Fraktur Falangs
Fraktur falangs dapat terjadi karena trauma langsung, puntiran atau tekukan pada jari-jari dan
dapat mengenai falangs proksimal, medial ataupun distal.
Pengobatan
Dilakukan stabilisasi dengan mempergunakan plester bersama-sama jari yang sehat
Fraktur patologis
Kelainan tulang sendiri
Tumor
Kelainan congenital
Infeksi
FRAKTUR
A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa dan biasanya disertai cidera jaringan.
Fraktur dapat dibagi menjadi :
1. Fraktur tertutup ( closed ), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar.
2. Fraktur terbuka ( open/compound ), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
C. patofisiologi
Barbara C. Long menguraikan bahwa ketika tulang patah, periosteum dan pembuluh
darah di bagian korteks, sumsum tulang dan jaringan lunak didekatnya (otot) cidera
pembuluh darah ini merupakan keadaan derajat yang memerlukan pembedahan segera
sebab dapat menimbulkan syok hipovolemik. Pendarahan yang terakumulasi
menimbulkan pembengkakan jaringan sekitar daerah cidera yang apabila ditekan atau
digerakkan dapat timbul rasa nyeri yang hebat yang mengakibatkan syok neurogenik.
Sedangkan kerusakan pada system persarafan, akan menimbulkan kehilangan sensasi
yang dapat berakibat paralysis yang menetap pada fraktur juga terjadi keterbatasan gerak
oleh karena fungsi pada daerah yang cidera.
Kerusakan pada kulit dan jaringan lainnya dapat timbul oleh karena trauma atau
mecuatnya fragmen tulang yang patah. Apabila kulit robek an luka memiliki hubungan
dengan tulang yang patah maka dapat mengakibatkan kontaminasi sehingga resiko
infeksi akan sangat besar.
5. Patah tulang avulsi. Disebabkan oleh kontraksi otot yang kuat, sehingga menarik bagian
tulang tempat tendon otot tersebut melekat. Paling sering terjadi pada bahu dan lutut,
tetapi bisa juga terjadi pada tungkai dan tumit.
6. Patah tulang patologis. Terjadi jika sebuah tumor (biasanya kanker) telah tumbuh ke
dalam tulang dan menyebabkan tulang menjadi rapuh. Tulang yang rapuh bisa mengalami
patah tulang meskipun dengan cedera ringan atau bahkan tanpa cedera sama sekali.
KALSIFIKASI FRAKTUR
Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi raktur sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli:
Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:
1) Fraktur komplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua
bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh kerteks.
2) Fraktur inkomplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang,
sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh).
Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar,
meliputi:
1) Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak
menonjol malalui kulit.
2) Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan
lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3
grade yaitu:
a) Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit otot
b) Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot
c) Grade III : Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan kulit.
Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu:
1) Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang
lembek
2) Transverse yaitu patah melintang
Usia penderita
Kelenturan tulang
Jenis tulang.
Dengan tenaga yang sangat ringan, tulang yang rapuh karena osteo Porosis atau tumor bisa
mengalami patah tulang
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup
kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal
yaitu:
1. Fraktur akibat peristiwa trauma. Sebagisan fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tibatiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau
penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena
dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang
dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan
fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
2. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan. Retak dapat terjadi pada tulang seperti
halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling
sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau
calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang. Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang
normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut
sangat rapuh.
Gejala
Nyeri biasanya merupakan gejala yang sangat nyata. Nyeri bisa sangat hebat dan biasanya
makin lama makin memburuk, apalagi jika tulang yang terkena digerakkan. Menyentuh daerah di
sekitar patah tulang juga bisa menimbulkan nyeri. Alat gerak tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, sehingga penderita tidak dapat menggerakkan lengannya, berdiri diatas satu tungkai
atau menggenggam dengan tangannya. Darah bisa merembes dari tulang yang patah (kadang
dalam jumlah yang cukup banyak) dan masuk kedalam jaringan di sekitarnya atau keluar dari
luka akibat cedera.
Lewis (2006) menyampaikan manifestasi kunik fraktur adalah sebagai berikut:
1. Nyeri. Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya
spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
2. Bengkak/edama. Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir
pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
3. Memar/ekimosis. Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah
di jaringan sekitarnya.
4. Spame otot. Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadu disekitar fraktur.
5. Penurunan sensasi. Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema.
6. Gangguan fungsi. Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang frkatur, nyeri atau spasme
otot. paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
7. Mobilitas abnormal. Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada
kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
8. Krepitasi. Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.
9. Defirmitas. Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan
pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan
tulang kehilangan bentuk normalnya.
10. Shock hipouolemik. Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.
11. Gambaran X-ray menentukan fraktur. Gambara ini akan menentukan lokasi dan tipe
fraktur
KOMPLIKASI
Komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi menurut Doenges (2000) antara lain:
a. Shock
b. Infeksi
c. Nekrosis divaskuler
d. Cidera vaskuler dan saraf
e. Mal union
f. Borok akibat tekanan
Diagnosa
Foto rontgen biasanya bisa menunjukkan adanya patah tulang.Kadang perlu dilakukan CT scan
atau MRI untuk bisa melihat dengan lebih jelas daerah yang mengalami kerusakan.Jika tulang
mulai membaik, foto rontgen juga digunakan untuk memantau penyembuhan.
Pengobatan
Tujuan dari pengobatan adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya satu
sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap menempel sebagaimana
mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut
biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali
berfungsi.Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan.
Dengan pengobatan ini biasanya patah tulang selangka (terutama pada anak-anak), tulang bahu,
tulang iga, jari kaki dan jari tangan, akan sembuh sempurna.Patah tulang lainnya harus benarbenar tidak boleh digerakkan (imobilisasi).
Imobilisasi bisa dilakukan melalui,
Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang
patah
Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada
tempatnya. Sekarang sudah jarang digunakan, tetapi dulu pernah menjadi pengobatan
utama untuk patah tulang pinggul.
Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam
pada pecahan-pecahan tulang. Merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul
dan patah tulang disertai komplikasi.Imobilisasi lengan atau tungkai menyebabkan otot
menjadi lemah dan menciut. Karena itu sebagian besar penderita perlu menjalani
Fisioterapi. Terapi dimulai pada saat imobilisasi dilakukan dan dilanjutkan sampai
pembidaian, gips atau traksi telah dilepaskan.
Pada patah tulang tertentu (terutama patah tulang pinggul), untuk mencapai
penyembuhan total, penderita perlu menjalani physioytherapy selama 6-8 minggu atau
kadang lebih lama lagi.