tertentu frekuensi turun pada
nilai di bawah normal, penurunan frekuensi ini dirasakan oleh governor dan
governor akan beraksi untuk mengembalikan frekuensi ke nilai normal dengan
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

mengatur bahan bakar yang masuk sistem pembangkit agar dapat memutar turbin
ke putaran normalnya sehingga frekuensi menjadi normal kembali.
Terdapat dua tipe governor yang biasa digunakan yaitu tipe elektronik dan
hidrolik mekanik. Governor elektronik dipasang pada mesin yang baru tetapi yang
paling umum digunakan adalah governor hidrolik mekanik.
Pada governor mekanis, kecepatan putar poros generator yang sebanding
dengan frekuensi yang dihasilkan generator didapat dengan menggunakan bolabola berputar yang menghasilkan gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal ini
dibandingkan dengan gaya mekanik yang didapat dari pegas referensi. Selisih
besarnya gaya sentrifugal dengan pegas ini menjadi sinyal penggerak sistem
mekanis atau sistem hidrolik yang selanjutnya akan menambah uap.

Gambar II.35 Skema Governor


Gambar II.35 menggambarkan skema dan prinsip kerja governor hidrolik
di mana pengukuran frekuensi didapat melalui gaya sentrifugal dari bola-bola
berputar. Tampak adanya sistem umpan balik melalui engsel E untuk
menghentikan kerja governor. Hal ini diperlukan untuk menghindari osilasi
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

(keadaan tidak stabil) pada governor. Besarnya umpan balik dapat diatur melalui
penyetelan posisi engsel E.
Pada governor elektronik, deteksi frekuensi dilakukan melalui generator
kecil yang mempunyai magnet permanen sehingga tegangan jepitnya sebanding
dengan putarannya. Karena generator kecil ini dikopel secara mekanis dengan
poros generator utama maka putarannya sebanding dengan putaran generator
utama, sehingga tegangan jepit generator kecil ini sebanding dengan frekuensi
generator utama. Selanjutnya tegangan jepit generator kecil ini dibandingkan
dengan tegangan referensi di mana selisihnya menajdi sinyal penggerak sistem
elektronik seperti halnya pada governor hidrolik.

Gambar II.36 Pengaturan Sekunder Melalui titik B2


Untuk menghindari terjadinya osilasi pada governor, perlu adanya umpan
balik melalui engsel E yang menghentikan kerja governor. Adanya umpan balik
menyebabkan timbul speed droop, yaitu turunnya frekuensi yang diatur governor.
Intervensi ini disebut pengaturan sekunder. Pengaturan oleh governor sendiri
tanpa intervensi yang menghasilkan speed droop disebut pengaturan primer.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Gambar II.37 Karakteristik Speed Droop


Adanya speed droop governor terlihat pada garis S1 dan S2. Garis S2
menggambarkan keadaaan speed droop yang lebih besar dari pada keadaan garis
S1 yang artinya umpan balik untuk menghasilkan garis S2 lebih besar dari pada
garis S1. Besar kecilnya umpan balik ini diatur dengan melakukan pengaturan
posisi engsel E. Semakin ke kiri letak engsel E, maka semakin besar umpan balik
yang terjadi. Sedangkan sebaliknya, semakin ke kanan letak engsel E ini, maka
semakin kecil umpan balik yang terjadi. Pengaturan sekunder melalui titik B2 dan
mengubah nilai speed droop. Oleh karena itu, pada gambar di atas, pengaturan
sekunder digambarkan sebagai proses pergeseran sejajar garis speed droop yang
telah ada sebelumnya (pada gambar di atas diambil garis S1).
II.6 ALAT PEMBAGI BEBAN GENERATOR
Pasokan listrik ke beban dimulai dengan menghidupkan satu generator,
kemudian secara sedikit demi sedikit beban dimasukkan sampai dengan
kemampuan generator tersebut, selanjutnya menghidupkan lagi generator
berikutnya dan memparalelkan dengan generator pertama untuk memikul beban
yang lebih besar lagi. Saat generator kedua diparalelkan dengan generator
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

pertama yang sudah memikul beban diharapkan terjadinya pembagian beban yang
semula

ditanggung generator pertama, sehingga terjadi kerjasama yang

meringankan sebelum beban-beban selanjutnya dimasukkan. Seberapa besar


pembagian beban yang ditanggung oleh masing-masing generator yang bekerja
paralel akan tergantung jumlah masukan bahan bakar atau uap ke generator diesel
atau turbin uap untuk menggerakkan turbin dalam memutar generator. Jumlah
masukan bahan bakar/ udara, uap ini diatur oleh peralatan atau katub yang
digerakkan governor yang menerima sinyal dari perubahan frekuensi listrik yang
stabil pada 50Hz, yang ekivalen dengan perubahan putaran (rpm) mesin
penggerak utama generator listrik. Bila beban listrik naik maka frekuensi akan
turun, sehingga governor harus memperbesar masukan ( bahan bakar atau uap) ke
mesin penggerak utama untuk menaikkan frekuensinya sampai dengan frekuensi
listrik kembali ke normalnya. Sebaliknya bila beban turun, governor mesinmesin pembangkit harus mengurangi masukan bahan bakar atau uap ke mesinmesin penggerak sehingga putarannya turun sampai putaran normalnya atau
frekuensinya kembali normal pada 50 Hz. Bila tidak ada governor maka mesinmesin penggerak utama generator akan mengalami overspeed bila beban turun
mendadak atau akan mengalami overload bila beban listrik naik.
II.6.1 Prinsip Alat Pembagi Beban Generator
Governor

beroperasi pada mesin penggerak sehingga

generator

menghasilkan keluaran arus yang dapat diatur dari 0 % sampai dengan 100%
kemampuannya. Jadi masukan ke mesin penggerak sebanding dengan keluaran
arus generatornya atau dengan kata lain pengaturan governor 0 % sampai dengan
100 % sebanding dengan arus generator 0% sampai dengan 100 % pada tegangan
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

dan frekuensi yang konstan. Governor bekerja secara hidrolik/mekanis, sedangkan


sinyal masukan dari keluaran arus generator berupa elektris, sehingga masukan ini
perlu diubah ke mekanis dengan menggunakan elektric actuator untuk
menggerakkan motor listrik yang menghasilkan gerakan mekanis yang diperlukan
oleh governor.
Pada beberapa generator yang beroperasi paralel, setelah sebelumnya
disamakan tegangan, frekuensi, beda phasa dan urutan phasanya, perubahan beban
listrik tidak akan dirasakan oleh masing-masing generator pada besaran tegangan
dan frekuensinya selama beban masih dibawah kapasitas total paralelnya,
sehingga tegangan dan frekuensi ini tidak digunakan sebagai sumber sinyal bagi
governor. Untuk itu digunakan arus keluaran dari masing-masing generator
sebagai sumber sinyal pembagian beban sistem paralel generator-generator
tersebut. Saat diparalelkan pembagian beban generator belum seimbang/sebanding
dengan kemampuan masing-masing generator. Alat pembagi beban generator
dipasangkan pada masing-masing rangkaian keluaran generator, dan masingmasing alat pembagi beban tersebut dihubungkan secara paralel satu dengan
berikutnya dengan kabel untuk menjumlahkan sinyal arus keluaran masingmasing generator dan menjumlahkan sinyal kemampuan arus masing-masing
generator. Arus keluaran generator yang dideteksi oleh alat pembagi beban akan
merupakan petunjuk posisi governor berapa % , atau arus yang lewat berapa %
dari kemampuan generator. Hasil bagi dari penjumlahan arus yang dideteksi alatalat pembagi beban dengan jumlah arus kemampuan generator -generator yang
beroperasi paralel dikalikan 100 (%) merupakan nilai posisi governor yang harus

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

dicapai oleh setiap mesin penggerak utama sehingga menghasilkan keluaran


arus yang proprosional dan sesuai dengan kemampuan masing-masing generator.
Bila ukuran generator sama maka jumlah arus yang dideteksi oleh masingmasing alat pembagi beban dibagi jumlah generator merupakan arus beban yang
harus dihasilkan oleh generator setelah governornya diubah oleh electric
actuator yang menerima sinyal dari alat pembagi beban sesaat setelah generator
diparalelkan .

II.6.2 Instalasi Teknis


Dalam prakteknya alat pembagi beban generator dipasang dengan bantuan
komponen-komponen seperti berikut : trafo arus, trafo tegangan (sebagai pencatu
daya), electric actuator, potensiometer pengatur kecepatan dan saklar-saklar
bantu. Lihat pengkabelannya dalam Gambar II.38.

.
Gambar II.38 Pengkabelan Alat Pembagi Beban

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

a. Trafo arus berfungsi sebagai transducer arus keluaran generator sampai


dengan sebesar arus sinyal yang sesuai untuk alat pembagi beban
generator (biasanya maksimum 5 A atau = 100 % kemampuan maksimum
generator)
b. Trafo tegangan berfungsi sebagai sumber daya bagi alat pembagi beban,
umumnya dengan tegangan 110 V AC, 50 Hz; dibantu adapter untuk
keperluan tegangan DC.
c. Electric actuator merupakan peralatan yang menerima sinyal dari alat
pembagi beban sehingga mampu menggerakkan motor DC di governor
sampai dengan arus keluaran generator mencapai yang diharapkan.
d. Potensiometer pengatur kecepatan adalah alat utama untuk mengatur
frekuensi dan tegangan saat generator akan diparalelkan atau dalam proses
sinkronisasi. Tegangan umumnya sudah diatur oleh AVR, sehingga naik
turunnya tegangan hanya dipengaruhi oleh kecepatan putaran mesin
penggerak. Setelah generator dioperasikan paralelkan atau sudah sinkron
dengan yang telah beroperasi kemudian menutup Mccb generator, fungsi
potensiometer pengatur kecepatan ini diambil alih oleh alat pembagi beban
generator. Untuk lebih akuratnya pengaturan kecepatan dalam proses
sinkronisasi secara manual, biasanya terdapat potensiometer pengatur
halus dan potensiometer pengatur kasar.
e. Pada sistem kontrol otomatis pemaralelan generator dapat dilakukan oleh
SPM (modul pemaralel generator) dengan mengatur tegangan dan
frekuensi keluaran dari generator, kemudian mencocokan dengan tegangan
dan frekuensi sistem yang sudah bekerja secara otomatis, setelah cocok
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

memberikan sinyal penutupan ke Mccb generator sehingga bergabung


dalam operasi paralel. Untuk mencocokkan tegangan dan frekuensi dapat
dilihat dalam satu panel sinkron yang digunakan bersama untuk beberapa
generator di mana masing-masing panel generator mempunyai saklar
sinkron di samping SPM-nya.

Dalam Gambar II.39 ditunjukkan penggunaan alat pembagi beban


generator dalam suatu sistem kontrol tenaga generator, kontrol mesin penggerak
dan managemen beban.

Gambar II.39 Penggunaan Alat Pembagi Beban Generator

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Saklar-saklar bantu pada alat pembagi beban generator berfungsi sebagai


alat manual proses pembagian (pelepasan & pengambilan) beban oleh suatu
generator yang beroperasi dalam sistem paralel. Misalnya *saklar 1 ditutup untuk
meminimumkan bahan bakar diesel yang berarti melepaskan beban.* Saklar 3
ditutup untuk menuju pada kecepatan kelasnya (rated speed) yang berarti
pengambilan beban dari generator yang perlu diringankan beban listriknya.
Setelah generator beroperasi secara paralel, generator-generator dengan alat
pembagi bebannya selalu merespon secara aktif segala tindakan penaikan atau
penurunan beban listrik, sehingga masing-masing generator menanggung beban
dengan prosentasi yang sama diukur dari kemampuan masing-masing.

