Fraktur Healing

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

FRAKTUR HEALING

Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang


menajubkan. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami
fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi
tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur
merupakan dasar untuk mengobati fragmen fraktur. Proses
penyembuhan pada fraktur mulai terjadi segera setelah tulang
mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan
memadai sampai tejadi konsolidasi. Factor mekanis yang penting
seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam
penyembuhan, selain factor biologis yang juga merupakan suatu factor
yang sangat essential dalam penyembuhan fraktur. Proses
penyembuhan fraktur berbeda pada tulang kortikal pada tulang panjang
serta tulang kanselosa pada metafisis tulang panjang atau tulang
pendek, sehingga kedua jenis penyembuhan tulang ini harus
dibedakan.
Proses penyembuhan fraktur terdiri dari beberapa fase,
sebagai berikut :
1. Reactive Phase
i. Fracture and inflammatory phase
ii. Granulation tissue formation
2. Reparative Phase
iii. Callus formation
iv. Lamellar bone deposition
3. Remodeling Phase
v. Remodeling to original bone contour
PENYEMBUHAN FRAKTUR PADA TULANG KORTIKAL
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri dari 5 fase,
yaitu :
1. Fase hematoma
Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil
yang melewati kanalikuli dalam system haversian mengalami robekan
dalam daerah fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua
sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum
akan terdorong dan mengalami robekan akibat tekanan hematoma
yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah kedalam
jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunannya yang terletak beberapa millimeter dari
daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan
menimbulkan suatu daerah cincin avaskular tulang yang mati pada sisi
sisi fraktur segera setelah trauma.
Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 3
minggu.
1. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu
reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel
sel osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk
kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna
sebagi aktivitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi
robekan yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal
dari diferansiasi sel sel mesenkimal yang berdiferensiasi kedalam
jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi
penambahan jumlah dari sel sel osteogenik yang memberi
penyembuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih
cepat dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi
pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu,
kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan
osteogenik. Pada pemeriksaan radiologist kalus belum mengandung
tulang sehingga merupakan suatu daerah radioluscen.
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 3 setelah terjadinya fraktur
dan berakhir pada minggu ke 4 8.
1. Fase pembentukan kalus (Fase union secara klinis)

Setelah pembentukan jaringan seluler yang tumbuh dari setiap fragmen


sel dasar yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast
membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks
interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam garam
kalsium pembentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut
moven bone. Pada pemeriksaan radiolgis kalus atau woven bone
sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya
penyembuhan fraktur.
1. Fase konsolidasi (Fase union secara radiology)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan
lahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas
yang menjadi struktur lamellar dan kelebihan kalus akan di resorpsi
secara bertahap.
Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 8 dan berakhir pada
minggu ke 8 12 setelah terjadinya fraktur.
1. Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan
membentuk bagian yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi
tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling ini perlahan lahan
terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetapi terjadi osteoblastik pada
tulang dan kalus eksterna secara perlahan lahan menghilang. Kalus
intermediet berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi system
haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk
membentuk susmsum.
Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 12 dan berakhir
sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.
PENYEMBUHAN FRAKTUR PADA TULANG KANSELOSA
Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi secara cepat
karena beberapa factor, yaitu :
1. Vaskularisasi yang cukup
2. Terdapat permukaan yang lebih luas
3. Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi yang cepat
4. Hematoma memberikan peranan dalam penyembuhan fraktur
Tulang kanselosa yang berlokalisasi pada metafisis tulang panjang,
tulang pendek serta tulang pipih diliputi oleh korteks yang tipis.
Peyembuhan fraktur pada tulang kanselosa melalui proses
pembentukan kalus interna dan endosteal. Pada anak anak proses
penyembuhan pada daerah korteks juga memegang peranan penting.
Proses osteogenik peyembuhan sel dari bagian endosteal yang
menutupi trabekula, berproliferasi untuk membentuk woven bone
primer di dalam daerah fraktur yang disertai hematoma. Pembentukan
kalus interna mengisi ruangan pada daerah fraktur. Penyembuhan
fraktur pada tulang kanselosa terjadi pada daerah dimana terjadi
kontak langsung diantara permukaan tulang fraktur yang berarti satu
kalus endosteal. Apabila terjadi kontak dari kedua fraktur maka terjadi
union secara klinis. Selanjutnya woven bone diganti oleh tulang
lamellar dan tulang mengalami konsolidasi.
PENYEMBUHAN FRAKTUR PADA TULANG RAWAN PERSENDIAN
Tulang rawan hialin permukaan sendi sangat terbatas kemampuan
untuk regenerasi. Pada fraktur interartikular penyembuhan tidak terjadi
melalui tulang rawan hialin, tetapi terbentuk melalui fibrokartilago.
WAKTU PENYEMBUHAN FRAKTUR
Waktu penyembuhan fraktur bervariasi secara individual dan
berhubungan dengan beberapa factor penting pada penderita, antara
lain:
Umur penderita
Waktu penyembuhan tulang pada anak anak jauh lebih cepat pada
orng dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena aktivitas proses
osteogenesis pada daerah periosteum dan endoestium dan juga
berhubungan dengan proses remodeling tulang pada bayi pada bayi
sangat aktif dan makin berkurang apabila unur bertambah
Lokalisasi dan konfigurasi fraktur