II.7 KAPASITOR BANK


Pembangkit listrik AC mengeluarkan daya listrik dalam bentuk ; daya aktif
(kW) yang akan diubah menjadi daya mwkanik, panas, cahaya dan sebagainya
dan daya reaktif (kVAr) diperlukan oleh peralatan listrik yang bekerja dengan
sistem elektromagnet untuk pembentukan medan magnet. Penjumlahan daya aktif
dan daya reaktif menghasilkan daya nyata (kVA). Di mana perbandingan antara
daya aktif dan daya nyata menghasilkan faktor daya (cos ). Pada umumnya yang
dimaksud daya listrik dengan kualitas baik adalah bila faktor daya > 0.85.
Sedangkan sebagian besar beban di industri adalah motor-motor induksi yang
memilki sifat induktif yang menyebabkan rendahnya nilai faktor daya (cos ).
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dipasang perangkat kapasitor bank.
II.7.1 Daya Aktif dan Daya Reaktif

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Daya aktif, diukur dalam kilowatt (kW), merupakan daya nyata (daya
poros, daya yang sebenarnya) yang digunakan oleh beban untuk melakukan tugas
tertentu. Terdapat beban tertentu seperti motor, yang memerlukan bentuk lain dari
daya yang disebut daya reaktif (kVAR) untuk membuat medan magnet. Walaupun
daya reaktif merupakan daya yang tersendiri, daya ini sebenarnya merupakan
beban (kebutuhan) pada suatu sistim listrik. Berikut dapat dilihat hubungan dari
ketiga daya listrik dalam segitiga daya pada Gambar IV.3 di bawah ini.
P-daya aktif (kW)
cos

S-d

ay

at

Q-daya reaktif
(kVAr)

ota

l (k

VA

Gambar II.40 Segitiga Daya


Penjumlahan vektor daya aktif dan reaktif merupakan daya total (nyata),
diukur dalam kVA (kilo Volts-Amperes). Daya ini merupakan daya yang dikirim
oleh pembangkit ke beban. Secara matematis hal ini dapat dinyatakan sebagai:
kVA

(kW ) 2 + (kVAr ) 2

II.7.2 Koreksi Faktor Daya


Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif (kW) dengan daya total
(kVA), atau kosinus sudut antara daya aktif dan total. Daya reaktif yang tinggi
akan meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi lebih
rendah. Untuk lebih jelasnya dapat kembali dilihat pada gambar sebelumnya yaitu
Gambar IV.3.
Faktor Daya

daya aktif
daya total

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

kW
kVA

= cos
Faktor daya selalu lebih kecil atau sama dengan satu. Secara teoritis, jika
seluruh beban daya yang dipasok oleh pembangkit listrik memiliki faktor daya
satu, daya maksimum yang ditransfer setara dengan kapasitas sistim
pendistribusian. Sehingga, dengan beban yang terinduksi dan jika faktor daya
berkisar dari 0,2 hingga 0,3, kapasitas jaringan distribusi listrik menjadi tertekan.
Jadi, daya reaktif (kVAR) harus serendah mungkin untuk keluaran kW yang sama
dalam rangka meminimalkan kebutuhan daya total (kVA).

II.7.3 Kapasitor untuk Memperbaiki Faktor Daya


Faktor daya dapat diperbaiki dengan memasang kapasitor pengkoreksi
faktor daya pada sistim distribusi daya pabrik. kapasitor bertindak sebagai
pembangkit daya reaktif dan oleh karenanya akan mengurangi jumlah daya
reaktif, juga daya total yang dihasilkan oleh bagian utilitas.

Gambar II.41 Kapasitor Sebagai Arus kVAr


Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Tabel II.1 Daftar Faktor Daya

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Sebelum
Kompensasi

cos
0,40
0,41
0,42
0,43
0,44
0,45
0,46
0,47
0,48
0,49
0,50
0,51
0,52
0,53
0,54
0,55
0,56
0,57
0,58
0,59
0,60
0,61
0,62
0,63
0,64
0,65
0,66
0,67
0,68
0,69
0,70
0,71
0,72
0,73
0,74
0,75
0,76
0,77
0,78
0,79
0,80
0,81
0,82
0,83
0,84
0,85
0,86
0,87
0,88
0,89
0,90

Sesudah Kompensasi (Faktor Daya Yang Diinginkan)

0,85
1,67
1,60
1,54
1,48
1,42
1,36
1,31
1,26
1,21
1,16
1,11
1,07
1,02
0,98
0,94
0,90
0,86
0,82
0,78
0,75
0,71
0,68
0,65
0,61
0,58
0,55
0,52
0,49
0,46
0,43
0,40
0,37
0,34
0,32
0,29
0,26
0,24
0,21
0,18
0,16
0,13
0,10
0,08
0,05
0,03
0,00
-

0,86
1,70
1,63
1,57
1,51
1,45
1,39
1,34
1,28
1,23
1,19
1,14
1,09
1,05
1,01
0,97
0,93
0,89
0,85
0,81
0,78
0,74
0,71
0,67
0,64
0,61
0,58
0,54
0,51
0,48
0,46
0,43
0,40
0,37
0,34
0,32
0,29
0,26
0,24
0,21
0,18
0,16
0,13
0,10
0,08
0,05
0,03
0,00
-

0,87
1,72
1,66
1,59
1,53
1,47
1,42
1,36
1,31
1,26
1,21
1,17
1,12
1,08
1,03
0,99
0,95
0,91
0,87
0,84
0,80
0,77
0,73
0,70
0,67
0,63
0,60
0,57
0,54
0,51
0,48
0,45
0,43
0,40
0,37
0,34
0,32
0,29
0,26
0,24
0,21
0,18
0,16
0,13
0,10
0,08
0,05
0,03
0,00
-

0,88
1,75
1,68
1,62
1,56
1,50
1,44
1,39
1,34
1,29
1,24
1,19
1,15
1,10
1,06
1,02
0,98
0,94
0,90
0,86
0,83
0,79
0,76
0,73
0,69
0,66
0,63
0,60
0,57
0,54
0,51
0,48
0,45
0,42
0,40
0,37
0,34
0,32
0,29
0,26
0,24
0,21
0,18
0,16
0,13
0,10
0,08
0,05
0,03
0,00
-

0,89
1,78
1,71
1,65
1,59
1,53
1,47
1,42
1,37
1,32
1,27
1,22
1,17
1,13
1,09
1,05
1,01
0,97
0,93
0,89
0,86
0,82
0,79
0,75
0,72
0,69
0,66
0,63
0,60
0,57
0,54
0,51
0,48
0,45
0,42
0,40
0,37
0,34
0,32
0,29
0,26
0,24
0,21
0,19
0,16
0,13
0,11
0,08
0,05
0,03
0,00
-

0,90
1,81
1,74
1,68
1,62
1,56
1,50
1,45
1,39
1,34
1,29
1,25
1,20
1,16
1,12
1,07
1,03
1,00
0,96
0,92
0,88
0,85
0,81
0,78
0,75
0,72
0,68
0,65
0,62
0,59
0,56
0,54
0,51
0,48
0,45
0,42
0,40
0,37
0,34
0,32
0,29
0,27
0,24
0,21
0,19
0,16
0,13
0,11
0,08
0,06
0,03
0,00

0,91
1,84
1,77
1,71
1,64
1,59
1,53
1,47
1,42
1,37
1,32
1,28
1,23
1,19
1,14
1,10
1,06
1,02
0,99
0,95
0,91
0,88
0,84
0,81
0,78
0,74
0,71
0,68
0,65
0,62
0,59
0,56
0,54
0,51
0,48
0,45
0,43
0,40
0,37
0,35
0,32
0,29
0,27
0,24
0,22
0,19
0,16
0,14
0,11
0,08
0,06
0,03

0,92
1,87
1,80
1,73
1,67
1,61
1,56
1,50
1,45
1,40
1,35
1,31
1,26
1,22
1,17
1,13
1,09
1,05
1,02
0,98
0,94
0,91
0,87
0,84
0,81
0,77
0,74
0,71
0,68
0,65
0,62
0,59
0,57
0,54
0,51
0,48
0,46
0,43
0,40
0,38
0,35
0,32
0,30
0,27
0,25
0,22
0,19
0,17
0,14
0,11
0,09
0,06

0,93
1,90
1,83
1,77
1,70
1,65
1,59
1,54
1,48
1,43
1,38
1,34
1,29
1,25
1,20
1,16
1,12
1,08
1,05
1,01
0,97
0,94
0,90
0,87
0,84
0,81
0,77
0,74
0,71
0,68
0,65
0,62
0,60
0,57
0,54
0,51
0,49
0,46
0,43
0,41
0,38
0,35
0,33
0,30
0,28
0,25
0,22
0,20
0,17
0,14
0,12
0,09

0,94
1,93
1,86
1,80
1,74
1,68
1,62
1,57
1,52
1,46
1,42
1,37
1,32
1,28
1,24
1,20
1,16
1,12
1,08
1,04
1,01
0,97
0,94
0,90
0,87
0,84
0,81
0,78
0,75
0,72
0,69
0,66
0,63
0,60
0,57
0,55
0,52
0,49
0,47
0,44
0,41
0,39
0,36
0,34
0,31
0,28
0,26
0,23
0,20
0,18
0,15
0,12

0,95
1,96
1,90
1,83
1,77
1,71
1,66
1,60
1,55
1,50
1,45
1,40
1,36
1,31
1,27
1,23
1,19
1,15
1,11
1,08
1,04
1,00
0,97
0,94
0,90
0,87
0,84
0,81
0,78
0,75
0,72
0,69
0,66
0,64
0,61
0,58
0,55
0,53
0,50
0,47
0,45
0,42
0,40
0,37
0,34
0,32
0,29
0,26
0,24
0,21
0,18
0,16

0,96
2,00
1,93
1,87
1,81
1,75
1,69
1,64
1,59
1,54
1,49
1,44
1,39
1,35
1,31
1,27
1,23
1,19
1,15
1,11
1,08
1,04
1,01
0,97
0,94
0,91
0,88
0,85
0,82
0,79
0,76
0,73
0,70
0,67
0,64
0,62
0,59
0,56
0,54
0,51
0,48
0,46
0,43
0,41
0,38
0,35
0,33
0,30
0,28
0,25
0,22
0,19

0,97
2,04
1,97
1,91
1,85
1,79
1,73
1,68
1,63
1,58
1,53
1,48
1,44
1,39
1,35
1,31
1,27
1,23
1,19
1,15
1,12
1,08
1,05
1,01
0,98
0,95
0,92
0,89
0,86
0,83
0,80
0,77
0,74
0,71
0,69
0,66
0,63
0,60
0,58
0,55
0,53
0,50
0,47
0,45
0,42
0,40
0,37
0,34
0,32
0,29
0,26
0,23

0,98
2,09
2,02
1,96
1,90
1,84
1,78
1,73
1,67
1,62
1,58
1,53
1,48
1,44
1,40
1,36
1,32
1,28
1,24
1,20
1,17
1,13
1,10
1,06
1,03
1,00
0,97
0,94
0,90
0,88
0,85
0,82
0,79
0,76
0,73
0,71
0,68
0,65
0,63
0,60
0,57
0,55
0,52
0,49
0,47
0.44
0,42
0,39
0,36
0,34
0,31
0,28

0,99
2,15
2,08
2,02
1,96
1,90
1,84
1,79
1,74
1,69
1,64
1,59
1,54
1,50
1,46
1,42
1,38
1,34
1,30
1,26
1,23
1,19
1,16
1,12
1,09
1,06
1,03
1,00
0,97
0,94
0,91
0,88
0,85
0,82
0,79
0,77
0,74
0,71
0,69
0,66
0,63
0,61
0,58
0,56
0,53
0,50
0,48
0,45
0,42
0,40
0,37
0,34

1,00
2,29
2,22
2,16
2,10
2,04
1,98
1,93
1,88
1,83
1,78
1,73
1,69
1,64
1,60
1,56
1,52
1,48
1,44
1,40
1,37
1,33
1,30
1,27
1,23
1,20
1,17
1,14
1,11
1,08
1,05
1,02
0,99
0,96
0,94
0,91
0,88
0,86
0,83
0,80
0,78
0,75
0,72
0,70
0,67
0,65
0,62
0,59
0,57
0,54
0,51
0,48

BAB III
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP


DAN DIESEL PT. MUSIM MAS MEDAN
III.1 BLOK DIAGRAM UAP DAN AIR

Gambar III.1 Blok Diagram Alir Uap dan Air PT. Musim Mas
Keterangan gambar :
P-1

: pipa uap utama boiler 1

P-2

: pipa uap utama boiler 2

P-3

: pipa uap utama boiler 3

P-4

: pipa uap utama boiler 4

V-1

: valve / keran uap dari boiler 1 ke header

V-2

: valve / keran uap dari boiler 2 ke header

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

V-3

: valve / keran uap dari boiler 3 ke header

V-4

: valve / keran uap dari boiler 4 ke header

V-5

: control valve uap dari header ke plan alkohol

V-6

: control valve uap dari header ke plan speciallity fat

V-7

: control valve uap dari header ke plan MTC

V-8

: control valve uap dari header ke plan fatty acid I / II

V-9

: valve uap dari boiler 4 ke turbin 4

V-10 : valve uap dari header ke turbin 1 dan 3


V-11 : valve uap dari header ke turbin 2
V-12 : valve uap dari header ke turbin 1
V-13 : main valve uap ke turbin 4
V-14 : main valve uap ke turbin 3
V-15 : control valve air kondensat turbin 4 ke deaerator 3
V-16 : control valve air kondensat turbin 3 ke deaerator 1 dan 2
V-17 : valve manual air ke feed tank 1
V-18 : valve manual air ke feed tank 2
V-19 : valve manual air ke feed tank 3
V-20 : main valve uap ke turbin 1
V-21 : main valve uap ke turbin 2
V-22 : control valve air kondensat turbin 1 ke deaerator 1 dan 2
V-23 : Back Pressure Valve (control valve)

Sistem pembangkit di PT. Musim Mas Medan menggunakan empat unit


boiler sebagai pemanas airnya untuk menghasilkan uap. Untuk boiler 1 sampai
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

boiler 3 memiliki kapasitas yang sama yaitu tekanan uap maksimal 30 bar dengan
temperatur maksimal 300 0C. Sedangkan untuk boiler 4 memilki kapasitas yang
berbeda dengan boiler lainnya yaitu tekanan uap 40 bar dengan temperatur uap
400 0C.
Di dalam operasi normal turbin artinya tidak kekurangan daya listrik ke
beban, maka turbin yang beroperasi adalah turbin 2 dan turbin 4. Sedangkan
turbin 1 dan turbin 3 adalah cadangan untuk beban puncak dan apabila ada
gangguan di turbin 2 dan turbin 4. Begitu juga dengan boiler, untuk operasi
normal, boiler yang beroperasi hanya tiga unit dari empat unit yang ada yaitu dua
dari boiler 1, 2, 3 dan satu lagi boiler 4. Untuk boiler 1, 2, 3 mensuplai uapnya
terlebih dahulu ke header sebelum diberikan ke turbin. Oleh karena itu perlu
dilakukan sinkronisasi boiler sebelum uap-uapnya di masukkan ke header, yaitu
dengan menyamakan tekanan uapnya yaitu sebesar 30 bar untuk setiap bolier yang
akan disinkron. Untuk boiler 4 digunakan khusus untuk mensuplai uap ke turbin 4
yang memiliki daya yang cukup besar yaitu 10 MW.
Ada dua jenis tipe turbin yang dipergunakan pada sistem pembangkit ini,
yaitu :
1. turbin tipe kondensing
2. turbin tipe back pressure.
III.1.1. Turbin Tipe Kondensing
Turbin tipe kondensing adalah turbin yang menggunakan kondensor, di
mana uap yang dipakai ke turbin akan diembunkan kembali menjadi air di
kondensor untuk dikembalikan ke boiler melalui deaerator. Selain dari itu,
kondensor juga berfungsi untuk meringankan kerja turbin dengan menambahkan
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

sistem injector ke sistem kondensor pada pembangkit ini. Prinsip kerja sistem
injector ini yaitu dengan meng-inject-kan uap untuk menghasilkan vakum di
kondensor, sehingga vakum ini akan membantu kerja turbin dengan cara
menghisap udara dari turbin, sehingga meringankan kerja turbin untuk memutar
generator. Uap yang di-inject-kan ke injector langsung berasal dari uap boiler
dengan tekanan uap maksimal 15 bar yang dikontrol oleh keran kontrol (control
valve).
Main valve

Inlet steam 30 bar

turbine
P-15

uap
exhaust
ruptured disc
kondensor
kondensor

hot well

boiler

safety valve
air kondensat

air dari injector


P-20
P-17

control valve
motive steam 15 bar

P-17

pompa
kondensat

Sistem injector

exhaust

air pendingin
injector
Control valve ke boiler

Control valve

Gambar III.2 Blok Diagram Kondensor dan Injector PT. Musim Mas
Di dalam operasionalnya, pembangkit jenis ini harus benar-benar dijaga
kevakumannya karena sangat berpengaruh terhadap kinerja turbin di dalam
memutar generator. Dalam kondisi pembangkit stop atau keluar dari sistem
jaringan listrik, maka nilai tekanan di dalam kondensor adalah 1000 mbar atau
nilai kevakumannya (daya hisap uap exhaust turbin ke injector) adalah 0 mmHg
atau dengan kata lain sistem injector tidak aktif menghisap udara dari kondensor.
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Dalam kondisi operasi normal atau pembangkit berada di sistem jaringan listrik,
nilai tekanan kondensor dijaga berada di nilai 60 mbar sampai 200 mbar sesuai
dengan beban yang dipikulnya.
Berikut ini adalah contoh perhitungan nilai kevakuman kondensor :
misalkan di lapangan dengan daya pembangkit (P) = 1200 kW, didapat :
tekanan kondensor (P)

= 60 mbar

maka nilai vakumnya

= - 760 mmHg -
x760mmHg

1000 mbar

60 mbar
= - 760 mmHg -
x760mmHg

1000 mbar

= - 714,4 mmHg

Artinya dengan tekanan kondensor 60 mbar (gauge pressure) sama dengan 714,4
mmHg (absolute pressure / tanda minus menunjukkan absolute) injector
menghisap udara dari kondensor.
air kondensat masuk
pipa dari kondensor

air kondensat
keluar

motive steam /
control valve 15 bar

uap 30 bar boiler

auger
valve
tabung injector

exhaust

exhaust

tekanan tinggi
tekanan rendah
air pendingin injector

Gambar III.3 Sistem Kerja Injector PT. Musim Mas


Untuk konsumsi uap, turbin jenis ini mempunyai karakter tersendiri. Di
dalam operasionalnya, semakin tinggi beban yang dipikul pembangkit maka
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

pembangkit akan mensuplai daya yang semakin besar pula diikuti dengan
konsumsi uap yang besar untuk memutar rotor turbin.
Pembangkit tipe kondensing di perusahaan ini ada 3 unit, yaitu Turbin 1
kapasitas 2400 kW, Turbin 3 kapasitas 4000 kW dan Turbin 4 kapasitas 10 MW.
Ketiga unit pembangkit ini memiliki karakter dan prinsip kerja yang sama. Oleh
karena itu, maka diambil Turbin 3 sebagai contoh. Berikut ini adalah karakteristik
konsumsi uap dari pembangkit ini.
Tekanan uap masuk (barG)

: 30.0

Suhu uap masuk (0C)

: 300.0

Tekanan uap keluar (barA)

: 0.100

Putaran per menit (RPM)

: 4500

25000

no HV closed

1 HV closed
20000

Steam Flow (kg / HR)

2 HV closed

all HV closed

15000

10000

5000

4500 RPM

0
0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

Power Output (kW)

Gambar III.4 Kurva Karakteristik Pembangkit


Dari Gambar III.4 di atas, maka dapat dicari konsumsi uap untuk 1 kW
melalui perhitungan di bawah ini :
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Untuk daya 500 kW, konsumsi uap (steam flow) = 5200 kg / HR dengan catatan
seluruh hand valve dalam kondisi tertutup, maka :
500kW
Untuk 1 kW, steam flow (X)
1kW

500(X)

5200 kg
=

HR

= 5200 kg

5200 kg

= 10,4 kg

HR

HR

500
HR

Atau dengan kata lain, pembangkit ini mengkonsumsi uap untuk 1 kW adalah
sebesar 10,4 kg setiap jamnya.

casing turbin
noozle

rotor turbin

hand valve

uap masuk

penampang
noozle

uap ke
kondensor

Gambar III.5 Konstruksi Turbin

III.1.2. Turbin Tipe Back Pressure

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Turbin tipe back pressure adalah turbin yang menggunakan tangki


penampung uap dari turbin, di mana uapnya masih digunakan untuk keperluan
lain. Turbin jenis ini dirancang agar uap keluarannya (exhaust steam) memiliki
tekanan yang sudah ditentukan untuk keperluan tertentu. Misalkan untuk
perusahaan PT. Musim Mas, turbinnya dirancang agar tekanan uap keluarannya
(exhaust steam pressure) berkisar di 4,0 bar, dan di tangki back pressure tekanan
itu dijaga sekitar 3,0 sampai 3,6 bar. Untuk menjaga tekanan di tangki, maka
ditambahkan pada sistem back pressure sebuah keran kontrol (control valve)
untuk menjaga tangki back pressure tidak kelebihan tekanan. Dan apabila terjadi
kelebihan tekanan di tangki, maka control valve akan membuka mebuang uap
sampai tekanan di tangki seperti yang diharapkan. Jika terjadi kekurangan tekanan
di tangki, maka pembangkit perlu ditambah beban sekitar beberapa kW, sehingga
governor akan membuka memasukkan uap ke turbin sesuai dengan kebutuhan
beban yang ditambah, sehingga tekanan keluaran turbin akan bertambah diikuti
dengan naiknya tekanan di tangki back pressure.
main valve
inlet steam 30 bar
uap yang
dipakai

by pass
valve

turbine
Back Pressure
Valve (BPV)
uap
buangan

uap
exhaust

tangki back
pressure

boiler

drain valve

Gambar III.6 Turbin Tipe Back Pressure

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Turbin back pressure memiliki karakteristik yang berbeda dibanding


dengan turbin tipe condensing. Perbedaannya terletak pada banyaknya konsumsi
uap untuk turbin. Turbin jenis ini mengkonsumsi lebih banyak uap dari pada
turbin jenis kondensing dengan tujuan uap keluaran dari turbin (steam exhaust)
masih akan dipakai untuk keperluan lain, dalam hal ini uap tersebut dipakai untuk
keperluan proses dari pabrik yaitu untuk memanaskan bahan baku. Berikut ini
akan dijelaskan mengenai karakteristik dari turbin tipe back pressure.
Tekanan uap masuk (barG)

: 30.0

Suhu uap masuk (0C)

: 300.0

Tekanan uap keluar (barG)

: 3,2

Putaran per menit (RPM)

: 7000

45000

40000

35000

Steam Flow (kg / HR)

30000

25000

20000

15000

10000

5000

0
0

500

1000

1500

2000
Power Output (kW)

2500

3000

Gambar III.7 Kurva Karakteristik Pembangkit


Dari gambar III.7 di atas dapat dilihat konsumsi uap untuk setiap beban
yang dipikul dari pembangkit jenis ini. Dapat juga diketahui konsumsi uap untuk
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

3500

1000 kW adalah 17000 kg / hr. Maka untuk 1 kW adalah sekitar 17 kg / hr. Ini
berarti konsumsi uap untuk turbin jenis back pressure mengkonsumsi uap lebih
banyak dari pada turbin jenis kondensing.