Lokalisasi fraktur memegang peranan sangat penting. Fraktur metafisis


dapat dirasakan oleh pemeriksa atau oleh penderita sendiri. Apabila
penyembuhannya lebih cepat dari pada diafisis. Disamping itu
tidak ditemukan adanya gerakan, maka secara klinis telah terjadi union
konfigurasi fraktur seperti fraktur tranversal lebih lambat
dari fraktur.
penyembuhannya dibanding dengan fraktur oblik karena kontak yang
Union secara radiologik dinilai dengan pemeriksaan roentgen pada
lebih banyak.
daerah fraktur dan dilihat adanya garis fraktur atau kalus dan mungkin
Pergeseran awal fraktur
dapat ditemukan adanya trabekulasi yang sudah menyambung pada
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka
kedua fragmen. Pada tingkat lanjut dapat dilihat adanya medulla atau
penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang
ruangan dalam daerah fraktur.
bergeser. Terjadinya pergeseran fraktur yang lebih besar juga akan
PROBLEM DALAM PROSES PENYEMBUHAN TULANG
menyebabkan kerusakan periosteum yang lebih hebat.
Compartment syndrome
Vaskularisasi pada kedua fragmen
Setelah terjadi fraktur terdapat pembengkakan yang hebat di sekitar
Apabila kedua fragmen memiliki vaskularisasi yang baik, maka
fraktur yang mengakibatkan penekanan pada pembuluh darah yang
penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur
berakibat tidak cukupnya supply darah ke otot dan jaringan sekitar
vaskularisasinya jelek sehingga mengalami kematian, maka akan
fraktur.
menghambat terjadinya union atau bahkan mungkin terjadi nonunion.
Neurovascular injury
Reduksi dan Imobilisasi
Pada beberapa fraktur yang berat dapat mengakibatkan arteri dan
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi
saraf disekitarnya mengalami kerusakan.
yang lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna
Post traumatic arthritis
akan mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang akan
Fraktur yang berhubungan dengan sendi (intra artikuler fraktur) atau
mengganggu penyembuhan fraktur.
fraktur yang mengakibatkan bertemunya tulang dengan sudut abnormal
Waktu imobilisasi
di dalam sendi yang dapat mengakibatkan premature arthritis dari
Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum
sendi.
terjadi union, maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat
Growth abnormalities
besar.
Fraktur yang terjadi pada open physis atau growth plate pada anak
Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan
anak dapat menyebabkan berbagai macam masalah. Dua dari masalah
lemak.
ini adalah premature partial atau penutupan secara komplit dari physis
Bila ditemukan interposisi jaringan baik berupa periosteal, maupun otot
yang artinya salah satu sisi dari tulang atau kedua sisi tulang berhenti
atau jaringan fibrosa lainnya, maka akan menghambat vaskularisasi
tumbuh sebelum tumbuh secara sempurna. Jika seluruh tulang seperti
kedua ujung fraktur.
tulang panjang berhenti tumbuh secara premature dapat
Adanya infeksi
mengakibatkan pendeknya salah satu tulang panjang dibandingkan
Bila terjadi infeksi didaerah fraktur, misalnya operasi terbuka pada
tulang panjang lainnya, membuat salah satu tulang kaki lebih pendek
fraktur tertutup atau fraktur terbuka, maka akan mengganggu terjadinya
dibandingkan tulang kaki lainnya.
proses penyembuhan.
PENYEMBUHAN ABNORMAL PADA FRAKTUR
Cairan Sinovia
MALUNION
Pada persendian dimana terdapat cairan sinovia merupakan hambatan
Malunion adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya,
dalam penyembuhan fraktur.
tetapi terdapat deformitas yang terbentuk angulasi, varus / valgus,
Gerakan aktif dan pasif anggota gerak
rotasi, kependekan atau union secara menyilang misalnya pada fraktur
Gerakan pasif dan aktif pada anggota gerak akan meningkatkan
radius dan ulna.
vaskularisasi daerah fraktur tapi gerakan yang dilakukan didaerah
Etiologi
fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu
Fraktur tanpa pengobatan
vaskularisasi.
Pengobatan yang tidak adekuat
Penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu 4 bulan. Waktu
Reduksi dan imobilisasi yang tidak baik
penyembuhan pada anak secara kasar setengah waktu penyembuhan
daripada orang dewasa.
Pengambilan keputusan serta teknik yang salah pada awal
Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasa dapat di lihat
pengobatan
pada table berikut :
Osifikasi premature pada lempeng epifisis karena adanya
trauma
LOKALISASI
WAKTU PENYEMBUHAN (minggu)
Gambaran
klinis
Phalang / metacarpal/ metatarsal / kosta
36
Deformitas dengan bentuk yang bervariasi
Distal radius
6
Gangguan fungsi anggota gerak
Diafisis ulna dan radius
12
Humerus
10 12
Nyeri dan keterbatasan pergerakan sendi
Klavicula
6
Ditemukan komplikasi seperti paralysis tardi nervus ulnaris
Panggul
10 12
Osteoarthritis apabila terjadi pada daerah sendi
Femur
12 16
Bursitis atau nekrosis kulit pada tulang yang mengalami
Condillus femur / tibia
8 10
deformitas
Tibia / fibula
12 16
Pemeriksaan radiologist
Vertebra
12
Pada foto roentgen terdapat penyambungan fraktur tetapi pada posisi
PENILAIAN PEYEMBUHAN FRAKTUR
yang tidak sesuai dengan keadaan yang normal.
Penilaian penyembuhan fraktur (union) didasarkan atas union secara
Pengobatan
klinis dan union secara radiologik. Penilaian secara klinis dilakukan
Konservatif
dengan pemeriksaan daerah fraktur dengan melakukan pembengkokan
pada daerah fraktur, pemutaran dan kompresi untuk mengetahui
adanya gerakan atau perasaan nyeri pada penderita. Keadaan ini