III.2 OPERASIONAL PLTU PT. Musim Mas KIM II Medan


Pembangkit Listrik Tenaga Uap di PT. Musim Mas terdiri dari empat unit
yaitu :
1.1. Turbin 1 dengan kapasitas 2400 kW
1.2. Turbin 2 dengan kapasitas 3200 kW
1.3. Turbin 3 dengan kapasitas 4000 kW
1.4. turbin 4 dengan kapasitas 10 MW
1.1. Turbin 1
Turbin 1 adalah turbin jenis kondensing dengan kapasitas terpasangnya
adalah 2400 kW. Untuk operasional pembangkit ini, ada beberapa parameter
penting yang harus diperhatikan agar pembangkit ini dapat beroperasi dengan
normal. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar sistem pembangkit
berikut ini.
manual valve

inlet steam 30 bar

steam
boiler
governor
gear box
turbin
uap

cooling tower
kondensor

exhaust
steam
ke deaerator
(boiler)
pompa
kondensor

pompa
cooling tower

control
valve

hot well
pompa
vacuum

pipa air water treatment

air
air cooling tower
uap

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Gambar III.8 Sistem Turbin 1 PT. Musim Mas KIM II Medan


Sistem dari turbin 1 terdiri dari satu unit turbin uap dengan kecepatan
putaran 6792 rpm dengan unit gear box sebagai transformer putaran menjadi 1500
rpm di generatornya sehingga generator dapat menghasilkan frekuensi listrik 50
Hz. Generator yang digunakan untuk turbin 1 ini adalah generator sinkron dengan
spesifikasi sebagai berikut :
-

generator AVK

pf

: 0.80

rotation direct

: left

rotation

: 1500 rpm

excitation

: 57 V, 4.7 A

insul class

:H

Aux excitation

: 80 V 50 Hz

Beberapa komponen pendukung kerja turbin 1 adalah sebagai berikut :


1. Cooling tower berfungsi sebagai pendingin air yang digunakan untuk
kondensor dan pendingin oli pelumasan mesin.
2. Kondensor berfungsi sebagai tempat terjadinya kondensasi di mana uap
berubah menjadi air. Di dalam operasionalnya, kondensor harus dijaga
tekanannya atau nilai kevakumannya, karena sangat berpengaruh terhadap
kinerja turbin.
3. Pompa cooling tower berfungsi untuk sirkulasi air ke kondensor.
4. Pompa kondensor berfungsi untuk memompakan air dari hot well ke
deaerator boiler atau kembali ke hot well kondensor agar level air tetap
terjaga di hot well. Di mana pengaturan ini diatur oleh sebuah control
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

valve, jika level air di hot well terlalu rendah, maka control valve akan
membuka banyak memasukkan air ke hot well dan jika sudah sesuai
dengan level yang diinginkan, maka control valve akan menutup sehingga
air akan dialirkan ke deaerator. Ini sangat penting karena sangat
mempengaruhi nilai kevakuman dari kondensor yaitu jika level air naik
maka vakum akan turun di mana vakum dijaga minimal 30 cmHg.
5. Pompa vakum berfungsi untuk menghisap udara dari kondensor sehingga
kevakuman di kondensor terjaga.
6. Pompa oli berfungsi untuk mensirkulasikan oli ke mesin turbin seperti
gear box, bearing turbin, bearing generator, dengan tujuan untuk
mendinginkan komponen-komponen mesin tersebut. Pompa oli ini terdiri
dari dua yaitu pompa oli utama (mechanical pump) yang dikopelkan
langsung ke gearbox turbin dan pompa oli bantu (auxilary oil pump) yaitu
berupa motor induksi yang beroperasi ketika turbin proses start dan stop
running.
Di dalam memulai operasi turbin 1, ada beberapa prosedur kerja atau urutan
kerja yang harus dilakukan antara lain :
1. mengaktifkan terlebih dahulu pompa oli bantu (auxilary oil pump) untuk
melakukan pelumasan ke mesin agar suhu mesin tidak terlalu tinggi.
2. setiap pompa-pompa pendukung diaktifkan yaitu pompa cooling tower,
pompa kondensat, pompa vakum dan kipas cooling tower agar air cooling
tower tetap dingin.
3. buka sedikit valve utama (manual valve) untuk mengatur sealing steam di
mana sealing steam diatur dengan tekanan 0.5 sampai 0.8 kgf/cm2. Sealing
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

steam berfungsi untuk menjaga casing turbin tidak dimasuki udara atau
uap yang di dalam turbin tidak keluar dari casing.
4. setelah vakum mencapai 50-55 cmHg, aktifkan governor dengan
mengaktifkan hand-trip pada governor agar uap dapat masuk ke turbin.
5. jalankan turbin melalui panel kontrol dengan kecepatan awal 500 rpm
terlebih dahulu, 700 rpm, 1000 rpm sampai kecepatan normalnya 1500
rpm.
6. setelah turbin berjalan normal 1500 rpm, cek semua kondisi turbin untuk
memastikan semua komponen aman dan turbin siap untuk disinkronkan ke
jaringan.
7. setelah sinkron, lakukan pembebanan perlahan sesuai dengan kapasitas
turbin. Dalam hal ini, turbin 1 berkapasitas 2400 kW.
Berikut ini adalah beberapa parameter yang harus diperhatikan ketika
turbin 1 sedang beroperasi di dalam beberapa tabel berikut ini.
Tabel III.1 Daya per Jam (13 Januari 2009)
waktu
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00

kuat arus (A)


R
S
T
1950
1950
1950
1900
1900
1900
1850
1850
1850
2250
2250
2250
2150
2150
2150
1900
1900
1900
1800
1800
1800
1900
1900
1900
2300
2300
2300
2050
2050
2050
2300
2300
2300
2050
2050
2050
2200
2200
2200
2400
2400
2400
1700
1700
1700
1450
1450
1450
1950
1950
1950

daya
(kW)
1250
1200
1100
1400
1350
1150
1100
1250
1500
1250
1500
1250
1400
1600
1050
850
1200

actuator
(%)
44
43
42
48
45
42
40
44
51
44
51
44
49
49
39
35
44

tegangan
(V)
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400

frekuensi
(Hz)
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50

pf
0.92
0.92
0.91
0.91
0.92
0.92
0.9
0.91
0.93
0.91
0.92
0.91
0.91
0.92
0.9
0.89
0.92

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00

2000
1800
1700
1800
1800
1700
1800

2000
1800
1700
1800
1800
1700
1800

2000
1800
1700
1800
1800
1700
1800

1300
1150
1050
1200
1150
1050
1200

45
44
41
42
44
41
42

400
400
400
400
400
400
400

50
50
50
50
50
50
50

0.92
0.92
0.9
0.9
0.92
0.9
0.9

Tabel III.2 Turbine 1 Log Sheet

waktu

inlet
steam
press
(bar)

steam
chest
(kgF/
cm2)

exh.
steam
press
(cm
Hg)

sealing
steam
(kgF/
cm2)

9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00

27.8
27.7
27.5
27.5
27.3
27.8
27.3
27.3
27.5
27.7
27.4
27.7
27.2
27.5
27.2
27.5
27.5
27.5
27
27
27.6
27
27
27.6

14
13
12.5
15
14
12
11.5
11.5
17
13.5
17
13.5
16
17
11.5
9.4
13.6
14.2
14.7
11.7
12.2
14.7
11.7
12.2

66
65
64
65
65
64
66
66
65
65
65
65
64
62
67
69
66
66
66
66
66
66
66
66

0.74
0.73
0.73
0.72
0.72
0.72
0.77
0.73
0.71
0.72
0.7
0.72
0.7
0.7
0.7
0.7
0.71
0.7
0.71
0.7
0.7
0.71
0.7
0.7

oil cooler temp (0C )

speed
(rpm)

lub oil
to
brg(kgF/
cm2)

oil
in

oil out

CW
in

CW
out

tbn
brg

1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500

1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.3

52
54
55
55
54
53
52
52
53
54
54
54
55
55
53
53
54
54
54
53
53
54
53
53

44.4
44.9
45.3
45.1
45.1
44.8
44.5
44.8
45.4
45.6
45.8
45.7
46.2
46.9
44.3
43.7
44.7
44.7
44.7
43.9
44.2
44.7
43.9
44.2

30
30
30
30
30
30
30
30
31
31
31
31
31
32
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30

32
32
32
32
32
32
32
32
33
33
33
33
33
34
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32

56.4
56.7
56.8
57
56.8
56.7
55.4
56.1
57.3
57.2
58.3
58.2
58.2
58.2
55.8
54.7
56.5
56.8
56.8
55.5
55.9
56.8
55.5
55.9

reduction gear bearing temp (0C)


pinion
pinon
wheel
wheel
brg
brg
brg
brg
(tbn
(gen
(tbn
(gen
side)
side)
side)
side)
57.6
57.7
52.5
46.5
57
57.7
52.8
46.9
57.4
58.2
53.1
47.5
57.1
58.9
54
47.4
57
58.6
53.6
47.3
57.1
57.5
52.7
47.1
56.9
57.2
51.9
46.8
57.1
58
52.8
47.1
57.1
59.3
54.4
47.6
57.6
59
53.8
47.9
57.3
59.7
55.2
47.9
57.4
59.6
55.2
47.8
57.8
59.7
55.2
48.3
57.5
59.4
55.1
47.9
56.7
56.7
51.7
46.2
56.6
56
50.6
45.8
56.7
58
52.9
46.5
56.7
58.3
53.2
46.6
56.7
58.1
53.1
46.8
56.4
56.5
51.5
45.9
56.7
56.9
51.8
46.3
56.7
58.1
53.1
46.8
56.4
56.5
51.5
45.9
56.7
56.9
51.8
46.3

Tabel III.3 Turbine 1 Vacuum Condenser Log Sheet

waktu

9:00
10:00
11:00
12:00

condenser
press
(cm.Hg)

hot
well
temp
(0C)

hot well
level

60
60
60
61

45
45
44
45

normal
normal
normal
normal

CW. Temp
(0C)
inlet

outlet

30
30
30
30

36
36
36
36

positioner air press (kgF/cm2)


air
supply
press
2.6
2.6
2.6
2.6

liquid level controller


(kgF/cm2)

output press

signal press

air supply

control press

1.3
1.3
1.4
1.3

0.65
0.65
0.7
0.65

1.5
1.5
1.5
1.5

0.65
0.65
0.7
0.65

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00

61
62
62
61
60
61
59
61
60
59
62
62
61
62
62
62
62
62
62
62

46
43
42
45
49
47
50
48
48
49
42
39
44
45
45
42
43
45
42
43

normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal

30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
28
27
28
28
28
28
28
28
28
28

36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
35
34
35
35
35
35
35
35
35
35

2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6

1.4
1.4
1.4
1.4
1.3
1.4
1.3
1.4
1.3
1.4
1.5
1.5
1.4
1.4
1.4
1.4
1.4
1.4
1.4
1.4

0.7
0.7
0.7
0.7
0.65
0.7
0.65
0.7
0.65
0.7
0.75
0.75
0.68
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7

1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5

0.65
0.65
0.65
0.65
0.65
0.65
0.6
0.65
0.65
0.62
0.7
0.73
0.65
0.65
0.65
0.66
0.68
0.65
0.66
0.68

Tabel III.4 Turbine 1 Pumps Log Sheet

waktu
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00

suc.
press
(cm.Hg)
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
15
15
15
15
15
15
15
15
15

cooling water pump


disc.
current
Press
(A)
2
(kgF/cm )
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125
1.7
125

condensate pump

vacuum pump

pump
no.

suc. press
(cm.Hg)

disc. Press
(kgF/cm2)

pump
no.

vacuum
(cm.Hg)

pump
no.

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

50
50
51
51
51
51
51
51
50
50
50
50
50
50
51
50
50
50
50
50
50
50
50
50

0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

53
53
53
53
53
53
53
53
50
52
50
50
50
50
53
54
53
53
53
53
53
53
53
53

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Keterangan :
Exh.

: exhaust

Tbn

: turbine

Lub.

: lubrication

Disc. : discharge

Brg

: bearing

Suc.

: suction

CW

: Cooling Water

Gen

: generator

Dapat dilihat dari beberapa tabel operasional turbin di atas, kondisi


parameter turbin 1 ketika beroperasi setiap jamnya. Naik turunnya beban yang
dipikul turbin 1 akan sangat mempengaruhi beberapa parameter salah satunya
adalah governor. Parameter governor ini dapat dilihat pada Tabel III.1 Daya per
Jam yaitu nilai actuator dalam persen (%). Misalkan untuk pukul 9.00 actuatornya
adalah 44 yang berarti untuk beban 1250 kW pada pukul 9.00 WIB valve
governor terbuka sebesar 44 % dalam memasukkan uap ke turbin atau dengan
kata lain, semakin besar beban yang dipikul turbin 1 maka valve governor akan
membuka semakin besar pula untuk memasukkan uap atau sebaliknya. Nilai
beban juga mempengaruhi nilai steam chest, di mana steam chest adalah nilai
tekanan uap yang diperlukan untuk beban generator yang sedang beroperasi. Nilai
steam chest ini berbanding lurus dengan nilai beban yang sedang dilayani oleh
generator turbin 1. Untuk perhitungan nilai steam chest dapat dilihat di bawah ini :

dari tabel di atas untuk jam 09.00 WIB


- inlet steam press

= 27.8 bar

- Maka untuk beban penuh 2400 kW,


Steam chest = inlet steam press = 27.8 bar
Untuk beban pukul 09.00 WIB, nilai steam chest-nya adalah :
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

steam chest beban penuh (bar )


beban yang dipikul generator (kW )
beban penuh (kW )
Steam chest

27.8
1250
2400

= 14.48 bar (1 bar = 0.9806 kgF/cm2)


= 14.199088 kgF/cm2

Untuk jam 10.00 WIB


Inlet steam press

= 27.7 bar

Steam chest

27.7
1200
2400

= 13.85 bar
= 13.58131 kgF/cm2
Demikian seterusnya nilai perhitungan steam chest untuk setiap beban
yang dipikul oleh turbin 1. Atau dengan kata lain nilai yang diperoleh melalui
perhitungan identik sama dengan nilai yang diperoleh di lapangan (nilai
pengukuran).
Ada beberapa parameter lain selain dari dua parameter yang sudah
diuraikan di atas yang sangat mempengaruhi kinerja dari turbin 1. Parameterparameter tersebut merupakan parameter yang benar-benar harus diperhatikan
agar turbin 1 tidak trip, antara lain adalah sebagai berikut :
1. nilai vakum, di mana vakum dijaga minimal 30 cmHg.
2. nilai exhaust steam minimal 10 cmHg
3. tekanan lub oil
4. vibrasi dari mesin turbin dan generator
5. suhu mesin tidak lebih dari 75 0C
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

6. over speed pada putaran 1750 rpm.


Dalam pengoperasiannya, turbin 1 hanya digunakan ketika beban puncak,
atau penggunaannya hanya berlangsung dalam beberapa jam saja di mana PLN
tidak mensuplai listriknya ke PT. Musim Mas yaitu beban yang seharusnya
dipikul PLN akan dipindahkan ke turbin 1. Setelah beberapa jam beban puncak
atau dengan kata lain PLN kembali mensuplai listriknya ke PT. Musim Mas, maka
beban PLN yang ada di turbin 1 dikembalikan ke PLN dan turbin 1 segera
dihentikan operasinya. Di dalam menghentikan turbin 1, ada beberapa prosedur
yang harus dilakukan antara lain adalah sebagai berikut :
1. mengurangi beban yang dipikul turbin 1 sampai 0 kW
2. setelah CB turbin 1 terbuka, maka hentikan turbin 1 melalui panel kontrol
turbin, dalam hal ini turbin 1 menggunakan panel control merek
Woodward 505 dengan menekan STOP lalu YES. Maka secara
otomatis putaran turbin akan berkurang sampai 0 rpm.
3. mengaktifkan pompa oli Bantu (auxiliary oil pump), hal ini diperlukan
karena minyak adalah medium pendingin untuk menghilangkan panas
pada mesin turbin dan generator.
4. menutup valve utama uap dan memastikan uap tidak masuk ke turbin
selama turbin stop dan meg-off-kan hand trip pada turbin.
5. membuka semua valve drain untuk membuang air yang ada di turbin agar
turbin tidak mengandung air yang dapat menyebabkan turbin korosi.
6. memastikan semua motor pompa seperti pompa kondensat, vakum telah
stop kecuali pompa cooling tower, motor kipas cooling tower, pompa oli

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

bantu tetap dibiarkan beroperasi selama 30 menit untuk proses


pendinginan turbin dan generator.
1.2. Turbin 2
Turbin 2 adalah turbin tipe back pressure dengan daya maksimalnya
adalah sebesar 3200 kW. Turbin ini dirancang dengan jenis back pressure karena
uap keluarannya (exhaust steam) masih digunakan lagi untuk keperluan lain,
dalam hal ini digunakan untuk memanaskan bahan baku di beberapa plant-plant
lain di perusahaan ini. Sehingga dalam pengoperasiannya turbin ini harus
mengikuti nilai tekanan back pressure-nya melalui parameter seting BPV (Back
Pressure Valve) yaitu sebesar 3.5 bar. Back Pressure Valve (BPV) ini sudah
dilengkapi barometer elektronik untuk mengukur nilai tekanan yang ada di dalam
tangki back pressure dan diseting 3.5 bar yang berarti jika tekanan uap di tangki
melebihi setingan BPV maka BPV akan terbuka otomatis untuk membuang uap
dan menjaga tekanan di tangki back pressure tetap di antara 3.4-3.5 bar. Jika
tekanan di tangki turun di bawah 3.4 bar, maka beban di generator turbin 2 harus
ditambah sampai tekanan dapat terjaga berkisar di 3.4-3.5 bar tersebut.
steam
boiler

main valve

governor
gear box

turbin

bypass
to plant

BPV (3,5 bar)

control valve
BPV

exhaust steam

uap

Gambar III.9 Sistem Turbin 2 PT. Musim Mas KIM II Medan

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Turbin 2 juga mempunyai beberapa parameter yang harus diperhatikan


ketika turbin ini beropearasi. Parameter-parameter tersebut dapat dilihat dari
tabel-tabel berikut ini.
Tabel III.5 Daya per Jam (13 Januari 2009)
waktu
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00

kuat arus (A)


R
S
T
980
980
1000
1000
950
1020
1020
930
1020
820
820
980
1050
1120 1100
1000
1020 1050
900
860
1000
900
900
950
950
950
1000
1000
1000 1100
1000
1000 1100
1050
1050 1150
1050
1050 1150
1000
1000 1100
1050
1050 1150
1000
1000 1100
1100
1100 1180
1100
1100 1170
1180
1160 1200
1100
1100 1180
1100
1100 1150
1180
1160 1200
1100
1100 1180
1100
1100 1150

daya
(kW)
500
550
550
480
550
550
500
450
500
600
600
650
650
600
650
600
650
650
700
700
650
700
700
650

Gov. Load Limit


10 (%)
3.3
3.4
3.4
3.2
3.4
3.4
3.3
3.3
3.3
3.5
3.5
3.6
3.6
3.5
3.6
3.4
3.7
3.6
3.7
3.8
3.7
3.7
3.8
3.7

Tegangan
(V)
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400
400

frekuensi
(Hz)
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50

pf
0.88
0.89
0.93
0.91
0.88
0.9
0.91
0.89
0.89
0.91
0.92
0.92
0.92
0.91
0.91
0.9
0.92
0.92
0.93
0.94
0.94
0.93
0.94
0.94

Tabel III.6 Turbine 2 Log Sheet


inlet steam
waktu
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00

temp
(0C)
303
304
305
305
305
305
303
303
303

press
(bar)
28
28
28
27.8
28
28
28
28
28

control
oil
press
(bar)
4.6
4.6
4.6
4.6
4.6
4.6
4.6
4.5
4.5

gear box oil


press (bar)
gear 1

gear 2

4.4
4.4
4.4
4.4
4.4
4.4
4.4
4.4
4.4

1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7

exh. steam
temp
(0C)
174
175
175
175
175
175
175
175
175

press
(bar)
3.8
4
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.9
3.9

nozzle
press
(bar)

flow
(ton/h)

inlet oil to
gear box
temp (0C)

9
9.5
9.5
8.8
9.8
10
9
9
9

12.56
12.5
12.49
10.81
11.68
13.03
11.3
10.5
10

48
48
49
49
49
49
49
49
49

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00

303
303
303
303
303
303
303
303
300
300
303
303
300
303
303

27.5
27.5
27.5
27.5
27.5
27.5
27.5
27.5
27.5
27
27.5
27.3
27
27.5
27.3

4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.6
4.6
4.6
4.6
4.5
4.6
4.6
4.5

4.4
4.4
4.4
4.4
4.4
4.4
4.4
4.4
4.4
4.4
4.4
4.4
4.4
4.4
4.4

1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
1.65
1.65
1.65
1.65
1.65
1.65
1.65
1.65
1.65

175
175
175
175
175
175
175
175
175
175
175
175
175
175
175

4
4
3.9
4
4
4
3.9
3.9
3.9
3.9
4
4
3.9
4
4

11
11.5
11.5
11
11
11
11
12
11.5
12.1
12.5
12.5
12.1
12.5
12.5

14.96
14.7
14.71
14.48
14.03
15.32
14.98
14.28
14.5
14.7
14.46
14.4
14.7
14.46
14.4

49
49
49
49
47
47
46
47
47
47
47
47
47
47
47

Tabel III.7 Turbine 2 Log Sheet

waktu
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00

gear box high


speed shaft
temp (0C)
no. 1 no. 2
62
67
62
67
63
68
63
68
62
68
63
68
63
68
63
68
63
68
63
68
63
68
63
68
63
68
62
67
62
67
62
67
62
67
62
67
62
67
62
67
62
67
62
67
62
67
62
67

gear box low


speed shaft
temp (0C)
no. 1 No. 2
58
52
58
53
59
54
59
54
59
54
59
54
59
54
59
54
59
54
59
54
59
54
59
54
59
54
58
53
58
53
58
52
58
52
58
52
58
52
58
52
58
52
58
52
58
52
58
52

oil cooler
water
temp (0C)
in
out
30
32
31
33
31
33
31
33
31
33
31
33
31
33
31
33
31
33
31
33
31
33
31
33
31
33
30
32
30
32
29
31
30
32
30
32
30
32
30
32
30
32
30
32
30
32
30
32

BPV
(bar)

tbn brg
oil press
(bar)

speed
(rpm)

3.4
3.4
3.4
3.4
3.4
3.4
3.4
3.4
3.4
3.4
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.4
3.4
3.4
3.4
3.5
3.5
3.4
3.5
3.5

1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5

6917
6848
6854
6825
6840
6909
6917
6825
6854
6825
6884
6825
6884
6913
6804
6854
6880
6825
6884
6917
6910
6884
6917
6910

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Perubahan nilai beban pada Tabel III.5 di atas akan mempengaruhi nilai
gov. Limit Load (%). Gov. Limit Load adalah nilai membukanya governor untuk
memasukkan uap ke turbin untuk menghasilkan daya yang dibutuhkan. Semakin
besar nilai beban pembangkit, maka semakin besar nilai Gov. Limit Load.
Beberapa parameter lain yang berpengaruh terhadap perubahan beban adalah nilai
noozle dan flow pada Tabel III.6. Noozle pressure adalah nilai tekanan uap yang
dipakai untuk beban yang sedang dipikul oleh generator. Semakin tinggi nilai
beban generator maka akan semakin tinggi juga nilai noozle pressure untuk
melayani nilai beban tersebut. Flow adalah konsumsi uap untuk nilai beban yang
sedang dilayani oleh turbin tersebut. Semakin besar nilai beban yang sedang
dilayani oleh pembangkit, maka semakin banyak uap yang dipakai dalam satuan
ton/jam.