Dilakukan refrakturisasi dengan pembiusan umum dan imobilisasi


sesuai dengan fraktur yang baru. Apabila ada kependekan anggota
gerak dapat digunakan sepatu orthopedic.
Operatif
Osteotomi koreksi (osteotomi Z) dan bone graft disertai
dengan fiksasi interna
Osteotomi dengan pemanjangan bertahap, misalnya pada
anak anak.
Osteotomi yang bersifat baji
DELAYED UNION
Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu
3 -5 bulan (3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk
anggota gerak bawah)
Etiologi
Etiologi delayed union sama dengan etiologi pada nonunion
Gambaran klinis
Nyeri anggota gerak pada pergerakan dan waktu berjalan.
Terdapat pembengkakan
Nyeri tekan
Terdapat gerakan yang abnormal pada daerah fraktur
Pertambahan deformitas
Pemeriksaan radiologist
Tidak ada gambaran tulang baru pada ujung daerah fraktur
Gambaran kista pada ujung ujung tulang karena adanya
dekalsifikasi tulang
Gambaran kalus yang kurang disekitar fraktur.
Pengobatan
Konservatif
Pemasangan plester untuk imobilisasi tambahan selama 2 3 bulan.
Operatif
Bila union diperkirakan tidak akan terjadi, maka segera dilakukan
fiksasi interna dan pemberian bone graft.
NONUNION
Disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6 8 bulan
dan tidak didapatkan konsolidasi sehingga didapat pseudoarthrosis
(sendi palsu). Pseudoarthrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat
juga terjadi sama sama dengan infeksi disebut infected
pseudoarthrosis.
Beberapa jenis nonunion terjadi menurut keadaan ujung ujung
fragmen tulang.
Hipertrofik
Ujung ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar dari normal yang
disebut gambaran elephants foot. Garis fraktur tampak dengan jelas.
Ruangan antar tulang diisi dengan tulang rawan dan jaringan ikat
fibrosa. Pada jenis ini vaskularisasinya baik sehingga biasanya hanya
diperlukan fiksasi yang rigid tanpa pemasangan bone graft.
Atrofik (Oligotrofik)
Tidak ada tanda tanda aktivitas seluler pada ujung fraktur. Ujung
tulang lebih kecil dan bulat serta osteoporotik dan avaskular. Pada jenis
ini disamping dilakukan fiksasi rigid juga diperlukan pemasangan bone
graft.
Gambaran klinis
Nyeri ringan atau sama sekali tidak ada
Gerakan abnormal pada daerah fraktur yang membentuk
sendi palsu yang disebut pseudoarthrosis.
Nyeri tekan atau sama sekali tidak ada.
Pembengkakan bisa ditemukan dan bisa juga tidak terdapat
pembengkakan sama sekali
Pada perabaan ditemukan rongga diantara kedua fragmen.
Pemeriksaan radiologist
Terdapat gambaran sklerotik pada ujung ujung tulang