III.3 OPERASIONAL PLTD PT. Musim Mas KIM II Medan


Pembangkit Listrik Tenaga Diesel atau yang lebih dikenal dengan Genset
(Generator Set) diesel di PT. Musim Mas KIM II Medan terdiri dari tujuh unit
dengan klasifikasi yang berbeda-beda. Ketujuh unit itu adalah sebagai berikut :
1. dua unit diesel SKL : 1000 rpm, generator excitasi 43 V 3.6 A, kelas
isolasi : H, pf : 0.8, 2250 kW.
2. satu unit diesel Caterpillar : 1500 rpm, generator excitasi 22 V, 5.8 A,
kelas isolasi : H, pf : 0.8, 400 V 1640 kW.
3. empat unit diesel MTU : 400 kW, 400 V.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Masing-masing unit diesel adalah sama untuk setiap bagian komponen


pendukung kerja mesin-mesin tersebut. Di bawah ini digambarkan skema diagram
mesin diesel yang dipakai di PT. Musim Mas KIM II Medan.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Gambar III.10 Skema Generator Diesel PT. Musim Mas KIM II Medan
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Gambar III.10 di atas memperlihatkan skema generator diesel sebagai


suatu stasiun sistem pembangkit tenaga listrik di PT. Musim Mas KIM II Medan
yang terdiri dari beberapa bagian unit mesin, yaitu :
1. unit bahan bakar ;
bahan bakar dari tangki penimbun diteruskan ke tangki harian yang
dilakukan oleh pompa. Bahan bakar tersebut dilewatkan melalui saringan,
untuk menjaga agar tidak terjadi pencemaran dan lain sebagainya. Dari
tangki harian, melalui saringan dan pompa injeksi diteruskan ke mesin
untuk proses pembakaran.
2. unit pemasukan udara ;
kebutuhan udara tujuan kompresi pada masing-masing siklus, disuplai
melalui saringan untuk menjaga partikel-partikel abu tidak masuk ke
silinder.
3. unit pendingin mesin ;
untuk mendinginkan silinder mesin, air pendingin dilewatkan melalui
dinding silinder (jacket). Air pendingin yang dibutuhkan diusahakan bebas
dari kotoran, agar ruang pendinginan silinder tidak tersumbat. Untuk
tujuan ini, maka pada tangki pembuangan gelombang udara ditempatkan
suatu peralatan yang disebut hot well.
4. unit pelumasan ;
minyak pelumas dari tempat penampungan, oleh pompa dialirkan melalui
saringan (filter). Umumnya pelumas dalam keadaan panas bila mengalir
dari tempat penampungan. Bila minyak pelumas tidak dalam keadaan
panas, maka perlu dipanaskan sebelum minyak pelumas tersebut dialirkan
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

melalui filter. Minyak pelumas tersebut didinginkan pada heat exchanger


sebelum dikirim kembali ke mesin.
Dari ketujuh unit generator diesel yang dipakai di perusahaan ini, masingmasing memiliki prosedur start yang berbeda-beda. Prosedur start untuk generator
diesel tersebut adalah sebagai berikut :
1. menjalankan dengan kompresi udara ;
udara bertekanan 20 kg / cm2 yang disuplai dari botol udara,
didistribusikan ke kutub hisap mesin. Pada mesin yang mempunyai
silinder yang banyak, udara kompresi dimasukkan ke dalam satu silinder
dan menekan piston sehingga mengakibatkan poros engkol (crank shaft)
berputar. Dengan mensuplai bahan bakar pada saat yang tepat dari siklus
yang terdapat pada mesin, maka mesin akan beroperasi. Generator diesel
yang menggunakan metode start ini adalah diesel dengan merek SKL 2
unit.
2. menjalankan dengan motor listrik ;
motor listrik mengerakkan roda gigi piston yang dikopel pada gigi yang
terdapat di sekeliling roda gila (fly wheel) mesin. Tenaga listrik yang
disuplai untuk motor, dibuat mampu untuk menggerakkan mesin. Setelah
mesin mulai berjalan, secara otomatis motor listrik terlepas (tidak terkopel
dengan roda gila). Metode seperti ini dipakai untuk diesel generator merek
MTU 4 unit dan Caterpillar 1 unit.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

III.4 OPERASI PARALEL PEMBANGKIT PT. Musim Mas KIM II Medan


Pembangkit listrik di perusahaan ini ada dua jenis, yaitu pembangkit listrik
tenaga uap dan diesel. Kedua jenis pembangkit ini dirancang untuk operasi paralel
karena sudah dilengkapi dengan panel sinkron. Untuk melakukan operasi paralel
pasokan listrik ke beban dimulai dengan menghidupkan satu generator, kemudian
secara sedikit demi sedikit beban dimasukkan sampai dengan kemampuan
generator tersebut. Operasi sinkron yang dilakukan antara lain antara generator
uap dengan generator uap, generator uap dengan generator diesel, generator diesel
dengan generator diesel dan generator diesel dengan jaringan PLN. Keempat
operasi paralel tersebut memiliki prosedur yang sama di dalam melakukan operasi
paralel. Di dalam melakukan operasi paralel, setelah turbin sudah dalam kondisi
running atau siap untuk disinkronkan, maka yang harus diperhatikan adalah panel
sinkron. Berikut ini adalah gambar panel sinkron dan panel bus bar.
Synchrone Kit
100

frekwensi meter
I

Hz
47

48

47

48

50

52

53

52

53

600
500

400

Hz
50

300

400

500
600
300

slow

fast

100

II

synchronoscope

Synchrone Switch
0
1
2
3

Synchrone Lamp

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Gambar III.11 Panel Sinkron

BUS BAR TURBINE PANEL


4000
3000

2000

2500

4000

4000
3000

3000

2000

kW

1500

2000

2000

1000
500

cos

600
500
400

frekwensi meter

0.9

48

47

50

0.7 0.6

0.9

Hz
300

0.8

52

0.8

53

0.7
0.6

100

man off auto

1
(-)

2
(+)

Lower and upper


frequency

off

on

starter key switch

Gambar III.12 Panel Bus Bar


Langkah-langkah melakukan sinkronisasi generator :
1. karena CB yang digunakan adalah tipe ACB (Air Circuit Breaker), maka
pompa terlebih dahulu (charger) dengan udara agar CB dapat menutup
pada saat generator sudah paralel terhadap jaringan.
2. aktifkan panel sinkron dengan memutar starter key switch ke arah on yang
terdapat di panel bus bar
3. arahkan synchrone switch ke posisi 2 di mana 2 adalah salah satu
penomoran dari bus bar generator yang akan disinkronkan ke jaringan.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

4. karena sinkronisasi yang akan dilakukan adalah otomatis, maka atur posisi
selector switch man auto ke posisi auto agar CB bisa menutup secara
otomatis jika generator sudah sinkron.
5. perhatikan panel sinkron terutama sinkronoskop. Jika arah jarum berputar
cepat ke arah tanda positif (+) maka frekuensi generator lebih tinggi dari
pada di jaringan, sedangkan jika berputar ke arah tanda negatif (-) maka
artinya frekuensi generator lebih rendah dari pada di jaringan. Usahakan
frekuensi generator yang akan diparalelkan lebih tinggi dari pada di
jaringan. Jika tidak, maka naikkan frekuensi generator dengan upper and
lower frequency switch dengan menggerakkan switch ini ke arah 2 (+),
maka frekuensi dan beban akan bertambah ke generator yang akan
diparalelkan, dan jika generator sudah sinkron dengan jaringan maka CB
akan menutup secara otomatis dan generator sudah masuk ke sistem
jaringan.
6. kembalikan switch-switch yang dipakai tadi ke posisi semula seperti
synchrone switch ke posisi 0, switch man auto ke posisi off, starter key
switch ke posisi off.
7. lakukan pembebanan ke generator disesuaikan dengan kapasitas mesin
tersebut.
Di dalam kondisi beban puncak, yaitu dari jam 18.30 sampai jam 22.30
maka turbin akan melakukan koordinasi dengan pembangkit diesel untuk
melakukan pemindahan beban dari PLN ke turbin atau dengan kata lain disebut
dengan istilah change power. Karena pada kondisi beban puncak, PLN akan
memutus dayanya untuk melayani pasokan listrik ke masyarakat dalam waktu
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

beberapa jam (sekitar jam 18.30 sampai jam 22.30) setelah itu PLN kembali lagi
memasok daya listriknya kembali ke perusahaan.
Dengan memperhatikan diagram satu garis pada gambar III.14, maka
dapat dilihat langkah-langkah untuk melakukan proses pemindahan beban (change
power) dari jaringan PLN ke jaringan turbin dengan perantaraan generator diesel :
1. Generator diesel dijalankan 2 unit yaitu SKL 1 dan SKL 2, kemudian
melakukan sinkronisasi terhadap generator uap (turbin).
2. generator diesel menarik beban sebesar 800 kW dari turbin melalui ACB
Turbin 5000 A.
3. setelah bus bar SKL terbebani 800 kW, maka ACB Turbin 5000 A dibuka
kemudian diesel SKL melakukan sinkronisasi ke jaringan PLN dengan
menutup coupler 2 SKL to PLN dan kemudian diesel SKL segera menarik
beban dari PLN (1300 kW).
4. setelah diesel SKL terbebani dengan beban PLN (1300 kW) ditambah
beban 800 kW yang dari turbin, maka diesel SKL melakukan sinkronisasi
dengan turbin dengan menutup kembali ACB turbin 5000 A (coupler 2
SKL to PLN dibuka kembali).
5. SKL melakukan pengiriman beban setiap 200 kW ke turbin sampai beban
di diesel SKL 0 kW.
6. setelah beban di diesel SKL terkirim semua ke turbin, maka diesel SKL
melepas sinkron dengan jaringan turbin dan turbin melakukan pembagian
beban agar setiap turbin memikul beban dengan seimbang sesuai dengan
kemampuan tiap-tiap turbin.
7. Setelah kondisi turbin aman, maka diesel SKL segera di-stop.
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Gambar III.13 Diagram Satu Garis PT. Musim Mas

Gambar III.14 Diagram Satu Garis PT. Musim Mas (lanjutan)


Keterangan gambar :
1

: transformator 3000 kVA SHINKO

: turbin 1 2400 kW

: coupler turbin 1 ke turbin 2

: link MDP turbin ke MDP SKL

: transformator 3000 kVA turbin

: turbin 2 3200 kW

KE-1 : turbin 3 4 MW
KA-1 : link sub stasiun turbin ke sub stasiun SKL
KA-2 : turbin 4 10 MW
KA-3 : transformator 3000 kVA SHINKO
KA-4 : sub stasiun turbin 3
KA-5 : spare
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

KA-6 : sub stasiun alkohol plant


KA-7 : VT
KC-1 : incoming dari sub stasiun turbin
KC-2 : transformator 2000 kVA turbo compressor
KC-3 : transformator 4000 kVA utility
KC-4 : transformtor 4000 kVA plant
KB-1 : link sub stasiun SKL ke sub stasiun turbin
KB-2 : transformator 4000 kVA SKL
KB-3 : sub stasiun speciallity fats
KB-4 : transformator 3500 kVA turbin
KB-5 : VT
KD-1 : transformator 3500 kVA speciallity fats

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

BAB IV
PEMBEBANAN UNIT PEMBANGKIT
IV.1 BEBAN YANG DIPIKUL PEMBANGKIT
Jenis beban yang dipikul oleh pembangkit ada dua jenis yaitu beban statis
yang berupa pemanas dan lampu-lampu penerangan serta beban dinamis yang
berupa motor-motor listrik. Dalam setiap waktu, tiap-tiap pembangkit memikul
beban yang berbeda-beda setiap harinya. Berikut ini adalah contoh dari
karakteristik beban yang dipikul oleh pembangkit tanggal 19 November 2008.
Tabel VI.1 Karakteristik Beban Pembangkit PT. Musim Mas KIM II Medan

waktu
(per
jam)
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00

beban
beban
turbin1- turbin22.4MW 3.2MW
(kW)
(kW)
1400
450
1500
1300
1250
1200
1400
1400
1150
1450
1700
1850
1500
1650
1350
1250
1250
1250
1250

950
750
900
800
750
900
800
860
900
1080
1050
850
1000
950
830
850
850
850
850

pf

beban
turbin410MW
(kW)

0.95
0.91
0.95
0.93
0.92
0.92
0.93
0.94
0.92
0.95
0.95
0.96
0.95
0.95
0.94
0.93
0.93
0.93
0.93

7200
8300
7200
7200
7200
7300
7300
7300
7350
8050
7950
7950
8000
7900
7050
7000
7000
7000
7000

pf

beban
PLN2MW
(kW)

total
beban
turbin
(kW)

0.91
0.94
0.92
0.92
0.92
0.92
0.92
0.92
0.92
0.94
0.93
0.93
0.94
0.92
0.91
0.92
0.92
0.92
0.92

900
950
980
900
950
1000
900
1000
1000
1100
1000
1000
1000
1000

9550
9500
9600
9300
9200
9400
9500
9560
9400
10580
10700
10650
10500
10500
9230
9100
9100
9100
9100

beban
turbin
+
PLN
(kW)
10450
10450
10580
12540
10150
10400
10400
10560
10400
10580
10700
10650
10500
10500
10330
10100
10100
10100
10100

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

04.00
1250
850
0.92
7070
0.92
1000
9170 10170
05.00
1150
850
0.92
7040
0.92
1050
9040 10090
06.00
1050
850
0.91
7070
0.92
1000
8970
9970
07.00
1200
700
0.92
6950
0.91
1000
8850
9850
08.00
1300
800
0.93
7030
0.92
950
9130 10080
Maka jika Tabel VI.1 di atas dikonversikan ke grafik adalah sebagai berikut :
9000

8000

7000

beban (kW)

6000

5000

4000

3000

2000

1000

09
.00
10
.00
11
.00
12
.00
13
.00
14
.00
15
.00
16
.00
17
.00
18
.00
19
.00
20
.00
21
.00
22
.00
23
.00
24
.00
01
.00
02
.00
03
.00
04
.00
05
.00
06
.00
07
.00
08
.00

waktu (per jam)


beban turbin 1 (kW)
beban turbin 4 (kW)

beban turbin 2 (kW)


beban PLN (kW)

Grafik IV.1 Karakteristik Beban Setiap Pembangkit

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

12000

10000

beban (kW)

8000

6000

4000

2000

08
.0
0

07
.0
0

06
.0
0

05
.0
0

04
.0
0

03
.0
0

02
.0
0

01
.0
0

24
.0
0

23
.0
0

22
.0
0

21
.0
0

20
.0
0

19
.0
0

18
.0
0

17
.0
0

16
.0
0

15
.0
0

14
.0
0

13
.0
0

12
.0
0

11
.0
0

10
.0
0

09
.0
0

waktu (per jam)

total beban (kW)

Grafik IV.2 Karakteristik Total Beban Pembangkit


Dilihat dari Tabel IV.1 dan gambar kedua grafik di atas, rata-rata beban
dari pukul 09.00 sampai 17.00 adalah 9445.556 kW dengan catatan beban PLN
1100 kW berada di jaringan PLN. Kemudian pada pukul 17.30 adalah proses
pemindahan beban (change power) dari jaringan PLN ke jaringan turbin yaitu
memindahkan beban PLN 1100 kW ke jaringan turbin karena PT. PLN Persero
melakukan pemutusan daya sekitar empat jam ( dari pukul 18.30-22.30) untuk
melayani beban puncak di masyarakat. Oleh karena itu pada pukul 18.00 beban
turbin bertambah sekitar 1100 kW dari beban 9400 kW menjadi 10700 kW,
tetapi terlihat di tabel beban untuk pukul 18.00 adalah 10580 kW dikarenakan
pada jam tersebut adalah jam makan malam dan istirahat selama 45 menit di
mana mesin-mesin sebagian di-stop, sehingga ada pengurangan daya sekitar
120 kW. Kemudian pada pukul 19.00, aktifitas pabrik kembali dilakukan dan
beban juga bertambah menjadi 10700 kW. Beban puncak terjadi dari pukul 18.00
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

sampai 22.00 dengan rata-rata beban sekitar 10586 kW. Pada pukul 22.30, PT.
PLN Persero kembali memasok dayanya ke pabrik, sehingga dilakukan proses
pemindahan beban dari jaringan turbin ke jaringan PLN dengan perantaraan
generator diesel. Beban yang dipindahkan adalah sebesar 1300 kW sehingga
beban turbin berkurang menjadi sekitar 9200 kW sampai 9230 kW. Pada pukul
24.00 sampai pukul 07.00 beban rendah dikarenakan aktifitas berkurang, dan pada
pukul 08.00 aktifitas pabrik kembali dimulai dan akan naik kembali seperti hari
sebelumnya.

IV.2 PEMBAGIAN BEBAN PEMBANGKIT


Dalam operasi paralel pembagian beban pembangkit listrik di PT. Musim
Mas KIM II Medan terutama generator uap, harus dilakukan dengan tujuan
penyesuaian terhadap kapasitas generator, jenis turbin dan pengaturan frekuensi.
Dari Gambar III.13 Bab III diagram satu garis PT. Musim Mas KIM II Medan,
generator uap dibagi dua kelompok pembangkit, yaitu kelompok pertama adalah
Turbin 1 dan Turbin 2, sedangkan kelompok kedua adalah Turbin 3 dan Turbin 4,
sehingga dalam operasionalnya beban dibagi ke dalam kedua kelompok
pembangkit tersebut. Untuk pembangkit kelompok 1 yaitu Turbin 1 dan Turbin 2,
pembagian beban di kelompok ini tergantung dengan Turbin 2 karena turbin ini
berbeban disesuaikan dengan tekanan BPV (Back Pressure Vessel), di mana
tekanan uap di tangki ini jika di bawah 3.0 bar, maka beban harus dinaikkan, atau
jika BPV sudah buang uap, maka beban Turbin 2 harus dikurangi sampai tangki
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

BPV tidak membuang uap lagi. Sisa beban Turbin 2, diberikan ke Turbin 1 atau
dipindahkan ke Turbin 4 atau Turbin 3 jika beroperasi.
Ada 2 jenis tipe pembebanan di PT. Musim Mas KIM II Medan yaitu tipe
Droop Load dan tipe Base Load. Tipe Droop Load yaitu pembangkit beroperasi
mengikuti perubahan beban di jaringan, sedangkan tipe Base Load yaitu
pembangkit beroperasi pada beban tertentu, di mana beban yang ditanggung
pembangkit tidak dapat naik turun tanpa dilakukan oleh operator. Untuk
pembangkit tipe Droop Load adalah Turbin 1 dan Turbin 4, sedangkan tipe Base
Load adalah Turbin 2 dan Turbin 3.
Secara matematis, pembagian beban untuk daya aktif, reaktif, semu dan
faktor daya sistem dari pembangkit generator uap dapat dilihat pada perhitungan
berikut ini :
Dari data beban turbin uap pada Tabel IV.1 dapat dilihat :

Jam 09.00 WIB :


beban total (Pt)

= 9550 kW

Ptbn4

= 7200 kW, cos tbn4 = 0.91

Pt

= Ptbn1,2 + Ptbn4

9550

= Ptbn1,2 + 7200

Ptbn1,2

= 9550 7200
= 2350 kW, cos tbn1,2 = 0.95

Qtbn4

= Ptbn4 tan (cos-1tbn4)


= 7200 tan (cos-1 0.91)
= 7200 tan 24.494
= 7200 0.4556

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

= 3280.32 kVAr
Qtbn1,2

= Ptbn1,2 tan (cos-1tbn1,2)


= 2350 tan (cos-1 0.95)
= 2350 tan 18.194
= 2350 0.3286
= 772.408 kVAr

Qt

= Qtbn1,2 + Qtbn4
= 3280.32 + 772.408
= 4052.728 kVAr

S2

= P2 + Q2
= 95502 + 4052.7282
= 91202500 + 16424604.24
= 107627104.24

= 107627104.24
= 10374.34 kVA

Maka didapat faktor daya dari sistem pembangkit generator uap pada jam
09.00 WIB adalah :
pf

P
S

9550
10374.34

= 0.9205

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

S=

103

74.3

4 kV

Q = 4052.728 kVAr

P = 9550 kW
cos = 0.9205

Gambar IV.1 Segitiga Daya Generator Uap


19 November 2008 Jam 09.00 WIB

Jam 10.00 WIB :


beban total (Pt)

= 9500 kW

Ptbn4

= 8300 kW, cos = 0.94

Pt

= Ptbn1,2 + Ptbn4

9500

= Ptbn1,2 + 8300

Ptbn1,2

= 9500 8300

Ptbn1,2

= 1200 kW, cos = 0.91

Qtbn4

= Ptbn4 tan (cos-1)


= 8300 tan (cos-1 0.94)
= 8300 tan 19.948
= 8300 0.363
= 3012.5 kVAr

Qtbn1,2

= Ptbn1,2 tan (cos-1 tbn1,2)


= 1200 tan (cos-1 0.91)
= 1200 tan 24.495
= 1200 0.45
= 546.73 kVAr

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Qt

= Qtbn1,2 + Qtbn4
= 546.73 + 3012.5
= 3559.23 kVAr

S2

= P2 + Q2
= 95002 + 3559.232
= 90250000 + 12668118.1929
= 102918118.1929

= 102918118.1929
= 10144.85 kVA

Maka didapat faktor daya dari sistem pembangkit generator uap pada jam
10.00 WIB adalah :
pf

P
S

9500
10144.85

P = 9500 kW
cos = 0.936

kVAr

101

Q = 3559.23

= 0.936

44.8

5 kV

Gambar IV.2 Segitiga Daya Generator Uap


19 November 2008 Jam 10.00 WIB

Jam 11.00 WIB :

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

beban total (Pt)

= 9600 kW

Ptbn4

= 7200 kW, cos tbn4 = 0.92

Pt

= Ptbn1,2 + Ptbn4

9600

= Ptbn1,2 + 7200

Ptbn1,2

= 9600 7200
= 2400 kW, cos tbn1,2 = 0.95

Qtbn4

= Ptbn4 tan (cos-1tbn4)


= 7200 tan (cos-1 0.92)
= 7200 tan 23.074
= 7200 0.4259
= 3067.187 kVAr

Qtbn1,2

= Ptbn1,2 tan (cos-1tbn1,2)


= 2400 tan (cos-1 0.95)
= 2400 tan 18.194
= 2400 0.3286
= 788.64 kVAr

Qt

= Qtbn1,2 + Qtbn4
= 788.64 + 3067.187
= 3855.827 kVAr

S2

= P2 + Q2
= 96002 + 3855.8272
= 92160000 + 14867401.853929
= 107027401.85

= 107027401.85

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

= 10345.405 kVA
Maka didapat faktor daya dari sistem pembangkit generator uap pada jam
11.00 WIB adalah :
pf

P
S

9600
10345.405

103

45.4

05

kVA

Q = 3855.827

P = 9600 kW
cos = 0.9279

kVAr

= 0.9279

Gambar IV.3 Segitiga Daya Generator Uap


19 November 2008 Jam 11.00 WIB

Jam 12.00 WIB :


beban total (Pt)

= 9300 kW

Ptbn4

= 7200 kW, cos tbn4 = 0.92

Pt

= Ptbn1,2 + Ptbn4

9300

= Ptbn1,2 + 7200

Ptbn1,2

= 9300 7200
= 2100 kW, cos tbn1,2 = 0.93

Qtbn4

= Ptbn4 tan (cos-1tbn4)

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

= 7200 tan (cos-1 0.92)


= 7200 tan 23.074
= 7200 0.4259
= 3067.187 kVAr
Qtbn1,2

= Ptbn1,2 tan (cos-1tbn1,2)


= 2100 tan (cos-1 0.93)
= 2100 tan 21.56
= 2100 0.395
= 829.973 kVAr

Qt

= Qtbn1,2 + Qtbn4
= 829.973 + 3067.187
= 3897.16 kVAr

S2

= P2 + Q2
= 93002 + 3897.162
= 86490000 + 15187856.0656
= 101677856.0656

= 101677856.0656
= 10083.54 kVA

Maka didapat faktor daya dari sistem pembangkit generator uap pada jam
12.00 WIB adalah :
pf

P
S

9300
10083.54

= 0.9223
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

P = 9300 kW
cos = 0.9223

kVAr

100

Q = 3897.16

83.5

4 kV

Gambar IV.4 Segitiga Daya Generator Uap


19 November 2008 Jam 12.00 WIB

Beban puncak jam 19.00 WIB :


beban total (Pt)