Ujung ujung tulang berbentuk bulat dan halus


Hilangnya ruangan meduler pada ujung ujung tulang
Salah satu ujung tulang dapat berbentuk cembung dan sisi
lainnya cekung (psedoarthrosis)
Pengobatan
Fiksasi interna rigid dengan atau tanpa bone graft
Eksisi fragmen kecil dekat sendi. Misalnya kepala radius,
prosesus stiloid ulna
Pemasangan protesis, misalnya pada fraktur leher femur
Stimulasi elektrik untuk mempercepat osteogenesis.
PENYEBAB NONUNION DAN DELAYED UNION
Vaskularisasi pada ujung ujung fragmen yang kurang
Reduksi yang tidak adekuat
Imobilisasi yang tidak adekuat sehingga terjadi gerakan pada
kedua fragmen.
Waktu imobilisasi yang tidak cukup
Infeksi
Distraksi pada kedua ujung karena adanya traksi yang
berlebihan
Interposisi jaringan lunak diantara kedua fragmen tulang
Terdapat jarak yang cukup besar antara kedua fragmen
Destruksi tulang misalnya oleh karena tumor atau
osteomielitis (fraktur patologis)
Disolusi hematoma fraktur oleh jaringan sinovia (fraktur
intrakapsuler)
Kerusakan periosteum yang hebat sewaktu terjadi fraktur
atau operasi
Fiksasi interna yang tidak sempurna
Delayed union yang tidak diobati
Pengobatan yang salah atau sama sekali tidak dilakukan
pengobatan
Terdapat benda asing diantara kedua fraktur, misalnya
pemasangan screw diantara kedua fragmen.
A. PROSES PENYEMBUHAN TULANG
Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel,
pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling.
Tahap Inflamasi. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan
hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi
perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan hematoma
di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi
karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan
diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan
membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan
nyeri.
Tahap Proliferasi Sel. Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami
organisasi, terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah,
membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan
osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel
endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan
proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk
jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak
pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh
gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang
berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif
tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.
Tahap Pembentukan Kalus. Pertumbuhan jaringan berlanjut dan
lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah
terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan
fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume
dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung

berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu


waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam
tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak
bisa lagi digerakkan.
Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi). Pembentukan kalus mulai
mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu patah tulang,
melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang
dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat
bulan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah
bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.
Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling). Tahap akhir perbaikan
patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi
tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling
memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun tahun
tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang,
dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus stres
fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan
dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak,
khususnya pada titik kontak langsung.
Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis
mengalamiremodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan
epifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang
terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik
tulang secara bersamaan. Prosesremodeling tulang berlangsung
sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan
terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang
dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodelingjuga terjadi
setelah penyembuhan suatu fraktur. (Rasjad. C, 1998)
B. PROSES PERTUMBUHAN TULANG
Pembentukan tulang manusia dimulai pada saat masih janin dan
umumnya akan bertumbuh dan berkembang terus sampai umur 30
sampai 35 tahun. Berikut adalah gambaran pembentukan tulang
Dari grafik massa tulang mulai bertumbuh sejak usia 0. Sampai usia 30
atau 35 tahun (tergantung individual) pertumbuhan tulang berhenti, dan
tercapai puncak massa tulang. Puncak massa tulang belum tentu
bagus, tapi diumur itulah tercapai puncak massa tulang manusia.
Bila dari awal proses pertumbuhan, asupan kalsium selalu terjaga,
maka tercapailah puncak massa tulang yang maksimal, tapi bila dari
awal pertumbuhan tidak terjaga asupan kalsium serta giji yang
seimbang, maka puncak massa tulang tidak maksimal.
Pada usia 0 30/35 tahun, disebut modeling tulang karena pada masa
ini tercipta atau terbentuk MODEL tulang seseorang. Sehingga lain
orang, lain pula bentuk tulangnya. Pada usia 30 35 tahun,
pertumbuhan tulang sudah selesai, disebut remodeling dimana
modeling sudah selesai tinggal proses pergantian tulang yang sudah
tua diganti dengan tulang yang baru yang masih muda. Secara alami
setelah pembentukan tulang selesai, maka akan terjadi penurunan
massa tulang. Hal ini bisa dicegah dengan menjaga asupan kalsium
setelah tercapainya puncak massa tulang. Dengan assupan kalsium
800 1200 mg perhari, puncak massa tulang ini bisa dipertahankan. Di
pasaran sudah beredar asupan kalsium dan vit.D3 yang dilengkapi
EPO mengandung kalsium 400 mg, Vit D3 50 iu dan EPO 400 mg,
dengan mengkonsumsi produk tersebut 2 x sehari, bisa
mempertahankan puncak massa tulang.
Tujuan untuk mempertahankan puncak massa tulang adalah :
Untuk mencegah penurunan massa tulang, dimana penurunan massa
tulang ini akan mengakibatkan berkurangnya kepadatan tulang, dan
tulang akan mengalami osteoporosis.
Osteoporosis lebih baik dicegah dengan cara asupan kalsium yang
cukup setelah usia 30 atau 35 tahun.
C. KOMPOSISI TULANG
Tulang terdiri dari 2 bahan:

1.

Matrik yang kaya mineral (70%) = Bone (Tulang yang sudah


matang)
2. Bahan-bahan organik (30%) yang terdiri dari:
Sel (2%) : 1) Sel Osteoblast : yang membuat matrik (bahan)
tulang / sel pembentuk tulang. 2) Sel Osteocyte :
mempertahankan matrik tulang. 3) Sel Osteoclast : yang
menyerap osteoid (95%) (resorbsi) bahan tulang (matrik) / sel
yang menyerap tulang.
Osteoid (98%) : Matrik (bahan) tulang yang mengandung
sedikit mineral (osteoid=tulang muda)
Klasifikasi fraktur :
Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut
:
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris
dst).
2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks
tulang).
b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan).
c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang
berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan
sebagainya).
4. Berdasarkan posisi fragmen :
a. Undisplaced (tidak bergeser) / garis patah komplit tetapi kedua
fragmen tidak bergeser.
b. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur
5. Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :
a. Tertutup
b. Terbuka (adanya perlukaan dikulit).
6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme
trauma :
a. Garis patah melintang.
b. Oblik / miring.
c. Spiral / melingkari tulang.
d. Kompresi
e. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada
patela.
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
a. Tidak adanya dislokasi.
b. Adanya dislokasi
- At axim : membentuk sudut.
- At lotus : fragmen tulang berjauhan.
- At longitudinal : berjauhan memanjang.
- At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.
C. Etiologi:
Menurut Apley dan Salomon (1995), tulang bersifat relative rapuh
namun cukup mempunyai kekuatan gaya pegas untuk menahan
tekanan.
Fraktur dapat disebabkan oleh
- Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim.
- Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan
kaki terlalu jauh.
- Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada
fraktur patologis.
D. Patofisiologis :
Jenis fraktur :

-Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran
-Fraktur inkomplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah
tulang.
-Fraktur tertutup (fraktur simple), tidak menyebabkan robekan kulit.
-Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks), merupakan fraktur
dengan luka pada kulit atau membrana mukosa sampai ke patahan
tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi : Grade I dengan luka bersih
kurang dari 1 cm panjangnya dan sakit jelas, Grade II luka lebih luas
tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif dan Grade III, yang
sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensi, merupakan yang paling berat.
Penyembuhan/perbaikan fraktur :
Bila sebuah tulang patah, maka jaringan lunak sekitarnya juga rusak,
periosteum terpisah dari tulang dan terjadi perdarahan yang cukup
berat. Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan
membentuk jaringan granulasi, dimana sel-sel pembentuk tulang
premiti (osteogenik) berdeferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas.
Kondroblas akan mensekresi fosfat yang akan merangsang deposisi
kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus disekitar lokasi fraktur. Lapisan
ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapian kalus dari
fragmen yang satunya dan menyatu. Fusi dari kedua fragmen terus
berlanjut dengan terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat
pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi fraktur.Persatuan (union)
tulang provisional ini akan menjalani transformasi metaplastikuntuk
menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan
mengalami re-modelling dimana osteoblas akan membentuk tulang
baru sementara osteoklas akan menyingkirkan bagian yanng rusak
sehingga akhirnya akan terbentuk tulang yang menyerupai keadaan
tulang aslinya
E. Manifestasi klinis:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen
tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan
bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan
antar fragmen tulang.
2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur
lengan dan eksremitas.
Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan
ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik
karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melengketnya obat.
3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan
dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama
lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan,
teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar
fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi
setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
F. Komplikasi fraktur
-Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut
atau miring
-Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi
dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
-Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
-Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan
yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan
masif pada suatu tempat.
-Shock,

-Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh


darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemakada fraktur meningkat
pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sampai 80 fraktur tahun.
-Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada
individu yang imobiil dalm waktu yang lama karena trauma atau ketidak
mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah
atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah
ortopedil
-Infeksi
-Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau
necrosis iskemia.
-Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif
sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti.
Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.
G. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit
sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat
bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan
Ca dan P meengikat di dalam darah.
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan
untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
H. Penanganan fraktur
Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan
pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
-Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulangpada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah
reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing di
pilih bergantung sifat fraktur
-Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan
traksi manual. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek
reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme
otot yang terjadi.
Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang
direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat,
paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan
fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang
solid terjadi.
-Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di
imobilisasi atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaranyang
benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan
fiksasi eksternal atau inernal. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan,
gips, bidai, traksi kontinui, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal.
Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai
bidai inerna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur
imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24
minggu, intra trohanterik 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra
kondiler 12-15 minggu.
-Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya
diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;
-Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
-Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan
-Memantau status neurologi.
-Mengontrol kecemasan dan nyeri
-Latihan isometrik dan setting otot
-Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
-Kembali keaktivitas secara bertahap.
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur :
-Imobilisasi fragmen tulang.
-Kontak fragmen tulang minimal.

-Asupan darah yang memadai.


-Nutrisi yang baik.
-Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang.
-Hormon-hormon pertumbuhan tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid
anabolik.
-Potensial listrik pada patahan tulang.
I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)
2.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler, tekanan dan disuse
4. Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya
kemampuan menjalankan aktivitas
5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer
menurun, prosedur invasive
6.Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang
paparan terhadap
informasi, terbatasnya kognitif
RENPRA FRAKTUR
Diagnosa
1 Nyeri akut b/d agen injuri fisik, fraktur
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan . jam tingkat kenyamanan
klien meningkat, tingkat nyeri terkontrol dg KH:
- Klien melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-3
- Ekspresi wajah tenang
- klien dapat istirahat dan tidur
- v/s dbn
2. Resiko terhadap cidera b/d kerusakan neuromuskuler, tekanan dan
disuse

Setelah dilakukan askep jam terjadi peningkatan Status


keselamatan Injuri fisik dgn KH :
- Bebas dari cidera
- Mampu mencegah cidera
3. Sindrom defisit self care b/d kelemahan, fraktur
Setelah dilakukan akep jam kebutuhan ADLs terpenuhi dg KH:
- Pasien dapat
- melakukan aktivitas sehari-hari.
- Kebersihan diri pasien terpenuhi
4. Risiko infeksi b/d imunitas tubuh primer menurun, prosedur
invasive, fraktur
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jam tidak terdapat faktor
risiko infeksi dan infeksi terdeteksi dg KH:
- Tdk ada tanda-tanda infeksi
- AL normal ( < 10.000 )
- Suhu normal ( 36 37 C )
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang
Setelah dilakukan askep jam terjadi peningkatan Ambulasi
:Tingkat mobilisasi, Perawtan diri Dg KH :
- Peningkatan aktivitas fisik
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d
kurang paparan terhadap informasi, keterbatan kognitif
Setelah dilakukan askep . Jam pengetahuan klien meningkat dg
KH:
- Klien dapat mengungkapkan kembali yg dijelaskan.
- Klien kooperatif saat dilakukan tindakan

Anda mungkin juga menyukai