= 10700 kW

Ptbn4

= 7950 kW, cos tbn4 = 0.93

Pt

= Ptbn1,2 + Ptbn4

10700

= Ptbn1,2 + 7950

Ptbn1,2

= 10700 7950
= 2750 kW, cos tbn1,2 = 0.95

Qtbn4

= Ptbn4 tan (cos-1tbn4)


= 7950 tan (cos-1 0.93)
= 7950 tan 21.565
= 7950 0.395
= 3142.041 kVAr

Qtbn1,2

= Ptbn1,2 tan (cos-1tbn1,2)


= 2750 tan (cos-1 0.95)
= 2750 tan 18.195
= 2750 0.3287

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

= 903.881 kVAr
Qt

= Qtbn1,2 + Qtbn4
= 903.881 + 3142.041
= 4045.922 kVAr

S2

= P2 + Q2
= 107002 + 4045.9222
= 114490000 + 16369484.83
= 130859484.83

= 130859484.83
= 11439.38 kVA

Maka didapat faktor daya dari sistem pembangkit generator uap untuk
beban puncak jam 19.00 WIB adalah :
pf

P
S

10700
11439.38

P = 10700 kW
cos = 0.935

114

39.3

8 k
VA

Q = 4045.922 kVAr

= 0.935

Gambar IV.5 Segitiga Daya Generator Uap


19 November 2008 Beban Puncak Jam 19.00 WIB

Beban puncak jam 07.00 WIB :

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

beban total (Pt)

= 8850 kW

Ptbn4

= 6950 kW, cos tbn4 = 0.91

Pt

= Ptbn1,2 + Ptbn4

8850

= Ptbn1,2 + 6950

Ptbn1,2

= 8850 6950
= 1900 kW, cos tbn1,2 = 0.92

Qtbn4

= Ptbn4 tan (cos-1tbn4)


= 6950 tan (cos-1 0.91)
= 6950 tan 24.495
= 6950 0.4556

Qtbn4

= 3166.51 kVAr

Qtbn1,2

= Ptbn1,2 tan (cos-1tbn1,2)


= 1900 tan (cos-1 0.92)
= 1900 tan 23.074
= 1900 0.426
= 809.396 kVAr

Qt

= Qtbn1,2 + Qtbn4
= 809.396 + 3166.51
= 3975.906 kVAr

S2

= P2 + Q2
= 88502 + 3975.9062
= 78322500 + 15807828.52
= 94130328.52

94130328.52

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

= 9702.08 kVA
Maka didapat faktor daya dari sistem pembangkit generator uap untuk
beban puncak jam 07.00 WIB adalah :
pf

P
S

8850
9702.08

P = 8850

kW

cos = 0.912

114

39.

38

kV

Q = 3975.906 kVAr

= 0.912

Gambar IV.6 Segitiga Daya Generator Uap


19 November 2008 Jam 07.00 WIB
IV.3 BIAYA OPERASIONAL PLTU PT. MUSIM MAS KIM II MEDAN
Biaya operasional PLTU di PT. Musim Mas KIM II Medan meliputi biaya
perawatan dan perbaikan, spare part, dan bahan bakar. Dari ketiga biaya tersebut,
pada umumnya yang merupakan biaya terbesar dalam operasional adalah biaya
bahan bakar. Bahan bakar yang dipakai untuk PLTU ini adalah cangkang kelapa
sawit. Pada sub bab ini akan dilakukan perhitungan terhadap pemakaian bahan
bakar selama satu hari operasional untuk tanggal 19 November 2008 sesuai
dengan data yang sudah diperoleh dari lapangan.
Pada Bab III Gambar III.1 Blok Diagram Alir Uap dan Air PT. Musim
Mas dapat dilihat sistem pembangkit generator uap yang dipakai di perusahaan
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

ini. Boiler yang digunakan ada empat unit dengan kapasitas yang berbeda-beda.
Masing-masing boiler tersebut adalah Boiler Cangkang 1 (BC-1) berkapasitas 32
ton uap / jam, Boiler Cangkang 2 (BC-2) dan Boiler Cangkang 3 (BC-3)
berkapasitas sama yaitu 45 ton uap / jam, dan Boiler Cangkang 4 (BC-4)
berkapasitas 55 ton uap / jam. Untuk tanggal 19 November 2008, boiler yang
beroperasi ada 3 unit yaitu BC-2, BC-3 dan BC-4. Artinya kapasitas uap kering
yang tersedia untuk Turbin 1 dan 2 adalah 90 ton uap / jam, sedangkan kapasitas
uap kering yang tersedia dari BC-4 ke Turbin 4 adalah 55 ton uap / jam. Data dari
perusahaan didapat bahwa BC-1,2,3 memerlukan 195 kg cangkang kelapa sawit
untuk menghasilkan 1 ton uap kering, sedangkan untuk BC-4 memerlukan 230 kg
cangkang kelapa sawit untuk menghasilkan 1 ton uap kering. Di bawah ini
ditunjukkan perhitungan konsumsi bahan bakar untuk setiap generator uap yang
beroperasi tanggal 19 November 2008 yang lalu.

Turbin 2
Tabel VI.2 Konsumsi Uap Turbin 2 Per Jam
waktu
(per jam)

beban
turbin23.2MW (kW)

09.00

950

10.00

750

11.00

900

12.00

800

13.00

750

14.00

900

15.00

800

16.00

860

17.00

900

18.00

1080

19.00

1050

konsumsi uap
(ton/jam)
16.25
14.60
16.05
15.00
14.58
15.95
15.02
15.75
16.07
17.75
17.45

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

20.00

850

21.00

1000

22.00

950

23.00

830

24.00

850

01.00

850

02.00

850

03.00

850

04.00

850

05.00

850

06.00

850

07.00

700

08.00

800

15.60
17.01
16.48
15.38
15.60
15.65
15.63
15.71
15.58
15.61
15.63
14.46
15.03
377.84 tonh

Jumlah :

18220 kWh

Lama beroperasi = 24 jam


Energi listrik yang dihasilkan = 18220 kWh
Jumlah uap yang dikonsumsi = 377.84 tonh
Turbin 2 mengkonsumsi uap dari BC-2 dan 3,
1 ton uap

= 195 kg cangkang,

maka untuk 377.84 ton uap

= 377.84 195
= 73678.8 kg cangkang kelapa sawit

Atau dengan kata lain, untuk setiap 1 kWh


=

konsumsi uap selama x jam


energi listrik selama x jam

377.84
18220

= 0.0207 ton uap kering


Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Maka untuk 1 kWh

= 20.7 kg uap kering.

Data di lapangan diperoleh :


1 ton uap kering

= 195 kg cangkang kelapa sawit

Maka, untuk 0.0207 ton uap kering adalah


= 0.0207 195
Maka untuk 1 kWh

= 4.04 kg cangkang kelapa sawit

untuk tanggal 19 November 2008, Turbin 2 mengkonsumsi bahan bakar


cangkang kelapa sawit sebanyak 73.7 ton dengan konsumsi uap kering
adalah 20.7 kg / kWh atau membutuhkan cangkang kelapa sawit sebesar
4.04 kg / kWh.
Biaya cangkang kelapa sawit = Rp 400 / kg, maka biaya bahan bakar
Turbin 2 untuk tanggal 19 November 2008 adalah :
73678.8 kg Rp 400

= Rp 29.471.520

Turbin 4
Tabel VI.3 Konsumsi Uap Turbin 4 Per Jam
waktu
(per jam)
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00

beban
turbin410MW (kW)

konsumsi uap
(ton/jam)
33.84

7200
39.13
8300
33.75
7200
33.82
7200
33.85
7200
34.31
7300
34.32
7300
34.29
7300
34.55
7350
37.84
8050
37.37
7950

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
06.00
07.00
08.00

37.36
7950
37.65
8000
37.15
7900
33.14
7050
32.95
7000
32.93
7000
32.91
7000
32.94
7000
33.22
7070
33.09
7040
33.26
7070
32.67
6950
33.04
7030
829.38
176410

Jumlah :

tonh

kWh

Data dari perusahaan diperoleh untuk 1 MW membutuhkan 4.7 ton uap kering.
Lama beroperasi = 24 jam
Energi listrik yang dihasilkan = 176410 kWh
Jumlah uap yang dikonsumsi = 829.38 tonh
Turbin 4 mengkonsumsi uap dari BC-4,
1 ton uap

= 230 kg cangkang kelapa sawit,

maka untuk 829.38 ton uap

= 829.38 230
= 190.7574 ton
= 190757.4 kg cangkang kelapa sawit

Atau dengan kata lain, untuk setiap 1 kWh


=

konsumsi uap selama x jam


energi listrik selama x jam

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

829.38
176410

= 0.0047 ton uap kering


Maka untuk 1 kWh

= 4.701 kg uap kering.

Data di lapangan diperoleh :


1 ton uap kering

= 230 kg cangkang kelapa sawit

Maka, untuk 0.0047 ton uap kering adalah


= 0.0047 230
Maka untuk 1 kWh

= 1.081 kg cangkang kelapa sawit

untuk tanggal 19 November 2008, Turbin 4 mengkonsumsi bahan bakar


cangkang kelapa sawit sebanyak 190.7574 ton.
Biaya cangkang kelapa sawit = Rp 400 / kg, maka biaya bahan bakar
Turbin 4 untuk tanggal 19 November 2008 adalah :
190757.4 kg Rp 400

= Rp 76.302.960

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan pengamatan terhadap Studi Pembangkit Tenaga
Uap dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. operasi paralel kedua jenis pembangkit di dalam prakteknya sedikit
berbeda dengan teori yang dipelajari, di mana pada saat sinkronisasi
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

frekuensi generator yang akan diparalelkan harus sedikit lebih tinggi dari
frekuensi jaringan.
2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap tipe kondensing mengkonsumsi bahan
bakar lebih sedikit dari pada Pembangkit Listrik tenaga Uap tipe back
pressure.
3. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel merupakan pembangkit cadangan
apabila terjadi kekurangan daya dan juga digunakan untuk melakukan
pemindahan beban dari jaringan PLN ke jaringan turbin dan sebaliknya.

V.2 SARAN
Dari studi koordinasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel Aplikasi PT. Musim Mas Medan, penulis ingin
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan pengecekan atau up grade terhadap boiler agar dapat
menghasilkan tekanan uap yang benar-benar maksimal sehingga masingmasing generator dapat beroperasi secara maksimal dalam memberikan
daya ke beban.
2. Atau untuk mendapatkan hasil tekanan dan konsumsi uap yang maksimal,
maka unit boiler untuk pembangkit harus dipisah dengan unit boiler yang
dipakai ke bagian proses produksi.
3. walaupun saat ini kapasitas pembangkit mampu untuk memenuhi
kebutuhan beban, untuk ke depan perlu dilakukan penambahan

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

pembangkit atau up grade sistem pembangkit, karena pembangunan


beberapa plant yang masih terus berlangsung di perusahaan ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Kadir, Prof, Pembangkit Tenaga Listrik, Penerbit Erlangga, Jakarta,
1990
2. Djiteng Marsudi, Ir, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Balai Penerbit Dan
Humas ISTN Bhumi Srengseng Indah, Jakarta, 1990.
3. Djiteng Marsudi, Ir, Pembangkitan Energi Listrik, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2005.
4. Neno Suhana, Rangkaian Kontrol Genset Seri Teknik, Penerbit ITB,
Bandung, 2002.
Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

5. P. Shlyakhin, Turbin Uap Teori Dan Rancangan, Penerbit Erlangga,


Jakarta, 1990.
6. Sumanto, MA, Drs, Mesin Sinkron, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1996.
7. Werlin. S. Nainggolan, Teori Dan Penyelesaian Thermodinamika, Penerbit
Armico, Bandung, 1978.
8. Woodruff and Lammers, Steam Plant Operation, McGraw-Hill Book
Company, New York, 1984.

Ronny Samuel Sianturi : Studi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Aplikasi
PT. Musim Mas Kim II Medan, 2008.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai